• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di RSUP H. Adam Malik, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di RSUP H. Adam Malik, Medan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

20

Lampiran 1

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.R

Jenis Kelamin : perempuan

Umur : 33 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Simalungun kec.Huta Raja

Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013

No. Register : 00.56.33.19

Ruangan/kamar : Rindu A4 / III2

Golongan Darah :

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013

Tanggal Operasi : -

Diagnosis Medis : Stroke iskemik

II. KELUHAN UTAMA :

Pasien mengalami lemah lengan dan tungkai kanan, bibir sedikit miring ke kanan dan lidah kaku secara tiba-tiba 1 hari sebelum masuk rumah sakit pada saat istirahat.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya :

(2)

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Pasien dibawa ke rumah sakit H.Adam Malik oleh keluarga.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien merasakn nyeri dibagian kepalanya. 2. Bagaimana dilihat

Pasien tampak lemah namun masih sadar.

C. Region

1. Dimana lokasinya Tidak ada lokasi nyeri 2. Apakah menyebar

Tidak.

D. Severity

Akibat penyakit yang diderita pasien, pasien mengalami gangguan terhadap aktivitasnya.

E. Time

Pasien mengatakan pasien merasakn sakit kepala sekitak 5 detik.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi kurang lebih 1 tahun yang lalu B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Apabila hipertensi kambuh, pasien minum captopril. C. Pernah dirawat/dioperasi

Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. D. Lama dirawat

- E. Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan. F. Imunisasi

(3)

22

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua pasien sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Riwayat hipertensi (-)

B. Saudara kandung

Pasien anak ke 4 dari 6 bersaudara. Riwayat hipertensi (-) Penyakit keturunann yang ada

Pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga. C. Anggota keluarga yang meninggal

Orang tua pasien. D. Penyebab meninggal

Karena sudah tua, penyakit tidak jelas.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan penyakitnya bisa disembuhkan.

B. Konsep Diri

1. Gambaran diri : Pasien dapat menerima gambaran dirinya.

2. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan beraktivitas kembali.

3. Harga diri : Pasien merasa rendah diri dengan keadaannya. 4. Peran diri : Peran pasien sebagai ibu dan istri berubah

akibat proses penyakitnya

5. Identitas : Pasien merupakan seorang ibu di keluarganya.

C. Keadaan emosi

Keadaan emosi pasien stabil. Pasien dapat mengontrol emosi dan mengungkapkan emosi dengan baik.

D. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti :

(4)

2. Hubungan dengan keluarga :

Hubungan pasien dengan keluarga terjalan dengan baik dan haromis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga dan selama pasien dirawat di rumah sakit selalu ada keluarga yang menunggu pasien.

3. Hubungan dengan orang lain :

Hubungan pasien dengan orang lain terjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan mampunya pasien bersosialisasi dengan sesama penghuni kamar III2 Rindu A4 RSUP H. Adam Malik, Medan.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Karena penyakit yang dideritanya, pasien mengalami kesulitan dalam berbicara. Sehingga hal ini menghambat pasien dalam berinteraksi dengan orang lain

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan :

Pasien menganut agama Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Pasien mengatakan penyakitnya akan disembuhkan Tuhan. 2. Kegiatan ibadah :

Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang diderita pasien. Untuk kegiatan Shalat dan lainnya hanya dilakukan pasien jika ia merasa cukup kuat.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Pasien sadar dan tampak lemah. B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh : 37oc

2. Tekanan darah : 130/80 mmHg

3. Nadi : 88 x/menit

4. Pernafasan : 24 x/menit

5. Skala nyeri : 0

6. TB : 160 cm

(5)

24 C. Pemeriksaan head to Toe

1. Kepala dan rambut

− Bentuk : Simetris

− Ubun-ubun : Letak ditengah, tidak ada nyeri tekan. − Kulit kepala : Bersih.

2. Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Warna rambut hitam.

− Bau : Tidak ada bau tidak sedap.

− Warna kulit : Putih kecoklatan.

3. Wajah

− Warna kulit : Kecoklatan

− Struktur wajah : Bentuk wajah oval, simetris.

4. Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap dan keduanya simetris, pergerakan bola mata normal

− Palpebra : Normal dan tidak ada

pembengkakan

− Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis,

Sklera tidak ikterik.

− Pupil : Isokor kanan dan kiri

masing-masing 3mm

− Cornea dan iris : Kornea bening.refleks

terhadap cahaya(+)

− Visus : Tidak dikaji.

− Tekanan bola mata : Tidak dikaji.

5. Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal, simetris, tidak ada kelainan

− Lubang hidung : Normal, simetris, tidak ada

polip.

− Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping

(6)

6. Telinga

− Bentuk telinga : Bentuk daun telinga normal,

simetris,

− Ukuran telinga : Normal

− Lubang telinga : tidak ada serumen maupun

cairan.

− Ketajaman pendengaran : Normal dan dapat mendengar

dengan baik. 7. Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab, tidak

pecah-pecah, tidak ada tanda sianosis.

− Keadaan gusi dan gigi : Gigi kurang bersih, gusi

berwarna pink, tidak ada pendarahan pada gusi.

− Keadaan lidah : Saat dijulurkan lidah deviasi ke

kanan

− Orofaring : Normal

8. Leher

− Trachea : Normal, tidak ada massa

ataupun nyeri tekan.

− Thyroid : Tidak ada pembengkakan

kelenjar thyroid.

− Suara : Suara tidak jelas, ada gangguan

komunikasi

− Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar

limfe

− Vena jugularis : Teraba, kuat, teratur.

− Denyut nadi karotis : Teraba, kuat, teratur. 9. Pemeriksaan integument

− Kebersihan : Bersih,

− Kehangantan : Hangat, suhu permukaan kulit

(7)

26

− Warna : Kecoklatan

− Turgor : Ringan (kembali < 2 detik).

− Kelembapan : Lembab.

− Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit. 10.Pemeriksaan payudara dan ketiak

− Ukuran dan bentuk : Tidak dikaji.

− Warna payudara dan aerola : Tidak dikaji. − Kondisi payudara dan putting : Tidak dikaji.

− Produksi ASI : Tidak dikaji.

− Aksila dan klafikula : Tidak dikaji.

11.Pemeriksaan thorak/dada

− Inspeksi thorak : Normal

− Pernafasan : Frekuensi nafas 24

x/menit,irama teratur

− Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda-tanda kesulitan bernafas.

12.Pemeriksaan paru

− Palpasi getaran suara : Normal dan getaran suara

teraba.

− Perkusi : Resonan.

− Auskultasi : Suara nafas ronchi (-), suara

ucapan kurang jelas, suara tambahan tidak ada.

13.Pemeriksaan jantung

− Inpeksi : Tidak ada pembengkakan

jantung

− Auskultasi : Bunyi jantung normal Lub-Dub

− Perkusi : Dullness

(8)

14.Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi : Bentuk simetris, cekung,

terlihat pulsasi aorta abdominalis.

− Auskultasi : Bunyi peristaltik usus 7 x/menit

− Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

benjolan atau teraba massa abnormal, tidak asites, tidak ada pembengkakan hepar.

15.Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

− Genitalia : Tidak dikaji

− Anus dan perineum : Tidak dikaji

16. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas : Otot simetris, tidak ada sianosis pada perifer ekstremitas , kekuatan otot 0, tidak ada edema.

17.Fungsi neurologi : GCS =10

E=4 M=1 V=5 Nervus cranialis :

N. I (olfaktorius) : pasien memiliki penciuman

yang baik

N.II (optikus) : pasien memiliki penglihatan

yang baik.

N.III (okulomotorius) : pasien dapat menggerakkan

kelopak mata ke atas, pupil isokor

N.IV (trochlearis) : pasien dapat menggerakkan

mata ke bawah dan ke dalam.

N.V (trigeminus) : pasien dapat membuka dan

(9)

28

N.VI (abducent) : pasien dapat menggerakkan

mata ke lateral.

N.VII (facialis) : sudut mulut pasien tertarik ke

kanan.

N.VIII (vestibulocochlearis) : pasien memiliki pendengaran yang normal.

N.IX (glosofaringeus) : pasien dapat merasa dengan

baik.

N.X (Vagus) : rileks kurang menelan pasien

baik.

N.XI (accesorius) : pasien tidak dapat mengangkat bahu sebelah kanan dengan baik.

N.XII (hipoglosus) : pasien menjulurkan lidah, lidah deviasi ke kanan.

18.Fungsi motorik :

Pasien tidak dapat berjalan dengan baik. Derajat kekuatan motorik

ekstremitas kanan atas dan kanan bawah 0 (otot sama sekali tidak mampu bergerak) kekuatan otot dinilai dri 0-5, sementra ekstremitas yang lain masih berfungsi dengan baik dengan kekatan otot 5 ( kekuatan masih utuh). 19.Fungsi sensorik:

Di bagian tungkai kanan dan kaki kanan pasien tidak dapat mengidentifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin dan getaran.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola Makan dan Minum

− Frekuensi makan sehari : 3 x/hari

− Nafsu/selera makan : Selera makan pasien berkurang − Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati

− Alergi : Tidak ada riwayat alergi

− Mual dan muntah : Pasien tidak ada merasa mual dan

muntah

(10)

pukul 12.30 WIB, malam hari pukul 18.00 WIB

− Jumlah dan jenis makan : 1 porsi dan menu biasa

− Waktu pemberian cairan/minum : Pasien minum sehabis makan, setiap kali haus dan pemberian cairan intravena

R.Sol 20 tetes/menit.

− Masalah makan dan muinum : Pasien tidak mamapu mengunyah secara maksimal.

2. Perawatan Diri/Personal Hygiene

− Kebersihan tubuh : Tubuh pasien bersih, pasien di lap dengan waslap dan air hangat 2x/hari oleh perawat dan keluarga.

− Kebersihan gigi dan mulut : Mulut dan gigi pasien bersih, pasien menyikat gigi 2 kali sehari dibantu perawat dan keluarga.

− Kebersihan kuku kaki dan tangan: Kuku kaki dan tangan pasien bersih karena dipotong seminggu sekali oleh keluarga.

3. Pola Kegiatan/Aktifitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi 

Makan 

BAB 

BAK 

Ganti pakaian 

(11)

30 4. Pola Eliminasi

BAB

− Pola BAB : Pasien BAB 1 x/hari, biasanya pagi hari

di kamar mandi.

− Karakter feses : Konsistensi semi padat.

− Riwayat perdarahan : Tidak pernah

− BAB terakhir : Sehari sebelum tanggal pengkajian (16

Juni 2013)

− Diare : Sedang tidak diare

− Penggunaan laktasif : tidak ada penggunaan laktasif. BAK

− Pola BAK : Pasien mengguanakn pispot.

− Karakter urin : Berwarna kuning, cair, berbau khas. − Nyeri saat BAKaq : Tidak ada nyeri saat BAK

− Penggunaan diuretic : Tidak ada penggunaan diuretic.

(12)

Lempira 2

ANALISA DATA Tabel 2.3 Analisa Data

No Data Masalah keperawatan

1. Data Subjektif:

Pasien mengatakan tangan kanan dan kaki kanan lemah, sulit untuk digerakkan.

Data Objektif :

- Derajat kekuatan otot ekstremitas kanan bawah dan atas 0 (sama sekali tidak mampu bergerak).

- Tanda-tanda vital: TD: 130/80 mmHg HR: 88x/i

RR: 24x/i T : 37ºC

- terdapat gangguan pada nervus : N.V (trigeminus): pasien dapat membuka dan menutup mulut,tetapi tidak maksimal.

- N.VII (facialis) : sudut mulut pasien tertarik ke kliri.

- N.XI (accesorius) : pasien tidak dpt mengangkat bahu kanan dengan baik.

(13)

32 2. Data Subjektif:

Pasien mengatakn agak kesulitan berbicara akibat dari strokenya.

Data objektif:

Pasien tampak keseringan diam.

Karena fungsi N.VII (facialis) terganggu.

Gangguan komunikasi verbal

3. Data Subjektif:

Pasien mengatakan lemah dan susah untuk beraktivitas

Data Objektif:

− Kebutuhan ADL (makan, minum, BAB/BAK, mandi, ganti pakaian dibantu oleh perawat dan keluarga.

− Klien tampak lemas.

− Tanda-tanda vital: TD: 130/80 mmHg HR: 88x/i

RR: 24x/i T : 37ºC

− N.XI( accesorius) :pasien tidak dapat mengangkat bahu sebelah kanan dengan baik

(14)

Lampiran 3

Catatan Perkembangan Tabel 2.4 catatan perkembangan

Hari/ Tanggal

No. Dx

jam Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)

Senin, 17

- melakukan pengkajian data pasien. - mengukur vital sign.

-memberikan ijeksi citocolin 1mg/12 jam.

- mengkaji tepe/derajat disfungsi komunikasi (seperti memahami pembicaraan.

- bebicara kepada pasien secara perlahan.

- memnbantu pasien memenuhi ADL (BAK).

-membant pasien memenuhi ADL (mandi).

S ; pasien tampak lemah. O : TD: 130/80 mmHg RR: 24x/i

HR: 88x/i T: 37ºC

A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan.

S : -

P : intervensi dilanjutkan.

(15)

34

O : personal hygiene pasien tidak terpenuhi.

A : masalah blum teratasi P : intervensi dilnjutkan.

selasa, 18

- memberikan injeksi citocolin 1mg/12 jam.

-mengubah posisi pasien tiap @ jam sekali.

- mengajarkan latihan ROM pasif.

- berbicara dengan pasien secara perlahan.

-menganjurkan keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan pasien. - mengantisipasi setiap kebutuhan pasien saat berkomunikasi.

-membantu pasien menuhi ADL (BAK)

- membantu pasien memenuhi kebutuhan ADL ( mandi).

-melibatkn keluarga pasien dalam pemenuhan ADL.

S : pasien mengatakan lemah lenagn kanan dan tungkai kanan berkurang. O : TD: 130/80 mmHg RR: 24x/i

HR: 88x/i T: 37ºC

A : masalah belum teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan.

S : keluarga pasien mengatakan pasien sulit untuk bicara.

O : pasien terdengar putus-putus dalam berbicara. A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan.

S : keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapt memenuhi ADL ( BAK, mandi).

O : personal hygiene pasien tidak terpenuhi.

(16)

Rabu, 19

- mengkaji kemampuan pasien tentang mobiliosasi (meminta pasien menggerakkan tangannya).

-melatih ROM pasif.

-mengubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.

- melati pasein berkominikasi dengan pasien secara perlahan.

-mengevaluasi respon pasien dengan komunikasi perlahan

-Membantu kebutuhan ADL pasien (BAK).

- memenuhi kebutuhan ADL pasien ( mandi).

S : pasien mengatakan belum dapat menggerakkan tangannya sendirian. O : pasien tamapak ingin sekali menggerakkan tangan nya

A : masalah belum teratasi P : intervensi dilnjutkn.

S : -

P : intervensi dilanjutkan.

S : keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapt memenuhi ADL ( BAK, mandi).

O : personal hygiene pasien tidak terpenuhi.

(17)

36

- mengkaji status kekuatan otot lengan atas dan tungkai bawad dengan cara mengangkat kaki dan tagan pasien.

- mengukur TTV

-mengontrol keluarga dalam

memberikan latihan ROM pasif pada pasien.

- Berkomunikasi dengan pasien secara perlahan untuk melatih komunikasi pasien.

- menganjurkan keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan pasien.

Membantu pasien dalam pemenuhan ADL (makan)

- membantu klien dalam pemenuhan ADL (BAK)

S : pasien masih kelihatan lemah

O : Derajat kekuatan motorik ekstremitas kanan atas dan kanan bawah 0 (otot sama sekali tidak mampu bergerak) kekuatan otot dinilai dri 0-5.

A : masalah belum teratasi P : intervensi dihentikan.

S : pasien mengatak sudah tidak sulit lagi bebicara. O : pasien tnpak senang A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dihentikan.

S : keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapt memenuhi ADL ( makan secaramandiri). O : personal hygiene pasien tidak terpenuhi.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

(19)

17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 juni 2013 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan data dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat. Selanjutnya dilakukan implementasi sesuai intervensi yang telah disusun sebelumnya dan adanya kerja sama yang baik antara penulis dan klien

Setelah dilakukan asuhan keperawatan ada tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu:

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan/kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan tangan kanan dan kaki kanan pasien lemah. 2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fungsi nervus VII

(nervus facialis) yang ditandai dengan kemampuan pasien berbicara terganggu dan kata-kata yang djelaskan kurang jelas

3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan kebutuhan ADL pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

Dari ketiga diagnosa diatas hanya satu diagnosa yang dapat diatasi yaitu Gangguan

komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fungsi nervus VII (nervus facialis) yang ditandai dengan kemampuan pasien berbicara terganggu dan kata-kata yang djelaskan kurang jelas. Sedangkan dua diagnosa lagi belum teratasi dan intervensi masih dilanjutkan.

. B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasiendan keluarga agar mampu memahami dalam pengobatan terhadap keluarga pasien. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Pendidikan yang lebih meningkat pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa, dan agar menambah referensi tentang mobilisasi.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

(20)
(21)

4 BAB II

PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Mobilisasi

1. Defenisi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).

Gangguan mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi mengacu mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Potter dan Perry, 1994).

2. Hal-hal Yang Harus Dikaji

Dalam asuhan keperawatan mobilisasi menurut (Hidayat, 2006). sebagai berikut: a. Rentang gerak

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan tranversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan prontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan trasversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

b. Gaya berjalan

Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika berjalan (Fish & Nielsen, 1993). Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian system skeletal, syaraf dan otot tubuh manusia (Fish & Nielsen, 1993)

c. Latihan dan Toleransi Aktivitas

(22)

adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Prngkajian toleranssi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seprti jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut dan kronik.

d. Kesejajaran Tubuh

Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring.

e. Berdiri

Hal-hal yang harus dikaji berfakus pada kesejajaran tubuh klien yang berdiri antara lain:

1) Kepala tegak dan midline

2) Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar 3) Ketika dilihat dari arah posterior tulang belakang lurus

4) Ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola s terbalik.

5) Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung.

6) Lengan klien nyaman di samping

7) Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari-jari kaki menghadap ke depan.

8) Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengan tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki.

f. Duduk

Perawat mengkaji kesejajjaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal-hal sebagai berikut:

1) Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus. 2) Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha

3) Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal 4) Kedua kaki ditopang dilantai.

5) Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.

(23)

6 g. Berbaring

Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap tekan. Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klein dengan menggunakan satu bantal dan semua penompagnya diangkat dari tempat tidur.

3. Anatomi dan Fisiologi

Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di alami. Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan klien lebih muda (Perry dan Potter, 1994).

a. Perubahan Metabolik

Perubahan metabolik, sistem endokrin, merupakan produksi hormone-sekresi kelenjar, membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti: respon terhadap stress dan cidera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, homeostatis ion, dan metabolism energi. Ketika cedera atau stress terjadi, sistem endokrin memicu serangkain respon yang bertujuan mempertahankan tekanan

darah dan memelihara hidup. Sistem endokrin berperan dalam pengaturan lingkungan internal dengan memprtahankan keseimbangan nutrium, kalium, air dan keseimbangan asam-basa. Sehingga, sistem endokrin bekerja sebagai pengatur metabolisme energi. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik basal (basal metabolic rate, BMR), dan energi dibuat sehingga dapat dipakai sel-sel melalui integritas kerja antara hormone gastrointestinal dan pancreas (Price dan Wilson, 1992).

b. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

(24)

c. Perubahan Sistem Muskuluoskeletal

Pengaruh imobilisasi pada sistem musculoskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi pengaruh otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah gangguan metabolisnme kalsium dan gangguan mobilisasi sensi (Kasper et al, 1993).

d. Perubahan Sistem Integument

Dekubitus terjadi akibat dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah membengkok, dan konstriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan persisten pada kulit dan struktur di bawah kulit, sehingga resoirasi selular terganggu, dan sel menjadi mati (ebersole dan Hess, 1994).

Dekubitus adalah salah satu penyakit iatrogenic paling umum dalam perawatan kesehatan dimana berpengaruh terhadap populasi klien khusus-lansia dan yang imobilisasi (Alterescu, 1992).

4. Masalah-masalah Kebutuhan Mobilisasi

Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapata mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu

eksternal (mis. Gips atau traksi rangka), pembatasan gerakan volunteer, atau kehilangan fungsi motorik. Pengaruh penurunan kondisi otot dikaitkan dengan penurunan aktivitas fisik akan terlihat jelas dalam beberapa hari. Pada individu normal dengan kondisi tirah baring akan mengalami kurangnya kekuatan otot dari tingkat dasarnya pada rata-rata 3% sehari. Tirah baring juga dikaitkan dengan perubahan pada kardiovaskuler, skelet, dan organ lainnya. Istilah antrofi disuse digunakan untuk menggambarkan pengukuran ukuran normal serat otot secara patologis setelah aktivitas yang lama akibat tirah baring, trauma, pemakaian gips, atau kerusakan saraf lokal (McCance dan Hueterher, 1994).

5. Faktor yang Mempengaruhi a. Pengaruh Otot

(25)

8

secara luas sebagai respon terhadap penyakit dan penurunan aktivitas sehari-hari, seperti pada respon imobilisasi dan tirah baring (Kaspernet al, 1993).

b. Pengaruh Skelet

Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet: gangguan metabolism kalsium dank kelainan sendi. Karena imobilisasi berakibat pada resorpsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis (Holm, 1989)

c. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas sseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau kebiasaan sehari-hari (Hidayat, 2006).

d. Prosses penyakit/cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh (Hidayat, 2006).

e. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga di pengaruhi kebudayaan. Misalnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas

yang kuat (Hidayat, 2006). f. Tingkat Energi

g. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

h. Usia dan Status Perkembangan (Hidayat, 2006).

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini di kkarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia (Hidayat, 2006).

6. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

(26)

a. Pengkajian

Menurut (Hidayat, 2006) pengkajian yang dilakukan pada gangguan mobilisasi adalah: 1)Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien dengan gangguan mobilisasi saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

2)Riwayat Keperawatn Penyakit yang Pernah Diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit sistem kardiovaskulear, riwayat penyakit sistem muskuloskctal.

3)Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kakin kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.

4)Kemampuan Mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai

kemampuan gerak posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

5)Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (range of mation-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

6)Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.

7)Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perilaku, peningkatan emosi, perubhan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

b. Analisa Data

(27)

10 c. Perencanaan

Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko. Perawat merencanakan terapi sesuia dengan derajat risiko klien dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan gaya hidup (Hidayat, 2006).

1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan/kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan tangan kanan dan kaki kanan pasien lemah.

Tujuan : pasien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria Hasil : Gangguan Mobilitas Fisik Teratasi, Dan Tonus Otot Meningkat.

Menurut (Hidayat, 2006) intervensi dan rasional dari penkajian diatas adalah : Tabel 2.1 Intervensi dan Rasional

d. Evaluasi Keperwatan

Menurut (Hidayat, 2006) evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan fungsi sistem tubuh

b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan sistem tubuh c. Peningkatan fleksibilitas sendi

No Intervensi Rasional

1 − Kaji kemampuan secara

fungsional.

− Ubah posisi minimal setiap 2 jam.

− Ajarkan pasien latihan

rentang gerak aktif dan pasif, libatkan keluarga dalam melakukan tindakan.

− Buat jadwal latihan aktif diantara waktu makan dan mandi.

− Kolaborasi dengan ahli

fisioterapi untuk latihan fisik pasien.

− Mengidentifikasi atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, mencegah kontraktur.

− Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan.

− Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.

− Hal ini mendukung frekuensi latihan pada sendi yang terkena dan mengurangi resiko perkembangan kontraktur.

(28)

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Biodata

Seorang perempuan Ny.R, berusia 33 tahun dan telah menikah, agama Islam. Ny.R adalah seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir adalah SMA, tinggal di simalungun kec.Huta Raja. Pada tanggal 15 Juni 2013 dirawat di ruangan RA4, kamar III-2, dengan nomor rekam medik 00.56.33.19. Dengan diagnosa stroke iskemik.

2. Keluhan Utama

Pasien mengalami lemah lengan dan tungkai kanan, bibir sedikit miring ke kanan dan lidah juga sedikit kaku secara tiba-tiba 1 hari sebelum masuk rumah sakit pada saat istirahat.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengalami lemah lengan dan tungakai kanan, bibir jatuh ke kanan dan liadah kaku secara tiba-tiba 1 (satu) hari sebelum masuk rumah sakit pada saat istirhat, klien mengatakan tidak ada yang bisa memperbaiki keadaanya, klien tidak merasakn nyeri apaun tetapi klien terlihat lemah namun masih sadar.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Penyakit yang pernah dialami pasien alah riwayat penyakit hipertensi kurang lebih 1 tahun yang lalu.klien mengatakan jika hipertensinya kambuh lagi, pasien Cuma meminum captropril. Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit tidak ada didapati alergi pada pasien.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat melakukan pengkajian didapati tidak ada riwayat penyakit dari orangtua pasien, saudara kandung juga tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang di derita pasien dan tidak ada juga riwayat keturunan dari keluarga yang lain. 6. Pemeriksaan Fisik

(29)

12

7. Pemeriksaan wajah warna kulit tampak kuning langsat dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah, lembab, konjungtiva merah, sklera coklat muda, pupil merah dan coklat muda, kornea bulat merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik.

8. Pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasa cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik.

9. Pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir tidak kering, keadaan gusi baik, gigi sehat, keadaan lidah bersih tidak ada jamur, pita suara baik. Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.

10.Pemeriksaan integumen kebersihan integumen kurang terjaga dengan baik karena pasien tidak bisa mandi seperti biasa. Akral hangat, warna kulit normal, tidak ada cianosis, turgor kulit baik, CRT< 2 detik, kelembaban kulit baik, kelainan pada kulit tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris, pernafasan (frekuensi, irama) 24kali/ menit dan tidak ada tanda kesulitan

saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal,suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara nafas vesikuler.

11.Pemeriksaan jantung tidak didapati cianosis, tampak denyut jangtung pada celah intercosta 4,5,6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, ada nyeri saat di tekan.

12.Pemeriksaan muskoloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema), otot tampak simetris, tidak ada edema, namun pasien mengalami penurunan kekuatan otot ekstremitas bawahdan atas kanan.

13.Pola Kebiasaan Sehari-hari

(30)

14.Perawatan Diri/Personal Hygine

Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut juga terjaga, kuku, kaki dan tangan tampak bersih.

15.Pola Kegiatan/Aktivitas

Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, tidak bisa dilakukan secara mandiri namun dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.

Selama dirawat di rumah sakit pasien merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas ibadah, namun pasien tetap mau berdoa, misalnya saat mau makan.

16.Pola Eliminasi

Pasien BAB 1x/hari biasanya dipagi hari dengan menggunakan pispot.

Pasien BAK dengan menguanakn pispot dengan karakteristik urine berwarna kuning dengan bau yang khas, tidak ada memiliki riwayat penyakit batu ginjal dan saliran kemih.

C. Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian dari Ny.R maka dapat disimpulkan bahwa Ny.R

mengalami masalah keperwatan yaitu: 1. Gangguan mobilitas fisik

2. Gangguan komunikasi verbal 3. Gangguan pemenuhan ADL

D. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan/kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan tangan kanan dan kaki kanan pasien lemah. b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fungsi nervus VII

(nervus facialis) yang ditandai dengan kemampuan pasien berbicara terganggu dan kata-kata yang djelaskan kurang jelas

(31)

14 E. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional Tabel 2.2 Perencanaa Keperawatan dan Rasional

Hari/ Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

1

2.

3.

Tujuan:

Pasien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria Hasil:

Gangguan mobilitas fisik teratasi, dan tonus otot meningkat. Tujuan:

Proses komunikasi pasien dapat berfungsi secara optimal Kriteria Hasil:

Pasien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.

Tujuan:

Pemenuhan ADL terpenuhi. Kriteria Hasil:

Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri.

Rencana Tindakan Rasional

1. a. Kaji kemampuan secara

fungsional.

b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam.

c. Ajarkan pasien latihan rentang gerak aktif dan pasif, libatkan keluarga dalam melakukan tindakan.

d. Buat jadwal latihan aktif diantara waktu makan dan mandi.

e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik pasien.

a. Mengidentifikasi atrofi otot, mrningkatkan sirkulasi, mencegah kontraktur.

b. Menurunkan resiko

terjadinya iskemia jaringan.

c. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.

d. Hal ini mendukung

frekuensi latihan pada sendi yang terkena dan

mengurangi resiko perkembangan kontraktur.

e. Peningkatan kemampuan

dalam mobilsasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.

2. a. Berikan metode alternatif

komunikasi, missal dengan bahasa isyarat.

b. Antisipasi setiap kebutuhan pasien saat berkomunikasi.

c. Bicaralah pada pasien secara

a. Memenuhi kebutuhan

komunikasi sesuai dengan kemampuan pasien.

b. Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.

(32)

pelan.

d. Anjurkan pada keluarga untuk tetap berkomunikasi pada pasien. e. Hargai kemampuan pasien dalam

berkomunikasi.

dan kebingungan pada saat komunikasi.

d. Mengurangi isolasi sosial dan komukasi yang efektif. e. Memberi semangat kepada

pasien agar lebih sering melakukan komunikasi. 3. a. Kaji kemampuan ADL pasien.

b. Libatkan keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien. c. Beri bantuan sesuai kebutuhan.

d. Kaji kemampuan pasien untuk mengkomunikasikan

kebutuhannya.

e. Berikan pujian atas keberhasilan pasien dalam pemenuhan ADL

a. Membantu

menentukan/merencanakan

intervensi sesuai kebutuhan.

b. Memandirikan pasien dan keluarga.

c. Untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan pasien.

d. Mengetahui kebutuhan

pasien yang belum terpenuhi.

e. Memotivasi pasien untuk melakukan ADL secara mandiri.

F. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Berdasarkan perencanaan keperawatan maka implementasi yang dapat dilakukan pada pada setiap diagnosa di atas adalah:

1. Gangguan Mobilisasi

Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji status neorologi pada pasien, memberi injeksi citocolin 1mg/12 jam, merubah posisi pasien setian 2 jam, mengukur tanda-tanda vital, mengajarkan latihan ROM aktif.

(33)

16

(34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak bisa bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas (Hidayat, 2006).

Imobilitas adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas dari tubuh atau lebih (NICNOC, 2007).

Gangguan mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi

imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Potter dan Perry, 1994).

Perubahan mobilisasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme endokrin, resorpsi kalsium dan fungsi sistem gastrointestinal. Sistem endokrin menghasilkan hormon mempertahankan dan meregulasi fungsi vital, seperti : berespon pada stres dan nyeri, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan lingkunagn internal serta produksi, pembentukan dan penyimpanan energi (Potter & Perry, 2009).

Perubahan metabolisme yang menyertai mobilisasi dapat meningkatkan efek tekanan yang berbahaya pada kulit klien yang imobilisasi. Hal ini membuat imobilisasi menjadi masalah resiko yang besar terhadap ulkus tekan. Terganggunya integritaas kulit yang lain akan sulit di sembuhkan. Mencegah ulkus tekan akan lebih mudah dari pada menyembuhkannya (Potter & Perry, 2009).

(35)

2

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah pengaruh otot, pengaruh skelet (Kaspernet al, 1993 dan Holm, 1989), gaya hidup, proses penyakit/cidera, kebudayaan, tingkat energi usia dan status perkembangan (Hidayat, 2006).

Berdasarkan hasil pengkajian praktek keperawatan di Ruang rawat rindu A II, RSUP H. Adam Malik Medan, msalah kesehatan yang ditemukan pada pasien seperti terganggunya integritas kulit, ketidaknyamanan nyeri dan yang menjadi prioritas masalah adalah gangguan mobilisasi. Maka penulis perlu membahas masalah gangguan mobilisasi.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi di RSUP.H.Adam Malik Medan.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien Ny.R dengan kasus gangguan mobilisasi di RSUP.H.Adamalik Medan

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Ny.R dengan kasus gangguan mobilisasi di RSUP. H. Adam Malik Medan

c. Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien Ny.R di RSUP.H.Adam Malik Medan

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien Ny.R di RSUP.H.Adam Malik Medan

(36)

C. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan kasus gangguan mobilisasi.

2. Bagi keluarga pasien

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan tentang gangguan mobilisasi di RS. RSUP H. Adam Malik Medan

3. Bagi penulis

(37)

Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar

Gangguan Mobilisasi

di Rsup H. Adam Malik

Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Pertiwi Hartanti Sembiring 102500025

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(38)
(39)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kasus ini dengan sebaik- baiknya di RSUP H. Adam Malik, Medan, mulai tanggal 17 – 21 Juni 2013.

Adapun judul laporan kasus ini adalah : “Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di RSUP H. Adam Malik, Medan”.

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan Laporan Kasus ini.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus atas bimbingan berbagai pihak hingga Laporan ini dapat terselesaikan, yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Erniyati S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp.,MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Achmad Harahap S.Kp.,MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Salbiah Skep.,Mkep, selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan.

6. Cholina Trisa Siregar, S.Kp.,M,Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan dan perbaikan terhadap karya tulis ilmiah ini.

7. Nur Afi Darti, S,Kp.,M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak / Ibu Staf Pengajar di Akademi Keperawatan Universitas Sumatera Utara 9. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan

(40)

10.Rekan Mahasiswa/i Akademi Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang telah banyak memberi semangat dan bantuan untuk menyelesaikan laporan kasus ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberi bantuan baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan , JULI 2013

Penulis

(41)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Tujuan ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 5

A.Konsep Dasar Mobilisasi ... 5

1. Defenisi ... 5

2. Hal-hal yang harus dikaji ... 5

3. Anatomi fisiologi ... 7

4. Masalah ... 9

5. Faktor yang mempengaruhi ... 9

6. Konsep dasar asuhan keperawatan ... 11

a. Pengkajian ... 11

b. Analisa Data ... 12

c. Rumusan Masalah ... 13

d. Perencanaan ... 13

B. Asuhan Keperawatan Kasus... 14

1. Pengkajian ... 14

2.Masalah Keperawatan ... 17

3. Diagnosa Keperawatan ... 17

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 18

BAB III PENUTUP ... 21

(42)

Gambar

Tabel 2.3 Analisa Data
Tabel 2.4 catatan perkembangan
Tabel 2.1 Intervensi dan Rasional No Intervensi
Tabel 2.2 Perencanaa Keperawatan dan Rasional

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Ilmiah (KTI) perlu dilakukan untuk membahas masalah- masalah keperawatan pada klien yang dalam hal ini penulis mengangkat masalah kebutuhan dasar nutrisi pada

Pada tahap pengkajian data yang ditemukan pada klien Tn.I dengan gangguan kebutuhan dasar Imobilisasi, klien mengatakan nyeri di daerah luka bakar, klien terlihat gelisah,

tandai dengan pasien mengatakan sulit bergerak kususnya pada tubuh bagian.. kanan, tampak pasien tidak mampu melakukan aktifitas sehari –

Pada klien dilakukan pengkajian, ditemukan data subjektif klien mengatakan mengeluh kepalanya sakit dengan data objektif antara lain skala nyeri 6, klien tampak meringis,

1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan.. dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3,

Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang diderita pasien.. Untuk kegiatan Shalat dan lainnya hanya

dengan prioritas masalah Gangguan Nutrisi Kurang Dari kebutuhan. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan

S: Klien mengatakan sudah sedikit tenang saat ditemani mengobrol dan berbicara tentang penyakit klien. O: Klien terlihat tenang dan mulai terbuka berbicara tentang