• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK MAGIS DI SITUS PANCUR GADING (PEMANDIAN PUTRI HIJAU) DESA DELI TUA KECAMATAN NAMO RAMBE KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK MAGIS DI SITUS PANCUR GADING (PEMANDIAN PUTRI HIJAU) DESA DELI TUA KECAMATAN NAMO RAMBE KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK MAGIS

DI SITUS PANCUR GADING (PEMANDIAN PUTRI HIJAU)

DESA DELI TUA KECAMATAN NAMO RAMBE

KABUPATEN DELI SERDANG

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sosial

Pada Program Studi Antropologi Sosial

oleh:

AYU FEBRYANI NIM. 8146152002

PRODI ANTROPOLOGI SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK

MAGIS DI SITUS PANCUR GADING (PEMANDIAN PUTRI

HIJAU) DESA DELI TUA KECAMATAN NAMORAMBE

KABUPATEN DELI SERDANG

Disusun dan diajukan oleh AYU FEBRYANI

8146152002

Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis

Pada Tanggal 04 April 2016 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sosial

Program Studi Antropologi Sosial Medan, 04 April 2016

Menyetujui Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Usman Pelly, M.A., Ph.D Dr.Phil Ichwan Azhari, M.S

NIP. - NIP. 196101161985031003

Diketahui Oleh:

Program Studi Program Pascasarjana

Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan

Ketua, Direktur

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Ayu Febryani

NIM : 8146152002

Judul :KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP

PRAKTIK MAGIS DI SITUS PANCUR GADING (PEMANDIAN PUTRI HIJAU) DESA DELI TUA KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG

Hari/ Tanggal : Senin, 04 April 2016

NAMA TANDA TANGAN

Prof. Dr. Usman Pelly, M.A., P.hD Pembimbing I

Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S Pembimbing II

Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S Penguji

Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant Penguji

(4)

i ABSTRAK

Penelitian ini terkait kepercayaan masyarakat terhadap praktik magis di Situs Pancur Gading Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang. Situs ini selain dikenal sebagai situs bersejarah, masyarakat umum juga mengenalnya sebagai tempat keramat dan dipercaya memiliki kekuatan gaib. Kepercayaan masyarakat terhadap situs ini memberi konsepsi tentang hidup bahwa segala hal yang tidak mampu dijawab manusia, mampu dijawab oleh sang keramat gaib. Kepercayaan masyarakat terhadap Pancur Gading dapat ditelusuri melalui, (1) latar belakang masyarakat melakukan praktik magis di Situs Pancur Gading, (2) pola sinkretisme dari praktik magis yang dilakukan masyarakat Situs Pancur Gading, (3) makna praktek magis yang dilakukan masyarakat di Situs Pancur Gading. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif melalui aspek fenomenologi. Aspek fenomenologi digunakan agar mampu mengungkap realitas nyata yang terjadi secara emic view. Informan

dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat (pengunjung/ pasien), para perantara di Pancur Gading, dan masyarakat sekitar Dusun I. Hasil penelitian diperoleh bahwa air Pancur Gading, sanggapura/ altar Putri dan Panglima adalah sebuah konstruksi para penutur/ perantara/ dukun/ paranormal/ sebagai tempat keramat. Latar belakang pengunjung melakukan praktek magis di Pancur Gading diantaranya untuk: (1) membersihkan diri, (2) menyembuhkan penyakit, (3) memudahkan dalam mencari jodoh, (4) meminta kemurahan rezeki, (5) membuang kekuatan gaib dalam tubuhnya, (6) meminta kekuatan gaib untuk tubuhnya, (7) menangkal pengaruh jahat orang lain, (8) menyelesaikan permasalahan keluarga, (9) menyelesaikan permasalahan pekerjaan dan atau meminta pekerjaan yang layak, (10) meminta kekuatan agar berhasil dalam pendidikan, (11) pergantian nama pada anak yang dianggap memiliki nama yang berat, dan (12) membersihkan benda-benda ritual seperti keris dan cincin batu. Beberapa pola sinkretisme dapat dilihat dalam bentuk praktek yang terdiri atas praktek ritual dengan benda magis, praktek ritual tanpa benda magis, serta pertapaan. Bentuk praktek ritual dengan benda magis dilakukan dengan mempersiapkan beberapa sesajen. Sedangkan praktek ritual tanpa benda magis dilakukan melalui penyampaian doa dan mantra kepada Tuhan dan para leluhur. Makna kegiatan tersebut adalah sebagai sebuah perwujudan atau tanda penghormatan para pemohon kepada roh-roh di tempat tersebut yang dipercaya mampu memberikan apa yang dibutuhkan manusia di dunia.

(5)

ii

ABSTRACT

This research is about people’s belief in magical practice on Pancur Gading Sites (Putri Hijau Bathing Place) at Deli Tua Village, Sub district Namorambe, Deli Serdang District. This site besides known as a historic site, the public knew it as sacred place and is believed to have supernatural powers. Public trust on this site gives a conception of life that all things human are unable to answer, can be answered by the sacred occult. Public confidence in the Pancur Gading can be traced through, (1) the background of the people to practice magic in the largest Pancur Gading, (2) the pattern of syncretism of magical practices that do community trusted Pancur Gading, (3) the meaning of magical practice is made public on the Pancur Gading Site. This research uses descriptive qualitative study through phenomenological aspects. Phenomenological aspects used to be able to uncover the real reality occurring emic view. Informants in this study consisted of people (visitors / patients), the intermediary in Pancur Gading, and the people around Dusun I. Results showed that the water of Pancur Gading, sanggapura / altar Princess and Commander are a construction of the speakers / intermediaries / shaman / paranormal / as a sacred place. Background visitors to practice magic in Pancur Gading, them for: (1) clean themselves, (2) to cure diseases, (3) facilitate the search for a mate, (4) ask for mercy sustenance, (5) dispose of supernatural powers in his body, (6 ) require supernatural powers to the body, (7) to ward off evil influence of others, (8) resolve family problems, (9) to solve the problems of work and or ask for a decent job, (10) asked for the strength to succeed in education, (11) turn over names of children who are considered to have a name that weight, and (12) cleaning ritual objects like a dagger and a ring of stones. Some patterns of syncretism can be seen in practice that consists of the practice of ritual with magical objects, the practice of ritual without magical objects, as well as the Hermitage. Forms of ritual practices with magical objects carried by preparing some offerings. While the practice of ritual without magical objects is done through submission of prayer and mantra to God and the ancestors. The meaning of these activities are as a manifestation or sign of respect of the applicant to the spirits in the place which is believed to provide what is needed in the human world.

(6)

iii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak keberkatan, nikmat kesehatan, dan petunjuk yang tidak

terhingga. Shalawat dan salam juga tidak pernah lupa penulis sampaikan kepada

sang suri tauladan umat Islam yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

para sahabatnya, semoga penulis kelak mendapatkan syafa’at dari beliau

(Allahumma shalli ‘ ala muhammad wa ali muhammad). Amiin.

Atas izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Kepercayaan Masyarakat terhadap Praktik Magis di Situs Pancur Gading

(Pemandian Putri Hijau) Desa Deli Tua Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli

Serdang” dengan lancar. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk

memeroleh gelar magister sosial pada Prodi Antropologi Sosial Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas

perhatian dan peran serta kepada:

- Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

- Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Negeri Medan dan segenap fungsionaris.

- Ayahanda Prof. Dr. Usman Pelly, MA., P.hD yang telah berkenan

(7)

iv

- Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, MS selaku ketua Program Studi Pendidikan

Antropologi dan pembimbing tesis saya, terima kasih untuk ilmu-ilmu,

pengalaman, dan ide Bapak untuk penelitian saya.

- Bapak Prof. Robert Sibarani, MS selaku penguji I yang saya anggap

pembimbing pula, sebab berkat arahan beliau, beberapa kekurangan dalam

tesis ini dapat pula saya perbaiki.

- Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant selaku Penguji II, terima kasih untuk

saran-saran yang sangat membantu dalam rangka memperbaiki tulisan saya.

- Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku Penguji III, terima kasih pula atas saran

– saran pengembangan dan pendalaman grand theory nya, pak. Kepada para

pembimbing dan penguji-penguji saya, dengan penuh kerendahan hati, saya

berdoa semoga Allah melimpahkan rahmat dan berkah kepada bapak-bapak

dan keluarga. Amiin.

- Kedua orang tua yang penuh kasih, ayahanda Sutrisno dan Ibunda Siti Ramlah,

bilamana ada kata lain selain ‘terima kasih’, pastilah kata tersebut tertuju pada

kalian, sosok – sosok hebat dalam hidup saya. Orang tua yang senantiasa

mendukung, bahkan tak meninggalkan nama saya dalam setiap doa-doa indah

mereka. Segala kelancaran dalam hidup ini, pastilah atas ridho keduanya. Gelar

ini adalah pencapaian saya untuk langkah awal membahagiakan ibu, bapak,

dan adik-adik. Semoga allah mempermudah, melancarkan, dan menjadikan

(8)

v

- Adik-adik saya yang luar biasa, Dian Mitri Pramudara, Rizki Deka Frastya,

Ade Pratiwi, dan Egie Nugraha, terima kasih banyak yang sayangnya kakak.

Semoga kesuksesan dan keberkahan selalu bersama kita. Amiin.

- Para bapak ibu dosen di Prodi Antropologi Sosial Program Pascasarjana

Unimed, saya haturkan banyak terima kasih atas ilmu – ilmu yang telah

dibagikan. Semoga segala yang diberikan, dapat menjadi ilmu yang bermanfaat

bagi saya dan orang lain. Amiin.

- Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan segala jajarannya,

terima kasih telah mengizinkan saya menjalani studi ini.

- Ibu Dra. Puspitawati, M.Si, Ibu Dr. Nurjannah, M.Pd, Ibu Dra. Trisni

Andayani, Kak Noviy Hasanah, M.Hum, Ibu Sulian Ekomila, MSP, Ibu Murni

Eva Marlina, M.Si, dan Ibu Supsiloani, M.Si, bu Dr. Rosramadhana, M.Si, Kak

Dr.Leylia Khairani, M.Si dan bapak-bapak dosen di Prodi Pendidikan

Antropologi, terima kasih atas kemurahan hati, kebaikan dalam materi dan doa

kepada saya, memberi nasehat, petunjuk, ilmu pengetahuan dan dukungan yang

luar biasa pula. Pak Erond L.Damanik, M.Si dan Mas Agung Suharyanto, M.Si

terima kasih telah memberikan bantuan peminjaman buku. Semoga Allah

melindungi bapak ibu dalam kebaikan. Amiin.

- Seluruh narasumber, terima kasih atas kesediaan dan bantuan yang luar biasa

dalam penulisan tesis ini.

- Kepada Abangda Dedi Andriansyah, S.Pd, M.Si, terima kasih untuk kesabaran

(9)

vi

semakin memudahkan rezeki kita dan meridhoi niat kita melangkah ke arah

yang lebih baik. Amiin.

- Keluarga besar SMK PAB 2 Helvetia, khususnya Bapak Kepala Sekolah,

Bapak Drs. Ahmad Nasution, M.Si, ibu guruku tersayang alm Ibu Hariatik,

S.Pd dan Mami Anita M.Nur, S.Pd, terima kasih untuk setiap doa dan

dukungan yang pernah diberikan.

- Icha dan Ecy yang meski sudah sibuk dengan urusan keluarga masing-masing,

tetapi masih sempat memberi dukungan dan doa, ayu sampaikan terima kasih

banyak kawan.

- Kawan-kawan seperjuangan di S2 Ansos Unimed, khususnya Diah Utari

Prasetia, bang Darwin H Tambunan, pak Maruli Sibarani, bang Ismail, meski

sama-sama sedang berjuang, tetapi masih menyempatkan waktu membantu

penulis dengan penuh rasa ikhlas. Semoga kita mampu memberi kontribusi

yang berarti dalam perkembangan ilmu antropologi dan pendidikan

antropologi.

- Adik-adik S1 Pendidikan Antropologi FIS Unimed, terima kasih telah memberi

dukungan dan doa sehingga tesis ini dapat terselesaikan, terkhususnya untuk

Lestari Chen dan Wiwik Pujiati, makasih yang adik-adik kakak yang hebat

atas keluangan waktu dan kontribusi yang sangat berarti. Semoga Allah

membalas kebaikan kalian sayang. Amiin.

Kiranya semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala

kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat

(10)

vii

membangun, akan penulis terima sebagai perbaikan yang positif. Semoga Allah

SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Amin ya Rabbalalamin.

Medan, April 2016

Penulis

Ayu Febryani

(11)

vii DAFTAR ISI

BAB I

BAB II

Abstrak ...

Ucapan Terima Kasih ...

Daftar Isi………...………...

Daftar Gambar ...

Daftar Tabel ...

Daftar Bagan ...

PENDAHULUAN………...

1.1. Latar Belakang Masalah………...

1.2. Rumusan Masalah..………...

1.3. Tujuan Penelitian………...

1.4. Manfaat Penelitian………...

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI ………...

2.1. Tinjauan Pustaka ...………...

2.1.1. Penelitian Terdahulu ………..

2.2. Kerangka Konseptual ...………...

2.2.1. Magis dan Mistik ...

2.2.2. Bahasa Agama ...

2.2.3. Sakral ...

2.2.4. Proses Ritual ...

(12)

viii BAB III

BAB IV

2.2.8. Legenda Putri Hijau di Kerajaan Aru ...

2.3. Kerangka Teoritis ...

2.3.1. Teori Religi ...

2.3.2. Emosi Keagamaan ...

2.3.3. Agama dan Prilaku Keagamaan ...

2.3.4. Simbol dan Nilai ...

2.3.5. Matriks Penelitian ...

2.3.6. Kerangka Berpikir ...

METODE PENELITIAN………...

3.1. Desain Penelitian ...………...

3.2 Pendekatan Penelitian………...

3.3. Lokasi Penelitian………...

3.4. Informan………...

3.5.Pengumpulan Data………...

a. Observasi ………...

b. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) ...

c. Studi Dokumen ………...

d. Dokumentasi ………...

3.6. Analisis Data ………...

HASIL DAN PEMBAHASAN ...

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...

(13)

ix BAB V

4.3. Tokoh yang Dipuja pada Situs Pancur Gading di Desa Deli Tua,

Kecamatan Namorambe ...

4.4. Latar Belakang Pelaksanaan Praktek Magis di Pancur Gading ...

4.5. Pola Sinkretisme dari Praktik Magis di Pancur Gading Desa Deli Tua ...

4.6. Makna Benda-Benda yang Digunakan dalam Praktek Magis di Pancur

Gading Desa Deli Tua ...

4.6.1. Air Pancur Gading ...

4.6.2. Sesajian ...

4.6.3. Persyaratan Benda-Benda Ritual ...

(14)

vii Tabel 1.

Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6.

DAFTAR TABEL

Letak Batas Desa ... Kepadatan Penduduk ... Perubahan Penduduk ... Keadaan Penduduk Desa yang sudah/belum memiliki KTP dan Kartu Keluarga Kualitas Angkatan Kerja dirinci menurut Pendidikan yang ditamatkan... Perbedaan Metode Pengobatan antar Perantara ...

(15)
(16)

vii

Peta Lokasi Penelitian ... Jalur masuk pertama ... Pancuran Panglima dan Sanggapura Panglima ... Jalur masuk kedua ... Pancuran Putri dan sanggapura Putri Hijau ... Wadah pancuran Panglima 5 tahun yang lalu ... Bak Pancuran Panglima saat ini(2016) ... Pancur Panglima tahun 2010 (Sumber:harapan film) ... Pancur diperbaiki oleh Pengunjung yang niatnya tercapai ... Tampak perbedaan keramik lantai yang diperbaharui ... Uang Dirham yang ditemukan di Situs Benteng Putri Hijau ... Bibi sedang Kerasukan Roh Nenek Pasien yang bersuku Jawa ... Bibi sedang Kerasukan Roh Ompung Bersuku Karo di Pancur Gading ... Bibi sedang Kerasukan Ular dari Penghuni di Pancur Gading ... Bibi sedang menjilat pasien untuk menghilangkan masalah yang ada di tubuh pasien ... Pemberitahuan pengisian uang di Kotak jalan, tempat parkir, dan kotak kebersihan yang tersedia ... Kandang Kambing dan ayam di sekitar Pancur Putri ... Proses Praktek Ritual pada Suku Tionghoa ... Ritual pengobatan Viky dan temannya ...

(17)

viii Gambar 20.

Gambar 21. Gambar 22.

Ritual Magis permintaan kekuatan gaib untuk tubuh ... Daun Bidara (menurut Pak Amin) untuk membuka aura ... Ayam-ayam yang menjadi nadzar dan syarat melakukan ritual magis ...

(18)

ix Bagan 1.

Bagan 2. Bagan 3. Bagan 4. Bagan 5. Bagan 6.

DAFTAR BAGAN

Alur hubungan antara orang-orang hidup dan roh-roh para nenek moyang (leluhur) ... Hubungan trust terjalin antara perantara dan pengunjung ... Alur perpindahan pemilihan perantara ... Pola Benda Magis di Altar/ Sanggapur ... Pola Posisi duduk antara Perantara dan Pasien ... Makna Pancur Putri pada tiga pancurannya ...

(19)

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12.

DAFTAR LAMPIRAN Daftar Gambar

Daftar Informan Pedoman Wawancara Biodata Alumni Daftar Riwayat Hidup

Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat Dan Memalsukan Data Surat Telah Selesai Penelitian Dari Tempat Penelitian Surat Izin Penelitian Lapangan Dari Pps Unimed Undangan Seminar Proposal Tesis

Undangan Ujian Tesis

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini

baik secara tersurat maupun tersirat sebagai sesuatu kenyataan yang paling benar

beserta berbagai perilaku berkenaan dengannya, meskipun hal-hal yang dianggap

paling benar itu tidak dapat dibuktikan secara empiris (Rudyansjah (2015: 5).

Pada studi ilmu antropologi, religi tidak melihat dari benar atau salahnya

perilaku atau tindakan manusia dalam memahami, menghayati, bahkan meyakini

sesuatu hal. Sebagaimana fokus utama antropologi adalah mempersoalkan

bagaimana kebenaran ilahiah yang diyakini dan dipraktikkan seseorang atau

sekelompok orang bisa mempunyai dampak terhadap pemikiran dan tindakan

mereka yang diselami dari kesadaran atas nama religi.

Religi mengandung makna keberagaman dalam segala aktivitas dan

tindakan-tindakannya. Masalah religi bukanlah sekadar masalah bagaimana manusia

mengonsepsikan Tuhan dan jagad raya ini serta hidup sesudah mati, atau aktivitas

manusia menghayati adanya Tuhan dan kehidupan di dunia lain, tetapi juga

masalah mengapa mereka mengonsepsikan semua hal itu dan untuk apa semuanya

itu bagi kehidupan seseorang atau orang seorang dan masyarakatnya (Radam,

2001:17). Sedangkan menurut Agus (2007), manusia bukan hanya makhluk

(21)

2

mendapatkan sesuatu yang gaib yang akan dipercayanya dari ajaran agama,

mereka akan menciptakan sendiri hal-hal gaib atau supernatural tersebut.

Pada ajaran agama – agama dan aliran keagamaan di Indonesia, praktik

agama adalah jalan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan ruhaniahnya. Tetapi

dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, ada jalan lain yang ditempuh

manusia. Praktik magis adalah cara agar manusia dapat memeroleh jawaban dari

permasalahan-permasalahan hidupnya yang kerap bersinggungan dengan

ruhaniahnya. Praktik magis adalah sarana yang diyakini manusia yang

melaksanakannya sebagai arena yang mampu menghubungkan antara alam dunia

dengan alam lain (gaib), agar yang manusia inginkan dapat terwujud.

Salah satu bentuk praktik magis yang telah terimplementasi dalam kehidupan

masyarakat adalah sebagaimana terjadi pada fenomena ritual atau praktik magis di

Situs Pancur Gading yang terletak di Desa Deli Tua Kecamatan Namo Rambe

Kabupaten Deli Serdang. Pancur Gading adalah sebuah tempat pemandian yang

memiliki dua letak pancuran yang berbeda, yakni yang disebut sebagai pancuran

Putri Hijau dan pancuran Panglima. Tempat tersebut dipercaya oleh masyarakat,

baik masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar sebagai tempat pemandian Putri

Hijau dan para pengawalnya. Sehingga bila menyebut nama Pancur Gading,

masyarakat kerap menyebutnya sebagai pemandian Putri Hijau. Adapun dasar

penyebutan tersebut, karena proses sosialisasi dan enkulturasi setiap keluarga

yang tinggal di sekitar mata air terkait kisah legenda Putri Hijau. Temuan

arkeologis Benteng Putri Hijau belakangan ini oleh tim arkeolog pun semakin

(22)

3

Berbagai fenomena ritual dapat terlihat di Pemandian Putri Hijau. Masyarakat

datang dan mengeramatkan berbagai benda yang dikonstruksi dalam

kepercayaannya, baik secara individu, maupun dalam proses transformasi melalui

para perantara (dukun). Masyarakat yang datang pun tidak hanya terdiri dari

masyarakat sekitar Desa Deli Tua, tetapi juga dari dalam dan luar kota Medan,

bahkan hingga melintasi batas negara, seperti Malaysia. Keyakinan masyarakat

terhadap keampuhan pancur gading ini telah sanggup menghadirkan berbagai

kategori pengunjung yang tidak hanya terdiri dari perbedaan suku bangsa, tetapi

juga agama dan budaya.

Pengunjung dan para perantara (guru sibaso) mempercayai adalah roh-roh

yang patut dihormati di tempat tersebut, seperti sosok Putri Hijau (Nenek Putri),

Naga (Kakek Naga), dan Meriam (Kakek Meriam), para pengawalnya, dan

roh-roh atau begu lainnya baik dalam wujud manusia (seperti para syek, begu, datuk),

maupun dalam wujud berbagai hewan (seperti ular, harimau, dan monyet).

Budaya dan kepercayaan pada Suku Karo berkembang di situs ini, yang mana

dominasi masyarakat sekitar adalah masyarakat bersuku Karo. Budaya Karo

sebagaimana diutarakan Milala (2014) bahwa menurut kepercayaan tradisional,

disamping percaya adanya Tuhan pencipta langit dan bumi, termasuk segala

isinya, orang Karo percaya di luar itu masih ada pencipta-pencipta lain yang

membantu mereka yang disebut dengan roh-roh halus dari nenek moyang yang

memberikan rahmat, menghindarkan dari bahaya-bahaya penyakit, murah rezeki,

dan lain-lain, sehingga dalam waktu tertentu orang harus menyajikan

(23)

4

maka Injil berjumpa dengan unsur-unsur budaya lokal. Artinya Injil bertemu

dengan adat, bicara, dan kiniteken yang merupakan unsur pelaksana budaya Karo.

Adat adalah sikap hidup yang telah menjadi kebiasaan dalam perikehidupan yang

menjadi aturan dan norma hidup orang Karo yang sudah ada sejak dahulu kala

dan diturunkan secara turun temurun kepada generasi berikutnya. Bicara adalah

sesuatu yang dianggap baik diturunkan (jile-jile) sebagai tambahan dalam adat,

dimana setiap daerah memiliki bicara yang berbeda-beda. Dan kiniteken adalah

kepercayaan terhadap adanya kekuasaan di luar manusia yang dianggap mampu

melindungi manusia dan melepaskannya dari bahaya serta memberikan berkat

kepada manusia yang menyembahnya.

Unsur yang paling dekat dan bersangkutan dengan dunia adikodrati orang

Karo adalah begu yaitu arwah (tendi) yang telah meninggal (Milala, 2014). Unsur

tersebut ternyata dalam pemahaman kehidupan masyarakat Karo, para roh masih

bisa dihubungi melalui seorang perantara/ dukun atau dalam istilah orang Karo

ialah guru sibaso. Begu pula bagi orang Karo dibagi menjadi dua, yakni roh yang

baik dan roh yang jahat (begu ganjang). Sebagaimana diurai Saputra (2013)

dalam Endrawarsa (2013:14) bahwa fenomena ritual memiliki fungsi untuk

menjaga keharmonisan relasi sosial, baik pada tatanan mikrokosmos maupun

makrokosmos. Fungsi semacam itu dilatarbelakangi oleh kondisi-kondisi sosial

dan kultural yang bersifat fungsional yang menjadi penopangnya.

Di tempat ini pula tidak hanya dikembangkan keyakinan sinkretisme bagi

penganut Karo Kristen, tetapi pula sinkretisme Jawa Islam (kejawen). Dasar religi

(24)

5

terhadap para pasien. Perilaku pemujaan yang dilakukan oleh masyarakat yang

datang ke Pancur Gading didasari oleh berbagai latar belakang masalah yang

dimilikinya. Kehadiran mereka umumnya diperoleh melalui berbagai informasi,

baik lisan, maupun hal-hal gaib seperti peristiwa mimpi.

Para pengunjung umumnya membawa berbagai benda ritual untuk

melaksanakan praktik ritual, meskipun selalu ada pengunjung yang baru pertama

kali datang. Pada kesempatan ini pula, terkadang pengunjung memilih perantara

yang akan memandunya, atau sebaliknya, para perantara yang menawarkan diri

untuk dipilih menjadi pemandunya. Sehingga tidak dapat dihindarkan, terjadinya

kompetisi diantara para perantara. Perasaan senang dan tidak senang pun kerap

menjadi perbincangan tersendiri antar keluarga perantara.

Kesadaran ‘mengeramatkan’ merupakan pengalaman yang menyatu dengan

obyek yang ditampilkan, sehingga masyarakat membangun konsepsi makna

sebuah praktik berdasarkan kepercayaannya. Kepercayaan itu tidak hanya dapat

diperolehnya secara pribadi melalui proses pemahaman, tetapi proses transformasi

pengetahuan melalui sang penutur (dukun). Air pancuran, sanggapura putri dan

panglima, berbagai sesajian, dan benda-benda ritual, semuanya memiliki fungsi,

manfaat, dan makna yang berbeda antara sesama perantara dan pengunjung.

Sehingga boleh jadi objek yang sama tidak tampil sebagai alasan ia

mengeramatkan suatu benda sehingga tidak mungkin menimbulkan kesadaran

‘meyakini dan mengeramatkannya. Bagi Husserl, sang pengemuka fenomenologi,

mengurai bahwa kesadaran manusia adalah kesadaran yang terjalin dengan

(25)

6

situasi (situated). Dunia manusia bukanlah sekedar kenyataan objektif melainkan

merupakan lebenswelt, yaitu dunia sebagaimana dialami dan dihayatinya secara

subjektif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

lebih lanjut agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai

Kepercayaan Masyarakat pada Praktik Magis di Situs Pancur Gading (Pemandian

Putri Hijau), Desa Deli Tua Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka diuraikan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa latar belakang masyarakat melakukan praktik magis di Situs Pancur

Gading (Pemandian Putri Hijau) di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana pola sinkretisme dari praktik magis yang dilakukan masyarakat

Situs Pancur Gading (Pemandian Putri Hijau) di Desa Deli Tua Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang?

3. Apa makna praktik magis yang dilakukan masyarakat di Situs Pancur

Gading (Pemandian Putri Hijau), Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

(26)

7 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, adapun tujuan penelitian adalah

untuk:

1. Mengetahui latar belakang praktik magis yang dilakukan masyarakat di

Situs Pancur Gading (Pemandian Putri Hijau) di Desa Deli Tua Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang

2. Menganalisis pola sinkretisme dari praktik magis yang dilakukan

masyarakat di Situs Pancur Gading (Pemandian Putri Hijau) di Desa Deli

Tua Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdan

3. Menganalisis makna praktik magis yang dilakukan masyarakat di Situs

Pancur Gading (Pemandian Putri Hijau), Desa Deli Tua Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini ialah:

1. Memberikan informasi lebih dalam dan ilmiah terkait praktik magi di Situs

Pancur Gading (Pemandian Putri Hijau) di Desa Deli Tua Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang

2. Sebagai salah satu referensi ilmiah mengenai keberagaman bentuk praktik

magi berbalut religi yang terdapat di Sumatera Utara.

3. Memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

memahami ilmu gaib dan religi yang berkembang pada masa modernisasi

(27)

8

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah untuk

memfasilitasi pengembangan dan pelestarian Situs Pancur Gading

(Pemandian Putri Hijau) sebagai wisata religi di Kota Medan.

5. Memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti dalam mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh semasa menempuh studi di Program Studi

(28)

174

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data-data penelitian yang telah dikemukakan, maka ditarik

beberapa poin kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Latar belakang pengunjung melakukan praktik magis di Pancur Gading

diantaranya : (1) membersihkan diri, (2) menyembuhkan penyakit, (3)

memudahkan dalam mencari jodoh, (4) meminta kemurahan rezeki, (5)

membuang kekuatan gaib dalam tubuhnya, (6) meminta kekuatan gaib

untuk tubuhnya, (7) menangkal pengaruh jahat orang lain, (8)

menyelesaikan permasalahan keluarga, (9) menyelesaikan permasalahan

pekerjaan dan atau meminta pekerjaan yang layak, (10) meminta

kekuatan agar berhasil dalam pendidikan, (11) pergantian nama pada

anak yang dianggap memiliki nama yang berat, dan (12) membersihkan

benda-benda ritual seperti keris dan cincin batu.

2. Beberapa pola sinkretisme dapat dilihat dalam bentuk praktik magis

yang dilakukan berdasarkan latar belakang pengunjung/ pasien

melaksanakan praktik magis. Adapun bentuk praktik tersebut ialah

praktik ritual dengan benda magis, dan praktik ritual tanpa benda magis.

Bentuk praktik ritual dengan benda magis dilakukan dengan

mempersiapkan beberapa sesajen diantaranya jeruk purut, berbagai

bunga-bunga sesuai keluhan masalah, wewangian, kemenyan, bertih,

(29)

175

putih/ayam hitam/ayam merah, kelapa hijau, dan wadah air. Sedangkan

praktik ritual tanpa benda magis dilakukan melalui penyampaian doa

dan mantra kepada Tuhan dan leluhur.

3. Makna kegiatan tersebut adalah sebagai sebuah perwujudan atau tanda

penghormatan para pemohon kepada roh-roh di tempat tersebut yang

dipercaya mampu memberikan apa yang dibutuhkan manusia di dunia.

Makna penggunaan sesajen, air, dan Pancur Gading hanya dapat

dipahami bagi masyarakat yang mempercayai kekuatan pada benda

tersebut. Sugesti menjadi salah satu ranah yang menaungi perasaan para

pengunjung. Orang – orang yang merasa sukses dalam kelancaran

usahanya, umumnya memiliki nadzar yang harus dipenuhi, salah

satunya dengan memperbaiki pembangunan Pancur Gading.

5.2. Saran

1. Kepercayaan pada suatu hal adalah mutlak pilihan hidup manusia, sehingga

menghormati dan saling toleransi adalah cara menjaga kedamaian.

2. Situs Pancur Gading adalah area arkeologis yang masih perlu banyak

penggalian dan penelitian untuk dapat mengungkapkan historis kerajaan

Aru dan legenda Putri Hijau, sehingga kiranya bagi pemerintah diperlukan

kepedulian lebih untuk meneliti lokasi tersebut

3. Menjadikan Pancur Gading sebagai wisata religi dapat menjadi pilihan

destinasi wisata di Sumatera Utara. Keasrian mata air di Pancur Gading

(30)

176

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan A.C.Van Der Leeden (eds). 1986. Durkheim dan Pengantar

Sosiologi Moralitas. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Agus, Bustanuddin. 2007. Agama dalam Kehidupan Manusia – Pengantar

Antropologi Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Amelia. 2012. Kisah Legenda Putri Hijau. Medan: Perpustakaan Daerah

Ardhianto, Imam. 2012. Hubungan Relasional dan Ontologi Moralitas: Meninjau

Beberapa Tulisan Antropologi Mengenai Ritus Kurban. Dalam Rudiansjah,

Tony (ed). 2015. Antropologi Agama – Wacana-Wacana Mutakhir dalam

Kajian Religi an Budaya. Jakarta: UI Press.

Armstrong, Karen. 2002. Sejarah Tuhan. Bandung: Mizan.

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Baidhawy, Zakiyuddin dan Mutohharun Jinan (eds). 2003. Agama dan Pluralitas

Budaya Lokal. Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta

Barthes, Roland. 2010. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa: Semiotika atau

Sosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi. Yogyakarta: Jalasutra

Berutu, Lister dan Nurbani Padang (eds). 1998. Tradisi dan Perubahan – Konteks

Masyarakat Pakpak Dairi. Medan: Monora

Chambert-Loir, Hendri & Anthony Reid. 2006. Kuasa Leluhur – Nenek Moyang,

(31)

177

Chodjim, Achmad. 2007. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta

Creswell, J.W., 1994. Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury

Park: Sage

Damanik. 2009. Kajian Arkeologis : Benteng Puteri Hijau: Situs Kerajaan Aru

Deli Tua Sumatera Timur. Medan: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Damm, Muhammad. 2015. Anthropometamorphosis: Konseptualisasi atas

Materialitas Tubuh dalam Studi Antropologi. Dalam Rudiansjah, Tony (ed).

2015. Antropologi Agama – Wacana-Wacana Mutakhir dalam Kajian Religi

an Budaya. Jakarta: UI Press.

Dhavamony, Mariasusai. 1999. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius

Durkheim, Emile. 2005. Sejarah Agama – The Elementary Forms of the Religious

Life. Yogyakarta: IRCiSoD

Eliade, Mircea. 2002. Mitos Gerak Kembali yang Abadi, Kosmos dan Sejarah.

Yogyakarta: Ikon Teralitera

Endraswara, Suwardi. 2003. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan

Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi

---. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada Press.

Gea, Antonius Atosokhi, dkk. 2004. Character Building III : Relasi dengan

Tuhan. Jakarta: Elex Media Komputindo

Geertz, Clifford. 1960. The Religion of Java. The Pree Press of Glencoe.

(32)

178

---. 1975. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa.

Jakarta: Pustaka Jaya

---. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: KANISIUS.

---. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta : KANISIUS.

Hendropuspito. D.1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Hertz, R. 1970. Death and the Right Hand. Dalam Chambert-Loir, Hendri &

Anthony Reid. 2006. Kuasa Leluhur – Nenek Moyang, Orang Suci, dan

Pahlawan di Indonesia Kotemporer. Medan: Bina Media Perintis

Holm, Jean dan John Bowker (eds). 2007. Ritus Peralihan dalam Berbagai

Agama. Medan: Bina Media Perintis

Huibers, Theo.1992. Mencari Allah. Pengantar Kedalam Filsafat Ketuhanan.

Yogyakarta: Kanisius

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada.

James, William. 1902. The Varieties of Religious Experience: A Study in Human

Nature. New York: Longman Green. Dalam Rudiansjah, Tony (ed). 2015.

Antropologi Agama – Wacana-Wacana Mutakhir dalam Kajian Religi an Budaya. Jakarta: UI Press.

Koentjaraningrat. 1985. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

---. 1990. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan.

Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

---. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

(33)

179

King. 2002. “The Resurgence of Intellectual Capital: The Emphasis Shifts From

Measurement to Management”, Jerman. Diunduh pada laman

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20864/3/Chapter%20II.pdf.

Diakses pada 02 Februari 2016

Malefijt, Anne Marie de Waal. 1968. Religion and Culture. Dalam Agus,

Bustanuddin. 2007. Agama dalam Kehidupan Manusia – Pengantar

Antropologi Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Misiak, Henryk dan Virginia Staudt Sexton. 2005. Psikologi Fenomenologi,

Eksistensial dan Humanistik: Suatu Survei Historis. Bandung: Refika Aditama

Moleong, Lexy J,.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.

Morris, Brian. 2007. Antropologi Agama – Kritik Teori-Teori Agama

Kontemporer. Yogyakarta: AK Group

Muhni, Djuretna A. Imam. 1994. Moral dan Religi – Menurut Emile Durkheim &

Henri Bergson. Yogyakarta: Kanisius.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya

Patton, M.Q., 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods.Newbury

Park: Sage

Radam, Noerid Haloei. 2001. Religi Orang Bukit.Yogyakarta: Yayasan Semesta

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi (Edisi Kedelapan 2012). Yogyakarta :

(34)

180

Riyanto. 2012. Membebaskan Ikon dari Beban Makna: Ikonografi dan Peralihan

Ontologis. Dalam Rudyansjah. 2012. Antropologi Agama –

Wacana-Wacana Mutakhir dalam Kajian Religi dan Budaya. Jakarta: UI Press Rudiansjah, Tony. 2015. Going Native sebagai Tabu dan Identitas Tempatan

sebagai Titik Pijakan Etnografis. Dalam Rudiansjah, Tony (ed). 2015.

Antropologi Agama – Wacana-Wacana Mutakhir dalam Kajian Religi an Budaya. Jakarta: UI Press.

Sedyawati, Edi. 2007. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Solihat, Ade. 2015. Memahami Bahasa Agama dalam Perspektif Antropologi.

Dalam Rudiansjah, Tony (ed). 2015. Antropologi Agama – Wacana-Wacana

Mutakhir dalam Kajian Religi an Budaya. Jakarta: UI Press.

Sonjaya, Jajang A. 2008. Melacak Batu Menguak Mitos. Yogyakarta: Kanisius.

Suhardi, 1986. Konsep “Sangkan Paran” dan Upacara Selamatan dalam Budaya

Jawa. Dalam Endraswara, Suwardi. 2003. Mistik Kejawen: Sinkretisme,

Simbolisme, dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi

Spradley, James. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Weber. 1963. The Sociology of Religion, translated by Ephraim Fischofff, Beacon

Press, Boston. Dalam Agus, Bustanuddin. 2007. Agama dalam Kehidupan

(35)

181

Sumber Internet

Agustrisno. 2009. Serbadua yang Saling Melengkapi: Sistem Kepercayaan

Masyarakat Cina Medan terhadap ‘Datuk’ dan ‘Pekong’. USU e-journals Vol.1 No. 1 Juni 2005. Diunduh pada laman http://repository.usu.

ac.id/handle/123456789/15268. diakses pada 04 Desember 2015.

Milala, Israel H.S. 2014. Begu dalam Kepercayaan Suku Karo. Diunduh pada

laman

https://israelhsmilala.wordpress.com/2014/10/13/begu-dalam-keper-cayaan-suku-karo/, diakses pada 04 April 2016.

Sembiring, Sri Alem br. Sembiring. 2002. Guru (Tabib) dalam Masyarakat Karo:

Kajian Antropologi mengenai Konsep Orang Karo tentang Guru dan

Kosmos (Alam Semesta). FISIP USU. Diunduh pada laman

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3821/1/Guru.pdf. diakses

pada 04 April 2016

Siregar, Epan Hasyim. 2010. Citra Manusia dengan Alam dalam Teks Mistik

Masyarakat Melayu Batubara. [Skripsi]. Fakultas Sastra USU. Diunduh pada laman http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16092. diakses

pada 02 Desember 2015.

Tarigan, Noprianto A. 2010. Sesajen (Studi Deskripsi Mengenai Makna Sesajen

pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan

STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara). [Skripsi]

FISIP USU. Diunduh pada laman http://repository.usu.ac.id/

Gambar

Tabel 1. Letak Batas Desa ................................................................................................
Gambar 20. Ritual Magis permintaan kekuatan gaib untuk tubuh .........................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui keberadaan Sanggar Seni Mejuah-juah di Desa pertampilen Kecamatan pancur batu Kabupaten Deli Serdang, untuk

Henni Ompusunggu : Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak peralihan TPA Namo Bintang terhadap kesejahteraan sosial rumah tangga pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten