• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Berdasarkan Kepuasan Kerja Dan Tingkat Pendidikan Karyawan Pada Divisi Umum dan Logistik PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Berdasarkan Kepuasan Kerja Dan Tingkat Pendidikan Karyawan Pada Divisi Umum dan Logistik PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Responden yang terhormat,

Bersama ini saya memohon kesediaan Sdra/Sdri untuk mengisi Kuisioner

Penelitian ini dengan Judul “Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Berdasarkan

Kepuasan Kerja Dan Tingkat Pendidikan Karyawan Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan”. Informasi yang Saudara berikan adalah bantuan

yang bernilai dalam penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program S-1 Ekstensi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara. Atas kerjasama Saudara, saya ucapkan terimakasih.

PETUNJUK PENGISIAN

IdentitasResponden 1. Nama Responden :

2. Usia : Tahun

3. JenisKelamin :

5. Masa Kerja : Tahun

PetunjukPengisianKuesioner :

1. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Saudara anggap paling sesuai

2. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban saja

Keterangan:

1. SP : Sangat Puas 2. P : Puas

(2)

1. Variabel Kepuasan Kerja (X1)

No Pertanyaan SP P KP TP STP

1 Apakah Bapak/Ibu puas dengan gaji yang diberikan? ketersediaan berbagai peralatan kerja yang ada?

7 Apakah Bapak/Ibu puas terhadap kerja sama dengan rekan kerja?

8 Apakah menurut Bapak/Ibu hubungan kerja dengan atasan sudah memuaskan? 9 Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan

adanya kesesuaian pekerjaan dengan minat Bapak/Ibu?

10 Apakah Bapak/Ibu merasa memiliki kenyamanan yang memuaskan dengan bekerja di perusahaan ini?

(3)
(4)

Lampiran 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabiltas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.897 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 33.0667 25.375 .678 .884

P2 33.5667 24.323 .743 .879

P3 33.7333 25.375 .662 .885

P4 33.1667 26.489 .493 .896

P5 33.5333 26.602 .604 .889

P6 32.7333 26.685 .569 .891

P7 32.9667 24.240 .745 .879

P8 32.8333 23.178 .838 .872

P9 33.2333 25.633 .594 .890

(5)

Lampiran 4 Uji Normalitas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Prestasi_Kerja

N 60

Normal Parametersa,,b Mean 2.91137

Std. Deviation .641752

Most Extreme Differences Absolute .169

Positive .103

Negative -.169

Kolmogorov-Smirnov Z 1.305

Asymp. Sig. (2-tailed) .066

(6)

Lampiran 5 Uji Homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Prestasi_Kerja

F df1 df2 Sig.

1.724 8 51 .115

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Kepuasan_Kerja + Tingkat_Pendidikan + Kepuasan_Kerja *

(7)

Lampiran 6 Deskriptif Statisik

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Prestasi_Kerja

Kepuasan_Kerja Tingkat_Pendidikan Mean Std. Deviation N

Tidak Puas SMA 1.38750 .252437 2

D3 2.33267 .655123 3

S1 2.14200 1.206324 2

Total 2.00814 .763707 7

Cukup Puas SMA 2.35600 .416174 6

D3 2.71575 .549265 4

S1 3.09650 .447599 2

Total 2.59933 .511260 12

Puas SMA 2.98567 .576604 12

D3 3.19938 .383214 13

S1 3.25081 .419320 16

Total 3.15690 .462961 41

Total SMA 2.63695 .712372 20

D3 2.97265 .547084 20

S1 3.12450 .584018 20

(8)

Lampiran 7

Uji Hipotesis Two Way-Anova Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Prestasi_Kerja

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model 11.893a 8 1.487 6.112 .000 .489

Intercept 222.693 1 222.693 915.502 .000 .947

Kepuasan_Kerja 8.723 2 4.362 17.931 .000 .413

Tingkat_Pendidikan 2.277 2 1.139 4.681 .014 .155

Kepuasan_Kerja * Tingkat_Pendidikan

.769 4 .192 .791 .537 .058

Error 12.406 51 .243

Total 532.862 60

Corrected Total 24.299 59

(9)

Lampiran 8

The error term is Mean Square(Error) = .243. *. The mean difference is significant at the .05 level.

b. Tingkat_Pendidikan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Byars, Llloyd L dan Rue, Leslie W. 2006. Human Resource Management, 8 edition. MCGraw-Hill, Irwin

Dessler, Gary, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh Jilid I, Indeks, Jakarta. Metode Riset. Cetakan Pertama. , USU Press, Medan

Handoko, T. H , 2008, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,: BPFE, Yogyakarta

Indrawijaya, Adam. 1989. Perilaku Organisasi.: Cetakan Keempat. PT. Sinar Baru, Bandung.

Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita. 1997. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Mathis Robert L. & Jackson John H, 2006. Human Resources Management Edisi sepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

______________________________, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta

Mangkunegara, A. P. 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

Rosda, Bandung.

Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Penerbit Ghalai Indonesia, Bogor.

(11)

Panggabean, Mutiara S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2007. Organizational Behaviour. New Jersey: Twelfth Edition, Pearson Internationa l Edition. Pearson Education

__________________________________), 2008, Perilaku Organisasi Edisi ke- 12, Salemba Empat, Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Sirait, Justine. 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Garasindo, Jakarta.

Sofiandi, Herman. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia Graha, Jakarta.

Sumatera Utara Dalam Angka, 2013. Penduduk dan Tenaga Kerja. Katalog BPS Sumut 2013. BPS Sumut

Umar Tirtarahardja dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Veithzal Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Zainun, Buchari. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia. Cetakan Keenam. Toko Gunung Agung, Jakarta.

SKRIPSI :

Sagala, Leonard 2009, “Analisis Perbedaan Prestasi Kerja dan Kepuasan Kerja

Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Karyawan Divisi Umum dan SDM PT

Inalum Kuala Tanjung”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Adhanari, Maria Asti. 2005. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan B agian Produksi pada Maharani Handicraft di Kab. Bantul. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

(12)

Jurnal:

Mufidah, Silvya L. Mandey, dan Mananeke, Lisbeth. 2014. Analisis Tingkat Pendidikan, Kompetensi, dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Asuransi Jasaraharja Putera Manado. Jurnal EMBA Vol.2 No.2 Juni 2014, Hal. 1339-1348. Universitas Samratulangi Manado.

Ridjal, Syamsul. 2006. Analisis Kinerja Karyawan Industri Besar di Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Vol. 3 No. 1: 39-52 Tahun 2006 . Sulawesi Selatan.

Sariyathi, Ni Ketut. 2003. Beberapa Faktor yang Berasosiasi dengan Prestasi Kerja Karyawan PDAM Kab. Klungkung. Buletin Ekonomi Vol. 11 Nomor 1 Tahun 2006. Universitas Udayana, Denpasar, Bali

.

MAJALAH

Harian Analisa. 23 Oktober2014. Fadmin Prihatin Malau. Kolom Opini: Pendidikan Untuk Semua Orang.

Undang-Undang

Undang Undang No. 20 Tahun 2003

INTERNET

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Kerja

2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan menunjukkan kemampuan organisasi dalam memenuhi

kebutuhan karyawannya. Pengertian kepuasan telah dikemukakan oleh beberapa

ahli diantaranya adalah Robbins dan Judge (2008: 99) mendefinisikan kepuasan

kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan

hasil dari evaluasi karakteristik-karakteristiknya. Moorse dalam Panggabean

(2002: 128) mengemukakan bahwa pada dasarnya kepuasan kerja tergantung

kepada apa yang diinginkan oleh seorang karyawan dari pekerjaannya dan apa

yang mereka peroleh. Karyawan yang paling merasa tidak puas adalah mereka

yang mempunyai keinginan paling banyak dan mendapat paling sedikit.

Sedangkan yang merasa paling puas adalah mereka yang menginginkan banyak

dan mendapatkannya.

Menurut Keith David dan John Newstorm (2008: 105) mengatakan

kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau

tidaknya pekerjaan karyawan. Menurut Handoko (2008: 193) mengatakan bahwa

kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan dan tidak

menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.

(14)

sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan

pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan

yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat

kepuasan yang dirasakan dan jika kepuasan kerja karyawan diperhatikan maka

karyawan akan bekerja sejauh kemampuannya agar memperoleh apa yang

diharapkan dalam bekerja. Apabila perusahaan memperhatikan kepuasan kerja

karyawan, maka karyawan akan semakin giat bekerja sehingga produktivitas kerja

karyawan akan semakin tinggi pula.

2.1.2 Teori Kepuasan Kerja

Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap

kepuasan kerja. Menurut Mangkunegara (2011: 120) teori-teori kepuasan terdiri

dari enam yaitu:

1. Teori Keseimbangan (Equity Theory)

Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari

membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan

input-outcome pegawai lain. Jadi, jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang

maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila tidak seimbang

dapat menimbulkan dua kemungkinan, yaitu ketidak seimbangan yang

menguntungkan dirinya dan sebaliknya, ketidak seimbangan yang

menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding.

2. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)

Menurut teori ini, apabila yang didapat pegawai ternyata lebih besar dari

(15)

apabila yang didapat pegawai lebih rendah daripada yang diharapkan, akan

menyebabkan pegawai tidak puas.

3. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

Menurut teori ini, kepuasan kerja karyawan bergantung pada terpenuhi atau

tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia

mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan karyawan

terpenuhi, makin puas pula karyawan tersebut. Bagitu pula sebaliknya

apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu akan merasa tidak

puas.

4. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)

Menurut teori ini, kepuasan kerja karyawan bergantung pada pandangan dan

pendapat kelompok oleh para karyawan dianggap sebagai kelompok acuan.

Kelompok acuan tersebut oleh karyawan dijadikan tolak ukur untuk menilai

dirinya maupun lingkungannya. Jadi, karyawan akan merasa puas apabila

hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh

kelompok acuan.

5. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan

bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu pemeliharaan dan

pemotivasian. Ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar

pekerjaan dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah

reaksi negatif dinamakan sebagai pemeliharaan. Sebaliknya kepuasan ditarik

(16)

daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang

promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan. Karena

faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan

pemotivasian.

6. Teori Pengharapan (Exceptancy Theory)

Menurut teori ini, semakin besar kesesuaian antara harapan dan kenyataan

maka semakin puas seseorang, begitu pula sebaliknya.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Mangkunegara (20011: 120) mengatakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :

a. Faktor Pegawai

Yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi

fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi,

cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.

b. Faktor Pekerjaan

Yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan),

kedudukan, mutu pengawasan, jaminan financial, kesempatan promosi

jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

Menurut Robbins (2006: 76) bahwa faktor – faktor yang mendorong

kepuasan kerja adalah :

1. Ganjaran yang pantas

2. Pekerjaan itu sendiri

(17)

4. Kesesuaian kepribadian-pekerjaan

Menurut De Santis dan Durst dalam Panggabean (2002: 130) faktor-faktor

yang perlu diperhatikan agar dapat menimbulkan kepuasan kerja pada diri seorang

karyawan yaitu :

1. Monetery/non-monetery, yaitu adanya penghargaan terhadap kinerja

karyawan dari segi monetery misalnya gaji dan upah dan non-monetery

misalnya promosi dan lain-lain.

2. Karakteristik pekerjaan (job characteristics), yaitu berkaitan dengan

pekerjaan itu sendiri dimana ia berkaitan dengan cara bagaimana karyawan

menilai tugas-tugas yang ada dalam pekerjaannya.

3. Karakteristik kerja (work characteristics), merupakan faktor-faktor yang

diduga dapat membantu atau menghalangi karyawan dalam pelaksanaan

tugas-tugasnya.

4. Karakteristik individu yang dianutnya, yaitu sikap dan perilaku yang ada

pada individu akibat dari nilai-nilai.

2.1.4 Pengaruh dari Karyawan yang Tidak Puas dan Puas di Tempat Kerja

Ada konsekuensi ketika karyawan menyukai dan ketika karyawan tidak

menyukai pekerjaannya. Robbins dan Judge (2008: 111) menyatakan ada empat

respon kerangka yang menjadi kensekuensi ketidakpuasan kerja karyawan yang

berbeda satu sama lain bersama dengan dua dimensi: konstruktif/destruktif dan

(18)

a. Keluar (exit). Ditunjukkan dengan meninggalkan organisasi.

b. Aspirasi (voice). Secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki

kondisi, termasuk menyarankan perbaikan atau mendiskusikan masalah

dengan atasan.

c. Kesetiaan (loyality). Secara pasif tetapi optimis menunggu membaiknya

kondisi, termasuk membela organisasi ketika berhadapan dengan kecaman

eksternal dan percaya pada organisasi dan manajemennya.

d. Pengabaian (neglect). Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih

buruk, temasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus menerus,

kurangnya usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.

2.2 Pendidikan

2.2.1 Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, “Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.” Sedangkan menurut Ahmad, (1982: 4) dalam Adhanari, (2005: 10),

Pendidikan itu merupakan kegiatan proses belajar mengajar yang sistem

pendidikannya senantiasa berbeda dan berubah-ubah, dari masyarakat yang satu

kepada masyarakat yang lain. Pendapat lain tentang pengertian pendidikan

(19)

Pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi, kemampuan-kemampuan,

kapasitas-kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan

disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan alat atau media

yang disusun sedemikian rupa dan digunakan oleh manusia untuk menolong orang

lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.”

Pengertian pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja

menurut Tirtaharja dan Sulo (1994: 37) dalam Adhanari (2005: 11) yaitu

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan

membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

Sebagaimana dikemukakan oleh Zainun (2001: 80) menyatakan bahwa

pendidikan jika dikaitkan dengan dunia kerja pada dasarnya pendidikan

dimaksudkan untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia sebelum memasuki

pasar tenaga kerja. Diharapkan hendaknya pengetahuan dan keahlian yang

diperoleh selama pendidikan dalam proporsi tertentu sesuai dengan syarat-syarat

yang dituntut oleh suatu pekerjaan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan

manusia untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi

yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan di masa yang akan

datang khususnya di dunia kerja.

2.2.2 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 adalah untuk

(20)

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga ne gara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Sementara menurut Tirtarahardja dan Sulo dalam Adhanari (2005: 12)

tujuan pendidikan terdiri atas empat bagian yaitu:

a. Tujuan umum pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia

Pancasila.

b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga

pendidikan tertentu untuk mencapainya.

c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau pelajaran.

d. Tujuan instruksional yaitu tujuan kurikulum yang berupa bidang studi

terdiri dari pokok bahasan, terdiri atas tujuan instruks ional umum dan

tujuan instruksional khusus.

2.2.3 Tingkat Pendidikan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 14-19, jenjang pendidikan di Indonesia

adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Dasar

Merupakan jenjang paling dasar pendidikan di Indonesia yang mendasari

pendidikan menengah. Anak usia 7 - 15 tahun diwajibkan mengikuti

pendidikan dasar. Bentuk pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD/MI)

(21)

b. Pendidikan Menengah

Merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar. Pendidikan menengah

diselenggarakan selama 3 tahun dan terdiri atas Sekolah Menengah Umum

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan

ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian.

Jenjang tersebut adalah jenjang pendidikan yang secara resmi dan wajib

diikuti oleh setiap peserta didik dalam jalur pendidikan formal, tetapi ada tahap

pendidikan yang tidak wajib dilaksanakan yaitu pendidikan anak usia dini

sebelum mengikuti pendidikan dasar.

Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangs

angan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini antara lain adalah Taman Kanak-kanak (TK) dan

(22)

2.3 Prestasi Kerja

2.3.1 Pengertian Prestasi Kerja

Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang

berbeda-beda, yang saling tergantung satu dengan yang lainnya, yang berusaha

untuk mewujudkan kepentingan bersama mereka, dengan memanfaatkan berbagai

sumber daya. Pada dasarnya tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh

organisasi adalah mencari keuntungan. Prestasi kerja merupakan gabungan dari

tiga faktor penting yaitu kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi

tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang karyawan. Semakin tinggi ketiga

faktor diatas, semakin besarlah prestasi kerja karyawan yang bersangkutan.

Menurut Handoko (2012: 19) mengartikan prestasi kerja sebagai ungkapan

kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi

dalam menghasilkan sesuatu. Menurut Hasibuan (2004: 94), menyatakan bahwa

prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Selanjutnya Tua (2002: 195) mendefenisikan prestasi kerja merupakan

hasil kerja yang dihasilkan karyawan atau perilaku nyata yang di tampilkan sesuai

dengan perannya dalam organisasi. Byars dan Rue (1984) dalam Sutrisno (2009:

50) mengartikan prestasi kerja sebagai tingkat kecakapan seseorang pada

tugas-tugas yang mencakup pada pekerjaannya. Pengertian tersebut menunjukkan pada

bobot kemampuan individu di dalam memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada di

(23)

ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadi serta persepsi terhadap

peranannya dalam pekerjaannya itu.

Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2006: 9).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan dapat dikatakan bahwa prestasi

kerja merupakan tingkat keberhasilan suatu pekerjaan dibandingkan dengan

strandar yang telah ditentukan sebelumnya pada perdiode tertentu, jika hasil kerja

sesuai dengan standar yang ditetapkan maka seorang karyawan dikatakan

memiliki prestasi kerja yang baik.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempegaruhi prestasi kerja seperti

dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Mangkunegara (2011: 67), ada dua

faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi kerja yaitu

a. Faktor kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari potensi (IQ)

dan kemampuan (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ

diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk

jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia

akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu

pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

(24)

b. Faktor Motivasi

Motivasi tumbuh dari sikap (attitude) seorang pegawai yang menghadapi

situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan

diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan perusahaan. Sikap mental

merupakan kondisi yang mendorong diri pegawai untuk berusaha

mencapai prestasi kerja secara maksimal. Seorang pegawai harus memiliki

sikap mental yang siap secara psikologis (mental, fisik, tujuan dan situasi)

artinya, seorang pegawai harus siap secara mental maupun secara fisik,

memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu

memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja aman dan nyaman sesama

karyawan.

Sedangkan menurut Byar dan Rue (1984) dalam Sutrisno (2009: 151),

mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu faktor

individu dan lingkungan.

1. Faktor-faktor individu yang dimaksud adalah :

a. Usaha (effort) yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan mental yang

digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.

b. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan

suatu tugas.

c. Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu

(25)

2. Adapun faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja adalah :

Kondisi fisik, peralatan, waktu, material, pendidikan, supervisi, disain

organisasi, pelatihan, keberuntungan.

2.3.3 Aspek-Aspek Prestasi Kerja

Aspek-aspek yang terdapat dalam prestasi kerja seorang karyawan

menurut Hasibuan dalam Mangkunegara (2009: 17) adalah :

a. Kuantitas kerja yaitu jumlah kerja yang dilakukan suatu periode waktu

yang ditentukan.

b. Kualitas kerja yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat

kesesuaian dan kesiapan.

c. Pengetahuan kerja yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

keterampilan.

d. Kreativitas yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

e. Kerja sama yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama

anggota organisasi).

f. Dispilin kerja yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas dan dalam

memperbesar tanggung jawabnya.

g. Disiplin kerja yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran

dan penyelesaian pekerjaan.

h. Kepribadian yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

(26)

Menurut Moenir (2005: 9) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan

standar prestasi kerja, yaitu :

a. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta

kebersihan.

b. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin dan output non ruti (ekstra).

c. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti

instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian dan kerajinan.

d. Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan, karyawan lain, pekerjaan

serta kerja sama.

2.3.4 Imbalan Karyawan Berprestasi

Imbalan merupakan motivator yang positif bagi para karyawan untuk

meningkatkan prestasi. Pemberian imbalan berguna baik bagi perusahaan maupun

karyawan karena imbalan digunakan untuk mendorong karyawan dalam

memperbaiki kualitas dan kuantitas kerjanya. Menurut Sulistiyani (2003: 206)

imbalan merupakan konteks yang lebih luas melalui pemberian kompensasi oleh

suatu institusi yang diorganisasikan meliputi seluruh paket keuntungan yang

disediakan organisasi kepada anggotanya dan mekanisme-mekanisme serta

prosedur-prosedur dimana keuntungan dapat didistribusikan.

Upah, gaji, pensiunan, rekreasi, dan promosi jabatan yang lebih tinggi,

tetapi termasuk juga imbalan lainnya seperti jaminan keselamatan kerja,

pemindahan kerja pada posisi yang lebih menantang atau pada posisi yang

mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan dll. Mondy (2008: 4) kompensasi

(27)

1. Kompensasi finansial

Tediri dari langsung dan tidak langsung. Adapun kompensasi secara

langsung terdiri dari bayaran seseorang dalam bentuk upah, gaji dimana

merupakan imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan secara

teratur seperti tahunan, caturwulan, bulanan, mingguan, ada juga insentif

yang merupakan imbalan langsung kepada karyawan karena kinerjanya

melebihi standar yang telah ditentukan, komisi, dan bonus.

Menurut Rivai (2004: 387) terdapat dua penggolongan insentif, yaitu:

a. Insentif individu memilik program yang bertujuan untuk memberikan

penghasilan tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat

mencapai standar prestasi tertentu. Dapat berupa upah per output atau

per waktu.

b. Insentif kelompok memiliki sistem pembayaran yang berbeda dengan

insentif individu yang seringkali sukar dilaksanakan karena untuk

menghasilkan sebuah produk dibutuhkan kerjasama. Oleh sebab itu

insentif ini diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja mereka

juga melebihi standar yang ditetapkan.

c. Kompensasi non finansial

Mencakup faktor-faktor psikologis dan fisik di dalam lingkungan

terhadap perusahaan.

2.3.5 Penilaian Prestasi Kerja

Ukuran prestasi kerja adalah standar dan target yang telah ditentukan

(28)

karyawan untuk mencapai standar atau target tersebut bahkan berusaha melebihi

standar yang ditepakan. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan adanya penilaian

untuk mengukur sejauh mana kontribusi atau prestasi karyawan melalui berbagai

teknik atau cara penilaian yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam kebijakan promosi maupun bahan evaluasi. Penilaian ini

disebut penilaian prestasi kerja.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian penilaian prestasi kerja

diantaranya menurut Dessler (2008 : 290) penilaian prestasi kerja adalah suatu

prosedur yang mengaitkan pengaturan standar kerja, mengukur kinerja terkini dari

karyawan yang dibandingkan dengan standar dan memberi timbal balik pada

karyawan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dan menghilangkan kinerja

yang buruk atau melanjutkan kinerja yang sudah baik.

Menurut Malthis dan Jackson (2006: 382) penilaian prestasi kerja adalah

proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika

dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan

informasi tersebut kepada karyawan. Menurut Byras dan Rue (2006: 223)

penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi dan mengomunikasikan bagaimana

karyawan melakukan pekerjaan dan menyusun rencana pengembangan kepada

para karyawan itu sendiri.

Menurut Sofyandi (2008: 122) Penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam

penilaian dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode waktu

(29)

mereka bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi. Apabila penilaian

kinerja dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia, departemen SDM, dan

akhirnya organisasi akan diuntungkan dengan melalui upaya-upaya karyawan

memberikan kontribusi kepada organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi

kerja merupakan bagian integral dari proses penilaian yang meliputi penerapan

sasaran kinerja yang spesifik, terukur, memiliki tingkat perubahan, terbatas pada

waktu, adanya pengarahan, dan dukungan atasan. Karyawan bersama atasan

masing-masing dapat menetapkan sasaran dan standar kinerja yang harus dicapai

dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan kinerja karyawan perseorangan pada

gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan.

Maka sangat diperlukan metode penilain prestasi kerja yang tepat agar sasaran

dari penilaian prestasi kerja dapat dicapai.

2.3.6 Tujuan dan Kegunaan Serta Manfaat Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen

untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar kinerja

serta memotivasi karyawan diwaktu berikutnya.

Menurut Mathis dan Jackson (2001: 81) tujuan dan kegunaan penilaian

prestasi kerja antara lain:

1. Mengetahui pengembangan, yang meliputi: identifikasi kebutuhan latihan,

umpan balik kinerja, menentukan transfer dan penugasan, dan identifikasi

(30)

2. Pengambilan keputusan administratif, yang meliputi: keputusan untuk

menentukan gaji, promosi, mempertahankan atau memberhentikan

karyawan, pengukuran kinerja karyawan, pemutusan hubungan kerja, dan

mengidentifikasi pekerjaan yang buruk.

3. Keperluan perusahaan, yang meliputi: perencanaan SDM, menentukan

kebutuhan pelatihan, evaluasi pencapaian tujuan perusahaan, informasi

untuk identifikasi tujuan, evaluasi terhadap sistem SDM, dan penguatan

terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan.

4. Dokumentasi, yang meliputi: kreteria untuk validitas penelitian,

dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM, dan membantu untuk

memenuhi persyaratan hukum.

Adapun manfaat penilaian prestasi kerja menurut Werther dan Davis dalam

Sirait (2006: 129) menyebutkan manfaat penilaian prestasi kerja adalah sebagai

berikut:

1. Memperbaiki prestasi kerja

Prestasi yang sudah baik harus ditingkatkan lagi dan prestasi yang buruk

harus segera diperbaiki.

2. Untuk dapat melakukan penyesuaian kompensasi

Kompensasi tidak boleh statis tetapi harus dinamis, yaitu dinamis menurut

harga pasar dan kontingensi (dihubungkan dengan prestasi karyawan

masing-masing).

3. Untuk bahan pertimbangan penempatan, promosi, transfer, dan demosi.

(31)

5. Melalui penilaian prestasi kerja, kita dapat menetapkan materi latihan dan

pengembangan.

2.3.7 Indikator-Indikator Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja harus memiliki indikator tertentu mengenai sifat dan

karakteristik kerja karyawan yang dapat diukur (measureable).

Menurut Mathis dan Jackson (2006: 378) terdapat beberapa indikator dalam

mengukur prestasi kerja karyawan yaitu :

1. Kualitas kerja karyawan.

Meliputi segi ketelitian dan kerapihan kerja, kecepatan penyelesaian

pekerjaan, ketepatan waktu dan kecakapan.

2. Kuantitas kerja karyawan

Merupakan kemampuan secara kuantitaif dalam mencapai target atau basil

kerja atas tugas-tugas, seperti kemampuan menyusun rencana, kemampuan

melaksanakan perintah/instruksi.

3. Kehadiran Karyawan

Adalah aktifitas para karyawan di dalam kegiatan rutin kantor maupun

acara-acara lain yang ada kaitannya dengan kedinasan.

4. Kerjasama Karyawan

Yaitu kemampuan karyawan dalam melakukan kerjasama dengan setiap

orang baik vertikal maupun horizontal.

Sedangkan menurut Moeheriono (2009: 106) dalam mengimplementasikan

penilaian prestasi kerja, langkah terpenting adalah menentukan variabel penilaian.

(32)

1. Hasil kerja

Pencapaian hasil kerja atau target karyawan sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

2. Kerjasama

Kesediaan karyawan untuk berhubungan dan bekerjasama, secara vertikal

maupun horizontal dalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Sikap kerja (work attitude)

Sikap karyawan dalam bekerja, semangat kerjanya serta motivasi yang

timbul di dalam individu karyawan.

4. Disiplin kerja

Sikap karyawan yang mematuhi peraturan perusahaan dan melakukan

pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh atasan.

2.3.8 Proses Penilaian Prestasi Kerja

Proses penilaian prestasi kerja merupakan hal penting dalam penilaian,

maka proses-proses penilaian harus dilakukan dengan mekanisme yang benar

sesuai standar operasional presedur.

Menurut Dessler (2010: 327) proses penilaian kinerja terdiri dari tiga tahap

yaitu:

1. Mendefinisikan pekerjaan.

Mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa pemimpin dan

(33)

2. Menilai kinerja.

Penilaian kinerja berarti membandingkan kinerja sesungguhnya dari

bawahan anda dengan standar yang telah ditetapkan, hal ini biasanya

melibatkan beberapa jenis formulir peringkat.

3. Memberikan umpan balik.

Penilaian kinerja biasanya membutuhkan sesi umpan balik. Dalam hal ini,

atasan dan bawahan mendiskusikan kinerja dan kemajuan karyawan, dan

membuat rencana untuk pengembangan apapun yang dibutuhkan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Sagala, (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan

Prestasi Kerja dan Kepuasan Kerja Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Karyawan

Divisi Umum dan SDM PT Inalum Kuala Tanjung”. Penelitiannya dengan

menggunakan Analisis Varian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata

prestasi kerja karyawan ditinjau dari tingkat pendidikan dan ada perbedaan

rata-rata kepuasan kerja karyawan ditinjau dari tingkat pendidikan.

Mufidah, Mandey, dan Mananeke (2014) melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Tingkat Pendidikan, Kompetensi dan Kompensasi Terhadap

Kinerja Karyawan Pada PT Asuransi Jasaraharja Putera Manado”. Dengan

menggunakan metode analisis regresi linear berganda hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, kompetensi dan kompensasi berpengaruh

positif dan signifikan baik secara simultan maupun secara parsial.

Ridjal (2006) yang melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja

(34)

industri di Sulawesi Selatan menyimpulkan bahwa prestasi kerja karyawan

dipengaruhi oleh antara lain variabel jaminan sosial, variabel pendidikan, variabel

pengalaman, variabel keterampilan, variabel sarana dan prasarana, variabel umur,

variabel kepribadian, variabel penghargaan, variabel kepribadian, variabel sikap

dan variabel moral berpengaruh terhadap kinerja.

Adhanari (2005) melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Tingkat

Pendidikan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi pada

Maharani Handicraft di Kabupaten Bantul menyimpulkan bahwa, variabel

tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel

produktivitas kerja. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan indeks pada tingkat

pendidikan akan diikuti pula oleh kenaikan indeks tingkat produktivitas secara

signifikan.

Efrizal (2011) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kepuasan

kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada Rumah Sakit Islam Malang”. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi kerja karyawan Rumah Sakit Islam Malang.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan variabel yang

diteliti yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. (Sugiono, 2004)

Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau kecewa seorang

karyawan terhadap pekerjaannya dengan membandingkan harapannya dengan

kenyataan yang didapat. Sehingga karyawan yang puas dan tidak puas akan

(35)

tentu akan terdorong untuk berprestasi dalam bekerja sebaliknya karyawan yang

tidak puas akan memiliki kinerja yang cenderung negatif.

Robbins dan Judge (2008: 99) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai

suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

evaluasi karakteristik-karakteristiknya. Selanjutnya Robbins dan Judge (2008:

111) menyatakan ada empat respon kerangka yang menjadi kensekuensi

ketidakpuasan kerja karyawan yang berbeda satu sama lain bersama dengan dua

dimensi: konstruktif/destruktif dan aktif/pasif. Sehingga karyawan yang puas

akan cenderung bersikap konstruktif dan aktif sebaliknya karyawan yang tidak

puas akan bersikap destruktif dan pasif. Dengan demikian kepuasan kerja

karyawan yang berbeda satu dengan lainnya akan berdampak juga pada prestasi

kerja yang berbeda.

Selanjutnya tingkat pendidikan karyawan akan berpengaruh terhadap

prestasi kerja. Robbins dan Judge (2008: 56) menyatakan bahwa karakteristik

individual meliputi: karakteristik fisik, intelektual dan biografis. Terlihat bahwa

salah satu karakteristik individu adalah karakteristik intelektual yang dapat

diperoleh melalui pendidikan sehingga tingkat pendidikan yang berbeda akan

menyebabkan kemampuan intelektual yang berbeda pula. Tingkat intelektual yang

berbeda akan menyebabkan prestasi kerja yang berbeda. Dengan demikian

tingkat pendidikan karyawan akan berdampak pada prestasi kerjanya.

Selanjutnya menurut Tirtaharja dan Sulo (1994: 37) menyatakan

pendidikan jika dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai

(36)

kemudian menurut Zainun (2001: 80) menyatakan bahwa Pada dasarnya

pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia sebelum

memasuki pasar tenaga kerja. Diharapkan hendaknya pengetahuan dan keahlian

yang diperoleh selama pendidikan dalam proporsi tertentu sesuai dengan

syarat-syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyiapkan peserta didik

agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam

memasuki kehidupan di masa yang akan datang khususnya di dunia kerja.

Dengan demikian tingkat pendidikan yang berbeda akan berpengaruh terhadap

prestasi kerja.

Berdasarkan uraian tersebut, kerangka konseptual penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut:

Kepuasan Kerja (X1)

Tingkat Pendidikan (X2)

Prestasi Kerja (Y)

Karyawan PT JNE Medan Divisi Umum & Logistik

(37)

Berdasarkan perumusan masalah dan teori-teori yang mendukung serta

kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan rata-rata prestasi kerja ditinjau dari kepuasan kerja

karyawan pada Divisi Umum dan Logistik PT. Tiki Jalur Nugraha

Ekakurir Medan

2. Ada perbedaan rata-rata prestasi kerja Karyawan ditinjau dari tingkat

pendidikan karyawan pada Divisi Umum dan Logistik PT. Jalur Nugraha

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif dengan

menggunakan metode survei eksplanasi. Penelitian komparatif adalah penelitian

yang bersifat membandingkan satu variabel atau lebih. Penelitian komparatif

dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata Prestasi Kerja karyawan (Y)

berdasarkan Kepuasan Kerja (X1) dan Tingkat Pendidikan (X2).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan yang

berada di Jln. Sisinga Mangaraja KM 10 Amplas Trade Centre Blok E.33 Medan.

Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut berikut:

1. Variabel Independen (Variabel X) terdiri dari Kepuasan Kerja (X1) dan

Tingkat Pendidikan (X2) Karyawan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir

Medan Divisi Umum dan Logistik.

2. Variabel Dependen (Variabel Y) yaitu Prestasi Kerja Karyawan PT Tiki

Jalur Nugraha Ekakurir Medan Divisi Umum dan Logistik.

3.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat keterkaitan antara variabel

(39)

petunjuk bagaimana suatu variabel diukur untuk mengetahui baik buruknya

pengukuran dalam sebuah penelitian didalam penelitian. Pada penelitian ini yang

menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen (bebas) terdiri dari :

a. Kepuasan Kerja Karyawan (X1)

Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau kecewa seorang karyawan

terhadap pekerjaannya dengan membandingkan antara harapan dengan

kenyataan yang diperoleh.

b. Tingkat Pendidikan (X2)

Merupakan jenjang pendidikan karyawan yang terdiri atas tingkat

pendidikan SMA/Sederajat, Tingkat Diploma, dan Tingkat Sarjana.

2. Variabel Dependen (Terikat) yaitu Prestasi Kerja

Prestasi Kerja (Y)

Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai karyawan yang diukur

berdasarkan kriteria tertentu dalam suatu periode.

(40)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Pengelompokan Skala

1

1. Nilai Karyawan Indeks Prestasi Interval

Sumber: Robbins (2006: 76), Robbins dan Judge (2008: 99), Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Malthis dan Jackson (2006: 382)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala

Ordinal dan Interval.

1. Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah skala yang menggolongkan kedudukan subyek

(41)

jenjang dengan jenjang lainnya, semata-mata hanya menyatakan subyek

yang satu kedudukannya lebih tinggi/rendah dari yang lainnya (Ginting dan

Situmorang, 2008: 119).

Skala ordinal digunakan untuk mengukur indikator pada variabel Kepuasan

Kerja (X1) dan Tingkat Pendidikan (X2).

Tabel 3.2

Instrumen Skala Ordinal

Kepuasan Kerja (X1) Tingkat Pendidikan (X2)

No. Pengelompokan Rank Pengelompokan Rank

1 Tidak Puas (TP) 1 SMA/Sederajad 1

2 Cukup Puas (CP) 2 Diploma 2

3 Puas (P) 3 Sarjana 3

Sumber: Ginting dan Situmorang (2008: 119) data diolah

2. Skala Interval

Skala interval adalah skala yang menggolongkan subyek menurut nilai-nilai

dengan jarak yang sama antara satu kedudukan dengan kedudukan yang

paling dekat, dapat menyatakan subyek yang satu sekian lebihnya dari

subyek yang lain. Skala interval dapat dinyatakan dengan angka skor (tidak

dengan nilai mutlaknya. (Ginting dan Situmorang, 2008: 120).

(42)

3.6Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Arikunto (2006: 130) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Tiki Jalur

Nugraha Ekakurir Medan yang berjumlah 150 orang.

Tabel 3.3

Jumlah Karyawan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Medan Divisi Umum dan Logistik Tahun 2014

Pendidikan Jumlah Karyawan Tetap

SMA 85 orang

DIPLOMA 48 orang

S – I 27 orang

Jumlah 150 orang

2.6.2 Sampel

Metode pengambilan sampel dengan metode Judgement Sampling dengan

teknik purposive sampling yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti.

Penetapan ini lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu

(Ginting dan Situmorang 2008: 142).

Dengan demikian, kriteria pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

kelompok tingkat pendidikan karyawan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan

Divisi Umum dan Logistik sebanyak 20 responden untuk masing-masing tingkat

pendidikan karena 20 responden dianggap cukup representatif sehingga jumlah

(43)

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber utama untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data primer

dalam penelitian ini berupa hasil pengisian kuesioner dan hasil

wawancara yang dilakukan penulis sebagai data pendukung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi

yang umumnya berisikan mengenai informasi dan teori-teori yang

digunakan untuk mendukung penelitian, seperti buku-buku, jurnal,

tabloid maupun internet yang berhubungan dengan variabel penelitian.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Daftar pertanyaan (questionnaire)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

kepada responden untuk menentukan kepuasan kerja karyawan

berdasarkan jawaban yang diberikan pada kuesioner yang diajukan.

Selanjutnya, total nilai jawaban masing-masing responden akan diberikan

skor dan dikelompokkan kedalam tiga tingkatan/kategori kepuasan kerja

(44)

Kategori 1 Skor: 10- 23 = Tidak Puas

Kategori 2 Skor: 24-37 = Cukup Puas

Kategori 3 Skor: 38-50 = Puas

Lebih jelas, langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur dan

mengelompokkan tingkat kepuasan kerja karyawan adalah sebagai

berikut:

1. Menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Menggolongkan/mengelompokkan jawaban responden sesuai skor

yang ditentukan dan selanjutnya dikategorikan kedalam tingkatan

Tidak Puas (TP), Kurang Puas (KP), dan Puas (P).

3. Memasukkan data dalam bentuk tabulasi untuk diolah lebih lanjut

dengan Program SPSS.

b. Wawancara (interview)

Wawancara adalah kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek

penelitian dengan melakukan tanya jawab secara langsung pada objek

responden.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan meninjau dokumen-dokumen serta

catatan yang ada, misalnya sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan

jumlah karyawan. Studi dokumentasi juga dapat dilakukan dengan

meninjau jurnal, internet, data literatur, majalah dan sumber-sumber lain

(45)

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Pengujian validitas menunjukkan seberapa nyata pengujian mengukur apa

yang harusnya diukur Situmorang (2010:68). Validitas berhubungan dengan

ketepatan alat ukur melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Pengukuran

dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Uji validitas

pada penelitian ini dilakukan kepada 30 orang karyawan PT Tiki Jalur Nugraha

Ekakurir di luar sampel dengan menggunakan program SPSS, dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan dinyatakan valid

2. Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid

Hasil Uji Validitas dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Sumber: Pengolahan Data Primer (20015)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian.

(46)

untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2006: 110). Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari

jawaban-jawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan untuk

menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Suatu variabel dinyatakan reliable jika memberikan alpha cronbach >

0,80.

Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan

yang sudah valid dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel maka pertanyaan reliabel.

2. Jika r-alpha negatif dan lebih kecil dari r-tabel maka pertanya an tidak

reliabel.

Hasil Uji Realibilias dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Reliabilitas Variabel

Cronbach's Alpha N of Item rtabel Keterangan

0,897 10 0,80 reliabel

Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

3.10 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti

atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan

tingkat signifikansi 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas, nilai

signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal, Situmorang

(47)

2. Uji Homogenitas

Pengujian perbedaan dengan lebih dari dua sampel hendaknya berasal dari

populasi yang sama. Uji homogenitas dilakukan untukmenghindari

kesalahan atau kekurangakuratan hasil penelitian padaanalisis varian

khususnya jika banyaknya sampel dari tiap-tiapkelompok berbeda, tetapi

jika banyaknya sampel dari tiap-tiapkelompok adalah sama maka

homogenitas datanya dapat diabaikan (Hartono, 2008: 162).

3.11 Teknik Analisis Data 3.11.1 Analisis Deskriptif

Menurut Situmorang (2003: 73) teknik analisis deskriptif merupakan

teknik analisis data dimana peneliti mengelompokkan atau memisahkan

komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data serta merupakan salah

satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola.

3.11.2 Analisis Two Way Anova (Analisis Varian Dua Faktor)

Metode analisis varian dua faktor (Two Way Anova) digunakan untuk

menganalisis perbedaan nilai rata-rata prestasi kerja karyan berdasarkan faktor

kepuasan kerja dan tingkat pendidikan. Sehingga dapat diketahui apakah ada

perbedaan rata-rata prestasi kerja atau tidak.

Analisis Two Way Anova dirumuskan sebagai berikut:

F= Anova

SB2= Rata-rata varian antar kelompok

(48)

Perhitungan analisis two way anova menggunakan SPSS versi 17.

3.12 Pengujian Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai

uji statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya,

disebut tidak signifikan bila nilai uji statistik berada dalam daerah dimana Ho

diterima.

3.12.1 Uji Signifikan Anova ( Uji-F )

Uji-F digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata prestasi kerja (Y)

berdasarkan kepuasan kerja (X1) dan tingkat pendidikan (X2):

H0: µ1=µ2=µ3=...=µn

Artinya: Tidak ada perbedaan rata-rata prestasi kerja karyawan PT Tiki Jalur

Nugraha Ekakurir Medan Divisi Umum dan Logistik berdasarkan Kepuasan Kerja

dan Tingkat Pendidikan

H1: µ1≠µ2≠µ3=...≠µn

Artinya: Ada perbedaan rata-rata prestasi kerja karyawan PT Tiki Jalur Nugraha

Ekakurir Medan Divisi Umum dan Logistik berdasarkan Kepuasan Kerja dan

Tingkat Pendidikan

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

H0 diterima jika Fhitung< Ftabelpada α = 5%

Ha diterima jika Fhitung> Ftabelpada α = 5%

3.12.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur porsi atau

(49)

Pendidikan (X2) terhadap variabel terikat yaitu Prestasi Kerja (Y). Jika R²

semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika R2 semakin

kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir didirikan oleh H. Soeprapto bersama

Johari Zein pada tanggal 26 Nopember 1990. Perusahaan ini memulai

kegiatannya dengan delapan karyawan dan modal 100 miliar rupiah. Pusat

kegiatan usahanya yaitu penanganan kegiatan kepabeanan, impor kiriman barang,

dokumen serta pengantarannya dari luar negeri ke Indonesia.

Tahun 1991 PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir memperluas jaringan

internasional dengan bergabung sebagai anggota asosiasi perusahaan-perusahaan

kurir beberapa negara Asia (ACCA) yang bermarkas di Hongkong yang kemudian

memberi kesempatan kepada PT Jalur Nugraha Ekakurir untuk mengembangkan

wilayah antaran sampai ke seluruh dunia.

Karena persaingan di pasar domestik, PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir

memperluas jaringan domestik. Dengan jaringan domestiknya TIKI. PT. Tiki

Jalur Nugraha Ekakurir mendapat keuntungan persaingan pasar domestik dan

memperluas pelayanannya dengan logistik dan distribusi.

Selama bertahun-tahun TIKI dan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir

berkembang menjadi dua perusahaan yang punya arah sendiri. Karena itu

keduanya menjadi saingan dan akhirnya PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir menjadi

(51)

Ekakurir meluncurkan logonya pada tahun 2000 dan berpisah dari TIKI. PT. Tiki

Jalur Nugraha Ekakurir lalu berusaha melakukan inovasi dengan memberikan

pelayanan yang berbeda dengan TIKI, kesan awal masyarakat menganggap

layanan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir lebih mahal dari yang lainnya ini karena

segmen yang dibidik memang segmen premium.

Pengembangan produk dan layanan yang berbeda di PT. Tiki Jalur

Nugraha Ekakurir antara lain menyediakan jasa kurir logistik, money remittance

hingga jasa kargo. Sebagai sister company dengan TIKI, secara etika bisnis PT.

Tiki Jalur Nugraha Ekakurir menghadapi kesulitan tidak boleh beradu harga dan

layanan dengan TIKI. Namun ternyata industri jasa pengiriman berkembang dan

pasarnya ikut membesar sehingga PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir tidak perlu

berebut pasar. Perlahan-lahan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir menemukan

banyak layanan baru yang tidak terpikir sebelumnya.

PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir lalu membeli gedung pada tahun 2002

dan mendirikan JNE Operation Sorting Centers. Tahun 2004 PT. Tiki Jalur

Nugraha Ekakurir membeli gedung baru yang merupakan kantor pusat PT. Tiki

Jalur Nugraha Ekakurir dan kedua gedung ini berada di Jakarta. Dari tahun ke

tahun pertumbuhan bisnis PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir semakin baik, bahkan

di atas rata-rata pertumbuhan industri. Industri sendiri hanya bertumbuh sebesar

10%-15% namun bisnis PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir tumbuh hingga 20% tiap

tahunnya. Resep keberhasilan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir adalah tidak mau

menunggu konsumen lebih baik PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir menjemput bola.

(52)

konsumen yang ingin mengirimkan barang. Hanya dengan menelepon , kurir

pasti datang ke rumah.

Kalau masih khawatir nilai barang tidak sesuai dengan nilai 10 kali biaya

pengiriman. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir menganjurkan agar konsumen

mengasuransikan barangnya. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir berkomitmen

memberikan layanan yang terbaik. Standar PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir, jika

perusahaan asuransi tidak membayar klaim sesuai hari yang ditentukan, PT. Tiki

Jalur Nugraha Ekakurir bersedia mengganti dengan mebayar klaim konsumen.

Bagi PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir barang sampai tujuan pelanggan adalah

harga mati. Selain itu, sebanyak 170 titik jaringan yang sudah online memberi

kemudahan bagi PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir dan pelanggan untuk

mengawasi pengiriman barang.

Layanan inovatif lainnya adalah “Pesona” yaitu Pesanan Oleh-oleh

Nusantara. Setiap orang bisa saling mengirim makanan khas daerah tertentu ke

sanak keluarga di daerah lain. Layanan lainnya yaitu trucking merupakan layanan

pengiriman barang-barang kebutuhan pokok. Layanan trucking ini dilengkapi

dengan GPS agar terpantau. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir juga bekerjasama

dengan perusahaan pengiriman barang UPS konsumen dapat mengirim barang ke

luar negeri melalui UPS ini.

Rencana selanjutnya, PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir berencana terjun ke

bisnis surat menyurat dibawah 500 gram. Bisnis yang sebelumnya dimonopoli

oleh PT. Pos Indonesia dengan pencabutan aturan ini maka membuka peluang

(53)

didukung oleh lebih dari 1000 karyawan dan tidak kurang dari 1.500 gerai yang

tersebar luas di Indonesia. Kehandalan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir juga telah

dibuktikan dengan diraihnya berbagai bentuk penghargaan serta sertifikasi ISO

9001:2000 atas jasa layanan yang telah diberikan. Layanan terbaik adalah harga

mati bagi PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir.

4.1.2 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar Visi:

Perusahaan Rantai Pasoko Global di Dunia

Misi:

Memberikan Pengalaman Terbaik Kepada Pelanggan Secara Konsisten

Nilai-Nilai Dasar:

Jujur

Disiplin

Tanggung Jawab

Visioner

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan untuk memperlancar aktivitas arus kerja

perusahaan. Dengan Struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas

dan wewenang setiap departemen/bagian dan bagaimana hubungan antar satu

bagian yang lainnya.

Pada Gambar 4.1 berikut dapat dilihat Struktur Organisasi PT. Tiki Jalur

(54)

Sumber: PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Medan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan 4.1.4 Uraian Tugas

1. Branch Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengawasan Bidang

Keuangan dan Admistrasi

(55)

Operasional Pick Up Agen dan Kantor Perwakilan

c. Merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengawasan Bidang Sales

dan Marketing di Agen dan Kantor Perwakilan

d. Melakukan evaluasi performance agen dan kantor perwakilan

e. Membuat laporan kepada Head of Regional 2 secara berkala

f. Melaksanakan tugas tambahan yang diarahkan oleh Head of Regional 2

2. Branch Junior Supervisor

Memiliki tugas antara lain:

a. Menerima permintaan pengiriman barang dari customer

b. Menerima komplain dan claim dan diteruskan ke CS

c. Memasukkan data connote dan meng-updated data ke dalam sistem

d. Mengumpulkan dan melaporkan uang hasil penjualan ke bagian kasir

e. Melacak status pengiriman dan penjemputan barang

3. Operational Coordinator

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengatur & mengelola kegiatan pengantaran & penjemputan barang

lokal area & area penerus

b. Mengatur & mengelola kegiatan bongkar/ muat untuk inbound &

outbound baik itu didalam ataupun diluar WHS JNE Logistik

c. Mengatur dan mengelola kegiatan packing untuk barang-barang tertentu,

baik barang retail ataupun corporate

d. Mengatur & mengelola barang inbound dan outbound khusus untuk

(56)

4. Business Development Operasional Coordinator

Memiliki tugas antara lain:

a. Meningkatkan performa penjualan serta pendapatan baik barang retail

maupun corporate

b. Menjamin terlaksananya kegiatan bisnis dengan baik dan lancar

c. Mengawasi kegiatan penjualan retail dan corporate

d. Mendukung dan memberi motivasi kepada sales terutama sales corporate

dalam melakukan penjualan

e. Mengelola dan mengatur tim sales agar dapat bekerja dengan baik

f. Mencari & menganalisa vendor transport baik darat, laut, udara atau

jalur kereta

5. WHS dan Project Coordinator

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengelola & Memastikan kegiatan project baik WHS atau pengiriman

dapat berjalan dengan baik dan sesuai kontrak kerja sama

b. Mengendalikan & Mengawasi kegiatan distribusi dari barang-barang

corporate

c. Mengatur & mengelola tim untuk menjalankan distribusi dan

warehousing khusus barang-barang customer corporate

d. Memastikan kelengkapan dokumentasi pengiriman untuk penagihan.

(57)

6. Admin and Sumpport Coordinator

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengatur & mengorganisir kegiatan Administrasi dan Support Logistik

(Finance/Accounting, HC / Kasir, CS / Billing, GA / IT)

b. Mengelola dan menjalankan fungsi GA & Procurement

c. Mengelola dan menjaga kestabilan IT

d. Memastikan berjalannya kegiatan unit lain terkait administrasi dan

kelengkapan kerja dengan baik dan benar sesuai peraturan yang ada

7. Sales Ritel

Memiliki tugas antara lain:

a. Menangani dan melayani Customer retail baik melalui telepon, counter &

Email

b. Menerima permintaan pengiriman barang dari customer

c. Menerima komplain dan claim dan diteruskan ke CS

d. Memasukkan data connote dan meng-updated data ke dalam sistem

e. Mengumpulkan dan melaporkan uang hasil penjualan ke bagian kasir

8. Sales Corporate

Memiliki tugas antara lain:

a. Mendapatkan project Bisnis baru baik dari customer baru atau existing

customer

b. Menjual dan menawarkan jasa/ produk JNE Logistik

c. Membuat laporan terkait customer yang sedang di dekati untuk diajak

(58)

d. Melaporkan semua daftar pelanggan/ customer yang berpeluang untuk

diajak kerja sama

e. Menelepon dan mengunjungi customer/ pelanggan baik dalam rangka

menjalin hubungan ataupun pendekatan untuk diajak kerja sama

9. Corporate Project

Memiliki tugas antara lain:

a. Melayani dan mengatur pengiriman barang-barang Cutomer Corporate

b. Menjalankan dan mengelola project untuk customer corporate

c. Memastikan kegiatan inbound dan outbound barang project terlaksana

dengan baik

d. Melakukan serah terima barang customer dari dan ke tim operasional

e. Menerima dan melayani order dari customer terkait pengiriman

barang-barang customer tersebut

10. Staf WHS dan Distribusi

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengatur dan mengelola Gudang untuk barang-barang project Customer

corporate

b. Mengelola distribusi barang-barang yang menggunakan jasa warehousing

JNE LOG MES

c. Melaksanakan Stock Opname secara berkala

d. Memastikan barang dalam kondisi yang baik dan aman selama masa

penyimpanan di gudang

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.3 Instrumen Skala Interval
Tabel 3.3 Jumlah Karyawan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Medan
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

It is perhaps this conception of risk — risk as an aspect of the domestic and the daily, a ubiquitous condition under which people live — that is closest to Berssenbrugge and Smith's

Y ahora se puede decir que el estatuto jurídico de la persona ha atravesado un triple movimiento: de la fusión inicial entre la abstracción histórica y los

Sans se référer toujours explicitement aux analyses de Watkins, une partie du monde du documentaire formule depuis une vingtaine d’années, à l’égard essen- tiellement du

Untuk menghemat ruang dan waktu, pembuatan program untuk data pasien, obat dan dokter tidak disajikan di sini, silakan dibuat sendiri dengan merujuk pada Bab 2 (program dasar)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa

Hasil penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan yang diukur dengan rasio ROA berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab

Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar harga permeabilitas batuan, semakin besar pula nilai porositas batuan tersebut dan

1, 2, 3, sampai dengan 5 dipergunakan sebagai tempat penguburan. Namun pendapat yang dilontarkan oleh N.J. Krom masih perlu diuji. Kalau bangunan berundak ini dibandingkan