• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove, Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove, Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN KERUPUK

MANGROVE

Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

SKRIPSI

OLEH:

DINILLAH ARIFAH 100304102 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN KERUPUK

MANGROVE

Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

SKRIPSI

OLEH:

DINILLAH ARIFAH 100304102 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Ketua Komisi Pembimbing : Anggota Komisi Pembimbing:

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP : 196206241986031001 NIP : 196011101988031003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Dinillah Arifah (100304102) dengan judul skripsi : “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”. Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, total penerimaan dan pendapatan bersih pengolahan kerupuk mangrove di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dan pengembangannya.Metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan. Pengambilan sampel berdasarkan populasi dengan jumlah 40 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan investasi sebesar Rp. 44.146.000-. Biaya bahan baku dan biaya modal kerja Rp. 91.440.000/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar 157.440.000/tahun. Dengan pendapatan Rp 299.520.000/tahun. Wirausaha kerupuk mangrove ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan nilai NPV pada DF 18% adalah Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period selama 1 tahun 1 bulan 5 hari.

Kata Kunci : Studi Kelayakan, Kerupuk Mangrove, Pengolahan Mangrove

ABSTRACT

Dinillah Arifah (100304102) with essay titled “Feasibility Study Treatment Mangrove Crackers”. Case : Village Sei Nagalawan, Districts Perbaungan, serdang bedagai,guided by Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

This study to analyze the total cost of production, labor productivity, total receipts and net income crackers mangrove treatment in study area, to analyze the feasibility crackers mangrove and expansion. The method used is the method of the feasibility study. Sampling based on population with a total of 40 samples. Data used are primary and secondary data.

Result showed that the investment needs of Rp 44.146.000-. Cost of raw materials and the cost of working capital is Rp. 91.440.000/year., of labior cost is Rp 157.440.000/year, with income is about Rp 299.520.000/year. Entrepreneurial mangrove crackers are eligiple to run and develop, with NPV at DF 18% is Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period for 1 years 1 months, 5 days.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Dinillah Arifah lahir di kota Tebing Tinggi pada tanggal 3 Maret 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, seorang putri dari Ayahanda Rakum

Suprapto dan Ibunda Painem.

Jenjang Pendidikan :

1. Taman kanak-kanak di TK AFD 8 Pabatu pada tahun 1997 sampai tahun 1998.

2. Sekolah Dasar di SD Negeri 107529 AFD 8 Pabatu, masuk tahun 1998 dan

lulus pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Yapendak Pabatu, masuk tahun 2004 dan

lulus tahun 2007.

4. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, masuk tahun 2007

dan lulus tahun 2010.

5. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN).

6. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2013 di Desa

Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

7. Melaksanakan Penelitian pada bulan Juni 2014 di Desa Sei Nagalawan,

(5)

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Universitas

Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.

2. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah serta limpahan karuniaNya penulis dapat menjalani perkuliahan dan

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini

tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta

kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam

kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. Selaku ketua komisi pembimbing skripsi

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ir. M.Jufri, M.Si. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta

saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku

Ketua dan Sekretaris Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan

(7)

5. Ayahanda tercinta Rakum Suprapto dan Ibunda tercinta Painem serta kakak

tercinta Eka Prawirani dan Muhammad Kamil yang telah memberikan doa dan

begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril

maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

6. Kakanda Sapriadi SH yang telah memberikan doa, dukungan, semangat serta

bantuan kepada saya selama penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agrbisnis 2010 serta abang dan

kakak stambuk 2009 yang telah banyak memberikan motivasi baik secara

langsung maupun tidak langsung.

8. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Deli Serdang sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.

9. Seluruh keluarga besar Ibu Jumiati yang telah memberikan doa, dukungan dan

semangat kepada saya selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima

kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Medan, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Luas Hutan Mangrove Sumatera Utara Tahun 2013 30

2 Penduduk Menurut Kelompok Umur 38

3 Penduduk Menurut Pencaharian Pokok 38

4 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 39

5 Penduduk Menurut Suku 40

6 Sarana dan Prasarana 41

7 Karakteristik Sampel di Desa Sei Nagalawan 42

8 Investasi Untuk Wirausaha Kerupuk Mangrove 47

9 Biaya Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove 48

10 Biaya Perbekalan Pengolahan Kerupuk Mangrove 48

11 Rencana Pengeluaran untuk Biaya Tenaga Kerja 49

12 Rencana Penjualan Kerupuk Mangrove 50

13 Rencana Pengeluaran Biaya Bahan Baku 50

14 Rencana Pengeluaran Biaya untuk Modal Kerja 50

15 Rencana Pengeluaran Biaya untuk Tenaga Kerja 51

16 Perhitungan Prevent Value 51

17 Perhitungan Net Present Value (NPV) 52

18 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) 52

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Mangrove Jeruju 6

2 Kerupuk Jeruju 8

3 Kerangka Pemikiran 28

4 Bumbu Pembuatan Kerupuk Mangrove 45

5 Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove 45

6 Perebusan Daun Mangrove, Pengadonan, dan Pencetakkan 46

7 Proses Penggorengan, Pendinginan dan Pembungkusan 46

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Keragaman Responden

2 Karakteristik Sampel

3 Biaya Penyusutan

4 Harga Jual turun 10%

5 Biaya Operasional naik 10%

6 Harga Jual turun 10% dan Biaya Operasional naik 10%

(13)

ABSTRAK

Dinillah Arifah (100304102) dengan judul skripsi : “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”. Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, total penerimaan dan pendapatan bersih pengolahan kerupuk mangrove di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dan pengembangannya.Metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan. Pengambilan sampel berdasarkan populasi dengan jumlah 40 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan investasi sebesar Rp. 44.146.000-. Biaya bahan baku dan biaya modal kerja Rp. 91.440.000/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar 157.440.000/tahun. Dengan pendapatan Rp 299.520.000/tahun. Wirausaha kerupuk mangrove ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan nilai NPV pada DF 18% adalah Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period selama 1 tahun 1 bulan 5 hari.

Kata Kunci : Studi Kelayakan, Kerupuk Mangrove, Pengolahan Mangrove

ABSTRACT

Dinillah Arifah (100304102) with essay titled “Feasibility Study Treatment Mangrove Crackers”. Case : Village Sei Nagalawan, Districts Perbaungan, serdang bedagai,guided by Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

This study to analyze the total cost of production, labor productivity, total receipts and net income crackers mangrove treatment in study area, to analyze the feasibility crackers mangrove and expansion. The method used is the method of the feasibility study. Sampling based on population with a total of 40 samples. Data used are primary and secondary data.

Result showed that the investment needs of Rp 44.146.000-. Cost of raw materials and the cost of working capital is Rp. 91.440.000/year., of labior cost is Rp 157.440.000/year, with income is about Rp 299.520.000/year. Entrepreneurial mangrove crackers are eligiple to run and develop, with NPV at DF 18% is Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period for 1 years 1 months, 5 days.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki

17.508 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki

potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2002).

Sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari dari

sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan, hutan

mangrove, dan terumbu karang. Dan sumberdaya yang tidak dapat pulih

(non-renewable resources) seperti minyak bumi dan gas mineral serta jasa-jasa

lingkungan (Dahuri dkk, 2001).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove

terluas di dunia. Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar 166.530.000 ha

yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000

ha (FAO 1994), sedangkan di Indonesia dilaporkan kurang lebih seluas 3.812.000

ha (Ditjen INTAG 1994). Sedangkan Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2013

Sumatera Utara memiliki luas hutan mangrove berkisar 50.396,793 ha.

Hutan mangrove berfungsi menjaga pelestarian pantai, tempat

berkembangnya biota laut dan juga dapat mencegah terjadinya abrasi air laut ke

daratan. Selain menjaga pelestarian alam, hutan mangrove ternyata juga dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengangkat

(15)

berguna untuk masyarakat. Olahan mangrove bisa dibuat menjadi berbagai jenis

bentuk mulai dari makanan, obat, dan kain.

Di tengah persaingan yang semakin padat di era globalisasi sekarang ini,

membuat orang berfikir bagaimana cara bertahan dan memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan usaha yang mampu menopang segala kebutuhan tersebut.

Kurangnya lapangan pekerjaan serta pesatnya perkembangan penduduk usia kerja,

membuat banyak orang kembali berfikir menjalankan usaha yang menguntungkan

di tengah-tengah kerasnya persaingan kerja atau bisnis di era globalisasi sekarang

ini.

Dengan tetap memakai prinsip ekonomi yakni membuka usaha dengan

modal tertentu dengan tujuan menghasilkan keuntungan yang semaksimal

mungkin. Wirausaha merupakan salah satu bentuk implementasi dalam memenuhi

kesejahteraan. Menguntungkan dari segi ekonomi, selain itu juga menguntungkan

bagi masyarakat luas yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan baik secara

langsung maupun tidak.

Peluang bisnis kerupuk

istri-istri nelayan di Desa Sei Nagalawan, Dusun III, Kecamatan Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelumnya mangrove yang tumbuh di kawasan

tempat tinggalnya hanya sebagai tumbuhan biasa saja dimana berfungsi sebagai

penahan abrasi. Tetapi setelah adanya pelatihan dan melakukan uji coba beberapa

kali, ternyata mangrove mampu menambahkan penghasilannya yang tadinya

(16)

Meski setiap pekan rutin berproduksi namun kerupuk mangrove ini

mempunyai kendala di bagian pemasarannya karena masih belum memiliki pasar

yang baik untuk memasarkan kerupuk mangrove serta lokasi yang jarang

dikunjungi oleh wisatawan menjadikan produk mereka kurang dikenal. Sehingga

kerupuk mangrove tersebut hanya dijual di Desa Sei Nagawalan dan di toko yang

mereka miliki di kota Perbaungan. Namun terkadang ada yang memesan melalui

telepon. Perintis usaha kerupuk mangrove ini mempunyai harapan kedepannya

untuk mengembangkan usaha tersebut sehingga diperlukan studi kelayakan

pengolahan kerupuk mangrove.

Dalam kasus ini, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna

menelusuri permasalahannya dan sekaligus menganalisa “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka permasalahan

dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana kelayakan pengolahan kerupuk

mangrove jika dilihat dari aspek finansial?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan

(17)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan rekomendasi sekaligus menjadi bahan acuan bagi pengambil

keputusan atau kebijakan dalam upaya pengembangan pengolahan kerupuk

mangrove di Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai.

2. Sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan, sumbangan data,

informasi dan pemikiran bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang

pengembangan pengolahan kerupuk mangrove.

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan,

maka permasalahan dibatasi pada masalah studi kelayakan pengolahan kerupuk

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai

atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh

pada pantai-pantai terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat

yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada

tempat yang mempunyai muara sungai yang besar dan delta yang aliran airnya

banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas

(Ghufran, 2011).

Setidaknya ada tiga fungsi utama hutan mangrove, yaitu : (a) fungsi fisis,

meliputi : pencegahan abrasi, perlindungan terhadap angin dan gelombang,

pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara ; (b) fungsi

biologis, meliputi : sebagai tempat bertelur dan sebagai asuhan berbagai biota,

tempat bersarang burung dan sebagai habitat alami berbagai biota ; (c) fungsi

ekonomis meliputi : sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan

bangunan (balok, atap dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman,

bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintetis, penyamakan

kulit, obat-obatan dan lain.

Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh di dunia, sekitar 51 % spesies tersebut hidup di Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk spesies

(19)

mangrove sejati dan 20 asosiasi mangrove tumbuh subur di Indonesia. Jenis-jenis

mangrove tersebut antara lain: Avecenia alba, Avecenia Marina, Achantus illicifolius L, Rhizopora apiculata, Acrostichum Speciosum, Bruguiera parviflora, Amyema Gravis, Brugruiera gymnorhiza, Nypa fruticans, Xylocarpus granatum, Excoecaria agallocha, Pandanus furentus, Heritiera Littoralis, Ceriops Tagal, Soneratia Ovata, Rhizopora Mucronata, Bruguiera cylindrica, Soneratia alba, Kandelia Candel, Xylocarpus moluccensis, Bruguiera Hainessi, Camptostemon schultzii, Sarcolobus Globosa, Soneratia Caseolaris, Myristica hollrungii, Heritiera littoralis, Manilkara fasciculata, Inocarpus fagiferus, Pandanus tectorius, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera littorea dan Pemphis acidul. Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh, ternyata terdapat salah satu jenis mangrove yang dapat dibuat menjadi kerupuk, spesies mangrove tersebut adalah Achantus illicifolius L (Mangkurat, 2008).

2.1.2 Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L)

Gambar 1. Mangrove Jeruju(Achantus illicifolius L)

Achantus illicifolius L merupakan spesies merambat yang bisa tumbuh hingga setinggi 2 meter. Merupakan semak tahunan, berbatang basah, tumbuh

(20)

pada tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantar sungai. Seringkali dominan

di area mangrove yang telah ditebangi (Priyono, 2010).

Deskripsi Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L) :

Habitus : Semak, tahunan, tinggi 0,75-1.5 m, berupa tumbuhan mangrove.

Batang : Berkayu, bulat, permukaan licin, berduri pada sekitar duduk daun,

bercabang, hijau.

Daun : Tunggal, bersilang berhadapan, bulat panjang, ujung dan pangkal

runcing, tepi berduri, panjang 10-20 cm, lebar 5-6 cm, perlulangan menyirip,

hijau.

Bunga : Majemuk, bentuk bulir, di ujung batang, panjang 6-30 cm, daun

pelindung berlapis dua, bagian dalam lebih kecil, gugur sebelum bunga mekar,

kelopak panjang 12,5-15 mm, berbagi empat, mahkota panjang 3-4,5 cm,

bertabung putih, bibir bulat telur, ujung bertaju tiga, ungu kebiruan.

Buah : Kotak, bulat telur, panjang ± 3 cm, coklat kehitaman.

Biji : Bentuk ginjal, dua sampai empat, hitam.

Akar : Tunggang, putih kekuningan.

Perbanyakan : melalui biji

Persebaran : umum sekali tumbuh di tanah yang mengandung garam, di muara

sungai, tepi pantai, dan di tanah rawa dan hutan bakau dekat ke pantai, serta tanah

yang bersifat payau. Spesies ini jarang dijumpai di pedalaman. Jenis ini dapat

dijumpai dari India Selatan dan Sri Lanka sampai Indo-Cina dan juga Indonesia.

Kandungan : Secara keseluruhan tanaman daruju mengandung saponin,

(21)

benzoate, di samping itu bijinya juga mengandung alkaloida. Secara spesifik akar

jeruju mengandung flavon dengan kadar tinggi dan asam amino (Rusila, 2009).

Dinilai dari habitatnya, tanaman ini tidak membutuhkan ketinggian untuk

dapat tumbuh dengan baik, melainkan dapat tumbuh di sepanjang pantai.

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada serta perairan

yang relatif tenang adalah tempat ideal perkembangan tanaman ini.

Budidaya tanaman Achantus illicifolius L (jeruju) mempunyai nilai lebih, yakni sebagai bahan baku penghasil kerupuk, sebagai habitat hewan-hewan laut

seperti ikan, kepiting dan udang, dan juga dapat menjalankan fungsi utamannya

yakni sebagai penahan abrasi pantai dari gelombang laut.

2.1.3 Kerupuk Jeruju

Gambar 2. Kerupuk Jeruju

Kerupuk jeruju merupakan olahan dari daun mangrove jenis jeruju.

Daun-daunnya dipetik, lalu dibersihkan dan dipotong ujung Daun-daunnya yang tajam. Daun

tersebut diblender, direbus hingga mendidih, kemudian dicampur dengan adonan

tepung dan bumbu yang telah dipersiapkan. Adonan tersebut dipipihkan tipis dan

(22)

terciptalah kerupuk mangrove yang garing dan renyah, serta beraroma sedap

dengan warna hijau yang alami.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan merupakan gambaran kelayakan usaha yang direncanakan

sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek.

Menurut (Jumingan, 2011) Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat

tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan

dengan berhasil. Istilah “Proyek” mempunyai arti suatu pendirian usaha baru atau

pengenalan sesuatu (barang atau jasa) yang baru ke dalam suatu produk mix yang

sudah ada selama ini.

Pengertian keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit yaitu diukur

dari keberhasilan proyek tersebut dalam menghasilkan profit. Sedangkan bagi

pihak nonprofit (misalnya pemerintah dan lembaga non profit lainnya), pengertian

berhasil bisa berupa seberapa besar penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber

daya yang melimpah, dan faktor-faktor lain yang bermanfaat bagi masyarakat

luas.

Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam

tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menetukan

layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Dengan melalui proses pengumpulan,

pengolahan, penyajian serta data dengan menggunakan metode ilmiah, studi

kelayakan berusaha menguji dan menemukan suatu usulan atau gagasan usaha.

Oleh karena itu, studi kelayakan usaha senantiasa perlu dilakukan selama usaha

(23)

Kelayakan artinya menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan

memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan

dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang

dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan

tujuan mereka yang diinginkan. Layak disini diartikan juga akan memberikan

keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi

investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas (Kasmir dan Jakfar, 2007).

Menurut (Nitiseminto dan Burhan, 2000) Studi kelayakan (feabisility study) diartikansebagai suatu metode penjajahan dari suatu gagasan usaha tentang suatu kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Hal

ini perlu dilakukan karena seorang pengusaha yang langsung rnendirikan suatu

perusahaan tanpa melakukan studi kelayakan sehingga mungkin akan memahami

kegagalan dengan kerugian yang sangat besar.

2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan

Tujuan dalam melakukan studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari

keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak

menguntungkan. Karena usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang

cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.

Menurut (Kasmir & Jakfar, 2007) Secara umum tujuan adanya studi

kelayakan agar usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan

kata lain tidak membuang uang, tenaga, atau pikiran secara percuma serta tidak

akan menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan

(24)

manfaat kepada berbagai pihak. Paling tidak ada lima tujuan dilakukan studi

kelayakan sebelum suatu usaha atau proyek dilaksanakan, yaitu :

1. Menghindari risiko kerugian

Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di

masa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini

ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya

terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan

adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan, baik risiko

yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan

datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan

hal-hal apa saja yang perlu direncanakan . Yang jelas dalam perencanaan

sudah terdapat jadwal pengembangan usaha, mulai dari usaha

dikembangkan sampai waktu tertentu.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat

memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis

tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian

pengerjaan usaha dapat dilaksanakan secara sistematis, sehingga tepat

sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang

sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang

(25)

4. Memudahkan Pengawasan

Dengan telah dilaksanakan suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana

yang disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan

pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar

pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya

karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak

terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.

5. Memudahkan Pengendalian

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka

apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan

bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan

pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang

melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan akan

tercapai.

Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil

dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi

dalam jumlah besar. Banyaknya sebab yang mengakibatkan suatu usaha ternyata

menjadi tidak menguntukan (gagal) antara lain adalah : (1) kesalahan

perencanaan, (2) kesalahan dalam penaksirkan pasar yang tersedia, (3) kesalahan

dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, (4) kesalahan dalam

memperkirakan kontinyuitas bahan baku, dan kesalahan dalam memperkirakan

(26)

pelaksanaan usaha yang tidak terkendalikan, sehingga biaya pembangunan usaha

menjadi membengkak serta penyelesaian usaha menjadi tertunda.

Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan

investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal

itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas

mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika usaha akan dinilai dari

perspektif yang lebih luas, maka tujuannya adalah memaksimumkan net present value dari semua social and benefit.

2.2.3 Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan Usaha

Hasil penelitian melalui studi kelayakan ini sangat diperlukan dan

dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap usaha atau proyek yang akan dilaksanakan. Adapun pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan tersebut, antara lain :

1. Pemilik Usaha

Para pemilik usaha sangat berkepentingan terhadap hasil dari analisis studi

kelayakan yang telah dibuat. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang

sudah dibuat benar-benar dipelajari oleh para pemilik, apakah akan

memberikan keuntungan atau tidak bagi usahanya.

2. Kreditor

Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga

keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap

hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan

(27)

macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak

dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan

akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum

pinjaman dikucurkan kepada pihak peminjam.

3. Pemerintah

Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan

apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberikan manfaat baik bagi

perekonomian secara umum. Kemudian bisnis juga harus memberikan

manfaat kepada masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan.

Pemerintah juga berharap bahwa bisnis yang akan dijalankan tidak

merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia, binatang maupun

tumbuh-tumbuhan.

4. Masyarakat Luas

Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat

sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja, baik

bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya.

Kemudian manfaat lain adalah terbukanya wilayah tersebut dari

ketertutupan (terisolasi). Dengan adanya bisnis juga akan menyediakan

srana dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum seperti jalan,

jembatan, listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, sarana

olahraga, taman dan fasilitas lainnya.

5. Manajemen

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran kinerja bagi pihak

(28)

ditugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai,

sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.

2.2.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Dalam mengevaluasi kelayakan suatu usaha, ada beberapa aspek yang

perlu dilakukan studi. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi

saling berkaitan. Artinya, jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu

dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Urutan penilaian aspek

mana yang harus didahului tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data

yang ada. Tentu saja dalam hal ini dengan pertimbangan proiritas mana yang

harus didahulukan dan mana yang berikutnya (Kasmir & Jakfar, 2007).

Menurut (Ibrahim, 2009) aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam studi

kelayakan bisnis adalah : Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan

Teknologi, Aspek Organisasi dan Manajemen, serta Aspek Ekonomi dan Aspek

Keuangan.

a. Aspek Pasar

Peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha

pada studi kelayakan usaha merupakan variabel pertama dan utama untuk

mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran.

Aspek pasar sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar,

perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar dan langkah-langkah yang

diperlukan disamping kebijaksanaan yang diperlukan. Dalam aspek pasar juga

(29)

seperti pesaing, kekuatan dan kelemahannya, serta menguraikan

keunggulan-keunggulan dari usaha yang direncanakan (Ibrahim, 2009).

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran

pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P

yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses

pembangunan usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha tersebut

selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal

penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

Analisis secara teknis berhubungan dengan usaha (penyediaan) dan output

(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan

kerangka kerja usaha harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat

dilakukan dengan teliti Aspek-aspek lain dari analisa usaha hanya akan dapat

berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi

teknis dari suatu perencanaan usaha mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana

aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci.

Faktor utama yang harus dimuat dalam aspek teknis adalah lokasi

usaha/pabrik yang akan dikembangkan. Faktor lain yang perlu dijelaskan dilihat

dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja, transportasi dan

(30)

c. Aspek Manajemen

Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam usaha dan

manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan usaha adalah proses untuk

merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar usaha yang

direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada

waktunya.

Pelaksanaan pembangunan usaha tersebut bisa pihak yang mempunyai ide

usaha itu, umumnya diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapapun yang akan

melaksanakan usaha tersebut, perusahaan yang mempunyai ide membuat usaha

perlu mengetahui kapan usaha itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial.

Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan

usaha operasional.

Dalam aspek manajemen yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan

cara pengelolaan dari gagasan usaha/proyek yang direncanakan secara efisien.

Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis (jenis

pekerjaan yang dilakukan) dan berdasarkan pada struktur organisasi yang cocok

dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan pada struktur

organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta

keahlian yang diperlukan (Ibrahim, 2009).

d. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh

perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi

(31)

perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup

berarti.

Didalam aspek sosial yang perlu dievaluasi adalah seberapa jauh respon

masyarakat sekitar bisnis terhadap dilaksanakannya usaha. Berapa banyak

masyarakat yang setuju, menentang, dan tidak memberikan pendapat atas

pelaksanaan bisnis tersebut. Untuk mengatasi masalah sosial yang mungkin

timbul dalam masyarakat sehubungan dilaksanakannya proyek, sebaiknya sejak

dini masyarakat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara

mengajak wakil mereka untuk turut serta dalam perencanaan (Ibrahim, 2009).

e. Aspek Keuangan

Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk

membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan

investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a)

kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b) kebijakan modal kerja

(c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas

(Davis 1999).

Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam

rangka mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan

investasi. Sumber dana dibagi dalam 2 kategori yakni:

a. internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)

b. sumber eksternal yaitu: 1) Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan

pembayaran utang, pinjaman jangka pendek sebagai tambahan modal kerja, dan

(32)

baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public Offer/IPO) maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi perusahaan.

Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah

menetapkan struktur modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar

dalam memutuskan berapa jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana

pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan

investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara sehat. Di

samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan

antara perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi

konflik (Saragih dan Manurung, 2005).

Aspek keuangan yang perlu dibahas menyangkut dengan perkiraan biaya

investasi, perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, perkiraan modal kerja,

sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, prhitungan kriteria investasi. Selain

perhitungan ini, juga perlu ditampilkan perhitungan break even point beserta pay back period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas dan dampak proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

1. Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek.

Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan

revenue earning proyek. apakah proyek itu terjamin dengan dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan tersebut dan apakah proyek

akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat

(33)

proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi

manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang

diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang

merupakan hasil dari suatu investasi.

Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung

ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah

biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung

dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat

tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak

langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan

manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat

yang bersifat langsung.

Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek terdiri dari biaya modal, biaya

operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya

modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka

panjang, dengan contoh tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan

mesinmesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya adalah

penelitian.

2. Laba Rugi

Laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas

penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang

menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan

sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan pengeluaran-pengeluaran yang

(34)

dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba)

merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan netto

timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan,

barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi

mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output,

diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Pengurangan biaya

langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total penerimaan bersih akan

menghasilkan pendapatan bruto.

Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah adanya biaya penjualan,

biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut

tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses

alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang

menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan

penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum

penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen

pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang

dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan

pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak.

Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan

menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk

(35)

Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh

dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil

operasi perusahaan selama periode operasi. Dalam menganalisa suatu proyek

investasi lebih relavan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas

seseorang bisa berinvestasi dan membayar kewajibannya.

3. Analisis Kriteria Investasi

Usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan

mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan dalam melakukan studi

kelayakan usaha adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup

besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

Investasi yang dilakukan oleh swasta pada umumnya bertujuan untuk

memaksimalkan keuntungan. Sebaliknya investasi yang dilakukan oleh

pemerintah kebanyakan bertujuan untuk memaksimalisasi manfaat sosial dan

investasi yang telah ditanamkan.

Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran

menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap

kriteria investasi menggunakan Present Value (PV) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha. Penilaian investasi dalam

suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang

diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses

investasi dilaksanakan.

Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang

diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total

(36)

proyek. Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak),

pelaksanaanya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena

faktor-faktor uncontrolable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan (Ibrahim, 2009).

Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah

suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari

sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu

usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan.

Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan

jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode

pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) atau nilai selisih sekarang merupakan selisih PV arus beneflit dan biaya dihitung berdasarkan discount rate. Suatu usaha dikatakan

layak apbila NPV lebih besar dari nol (NPV > 0). Jika NPV kurang dari nol (NpV

< 0), makausaha tersebut tidak layak (Gray, 2005).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat hasil pengembalian intemal (internal rate of return/IRR) didefinisikan sebagai suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang

diharapkan di masa yang akan datang, atau penerimaan kas dengan pcngeluaran

investasi awal (Weston dan Copeland, l999). Nilai IRR dapat dicari dengan cara

coba-coba (trial and error). caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, Lalu bandingkan dengan

(37)

bunga yang lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi

sama besar. Sebaliknya, dengan suku harga yang wajar tadi nilai investasi lebih

besar, maka coba lagi digit suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan

nilai investasi sama besar dengan nilai sekarang. Oleh karern itu, jika IRR rebih

besar atau sama dengan discount rate (IRR >1), maka usaha tersebut layak (Husein,1999)

3. NetBenefit Cost Ratio

Net Benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-). Jika

nilai Net B/C > 1, berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan.

Untuk Net B/C = 1, berarti berari cash in flows sama dengan cash out flows, dalam prevent value disebut dengan Break Even Point (BEP), yaitu total cost

sama dengan total revenue (Ibrahim, 2009). 4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP), adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali suatu periode investasi dengan menggunakan “prosseds” didapat dari penghasilan sesudah pajak (EAT) ditambah dengan depresiasi. Demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kernbali seluruhnya

(Riyanto, 2007).

4. Analisis Sensitivitas

Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau

(38)

1) Harga

2) Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi)

3) Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run) 4) Hasil produksi.

Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan

suatu aktivitas usaha atau proyek. oleh karena itu, diperlukan analisis dan

identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang

sesuai dengan usaha yang dijalankan.

Suatu hasil studi kelayakan bisnis merupakan hasil tindak lanjut dari

keputusan manajemen pada fungsi perencanaan berdasarkan informasi internal

maupun ekternal. Walaupun studi kelayakan bisnis dikatakan layak, tetapi karena

masih merupakan rencana dimana masih mengandung resiko kegagalan, maka

diperlukan kelengkapan informasi serta kualitas analisis sebelum mengambil

keputusan (Davis, 1999).

Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap

ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya

variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa

dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau

diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan

variable-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, nilai besarnya nilai NPV, IRR,

dan nilai Net B/C.

Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan, karena dalam analisis kelayakan

suatu usaha ataupun bisnis perlunya perhitungan umumnya didasarkan pada

(39)

di waktu yang akan datang. Analisis ini juga merupakan analisis pasca kriteria

investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi

ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidakpastian dalam

perhitungan biaya atau manfaat.

2.2.5 Perencanaan Investasi

Keputusan tentang pemilihan investasi merupakan keputusan yang paling

penting diantara berbagai jenis keputusan yang lain yang harus dibuat oleh

seorang manajer keuangan. Keputusan ini tidak saja hanya harus menentukan

tingkat keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Investasi aktiva tetap

yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa pembelian tanah,

pembelian peralatan yang diperlukan, dan mendirikan bangunan (rumah dan

kolam) sebagai tempat pemeliharaan.

Menurut William F. Sharfe, investasi adalah mengorbankan dollar

sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Maksudnya ialah dengan

mengorbankan uang/dollar dalam arti menanamkan sejumlah dana (uang) dalam

suatu usaha saat sekarang dengan mengharapkan pengembalian investasi disertai

tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (dalam waktu

tertentu). Jenis-jenis Investasi:

a. Investasi Nyata (real investment) : ialah investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.

b. Investasi Finansial (financial investment) : ialah investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat

(40)

2.2.6 Usaha Budidaya Kerupuk Mangrove

Mangrove sudah sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang

tinggal disekitarnya. Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh

ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh

masyarakat. Hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan

pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), areal mangrove di kawasan Asia

Pasifik juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri

minyak, pemukiman dan peternakan (Suryono, 2013).

Dari mangrove yang berada di sekitar Desa Sei Nagalawan, istri-istri

nelayan ini mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarganya. Mangrove jenis

jeruju diolah menjadi kerupuk. Usaha ini dimulai sekitar 12 tahun lalu. Membuat

kerupuk dari mangrove juga tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun setelah

adanya pelatihan dan melakukan uji coba berkali-kali, istri-istri nelayan ini

mampu membuat kerupuk mangrove.

Pucuk-pucuk daun mangrove jeruju bisa diolah dalam pembuatan kerupuk.

Pucuk-pucuknya dipetik, lalu dibersihkan dan dipotong ujung daunnya yang

tajam. Daun tersebut diblender, direbus hingga mendidih, kemudian dicampur

dengan adonan tepung dan bumbu yang telah dipersiapkan. Adonan tersebut

dipipihkan tipis dan dicetak kotak, langsung digoreng dalam wajan dengan

minyak panas. Maka terciptalah kerupuk mangrove yang garing dan renyah, serta

beraroma sedap dengan warna hijau yang alami. Hasil olahan ini hanya dijual di

(41)

pembeli dari luar daerah baik untuk konsumsi sendiri ataupun menjualnya

kembali.

2.2.7 Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian Aditya Riezkan Wahdine (2009) dengan judul “Studi

Kelayakan Bisnis Usaha Kerupuk Ikan di Daerah Kuin”. Berdasarkan analisis

kelayakan finansial pada tingkat discount rate 17%, diperoleh NPV sebesar Rp.223.409.530,- dan nilai IRR 46,37%. Dan Payback period selama 2 tahun 6 bulan, ini berarti usaha kerupuk ikan layak dan menguntungkan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka analisis dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Keterangan : = menyatakan hubungan

(42)

Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini, antara lain net present value, internal rate of return,net benefit cost ratio. Serta payback period untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal

yang ditanamkan dalam usaha. Tujuan dari perhitungan kreteria investasi adalah

untuk mengetahui gagasan usaha/proyek yang direncanakan dapat memberi

manfaat (benefit) dilihat dari segi finansial benefit.

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling

atau secara sengaja, yaitu teknik penentuan sampel dilakukan dengan

pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan

(Sugiyono,2010).

Daerah penelitian yang dipilih adalah desa Sei Nagalawan Dusun III

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini ditentukan

sebagai daerah penelitian karena berdasarkan prasurvey yang dilakukan, hanya ada dua desa yang mempunyai usaha pengolahan kerupuk mangrove yaitu

Kampung Nelayan Kecamatan Medan Belawan dan Desa Sei Nagalawan

Kecamatan Perbaungan. Dengan pertimbangan bahwa pengolahan kerupuk

mangrove yang berada di Desa Sei Nagalawan selalu berproduksi setiap hari.

Serta desa Sei Nagalawan berada di Kabupaten Serdang Bedagai yang

merupakan salah satu daerah dengan hutan mangrove terluas. Sehingga

ketersediaan bahan baku terpenuhi. Hal ini dapat dilihat pada tabel luas hutan

mangrove di Sumatera Utara.

Tabel 1. Luas Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2013

(44)

Langkat

Sumber : BPS Sumatera Utara 2014

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Metode Sensus.

Menurut Suprapto (2003), metode sensus adalah pencatatan yang menyeluruh

terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penelitian. Ini dilakukan terhadap

populasi yang sedikit.

Populasinya adalah istri-istri nelayan yang merintis usaha tentang kerupuk

jeruju yang terdiri dari 40 anggota.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang bersumberkan dari lapangan atau objek penelitian yang

diperoleh dengan wawancara langsung kepada istri-istri nelayan yang merintis

usaha kerupuk mangrove. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap

yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti

(45)

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Net Present Value (NPV), adalah metode yang digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas di masa yang akan

datang, dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

NB = Net Benefit = Benefit – Cost

i = suku bunga

n = Tahun (waktu)

Kriteria Penilaian :

Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima,

Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak,

Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau

ditolak.

2. Metode internal rate of Retrune (IRR)

Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam pengembangan usaha

sesungguhnya untuk memberikan tingkat keuntungan, semakin tinggi IRR yang

dapat dicapai semakin baik pengembangan usaha pengolahan mangrove untuk

(46)

Dimana :

- NPV Ir = NPV pada bunga rendah

- NPV It = NPV pada bunga tinggi

- It = bunga tinggi

- Ir = bunga rendah

Kriteria penilaian :

IRR > suku bunga,maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan

IRR < suku bunga,maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan

IRR = suku bunga yang ditetapkan, maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak

terserah pengambil keputusan.

3. NetBenefit Cost Ratio ( Net B/C)

Metode benefit – cost ratio adalah perbandingan antara proceeds dari tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan dengan biaya bersih dalam

tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan, yang dapat dirumuskan yaitu:

Dimana :

NB (+) = Net Benefit yang telah di discount positif

NB (-) = Net Benefit yang telah di discount negatif

i = Discount factor

n = Tahun (waktu)

Kriteria Penilaian :

B/C lebih besar dari 0 (B/C > 0) maka usaha tersebut menggambarkan

(47)

maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha

tersebut dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan, sedangkan bila B/C

kurang dari 0 (B/C < 0) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak

untuk dilaksanakan.

4. Payback Period (PP), adalah metode menutup kembali pengeluaran investasi dengan mengunakan aliran kas, dengan rumus sebagai berikut :

Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode-nya maka usulan investasi dapat diterima. Kelemahan metode ini yaitu tidak

memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak

memperhatikan aliran kas masuk setelah payback (Husein, 1999).

Perhitungan dalam analisis kelayakan suatu bisnis pada umumnya

didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa

yang akan terjadi di waktu yang akan datang, dengan asumsi :

1. Harga jual turun 10%.

2. Biaya naik 10%.

3. Harga jual turun 10% dan biaya naik 10%.

Oleh sebab itu diperlukan analisis senstivitas untuk mengetahui seberapa besar

sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi besarnya

nilai NPV, IRR dan nilai Net B/C yang berdampak pada hasil kelayakan.Serta

(48)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

1. Sampel dalam penelitian adalah istri-istri nelayan yang merintis usaha kerupuk

mangrove yang berjumlah 40 orang.

2. Kerupuk mangrove adalah kerupuk dari olahan daun mangrove jenis jeruju.

3. Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek

(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan.

4. Investasi adalah penanaman modal untuk suatu usaha dengan tujuan

memaksimalkan keuntungan.

5. Net present value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak.

6. IRR atau internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol).

7. Net Benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-)

8. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kernbali

seluruhnya.

9. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel

yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi

(49)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu Penelitian adalah 2014.

3. Sampel dalam penelitian adalah anggota istri-istri nelayan yang sedang merintis

(50)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Desa Sei Nagalawan

terletak di 7º 50 ́ LU 9º 21 ́ LU dan 97º 18 ́ BT - 98º 42 ́ BT. Daerah penelitian

memiliki ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut dan suhu udara rata-rata

33oC. Jarak daerah penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan 16 km, jarak

dari ibukota kabupaten 18 km. Desa Sei Nagalawan mempunyai luas wilayah 871

ha, yang terbagi atas 3 dusun yang wilayahnya memiliki batas - batas yakni :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin.

4.1.2 Keadaan Penduduk

a.Penduduk Menurut Kelompok Umur

Penduduk di Desa Sei Nagalawan berjumlah 3051 jiwa yang terbagi dalam 757

KK yang tersebar di setiap dusun, terdiri dari 1575 jiwa laki-laki dan 1476 jiwa

perempuan. Berdasarkan kelompok umur penduduk Desa Sei Nagalawan dapat

(51)

Tabel 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur 2013

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 1164 38,15

2 15-64 1728 56,63

3 >64 159 5,22

Jumlah 3051 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan 2014

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Si Nagalawan

sebesar 3051 orang. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2

menyebutkan bahwa batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15

tahun – 64 tahun. Dari tabel 3 diketahui bahwa jumlah usia produktif (15-64

tahun) adalah sebesar 1728 orang (56,63%). Usia produktif adalah usia dimana

orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang

dan jasa yang efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga

kerja di Desa Sei Nagalawan cukup besar.

b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok

Mata Pencaharian pokok penduduk di Desa Sei Nagalawan dapat dilihat

dari tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Penduduk menurut Pencaharian Pokok 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

PNS 7 0,66

Karyawan 89 8,34

Wiraswasta 100 9,42

(52)

Buruh tani 119 11,21

Nelayan 166 15,64

Tukang 9 0,85

Buruh lepas 58 5,46

Total 1062 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan 2014

Dapat dilihat pada tabel 3 mata pencaharian pokok paling banyak di desa

Sei Nagalawan adalah bertani yaitu sebesar 514 (48,41%). Penduduk desa Sei

Nagalawan banyak berprofesi sebagai petani karena sejak dari dulu pekerjaan

penduduk desa sebagai petani yang sudah menjadi turun menurun.

c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Desa Sei Nagalawan menurut tingkat pendidikan terdiri dari

tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas

mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Sei Nagalawan dapat dilihat di

Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4.Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 973 41,15 %

2 SMP 694 29,36%

3 SMA 613 25,93%

4 Perguruantinggi 84 3,56%

Jumlah 2364 100%

(53)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sei Nagalawan

sebagian besar tingkat pendidikannya tamat Sekolah Dasar yaitu 973 orang.

Namun hanya 84 penduduk yang pendidikannya sampai ke perguruan tinggi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk

desa Sei Nagalawan sebagian besar tergolong rendah, hal ini akan sedikit

menyulitkan dalam hal meningkatan pembangunan di desa ini.

d. Penduduk Menurut Suku 2013

Penduduk Desa Sei Nagalawan menurut suku terdiri dari suku Banjar,

Melayu, Jawa, Batak, Mandailing, Minang, Banten, Nias, dan Cina. Untuk

mengetahui lebih jelas mengenai suku penduduk Desa Sei Nagalawan dapat

dilihat di Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Penduduk menurut Suku

Suku Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Banjar 1799 58,98

Melayu 739 24,23

Jawa 213 6,99

Batak 143 4,69

Mandailing 119 3,9

Minang 15 0,5

Banten 15 0,5

Nias 5 0,2

Cina 3 0,01

Total 3051 100

(54)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilhat bahwa penduduk Desa Sei Nagalawan

sebagian besar merupakan suku banjar. Ini disebabkan adanya migrasi suku banjar

dari Pulau Kalimantan menuju pulau Sumatera pada tahun 1900-an.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Untuk mencapai desa ini dapat dengan mudah ditempuh dengan

menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Tetapi infrastruktur jalan

menuju ke desa Sei Nagalawan kurang baik karena banyak jalan yang telah rusak

dan tidak diperbaiki. Hal ini karena belum ada bantuan dari pemerintah yang

masuk ke dalam desa.

Desa Sei Nagalawan memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan

tempat beribadah yang mampu menunjang peningkatan sumberdaya yang ada di

desa Sei Nagalawan. Pasar tradisional dan sarana kesehatan di Desa

SeiNagalawan untuk saat ini belum tersedia. Secara rinci sarana dan prasarana

yang terdapat di Desa Sei Nagalawan dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Sarana dan Prasarana 2013

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan

a. Taman Kanak-kanak 1

b. Sekolah Dasar 1

2. Sarana Beribadah

a. Mesjid 3

b. Musolah 3

c. Gereja 3

(55)

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa Desa Sei Nagalawan

memiliki 1 Taman Kanak-kanak, 1 Sekolah Dasar, 3 Mesjid, 3 Musolah dan 3

Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa di desa tersebut belum terlalu berkembang.

Sarana transportasi di Desa Sei Nagalawan berupa becak mesin dan ojek.

Perjalanan menuju Desa Sei Nagalawan ± 45 menit dengan jarak tempuh 8 km

dari simpang Sei Buluh. Sementara itu, sarana transportasi yang sering digunakan

oleh masyarakat di Desa Sei Nagalawan adalah berupa sepeda motor karena

sebagian masyarakat di desa ini memiliki kendaraan sendiri untuk melakukan

aktivitas mereka masing-masing. Desa Sei Nagalawan memiliki 6 km jalan baik

dan 12 km jalan rusak sehingga begitu sulit memasuki desa tersebut.

4.2 Karakteristik Sampel 4.2.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah istri-istri nelayan yang sedang merintis usaha

kerupuk mangrove di Desa Sei Nagalawan. Karakteristik meliputi umur,

pendidikan, lamanya berwirausaha, jumlah produksi dan hasil jual produksi.

Karakteristik sampel di Desa Sei Nagalawan dapat disajikan pada tabel berikut

ini:

Tabel 7. Karakteristik Sampel

No Uraian Range Rata-rata

1 Umur (Tahun) 32-62 41

2 Pendidikan (Tahun) 6-15 7

3 Lamanya berwirausaha 1-12 6

(56)

Dari tabel diatas menunjukkan beberapa karakteristik sampel di Desa Sei

Nagalawan dalam wirausaha kerupuk mangrove dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Umur

Umur sampel termasuk salah satu faktor yang berkaitan dengan

kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan wirausaha. Biasanya semakin tua

petani maka kemampuan kerjanya cenderung semakin menurun, sehingga

biasanya sampel akan menggunakan tenaga kerja yang masih dalam usia produktif

yang memiliki potensi tenaga kerja yang cukup baik. Rata-rata umur sampel di

Desa Sei Nagalawan adalah 41 tahun dengan range 32-62. Kesimpulannya adalah

umur sampel di Desa Sei Nagalawan termasuk golongan umur yang masih

produktif atau usia bekerja.

2. Pendidikan

Banyak orang berpendapat bahwa tingkat pendidikan biasanya akan

mempengaruhi sistem pengolahan atau teknik pengolahan dan cara berfikir

seseorang, meskipun pendidikan rendah belum tentu mempengaruhi kinerja

sampel dalam berusaha, bahkan diketahui bahwa sampel memiliki rata-rata

pendidikan yang tidak tinggi akan tetapi tetapi mampu berwirausaha dengan baik

dan menghasilkan produksi yang tinggi.

Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sampel di Desa

Sei Nagalawan rata-rata 7 tahun. Ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat

(57)

3. Lamanya Berwirausaha

Lamanya berwirausaha merupakan salah satu faktor yang biasanya lebih

berpengaruh daripada pendidikan. Lamanya berwirausaha yang cukup lama dapat

menjadi modal awal bagi mereka dalam mengolah usaha kerupuk mangrove. Hal

ini dikarenakan mereka sudah memahami teknik-teknik wirausaha dari

pengalaman selama bertahun-tahun. Meskipun teknik wirausahanya mungkin

berbeda-beda.

Semakin mereka berpengalaman maka semakin bertambah pula

pengetahuannya mengenai bidang wirausaha yang ditekuninya. Rata-rata

Gambar

Gambar 1. Mangrove Jeruju(Achantus illicifolius L)
Gambar 2. Kerupuk Jeruju
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Luas Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan sistem ekowisata di ekosistem mangrove ini merupakan suatu pendekatan dalam pemanfaatan ekosistem tersebut secara lestari dan juga merupakan suatu alternatif

Untuk menganalisis perbedaan rata-rata produktivitas, rata-rata biaya, dan rata-rata pendapatan petani padi organik dengan pendapatan petani padi semi. organik di

Arif Setiandi, 2016, Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi Etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,

Besarnya peranan ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove

Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu.. Studi Zonasi Mangrove di Kampung Gisi Desa Tembeling Kecamatan

Masyarakat Kampung Nipah banyak menjadikan hutan mangrove sebagai tempat mata pencaharian, dengan memanfaatkan berbagai potensi yang terdapat di hutan mangrove

Apakah bapak/ibu/saudara mengetahui fungsi dari ekosistem mangrove secara umum.. Jika

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara”