STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN KERUPUK
MANGROVE
Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
SKRIPSI
OLEH:
DINILLAH ARIFAH 100304102 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN KERUPUK
MANGROVE
Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
SKRIPSI
OLEH:
DINILLAH ARIFAH 100304102 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh :
Ketua Komisi Pembimbing : Anggota Komisi Pembimbing:
(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP : 196206241986031001 NIP : 196011101988031003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Dinillah Arifah (100304102) dengan judul skripsi : “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”. Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, total penerimaan dan pendapatan bersih pengolahan kerupuk mangrove di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dan pengembangannya.Metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan. Pengambilan sampel berdasarkan populasi dengan jumlah 40 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan investasi sebesar Rp. 44.146.000-. Biaya bahan baku dan biaya modal kerja Rp. 91.440.000/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar 157.440.000/tahun. Dengan pendapatan Rp 299.520.000/tahun. Wirausaha kerupuk mangrove ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan nilai NPV pada DF 18% adalah Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period selama 1 tahun 1 bulan 5 hari.
Kata Kunci : Studi Kelayakan, Kerupuk Mangrove, Pengolahan Mangrove
ABSTRACT
Dinillah Arifah (100304102) with essay titled “Feasibility Study Treatment Mangrove Crackers”. Case : Village Sei Nagalawan, Districts Perbaungan, serdang bedagai,guided by Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
This study to analyze the total cost of production, labor productivity, total receipts and net income crackers mangrove treatment in study area, to analyze the feasibility crackers mangrove and expansion. The method used is the method of the feasibility study. Sampling based on population with a total of 40 samples. Data used are primary and secondary data.
Result showed that the investment needs of Rp 44.146.000-. Cost of raw materials and the cost of working capital is Rp. 91.440.000/year., of labior cost is Rp 157.440.000/year, with income is about Rp 299.520.000/year. Entrepreneurial mangrove crackers are eligiple to run and develop, with NPV at DF 18% is Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period for 1 years 1 months, 5 days.
RIWAYAT HIDUP
Dinillah Arifah lahir di kota Tebing Tinggi pada tanggal 3 Maret 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, seorang putri dari Ayahanda Rakum
Suprapto dan Ibunda Painem.
Jenjang Pendidikan :
1. Taman kanak-kanak di TK AFD 8 Pabatu pada tahun 1997 sampai tahun 1998.
2. Sekolah Dasar di SD Negeri 107529 AFD 8 Pabatu, masuk tahun 1998 dan
lulus pada tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Yapendak Pabatu, masuk tahun 2004 dan
lulus tahun 2007.
4. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, masuk tahun 2007
dan lulus tahun 2010.
5. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
6. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2013 di Desa
Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
7. Melaksanakan Penelitian pada bulan Juni 2014 di Desa Sei Nagalawan,
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Universitas
Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.
2. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah serta limpahan karuniaNya penulis dapat menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta
kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. Selaku ketua komisi pembimbing skripsi
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Ir. M.Jufri, M.Si. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta
saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku
Ketua dan Sekretaris Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan
5. Ayahanda tercinta Rakum Suprapto dan Ibunda tercinta Painem serta kakak
tercinta Eka Prawirani dan Muhammad Kamil yang telah memberikan doa dan
begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril
maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.
6. Kakanda Sapriadi SH yang telah memberikan doa, dukungan, semangat serta
bantuan kepada saya selama penyelesaian skripsi.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agrbisnis 2010 serta abang dan
kakak stambuk 2009 yang telah banyak memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
8. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Deli Serdang sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.
9. Seluruh keluarga besar Ibu Jumiati yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangat kepada saya selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima
kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin ya rabbal’alamin.
Medan, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Luas Hutan Mangrove Sumatera Utara Tahun 2013 30
2 Penduduk Menurut Kelompok Umur 38
3 Penduduk Menurut Pencaharian Pokok 38
4 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 39
5 Penduduk Menurut Suku 40
6 Sarana dan Prasarana 41
7 Karakteristik Sampel di Desa Sei Nagalawan 42
8 Investasi Untuk Wirausaha Kerupuk Mangrove 47
9 Biaya Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove 48
10 Biaya Perbekalan Pengolahan Kerupuk Mangrove 48
11 Rencana Pengeluaran untuk Biaya Tenaga Kerja 49
12 Rencana Penjualan Kerupuk Mangrove 50
13 Rencana Pengeluaran Biaya Bahan Baku 50
14 Rencana Pengeluaran Biaya untuk Modal Kerja 50
15 Rencana Pengeluaran Biaya untuk Tenaga Kerja 51
16 Perhitungan Prevent Value 51
17 Perhitungan Net Present Value (NPV) 52
18 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) 52
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Mangrove Jeruju 6
2 Kerupuk Jeruju 8
3 Kerangka Pemikiran 28
4 Bumbu Pembuatan Kerupuk Mangrove 45
5 Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove 45
6 Perebusan Daun Mangrove, Pengadonan, dan Pencetakkan 46
7 Proses Penggorengan, Pendinginan dan Pembungkusan 46
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1 Keragaman Responden
2 Karakteristik Sampel
3 Biaya Penyusutan
4 Harga Jual turun 10%
5 Biaya Operasional naik 10%
6 Harga Jual turun 10% dan Biaya Operasional naik 10%
ABSTRAK
Dinillah Arifah (100304102) dengan judul skripsi : “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”. Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, total penerimaan dan pendapatan bersih pengolahan kerupuk mangrove di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dan pengembangannya.Metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan. Pengambilan sampel berdasarkan populasi dengan jumlah 40 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan investasi sebesar Rp. 44.146.000-. Biaya bahan baku dan biaya modal kerja Rp. 91.440.000/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar 157.440.000/tahun. Dengan pendapatan Rp 299.520.000/tahun. Wirausaha kerupuk mangrove ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan nilai NPV pada DF 18% adalah Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period selama 1 tahun 1 bulan 5 hari.
Kata Kunci : Studi Kelayakan, Kerupuk Mangrove, Pengolahan Mangrove
ABSTRACT
Dinillah Arifah (100304102) with essay titled “Feasibility Study Treatment Mangrove Crackers”. Case : Village Sei Nagalawan, Districts Perbaungan, serdang bedagai,guided by Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
This study to analyze the total cost of production, labor productivity, total receipts and net income crackers mangrove treatment in study area, to analyze the feasibility crackers mangrove and expansion. The method used is the method of the feasibility study. Sampling based on population with a total of 40 samples. Data used are primary and secondary data.
Result showed that the investment needs of Rp 44.146.000-. Cost of raw materials and the cost of working capital is Rp. 91.440.000/year., of labior cost is Rp 157.440.000/year, with income is about Rp 299.520.000/year. Entrepreneurial mangrove crackers are eligiple to run and develop, with NPV at DF 18% is Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period for 1 years 1 months, 5 days.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki
17.508 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki
potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2002).
Sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari dari
sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan, hutan
mangrove, dan terumbu karang. Dan sumberdaya yang tidak dapat pulih
(non-renewable resources) seperti minyak bumi dan gas mineral serta jasa-jasa
lingkungan (Dahuri dkk, 2001).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove
terluas di dunia. Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar 166.530.000 ha
yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000
ha (FAO 1994), sedangkan di Indonesia dilaporkan kurang lebih seluas 3.812.000
ha (Ditjen INTAG 1994). Sedangkan Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2013
Sumatera Utara memiliki luas hutan mangrove berkisar 50.396,793 ha.
Hutan mangrove berfungsi menjaga pelestarian pantai, tempat
berkembangnya biota laut dan juga dapat mencegah terjadinya abrasi air laut ke
daratan. Selain menjaga pelestarian alam, hutan mangrove ternyata juga dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengangkat
berguna untuk masyarakat. Olahan mangrove bisa dibuat menjadi berbagai jenis
bentuk mulai dari makanan, obat, dan kain.
Di tengah persaingan yang semakin padat di era globalisasi sekarang ini,
membuat orang berfikir bagaimana cara bertahan dan memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan usaha yang mampu menopang segala kebutuhan tersebut.
Kurangnya lapangan pekerjaan serta pesatnya perkembangan penduduk usia kerja,
membuat banyak orang kembali berfikir menjalankan usaha yang menguntungkan
di tengah-tengah kerasnya persaingan kerja atau bisnis di era globalisasi sekarang
ini.
Dengan tetap memakai prinsip ekonomi yakni membuka usaha dengan
modal tertentu dengan tujuan menghasilkan keuntungan yang semaksimal
mungkin. Wirausaha merupakan salah satu bentuk implementasi dalam memenuhi
kesejahteraan. Menguntungkan dari segi ekonomi, selain itu juga menguntungkan
bagi masyarakat luas yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan baik secara
langsung maupun tidak.
Peluang bisnis kerupuk
istri-istri nelayan di Desa Sei Nagalawan, Dusun III, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelumnya mangrove yang tumbuh di kawasan
tempat tinggalnya hanya sebagai tumbuhan biasa saja dimana berfungsi sebagai
penahan abrasi. Tetapi setelah adanya pelatihan dan melakukan uji coba beberapa
kali, ternyata mangrove mampu menambahkan penghasilannya yang tadinya
Meski setiap pekan rutin berproduksi namun kerupuk mangrove ini
mempunyai kendala di bagian pemasarannya karena masih belum memiliki pasar
yang baik untuk memasarkan kerupuk mangrove serta lokasi yang jarang
dikunjungi oleh wisatawan menjadikan produk mereka kurang dikenal. Sehingga
kerupuk mangrove tersebut hanya dijual di Desa Sei Nagawalan dan di toko yang
mereka miliki di kota Perbaungan. Namun terkadang ada yang memesan melalui
telepon. Perintis usaha kerupuk mangrove ini mempunyai harapan kedepannya
untuk mengembangkan usaha tersebut sehingga diperlukan studi kelayakan
pengolahan kerupuk mangrove.
Dalam kasus ini, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna
menelusuri permasalahannya dan sekaligus menganalisa “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka permasalahan
dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana kelayakan pengolahan kerupuk
mangrove jika dilihat dari aspek finansial?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan rekomendasi sekaligus menjadi bahan acuan bagi pengambil
keputusan atau kebijakan dalam upaya pengembangan pengolahan kerupuk
mangrove di Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten
Serdang Bedagai.
2. Sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan, sumbangan data,
informasi dan pemikiran bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang
pengembangan pengolahan kerupuk mangrove.
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan,
maka permasalahan dibatasi pada masalah studi kelayakan pengolahan kerupuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh
pada pantai-pantai terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat
yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada
tempat yang mempunyai muara sungai yang besar dan delta yang aliran airnya
banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas
(Ghufran, 2011).
Setidaknya ada tiga fungsi utama hutan mangrove, yaitu : (a) fungsi fisis,
meliputi : pencegahan abrasi, perlindungan terhadap angin dan gelombang,
pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara ; (b) fungsi
biologis, meliputi : sebagai tempat bertelur dan sebagai asuhan berbagai biota,
tempat bersarang burung dan sebagai habitat alami berbagai biota ; (c) fungsi
ekonomis meliputi : sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan
bangunan (balok, atap dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman,
bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintetis, penyamakan
kulit, obat-obatan dan lain.
Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh di dunia, sekitar 51 % spesies tersebut hidup di Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk spesies
mangrove sejati dan 20 asosiasi mangrove tumbuh subur di Indonesia. Jenis-jenis
mangrove tersebut antara lain: Avecenia alba, Avecenia Marina, Achantus illicifolius L, Rhizopora apiculata, Acrostichum Speciosum, Bruguiera parviflora, Amyema Gravis, Brugruiera gymnorhiza, Nypa fruticans, Xylocarpus granatum, Excoecaria agallocha, Pandanus furentus, Heritiera Littoralis, Ceriops Tagal, Soneratia Ovata, Rhizopora Mucronata, Bruguiera cylindrica, Soneratia alba, Kandelia Candel, Xylocarpus moluccensis, Bruguiera Hainessi, Camptostemon schultzii, Sarcolobus Globosa, Soneratia Caseolaris, Myristica hollrungii, Heritiera littoralis, Manilkara fasciculata, Inocarpus fagiferus, Pandanus tectorius, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera littorea dan Pemphis acidul. Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh, ternyata terdapat salah satu jenis mangrove yang dapat dibuat menjadi kerupuk, spesies mangrove tersebut adalah Achantus illicifolius L (Mangkurat, 2008).
2.1.2 Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L)
Gambar 1. Mangrove Jeruju(Achantus illicifolius L)
Achantus illicifolius L merupakan spesies merambat yang bisa tumbuh hingga setinggi 2 meter. Merupakan semak tahunan, berbatang basah, tumbuh
pada tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantar sungai. Seringkali dominan
di area mangrove yang telah ditebangi (Priyono, 2010).
Deskripsi Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L) :
Habitus : Semak, tahunan, tinggi 0,75-1.5 m, berupa tumbuhan mangrove.
Batang : Berkayu, bulat, permukaan licin, berduri pada sekitar duduk daun,
bercabang, hijau.
Daun : Tunggal, bersilang berhadapan, bulat panjang, ujung dan pangkal
runcing, tepi berduri, panjang 10-20 cm, lebar 5-6 cm, perlulangan menyirip,
hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk bulir, di ujung batang, panjang 6-30 cm, daun
pelindung berlapis dua, bagian dalam lebih kecil, gugur sebelum bunga mekar,
kelopak panjang 12,5-15 mm, berbagi empat, mahkota panjang 3-4,5 cm,
bertabung putih, bibir bulat telur, ujung bertaju tiga, ungu kebiruan.
Buah : Kotak, bulat telur, panjang ± 3 cm, coklat kehitaman.
Biji : Bentuk ginjal, dua sampai empat, hitam.
Akar : Tunggang, putih kekuningan.
Perbanyakan : melalui biji
Persebaran : umum sekali tumbuh di tanah yang mengandung garam, di muara
sungai, tepi pantai, dan di tanah rawa dan hutan bakau dekat ke pantai, serta tanah
yang bersifat payau. Spesies ini jarang dijumpai di pedalaman. Jenis ini dapat
dijumpai dari India Selatan dan Sri Lanka sampai Indo-Cina dan juga Indonesia.
Kandungan : Secara keseluruhan tanaman daruju mengandung saponin,
benzoate, di samping itu bijinya juga mengandung alkaloida. Secara spesifik akar
jeruju mengandung flavon dengan kadar tinggi dan asam amino (Rusila, 2009).
Dinilai dari habitatnya, tanaman ini tidak membutuhkan ketinggian untuk
dapat tumbuh dengan baik, melainkan dapat tumbuh di sepanjang pantai.
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada serta perairan
yang relatif tenang adalah tempat ideal perkembangan tanaman ini.
Budidaya tanaman Achantus illicifolius L (jeruju) mempunyai nilai lebih, yakni sebagai bahan baku penghasil kerupuk, sebagai habitat hewan-hewan laut
seperti ikan, kepiting dan udang, dan juga dapat menjalankan fungsi utamannya
yakni sebagai penahan abrasi pantai dari gelombang laut.
2.1.3 Kerupuk Jeruju
Gambar 2. Kerupuk Jeruju
Kerupuk jeruju merupakan olahan dari daun mangrove jenis jeruju.
Daun-daunnya dipetik, lalu dibersihkan dan dipotong ujung Daun-daunnya yang tajam. Daun
tersebut diblender, direbus hingga mendidih, kemudian dicampur dengan adonan
tepung dan bumbu yang telah dipersiapkan. Adonan tersebut dipipihkan tipis dan
terciptalah kerupuk mangrove yang garing dan renyah, serta beraroma sedap
dengan warna hijau yang alami.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Usaha
Studi kelayakan merupakan gambaran kelayakan usaha yang direncanakan
sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek.
Menurut (Jumingan, 2011) Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan
dengan berhasil. Istilah “Proyek” mempunyai arti suatu pendirian usaha baru atau
pengenalan sesuatu (barang atau jasa) yang baru ke dalam suatu produk mix yang
sudah ada selama ini.
Pengertian keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit yaitu diukur
dari keberhasilan proyek tersebut dalam menghasilkan profit. Sedangkan bagi
pihak nonprofit (misalnya pemerintah dan lembaga non profit lainnya), pengertian
berhasil bisa berupa seberapa besar penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber
daya yang melimpah, dan faktor-faktor lain yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menetukan
layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Dengan melalui proses pengumpulan,
pengolahan, penyajian serta data dengan menggunakan metode ilmiah, studi
kelayakan berusaha menguji dan menemukan suatu usulan atau gagasan usaha.
Oleh karena itu, studi kelayakan usaha senantiasa perlu dilakukan selama usaha
Kelayakan artinya menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan
tujuan mereka yang diinginkan. Layak disini diartikan juga akan memberikan
keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi
investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas (Kasmir dan Jakfar, 2007).
Menurut (Nitiseminto dan Burhan, 2000) Studi kelayakan (feabisility study) diartikansebagai suatu metode penjajahan dari suatu gagasan usaha tentang suatu kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Hal
ini perlu dilakukan karena seorang pengusaha yang langsung rnendirikan suatu
perusahaan tanpa melakukan studi kelayakan sehingga mungkin akan memahami
kegagalan dengan kerugian yang sangat besar.
2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan
Tujuan dalam melakukan studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari
keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan. Karena usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang
cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.
Menurut (Kasmir & Jakfar, 2007) Secara umum tujuan adanya studi
kelayakan agar usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan
kata lain tidak membuang uang, tenaga, atau pikiran secara percuma serta tidak
akan menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan
manfaat kepada berbagai pihak. Paling tidak ada lima tujuan dilakukan studi
kelayakan sebelum suatu usaha atau proyek dilaksanakan, yaitu :
1. Menghindari risiko kerugian
Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di
masa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini
ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya
terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan
adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan, baik risiko
yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan
hal-hal apa saja yang perlu direncanakan . Yang jelas dalam perencanaan
sudah terdapat jadwal pengembangan usaha, mulai dari usaha
dikembangkan sampai waktu tertentu.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat
memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis
tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian
pengerjaan usaha dapat dilaksanakan secara sistematis, sehingga tepat
sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang
sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang
4. Memudahkan Pengawasan
Dengan telah dilaksanakan suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana
yang disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar
pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.
Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya
karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak
terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.
5. Memudahkan Pengendalian
Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka
apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan
bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan
pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang
melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan akan
tercapai.
Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil
dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi
dalam jumlah besar. Banyaknya sebab yang mengakibatkan suatu usaha ternyata
menjadi tidak menguntukan (gagal) antara lain adalah : (1) kesalahan
perencanaan, (2) kesalahan dalam penaksirkan pasar yang tersedia, (3) kesalahan
dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, (4) kesalahan dalam
memperkirakan kontinyuitas bahan baku, dan kesalahan dalam memperkirakan
pelaksanaan usaha yang tidak terkendalikan, sehingga biaya pembangunan usaha
menjadi membengkak serta penyelesaian usaha menjadi tertunda.
Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal
itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas
mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika usaha akan dinilai dari
perspektif yang lebih luas, maka tujuannya adalah memaksimumkan net present value dari semua social and benefit.
2.2.3 Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan Usaha
Hasil penelitian melalui studi kelayakan ini sangat diperlukan dan
dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap usaha atau proyek yang akan dilaksanakan. Adapun pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan tersebut, antara lain :
1. Pemilik Usaha
Para pemilik usaha sangat berkepentingan terhadap hasil dari analisis studi
kelayakan yang telah dibuat. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang
sudah dibuat benar-benar dipelajari oleh para pemilik, apakah akan
memberikan keuntungan atau tidak bagi usahanya.
2. Kreditor
Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga
keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap
hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan
macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak
dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan
akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum
pinjaman dikucurkan kepada pihak peminjam.
3. Pemerintah
Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan
apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberikan manfaat baik bagi
perekonomian secara umum. Kemudian bisnis juga harus memberikan
manfaat kepada masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan.
Pemerintah juga berharap bahwa bisnis yang akan dijalankan tidak
merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia, binatang maupun
tumbuh-tumbuhan.
4. Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat
sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja, baik
bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya.
Kemudian manfaat lain adalah terbukanya wilayah tersebut dari
ketertutupan (terisolasi). Dengan adanya bisnis juga akan menyediakan
srana dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum seperti jalan,
jembatan, listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, sarana
olahraga, taman dan fasilitas lainnya.
5. Manajemen
Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran kinerja bagi pihak
ditugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai,
sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.
2.2.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam mengevaluasi kelayakan suatu usaha, ada beberapa aspek yang
perlu dilakukan studi. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi
saling berkaitan. Artinya, jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu
dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Urutan penilaian aspek
mana yang harus didahului tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data
yang ada. Tentu saja dalam hal ini dengan pertimbangan proiritas mana yang
harus didahulukan dan mana yang berikutnya (Kasmir & Jakfar, 2007).
Menurut (Ibrahim, 2009) aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam studi
kelayakan bisnis adalah : Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan
Teknologi, Aspek Organisasi dan Manajemen, serta Aspek Ekonomi dan Aspek
Keuangan.
a. Aspek Pasar
Peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha
pada studi kelayakan usaha merupakan variabel pertama dan utama untuk
mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran.
Aspek pasar sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar,
perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar dan langkah-langkah yang
diperlukan disamping kebijaksanaan yang diperlukan. Dalam aspek pasar juga
seperti pesaing, kekuatan dan kelemahannya, serta menguraikan
keunggulan-keunggulan dari usaha yang direncanakan (Ibrahim, 2009).
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran
pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P
yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses
pembangunan usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha tersebut
selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal
penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.
Analisis secara teknis berhubungan dengan usaha (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan
kerangka kerja usaha harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat
dilakukan dengan teliti Aspek-aspek lain dari analisa usaha hanya akan dapat
berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi
teknis dari suatu perencanaan usaha mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana
aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci.
Faktor utama yang harus dimuat dalam aspek teknis adalah lokasi
usaha/pabrik yang akan dikembangkan. Faktor lain yang perlu dijelaskan dilihat
dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja, transportasi dan
c. Aspek Manajemen
Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam usaha dan
manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan usaha adalah proses untuk
merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar usaha yang
direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada
waktunya.
Pelaksanaan pembangunan usaha tersebut bisa pihak yang mempunyai ide
usaha itu, umumnya diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapapun yang akan
melaksanakan usaha tersebut, perusahaan yang mempunyai ide membuat usaha
perlu mengetahui kapan usaha itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial.
Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan
usaha operasional.
Dalam aspek manajemen yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan
cara pengelolaan dari gagasan usaha/proyek yang direncanakan secara efisien.
Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis (jenis
pekerjaan yang dilakukan) dan berdasarkan pada struktur organisasi yang cocok
dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan pada struktur
organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta
keahlian yang diperlukan (Ibrahim, 2009).
d. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh
perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi
perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup
berarti.
Didalam aspek sosial yang perlu dievaluasi adalah seberapa jauh respon
masyarakat sekitar bisnis terhadap dilaksanakannya usaha. Berapa banyak
masyarakat yang setuju, menentang, dan tidak memberikan pendapat atas
pelaksanaan bisnis tersebut. Untuk mengatasi masalah sosial yang mungkin
timbul dalam masyarakat sehubungan dilaksanakannya proyek, sebaiknya sejak
dini masyarakat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara
mengajak wakil mereka untuk turut serta dalam perencanaan (Ibrahim, 2009).
e. Aspek Keuangan
Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk
membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan
investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a)
kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b) kebijakan modal kerja
(c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas
(Davis 1999).
Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam
rangka mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan
investasi. Sumber dana dibagi dalam 2 kategori yakni:
a. internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)
b. sumber eksternal yaitu: 1) Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan
pembayaran utang, pinjaman jangka pendek sebagai tambahan modal kerja, dan
baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public Offer/IPO) maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi perusahaan.
Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah
menetapkan struktur modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar
dalam memutuskan berapa jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana
pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan
investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara sehat. Di
samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan
antara perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi
konflik (Saragih dan Manurung, 2005).
Aspek keuangan yang perlu dibahas menyangkut dengan perkiraan biaya
investasi, perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, perkiraan modal kerja,
sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, prhitungan kriteria investasi. Selain
perhitungan ini, juga perlu ditampilkan perhitungan break even point beserta pay back period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas dan dampak proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
1. Teori Biaya dan Manfaat
Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek.
Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan
revenue earning proyek. apakah proyek itu terjamin dengan dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan tersebut dan apakah proyek
akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.
Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat
proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi
manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang
diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang
merupakan hasil dari suatu investasi.
Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung
ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah
biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung
dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat
tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak
langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan
manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat
yang bersifat langsung.
Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek terdiri dari biaya modal, biaya
operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya
modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka
panjang, dengan contoh tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan
mesinmesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya adalah
penelitian.
2. Laba Rugi
Laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas
penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang
menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan
sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan pengeluaran-pengeluaran yang
dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba)
merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan netto
timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan,
barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi
mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output,
diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Pengurangan biaya
langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total penerimaan bersih akan
menghasilkan pendapatan bruto.
Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah adanya biaya penjualan,
biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut
tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses
alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang
menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan
penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum
penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.
Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen
pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang
dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan
pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak.
Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan
menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk
Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil
operasi perusahaan selama periode operasi. Dalam menganalisa suatu proyek
investasi lebih relavan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas
seseorang bisa berinvestasi dan membayar kewajibannya.
3. Analisis Kriteria Investasi
Usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan dalam melakukan studi
kelayakan usaha adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup
besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Investasi yang dilakukan oleh swasta pada umumnya bertujuan untuk
memaksimalkan keuntungan. Sebaliknya investasi yang dilakukan oleh
pemerintah kebanyakan bertujuan untuk memaksimalisasi manfaat sosial dan
investasi yang telah ditanamkan.
Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran
menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap
kriteria investasi menggunakan Present Value (PV) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha. Penilaian investasi dalam
suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang
diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses
investasi dilaksanakan.
Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total
proyek. Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak),
pelaksanaanya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena
faktor-faktor uncontrolable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan (Ibrahim, 2009).
Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah
suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari
sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu
usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan.
Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan
jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode
pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Net Present Value (NPV)
Net present value (NPV) atau nilai selisih sekarang merupakan selisih PV arus beneflit dan biaya dihitung berdasarkan discount rate. Suatu usaha dikatakan
layak apbila NPV lebih besar dari nol (NPV > 0). Jika NPV kurang dari nol (NpV
< 0), makausaha tersebut tidak layak (Gray, 2005).
2. Internal Rate of Return (IRR)
Tingkat hasil pengembalian intemal (internal rate of return/IRR) didefinisikan sebagai suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan di masa yang akan datang, atau penerimaan kas dengan pcngeluaran
investasi awal (Weston dan Copeland, l999). Nilai IRR dapat dicari dengan cara
coba-coba (trial and error). caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, Lalu bandingkan dengan
bunga yang lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi
sama besar. Sebaliknya, dengan suku harga yang wajar tadi nilai investasi lebih
besar, maka coba lagi digit suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan
nilai investasi sama besar dengan nilai sekarang. Oleh karern itu, jika IRR rebih
besar atau sama dengan discount rate (IRR >1), maka usaha tersebut layak (Husein,1999)
3. NetBenefit Cost Ratio
Net Benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-). Jika
nilai Net B/C > 1, berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
Untuk Net B/C = 1, berarti berari cash in flows sama dengan cash out flows, dalam prevent value disebut dengan Break Even Point (BEP), yaitu total cost
sama dengan total revenue (Ibrahim, 2009). 4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP), adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali suatu periode investasi dengan menggunakan “prosseds” didapat dari penghasilan sesudah pajak (EAT) ditambah dengan depresiasi. Demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kernbali seluruhnya
(Riyanto, 2007).
4. Analisis Sensitivitas
Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau
1) Harga
2) Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi)
3) Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run) 4) Hasil produksi.
Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan
suatu aktivitas usaha atau proyek. oleh karena itu, diperlukan analisis dan
identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang
sesuai dengan usaha yang dijalankan.
Suatu hasil studi kelayakan bisnis merupakan hasil tindak lanjut dari
keputusan manajemen pada fungsi perencanaan berdasarkan informasi internal
maupun ekternal. Walaupun studi kelayakan bisnis dikatakan layak, tetapi karena
masih merupakan rencana dimana masih mengandung resiko kegagalan, maka
diperlukan kelengkapan informasi serta kualitas analisis sebelum mengambil
keputusan (Davis, 1999).
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap
ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya
variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa
dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau
diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan
variable-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, nilai besarnya nilai NPV, IRR,
dan nilai Net B/C.
Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan, karena dalam analisis kelayakan
suatu usaha ataupun bisnis perlunya perhitungan umumnya didasarkan pada
di waktu yang akan datang. Analisis ini juga merupakan analisis pasca kriteria
investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi
ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidakpastian dalam
perhitungan biaya atau manfaat.
2.2.5 Perencanaan Investasi
Keputusan tentang pemilihan investasi merupakan keputusan yang paling
penting diantara berbagai jenis keputusan yang lain yang harus dibuat oleh
seorang manajer keuangan. Keputusan ini tidak saja hanya harus menentukan
tingkat keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Investasi aktiva tetap
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa pembelian tanah,
pembelian peralatan yang diperlukan, dan mendirikan bangunan (rumah dan
kolam) sebagai tempat pemeliharaan.
Menurut William F. Sharfe, investasi adalah mengorbankan dollar
sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Maksudnya ialah dengan
mengorbankan uang/dollar dalam arti menanamkan sejumlah dana (uang) dalam
suatu usaha saat sekarang dengan mengharapkan pengembalian investasi disertai
tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (dalam waktu
tertentu). Jenis-jenis Investasi:
a. Investasi Nyata (real investment) : ialah investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.
b. Investasi Finansial (financial investment) : ialah investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat
2.2.6 Usaha Budidaya Kerupuk Mangrove
Mangrove sudah sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang
tinggal disekitarnya. Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh
ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh
masyarakat. Hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan
pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), areal mangrove di kawasan Asia
Pasifik juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri
minyak, pemukiman dan peternakan (Suryono, 2013).
Dari mangrove yang berada di sekitar Desa Sei Nagalawan, istri-istri
nelayan ini mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarganya. Mangrove jenis
jeruju diolah menjadi kerupuk. Usaha ini dimulai sekitar 12 tahun lalu. Membuat
kerupuk dari mangrove juga tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun setelah
adanya pelatihan dan melakukan uji coba berkali-kali, istri-istri nelayan ini
mampu membuat kerupuk mangrove.
Pucuk-pucuk daun mangrove jeruju bisa diolah dalam pembuatan kerupuk.
Pucuk-pucuknya dipetik, lalu dibersihkan dan dipotong ujung daunnya yang
tajam. Daun tersebut diblender, direbus hingga mendidih, kemudian dicampur
dengan adonan tepung dan bumbu yang telah dipersiapkan. Adonan tersebut
dipipihkan tipis dan dicetak kotak, langsung digoreng dalam wajan dengan
minyak panas. Maka terciptalah kerupuk mangrove yang garing dan renyah, serta
beraroma sedap dengan warna hijau yang alami. Hasil olahan ini hanya dijual di
pembeli dari luar daerah baik untuk konsumsi sendiri ataupun menjualnya
kembali.
2.2.7 Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Aditya Riezkan Wahdine (2009) dengan judul “Studi
Kelayakan Bisnis Usaha Kerupuk Ikan di Daerah Kuin”. Berdasarkan analisis
kelayakan finansial pada tingkat discount rate 17%, diperoleh NPV sebesar Rp.223.409.530,- dan nilai IRR 46,37%. Dan Payback period selama 2 tahun 6 bulan, ini berarti usaha kerupuk ikan layak dan menguntungkan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka analisis dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Keterangan : = menyatakan hubungan
Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini, antara lain net present value, internal rate of return,net benefit cost ratio. Serta payback period untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal
yang ditanamkan dalam usaha. Tujuan dari perhitungan kreteria investasi adalah
untuk mengetahui gagasan usaha/proyek yang direncanakan dapat memberi
manfaat (benefit) dilihat dari segi finansial benefit.
2.4 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling
atau secara sengaja, yaitu teknik penentuan sampel dilakukan dengan
pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan
(Sugiyono,2010).
Daerah penelitian yang dipilih adalah desa Sei Nagalawan Dusun III
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini ditentukan
sebagai daerah penelitian karena berdasarkan prasurvey yang dilakukan, hanya ada dua desa yang mempunyai usaha pengolahan kerupuk mangrove yaitu
Kampung Nelayan Kecamatan Medan Belawan dan Desa Sei Nagalawan
Kecamatan Perbaungan. Dengan pertimbangan bahwa pengolahan kerupuk
mangrove yang berada di Desa Sei Nagalawan selalu berproduksi setiap hari.
Serta desa Sei Nagalawan berada di Kabupaten Serdang Bedagai yang
merupakan salah satu daerah dengan hutan mangrove terluas. Sehingga
ketersediaan bahan baku terpenuhi. Hal ini dapat dilihat pada tabel luas hutan
mangrove di Sumatera Utara.
Tabel 1. Luas Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2013
Langkat
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Metode Sensus.
Menurut Suprapto (2003), metode sensus adalah pencatatan yang menyeluruh
terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penelitian. Ini dilakukan terhadap
populasi yang sedikit.
Populasinya adalah istri-istri nelayan yang merintis usaha tentang kerupuk
jeruju yang terdiri dari 40 anggota.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang bersumberkan dari lapangan atau objek penelitian yang
diperoleh dengan wawancara langsung kepada istri-istri nelayan yang merintis
usaha kerupuk mangrove. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap
yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti
3.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Net Present Value (NPV), adalah metode yang digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas di masa yang akan
datang, dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
i = suku bunga
n = Tahun (waktu)
Kriteria Penilaian :
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak,
Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau
ditolak.
2. Metode internal rate of Retrune (IRR)
Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam pengembangan usaha
sesungguhnya untuk memberikan tingkat keuntungan, semakin tinggi IRR yang
dapat dicapai semakin baik pengembangan usaha pengolahan mangrove untuk
Dimana :
- NPV Ir = NPV pada bunga rendah
- NPV It = NPV pada bunga tinggi
- It = bunga tinggi
- Ir = bunga rendah
Kriteria penilaian :
IRR > suku bunga,maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan
IRR < suku bunga,maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan
IRR = suku bunga yang ditetapkan, maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak
terserah pengambil keputusan.
3. NetBenefit Cost Ratio ( Net B/C)
Metode benefit – cost ratio adalah perbandingan antara proceeds dari tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan dengan biaya bersih dalam
tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan, yang dapat dirumuskan yaitu:
Dimana :
NB (+) = Net Benefit yang telah di discount positif
NB (-) = Net Benefit yang telah di discount negatif
i = Discount factor
n = Tahun (waktu)
Kriteria Penilaian :
B/C lebih besar dari 0 (B/C > 0) maka usaha tersebut menggambarkan
maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha
tersebut dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan, sedangkan bila B/C
kurang dari 0 (B/C < 0) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak
untuk dilaksanakan.
4. Payback Period (PP), adalah metode menutup kembali pengeluaran investasi dengan mengunakan aliran kas, dengan rumus sebagai berikut :
Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode-nya maka usulan investasi dapat diterima. Kelemahan metode ini yaitu tidak
memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak
memperhatikan aliran kas masuk setelah payback (Husein, 1999).
Perhitungan dalam analisis kelayakan suatu bisnis pada umumnya
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa
yang akan terjadi di waktu yang akan datang, dengan asumsi :
1. Harga jual turun 10%.
2. Biaya naik 10%.
3. Harga jual turun 10% dan biaya naik 10%.
Oleh sebab itu diperlukan analisis senstivitas untuk mengetahui seberapa besar
sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi besarnya
nilai NPV, IRR dan nilai Net B/C yang berdampak pada hasil kelayakan.Serta
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi
1. Sampel dalam penelitian adalah istri-istri nelayan yang merintis usaha kerupuk
mangrove yang berjumlah 40 orang.
2. Kerupuk mangrove adalah kerupuk dari olahan daun mangrove jenis jeruju.
3. Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan.
4. Investasi adalah penanaman modal untuk suatu usaha dengan tujuan
memaksimalkan keuntungan.
5. Net present value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak.
6. IRR atau internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol).
7. Net Benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-)
8. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kernbali
seluruhnya.
9. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel
yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan
Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Waktu Penelitian adalah 2014.
3. Sampel dalam penelitian adalah anggota istri-istri nelayan yang sedang merintis
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Desa Sei Nagalawan
terletak di 7º 50 ́ LU 9º 21 ́ LU dan 97º 18 ́ BT - 98º 42 ́ BT. Daerah penelitian
memiliki ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut dan suhu udara rata-rata
33oC. Jarak daerah penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan 16 km, jarak
dari ibukota kabupaten 18 km. Desa Sei Nagalawan mempunyai luas wilayah 871
ha, yang terbagi atas 3 dusun yang wilayahnya memiliki batas - batas yakni :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin.
4.1.2 Keadaan Penduduk
a.Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk di Desa Sei Nagalawan berjumlah 3051 jiwa yang terbagi dalam 757
KK yang tersebar di setiap dusun, terdiri dari 1575 jiwa laki-laki dan 1476 jiwa
perempuan. Berdasarkan kelompok umur penduduk Desa Sei Nagalawan dapat
Tabel 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur 2013
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-14 1164 38,15
2 15-64 1728 56,63
3 >64 159 5,22
Jumlah 3051 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan 2014
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Si Nagalawan
sebesar 3051 orang. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2
menyebutkan bahwa batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15
tahun – 64 tahun. Dari tabel 3 diketahui bahwa jumlah usia produktif (15-64
tahun) adalah sebesar 1728 orang (56,63%). Usia produktif adalah usia dimana
orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang
dan jasa yang efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga
kerja di Desa Sei Nagalawan cukup besar.
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
Mata Pencaharian pokok penduduk di Desa Sei Nagalawan dapat dilihat
dari tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Penduduk menurut Pencaharian Pokok 2013
Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
PNS 7 0,66
Karyawan 89 8,34
Wiraswasta 100 9,42
Buruh tani 119 11,21
Nelayan 166 15,64
Tukang 9 0,85
Buruh lepas 58 5,46
Total 1062 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan 2014
Dapat dilihat pada tabel 3 mata pencaharian pokok paling banyak di desa
Sei Nagalawan adalah bertani yaitu sebesar 514 (48,41%). Penduduk desa Sei
Nagalawan banyak berprofesi sebagai petani karena sejak dari dulu pekerjaan
penduduk desa sebagai petani yang sudah menjadi turun menurun.
c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Sei Nagalawan menurut tingkat pendidikan terdiri dari
tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Sei Nagalawan dapat dilihat di
Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4.Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 2013
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 973 41,15 %
2 SMP 694 29,36%
3 SMA 613 25,93%
4 Perguruantinggi 84 3,56%
Jumlah 2364 100%
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sei Nagalawan
sebagian besar tingkat pendidikannya tamat Sekolah Dasar yaitu 973 orang.
Namun hanya 84 penduduk yang pendidikannya sampai ke perguruan tinggi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk
desa Sei Nagalawan sebagian besar tergolong rendah, hal ini akan sedikit
menyulitkan dalam hal meningkatan pembangunan di desa ini.
d. Penduduk Menurut Suku 2013
Penduduk Desa Sei Nagalawan menurut suku terdiri dari suku Banjar,
Melayu, Jawa, Batak, Mandailing, Minang, Banten, Nias, dan Cina. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai suku penduduk Desa Sei Nagalawan dapat
dilihat di Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Penduduk menurut Suku
Suku Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Banjar 1799 58,98
Melayu 739 24,23
Jawa 213 6,99
Batak 143 4,69
Mandailing 119 3,9
Minang 15 0,5
Banten 15 0,5
Nias 5 0,2
Cina 3 0,01
Total 3051 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilhat bahwa penduduk Desa Sei Nagalawan
sebagian besar merupakan suku banjar. Ini disebabkan adanya migrasi suku banjar
dari Pulau Kalimantan menuju pulau Sumatera pada tahun 1900-an.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai desa ini dapat dengan mudah ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Tetapi infrastruktur jalan
menuju ke desa Sei Nagalawan kurang baik karena banyak jalan yang telah rusak
dan tidak diperbaiki. Hal ini karena belum ada bantuan dari pemerintah yang
masuk ke dalam desa.
Desa Sei Nagalawan memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan
tempat beribadah yang mampu menunjang peningkatan sumberdaya yang ada di
desa Sei Nagalawan. Pasar tradisional dan sarana kesehatan di Desa
SeiNagalawan untuk saat ini belum tersedia. Secara rinci sarana dan prasarana
yang terdapat di Desa Sei Nagalawan dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Sarana dan Prasarana 2013
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Sarana Pendidikan
a. Taman Kanak-kanak 1
b. Sekolah Dasar 1
2. Sarana Beribadah
a. Mesjid 3
b. Musolah 3
c. Gereja 3
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa Desa Sei Nagalawan
memiliki 1 Taman Kanak-kanak, 1 Sekolah Dasar, 3 Mesjid, 3 Musolah dan 3
Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa di desa tersebut belum terlalu berkembang.
Sarana transportasi di Desa Sei Nagalawan berupa becak mesin dan ojek.
Perjalanan menuju Desa Sei Nagalawan ± 45 menit dengan jarak tempuh 8 km
dari simpang Sei Buluh. Sementara itu, sarana transportasi yang sering digunakan
oleh masyarakat di Desa Sei Nagalawan adalah berupa sepeda motor karena
sebagian masyarakat di desa ini memiliki kendaraan sendiri untuk melakukan
aktivitas mereka masing-masing. Desa Sei Nagalawan memiliki 6 km jalan baik
dan 12 km jalan rusak sehingga begitu sulit memasuki desa tersebut.
4.2 Karakteristik Sampel 4.2.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah istri-istri nelayan yang sedang merintis usaha
kerupuk mangrove di Desa Sei Nagalawan. Karakteristik meliputi umur,
pendidikan, lamanya berwirausaha, jumlah produksi dan hasil jual produksi.
Karakteristik sampel di Desa Sei Nagalawan dapat disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 7. Karakteristik Sampel
No Uraian Range Rata-rata
1 Umur (Tahun) 32-62 41
2 Pendidikan (Tahun) 6-15 7
3 Lamanya berwirausaha 1-12 6
Dari tabel diatas menunjukkan beberapa karakteristik sampel di Desa Sei
Nagalawan dalam wirausaha kerupuk mangrove dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Umur
Umur sampel termasuk salah satu faktor yang berkaitan dengan
kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan wirausaha. Biasanya semakin tua
petani maka kemampuan kerjanya cenderung semakin menurun, sehingga
biasanya sampel akan menggunakan tenaga kerja yang masih dalam usia produktif
yang memiliki potensi tenaga kerja yang cukup baik. Rata-rata umur sampel di
Desa Sei Nagalawan adalah 41 tahun dengan range 32-62. Kesimpulannya adalah
umur sampel di Desa Sei Nagalawan termasuk golongan umur yang masih
produktif atau usia bekerja.
2. Pendidikan
Banyak orang berpendapat bahwa tingkat pendidikan biasanya akan
mempengaruhi sistem pengolahan atau teknik pengolahan dan cara berfikir
seseorang, meskipun pendidikan rendah belum tentu mempengaruhi kinerja
sampel dalam berusaha, bahkan diketahui bahwa sampel memiliki rata-rata
pendidikan yang tidak tinggi akan tetapi tetapi mampu berwirausaha dengan baik
dan menghasilkan produksi yang tinggi.
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sampel di Desa
Sei Nagalawan rata-rata 7 tahun. Ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat
3. Lamanya Berwirausaha
Lamanya berwirausaha merupakan salah satu faktor yang biasanya lebih
berpengaruh daripada pendidikan. Lamanya berwirausaha yang cukup lama dapat
menjadi modal awal bagi mereka dalam mengolah usaha kerupuk mangrove. Hal
ini dikarenakan mereka sudah memahami teknik-teknik wirausaha dari
pengalaman selama bertahun-tahun. Meskipun teknik wirausahanya mungkin
berbeda-beda.
Semakin mereka berpengalaman maka semakin bertambah pula
pengetahuannya mengenai bidang wirausaha yang ditekuninya. Rata-rata