• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Mikrokontroller AT89S51 Untuk Buka/Tutup Pintu Otomatis Menggunakan Password

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Mikrokontroller AT89S51 Untuk Buka/Tutup Pintu Otomatis Menggunakan Password"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI MIKROKONTROLLER AT89S51 UNTUK

BUKA/TUTUP PINTU OTOMATIS MENGGUNAKAN

PASSWORD

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

RAMLI BUTAR-BUTAR

052408054

DEPARTEMEN FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

JuduI : APLIKASI MIKROKONTROLLER AT89S51

UNTUK BUKA/TUTUP PINTU OTOMATIS

MENGGUNAKAN PASSWORD

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : RAMLI BUTAR-BUTAR

Nomor Induk Mahasiswa : 052408054

Program Studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui/Disetujui oleh

Ketua Jurusan

Fisika Instrumentasi

FMIPA-USU Pembimbing

(Drs, Syahrul Humaidi, MSi) (Drs. Tenang Ginting, MS) NIP : 132 050 870 NIP : 130 535 872

(3)

PERNYATAAN

APLIKASI MIKROKONTROLLER AT89S51 UNTUK BUKA/TUTUP PINTU

OTOMATIS MENGGUNAKAN PASSWORD

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

(5)

ABSTRAK

Pintu otomatis yang ada saat ini akan terbuka secara otomatis jika ada orang yang akan melewatinya, dan akan menutup sendiri secara otomatis beberapa saat kemudian ketika tidak ada orang yang akan melewatinya. Pintu otomatis ini dapat dikembangkan, sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat masuk melalui pintu tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pengenal, yang dengan alat pengenal tersebut seseorang dapat masuk melalui pintu itu. Alat pengenal tersebut berupa sebuah kartu identitas yang didalamnya terdapat kode bar.

(6)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar viii

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1.2 Pin-Pin pada mikrokontroller AT89S51 10

2.2 Motor Langkah(Stepper) 13

2.3.5 Software 8051 Editor, Assembler,Simulator 31

2.3.6 Software Downloader 32

BAB 3 RANCANGAN SISTEM

3.1 Diagram Blok Rangkaian 33

3.2 Perancangan Program 34

3.3 Perancangan Rangkaian Power Supply 35

3.4 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 36 3.5 Perancangan Rangkaian Display Seven Segmen 37

3.6 Perancangan Rangkaian Password 38

3.7 Perancangan Rangkaian Driver Motor Stepper 45

3.8 Perancangan saklar batas 46

BAB 4 PENGUJIAN ALAT

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA) 48 4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 48 4.3 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper 51

(7)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 54

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi Kaki IC 89S51 Pada Port P3 11

Tabel 2.2 Gelang Resistor 16

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 IC mikrokontroller AT 89S51 10

Gambar 2.2 Diagram motor langkah(stepper) 13

Gambar 2.3 Pemberian data /pulsa pada motor stepper 14

Gambar 2.4 Resistor Karbon 16

Gambar 2.5 Potensiometer 18

Gambar 2.6 Grafik Perubahan Pada Nilai Potensiometer 18

Gambar 2.7 Skema Kapasitor 19

Gambar 2.8 Electrolytic Capacitor (ELCO) 20

Gambar 2.9 Ceramic Capasitor 21

Gambar 2.10 Simbol Tipe Transistor 23

Gambar 2.11 Transistor Sebagai Saklar ON 24

Gambar 2.12 Karakteristik Daerah Saturasi Pada Transistor 25

Gambar 2.13 Transistor Sebagai Saklar OFF 26

Gambar 2.14 8051 Editor,Assembler,Simulator 31

Gambar 2.15 ISP-Flash programmer 3a 32

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 33

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply(PSA) 35

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 36

Gambar 3.4 Rangkaian Keypad 39

Gambar 3.5 Rangkaian Password 40

Gambar 3.6 Rangkaian Driver Motor Stepper 45

(10)

ABSTRAK

Pintu otomatis yang ada saat ini akan terbuka secara otomatis jika ada orang yang akan melewatinya, dan akan menutup sendiri secara otomatis beberapa saat kemudian ketika tidak ada orang yang akan melewatinya. Pintu otomatis ini dapat dikembangkan, sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat masuk melalui pintu tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pengenal, yang dengan alat pengenal tersebut seseorang dapat masuk melalui pintu itu. Alat pengenal tersebut berupa sebuah kartu identitas yang didalamnya terdapat kode bar.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia terhadap peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara

otomatis semakin meningkat, sehingga peralatan-peralatan otomatis ini sedikit demi

sedikit mulai mulai menggantikan peralatan manual. Selain sistem kerjanya yang

sama, peralatan otomatis dapat melakukan pekerjaannya sendiri tanpa harus

dikendalikan oleh pengguna.

Untuk merancang sebuah peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara

otomasis tesebut, dibutuhkan sebuah alat/komponen yang dapat menghitung,

mengingat, dan mengambil pilihan. Kemampuan ini dimiliki oleh sebuah komputer

(PC), namun imporsible jika harus menggunakan komputer hanya untuk keperluan

tersebut diatas. Untuk itu komputer dapat digantikan dengan sebuah mikrokontroler.

Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya terdapat sebuah

prosessor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali, sehingga biaya

pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi kembali dengan

(12)

Salah satu alat otomatis yang sering digunakan adalah pintu otomatis, dimana

pintu ini akan terbuka secara otomatis jika ada orang yang akan melewatinya, dan

akan menutup sendiri secara otomatis beberapa saat kemudian ketika tidak ada orang

yang akan melewatinya. Pintu otomatis ini dapat dikembangkan, sehingga hanya

sebagian orang saja yang dapat masuk melalui pintu tersebut. Untuk itu dibutuhkan

suatu alat pengenal, yang dengan alat pengenal tersebut seseorang dapat masuk

melalui pintu itu. Alat pengenal tersebut berupa sebuah kartu identitas yang

didalamnya terdapat kode bar.

Atas dasar pemikiran di atas, akan dirancang sebuah pintu otomatis yang dapat

membaca/mengenali kode bar dari kartu identitas tersebut. Sehingga hanya

orang-orang yang memiliki kartu identitas dengan kode bar yang sesuai yang dapat

memasuki pintu tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut kedalam bentuk skripsi sebagai Tugas Akhir dengan judul “APLIKASI

MIKROKONTROLLER AT89S51 PADA PINTU OTOMATIS

MENGGUNAKAN BARCODE DAN PASSWORD”.

Pada alat ini akan digunakan sebuah mikrokontroler AT89S51, motor stepper

dan beberapa buah infra merah dan potodioda sebagai sensor. Mikrokontroler

AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi mengendalikan seluruh sistem.

Motor stepper untuk menggerakkan pintu (buka/tutup). Sensor untuk membaca kode

(13)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D III Fisika

Instrumentasi FMIPA USU.

2. Memahami cara kerja dan pembacaan dari sebuah kode bar.

3. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai pusat kendali dari sebuah sistem

yang cerdas.

4. Membuat sebuah pintu otomatis yang dapat membaca kode bar yang

terdapat pada kartu identitas pengguna.

1.4 Batasan Masalah

1. Kode bar akan dirancang sendiri dengan ukuran yang cukup besar sekitar 1

cm per kode, sehingga memudahkan sensor untuk membacanya.

2. Kode bar yang digunakan hanya terdiri dari 6 kode, dengan warna hitam

sebagai kode 1 dan warna putih sebagai kode 0.

3. Untuk pembacaan kode bar akan digunakan beberapa buah LED infra

merah dan potodioda.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja pintu otomatis dengan

menggunakan kode bar berbasis miktokontroler AT89S51, maka penulis menulis

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori

pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware

dan software), bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari

komponen-komponen pendukung.

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram

blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan

diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler

AT89S51.

BAB 4 ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja

alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk

mengaktipkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan

(15)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah

rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan

perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja

(16)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.

Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor

yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi

secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah

(dibandingkan microprocessor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk

memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat

bantu dan mainan yang lebih canggi serta dalam bidang pendidikan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya),

Microcontroller hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna

disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka

perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan Pada

(17)

control disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM

digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk

register-register yang digunakan pada Microcontroller yang bersangkutan.

Microcontroller AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51

keluaran Atmel. Jenis Microcontroller ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk

mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.

Pada prinsipnya program pada Microcontroller dijalankan bertahap, jadi pada

program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan

secara bertahap atau berurutan.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh microcontroller AT89S51 adalah sebagai

berikut :

 Sebuah Central Processing Unit 8 bit

 Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu

 RAM internal 128 byte

 Flash memori 4 Kbyte

 Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi

internal)

 Empat buah programable port I/0 yang masing-masing terdiri dari delapan

buah jalur I/0

 Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

 Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

 Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada

(18)

2.1.1 Kontruksi AT89S51

Microcontroller AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor

dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-fard dan resistor 10 kilo Ohm

dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini

AT89C4051 otomatis diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

Microcontroller.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Microcontroller.

Microcontroller memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda :

a. Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC

kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51

memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

b. Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu

daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang

dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk Microcontroller dengan program yang sudah

baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC

Microcontroller dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu Microcontroller

menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet

Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah

(19)

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash

PEROM, program untuk mengendalikan Microcontroller diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 flash PEROM Programmer.

Memori data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 kilo byte

meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah

cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter)

yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data

seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor

2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock

penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang

diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,

sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0

dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya

adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini

berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang

secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register

(20)

2.1.2. Pin-Pin pada Microcontroller AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Microcontroller AT89S51 :

Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51

VCC (Pin 40)

VCC berfungsi sebagai suplai tegangan.

GND (Pin 20)

GND berfungsi sebagai ground.

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data

ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O

biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat

(21)

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, por ini akan mempunyai

internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up,

terutamapada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga

mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

(22)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari

alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam

(PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam Store Enable (PSE) digunakan untuk mengakses memori progam

eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika

kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada

memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12

Volt.

XTAL1 (pin 19)

XTA1 merupakan input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

XTAL2 merupkan output dari osilator.

(23)

2.2. Motor Langkah (Stepper)

Motor langkah (stepper) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi,

dipergunakan apabila dikehendaki jumlah putaran yang tepat atau di perlukan

sebagian dari putaran motor. Suatu contoh dapat di jumpai pada disk drive, untuk

proses pembacaan dan/atau penulisan data ke/dari cakram(disk), head baca-tulis

ditempatkan pada tempat yang tepat di atas jalur atau track pada cakram, untuk head

tersebut di hubungkan dengan sebuah motor langkah.

Aplikasi penggunaan motor langkah dapat juga di jumpai dalam bidang

industri atau untuk jenis motor langkah kecil dapat di gunakan dalam perancangan

suatu alat mekatronik atau robot. Motor langkah berukuran besar digunakan,

misalnya, dalam proses pengeboran logam yang menghendaki ketepatan posisi

pengeboran, dalam hal ini di lakukan oleh sebuah robot yang memerlukan ketepatan

posisi dalam gerakan lengannya dan lain-lain.

Pada gambar di bawah ditunjukkan dasar susunan sebuah motor langkah

(stepper).

Gambar 2.2. Diagram motor langkah (stepper)

U

S

A B

C

D

A

A

B

B

C

C

D

(24)

Magnet permanen N-S berputar kearah medan magnet yang aktif. Apabila

kumparan stator dialiri arus sedemikian rupa, maka akan timbul medan magnet dan

rotor akan berputar mengikuti medan magnet tersebut.setiap pengalihan arus ke

kumparan berikutnya menyebabkan medan magnet berputar berputar menurut suatu

sudut tertentu, biasanya informasi besar sudut putar tertulis pada badan motor langkah

yang bersangkutan. Jumlah keseluruhan pengalihan menentukan sudut perputaran

motor.Jika pengalihan arus di tentukan, maka rotor akan berhenti pada posisi terakhir.

Jika kecepatan pengalihan tidak terlalu tinggi, maka slip akan dapat dihindari.

Sehingga tidak di perlukan umpan balik (feedback) pada pengendalian motor langkah.

Motor langkah yang akan di gunakan memiliki 4 fase (pole atau kutub),

pengiriman pulsa dari mikrokontroler ke rangkaian motor langkah dilakukan secara

bergantian, masing-masing 4 data (sesuai dengan jumlah phase-nya), sebagian di

tunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3. Pemberian data/pulsa pada motor stepper

Pada saat yang sama ,untuk tiap motor langkah, tidak boleh ada 2 (dua)

masukan atau lebih yang mengandung pulsa sama dengan 1 (high), atau dengan kata

lain, pada suatu saat hanya sebuah masukan yang bernilai 1 (satu) sedangkan lainnya

bernilai 0 (nol).

C

D A

(25)

2.3. Komponen-Komponen Pendukung

2.3.1. Resistor

Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus

listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed

Resistor dan Variable R esistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal

film, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.

Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan

tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.

Bahan–bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan

konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,

karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut

sebagai insulator.

2.3.1.1.Fixed Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi

jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor

bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum

berbentuk tabung porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada

badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan

(26)

Kode warna tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh ELA

(Electronic Industries Association).

Gambar 2.4. Resistor karbon

Tabel 2.2 Gelang Resistor

WARNA GELANG I GELANG II GELANG III GELANG

IV

Hitam 0 0 1 -

Coklat 1 1 10 -

Merah 2 2 100 -

Jingga 3 3 1000 -

Kuning 4 4 10000 -

Hijau 5 5 100000 -

Biru 6 6 1000000 -

Violet 7 7 10000000 -

Abu-abu 8 8 100000000 -

Putih 9 9 1000000000 -

Emas - - 0,1 5%

Perak - - 0,01 10%

(27)

Resitansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi

berwarna coklat, emas, atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada

bahan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,

sedangkan warna gelang yang keempat agak sedikit ke dalam. Dengan demikian

pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor tersebut. Kalau anda

telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah membaca nilai

resistansinya.

Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki gelang (tidak

termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi

kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan

seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah

faktor penggalinya.

2.3.1.2.Variable Resistor

Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama

dinamakan variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah

dan sering digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang

kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada

kondisi tertentu saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan

referensi yang digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model

pengaturan nilai Variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan cara nya

(28)

diputar berkali – kali untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan

“Potentiometers” atau “Trimmer Potentiometers”.

Gambar 2.5 Potensio meter

Pada gambar 2.5 di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume

kontrol. Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada

PCB (Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 dpotentiometers. Ada 3 tipe

didalam perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada

gambar 2.6.

Gambar 2.6 Grafik Perubahan nilai pada potensiometer

Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi

lambat tetapi ketika putarannya mencapai setengah atau lebih nilai perubahannya

(29)

Karena telinga sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah,

tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras. Biasanya

tipe A ini juga disebut sebagai “Audio Taper” potensiometer. Untuk tipe B perubahan

resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi Balance Control,

resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C perubahan

resistansinya kebalikan dati tipe A.

2.3.2. Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu

bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,

keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka

muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan

pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu

lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya

muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif karena terpisah oleh bahan

elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada

konduktif pada ujung- ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi

pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan.

dielektrik

Elektroda Elektroda

(30)

Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam

merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan

penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan

dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai

insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi

listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus

mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang

membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis– jenis

kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.

2.3.2.1. Electrolytic Capacitor (ELCO)

Gambar 2.8 Electrolytic Capacitor (ELCO)

Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan

membrane oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah

perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati-

hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila

polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “meledak”. Biasanya jenis

(31)

digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor

dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor

akan diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus

memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.

2.3.2.2. Ceramic Capacitor

Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya.

Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada

rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi

tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk rangkaian analog,

karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini tidak mempunyai polaritas dan hanya

tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil dibandingkan dengan kedua

kapasitor diatas.

Gambar 2.9 Ceramic Capacitor

Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat angka/kode

yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang

mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya.

Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan.

(32)

dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit pertama

angka yang terakhir berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada tabel

dibawah.

Tabel 2.3 Nilai Kapasitor

3rd Digit Multiplier Letter Tolerance

0 1 D 0.5 pF

1 10 F 1 %

2 100 G 2 %

3 1,000 H 3 %

4 10,000 J 5 %

5 100,000 K 10 %

6,7 Not Used M 20 %

8 .01 P +100, -0 %

9 1 Z +80, -20 %

Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai

kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47µF sedangkan toleransinya 5%.

Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam pF (Pico

(33)

2.3.3. Transistor

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal.

Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari

penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan

dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara

penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan

transistor NPN.

Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah

silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :

1. Transistor germanium PNP.

2. Transistor silikon NPN.

3. Transistor silikon PNP.

4. Transistor germanium NPN.

Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah

yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

Gambar 2.10 simbol tipe transistor C

B

E

C

B

E

(34)

Keterangan :

C = kolektor

E = emiter

B = basis

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar

(switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah

penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara

ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan

ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi

pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor

sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Transistor sebagai Saklar ON

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum

dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :

Saklar On Vcc

Vcc

IC R

RB

VB

IB VBE

(35)

Rc

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB

B

Jika tegangan VB BE

B

telah mencapai , maka transistor akan

saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.

Gambar 2.12 dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat)

adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan

pada lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada

arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar

2.12 dikenal sebagai daerah saturasi.

(36)

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara

ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open).

Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber

(Vcc). Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat

arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar,

transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.13 Transistor Sebagai Saklar OFF

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan

tegangan kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB

hfe

sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :

(37)

2.3.4. Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C4051

adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada

bahasa ini hanya ada 51 instruksi, antara lain yaitu :

A. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung :

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung :

MOV 20h,#80h

...

...

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke

register 0 (R0). Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan

(38)

B. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai

register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh :

MOV R0,#80h

Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop

...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke

perintah pada baris berikutnya.

C. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

ACALL TUNDA

...

TUNDA:

...

D. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil

(39)

ACALL TUNDA

...

TUNDA:

...

RET

E. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh :

Loop:

...

...

JMP Loop

F. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika high (1). Contoh :

Loop:

JB P1.0,Loop

...

G. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0). Contoh :

Loop:

JNB P1.0,Loop

(40)

H. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu

nilai tertentu. Contoh :

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop

...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika

nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya..

I. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud

dengan 1. Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1

...

J. Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud

dengan 1. Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

(41)

2.3.5 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada

sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator. Tampilannya seperti di bawah

ini.

Gambar 2.14 8051 Editor, Assembler, Simulator

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika

masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan

perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

(42)

2.3.6 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller

digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.

Tampilannya seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.15 ISP- Flash Programmer 3.a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil

file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk

(43)

BAB III

RANCANGAN SISTEM

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan

dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1.

berikut ini:

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian

Driver Motor Stepper

Motor Stepper

M

ikr

okont

rol

er

A

T

89S

5

1

Rangkaian Pembaca Kode Bar

Saklar batas Buka pintu

Saklar batas tutup Pintu

(44)

1. Rangkaian pembaca kode bar berfungsi untuk membaca kode bar dari kartu.

2. Saklar batas buka pintu berfungsi untuk memberikan sinyal kepada

mikrokontroler jika pintu telah terbuka lebar.

3. Saklar batas tutup pintu berfungsi untuk memberitahukan kepada

mikrokontroler ketika pintu sudah tertutup rapat.

4. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengendalikan semua sistem yang

ada.

5. Motor stepper berfungsi untuk menggerakkan pintu (membuka/menutup

pintu).

6. Keypad berfungsi untuk input password.

3.2. Perancangan Program

(45)

Vreg

LM7805CT

IN OUT

TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF 1N5392GP

1N5392GP

12 Volt

5 Volt

3.3. Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian

yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12

volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor stepper.

Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2. Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

(46)

3.4. Perancangan Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian mikrokontroler ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh

rangkaian yang ada pada alat ini. Gambar rangkaian mikrokontroler AT89S51

ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut ini :

Gambar 3.3. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3.

Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.

Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai

sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler

dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke

positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen

ini berfungsi agar programpada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah

power aktip. Lamanya waktu antara aktipnya power pada IC mikrokontroler dan

aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika

(47)

10 10 1 det

t= =ΩR x C K =x µF m ik

Jadi 1 mili detik setelah power aktip pada IC kemudian program aktip.

Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED.

Ini dilakukan hanya untuk menguji apakan rangkaian minimum mikrokontroller

AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada

mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah

bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja

sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap

digunakan. Namun setelah seluruh rangkaian disatukan, LED yang terhubung ke in 17

ini tidak digunakan lagi.

3.5. Perancangan Rangkaian Display Seven segmen

Untuk menampilkan angka dari setiap penekanan tombol, maka dibutuhkan

sebuah display untuk menampilkannya. Pada alat ini, display yang digunakan adalah

display seven segmen, yang terdiri dari 4 buah seven segmen, sehingga display ini

dapat menampilkan 4 digit bilangan.

Display seven segmen ini akan diaktipkan oleh IC 4094 yang merupakan IC

serial to paralel (serial in paralel out). Jadi data dimasukkan ke dalam IC ini dengan

mengirimkan data serial. Keluaran dari IC 4094 ini langsung dihubungkan ke seven

segmen, sehingga data serial yang diterima oleh input IC ini akan ditampilkan nilainya

(48)

Rangkaian ini terhubung ke P3.0 dan P3.1, yang mempunyai fungsi khusus

sebagai pengiriman data secara serial. Sehingga nilai yang akan tampil pada display

seven segmen akan dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.

3. 6 Perancangan Rangkaian Password

Rangkaian password terdiri dari 13 tombol, dimana 10 tombol merupakan

tombol angka, yaitu dari angka 0 sampai angka 9. Dan tiga tombol yang lainnya

merupakan tombol setting, tombol run dan tombol untuk mengganti password.

Rangkaian password ini dihubungkan dengan port 1 dan port 2. Pada port 1

terdapat 8 tombol dan pada port 2 terdapat 5 tombol. Dalam kondisi biasa, port 1 dan

port 2 mendapatkan logika high (1), saat terjadi penekanan salah satu tombol, maka

pin yang terhubung ke tombol tersebut akan terhubung ke ground, sehingga

mengirimkan sinyal low (0). Perubahan kondisi dari high (1), menjadi low (0) inilah

yang merupakan tanda adanya penekanan pada salah satu tombol.

Seterusnya mikrokontroler akan menampilkan nilai dari tombol yang ditekan

pada display seven segmen, kemudian membandingkannya dengan nilai password

(49)

Rangkaian keypad ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 Tbl A P2.0

P2.1

P2.2

P2.3

P2.4

P2.5

P2.6

P2.7

Gambar 3.4 Rangkaian keypad

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada

dipasaran. Keypad ini terdiri dari 13 tombol yang hubungan antara tombol-tombolnya

seperti tampak pada gambar di atas. Rangkaian ini dihubungkan ke port 2

mikrokontroler AT89S51.

Untuk membuka pintu, maka password yang diberikan harus benar, jika tidak

benar, maka pintu tidak akan terbuka. Rangkaian password ini terdiri dari 13 tombol,

(50)

Gambar 3.5 Rangkaian Password

Rangkaian password ini terhubung ke Port 2 dan port 1, dimana P1.7

merupakan tombol setting, P2.4 merupakan tombol 1, P2.3 merupakan tombol 2, P2.2

merupakan tombol 3, P2.1 merupakan tombol 4, P2.0 merupakan tombol 5, P1.0

merupakan tombol 6, P1.1 merupakan tombol 7, P1.2 merupakan tombol 8, P1.3

merupakan tombol 9, P1.4 merupakan tombol 0, P1.5 merupakan tombol untuk

mengganti password, P1.6 merupakan tombol Run. Jika tombol setting ditekan maka

P1.7 akan terhubung ke ground, menyebabkan P1.7 mendapatkan sinyal low. Sinyal

low inilah yang merupakan indikasi bahwa ada penekanan pada tombol setting. Cara

kerja yang sama juga berlaku pada ketiga belas tombol lainnya.

(51)

Program untuk mengetahui penekanan pada tombol password adalah sebagai

berikut :

Tbl_Setting Bit P1.7

Tbl_1 Bit P2.4

Tbl_2 Bit P2.3

Tbl_3 Bit P2.2

Tbl_4 Bit P2.1

Tbl_5 Bit P2.0

Tbl_6 Bit P1.0

. . .

Tbl_Ganti Bit P1.5

Tbl_Run Bit P1.6

Di awal program dibuat inisialisasi tombol, dimana inisialisasi ini akan berguna untuk

mempermudah mengingat hubungan tiap-tiap tombol dengan pin pada mikrokontroler.

Jb Tbl_Setting,$

Perintah di atas akan merupakan perintah untuk menunggu penekanan pada tombol

setting dan akan terus menunggu sampai ada penekanan pada tombol setting.

mov 60h,#Bil0

mov 61h,#Bil0

mov 62h,#Bil0

mov 63h,#Bil0

Acall Display

Perintah-perintah di atas akan memasukkan nilai 0 ke alamat 60h yang merupakan

alamat untuk mengisi nilai ribuan, memasukkan nilai 0 ke alamat 61h yang

(52)

yang merupakan alamat untuk mengisi nilai puluhan dan memasukkan nilai nol ke

alamat 63h yang merupakan alamat untuk mengisi nilai satuan. Sehingga dengan

demikian akan tampil pada display nilai 0000.

Cek_no11:

Jb Tbl_1,Cek_no21

mov 70h,#1

mov 60h,#bil1

Acall Display

Jnb Tbl_1,$

Acall Tunda

Ljmp Cek_Password2

Cek_no21:

Jb Tbl_2,Cek_no31

mov 70h,#2

mov 60h,#bil2

Acall Display

Jnb Tbl_2,$

Acall Tunda

Ljmp Cek_Password2

Program di atas akan mengecek penekanan pertama dari masing-masing

tombol password, yaitu penekanan pada tombol 1, tombol 2, tombol 3 s/d tombol 0.

Jika tidak ada penekanan pada tombol 1, maka program akan mengecek tombol 2, jika

tombol 2 juga tidak ditekan, maka program akan mengecek tombol 3, dan seterusnya.

Jika terjadi penekanan pada tombol 1, maka program akan memasukkan nilai 1 ke

(53)

benar untuk nilai password pertama. Kemudian program akan memasukkan nilai

bil1 ke alamat 60h agar tampil di display angka 1. Selanjutnya program akan

melanjutkan untuk mengecek penekanan kedua dari tombol password

Namun jika tombol yang ditekan adalah tombol 2, maka program akan

memasukkan nilai 2 ke alamat 70h. Nilai ini yang nantinya akan dibandingkan

dengan nilai password yang benar untuk nilai password pertama. Kemudian program

akan memasukkan nilai bil2 ke alamat 60h agar tampil di display angka 2.

Selanjutnya program akan melanjutkan untuk mengecek penekanan kedua dari tombol

password

Demikian juga halnya yang terjadi jika tombol yang ditekan adalah tombol 3,

4, 5 dan seterusnya.

Cek_Password2:

Jb Tbl_1,Cek_no22

mov 71h,#1

mov 61h,#bil1

Acall Display1

Jnb Tbl_1,$

Acall Tunda

Ljmp Cek_Password3

Cek_no22:

Jb Tbl_2,Cek_no32

mov 71h,#2

mov 61h,#bil2

Acall Display1

(54)

Acall Tunda

Ljmp Cek_Password3

Program di atas akan mengecek penekanan password kedua dari masing-masing

tombol password. Sama seperti sebelumnya, jika tidak ada penekanan pada tombol 1,

maka program akan mengecek tombol 2, jika tombol 2 juga tidak ditekan, maka

program akan mengecek tombol 3, dan seterusnya. Jika terjadi penekanan pada

tombol 1, maka program akan memasukkan nilai 1 ke alamat 70h. Nilai ini yang

nantinya akan dibandingkan dengan nilai password yang benar untuk nilai password

kedua. Kemudian program akan memasukkan nilai bil1 ke alamat 60h agar tampil di

display angka 1. Selanjutnya program akan melanjutkan untuk mengecek penekanan

ketiga dari tombol password

Namun jika tombol yang ditekan adalah tombol 2, maka program akan

memasukkan nilai 2 ke alamat 70h. Nilai ini yang nantinya akan dibandingkan

dengan nilai password yang benar untuk nilai password kedua. Kemudian program

akan memasukkan nilai bil2 ke alamat 60h agar tampil di display angka 2.

Selanjutnya program akan melanjutkan untuk mengecek penekanan ketiga dari tombol

password

Demikian juga halnya yang terjadi jika tombol yang ditekan adalah tombol 3,

4, 5 dan seterusnya. Dan juga penekanan untuk penekanan ketiga dan keempat dari

(55)

3.7 Perancangan Rangkaian Driver Motor Stepper

Untuk mengendalikan perputaran motor stepper dibutuhkan sebuah driver.

Driver ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah/berlawanan arah dengan

arah jarum jam. Mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan putaran dari

motor stepper, karena itu dibutuhkan driver sebagai perantara antara mikrokontroler

dan motor stepper, sehingga perputaran dari motor stepper dapat dikendalikan oleh

mikrokontroler. Rangkaian driver motor stepper ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut:

I III

II IV

Gambar 3.6 Rangkaian driver motor stepper

Untuk mempermudah penjelasan, maka rangkaian di atas dikelompokkan

menjadi 4 rangkaian. Pada rangkaian di atas, jika salah input rangkaian I yang

dihubungkan ke mikrokontroler diberi logika high dan input pada rangkaian lainnya

diberi logika low, maka kedua transistor tipe NPN C945 pada rangkaian I akan aktip.

Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 pada rangkaian I akan

mendapat tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di

(56)

dari transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini

aktip (transistor tipe PNP akan aktip jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34

volt). Aktipnya transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan kolektornya

terhubung ke emitor sehingga kolektor mendapatkan tegangan 15 volt dari Vcc.

Kolektor dari transistor TIP 127 dihubungkan ke kumparan, sehingga

kumparan akan mendapatkan tegangan 6 volt. Hal ini akan mengakibatkan kumparan

menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang akan menarik motor untuk

mengarah ke arah kumparan yang menimbulkan medan magnet tersebut.

Sedangkan rangkaian II, III dan IV karena pada inputnya diberi logika low,

maka kumparannya tidak menimbulkan medan magnet, sehingga motor tidak tertarik

oleh kumparan-kumparan tersebut.

Demikian seterusnya untuk menggerakkan motor agar berputar maka harus

diberikan logika high secara bergantian ke masing-masing input dari masing-masing

rangkaian.

3.8Perancangan Rangkaian Saklar Batas

Ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk membuka pintu gerbang,

mikrokontroler tidak mengetahui apakah pintu gerbang sudah terbuka lebar atau

belum. Hal yang sama juga terjadi ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk

menutup pintu gerbang, mikrokontroler tidak mengetahui apakah pintu gerbang sudah

tertutup rapat atau belum. Karena itu dibutuhkan sebuah saklar batas yang dapat

(57)

Dalam hal ini digunakan sebuah saklar batas untuk buka pintu gerbang, yang

berfungsi untuk mengetahui apakah pintu gerbang sudah terbuka lebar atau belum,

dan sebuah saklar batas untuk tutup pintu gerbang yang berfungsi untuk mengetahui

apakah pintu gerbang sudah tertutup rapat atau belum. Rangkaian ssaklar batas untuk

buka pintu gerbang hanya terdiri dari sebuah saklar yang dihubungkan ke ground dan

ke mikrokontroler AT89S51 Rangkaiannya seperti gambar dibawah ini,

(AT89S51)

Gambar 3.7 Rangkaian Saklar batas untuk Buka Pintu

Ketika saklar batas dalam keadaan terbuka, kondisi outputnya adalah high.

Namun jika pintu gerbang menyentuh saklar, maka outputnya akan terhubung ke

ground, yang menyebabkan kondisi outputnya akan berubah dari high (1), menjadi

low (0). Perubahan kondisi pada outputnya inilah yang dikenali oleh mikrokontroler

sebagai tanda bahwa pintu gerbang telah terbuka lebar, maka mikrokontroler akan

memerintahkan motor stepper untuk berhenti berputar, sehingga pintu gerbang tidak

terbuka lebih lebar lagi.

Saklar batas untuk tutup pintu gerbang juga mempunyai rangkaian dan cara

kerja yang sama dengan rangkaian saklar batas untuk buka pintu, perbedaannya hanya

(58)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan

mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter

digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran sebesar + 5,1 volt. Tegangan

ini dipergunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler

AT89S51 dapat bekerja pada tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan

5,1 volt ini cukup untuk mensupplay tegangan ke mikrokontroler AT89S51. Tegangan

keluaran kedua sebesar 13,7 volt. Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan

ke motor stepper.

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja

dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan

memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah

(59)

Loop:

Setb P3.7

Acall tunda

Clr P3.7

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7

selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus

menerus. Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika high yang menyebabkan

transistor aktif, sehingga LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini

hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low

yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall

tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop

akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut

(60)

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

membutuhkan waktu = 12 1

12 MHz = mikrodetik.

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd

RET 1 1 x 1 μd = 1 μd

Tunda:

mov r7,#255

Tnd: mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,Tnd

ret

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 130.058

μdetik atau 0,130058 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

(61)

4.3. Pengujian Rangkaian Driver motor stepper

Pengujian pada rangkaian driver motor stepper ini dilakukan dengan

menghubungkan input rangkaian driver motor stepper ini dengan rangakaian

mikrokontroler AT89S51 dan menghubungkan output dari rangkaian driver motor

stepper ini dengan motor stepper, kemudian memberikan program sebagai berikut:

Loop:

Clr P0.3

Setb P0.0

Acall Tunda

Clr P0.0

Setb P0.1

Acall Tunda

Clr P0.1

Setb P0.2

Acall Tunda

Clr P0.2

Setb P0.3

Acall Tunda

Sjmp Loop

Tunda:

(62)

Tnd:

Mov R6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,Tnd

Ret

Program di atas akan memberikan logika high secara bergantian pada input dari driver

motor stepper, dimana input dari jembatan masing-masing dihubungkan ke P0.0,P0.1,

P0.2 dan P0.3. Dengan program di atas maka motor akan bergerak searah dengan arah

putaran jarum jam (menutup pintu). Untuk memutar dengan arah sebaliknya, maka

diberikan program sebagai berikut :

Loop:

Clr P0.0

Setb P0.3

Acall Tunda

Clr P0.0

Setb P0.3

Acall Tunda

Clr P0.2

Setb P0.1

Acall Tunda

Clr P0.1

Setb P0.0

Acall Tunda

(63)

Tunda:

Mov R7,#50

Tnd:

Mov R6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,Tnd

Ret

Dengan program di atas, maka motor akan berputar berlawanan arah dengan

arah putaran jarum jam (membuka pintu). Tunda digunakan untuk mengatur

kecepatan putar dari motor. Semakin besar nilai yang diberikan pada tunda, maka

perputaran motor akan semakin lambat, dan sebaliknya.

4.4. Pengujian Rangkaian Saklar batas

Pengujian pada rangkaian ini dilakukan dengan cara menekan saklar batas.

Pada saat saklar batas tidak ditekan, maka tegangan output dari rangkaian ini sebesar 5

volt. Namun saat saklar batas ditekan, maka tegangan output dari rangkaian ini

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan

sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:

a. Memasukkan nilai password yang salah dengan batas penekanan 3 kali maka

pintu tidak akan terbuka dan menyebabkan alarm akan berbunyi

b. Bahwa pada dasarnya untuk kerja mikrokontroller sangat bergantung pada urutan

instruksi yang dijalankannya yaitu program yang ditulis di ROM

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan

saran untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu:

a. Agar sistem atau rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ini

dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindungi, sehingga penggunaannya

lebih efektif.

b. Untuk di masa yang akan datang, agar alat ini dapat lebih ditingkatkan dan

dikembangkan, seperti dilengkapinya dengan penggunaan Mikrokontroller.

c. Alangkah baiknya jika alat ini dimanfaatkan dan disosialisasikan kegunaannya

dikalangan mahasiswa, guna mengembangkan inovasi dan teknologi di kalangan

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto, Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit:

Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002.

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua,

Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004

Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler

AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003

Sudjadi, Teori dan Aplikasi Mikrokontroller.Aplikasi pada Mkrokontroller AT89S51,

Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.

Setiawan, Rachmad, Mikrokontroller MCS-51, Jilid 1, Penerbir: Graha Ilmu,

(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

mov r7,#10 tnd_Sejenak: mov r6,#255 td_Sejenak: mov r5,#255 djnz r5,$

djnz r6,td_Sejenak djnz r7,tnd_Sejenak ret

kussunk:

mov sbuf,#Kosong jnb ti,$

clr ti

mov sbuf,#Kosong jnb ti,$

clr ti

mov sbuf,#Kosong jnb ti,$

clr ti

mov sbuf,#Kosong jnb ti,$

clr ti ret

(83)

Gambar

Gambar 2.2. Diagram motor langkah (stepper)
Gambar 2.3. Pemberian data/pulsa pada motor stepper
Tabel  2.2 Gelang Resistor
Gambar 2.7 Skema kapasitor.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Subyek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh petugas rekam medis, terdiri dari satu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan lima petugas loket (pendaftaran

Penelitian lain yang juga menggunakan model Make A Match adalah penelitian yang dilakukan oleh Muntoha, Happy Dwi Yunia yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran

[r]

simulasi yang dilakukan pada aplikasi “Sistem Pakar Pendeteksi Kerusakan Mesin Mobil Daihatsu Zebra Espass S91”, penulis dapat mengambil kesimpulan:. Sebuah software

andong terhadap Ascaridia galli dan mengetahui kandungan senyawa aktif dalam infusa daun andong yang terduga mempunyai daya antihelmintik. Data yang diperoleh

Selain itu, penelitian juga akan melihat kompetensi dan kinerja praktisi public relations rumah sakit maka hasilnya adalah responden yang memiliki tingkat kinerja tinggi,

INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP) Peserta yang memasukkan penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada