• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King )"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ARANG SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN INTENSITAS PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla KING)

SKRIPSI

OLEH :

MEDIANTA P. SITEPU 021202019 / BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH ARANG SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN INTENSITAS PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla KING)

SKRIPSI

OLEH

MEDIANTA P. SITEPU 021202019 / BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni

(Swietenia macrophylla King) Nama : Medianta P. Sitepu

NIM : 021202019 Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Dr. Deni Elfiati, SP. MP Afifuddin Dalimunthe, SP. MP Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas

Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King ).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ibu Dr. Deni Elfiati, SP. MP dan Bapak Afiffudin Dalimunthe, SP. MP selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan kepada penulis selama

melaksanakan penelitian. Kepada ayahanda dan ibunda beserta keluarga besar atas

doa dan dukungannya baik dari segi materi maupun spiritual yang diberikan

kepada penulis. Kepada para sahabat dan rekan-rekan rimbawan lainnya atas

bantuan, semangat dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari

semua pihak demi kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata , semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2007

(5)

DAFTAR ISI Botani Tanaman Mahoni ... 4

Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni ... 5

Peranan Media Tumbuh... 5

Manfaat Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh... 7

Fungsi Air Bagi Pertumbuhan Tanaman ... 10

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat Penelitian ... 12

(6)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Tinggi Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (cm) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST) ... 17

2. Diameter Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (mm) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)... 18

3. Jumlah Daun Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)... 19

4. Bobot Kering Atas Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST) ... 20

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Daun Mahoni Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)... 29

2. Sidik Ragam Bobot Kering Atas Tanaman dan Bobot Kering Akar Tanaman Mahoni Pada Umur 12 Minggu

Setelah Tanam (12 MST)... 30

3. Dokumentasi penelitian pertumbuhan bibit mahoni secara keseluruhan dan pertumbuhan bibit mahoni dengan penambahan arang... 31

4. Dokumentasi penelitian pertumbuhan bibit mahoni dengan penambahan arang dan intensitas penyiraman ... 32

5. Dokumentasi penelitian pengukuran bobot kering atas dan bobot kering bawah tanaman ... 33

(8)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di daerah tropis seperti halnya di Indonesia, luas lahan kritis terus

bertambah. Terjadinya pendegradasian hutan dan penggunaan pupuk kimia secara

terus menerus merupakan salah satu terjadinya penurunan kualitas dari suatu

lahan. Dengan kondisi seperti itu, maka diperlukan suatu upaya pemanfaatan dari

berbagai teknologi terutama dibidang pertanian untuk dapat meningkatkan

kualitas dari lahan kritis tersebut menjadi lahan yang produktif.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan

arang. Arang merupakan hasil dari pembakaran dari bahan yang mengandung

karbon yang berberbentuk padat dan berpori. Arang dapat digunakan untuk

memperbaiki tempat tumbuh suatu tanaman dan juga dapat berfungsi sebagai

pembangun kesuburan tanah (soil conditioning). Hal ini dikarenakan arang

memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara didalam

tanah. Selain itu arang juga dapat berfungsi sebagai media untuk mengikat karbon

didalam tanah (Gusmailina dkk., 2002).

Arang pada umumnya hanya dikenal sebagai bahan untuk pembakaran

terutama untuk memasak dan juga untuk pembuatan briket arang dan juga arang

aktif. padahal arang memiliki peranan yang baik dan penting dalam menyuburkan

tanah. Gusmailina dkk (2003) menyatakan bahwa arang baik yang berasal dari

pengolahan kayu maupun dari kegiatan lainnya mampu menyuburkan tanah.

Selain itu pemanfaatan arang dari hasil kegiatan pengolahan kayu tersebut mampu

(9)

Menurut Pari (2002), arang merupakan suatu hasil teknologi yang

memanfaatkan limbah organik menjadi produk yang dapat digunakan secara

langsung untuk meningkatkan kesuburan tanah. Serbuk gergaji merupakan salah

satu jenis bahan yang dapat diolah menjadi arang. Pemanfaatan arang tersebut

juga mampu menghasilkan pertumbuhan dari suatu tanaman menjadi lebih baik

apabila dicampur dengan kompos.

Penambahan arang ke dalam tanah dapat meningkatkan pertumbuhan bibit,

perkembangan tanaman dan juga meningkatkan hasil produksi pertanian. Menurut

Chidumayo (1994) dalam Zech dkk (2002), secara umum perkembangan bibit,

tinggi tanaman dan produksi biomassa menjadi lebih baik dengan adanya

penambahan campuran arang pada tanah Ultisol.

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran atau volume dari suatu

tanaman, misalnya tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun maupun luas

daun. Tanaman dalam menjalankan proses pertumbuhannya sangat dipengaruhi

oleh kondisi air. Selain itu juga pertumbuhan tanaman tergantung pada interaksi

sel dengan lingkungan (Salisbury dan Ross., 1995).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman

adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu

tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam

penyerapan berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Kebutuhan air

oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda–beda, oleh karena itu banyak

sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi

(10)

Tanaman umumnya memanfaatkan air yang berasal air hujan dan juga air

tanah untuk pertumbuhannya. Jumlah air yang diperoleh oleh suatu tanaman

sangat berpengaruh dalam menunjang proses pertumbuhannya. Menurut Nyakpa

dkk (1988), peningkatan suplai air ke dalam tanah akan menghasilkan serapan

hara yang cenderung meningkat. Bila penyediaan air cukup di dalam tanah, maka

hara yang diperoleh pun dapat terpakai secara optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan

judul Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas

Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King ).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh arang sebagai campuran media tumbuh dan

intensitas penyiraman terhadap pertumbuhan bibit mahoni (Swietenia macrophylla

King).

Hipotesis Penelitian

Pemberian arang sebagai campuran media tumbuh dan intensitas

penyiraman dapat meningkatkan pertumbuhan bibit Mahoni (Swietenia

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Mahoni

Mahoni tergolong kedalam famili Meliaceae dan terdapat dua jenis spesies

yang cukup dikenal yaitu Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar) dan

S.mahagoni (mahoni daun sempit). Tinggi tanaman mahoni dapat mencapai

hingga 40 m dengan diameter batang mencapai lebih dari 100 cm. Tajuknya

berbentuk seperti kubah, kayu gubal (kayu lunak antara kulit dan teras) berwarna

merah muda, sedangkan kayu teras (inti kayu) berwarna merah hingga coklat tua.

Daun berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan panjang daun 10-30 cm.

Bunga diproduksi di tangkai bunga dan ukuran tiap bunganya kecil. Buah mahoni

berbentuk kapsul dengan panjang buah mencapai 8-20 cm, benihnya bersayap

dengan panjang 5-9 cm yang terdapat didalam buah. Menurut Dien (1983),

sistematika tanaman mahoni (S. macrophylla) adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Class : Angiospermae

Sub Class : Dicotyledoneae

Golongan : Lignose

Ordo : Meliales

Famili : Meliaceae

Sub Famili : Swieteniodiae

Genus : Swietenia

Spesies : Swietenia macrophylla King.

(12)

Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni

Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik, hal

ini dikarenakan mahoni secara alami dapat tumbuh pada tipe tanah alluvial, tanah

vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Namun

pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah yang subur dan bersolum dalam serta

memiliki aerasi yang baik dengan pH berkisar 6,5 sampai 7,5

(Soerianegara dan Lemmens., 1994).

Menurut Khaerudin (1999), tanaman mahoni dapat tumbuh pada daerah

bertipe iklim A sampai D, yaitu daerah yang bermusim kering atau basah.

Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman mahoni berkisar antara

0-1.000 mdpl. Umumnya tanaman ini akan berbuah setelah berumur 12 tahun atau

lebih yaitu pada bulan Juli-Agustus.

Peranan Media Tumbuh

Tanah sebagai media pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak

begitu saja menunjang keberhasilan usaha penanaman, hal ini disebabkan karena

tanah memberikan berbagai pengaruh bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman.

Pengaruh tersebut antara lain temperatur tanah, kelembaban tanah, permeabilitas,

tersedianya unsur hara, kegiatan hidup jasad renik dan banyak sifat tanah lainnya

(Sutedjo dan Kartasapoetra., 1994).

Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka sehingga aerasi

tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan daripada tanah yang

mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya akan bahan organik

(13)

organik rendah. Tanah berwarna lebih kelam, menyerap sinar lebih banyak.

Apabila lebih banyak sinar yang diserap tanah, maka lebih banyak hara, oksigen

dan air yang diserap tanaman melalui perakaran. Tanah kaya bahan organik lebih

cepat panas daripada tanah yang secara terus menerus dipupuk dengan pupuk

kimia (Sutanto., 2002).

Perkembangan suatu tanaman berhubungan erat dengan kesuburan tanah.

Semakin subur suatu tanah, maka perkembangan akar juga akan semakin besar.

Dengan pemberian pupuk maka cenderung akan mendorong perkembangan

perakaran yang dangkal dan sering disertai dengan berkurangnya kedalaman akar

(Daniel dkk., 1994).

Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan

untuk menyemaikan benih dari suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan

sistem periode waktu yang ditetapkan. Beberapa media yang dapat digunakan

sebagai media pembibitan adalah topsoil, gambut ataupun topsoil dengan kompos.

Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburannya

memadai, tidak berkerikil, dan tidak berbatu. Memiliki aerasi yang baik, tidak

terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang

paling penting diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat fisik

medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya

serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup

(Khaerudin., 1999).

Dalam suatu media tanam, sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung

jawab atas peredaran udara, suhu tanah, air dan zat terlarut melalui tanah. Media

(14)

untuk perkembangan akar, hal ini dikarenakan tanah memiliki kemampuan untuk

menambat air dan menyalurkan ke tanaman. Struktur tanah juga diperlukan untuk

mempertahankan kemantapan agregat tanah terhadap perubahan kelengasan yang

mendadak dan curah hujan yang kuat (Sanchez., 1992).

Tanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu

sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya

misalnya mineral anorganik, mineral organik, organik tanah, udara, tanah dan air

tanah. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi

(hara mineral) dari dalam tanah. Mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk

yang spesifik. Untuk mengembalikan mineral-mineral tanah yang hilang, baik

yang tercuci oleh hujan maupun yang terserap tanaman maka dilakukan

pemupukan (Umboh., 1997).

Manfaat Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar tanaman yang

ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan. Larutan

nutrisi tersebut lalu diserap oleh perakaran. Beberapa persyaratan yang digunakan

untuk media tanam antara lain steril, porus, ringan, mudah didapat dan murah.

Salah satu bahan yang memenuhi semua persyaratan itu adalah arang (arang

sekam ataupun arang limbah industri). Arang memiliki ruang pori yang cukup

sehingga membantu terjadinya proses aerasi di dalam tanah (Hartus., 2002).

Arang merupakan hasil pembakaran dari suatu bahan yang mengandung

karbon yang berbentuk padat dan berpori. Sebagian besar pori-pori dari arang

(15)

seperti abu, air, nitrogen dan sulfur. Namun kualitas dari arang itu sendiri

ditentukan oleh proses pembuatan arang tersebut (Sudrajat dan Soleh., 1994).

Secara morfologi arang mempunyai pori-pori pada permukaannya. Pori ini

sangat efektif mengikat dan menyimpan hara tanah yang berada didalam tanah

dan disekitarnya. Unsur hara ini dapat dilepaskan secara perlahan sesuai dengan

laju konsumsi yang dilakukan oleh tanaman (slow release). Selain itu arang juga

memiliki sifat higroskopis sehingga hara yang terdapat didalam tanah tidak mudah

tercuci dan lahan akan berada dalam keadaaan siap pakai (Gusmailina dkk., 2003).

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang

berasal industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah satu

alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologi

arang memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Oleh

sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara dapat

membangun dan meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat meningkatkan

beberapa fungsi antara lain: sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang

pembentukan spora endomikoriza dan ektomikoriza sehingga dapat meningkatkan

produktifitas lahan dan hutan tanaman (Pari., 2002).

Menurut Gusmailina dkk (2002), umumnya upaya yang dilakukan untuk

menaikan pH tanah dari asam sampai ketingkat netral adalah dengan

menambahkan kapur pertanian yang mengandung senyawa Ca dan Mg kedalam

tanah. Ternyata selain kapur, arang juga dapat digunakan untuk menaikan pH dan

mengurangi sifat asam dari tanah. Respon terhadap kondisi pH akibat

(16)

maka makin rendah konsentrasi arang yang digunakan sebagai campuran media

pada tanaman.

Menurut Siyek dkk (2005), bahan baku arang diambil dari kayu yang

dikeringkan melalui proses pemanasan. Sifat arang yang ringan ini ketika

diberikan ketanah bisa mengikat air dan juga membuang racun. Selain mampu

menggemburkan tanah dan menyuburkan tanaman, penggunaan arang bagi

pertanian juga secara otomatis dapat meminimalisir kerusakan tanah akibat

bahan-bahan kimia dan menggantikan posisi pupuk buatan. Arang juga dapat dijadikan

bahan pembuatan pupuk organik tambahan, misalnya kompos dan kotoran ternak.

Pematangan bahan organik ini jauh lebih baik karena bisa menghilangkan

bau-bauan pada lingkungan yang tidak sedap.

Secara fisik arang berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh

karena itu semakin banyak suplai arang ke dalam tanah maka akan mengurangi

kepadatan tanah (bulk density). Artinya dengan adanya penambahan arang

kedalam tanah maka semakin banyak ruang pori yang terdapat di dalam tanah

sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik. Selain itu juga

pemberian arang ini juga dapat menekan tingginya laju pencucian unsur hara di

dalam tanah. Hal ini dimungkinkan karena secara morfologis arang mempunyai

pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Penambahan arang

pada media pembibitan juga dapat meningkatkan: kelembaban, daya serap air,

serta sirkulasi udara sehingga mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan akar

halus bibit tanaman (Gusmailina dkk., 2003).

(17)

Fungsi Air Bagi Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan dari sebagian besar tanaman sangat tergantung kepada

jumlah air yang tersedia didalam tanah. Pertumbuhan akan dibatasi oleh

kandungan air sangat rendah maupun kandungan air sangat tinggi. Air dibutuhkan

tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, untuk menjaga hidrasi protoplasma

dan sebagai pengangkut dan mentranslokasikan makanan-makanan dan

unsur-unsur mineral (Nyakpa dkk., 1988).

Penyiraman umumnya dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Pada kondisi khusus, misalnya udara sangat panas, penyiraman dapat dilakukan

lebih dari dua kali dan sebaliknya jika turun hujan maka penyiraman dapat

ditiadakan atau dikurangi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas

(jumlah) penyiraman antara lain temperatur udara, curah hujan dan jenis serta

tingkat pertumbuhan bibit. Jika hari tidak hujan serta suhu tinggi maka proses

evapotranspirasi akan meningkat dan untuk mencukupinya maka diperlukan

adanya penyiraman (Khaerudin., 1999)

Air memiliki peranan penting terutama dalam kelembaban tanah dan

pertumbuhan tanaman. Kondisi air yang berlebih dalam tanah dapat menahan atau

merintangi pertumbuhan tanaman, oleh karena itu drainase menjadi sangat

penting. Begitu juga kondisi air yang kurang tersedia di dalam tanah akan

menekan pertumbuhan suatu tanaman. Suatu tanaman akan mengalami kelayuan

bahkan kematian bila tidak bisa lebih lama untuk mengisap air yang cukup dari

tanah untuk memperoleh air yang dibutuhkan (Soetjipto., 1986).

Tanaman akan mengalami kelayuan dan berubah menjadi warna kuning

(18)

akan menyerang tanaman karena mikroorganisme patogen yang biasanya

menyerang hama tidak dapat berkembang biak dalam kondisi kering. Tanaman

yang mengalami kekurangan air akan menunjukan gejala–gejala sebagai berikut

dimana sel tanaman akan kehilangan turgor, jaringan mengerut dan tanaman

menampakkan gejala layu. Tanaman juga akan mengalami kelayuan bila

kekurangan air, namun akan segera segar kembali bila dilakukan penyiraman.

Tetapi apabila tanaman tetap mengalami kelayuan maka tanaman tersebut telah

mengalami layu permanen (Sutiyoso., 2003).

Menurut Hartus (2002), larutan nutrisi dapat diberikan dalam tiga cara

yaitu dengan penyiraman, penetesan dan sirkulasi. Penyiraman umumnya

dilakukan dengan dengan menggunakan air sumur. Ada tiga faktor penting yang

perlu diketahui pada saat melakukan penyiraman dengan larutan nutrisi, yaitu

konsentrasi, frekuensi dan volume larutan nutrisi. Pada saat cuaca panas (diatas

normal) dapat dilakukan penyiraman dengan menggunakan air sumur. Ini dapat

dilakukan dengan menggunakan shower sehingga dapat membasahi daun dan

perakaran tanaman. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengimbangi laju

evapotranspirasi yang berlebihan.

Menurut Setiawan (2000), pemberian air pada tanaman sangat penting

diperhatikan. Kebutuhan tanaman terhadap air ini makin penting lagi pada masa

awal pertumbuhan tanaman dan setiap tanaman memerlukan kebutuhan air yang

berbeda-beda tergantung jenis tanamannya. Oleh sebab itu, penanaman sebaiknya

dilakukan pada awal musim hujan. Dengan demikian, penentuan waktu tanam

yang tepat akan meringankan pekerjaan karena dengan siraman air hujan yang

(19)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai Januari hingga Mei 2007.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bibit Mahoni

(Swietenia macrophylla), arang (kayu bakau), pupuk NPK (15:15:15), top soil dan

polybag ukuran 2 kg.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan analitik,

penggaris, jangka sorong, gembor, cangkul atau sekop dan karung goni.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2

faktor dan ulangan sebanyak 3 kali, yaitu:

I. Faktor pemberian arang sebagai campuran media tumbuh.

M0 = tanpa penambahan arang (kontrol)

M1 = penambahan 100 gr arang/ polybag

M2 = penambahan 200 gr arang/ polybag

(20)

II. Faktor intensitas penyiraman

P0 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 2 x 1 hari

P1 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 1 x 1 hari

P2 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 1 x 2 hari

P3 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 1 x 3 hari

Jumlah kombinasi perlakuan tersebut adalah 4 x 4 = 16 perlakuan

M0P0 M1P0 M2P0 M3P0

M0P1 M1P1 M2P1 M3P1

M0P2 M1P2 M2P2 M3P2

M0P3 M1P3 M2P3 M3P3

Jumlah perlakuan = 16 unit

Ulangan = 3 kali

Jumlah tanaman seluruhnya = 48 tanaman.

Model Rancangan Acak Lengkap Faktorial adalah sebagai berikut:

Y

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+ (α β)

ij

+ Є

ijk

Keterangan:

Yijk = Respon tanaman yang diamati

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor penambahan arang

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor intensitas penyiraman

(α β)ij = Pengaruh taraf ke-i dari faktor penambahan arang dan pengaruh taraf ke-j

dari faktor intensitas penyiraman.

Єijk = Pengaruh sisa (galat percobaan) taraf ke-i dari faktor penambahan arang

(21)

Pelaksanaan Penelitian 1. Penyediaan Arang

Arang yang digunakan adalah arang kayu yang diperoleh dari daerah

Secanggang. Arang tersebut kemudian dihancurkan atau dihaluskan dengan

kondisi yang hampir sama dengan ukuran tanah yang digunakan.

2. Penyediaan Tanah (top soil)

Tanah yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis tanah Ultisol

yang diambil di daerah Simalingkar. Tanah yang diambil adalah tanah bagian atas

(top soil) yang diambil secara acak dan dikompositkan sesuai dengan yang

dibutuhkan.

3. Penyediaan Bibit

Bibit mahoni yang digunakan berasal dari lokasi pembibitan Orangutan

Information Centre (OIC). Kriteria bibit yang digunakan antara lain: berumur 2-3

bulan, tinggi tanaman ± 25-30 cm dan dengan jumlah daun 3-5 helai.

4. Persiapan Media Tumbuh

Polybag yang telah disediakan diisi dengan top soil dan arang (sebagai

campuran media tumbuh), dimana perbandingannya disesuaikan dengan

perlakuannya masing-masing. Perlakuan tersebut antara lain tanah sebanyak 2 kg

tanpa adanya penambahan arang (M0); tanah sebanyak 2 kg dicampur dengan 100

gram arang (M1); tanah sebanyak 2 kg dicampur dengan 200 gram arang (M2)

dan tanah sebanyak 2 kg dicampur dengan 300 gram arang (M3)

5. Pemindahan bibit ke media tumbuh dan pemberian pupuk NPK.

Bibit mahoni yang digunakan adalah bibit yang berumur ± 2 bulan dengan

(22)

telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuannya

masing-masing, lalu ditambahkan pupuk NPK kedalam tiap-tiap polybag.

6. Penyiraman dan Pemeliharaan

Setelah bibit mahoni dipindahkan, tanaman kemudian disiram sesuai

dengan perlakuannya masing masing dengan menggunakan gembor atau alat

penyemprot lainnya, kemudian dilakukan penyiangan pada tanaman ketika rumput

atau gulma sudah mulai muncul dengan maksud agar tidak mengganggu

perakaran dari bibit tanaman. Adapun intensitas penyiraman yang dilakukan

adalah sebanyak 2x1 hari (P0); 1x1 hari (P1); 1x2 hari (P2); 1x3 hari (P3).

7. Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan 1 minggu setelah tanam (1 MST), dan parameter yang

diamati antara lain:

 Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari batang tanaman (± 3cm dari pangkal leher akar)

sampai pucuk tanaman tertinggi dengan menggunakan mistar atau penggaris.

Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali dan agar tidak terjadi perubahan

dasar pengukuran, maka perlu diberi tanda tempat awal pengukuran.

 Diameter batang

Pengukuran diameter batang dilakukan pada tempat yang sama dengan

pengukuran tinggi tanaman dan dilakukan sebanyak 2 kali pada sisi batang

yang berbeda.

 Jumlah daun

Semua jumlah daun yang telah tumbuh dihitung yang dilakukan setiap

(23)

 Bobot kering tanaman,

Setelah kegiatan pengamatan berakhir yaitu pada saat tanaman berumur ±12

minggu setelah tanam (12 MST) maka dilakukan pemotongan atau pemisahan

batang dengan akar. Untuk mendapatkan bobot kering atas tanaman, bagian

batang dan daun dicuci dengan air dan dibiarkan kering, kemudian

dimasukkan kedalam amplop yang telah diberi lobang dan label sesuai dengan

perlakuan. Kemudian diovenkan pada temperatur 70º C selama 48 jam, lalu

ditimbang. Untuk mendapatkan bobot kering bawah tanaman maka dilakukan

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman mahoni (S. macrophylla) yang

terdapat Lampiran 1. menunjukkan bahwa pemberian arang dengan berbagai

jumlah sebagai campuran media tumbuh memberikan pengaruh yang berbeda

nyata terhadap tinggi tanaman. Namun intensitas penyiraman dan juga

interaksinya dengan penambahan arang sebagai campuran media tumbuh

memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam hal penambahan tinggi

tanaman.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (cm) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).

Perlakuan Arang

Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa rataan tinggi tanaman

tertinggi terdapat pada perlakuan yang mendapat penambahan arang sebanyak 200

gr (M2) dan 300 gr (M3) yaitu dengan tinggi 44,8 cm dan 44,16 cm. Rataan tinggi

tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan yang tidak mendapat penambahan

arang (M0) dengan nilai 25,6 cm.

(25)

Hasil analisis sidik ragam diameter batang tanaman mahoni

(S. macrophylla) yang terdapat Lampiran 1. menunjukkan bahwa interaksi

penambahan arang sebagai campuran media tumbuh dengan intensitas

penyiraman memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter

tanaman.

Tabel 2. Diameter Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (mm) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).

Perlakuan Arang

Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa rataan diameter terbesar

terdapat pada interaksi perlakuan penambahan arang sebanyak 200 gr dengan

intensitas penyiraman sebanyak 1x1 hari (M2P1) sebesar 7,67 mm. Nilai diameter

terkecil terdapat pada perlakuan yang tidak mendapat penambahan arang dengan

intensitas penyiraman sebanyak 1x3 hari (M0P3) sebesar 4,01 mm.

3. Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam jumlah daun mahoni yang terdapat pada

Lampiran 1. menunjukkan bahwa penambahan arang memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Akan tetapi intensitas

penyiraman dan juga interaksinya dengan penambahan arang memberikan

(26)

Tabel 3. Jumlah Daun Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).

Perlakuan Arang

Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Tabel 3. menunjukkan bahwa rataan jumlah daun terbanyak terdapat pada

perlakuan yang mendapat penambahan arang sebanyak 300 gr (M3) dengan

jumlah 41,33 helai, sedangkan nilai rataan jumlah daun yang terendah terdapat

pada perlakuan yang tidak mendapat penambahan arang (M0) dengan jumlah

11,33 helai.

4. Rataan Bobot Kering Atas Tanaman.

Hasil analisis sidik ragam dari bobot kering atas tanaman yang terdapat

pada Lampiran 2. menunjukkan bahwa interaksi dari penambahan arang sebagai

campuran media tumbuh dengan intensitas penyiraman memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap bobot kering atas tanaman.

Tabel 4. Bobot Kering Atas Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).

(27)

Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa bobot kering atas

tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan yang mendapat penambahan arang

sebanyak 300 gr dan dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x2 hari (M3P2)

yaitu seberat 12,13 gr, sedangkan bobot kering terendah terdapat pada perlakuan

yang tidak mendapat penambahan arang dan dengan intensitas penyiraman 1x2

hari (M0P2) dan 1x3 hari (M0P3) dengan berat 3,06 gr.

5. Rataan Bobot Kering Bawah Tanaman.

Hasil analisis sidik ragam bobot kering bawah tanaman yang terdapat

pada Lampiran 2. menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan penambahan

arang sebagai campuran media tumbuh dan intensitas penyiraman memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering bawah/ akar tanaman.

Tabel 5. Bobot Kering Bawah Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).

Perlakuan Arang

Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa bobot kering bawah

tanaman tertinggi diperoleh dari interaksi perlakuan penambahan arang sebanyak

(28)

3,73 gr. Bobot kering bawah terendah diperoleh dari perlakuan yang tidak

mendapat penambahan arang dan intensitas penyiraman 1x2 hari (M0P2) yaitu 1

gr.

Pembahasan

Hasil analisis sidik ragam terhadap data hasil penelitian dapat dilihat

bahwa interaksi penambahan arang sebagai campuran media tumbuh dan

intensitas penyiraman memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

diameter batang, bobot kering atas dan juga bobot kering bawah tanaman. Hal ini

dapat terjadi karena arang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi tanah

menjadi lebih baik. Gusmailina dkk (2003) menyatakan bahwa arang yang berasal

dari kayu mempunyai peranan yang baik dan penting dalam menyuburkan tanah,

diantaranya meningkatkan pH tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah.

Media tanah yang digunakan dalam penelitian merupakan jenis tanah

Ultisol, dimana jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang kurang baik. Hal

ini sesuai dengan pendapat Sutedjo dan Kartasapoetra (2005), yang menyatakan

bahwa jenis tanah Ultisol termasuk kedalam jenis tanah mineral. Tanah mineral

sendiri merupakan tanah-tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang

sedikit. Oleh karena itu dengan adanya penambahan arang kedalam media tanah

(Ultisol) itu, maka kondisi media tumbuh menjadi lebih baik. Perubahan media

tanam yang menjadi lebih baik ini akan mampu meningkatkan pertumbuhan dari

suatu tanaman. Hal ini tampak pada tiap-tiap parameter pengamatan (tinggi

tanaman, diameter, jumlah daun, bobot kering atas dan bobot kering bawah

(29)

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan yang tidak memperoleh penambahan

arang. Umboh (2000) berpendapat bahwa tekstur tanah berperan dalam

menentukan daya ikat air dan juga infiltrasinya. Sementara aerase tanah,

pergerakan air tanah dan penetrasi dari akar tanaman ditentukan oleh struktur

tanaman. Oleh karena itu, arang memiliki peran yang baik dalam memperbaiki

sifak fisik tanah (struktur dan tekstur tanah).

Penambahan arang sebagai campuran media tumbuh memiliki

kemampuan untuk menjaga suhu tanah, hal ini dikarenakan proses aerase dan

draenase yang terjadi di dalam tanah berlangsung dengan baik. Gusmailina dkk

(2002) menyatakan bahwa pemberian arang mampu memperbaiki sirkulasi air dan

udara di dalam tanah sehingga kelembaban dalam tanah akan tetap terjaga.

Dengan sirkulasi air dan udara menjadi lebih baik, maka kondisi air tanah menjadi

lebih terjaga dan tersedia bagi tanaman. Hal ini dapat dilihat pada data diameter

tanaman, dimana diameter tanaman terbesar terdapat pada penambahan arang

sebanyak 200 gr dengan intensitas penyiraman 1x1 hari (M2P1) yaitu 7,67 mm.

Hasil ini lebih baik dari pada perlakuan dengan intensitas penyiraman normal

yaitu 2x1 hari namun tidak mendapat penambahan arang (M0P0) sebesar 5,14

mm. Oleh karena itu selain mampu memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih

baik, penambahan arang sebagai campuran media tumbuh juga mampu

mengurangi intensitas penyiraman.

Intensitas penyiraman sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu

tanaman, hal ini dapat dilihat pada data diameter tanaman dimana diameter batang

tanaman yang dihasilkan dari penyiraman yang dilakukan sebanyak 2x1 hari dan

(30)

sebanyak 1x2 hari dan 1x3. Hal ini dikarenakan air yang dibutuhkan oleh tanaman

untuk menjalankan proses pertumbuhannya cukup tersedia sehingga tanaman

tidak mengalami cekaman terhadap kekurangan air. Fitter dan Hay (1991)

menyatakan bahwa air sangat menentukan pertumbuhan suatu tanaman. Kondisi

air yang kurang tersedia mengakibatkan terhambatnya proses fisiologi suatu

tanaman atau stress dan apabila berlangsung dalam waktu yang lama akan

mengakibatkan tanaman mengalami kelayuan bahkan kematian bagi tanaman.

Pada parameter bobot kering tanaman (atas dan bawah/ akar) diketahui

bahwa bobot kering atas tanaman yang tertinggi terdapat pada interaksi

penambahan arang sebanyak 300 gr dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x2

hari (M3P2) yaitu 12,13 gr, sedangkan untuk bobot kering bawah tanaman yang

tertinggi terdapat pada perlakuan yang mendapat penambahan arang sebanyak 300

gr dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x1 hari (M3P1) yaitu 3,73 gr. Untuk

bobot kering atas dan bawah yang terendah terdapat pada perlakuan yang tidak

mendapat penambahan arang dan dengan intensitas penyiraman 1x2 hari (M0P2)

dengan berat masing-masing 3,06 gr dan 1 gr. Dari hasil tersebut diketahui bahwa

perlakuan penambahan arang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam hal

penambahan berat kering tanaman.

Penambahan arang sebagai campuran media tumbuh mampu merubah

kondisi tanah menjadi lebih baik, dikarenakan tanah memiliki ruang pori yang

cukup sehingga aerase, draenase dan suplai unsur hara ke tanaman dapat

berlangsung dengan baik. Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa bahan

kering suatu tanaman merupakan suatu indikasi terjadinya penyerapan hara yang

(31)

akar tanaman Dengan demikian bobot kering tanaman (atas dan bawah/ akar)

yang tinggi menandakan kondisi perakaran tanaman cukup baik sehingga proses

peredaran hara yang terjadi juga berlangsung dengan baik. Selain itu, dari hasil

analisis arang diketahui bahwa arang tersebut mengandung unsur hara nitrogen,

fosfor dan kalium yang cukup yang dibutuhkan bagi tanaman untuk menunjang

pertumbuhannya. Bobot kering bawah tanaman yang tertinggi terdapat tanaman

yang mendapat penambahan arang, hal ini dikarenakan akar memperoleh suplai

unsur hara yang cukup tersedia, dimana kandungan fosfor yang terdapat pada

arang sebanyak 51,30 ppm. Sutedjo dan Kartasapoetra (2005), menyebutkan

bahwa unsur P berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan dan pembentukkan

akar bagi tanaman. Oleh karena itu selain memperbaiki sifat fisik tanah,

penambahan arang sebagai campuran media tumbuh juga memberikan tambahan

unsur hara yang dibutuhkan tanaman kedalam tanah.

Pada parameter tinggi tanaman mahoni, interaksi perlakuan penambahan

arang dan intensitas penyiraman tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

Hal ini dikarenakan mahoni merupakan jenis tanaman yang pertumbuhannya

lamban (slow growing), sehingga pertumbuhan tinggi tanaman mahoni ini tidak

terlihat berbeda nyata selama kegiatan penelitian berlangsung atau tanaman

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tumbuh sehingga respon dari

perlakuan yang diberikan tampak nyata. Respon yang tidak berbeda nyata juga

terlihat pada parameter jumlah daun. Hal ini dikarenakan tanaman mahoni yang

digunakan merupakan jenis mahoni yang berdaun besar (Swietenia macrophylla).

Berbeda dengan jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni) dimana jumlah

(32)

macrophylla) lebih sedikit hal ini dikarenakan tanaman ini pertumbuhannya

lamban (slow growing) dan batang tanaman belum cukup besar sehingga belum

mampu untuk membentuk cabang-cabang yang lebih banyak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) yaitu salah satu fase yang terjadi pada

kurva pertumbuhan (sigmoid) adalah fase logaritmik dimana ukuran akan

bertambah secara terus menerus sejalan dengan waktu. Ini berarti laju

pertumbuhan suatu tanaman akan lambat pada awalnya, tapi akan meningkat terus

dan semakin besar ukuran suatu organisme maka semakin cepat dia tumbuh.

Daniel dkk (1994) juga menyebutkan bahwa pada setiap awal musim

pertumbuhannya, pertumbuhan tanaman akan lambat dan kemudian akan tumbuh

(33)

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Penambahan arang sebanyak 200 gr memberikan rataan tinggi tanaman

tertinggi yaitu sebesar 44,8 cm sedangkan terendah terdapat pada

perlakuan yang tidak mendapat penambahan arang yaitu 25,6 cm.

2. Interaksi penambahan arang sebanyak 200 gr dengan intensitas

penyiraman sebanyak 1x1 hari memberikan respon diameter batang

terbesar yaitu 7,67 mm, sedangkan terkecil terdapat pada perlakuan yang

tidak mendapat penambahan arang sebesar 4,01 mm.

3. Rataan jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan terdapat pada

perlakuan dengan penambahan arang sebanyak 300 gr sebanyak 41,3 helai,

sedangkan yang sedikit terdapat pada perlakuan yang tidak mendapat

penambahan arang yaitu 11,33 helai.

4. Bobot kering atas tanaman terbesar terdapat pada perlakuan penambahan

arang sebanyak 300 gr dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x2 hari

yaitu 12,13 gr.

5. Bobot kering bawah tanaman terbesar terdapat pada perlakuan

penambahan arang sebanyak 300 gr dengan intensitas penyiraman

sebanyak 1x1 hari yaitu 3,73 gr.

Saran

Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui volume arang

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Dien, P. K. H. 1983. Studi Watak Tumbuh Benih Mahoni (Swietenia macrophylla). Skripsi Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Daniel, T. W, J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1994. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Fitter,A.H dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gusmailina, G. Pari., dan S. Komarayati. 2002. Aplikasi Arang Kulit Kayu Sebagai Campuran Media Tumbuh Anakan Eucalyptus urophylla dan Acasia mangium. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang Untuk Rehabilitasi Lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor

Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta

Khaerudin, 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nyakpa, M. Y, A. M, Lubis, M. A. Pulungan, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong dan N. Hakim., 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdikbud, Jakarta.

Pari, G. 2002. Industri Pengolahan Kayu Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/ S3 IPB, Bogor.

Siyek, D dan E. Petebang. 2005. Lingkungan: Arang Untuk Menyelamatkan Lingkungan (http:// pontianak online /institute dayakologi.htm). [22 februari 2006]

Sutedjo, M. M dan A. G. Kartasapoetra. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta.

, 2005. Pengantar Ilmu Tanah Edisi Baru. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

(35)

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika Jilid 1. Penerbit ITB Bandung. Bandung

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB Bandung. Bandung

Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soerianegara, I dan R. H. M. Lemmens, 1994. Mayor Commercial Timber. Timber Press. Prosea, Bogor.

Soetjipto., V.E. Hansen., O.W.Israelsen., G.E. Stringham dan E.P. Tachyan. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi edisi keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta

Sudradjat, R. dan S. Soleh., 1994. Pembuatan Arang Aktif. Petunjuk Pembuatan Arang Aktif. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Umboh, A.H. 1997. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta

Zech, W, B. Glaser dan J. Lehmann., 2002. Ameliorating Physical and Chemical Properties of Highly Weathered Soils In The Tropics With Charcoal. Review Article.

Gambar

Tabel 1. Tinggi Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (cm)  dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)
Tabel 2. Diameter Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (mm)  dan Hasil Uji Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)

Referensi

Dokumen terkait

Tanggapan merupakan suatu hal yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks

Mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Komitmen Organisasional, Stres

meningkatnya pengetahuan ibu mengenai MPASI akan meningkatkan pula cara ibu dalam menyiapkan makanan yang bergizi untuk anaknya, meliputi kapan waktu yang tepat untuk

Indikator Soal : Disajikan sebuah ilustrasi, siswa dapat menentukan paragraf pembuka teks pidato yang sesuai dengan ilustrasi tersebut. Soal

Analisa Kekuatan memanjang kapal Dari gambar rencana garis diatas dibuat model 3D dari lambung kapal untuk kemudian dilakukan analisa kekuatan memanjang kapal

Sementara itu, peningkatan daya saing bangsa bermakna bahwa iptek dan pendidikan tinggi dapat memberikan kontribusi dalam penguatan perekonomian yang ditunjukkan oleh

Untuk mendukung berbagai kegiatan Posyandu perlu adanya Sistem Informasi Posyandu (SIP) yang dapat digunakan untuk mempermudah jalannya kegiatan Posyandu seperti data

Pada proses ini data yang akan dimasukkan berupa Kode Mata Kuliah, Nama Mata Kuliah, Nama dosen dan Ruang.. Proses entri