• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja Di Pasar Modern Dengan Analytic Hierarchy Process (AHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Tentang Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja Di Pasar Modern Dengan Analytic Hierarchy Process (AHP)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG VARIABEL DOMINAN YANG MEMPENGARUHI

MINAT BELANJA DI PASAR MODERN DENGAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

(Studi Kasus : Mahasiswa FMIPA USU)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

EFENDI

090803013

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STUDI TENTANG VARIABEL DOMINAN YANG MEMPENGARUHI

MINAT BELANJA DI PASAR MODERN DENGAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

(Studi Kasus : Mahasiswa FMIPA USU)

EFENDI

090803013

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : STUDI TENTANG VARIABEL DOMINAN

YANG MEMPENGARUHI MINAT BELANJA DI PASAR MODERN DENGAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus : Mahasiswa FMIPA USU)

Kategori : SKRIPSI

Nama : EFENDI

NomorIndukMahasiswa : 090803013

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMPENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, April 2014

KomisiPembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs. Ujian Sinulingga, M.Si Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si NIP. 19560303 198403 100 4 NIP. 19530303 198303 100 2

Disetujui Oleh

DepartemenMatematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

STUDI TENTANG VARIABEL DOMINAN YANG MEMPENGARUHI MINAT BELANJA DI PASAR MODERN DENGAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus : Mahasiswa FMIPA USU)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2014

(5)

PENGHARGAAN

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul Studi Tentang Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja

Di Pasar Modern Dengan Analytic Hierarchy Process (AHP). Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini, ucapan terima kasih sampaikan kepada:

1) Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si dan Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si

sebagai Dosen Pembimbing 1 dan 2 yang telah banyak memberikan arahan,

motivasi, waktu, ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

2) Ibu Dr. Esther S. M. Nababan, M.Sc dan Ibu Dra. Elly Rosmaini, M.Si

sebagai Dosen Pembanding yang banyak memberikan saran dan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

3) Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si. Ph.D dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika Fakultas Matematika dan ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

4) Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

5) Semua Dosen dan Staff pegawai Matematika FMIPA USU.

6) Kedua orang tua saya tercinta ayahanda Syahrul Harahap dan ibunda Seniwati

serta saudara-saudara penulis Baharuddin, Yusri, Mahdalena, Lindawati dan

keluarga besar dari Erwin Harahap atas nasehat dan doa, dukungan moril dan

materil, yang menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk tetap semangat

(6)

7) Yayasan Karya Salemba Empat dan Bapak pengurus pondok An-nabil

H.Agustono, MA dan Ibu Eriza Dahliana, M.si yang telah memberikan

dukungan moril dan materil serta do’anya.

8) Serta para sahabat-sahabat Lintang Gilang Pratama, Rahmadani Siagian,

Yudhana Jumaindra, Siti Aisyah, Siti Rayani, Yuan Anisa, Juliarti Hardika,

Defita Sari, Wiwit Widyawati, Idayanti Hasibuan, Sari C. Kembaren,

Mardhatillah, Desi Ratnasari, Ganda Wijaya, Syukri Jundi Dan juga

teman-teman seperjuangan di Matematika 2009, Paguyuban Karya Salemba Empat

USU dan Rumah Berombang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Medan, April 2014

Penulis,

Efendi

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel dominan yang mempengaruhi minat belanja dipasar modern dikota Medan dengan melihat kriteria-kriteria dimana Pasar modern sebagai alternatif. Dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang merupakan metode pengambilan keputusan terhadap masalah penentuan prioritas pilihan dari berbagai alternatif yang dimulai dengan membuat stuktur hirarki dari permasalahan yang ingin diteliti. Matriks perbandingan berpasangan digunakan untuk membentuk hubungan di dalam stuktur. Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap-tiap kriteria dengan cara menormalkan matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen maksimum dan vektor eigen yang dinormalkan akan diperoleh dari matriks. Pada proses menentukan faktor pembobotan hirarki maupun faktor evaluasi, uji konsistensi harus dilakukan dengan CR < 0,100. Hasil dari analisis AHP dalam penelitian ini adalah diperoleh bahwa variabel dominan yang mempengaruhi minat mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam pemilihan tempat belanja di pasar modern kota medan menurut semua keriteria yang ditentukan adalah keriteria harga dengan nilai bobot 35,6%.

(8)

ABSTRACT

This research is to determine the dominant variables that affect the interests of the modern market shopping in the city of Medan to see where the criteria of modern markets as an alternative . By using the Analytic Hierarchy Process ( AHP ) is a decision-making method to the problem of determining the priority of various alternative options that starts with making the structure hierarchy of issues to be observed . Pairwise comparison matrix is used to establish relationships within the structure . In the pairwise comparison matrix will look for the weight of each criterion in a way to normalize the pairwise comparison matrix . The maximum eigenvalues and normalized eigenvectors will be obtained from the matrix . In the process of determining the weighting factor of the hierarchy and the evaluation factors , the consistency test should be carried out with CR < 0,100. The results of the AHP analysis in this study was obtained that the dominant variables that affect the interests of students at the University of North Sumatra in the selection of shopping in a modern market town according to all the criteria of the field is determined by the value of weighting the criteria of the price of 35,6 % .

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Tinjauan Pustaka 4

1.7 Metodologi Penelitian 7

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) 8

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process 11

2.2.1 Penyusunan Prioritas 14

2.2.2 Eigen value dan Eigen vector 17

2.2.3 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio 21

2.3 Penentuan Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa dalam Pemilihan Tempat Belanja Di Pasar Modern

dengan AHP 22

2.4 Pengertian Pasar 25

2.5 Jenis-Jenis Pasar 25

2.5.1 Jenis pasar menurut kegiatannya 25

2.5.2 Jenis pasar menurut cara transaksi 25 2.5.3 Jenis pasar menurut jenis barangnya 26 2.5.4 Jenis pasar menurut keleluasan distribusi 26

Bab 3 Metode Penelitian

3.1 Pengumpulan Data 27

3.1.1 Sumber Data 27

3.1.2 Sampel 27

(10)

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria 29 4.2 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga 32 4.3 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Lokasi 35 4.4 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Pelayanan 37 4.5 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kelengkapan

Produk 40

4.6 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kenyamanan 43 4.7 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Promosi 45 4.8 Perhitungan Total Rangking/Prioritas Global 48

4.8.1 Faktor Evaluasi Total 48

4.8.2 Total Rangking 49

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 52

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Matriks Perbandiangan berpasangan ... 14

Tabel 2.2 Skala Saaty ... 15

Tabel 2.3 Nilai Random Indeks (RI) ... 22

Tabel 4.1.1 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria ... 29

Tabel 4.1.2 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria yang Disederhanakan ... 30

Tabel 4.1.3 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria yang Dinormalkan ... 31

Tabel 4.2.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga ... 32

Tabel 4.2.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga yang Disederhanakan ... 33

Tabel 4.2.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga yang Dinormalkan ... 34

Tabel 4.3.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Lokasi ... 35

Tabel 4.3.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Lokasi yang Disederhanakan .. 36

Tabel 4.3.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga yang Dinormalkan ... 36

Tabel 4.4.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Pelayanan ... 38

Tabel 4.4.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Pelayanan yang Disederhanakan ... 38

Tabel 4.4.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Pelayanan yang Dinormalkan. 39 Tabel 4.5.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kelengkapan Produk ... 40

Tabel 4.5.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kelengkapan Produk yang Disederhanakan ... 41

Tabel 4.5.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kelengkapan Produk yang Dinormalkan ... 42

Tabel 4.6.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kenyamanan ... 43

Tabel 4.6.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kenyamanan yang Disederhanakan ... 44

Tabel 4.6.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Kenyamanan yang Dinormalkan ... 44

Tabel 4.7.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Promosi ... 46

Tabel 4.7.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Promosi yang Disederhanakan 46 Tabel 4.7.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Promosi yang Dinormalkan .... 47

Tabel 4.8.1 Matriks Hubungan antara Keriteria dengan Alternatif ... 48

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Hirarki yang Complete ... 12

Gambar 2.2 Struktur Hirarki yang Incomplete ... 12

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel dominan yang mempengaruhi minat belanja dipasar modern dikota Medan dengan melihat kriteria-kriteria dimana Pasar modern sebagai alternatif. Dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang merupakan metode pengambilan keputusan terhadap masalah penentuan prioritas pilihan dari berbagai alternatif yang dimulai dengan membuat stuktur hirarki dari permasalahan yang ingin diteliti. Matriks perbandingan berpasangan digunakan untuk membentuk hubungan di dalam stuktur. Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap-tiap kriteria dengan cara menormalkan matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen maksimum dan vektor eigen yang dinormalkan akan diperoleh dari matriks. Pada proses menentukan faktor pembobotan hirarki maupun faktor evaluasi, uji konsistensi harus dilakukan dengan CR < 0,100. Hasil dari analisis AHP dalam penelitian ini adalah diperoleh bahwa variabel dominan yang mempengaruhi minat mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam pemilihan tempat belanja di pasar modern kota medan menurut semua keriteria yang ditentukan adalah keriteria harga dengan nilai bobot 35,6%.

(15)

ABSTRACT

This research is to determine the dominant variables that affect the interests of the modern market shopping in the city of Medan to see where the criteria of modern markets as an alternative . By using the Analytic Hierarchy Process ( AHP ) is a decision-making method to the problem of determining the priority of various alternative options that starts with making the structure hierarchy of issues to be observed . Pairwise comparison matrix is used to establish relationships within the structure . In the pairwise comparison matrix will look for the weight of each criterion in a way to normalize the pairwise comparison matrix . The maximum eigenvalues and normalized eigenvectors will be obtained from the matrix . In the process of determining the weighting factor of the hierarchy and the evaluation factors , the consistency test should be carried out with CR < 0,100. The results of the AHP analysis in this study was obtained that the dominant variables that affect the interests of students at the University of North Sumatra in the selection of shopping in a modern market town according to all the criteria of the field is determined by the value of weighting the criteria of the price of 35,6 % .

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lajunya perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat

meningkat membuat daya saing dunia pasar semakin ketat. Pasar sebagai tempat

bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan

jasa harus mencari alternatif atau strategi yang baru. Tujuannya agar mengetahui

perilaku konsumen secara baik sehingga memperoleh kemenangan dalam

memperebutkan konsumen. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang maju

khususnya di kota-kota besar, telah terjadi perubahan di berbagai sektor termasuk

di bidang industri dan produksi serta pada kegiatan ritel di Indonesia menjadi

usaha ekonomi berskala besar. Di sisi lain juga terjadi pergeseran gaya hidup dari

tradisional menjadi modern, sehingga menciptakan perubahan pola belanja

konsumen.

Pasar secara sederhana merupakan tempat pertemuan antara penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Menurut cara

transaksinya, jenis pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar

modern. Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para

penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung dan pasar

modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual

belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya

pasar modern ini adalah di swalayan, mal, plaza dan tempat-tempat modern

lainnya. Pasar tradisonal dan pasar modern sebagai pihak yang menawarkan

berbagai produk kepada konsumen harus dapat mengetahui variabel-variabel yang

mempengaruhi minat beli konsumen agar terpenuhinya pemenuhan konsumsi

konsumen dengan baik.

Tidak terkecuali pasar tradisional dan pasar modern sebagai pemasar, para

pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil

keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran

(17)

memperkirakan bagaimana kencenderungan konsumen untuk beraksi terhadap

informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi

pemasaran yang sesuai. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang

memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing secara lebih baik.

(Ujang Sumarwan, 2002)

Apalagi konsumen memiliki banyak ragam kebutuhan di antaranya

kebutuhan keseharian, studi, pekerjaan, status sosial dan kebutuhan lainnya.

Seperti pada kebutuhan primer atau kebutuhan pokok mahasiswa, prapenelitian

yang dilakukan oleh penulis bahwa mahasiswa cenderung berbelanja kebutuhan

sehari-sehari atau kebutuhan primer di pasar Modern daripada pasar tradisional

yang di karenakan banyak faktor pendukung misalnya kenyamanan, promosi

produk dan sekaligus untuk jalan-jalan. Hal ini lah yang menjadi faktor penyebab

pasar tradisional mulai jarang dikunjungi oleh mahasiswa. Maka secara

keseluruhan penyebabnya minat beli konsumen dalam hal pemilihan tempat

belanja dipengaruhi oleh berbagai macam variabel yang ada pada diri konsumen

itu sendiri ataupun lingkungannya dan variabel tersebut cenderung akan

berinteraksi satu dengan yang lainnya. (Engel F. James, 1995) menguraikan

atribut atau variabel yang mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat

berbelanja adalah sebagai berikut:

1. Harga

2. Lokasi

3. Sifat dan kualitas keragaman barang

4. Iklan dan Promosi

5. Personel Penjualan

6. Pelayanan yang Diberikan

7. Atribut Fisik Toko

8. Atmosfer Toko

Metode AHP merupakan metode yang tepat dalam mengetahui variabel

yang paling dominan dalam mempengaruhi minat belanja mahasiswa dalam

pemilihan tempat belanja di pasar modern dengan melibatkan sejumlah preferensi

dan responden, kriteria pilihan serta penyediaan satu skala penilaian tertentu,

(18)

AHP ini dapat memberikan informasi perilaku mahasiswa sebagai konsumen

kepada Pemasar, baik pasar tradisional dan pasar modern dalam memperebutkan

para konsumen.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang

digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan

yang diskrtit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari

ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan

dan preferensi relatif. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari

konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan diantara

kelompok elemen strukturnya.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah menentukan variabel dominan yang

mempengaruhi minat belanja di pasar modern dengan metode Analitic Hierarchy

Process (AHP).

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan pembahasan menjadi

lebih terarah, maka akan dilakukan beberapa pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian ini dititikberatkan hanya pada mahasiswa FMIPA USU

stambuk 2010 sampai dengan stambuk 2013.

2. Klasifikasi pasar modern yang dipilih adalah jenis swalayan, plaza dan

mal

3. Studi kasus pada Pasar modern di kota Medan yaitu Ramayana Pringgan,

Metro Medan Plaza, Macan Yaohan, Brastagi Mall dan Carrefour Plaza

Medan Fair. Keriteria yang digunakan sebagai dasar penelitian adalah

harga, lokasi, pelayanan, kelengkapan produk dan promosi.

(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel dominan yang

mempengaruhi minat belanja mahasiswa FMIPA USU di pasar modern dengan

metode Analitic Hierarchy Process (AHP).

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan acuan bagi pelaku pasar atau pemasar, baik pasar tradisional

maupun pasar modern untuk mengetahui keriteria terpenting sebagai penarik

minat belanja konsumen khususnya mahasiswa.

2. Dapat dijadikan referensi bagi Mahasiswa FMIPA USU atau konsumen

lainnya dalam hal mengambil keputusan pemilihan tempat belanja di pasar

tradisonal dan modern dengan melihat variabel dominan atau keriteria

terpentingnya.

3. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan untuk

mahasiswa, terlebih bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa.

4. Membantu penulis dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan yang didapat

selama masa perkuliahan ke dalam dunia nyata.

1.6 Tinjauan Pustaka

AHP merupakan suatu teori pengukuran yang digunakan untuk menderivasikan

skala rasio baik dari perbandingan-perbandingan berpasangan diskrit maupun

kontinu. Diperlukan suatu hirarki dalam menggunakan AHP untuk

mendefenisikan masalah dan perbandingan berpasangan untuk menentukan

hubungan dalam struktur tersebut. Struktur hirarki digambarkan dalam suatu

diagram pohon yang berisi goal (tujuan masalah yang akan dicari solusinya),

keriteria, subkeriteria dan alternatif. Thomas Lorie Saaty (1993) menguraikan

metode AHP yang dilakukan dengan cara memodelkan permasalahan secara

bertingkat yang terdiri dari kriteria dan alternatif.

Penggunaan AHP yang dimulai dengan membuat struktur hirarki atau

jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan

(20)

berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur.

Matriks berciri positif dan berbalikan, yakni

ji ij

a a = 1 .

Metode AHP dapat memecahkan masalah kompleks, dimana keriteria

yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian

persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang

akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang sulit untuk diukur secara

kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan variasi

yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dicatat secara

numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada

persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi.

Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan metode AHP

adalah yaitu:

1. Struktur yang berbentuk hierarki sebagai konsekuensi dari keriteria yang

dipillih sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai

keriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas

pembuat keputusan.

Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan

masalah yang multiobjektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan

preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu

bentuk pemodelan pembuatan keputusan yang sangat komprehensif.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dengan Metode AHP adalah

sebagai berikut:

a) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b) Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan keriteria, sub kriteria dan alternatif pilihan yang ingin di ranking.

c) Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

(21)

berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan

menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

d) Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di

dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

e) Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak

konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector

yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan

menggunakan matlab maupun manual.

f) Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkat hirarki.

g) Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini

mensintesis pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat

hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

h) Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100

maka penilaian harus diulang kembali.

Jika A adalah sebuah matriks n x n, maka sebuah vektor taknol x pada ��

disebut vector eigen (eigenvector)dari A jika Ax adalah sebuah kelipatan skalar

dari x yaitu Ax = x untuk skalar sebarang �. skalar � disebut nilai eigen

(eigenvalue) dari A dan x disebut sebagai vektor eigen dari A yang terkait dengan

�.

Dalam �2 dan �3, perkalian dengan A memetakan setiap vektor eigen x

dari A (jika memang ada) ke garis yang sama melewati titik asal tempat di mana x

berada. Bergantung pada tanda dan besarnya nilai eigen �yang terkait dengan x,

operator linear Ax = �x akan memperkecil atau memperbesar x dengan faktor �,

(22)

1.7 Metodologi Penelitian

Adapun metode penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:

Studi Literatur

1. Penulisan ini dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan

bahan-bahan referensi baik dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah,

maupun situs internet mengenai metode Analytical Hierarchy Process

(AHP), perilaku konsumen dan pasar modern serta pemilihan tempat

berbelanja.

2. Menentukan keriteria dan alternatif pasar modern

3. Menyusun kuesioner.

4. Mencari sampel data dengan teknik sampling .

5. Pendistribusian kuesioner kepada responden. Responden adalah

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Sumatera Utara (FMIPA USU) stambuk 2010-2013.

6. Menganalisa data dengan menguji konsistensi atau validitas menggunakan

prinsip dasar Analytical Hierarchy Process (AHP).

7. Menghitung faktor evaluasi Untuk semua keriteria.

8. Menghitung total rangking atau dominan/ proritas global

9. Kesimpulan dari hasil penelitian dalam mengetahui keriteria penting atau

variabel dominan yang mempengaruhi minat belanja mahasiswa FMIPA

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleg Prof. Thomas

Lorie Saaty dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang digunakan

untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam

pemecahan suatau permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang

senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Dalam

penetuan prioritas diperlukan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah

dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak

dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai

jenjang maupun kepentingan.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang

digunakan untuk menemukan skala rasio dari perbandingan.. Metode AHP adalah

sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan

dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan

dengan memecahkan sebuah persoalan kedalam bagian-bagiannya. Selanjutnya

menata bagian atau variabel tersebut dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai

numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel sehingga

diperoleh variabel yang dominan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui variabel dominan yang mempengaruhi minat belanja Mahasiswa

MIPA USU di pasar modern. Kemudian menetapkan variabel yang mana

memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada

situasi tersebut.

Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah

yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya

serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). Masalah yang

kompleks dapat diartikan bahwa keriteria dari suatu masalah yang begitu banyak

(multikeriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari

(24)

ketidakakuratan data yang tersedia.

Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan

menstuktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, dengan menarik

berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini

juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika bersangkutan pada

berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam

menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan secara intuitif sebagaimana yang

dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Selain itu AHP juga

memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran

dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen stukturnya.

Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik

yang terdiri dari :

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks

perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.

Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari B maka B adalah 1 � kali lebih penting dari A.

2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan

perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk

dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika

membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete

hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna

(incomplete hierarchy).

4. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi

dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan

data kuantitatif maupun kualitatif.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan

pada langkah-langkah berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

(25)

3. Membentuk matriks perbandigan berpasangan yang mengganmbarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau keriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan

berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan

menilai tingkat kepentingan suatau elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di

dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan

nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk

mensintensis pilihan dalam penetuan priorotas elemen-elemen pada

tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menguji konsistensi hiararki. Jika tidak memenuhi dengan Rasio

Konsistensi (CR) yaitu CR < 0,100, maka penilaian harus diulangi

kembali.

Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan

(inconsistency) yang ditetapkan Saaty. Rasio Konsistensi dirumuskan sebagai

perbandingan indeks konsistensi (RI). Angka perbandingan pada perbandingan

berpasangan adalah 1 sampai 9. dimana :

a. Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan yang lainnya.

b. Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya.

c. Skala 7 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan

lainnya.

d. Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan

lainnya.

e. Skala 2, 4, 6, 8 = nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan

yang berdekatan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara

2 pilihan.

Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking

(26)

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process.

Dalam meyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy Process ada

beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:

1. Decomposition.

Pengertian Decomposition adalah memecahkan atau membagi

problema yang utuh menjadi unsure-unsurnya kebentuk hirarki proses

pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling

berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan

dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan

pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari

persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut

dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki

keputusan tersebut complete jiksa semua elemen pada suatu tingkat

berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan darin

hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing

jenjang mempunyai hubungan (gambar 2.1 dan 2.2). Pada umumnya

problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang incomplete.

Bentuk struktur decomposition yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Gold)

Tingkat kedua : Keriteria

(27)

Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 … Kriteria N

Alternatif 1 Alternatif 2 … Alternatif M

Gambar 2.1 Struktur Hirarki yang Complete

Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 … Kriteria N

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4Alternatif M

Sub-alternatif 1 Sub-alternatif 2 Sub-alternatif P

(28)

Hirarki disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan

dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat

dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk

diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa

memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur

tertentu.

2. Comparative Judgement

Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam

kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan

inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas

dari elemen–elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah

disajikan dalam bentuk matrix pairwise comparisons yaitu matriks

perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa

alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu

skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal

importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan

yang paling tinggi (extreme importance).

3. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor

method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur

pengambilan keputusan.

4. Logical Consistency

Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini

dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh

dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu

vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan

(29)

2.2.1 Penyusunan Prioritas

Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan

berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen

untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk

matriks. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2, …, An) yang

akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara lain � dan

�� dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison.

Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 An

A1 a11 a12 a1n

A2 a21 a22 a2n

Am am1 am2 amn

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen �1 (baris) terhadap �1 (kolom) yang

menyatakan hubungan :

a) Seberapa jauh tingkat kepentingan �1 (baris) terhadap suatu kriteria

dibandingkan dengan �1 (kolom) atau

b) Seberapa jauh dominasi �1 (baris) terhadap �1 (kolom) atau

c) Seberapa banyak sifat keriteria terdapat pada �1 (baris) dibandingkan

dengan �1 (kolom).

d) Nilai perbandingan a11 = a22 = … amn = 1 yaitu diagonal utama.

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari

skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada

(30)
[image:30.595.113.515.100.675.2]

Tabel 2.2 Skala Saaty

Tingkat

Kepentingan

Defenisi Keterangan

1 Equal importance

(sama penting)

Kedua elemen mempunyai pengaruh

yang sama

3 Weak importance of

one over one another

(sedikit lebih penting)

Pengalaman dan penilaian sangat

memihak satu elemen dibandingkan

dengan pasangannya

5 Essential or strong

importance

(lebih penting)

Satu elemen sangat disukai dan secara

praktis dominasinya sangat nyata,

dibandingkan dengan elemen

pasangannya

7 Demonstrated

imported

(sangat penting)

Satu elemen terbukti sangat disukai dan

secara praktis dominasinya sangat

dibandingkan dengan elemen

pasangannya

9 Extreme importance

(mutlak lebih

penting)

Satu elemen mutlak lebih disukai

dibandingkan dengan pasangannya,

pada tingkat keyakinan tertinggi.

2,4,6,8

Intermediate values

between the two

adjacent judgments

Nilai diantara dua pilihan yang

berdekatan

Resiprokal Kebalikan

Jika elemen i memiliki salah satu angka

diatas ketika dibandingkan elemen j,

maka j memiliki kebalikannya ketika

(31)

Model AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana

elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker.

Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun

memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks

tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP

yang membagi habis suatu persoalan. Berikut ini contoh suatu Pair-Wise

Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu:

Baris 1 kolom 3: jika E dibandingkan dengan G, maka E lebih penting daripada G

yaitu sebesar 4, artinya: E essential atau strong importance dari pada G, dan

Angka 4 bukan berarti bahwa E empat kali lebih besar dari G, tetapi E strong

importance dibandingkan dengan G. Sebagai ilustrasi matriks resiprokal atau

berkebalikan, jika F dibandingkan dengan H, maka F strong importance daripada

H dengan nilai judgement sebesar 5. Dengan demikian pada baris 4 kolom 2 diisi

dengan kebalikan dari 5 yakni 1

5 . Artinya, H dibanding F ⇒ F lebih kuat dari H.

Jika G dibandingkan dengan F, maka G strong importance daripada F dengan

nilai judgement sebesar 3. Jadi baris 3 kolom 2 diisi dengan nilai 3 dan

(32)

2.2.2 Eigen value dan Eigen vector

Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk

setiap perbandingan antara keriteria – keriteria yang berada dalam satu level

(tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui keriteria

mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks

perbandingan di setiap level (tingkatan).

Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka

akan diberikan definisi – definisi mengenai vektor dari n dimensi, eigen value dan

eigen vector

1. Vektor dari n dimensi

Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen – elemen

yang teratur berupa angka–angka sebanyak n buah, yang disusun baik

menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector

dengan ordo 1 x n ) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut

vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua

vektor dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan Rn .

Untuk vektor u dirumuskan sebagai berikut:

��⃗ ∈ ��

��⃗ = � �1

�2

⋮ ��

� ��n

2. Eigen value dan Eigen vector

Defenisi: jika A adalah matriks n x n maka vektor tak nol x di dalam Rn dinamakan eigen vector dari A jika Ax kelipatan skalar x,

yakni:

Ax = ��

Skalar � dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vector yang

(33)

berukuran n x n, maka dapat ditulis pada persamaan berikut :

Ax = ��

atau

(�I − A) x = 0

Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari

persamaan ini. Akan tetapi, persamaan di atas akan mempunyai

pemecahan nol jika dan hanya jika:

det (λIA) = 0

persamaan ini dinamakan sebagai persamaan karakteristik A, skalar yang

memenuhi persamaan ini adalah eigen value dari A. Bila diketahui bahwa nilai

perbandingan elemen �terhadap elemen �adalah ���, maka secara teoritis

matriks tersebut berciri positif berkebalikan, ��� yakni = 1/��� Bobot yang dicari

dinyatakan dalam vektor ω =

1 ,ω2 ,ω3,…,ωn

)

. Nilai ωn menyatakan bobot

kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada sub sistem.

Jika ��� mewakili derajat kepentingan i terhadap faktor j dan ��

menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap k, maka agar keputusan menjadi

konsisten, kepentingan i terhadap faktor k harus sama dengan aij . ajk atau jika

aij . ajk = aik untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten.

Untuk suatu matriks konsisten dengan vektor ω , maka elemen ��� dapat

ditulis menjadi:

a

ij =

��

��

;

∀i, j =1,2,3, , n (1)

Jadi matriks konsisten adalah:

a

ij .

a

jk

=

��

��

.

��

�� =

a

ik

;

(2)

Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk pair-wise comparison matrix diuraikan

seperti berikut ini:

a

ij = ��

�� =

1 � � � �

=

1

�� (3)

(34)

a

ij

.

��

�� = 1 ; ∀i, j =1, 2, 3,…, n (4)

Dengan demikian untuk pair-wise comparison matrix yang konsisten menjadi :

∑�� =1 ���. ���.

1

��� = n ; ∀i, j =1, 2, 3,…, n (5)

∑��=1 ���. ���. = n . ��� ; ∀i, j =1, 2, 3,…, n (6)

Persamaan (6) ekivalen dengan bentuk persamaan matriks dibawah ini :

A. = n.� (7)

Dalam teori matriks, formulasi (7) diekspresikan bahwa � adalah eigen vector

dari matriks A dengan eigen value n.

Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi matriks itu sendiri. Dalam bentuk

persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut:

⎣ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎡ ��11

�1 �2 ⋯

�1 �� �2

�1 �2 �2 ⋯

�2 �� ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ �� �1 �� �2 ⋯

�� �� ⎦ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎤ . � �1 �2 ⋮ ��

� = n. � �1

�2

⋮ ��

� (8)

Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa

aij = ���

�� (9)

Salah satu faktor penyebabnya adalah karena unsur manusia (decision

maker) tidak selalu dapat konsisten mutlak (absolute consistent) dalam

mengekspresikan preferensinya terhadap elemen-elemen yang dibandingkan.

Dengan kata lain, bahwa judgement yang diberikan untuk setiap elemen persoalan

pada suatu level hierarchy dapat saja inconsistent.

1. Jika �1, �2, … � adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan:

A.x = �. x (10)

Dengan eigen value dari matriks A dan jika aij =1; ∀i =1,2, , n ; maka

dapat ditulis:

∑ ��= n (11)

(35)

memenuhi kadiah konsistensi seperti pada persamaan (2), maka

perkalian elemen matriks sama dengan 1.

A= ��11 �12

21 �22�⇒�21 =

1

�12

(12)

Eigen value dari matriks A,

AX – �A = 0

(A – I ) X = 0 (13)

|� − ��|= 0

Jika diuraikan lebih jauh untuk persamaan (13) hasilnya adalah :

�11− � �12 1− � 1

�21 �22 – � = 1 1 − � = 0 (14)

Dari persamaan (14) jika diuraikan untuk mencari harga eigen value

maximum (��� ) yaitu :

(1− �)2− 1 = 0

1− 2�+ �2− 1 = 0 �2 2= 0

(�)(� −2) = 0

�1= 0 ; �2 = 2

Dengan demikian matriks pada persamaan (12) merupakan matriks yang konsisten, dimana nilai λ-max sama dengan harga dimensi matriksnya. Jadi untuk n > 2, maka semua harga eigen value-nya sama

dengan nol dan hanya ada satu eigen value yang sama dengan n

(konstanta dalam kondisi matriks konsisten).

2. Bila ada perubahan kecil dari elemen matriks aij maka eigen value-nya

akan berubah menjadi semakin kecil pula. Dengan menggabungkan

kedua sifat matriks (aljabar linier), jika:

a. Elemen diagonal matriks A

(��� – 1) ∀i, j =1, 2, 3,…, n

b. Dan jika matriks A yang konsisten, maka variasi kecil dari (��� – 1)

i, j =1, 2, 3,…, n akan membuat harga eigen value yang lain mendekati nol.

(36)

2.2.3 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio

Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model – model

pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi

mutlak. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas

satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidakkonsistenan jawaban yang

diberikan responden. Namun, terlalu banyak ketidakkonsistenan juga tidak

diinginkan. Pengulangan wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang

diperlukan apabila derajat tidak konsistensinya besar.

Saaty telah membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari matriks berordo

n dapat diperoleh dengan rumus:

CI = ���� −�

(�−1) (15)

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

��� = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

n = Orde matriks

Apabila CI bernilai nol, maka pair wise comparison matrix tersebut

konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh

Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu

perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI) yang didapatkan

dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian

dikembangkan oleh Wharton School dan diperlihatkan seperti tabel 2.3. Nilai ini

bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat

dirumuskan sebagai berikut :

CR = ��

��

(16)

CR = rasio konsistensi

(37)
[image:37.595.165.462.100.261.2]

Tabel 2.3 Nilai Random Indeks (RI) Orde

matrkis

Random indeks

Orde matriks

Random indeks

Orde matriks

Random indeks

1 0,000 6 1,240 11 1,510

2 0,000 7 1,320 12 1,480

3 0,580 8 1,410 13 1,560

4 0,900 9 1,450 14 1,570

5 1,120 10 1,490 15 1,590

Sumber : Syaifullah, 2010

Bila matriks pair–wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100 maka

ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika tidak

maka penilaian perlu diulang.

2.3 Penentuan Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja Di Pasar Modern dengan AHP.

Penentuan variabel dominan yang mempengaruhi minat belanja mahasiswa

Universitas Sumatera Utara dalam pemilihan tempat belanja di pasar Modern

dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) dilakukan melalui langkah-langkah

berikut :

1. Mendefisinikan masalah dan menentukan tujuan yang diinginkan.

2. Penyusunan keriteria meliputi : harga, lokasi, pelayanan, kelengkapan

produk, kenyamanan dan promosi. Alternatif meliputi : Ramayana

Pringgan, Metro Medan Plaza, Macan Yaohan, Brastagi Mall dan

Carrefour Plaza Medan Fair.

3. Menyusun nilai perbandingan berpasangan antar kriteria dan antar

alternatif pada setiap kriteria yang diperoleh dari kuisioner.

4. Perhitungan masing-masing bobot pada matriks perbandingan antar

kriteria dan antar alternatif menurut semua kriteria.

5. Perhitungan total nilai bobot hirarki prioritas pilihan jenis tanaman

berdasarkan perkalian bobot kriteria dengan masing-masing nilai bobot

alternatif pada setiap kriteria yang telah dihitung.

(38)

mendapatkan penilaian kriteria yaitu dengan cara memasukkan elemen-elemen ke

dalam perbandingan secara berpasangan untuk memberikan penilaian tingkat

kepentingan masing-masing elemen. Dalam menentukan tingkat kepentingan dari

elemen-elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan, penilaian

pendapat dilakukan dengan menggunakan fungsi berfikir, dikombinasikan dengan

preferensi perasaan dan penginderaan. Penilaian dapat dilakukan dengan

komparasi berpasangan yaitu dengan membandingkan setiap elemen dengan

elemen lainnya pada setiap keriteria sehingga didapat nilai kepentingan elemen

dalam bentuk pendapat yang bersifat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian

Saaty sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif).

Kuisoner yang sudah disusun disebarkan ke mahasiswa Universitas

Sumatera Utara dalam hal ini responden yang diambil adalah mahasiswa stambuk

(39)

CPM

RP MMP MY BM

[image:39.612.114.536.82.505.2]

Gambar 2.3 Skema Hirarki Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja Di Pasar Modern

Keterangan :

Ha = Harga RP = Ramayana Pringgan

Lok = Lokasi MMP = Metro Medan Plaza

Pel = Pelayanan MY = Macan Yaohan

Kel = Kelengkapan Produk BM = Brastagi Mall

Ken = Kenyamanan CPM` = Careefour Plaza Medan Fair

Pro = Promosi

Variabel Dominan Mempengaruhi Minat Belanja Mahasiswa MIPA

USU Di Pasar Modern

(40)

2.4 Pengertian Pasar

(Faisal Reza, 2011) menguraikan pengertian pasar dan jenis-jenisnya. Pengertian

pasar atau definisi pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli

barang dan jasa. Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi.

Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Syarat terjadinya transaksi

adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada

kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

2.5 Jenis-Jenis Pasar

2.5.1Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya.

Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata

ataupun pasar tidak nyata (abstrak). Maka kita lihat penjabaran berikut ini:

1) Pasar Nyata.

Pasar nyata adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan

dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.

2) Pasar Abstrak.

Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar

barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya

dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar

saham, pasar modal dan pasar valuta asing.

2.5.2 Jenis pasar menurut cara transaksinya.

Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional

dan pasar modern.

1) Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual

dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung.

Barang-barang yang diperjual belikan adalah Barang-barang yang berupa Barang-barang kebutuhan

(41)

2) Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang

diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat

berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern

lainnya.

2.5.3 Jenis Pasar menurut jenis barangnya.

Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar

hewan, pasar sayur, pasar buah, pasar ikan dan daging serta pasar loak.

2.5.4 Jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi.

Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan

menjadi:

1) Pasar Lokal

2) Pasar Daerah

3) Pasar Nasional dan

(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan di bahas secara khusus penentuan variabel dominan atau

perangkingan keriteria dan alternatif yang mempengaruhi minat belanja di pasar

modern dengan metode Analitic Hierarchy Process (AHP).

3.1 Pengumpulan Data 3.1.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer berupa

pengisian kuisioner perbandingan antar keriteria dan perbandingan antar alternatif

oleh mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada stambuk

2010-2013.

3.1.2 Sampel

Untuk menghasilkan data yang lebih baik, maka responden dari penelitian ini dipilih

dari seluruh mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang

masih aktif yang jumlahnya ditentukan dengan menggunakan perhitungan sampel

acak sederhana (J.Supranto, 1992). Supranto mendefinisikan bahwa sampel acak

sederhana adalah jika suatu n elemen dipilih dari suatu populasi dengan N elemen

sedemikian hingga setiap kemungkinan sampel n elemen mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih.

Adapun perhitungan sampel acak sederhana untuk menghitung jumlah responden

adalah :

n = � . � 2

( �−1 ) � + σ2

�2 = �����

4 �

2

D = � �

Z� 2

(43)

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

B = Batas kesalahan nilai yang ditoleransi

�2 = Tingkat variansi Z�

2

= Diambil dari table distribusi normal

D = Tingkat keyakinan dari Z� 2 Range = Interval penilaian

Dalam penelitian ini, populasinya adalah jumlah mahasiswa Fakultas

Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam yaitu 3.382 mahasiswa (Data dari Direktori

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Maret 2014). Tingkat keyakinan 95%

merupakan persentase keyakinan yang dianjurkan oleh supranto dalam sebuah

penelitian. Dengan keyakinan 95% dan B=1, maka : α = 0,05

�0,025 = 1,96 ( dari table distribusi normal )

D = ( 1 1,96 )

2 = 0,26

�2 = ( 16 4 )

2 = 16

Maka jumlah responden adalah

n = (3382).(16)

(33821).(0,26)+16

n = 54.112

895,06 = 60,46 ≈61

Maka dari 3.382 jumlah Mahasiswa Fakultas MIPA USU sebagai populasi

dibutuhkan 61 responden.

3.1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas MIPA USU Medan Jl. Biotegnologi No 1

(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria

Hasil analisis preferensi gabungan dari 61 responden untuk 6 keriteria penentuan

variabel dominan atau perangkingan keriteria yang mempengaruhi minat belanja

mahasiswa FMIPA USU di pasar modern yaitu perbandingan berpasangan antara

harga (Ha), Lokasi (Lok), Pelayanan (Pel), kelengkapan produk (Kel), kenyamanan

(Ken) dan Promosi (Pro). Hasil gabungan perbandingan menunjukkan bahwa

keriteria harga (Ha), tiga (3) kali lebih penting dari keriteria lokasi (Lok), keriteria

kelengkapan produk (Kel) enam (6) lebih penting dari pelayanan (Pel), keriteria

promosi (Pro) 3 kali lebih penting dari pelayanan (Pel) dan lebih lengkapnya seperti

[image:44.612.124.518.411.644.2]

pada table 4.1.1

Tabel 4.1.1 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria

Keriteria Ha Lok Pel Kel Ken Pro

Ha 1 3 7 2 4 3

Lok 1

3 1 5

1

2 3 2

Pel 1

7 1 5 1 1 6 1 2 1 3

Kel 1

2 2 6 1 5 3

Ken 1

4

1

3 2

1

5 1 2

Pro 1

3 1 2 3 1 3 1 2 1

Matriks perbandingan berpasangan pada table 4.1 adalah hasil analisis preferensi

(45)

setiap perbandingan berpasangan antar keriteria. Perhitungan matriks untuk setiap

perbandingan antar keriteria selanjutnya adalah menyederhanakan matriks

perbandingan pembobotan. Setelah matriks disederhanakan selanjutnya

menjumlahkan setiap kolom, hasilnya seperti table 4.1.2

Tabel 4.1.2 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria yang Disederhanakan

Keriteria Ha Lok Pel Kel Ken Pro

Ha 1.000 3.000 7.000 2.000 4.000 3.000

Lok 0.333 1.000 5.000 0.500 3.000 2.000

Pel 0.143 0.200 1.000 0.167 0.500 0.333

Kel 0.500 2.000 6.000 1.000 5.000 3.000

Ken 0.250 0.333 2.000 0.200 1.000 2.000

Pro 0.333 0.500 3.000 0.333 0.500 1.000

∑ 2,560 7,033 24,000 4,200 14,000 11,333

Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang

bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen

dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap baris. Hasilnya dapat pada tabel 4.3

(46)

Tabel 4.1.3 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Keriteria yang Dinormalkan

Keriteria Ha Lok Pel Kel Ken Pro Vector

eigen

Ha 0.391 0.427 0.292 0.476 0.286 0.265 0.356

Lok 0.130 0.142 0.208 0.119 0.214 0.176 0.165

Pel 0.056 0.028 0.042 0.040 0.036 0.029 0.038

Kel 0.195 0.284 0.250 0.238 0.357 0.265 0.265

Ken 0.098 0.047 0.083 0.048 0.071 0.176 0.087

Pro 0.130 0.071 0.125 0.079 0.036 0.088 0.088

Selanjutnya nilai eigen maksimum (����) didapat dengan menjumlahkan

hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. Nilai eigen maksimum yang dapat

diperoleh adalah:

���� = (2,560 x 0,356) + (7,033 x 0,165) + (24,000 x 0,038) + (4,200 x 0,265) + (14,000 x 0,087) + (11,333 x 0,088) = 6,331

Karena matriks berordo 6 (yakni terdiri dari 6 kriteria), nilai indeks konsistensi yang

diperoleh :

CI = ���� −�

(�−1)

=

6,331−6

6−1

=

0,331

5

=

0,066

Untuk n = 6, RI = 1,240 (table Saaty), maka :

CR = ��

��

=

0,066

1,240

= 0,053 < 0,100

Karena CR < 0,100 berarti preferensi rensponden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada matriks keriteria yang dinormalkan menunjukkan

bahwa : kriteria harga (Ha) merupakan kriteria yang paling dominan mempengaruhi

(47)

%, berikutnya adalah kriteria kelengkapan produk (Kel) dengan bobot 0,265 atau 26,5

%, kriteria lokasi (Lok) dengan bobot 0,165 atau 16,5 % , kriteria promosi (Pro)

dengan bobot 0,088 atau 8,8 % , kriteria kenyamanan (Ken) dengan bobot 0,087 atau

8,7% dan untuk kriteria pelayanan (Pel) dengan bobot 0,038 atau 3,8%.

4.2 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga

Hasil analisis preferensi gabungan dari 61 responden untuk perbandingan

berpasangan kriteria harga pada 5 pasar modern adalah perbandingan berpasangan

antara Ramayana Pringgan (RP), Metro Medan Plaza (MMP), Macan Yaohan (MY),

Brastagi Mall (BM) dan Carrefour Plaza Medan Fair (CPM). Hasil gabungan

menunjukkan bahwa Ramayana Pringgan (RP) 3 kali lebih penting dari Macan

Yaohan (MY), Metro Medan Plaza (MMP) 2 kali lebih penting dari Macan Yaohan

(MY). Selengkapnya diperoleh hasil preferensi dalam matriks resiprokal pada tabel

[image:47.612.158.483.395.592.2]

4.2.1

Tabel 4.2.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga

Alternatif RP MMP MY BM CPM

RP 1 2 3 2 1

3

MMP 1

2 1 2 5

1 3

MY 1

3

1

2 1

1 2

1 7

BM 1

2

1

5 2 1

1 5

CPM 3 3 7 5 1

Matriks perbandingan berpasangan pada tabel 4.2.1 adalah hasil analisis preferensi

gabungan dari 61 responden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk setiap

perbandingan berpasangan antar alternatif menurut kriteria harga. Perhitungan

(48)

matriks perbandingan pembobotan. Setelah matriks disederhanakan selanjutnya

[image:48.612.150.493.144.395.2]

menjumlahkan setiap kolom, hasilnya seperti pada tabel 4.2.2

Tabel 4.2.2 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga yang Disederhanakan

Alternatif RP MMP MY BM CPM

RP 1.000 2.000 3.000 2.000 0.333

MMP 0.500 1.000 2.000 5.000 0.333

MY 0.333 0.500 1.000 0.500 0.143

BM 0.500 0.200 2.000 1.000 0.200

CPM 3.000 3.000 7.000 5.000 1.000

∑ 5,333 6,700 15,000 13,500 2,010

Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah total pada kolom yang

bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Perhitungan untuk

menormalkan matriks yang disederhanakan diformulasikan sebagai berikut : a11 pada

matriks yang dinormalkan dihasilkan dari a11 pada matriks yang disederhanakan

dibagi jumlah kolom 1 (a), a12 pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari a12

pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai

vector eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk tiap baris. Hasilnya seperti

(49)
[image:49.612.138.505.110.300.2]

Tabel 4.2.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Harga yang Dinormalkan

Alternatif RP MMP MY BM CPM Vector

eigen

RP 0.188 0.299 0.200 0.148 0.166 0.200

MMP 0.094 0.149 0.133 0.370 0.166 0.183

MY 0.063 0.075 0.067 0.037 0.071 0.062

BM 0.094 0.030 0.133 0.074 0.100 0.086

CPM 0.563 0.448 0.467 0.370 0.498 0.469

Selanjutnya nilai eigen maksimum (����) didapat dengan menjumlahkan

hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. Nilai eigen maksimum yang dapat

diperoleh adalah:

���� = (5,333 x 0,200) + (6,700 x 0,183) + (15,000 x 0,062) + (13,500 x 0,086) + (2,010 x 0,469) = 5,330

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh :

CI = ���� −�

(�−1)

=

5,330−5

5−1

=

0,330

4

=

0,083

Untuk n = 5, RI = 1,120 (table Saaty), maka :

CR = ��

��

=

0,083

1,120

= 0,074 < 0,100

Karena CR < 0,100 berarti preferensi rensponden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.2.3 diperoleh urutan alternatif untuk

keriteria harga yakni Carrefour Plaza Medan Fair (CPM) dengan nilai bobot 0,469

atau 46,9%, kemudian Ramayana Pringgan (RP) 0,200 atau 20%, Metro Medan

Plaza (MMP) dengan nilai bobot 0,183 atau 18,3%, Brastagi Mall (BM) dengan nilai

(50)

4.3 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Lokasi

Perbandingan berpasangan keriteria lokasi pada jenis alternatif pasar modern adalah

perbandingan berpasangan antara Ramayana Pringgan (RP), Metro Medan Plaza

(MMP), Macan Yaohan (MY), Brastagi Mall (BM) dan Carrefour Plaza Medan Fair

(CPM). Hasil gabungan menunjukkan bahwa Ramayana Pringgan (RP) 5 kali lebih

penting dari Macan Yaohan (MY), Metro Medan Plaza (MMP) 4 kali lebih penting

dari Ramayana Pringgan (RP) , Brastagi Mall (BM) 2 kali lebih penting dari Macan

Yaohan (MY). Sehingga diperoleh hasil preferensi dalam matriks resiprokal seperti

[image:50.612.167.474.307.548.2]

Tabel 4.3.1

Tabel 4.3.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Lokasi

Alternatif RP MMP MY BM CPM

RP 1 1

4 5 2

1 5

MMP 4 1 7 3 1

2

MY 1

5

1

7 1

1 2

1 5

BM 1

2

1

3 2 1

1 6

CPM 5 2 5 6 1

Perhitungan matriks untuk kriteria program pemerintah adalah meyederhanakan

(51)
[image:51.612.156.487.107.360.2]

Tabel 4.3.2 Matriks Evaluasi untuk Keriteria Lokasi yang Disederhanakan

Alternatif RP MMP MY BM CPM

RP 1.000 0.250 5.000 2.000 0.200

MMP 4.000 1.000 7.000 3.000 0.500

MY 0.200 0.143 1.000 0.500 0.200

BM 0.500 0.333 2.000 1.000 0.167

CPM 5.000 2.000 5.000 6.000 1.000

∑ 10,700 3,726 20,000 12,500 2,067

Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah total pada kolom yang

bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen

dihasilkan dari rata-rata nilai bobot relatif untuk tiap baris, hasilnya dapat dilihat pada

[image:51.612.150.492.494.699.2]

tabel 4.3.3

Tabel 4.3.3 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Lokasi yang Dinormalkan.

Alternatif RP MMP MY BM CPM Vector

eigen

RP 0.093 0.067 0.250 0.160 0.097 0.133

MMP 0.374 0.268 0.350 0.240 0.242 0.295

MY 0.019 0.038 0.050 0.040 0.097 0.049

BM 0.047 0.089 0.100 0.080 0.081 0.079

(52)

Selanjutnya nilai eigen maksimum (����) didapat dengan menjumlahkan

hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. Nilai eigen maksimum yang dapat

diperoleh adalah:

���� = (10,700 x 0,133) + (3,726 x 0,295) + (20,000 x 0,049) +(12,500 x 0.079) + (2,067 x 0,444) = 5,441

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh :

CI = ���� −�

(�−1)

=

5,441− 5

5−1

=

0,441

4

=

0,103

Untuk n = 5, RI = 1,120 (table Saaty), maka :

CR = ��

��

=

0,103

1,120

= 0,092 < 0,100

Karena CR < 0,100 berarti preferensi rensponden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.3.4 diperoleh urutan pasar modern untuk keriteria

lokasi yaitu Carrefour Plaza Medan Fair (CPM) menjadi unggulan yang pertama

dengan nilai bobot 0,444 atau 44,4%, kemudian Metro Medan Plaza (MMP) dengan

nilai bobot 0,295 atau 29,5% , Ramayana Pringgan (RP) dengan nilai bobot 0,133

atau 13,3%, Brastagi Mall (BM) dengan nilai bobot 0,079 atau 7,9% dan Macan

Yaohan (MY) dengan nilai bobot sebesar 0,049 atau 4,9%.

4.4 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Keriteria Pelayanan

Hasil analisi preferensi gabungan dari 61 responden untuk perbandingan berpasangan

keriteria pelayanan pada 5 pasar modern adalah perbandingan berpasangan antara

Ramayana Pringgan (RP), Metro Medan Plaza (MMP), Macan Yaohan (MY),

Brastagi Mall (BM) dan Carrefour Plaza Medan Fair (CPM). Hasil gabungan

menunjukkan bahwa Ramayana Pringgan (RP) 2 kali lebih penting dari Macan

Yaohan (MY), Metro Medan Plaza (MMP) sama penting dengan Macan Yaohan

(53)

Medan Plaza (MMP) dan Brastagi Mall (BM). Selengkapanya diperoleh hasil

[image:53.612.151.490.142.329.2]

preferensi dalam matriks resiprokal seperti tabel 4.4.1

Tabel 4.4.1 Matriks Faktor Evaluasi untuk Keriteria Pelayanan

Alternatif RP MMP MY BM CPM

RP 1 2 2 3 1

2

MMP 1

2 1 1

1 3

1 3

MY 1

2 1 1

1 2

1 5

BM 1

3 3 2 1

1 2

CPM 2 3 5 2 1

Matriks perbandingan berpasangan pada tabel 4.4.1 adalah hasil analisis preferensi

gabungan 61 responden dengan cara menghitung rata-rata geometri untuk setiap

perbandingan berpasangan antar altern

Gambar

Gambar 2.2 Struktur Hirarki yang Incomplet
Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 2.2 Skala Saaty
Tabel 2.3 Nilai Random Indeks (RI)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Agar perwira yang bertanggung jawab atas alat-alat pemadam kebakaran benar-benar memperhatikan perawatan alat pemadam kebakaran agar dapat berfungsi dengan baik pada saat

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, diperoleh kesimpulan yakni : implementasi arsitektur basis data terdistribusi dengan konsep Homogenous Distributed Database

Meskipun hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata, namun berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan diameter stump yang lebih besar (0,14 mm)

Menurut para penganut paradigma critical theory et al , keadilan justru dapat tercapai ketika, demi memenuhi rasa keadilan masyarakat, hukum harus ditafsir secara

Konsep Ulul albāb yang ada pada surat Ali Imran ayat 190-191 adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah swt dalam setiap keadaan baik itu dalam

Hasil belajar siswa dibawah nilai kkm yang disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang kreatif, sehingga peserta didik tidak berantusias mengikuti

Dalam sebuah lembaga pendidikan tentunya tidak akan perah lepas dari adanya masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan belajar

Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain saling berinteraksi melalui