• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Sejalan dengan komitmen nasional untuk melakukan tranformasi dan reformasi di segala bidang, dewasa ini di Indonesia dituntut untuk dapat membentuk kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat madani secara nyata yang terlibat dalam berbagai upaya kolaborasi di segala bidang, antara lain; dalam penyusunan perundang-undangan, pelaksanaan program pembangunan dan pengelolaan bersama sarana dan prasarana publik.

Unsur-unsur dalam kepemerintahan (Governance) dapat di kelompokkan menjadi 3 domain yaitu:

a. Negara/Pemerintahan : Konsepsi Kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani.

b. Sektor swasta : Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan yang aktif dalam interaksi sistem pasar, seperti : industri perkebunan, pengolahan perdagangan, perbankan dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. c. Masyarakat Madani : Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan

pada dasarnya berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi. (Sumber : Sedarmayanti. 2007; hal 2)

(2)

3

Paradigma ini sangat berkaitan erat dengan pendekatan perumusan dan implementasi kebijakan publik pada setiap bidang, peran pemerintah yang tadinya dipandang sebagai aktor paling dominan dalam proses pembangunan, kini telah bergeser perannya menjadi pengendali bukan lagi sebagai pelaksana (pengayuh).

Mekanisme perumusan dan implementasi kebijakan dalam perkembangannya dewasa ini tidak lagi berpusat pada pemerintah, namun terletak pada institusi-institusi sektor swasta maupun masyarakat. Menurut Kenneth E. Boulding dalam Soeharto (2008; hal 3), kebijakan berpusat pada institusi-institusi yang dapat menciptakan integrasi dan mencegah alienasi. Kebijakan pada dasarnya bertujuan membangun identitas seseorang, dalam kaitannya untuk memajukan masyarakat di daerah sekitar tempat mereka tinggal.

Berdasarkan Visi dan Misi Perusahaan PT. Gunung Madu Plantations, Visi : “Menjadi produsen gula yang paling efisien di ASEAN dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha yang berbasis pertanian serta pengembangan produk atau diversifikasi”. Misi : “1. Membantu terwujudnya swasembada gula nasional melalui penerapan teknologi yang inovatif; 2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan; 3. Membantu meningkatkan pengembangan daerah sekitar; 4. Meningkatkan keuntungan pemegang saham”.

(3)

Serta himbauan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Guna memberdayakan masyarakat sekitar, maka sejak tahun 2003 dirintislah Program Kemitraan Tebu PT.GMP dengan masyarakat sekitar.

“Kemitraan sebagaimana yang diungkapkan oleh sejumlah pakar menunjuk

kepada suatu sistem kerjasama antara pemerintah dan non pemerintah dalam kedudukan sejajar dalam rangka mencapai tujuan bersama. Memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominisator merupakan langkah pertama kearah membangun sebuah organisasi

kemitraan.”(Sumber : Eisler dan Mountouri, 1997; hal 395)

Kerjasama kemitraan PT.Gunung Madu Plantations dengan masyarakat berbentuk pelaksanaan program pembangunan dan pengelolaan bersama sarana dan prasarana publik. Kerjasama ini tentunya sangat berkaitan erat dengan proses perumusan dan implementasi kebijakan perusahaan dengan masyarakat sekitar.

Perusahaan merespon positif keinginan masyarakat di daerah sekitar untuk bermitra menanam dan memasok tebu bagi pabrik. Dengan terealisasikannya program kemitraan ini maka para petani mempunyai pilihan tanaman budidaya jenis tebu yang lebih beragam, sehingga berpeluang memperbaiki pendapatan mereka.

(4)

5

Kemitraan tebu operasional adalah bentuk kerjasama dengan mekanisme seluruh modal, pengelolaan dan produksi dikerjakan sepenuhnya oleh perusahaan masyarakat hanya sebatas menyediakan lahan.

Kemudian, kemitraan tebu mandiri adalah bentuk kerjasama dimana masyarakat (petani) menyediakan lahan, modal, pengelolaan dan produksi dengan bantuan pinjaman modal, supervisi, pengawasan dan penyuluhan dari pihak perusahaan. Selanjutnya, kemitraan jual-beli tebu adalah hasil panen tebu yang dijual oleh masyarakat kepada pihak perusahaan yang di distribusikan langsung ke pabrik untuk di produksi.

Proses kerjasama kemitraan tebu yang diterapkan oleh PT. Gunung Madu Plantations dengan masyarakat sekitar sejak tahun 2003 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Kemitraan PT.Gunung Madu Plantations Tahun 2011

Wilayah Kemitraan Desa Kemitraan Luas Kemitraan

(5)

1 2 3 Total Luas Lahan Kemitraan Tahun 2011 1.782,84 Hektar (Sumber : Divisi Kemitraan PT.Gunung Madu Plantations Tahun 2011)

Pada Tabel 1. kemitraan PT. Gunung Madu Plantations pada tahun 2011 di atas dapat dideskripsikan bahwa program kemitraan perusahaan dengan masyarakat lingkungan sekitar terbagi menjadi 4 (empat) wilayah kemitraan tebu yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) program kemitraan diantaranya; kemitraan (KSO), kemitraan (MM-GMP), dan program kemitraan jual-beli tebu.

(6)

7

Berdasarkan Tabel 1 di atas. Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations pada tahun 2011 terdapat 4 (empat) wilayah kemitraan tebu yang tersebar di masyarakat sekitar. Diantara keempat wilayah tersebut khususnya untuk di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai terdapat 3 (tiga) kemitraan tebu mandiri seperti yang dijelaskan oleh Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2.Kemitraan Tebu Mandiri di Desa Gunung Batin Udik

(7)

1 2 3 4 5 (Sumber : Divisi Kemitraan PT.Gunung Madu Plantations Tahun 2011)

Pada Tabel 2. Kemitraan tebu mandiri di Desa Gunung Batin Udik di atas dapat dipaparkan bahwa di wilayah Desa Gunung Batin Udik terdapat 3 (tiga) kelompok kerjasama kemitraan.

Pertama, Gunung Batin Udik Sarjono memiliki lahan seluas 30,73 Hektar, Kedua, Gunung Batin Udik Raja Asal memiliki lahan seluas 78,16 Hektar dan yang ketiga, Gunung Batin Udik Idealis memiliki lahan seluas 38,93 Hektar. Dengan total luas lahan kemitraan sebesar 147,82 Hektar.

(8)

9

Berdasarkan hasil wawancara pra-riset yang telah peneliti lakukan di lapangan, dalam proses implementasi peran yang dilakukan oleh petani mitra masih terdapat sejumlah kendala diantaranya; dari proses pengadaan modal yang dipinjamkan perusahaan melalui pihak ketiga (bank) bunganya masih tinggi ditambah lagi proses pengurusannya memakan waktu yang panjang sehingga memberatkan para petani untuk melaksanakan proses implementasi peran penyediaan modal.

Modal merupakan salah satu aspek penting dalam proses pelaksanaan kerjasama kemitraan di lapangan terutama bagi petani mitra yang akan mengelola lahannya. Tingginya suku bunga pinjaman yang diberikan oleh pihak ketiga menyebabkan petani menjadi kesulitan dalam mempersiapkan modal untuk mengelola lahan mitra.

Kemudian dalam proses pengelolaan lahan, petani masih terkendala oleh penyediaan tenaga kerja tanam dan perawatan. Serta peralatan mekanisasi pertanian (alat kultirasi dan peralatan pemupukan). Kendala yang dirasakan tersebut disebabkan oleh masih banyaknya petani baru yang mengikuti proses kerjasama kemitraan tebu mandiri PT. Gunung Madu Plantations.

(9)

Sulitnya ketersediaan tenaga tebang dan kendaraan angkut disebabkan oleh banyaknya perusahaan sejenis yang memerlukan tenaga tebang dan kendaraan angkut.

Berikutnya kondisi jalan yang buruk menyebabkan terhambatnya proses distribusi hasil produksi ke pabrik. Kondisi ini dikarenakan oleh minimnya perhatian dari pihak aparatur pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur di sekitar lahan kemitraan masyarakat setempat.

Berdasarkan pemaparan kendala-kendala diatas, penulis tertarik untuk meneliti Bagaimanakah implementasi kebijakan dari kerjasama kemitraan tebu mandiri (MM-GMP) Perusahaan PT. Gunung Madu Plantations Dengan Masyarakat Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

(10)

11

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Pola Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations dengan Masyarakat Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengembangkan teori-teori Ilmu Pemerintahan, terutama teori tentang Implementasi Kebijakan.

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Pada dekade abad 21 bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi dan globalisasi. Dewasa ini tuntutan tersebut mengemuka dengan nuansa berbeda sesuai dengan kemajuan zaman. Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang di seluruh wilayah pemerintahan negara menuntut adanya reformasi sistem Pemerintahan dan Birokrasi termasuk perekonomiannya. Sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan antar bangsa berlangsung secara efisien.

Dalam upaya menghadapi berbagai tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang perlu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur peradaban bangsa dan prinsip ‘Good Governance’ dalam

(12)

Sehingga dalam proses implementasi kebijakan kemitraan tersebut dapat memperoleh sumber daya tambahan bagi perusahaan dan petani mitra serta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan secara sustainable (berkelanjutan) untuk kedepannya.

Selanjutnya, Van Meter dan Horn (1978; hal 12) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut : “Policy implementation ecompasses those actions private, individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions”. Definisi tersebut memberikan makna bahwa implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pihak swasta dengan individu-individu (dan kelompok) yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan bersama.

Dalam proses implementasi kebijakan kemitraan perusahaan menurut teori Van Meter dan Horn di atas, idealnya adalah bahwa implementasi kemitraan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok (petani mitra) dengan Perusahaan diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan atau disepakati antara kedua belah pihak. Sehingga dari proses implementasi kebijakan tersebut dapat meningkatkan hasil produksi perusahaan dan meningkatkan taraf hidup, ekonomi, kemandirian dan kesejahteraan petani mitra.

(13)

Yang mendefinisikan bahwa kebijakan sosial sejatinya merupakan kebijakan kesejahteraan (welfare policy), yakni kebijakan yang secara khusus melibatkan program-program pelayanan sosial bagi kelompok-kelompok masyarakat.

Tindakan implementasi kebijakan pada dasarnya adalah tindakan yang berusaha untuk mentransformasikan kebijakan yang dibuat menjadi pola-pola operasional, serta melanjutkan usaha untuk mencapai sebuah perubahan yang lebih baik sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan masyarakat (petani mitra).

B. Pengertian Pola Kemitraan

Menurut Tennyson (1998; hal 109), Kemitraan adalah kesepakatan antar sektor di mana individu, kelompok, atau organisasi sepakat bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama-sama menanggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerjasama. Menurut Tennyson ada tiga prinsip penting dalam membentuk sebuah program kemitraan yaitu :

1. Kesetaraan dan keseimbangan (equity), pendekatannya bukan top down atau bottom up, bukan pula berdasar pada kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya. Untuk menghindari antagonisme perlu dibangun rasa percaya. 2. Transparasi, prinsip ini diperlukan untuk menghindari rasa curiga antar

(14)

☎ ✆

3. Saling menguntungkan, suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Menurut Dwi Kartini (2009; hal 107-109) Pola kemitraan yang sering diterapkan di Indonesia antara lain :

1. Pola Kemitraan Kontra Produktif

(15)

Terlebih hal ini juga dapat memicu terjadinya fenomena buruk kapan saja misal pemogokan oleh karyawan atau buruh, unjuk rasa oleh komunitas (kelompok) masyarakat, pencemaran lingkungan serta eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Keadaan terburuk juga mungkin terjadi yakni terhentinya aktivitas atau bahkan tutupnya perusahaan.

2. Pola Kemitraan Semi Produktif

(16)

17

3. Pola Kemitraan Produktif

Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam paradigma common interest. Prinsip simbiosis mutualisme sangat kental. Pada pola ini perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan dukungan positif kepada perusahaan. Bisa jadi mitra di libatkan pada pola hubungan resource based partnership dimana mitra diberikan kesempatan menjadi bagian shareholders. Skenario ini dapat menimbulkan sense of belonging membangun kepercayaan yang semakin tinggi (high trast, high security level) serta hubungan sinergis antara subyek-subyek dalam paradigmacommon interest.

Prinsip-prinsip Program Kemitraan Tebu Mandiri yang diterapkan oleh perusahaan PT. Gunung Madu Plantations kepada masyarakat Desa Gunung Batin Udik meliputi :

- Saling membantu, saling percaya - Mengharapkan hasil/manfaat bersama

- Sama-sama untung, bila rugi sama ditanggung - Sukarela, tidak ada keterpaksaan

- Semua data disampaikan secara terbuka

(17)

C. Tatacara Keikutsertaan Program Kemitraan Mandiri

a. Administrasi

1. Menyerahkan bukti asli kepemilikan tanah berupa : - Sertifikat

- Surat Keterangan Tanah - Surat Hibah

- Akta Jual Beli

- Surat Keterangan Tua-tua Kampung - Surat Keterangan Jual Beli

2. Mengajukan surat pendaftaran ke Perusahaan diketahui oleh Kepala Kampung

3. Bila sebagai petani penggarap, maka ada surat pernyataan persetujuan dari pemilik tanah.

4. Menyerahkan fotocopy KTP (suami dan istri bila sudah berkeluarga) 5. Tanah tidak dalam sengketa atau dalam agunan

6. Dibuat Surat Perjanjian Kerjasama Kemitraan (disiapkan oleh Perusahaan)

- Antara Petani dengan Kelompok Tani, diketahui Kepala Kampung - Antara Kelompok Tani dengan Perusahaan, diketahui Kakam dan

Camat

- Petani membuat Surat Kuasa Khusus kepada Kelompok Tani

(18)

19

b. Lokasi Letak Tanah

1. Mengelompok dengan jarak kurang lebih 50 KM 2. Ada jalan untuk menuju lokasi

c. Penentuan Luas Tanah

1. Lokasi tanah akan diukur bersama-sama pemilik dengan Perusahaan 2. Hasil pengukuran merupakan luas kotor

3. Luas bersih adalah luas tanaman tebu, ( setelah dipotong jalan kebun/rawa)

4. perhitungan jalan kebun ditanggung bersama d. Penghitungan Bagi Hasil

1. Hasil gula rata-rata kelompok (MM-GMP) dikali luas tebu panen 2. Harga Jual Gula adalah harga jual pabrik rata-rata dalam 1 (satu)

musim

3. Pembayaran diatur 2 (dua) tahap :

- Sebulan setelah selesai giling (produksi) sebesar : 70% - Bulan Maret tahun berikutnya sebesar : 30%

4. Bagi hasil dibayarkan langsung kepada petani e. Pembiayaan

(19)

E. Tatacara Pelaksanaan Program Kerjasama Kemitraan Mandiri

a. Lokasi Lahan

Lahan yang dimitrakan melalui Kerjasama Kemitraan Mandiri adalah lahan yang memenuhi kriteria:

1. Secara geografis terpisah atau tidak berbatasan langsung dengan lahan perkebunan yang sudah dikelola oleh perusahaan sehingga antara lahan yang dimitrakan dengan lahan Perusahaan menjadi hamparan yang tidak menyatu.

2. Tidak dapat diolah secara bersamaan dengan lahan milik Perusahaan karena adanya pembatas jarak yang menghalangi akses operasional dari lahan Perusahaan ke lahan yang dimitrakan atau sebaliknya. b. Status Kepemilikan Lahan

Lahan yang dimitrakan melalui Kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri adalah lahan yang memenuhi kriteria kepemilikan :

1. Dimiliki atau dikuasai secara sah oleh pihak yang mengajukan yang dibuktikan dengan dokumen asli seperti Sertifikat Hak Milik (SHM), Akte Jual Beli (AJB), Surat Keterangan Lahan (SKL), surat-surat lainnya yang dapat dibuktikan keabsahannya atau surat perjanjian sewa-menyewa.

(20)

21

c. Penentuan Luas Lahan

1. Luas lahan yang dijadikan dasar penghitungan kemitraan adalah luas lahan yang dapat ditanam dengan tanaman tebu, bukan luas lahan yang tercantum dalam surat kepemilikan lahan.

2. Penentuan luas tanam adalah berdasarkan pengukuran di lapangan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur teknis yang sah yaitu theodoli, teropong, atau GPS.

d. Sistem Pengelolaan

Pengelolaan lahan yang dimitrakan melalui Kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri diatur dengan tata cara sebagai berikut :

1. Secara berkelompok/ terorganisir mengajukan permohonan untuk memitrakan lahan kepada Perusahaan dengan menunjukkan dokumen kepemilikan yang sah dan menunjukkan lokasi serta batas-batas lahan kepada petugas perusahaan.

2. Perusahaan Menunjuk Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations sebagai wadah/badan yang akan mengkoordinir/memfasilitasi para pemilik lahan dalam melaksanakan kerjasama kemitraan dengan perusahaan.

(21)

Menjadi perkebunan tebu dengan segala sumber daya yang disediakan oleh pemilik atau Divisi Kemitraan mulai dari tahap pembukaan lahan, penanaman sampai dengan pemanenan dan pengangkutan tebu layak panen ke pabrik milik perusahaan.

4. Perusahaan menyediakan petugas yang akan melakukan supervisi, pengawasan dan penyuluhan kepada pemilik/kelompok pemilik lahan dalam hal pengelolaan kebun dan budidaya tanaman serta sistem manajemen operasional supaya tetap sejalan dengan program pengelolaan kebun yang dilaksanakan oleh perusahaan.

5. Bila keadaan memungkinkan, dalam keadaan tertentu Perusahaan dapat memberikan pinjaman sarana produksi ataupun biaya operasional yang akan diperhitungkan pada saat pembagian hasil. 6. Bila keadaan memungkinkan, maka Perusahaan akan membantu

pengurusan kredit usaha pada bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pemilik/kelompok pemilik lahan.

7. Tebu hasil panen yang diangkut ke pabrik milik Perusahaan akan digiling/diproses menjadi gula putih serta dipasarkan oleh Perusahaan. 8. Selama program kemitraan berlangsung, pemilik/kelompok pemilik

lahan bertanggung jawab penuh terhadap kebun, tanaman dan hasil panen yang belum sampai di pabrik milik Perusahaan dari berbagai kemungkinan gangguan.

(22)

23

Melalui Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations sesuai dengan persentase pembagian hasil yang disepakati.

e. Perhitungan Pembagian Hasil

1. Hasil Produksi dihitung dalam satuan Persen Gula per Ton (Rendemen) Tebu yang diserahkan ke pabrik milik Perusahaan dimana angka rendemen ditetapkan sebesar 0,5 sampai 1,0 dibawah rata-rata rendemen tahunan seluruh tebu yang digiling dalam musim berjalan tergantung analisa kualitas tebu rata-rata yang dilaksanakan oleh perusahaan.

2. Harga penjualan gula dari gula yang dihasilkan pada satu periode bulanan ditetapkan dari harga jual bersih rata-rata (diluar pajak) dari seluruh penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam tahun/musim berjalan.

3. Hasil penjualan gula dari tebu yang digiling, dibagikan dengan komposisi :

- 34% untuk biaya penggilingan /pabrik.

- 66% sebagai penghasilan pemilik/kelompok pemilik lahan.

4. Pembagian hasil penjualan gula sebagaimana dimadsud dalam butir 3 di atas setelah dikurangi biaya pengelolaan kebun, material, administrasi, dan lain-lainnya ditetapkan sebagai berikut :

(23)

- Lahan Petani dikelola Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations : 80% untuk pemilik dan 20% untuk Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations.

- Lahan petani Mitra yang digarap sendiri : 95% untuk pemilik dan 5% untuk Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations

5. Apabila muncul kewajiban pemilik/kelompok pemilik lahan terhadap Negara karena hasil yang diterima, maka akan diambilkan oleh Perusahaan dari bagian yang akan dibayarkan sebagaimana dimadsud dalam butir 3 di atas.

6. Apabila ada kewajiban pemilik/kelompok pemilik lahan terhadap Perusahaan karena pinjaman material, mesin atau modal dan lain sebagainya, maka akan diambilkan oleh Perusahaan dari bagian yang akan dibayarkan kepada pemilik/kelompok pemilik lahan.

f. Pengaturan Tugas Pengelolaan

Pengelolaan Program Kemitraan Tebu Mandiri dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugas yang sudah berjalan pada Perusahaan yaitu: 1. Supervisi, penyuluhan dan pengawasan terhadap pemilik/kelompok

pemilik lahan dalam mengelola kebun dan membudidayakan tanaman dilaksanakan oleh Departemen Plantations.

2. Penggilingan dan pemrosesan dilaksanakan oleh Departemen Factory. 3. Supervisi, penyuluhan dan pengawasan terhadap pemilik/kelompok

(24)

25

(25)

Kerangka Pikir

Ket :

Perusahaan : Adalah Proses Implementasi Peran yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Kelompok Petani Mitra Mandiri : Adalah Proses Implementasi Peran yang dilakukan oleh petani.

Masyarakat Desa Gunung Batin Udik : Hasil Implementasi Peran yang dilakukan oleh Perusahaan dengan Masyarakat Gunung Batin Udik

PERUSAHAAN - Supervisi

- Pengawasan - Penyuluhan

MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK

- Kemandirian Masyarakat

- Peningkatan Pendapatan Ekonomi

- Kesejahteraan Masyarakat

KELOMPOK PETANI MITRA MANDIRI

(MM-GMP)

- Modal

- Pengelolaan

- Produksi

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi Kebijakan

Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi adalah sebagai mana yang diungkapkan oleh Jones (1991; hal 32) di mana implementasi diartikan sebagai “getting the job done” dan “doing it”. Tetapi dibalik kesederhanaan rumusan, implementasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan yang tidak bisa dilakukan dengan mudah. Menurut Jones, pelaksanaannya menuntut adanya syarat yang antara lain : adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut resources. Lebih lanjut Jones merumuskan batasan implementasi sebagai proses penerimaan sumber daya tambahan, sehingga dapat dipertimbangkan apa yang harus dilakukan.

(27)

Kemudian tipe penelitian yang peneliti gunakan adalah tipe penelitian deskriptif. Menurut Sanapiah (2008) yang dimadsud dengan penelitian deskriptif :

“Penelitian deskriptif (descriptive research), yang biasa disebut juga penelitian taksonomik (taxonomic research), yang digunakan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan

unit yang diteliti.”

“Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan-lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”. ( Lexy J Moleong 2008; hal 11)

Menurut Masri Singarimbun (1989; hal 23-24) tujuan dari tipe penelitian kualitatif deskriptif :

“Penelitian kualitatif deskriptif mempunyai tujuan yaitu untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena-fenomena sosial tertentu. Metode deskriptif merupakan metode menuturkan dan menafsirkan data yang ada, yang pelaksanaannya tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, akan tetapi meliputi analisa dan intepretasi data yang diteliti.”

(28)

✟ ✠

Dari proses implementasi peran antara pihak perusahaan dan petani mitra tersebut diperoleh hasil berupa kemandirian, peningkatan pendapatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat Desa Gunung Batin Udik.

Dalam proses penelitian ini, tipe penelitian yang peneliti gunakan ialah tipe penelitian kualitatif deskriptif yakni penelitian yang menafsirkan suatu perubahan sosial yang terjadi di lapangan dengan cara eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena kenyataan sosial dengan mendeskripsikan implementasi peran dari pihak perusahaan, implementasi peran dari pihak petani mitra dan hasil implementasi peran pihak perusahaan dan petani mitra yang berkenaan dengan proses implementasi pola kemitraan.

B. Fokus Penelitian

(29)

Sudah diantisipasi sebelumnya oleh peneliti dalam proses turun lapangan (riset) yang dilakukan di lapangan. Fokus penelitian berkaitan dengan variabel proses implementasi peran yang diterapkan oleh perusahaan, proses implementasi peran yang dilakukan oleh petani mitra serta hasil proses implementasi peran perusahaan dan petani mitra bagi masyarakat Desa Gunung Batin Udik. Dengan mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkaitan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah.

Penentuan fokus bertujuan untuk :

1. Mengetahui Implementasi peran Perusahaan PT. Gunung Madu Plantations dalam menerapkan Pola Kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri.

2. Mengetahui Implementasi peran Kelompok Petani dalam melakukan Kerjasama Kemitraan.

(30)

☞ ✌

C. Jenis Data

Jenis-jenis data yang dipergunakan dalam penelitian skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama atau informan Bapak Hapris Jawodo, Bapak Kus Subianto, Bapak Sarjono (Ketua dan Anggota Kelompok Mitra), Bapak Raja Asal (Ketua dan Anggota Kelompok Mitra) dan Bapak Idealis (Ketua Kelompok Mitra) melalui panduan wawancara.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa literatur buku panduan tentang tata cara keikutsertaan dan tata cara pelaksanaan Kemitraan Tebu Mandiri, dokumen informasi tentang pola kemitraan tebu PT. Gunung Madu Plantations Tahun 2011 dan dokumen data kelompok Petani Mitra Mandiri Desa Gunung Batin Udik Tahun 2011.

D. Sumber Data

(31)

Sumber data utama penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan dari informan melalui proses wawancara serta sumber data tertulis yang diperoleh dari (Public Relations dan Divisi Kemitraan). Sumber data yang diperoleh berkaitan dengan variabel proses implementasi pola kemitraan tebu mandiri PT. Gunung Madu Plantations dengan Masyarakat Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

Dalam penentuan informan, kriteria informan yang digunakan oleh peneliti adalah informan yang berkaitan langsung dengan proses implementasi kemitraan tebu mandiri. Dari Pihak Perusahaan, informan yang peneliti jadikan sumber informasi antara lain :

1. Ir. Hapris Jawodo, Kepala Public Relations PT. Gunung Madu Plantations

2. Ir. Kus Subianto, Kepala Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations

Dari Pihak Masyarakat Desa Gunung Batin Udik informan yang peneliti jadikan sumber informasi antara lain :

1. Ketua kelompok dan anggota petani Mitra Mandiri Sarjono 2. Ketua kelompok dan anggota petani Mitra Mandiri Raja Asal 3. Ketua kelompok petani Mitra Mandiri Idealis

(32)

✏ ✏

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam (Indepth Interview) yaitu melakukan wawancara secara langsung dengan subyek penelitian (informan) mengenai pokok bahasan penelitian. Teknik pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada sumber informan untuk menjawab pokok-pokok persoalan yang menjadi substansi perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dibuat oleh peneliti. Kualitas wawancara akan mempengaruhi kualitas data yang diperoleh. Dengan demikian peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan madsud agar pertanyaan yang diberikan nanti tidak menyimpang dari lingkup penelitian.

2. Dokumentasi

(33)

Sumber data dokumentasi diperoleh peneliti dari Public Relations, Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations dan petani mitra masyarakat Desa Gunung Batin Udik berupa data tentang kemitraan tebu mandiri. Dokumentasi dalam penelitian ini dimadsudkan untuk memperoleh data sekunder dan sebagai alat teknik bantu dalam pengumpulan dan pengolahan data.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh oleh peneliti dan terkumpul dari lapangan, tahap selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Adapun kegiatan dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Editing, ialah kegiatan memeriksa hasil wawancara yang telah dilakukan dengan sumber informasi (informan).

(34)

✓ ✔

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis kualitatif. Artinya data yang diperoleh diolah secara sistematis, dengan cara mengumpulkan data dan fakta tentang kajian penelitian untuk kemudian digambarkan dalam bentuk penafsiran pada data yang diperoleh. Teknis analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992), sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar”

yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

(35)

Dengan penyajian tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J Moleong (2000: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Denzin dan Lincoln dalam Lexy J moleong (2000: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar alamiah, dengan madsud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

(37)

A. Gambaran Tentang PT. Gunung Madu Plantations

PT. Gunung Madu Plantations merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan tebu dan produksi gula. Industri penghasil gula terbesar di Asia Tenggara ini ini didirikan pada tahun 1975. Awalnya, perusahaan ini merupakan perusahaan patungan berstatus PMA dengan Kuok Investement (HK) Ltd., PT. Rejo Sari Bumi dan PT. Pipit Indah sebagai pemegang sahamnya. Lokasi perkebunan tebu dan pabrik gula ini terletak di Desa Gunung Batin, KM 90 arah utara dari pusat pemerintahan, ibukota Provinsi Lampung.

(38)

56

Maka tujuan dari kerjasama kemitraan PT. Gunung Madu Plantations kepada masyarakat sekitar ialah untuk meningkatkan kemandirian, pendapatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan hasil produksi gula guna memenuhi kebutuhan Nasional.

Kemitraan yang diterapkan oleh PT. Gunung Madu Plantations kepada masyarakat sekitar terdiri dari 3 (tiga) kerjasama kemitraan yaitu : kerjasama kemitraan sistem operasional (KSO), kemitraan tebu mandiri (MM-GMP) dan kemitraan jual beli-tebu. Kemitraan sistem operasional adalah bentuk kerjasama dimana perusahaan mengelola sepenuhnya lahan masyarakat untuk di tanami tanaman tebu, sedangkan masyarakat hanya menyediakan lahan dan menerima hasil produksi.

Kelebihan dari kerjasama ini adalah masyarakat hanya menyediakan lahan dan menerima hasil produksi, dari proses pengelolaan hingga pemanenan dilakukan sepenuhnya oleh pihak perusahaan. Kelemahan dari kerjasama ini ialah masyarakat menjadi pasif (tidak produktif) menyebabkan masyarakat menjadi kurang kreatif dalam menemukan inovasi baru berupa pengetahuan tentang proses budidaya tanaman tebu yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi.

(39)

Kelebihan dari kerjasama ini adalah masyarakat (petani mitra) menjadi lebih produktif dalam proses implementasi peran penyediaan modal, pengolahan lahan dan produksi. Kemudian dalam proses pengolahan lahan petani dapat menemukan suatu inovasi baru mengenai cara pembudidayaan tanaman tebu bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi.

Kelemahan dari kerjasama ini ialah masih banyak masyarakat (petani baru) yang mengikuti kerjasama kemitraan tebu mandiri. Sehingga para petani masih banyak terkendala oleh proses implementasi peran penyediaan modal, pengelolaan lahan dan produksi.

Kemitraan jual-beli tebu adalah bentuk kerjasama pihak perusahaan dengan masyarakat (petani tebu) di sekitar. Dimana pihak perusahaan membeli hasil produksi tebu petani yang langsung di distibusikan ke pabrik untuk di olah menjadi gula.

Kelebihan dari kerjasama ini ialah petani mendapatkan hasil jual tebu 100% dari perusahaan. Kelemahan dari kerjasama ini adalah tidak adanya interaksi proses implementasi peran antara pihak perusahaan dengan petani. Interaksi hanya sebatas proses penjualan, pembelian dan distribusi hasil panen petani ke pabrik.

(40)

58

Antara lain, proses implementasi peran perusahaan, implementasi peran petani dan hasil implementasi peran perusahaan dan petani dalam mewujudkan kemandirian, peningkatan pendapatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Desa Gunung Batin Udik.

B. Proses Kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri

Kemitraan tebu mandiri ialah produk kerjasama yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Gunung Madu Plantations dengan Masyarakat sekitar. Pola kemitraan ini mengacu pada salah satu bentuk ‘pemberdayaan masyarakat’,

yang di dalamnya terdapat pola interaksi kerjasama budidaya tanaman tebu dengan memanfaatkan lahan masyarakat sekitar.

Kerjasama ini dilandasi oleh sikap rasa saling percaya, sama-sama ingin mendapatkan manfaat dan untung-rugi ditanggung bersama serta bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi antara kedua belah pihak. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hapris Jawodo selaku Kepala Public Relations PT. Gunung Madu Plantations berikut ini :

“Kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri dilandasi rasa saling percaya, terbuka,

sama-sama ingin mendapatkan manfaat, untung-rugi ditanggung bersama dan

bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi.” (Hasil wawancara pada tanggal 1

(41)

Sikap (attitude) saling percaya dan sama-sama ingin mendapatkan manfaat merupakan salah satu indikator prasyarat agar kerjasama kemitraan dapat terlaksana dengan baik. Karena dengan adanya sikap tersebut, proses kerjasama kemitraan yang dilaksanakan pihak perusahaan dan masyarakat (petani) dapat berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh kedua belah pihak.

Kemudian pendekatan kesetaraan dan keseimbangan merupakan hal yang sangat diperlukan dalam penerapan pola kemitraan yang dilakukan. Penerapan ini bukan menggunakan pendekatan top down, bottom up atau kekuasaan semata. Akan tetapi, menggunakan pendekatan hubungan saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya antara pihak perusahaan dan petani. Bertujuan untuk menciptakan suatu kerjasama kemitraan yang baik, dinamis serta berkelanjutan untuk kedepannya.

Berdasakan kondisi temuan oleh peneliti di lapangan, kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan dengan masyarakat sekitar dilaksanakan melalui proses sosialisasi dan komunikasi intensif berkaitan dengan tata cara keikutsertaan dan tata pelaksanaan dari program kemitraan tebu mandiri.

(42)

60

Sedangkan proses komunikasi intensif yang diterapkan oleh petugas perusahaan kepada masyarakat sekitar dilakukan pada saat pelaksanaan kerjasama kemitraan tebu mandiri di lapangan.

C. Implementasi Peran Perusahaan PT. Gunung Madu Plantations

Kemitraan mandiri PT. Gunung Madu Plantations merupakan kerjasama yang menekankan pada indikator sikap saling percaya, terbuka, sama-sama ingin mendapatkan manfaat dan bertujuan untuk meningkatkan silahturahmi antara kedua belah pihak. Oleh karena itu, menjaga kepercayaan dan keterbukaan dengan masyarakat sekitar adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan.

Melihat semakin pluralnya proses pengelolaan lahan yang dilakukan oleh para petani di Desa Gunung Batin Udik untuk ditanami jenis tanaman tropis, seperti; singkong, jagung dan karet di lingkungan sekitar Desa Gunung Batin Udik. Maka perusahaan PT. Gunung Madu Plantations berinisiatif melakukan suatu inovasi baru, berupa kemudahan proses dalam mengikuti proses kerjasama kemitraan.

(43)

“Masyarakat (petani mitra) menyediakan dan mengelola lahannya secara mandiri dengan bantuan supervisi, pengawasan dan penyuluhan dari petugas perusahaan (Divisi Kemitraan) serta bantuan injeksi modal yang disediakan oleh pihak ketiga (Bank).” (Hasil wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

Supervisi yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada petani mitra berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada informan di lapangan, dilakukan dengan dua tahapan; pertama, petugas perusahaan mengadakan sosialisasi program kemitraan kepada masyarakat sekitar. Dari proses sosialisasi tersebut petugas perusahaan mendata calon anggota mitra melalui pendaftaran dan penyelesaian administrasi program kemitraan di kantor Divisi Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations.

Kedua, petugas perusahaan melakukan kegiatan supervisi berupa kunjungan untuk melihat kondisi lahan petani mitra di lapangan, pembinaan kepada petani mitra dalam mengelola lahan mitra, bantuan proses pemanenan dan pembagian hasil kepada petani mitra. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kus Subianto selaku Kepala Divisi Kemitraan berikut ini :

“Petugas perusahaan (Divisi Kemitraan) mengadakan inventarisasi lahan dan

permasalahan sosial di lapangan. Selanjutnya petugas mendata calon anggota mitra (masyarakat) melalui pendaftaran dan penyelesaian administrasi program kemitraan setelah itu barulah petugas perusahaan melakukan supervisi, pengawasan dan penyuluhan berupa kunjungan, pembinaan,

penerapan pemanenan dan pembagian hasil kepada petani mitra.” (Hasil

wawancara pada tanggal 4 November 2011)

(44)

62

Lahan yang dikelola sebagian besar ditanami jenis tanaman tropis (singkong, jagung dan karet). Dalam proses pengelolaannya, petani sering kali menemukan kesukaran untuk menyediakan modal dan proses menggarap lahan, karena minimnya alat pengelolaan lahan, terbatasnya ketersediaan pupuk dan minimnya pengetahuan petani tentang pengelolaan lahan jenis tanaman tropis.

Ditambah lagi harga tanaman singkong, jagung dan karet yang cenderung selalu naik-turun (fluktuatif). Menyebabkan hasil lahan dan harga jual produksi petani tersebut tidak menentu. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus salah satu anggota masyarakat Desa Gunung Batin Udik, selaku koordinator proses pemanenan lahan kemitraan tebu mandiri yang di tunjuk oleh Ketua Petani Mitra Idealis berikut ini :

“Jika dibandingkan proses penyediaan modal, pengelolaan lahan serta

produksi yang dilakukan oleh petani singkong, jagung atau karet, dengan petani tebu mitra mandiri. Prosesnya masih menguntungkan petani tebu mitra mandiri, karena dari proses implementasi peran penyediaan modal, pengelolaan lahan dan produksi seluruhnya di back up oleh perusahaan. kemudian dari proses penjualan hasil produksi tebu cenderung harganya

stabil.” (hasil wawancara pra riset peneliti pada tanggal 3 Mei 2011)

(45)

Kemudahan implementasi peran supervisi yang dilakukan oleh pihak perusahaan ialah berupa penyediaan injeksi modal, penyediaan bibit tebu dan bantuan proses pengelolaan lahan (bantuan pengetahuan secara teori dan teknis oleh petugas perusahaan di lapangan).

Penyediaan injeksi modal yang diterapkan oleh pihak perusahaan diberikan melalui pihak ketiga (Bank) yang diketahui oleh pihak perusahaan, bank dan petani. Pinjaman modal yang sudah diterima oleh petani mitra mandiri nantinya akan di potong dari bagi hasil yang didapat oleh petani mitra.

Kemudian penyediaan bibit tebu yang diberikan perusahaan kepada petani dilakukan untuk mempermudah proses kerjasama kemitraan dan bertujuan agar jenis varietas tebu yang ditanam di lahan terpantau dan terjaga kualitasnya. Sehingga mempermudah petugas perusahaan untuk mengidentifikasi perkembangan tanaman, kadar glukosa yang terdapat pada batang tebu hingga proses pemanenan (tebang-pengangkutan tebu ke pabrik)

(46)

64

Pengawasan pihak perusahaan dilaksanakan pada saat kondisi lahan mitra sudah ditanami bibit tebu. Petugas melakukan sosialisasi pembinaan kepada petani mengenai pengelolaan lahan dan perawatan tanaman tebu mitra. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kus Subianto selaku Kepala Divisi Kemitraan berikut ini:

“Dari proses pengawasan yang dilakukan oleh pihak perusahaan, petugas melakukan sosialisasi pembinaan di lapangan mengenai pengelolaan lahan dan

perawatan lahan yang dilaksanakan petani mitra.” (Hasil wawancara pada

tanggal 4 November 2011)

Sosialisasi pembinaan yang dilaksanakan oleh petugas perusahaan kepada petani mitra bertujuan agar kondisi lahan dan tanaman tebu mitra dapat terjaga kualitasnya. Karena baik buruknya kondisi lahan dan besar kecilnya kualitas tanaman tebu sangat menentukan besaran hasil yang diterima oleh petani mitra pada saat proses pemanenan tebu mitranya.

(47)

“Pihak perusahaan memberikan panduan keamanan bagi lahan petani mitra yang dilaksanakan secara bersama-sama, dengan rasa saling percaya antara

kedua belah pihak.” (Hasil wawancara pada tanggal 8 Oktober 2011)

Penyuluhan yang diterapkan oleh pihak perusahaan kepada petani mitra dilaksanakan pada saat umur tanaman tebu berusia kurang lebih 3 bulan dari proses penanaman. Proses sosialisasi yang dilaksanakan ialah mengenai durasi waktu yang tepat dalam proses pengolahan dan pemupukan lahan, waktu klentek daun tebu serta waktu persiapan pemanenan tebu mitra.

Proses mengenai durasi waktu ini dilakukan dengan cara memanggil ketua dan anggota kelompok tani untuk melakukan metting di gedung pelatihan perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarjono selaku Ketua Kelompok Tani Sarjono berikut ini :

“Dalam penyelenggaraan proses penyuluhan pihak perusahaan memanggil

ketua dan anggota kelompok tani untuk melakukan metting dengan petugas

perusahaan terkait proses kerjasama kemitraan tebu mandiri.” (Hasil

wawancara pada tanggal 7 Oktober 2011)

(48)

66

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Syamharir selaku Anggota Kelompok Tani Raja Asal berikut ini :

“Petugas perusahaan melakukan penyuluhan mengenai perawatan, pemupukan hingga pemanenan dengan memantau langsung proses yang terjadi di

lapangan.” (Hasil wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

D. Implementasi Peran Petani Mitra Mandiri

Proses penyediaan modal yang dilakukan oleh petani seperti yang di paparkan oleh peneliti sebelumnya, pihak perusahaan memberikan kemudahan kepada petani mitra berupa pinjaman modal (injeksi kredit) melalui pihak ketiga (Bank) yang nantinya pinjaman tersebut akan dipotong dari pembagian hasil yang diterima oleh petani mitra.

Sesuai dengan hasil data yang peneliti peroleh di lapangan ternyata proses penyediaan modal tidak hanya diperoleh petani mitra melalui pinjaman modal (injeksi kredit) dari pihak perusahaan.

(49)

“Dari proses penyediaan modal untuk menggarap lahan mitra, petani menggunakan modal pinjaman (injeksi kredit) dari perusahaan melalui pihak ketiga (Bank), ada yang menggunakan modal sendiri dan modal 50:50 modal

yang berasal dari petani mitra dan pinjaman dari perusahaan.” (Hasil

wawancara Tanggal pada 4 November 2011)

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, dari proses penyediaan modal petani mitra masih terkendala oleh tingginya suku bunga pinjaman yang diberikan oleh pihak perusahaan melalui pihak ketiga (Bank) sehingga memberatkan petani yang memiliki latar belakang kurang mampu dalam penyediaan modal untuk menggarap lahannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarjono Ketua Kelompok Tani Sarjono berikut ini :

“pembiayaan modal yang dipinjamkan oleh pihak ketiga (Bank), bunganya masih tinggi sehingga memberatkan petani mitra yang memiliki latar belakang

kurang mampu dalam penyediaan modal.” (hasil wawancara pada tanggal 7

Oktober 2011)

(50)

68

Agar nantinya petani dapat mentransformasikan program kemitraan menjadi pola operasional bersifat mandiri di lapangan demi mencapai sebuah perubahan lebih baik sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan masyarakat (petani mitra).

Selanjutnya pengelolaan lahan dilakukan setelah petani menyelesaikan proses pendaftaran dan kelengkapan persyaratan administrasi mengenai kerjasama kemitraan. Kemudian barulah petugas perusahaan menginventarisasi lahan di lapangan dengan melakukan proses pengukuran lahan dengan menggunakan alat Theodoli, Teropong dan GPS untuk menentukan luas tanam, yang nantinya akan ditanami tanaman tebu mitra.

Setelah mengetahui informasi ukuran luas tanam di areal lahan mitra dari pihak perusahaan, selanjutnya petani mitra melakukan proses pengelolaan lahan mitra dengan mengolah tanah lahan dengan menggunakan alat kultirasi (Bajak dan Pemupukan).

Dari teknis pengolaan lahan yang dilaksanakan petani mitra masih terdapat kendala dalam proses pelaksanaannya di lapangan. Yakni, masih besarnya ketergantungan petani mitra kepada pihak pihak perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kus Subianto selaku Kepala Divisi Kemitraan berikut ini:

“dari proses pengolahan lahan, petani mitra masih memiliki ketergantungan

secara teknis sangat besar kepada perusahaan.” (Hasil wawancara pada

(51)

Besarnya ketergantungan petani mitra dalam proses pengelolaan lahan dikarenakan oleh minimnya pengetahuan petani dalam pelaksanaan teknis pengelolaan lahan tebu di lapangan. Selain itu, petani mitra juga terkendala oleh penyiapan alat kultirasi pengelolaan lahan mitra. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Raja Asal selaku Ketua Kelompok Tani Raja Asal berikut ini :

“dalam proses pengelolaan lahan, petani mitra masih terkendala oleh

minimnya pengetahuan teknis dan penyiapan peralatan mekanisasi pertanian

(alat kultirasi dan alat pemupukan pengelolaan lahan mitra).” (Hasil wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

Minimnya pengetahuan petani mitra dalam pelaksanaan teknis pengelolaan lahan tebu mitra mandiri dikarenakan proses penyuluhan yang dilakukan oleh petugas perusahaan belum seluruhnya menjangkau lahan seluruh petani mitra di lapangan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Raja Asal selaku Ketua Kelompok Tani Raja Asal berikut ini :

“Proses penyuluhan yang dilakukan oleh petugas perusahaan dilakukan 2 kali

dalam sebulan. Namun, belum seluruhnya menjangkau lahan seluruh petani

mitra di lapangan.” (Hasil wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

(52)

70

Pelaksanaannya berbentuk jadwal agenda penyuluhan yang ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah pihak, berdasarkan hasil metting yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan petani mitra di tempat training kemitraan PT. Gunung Madu Plantations.

Kemudian minimnya ketersediaan alat mekanisasi pertanian (alat kultirasi dan alat pemupukan) dalam pengelolaan lahan mitra dikarenakan petani mitra yang menyediakan sendiri alat tersebut secara mandiri. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Syamharir selaku Anggota Kelompok Tani Raja Asal berikut ini :

“dari proses pengelolaan lahan, petani mitra masih kesulitan dalam proses

penyediaan alat mekanisasi pertanian (alat kultirasi dan alat pemupukan) dan kendaraanangkut tebu.” (Hasil wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

Agar proses pengelolaan lahan mitra dapat berjalan, pihak perusahaan seharusnya menyediakan alat mekanisasi pertanian dan kendaraan angkut tebu yang disewakan khusus bagi petani mitra yang biaya sewa nya nanti di potong pada saat pembagian hasil yang diterima oleh petani mitra.

(53)

Setelah petani mitra melakukan pengolahan lahan dan pemupukan lahan barulah petani melakukan penanaman bibit tebu, perawatan tanaman tebu (pemupukan lahan setelah bibit tebu di tanam dan klentek daun tebu) berdasarkan hasil penyuluhan pengetahuan yang dilakukan oleh petugas perusahaan di tempat training dan di lapangan.

Selanjutnya proses produksi (pemanenan) yang dilakukan oleh petani mitra dilakukan pada saat tanaman tebu kurang lebih berumur 6 bulan dari proses tanam, proses ini dilakukan berdasarkan hasil penyuluhan yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada petani mitra.

Dalam proses produksi (pemanenan hingga pendistribusian tebu ke pabrik) yang dilakukan oleh petani mitra masih terdapat kendala, kendala tersebut adalah sulitnya mendapatkan tenaga tebang tebu hijau, dan kendaraan pengangkut tebu dan buruknya infrastruktur jalan lahan mitra yang menyebabkan lambannya proses pendistribusian tebu mitra ke pabrik. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Raja Asal selaku Ketua Kelompok Tani Mitra Raja Asal berikut ini :

“dalam proses produksi petani mitra masih terkendala oleh penyediaan tenaga

tebang tebu hijau, kendaraan angkut tebu serta buruknya infrastruktur jalan

lahan mitra sehingga pendistribusian tebu mitra ke pabrik menjadi lamban.”

(54)

72

Penyediaan tenaga tebang tebu hijau pada saat proses produksi lahan petani mitra semakin sulit diperoleh karena banyak perusahaan lain sejenis yang juga memerlukan tenaga tebang. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hapris Jawodo selaku KepalaPublic Relationsberikut ini :

“masalah yang dirasakan oleh petani mitra mandiri (MM-GMP) untuk melaksanakan proses produksi lahan mitra ialah masalah tenaga tebang yang semakin sulit diperoleh karena banyak perusahaan lain sejenis yang juga

memerlukan tenaga tebang.” (Hasil wawancara pada tanggal 1 Oktober 2011)

Semakin sulitnya petani mitra dalam mendapatkan tenaga tebang tebu hijau dalam proses produksi yang dilakukan adalah merupakan hal yang harus sangat diperhatikan oleh kedua belah pihak. karena proses produksi (proses pemanenan hingga pendistribusian tebu ke pabrik) harus dilakukan dengan durasi waktu yang tepat, mulai dari waktu proses penebangan, pengangkutan hingga pendistribusian hasil tebu ke pabrik. Bertujuan untuk mempertahankan hasil produksi tebu agar tetap berkualitas.

(55)

Oleh karena itu, diperlukan kekuatan proses komunikasi personal petani mitra dalam merekrut tenaga kerja di lingkungan masyarakat sekitar dengan consensus (kesepakatan) dari kedua belah pihak yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi mereka. Tentunya dengan bantuan petugas perusahaan melalui proses sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar mengenai program kemitraan.

Kemudian dalam proses penyediaan kendaraan alat angkut tebu, seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya dalam proses pengelolaan lahan mitra, petani mitra dapat berkoordinasi dengan pihak perusahaan mengenai sewa alat mekanisasi pertanian dan kendaraan angkut tebu yang khusus disewakan dari pihak perusahaan yang nantinya dari biaya proses penyewaan tersebut akan dipotong dari bagi hasil yang diterima oleh petani mitra.

Selanjutnya melihat fenomena kondisi infrastruktur (jalan) yang buruk di sekitar lahan mitra dan pemukiman penduduk Desa Gunung Batin Udik sesuai dengan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan.

(56)

74

E. Hasil Implementasi Peran Perusahaan dan Petani Tebu Mitra Mandiri

Proses implementasi peran yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan petani mitra. Merupakan bentuk kerjasama yang menekankan prinsip saling percaya, terbuka dan sama-sama ingin mendapatkan manfaat bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi antara kedua belah pihak.

Kemudahan kerjasama kemitraan tebu mandiri yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada masyarakat sekitar adalah dimana petugas perusahaan memberikan implementasi peran supervisi, pengawasan dan penyuluhan kepada petani mitra. Selain pemberian supervisi, pengawasan dan penyuluhan pihak perusahaan juga mem-back up secara administrasi dan teknis dalam proses implementasi peran penyediaan modal, pengelolaan lahan dan produksi yang dilakukan oleh petani mitra.

Proses implementasi peran yang diberikan oleh pihak perusahaan serta pem-back up-an secara administrasi dan teknis dari implementasi peran yang dilakukan oleh petani mitra merupakan salah satu bentuk produk keunggulan inovasi program kemitraan perusahaan PT. Gunung Madu Plantations kepada masyarakat sekitar.

(57)

Proses kerjasama program kemitraan tebu mandiri ini, menempatkan petani mitra sebagai subyek dalam paradigma common interest prinsip simbiosis mutualisme sangat ditekankan dalam program ini. Di dalamnya pihak perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi dimana petani mitra di libatkan pada proses pola hubunganresource based patnership dan menjadi bagian darishareholders. Proses ini dapat menimbulkan sense of belongingdengan kepercayaan yang semakin tinggi (high trast) serta menjaga hubungan sinergis antara subyek-subyek (petani mitra) dalam paradigma common interest.

Hasil proses implementasi peran yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan petani mitra telah memberikan dampak positif bagi kemandirian petani masyarakat Desa Gunung Batin Udik. Dari kerjasama ini masyarakat Desa Gunung Batin Udik sebagian besar sudah mampu membudidayakan tanaman tebu di lahan kering (tropis), petani mitra sudah mampu mengelola perekonomian keluarga secara baik karena pendapatan bagi hasil yang diterima oleh petani mitra sudah jelas (pendapatan hasil panen lahan, tetes dan penjualan gula) serta melatih petani mitra untuk berinovasi kreatif dalam meningkatkan hasil lahan mitranya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hapris Jawodo selaku KepalaPublic Relationsberikut ini :

“Dari hasil kerjasama kemitraan yang dilakukan, masyarakat sudah mampu membudidayakan tanaman tebu di lahan kering, petani mitra sudah mampu mengelola perekonomian keluarga secara baik karena pendapatan bagi hasil yang diterima oleh petani mitra sudah jelas (pendapatan hasil panen lahan, tetes dan penjualan gula). Serta melatih petani mitra untuk berinovasi kreatif

dalam meningkatkan hasil lahan mitranya.” (Hasil wawancara pada tanggal 1

(58)

76

Dari implementasi peran kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh kedua belah pihak telah memberikan informasi pengetahuan secara teoritis maupun teknis kepada masyarakat sekitar. Dengan adanya program kemitraan, sebagian besar masyarakat Desa Gunung Batin Udik yang dulunya belum bisa mengelola lahannya secara produktif kini telah mampu mandiri dalam membudidayakan tanaman tebu di lahan kering.

Kemudian dengan adanya kemudahan implementasi peran yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada petani. Masyarakat Desa Gunung Batin Udik bisa berinovasi secara kreatif dalam meningkatkan hasil lahan mitranya. Selain bisa berinovasi secara kreatif, masyarakat juga telah mampu belajar mengelola perekonomian keluarga secara baik, dengan keuntungan yang diterima petani mitra dapat memenuhi keluarga dan kebutuhan anak sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Syamharir selaku Anggota Kelompok Tani Raja Asal berikut ini :

“dari keuntungan kerjasama kemitraan tebu mandiri yang diterima petani

mitra telah dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan anak sekolah.” (Hasil

wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

(59)

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Syamharir Anggota Kelompok Tani Mitra Raja Asal berikut ini :

“dari proses kerjasama kemitraan tebu mandiri yang diterapkan perusahaan

sangat menguntungkan petani mitra karena petani mendapatkan keuntungan

dari hasil panen lahan, hasil penjualan tetes dan hasil penjualan gula.” (Hasil

wawancara pada tanggal 10 Oktober 2011)

Selain dapat menciptakan kemandirian masyarakat, meningkatkan pendapatan ekonomi juga dapat meningkatkan kesejahteraan dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta proses pembangunan bagi Desa Gunung Batin Udik. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Raja Asal selaku Ketua Kelompok Tani Raja Asal berikut ini :

“dari proses kerjasama kemitraan yang terapkan dapat menciptakan lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar serta proses pembangunan daerah.”

(Hasil wawancara pada Tanggal 10 Oktober 2011)

Kerjasama kemitraan tebu mandiri dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Lapangan pekerjaan tersebut tercipta pada saat proses pengelolaan lahan, perawatan lahan dan proses pemanenan lahan mitra.

(60)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Program Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations

Program Kemitraan PT. Gunung Madu Plantations merupakan kerjasama yang diterapkan sejak tahun 2003 di dalamnya terdapat proses pembudidayaan tanaman tebu dengan mengikutsertakan lahan masyarakat sekitar.

Berdasarkan Visi dan Misi Perusahaan PT. Gunung Madu Plantations, Visi : “Menjadi produsen gula yang paling efisien di ASEAN dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha yang berbasis pertanian serta pengembangan produk atau diversifikasi”. Misi : “1. Membantu terwujudnya swasembada gula nasional melalui penerapan teknologi yang inovatif; 2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan; 3. Membantu meningkatkan pengembangan daerah sekitar; 4. Meningkatkan keuntungan pemegang saham.”

Serta Himbauan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah tentang

“Pemberdayaan Masyarakat Daerah Sekitar” diperkuat dengan diterbitkannya

(61)

Kerjasama program kemitraan mandiri ini termasuk model kerjasama kemitraan yang bersifat produktif di mana pihak perusahaan menempatkan petani sebagai subyek dalam paradigma common interest prinsip simbiosis mutualisme sangat ditekankan dalam program ini.

Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi di mana petani mitra di libatkan pada proses pola hubunganresource based patnership dan menjadi bagian darishareholders. Proses ini dapat menimbulkan sense of belongingdengan kepercayaan yang semakin tinggi (high trast) serta menjaga hubungan sinergis antara subyek-subyek (petani mitra) dalam paradigma common interestdan menjadi bagian darishareholders.

Proses ini dapat menimbulkan sense of belonging dengan kepercayaan yang semakin tinggi (high trast) serta menjaga hubungan sinergis antara subyek-subyek (petani mitra) dalam paradigmacommon interest.

(62)

80

Selain itu, petani bisa melakukan inovasi secara kreatif dalam proses pengelolaan lahan mitra, mampu mengelola perekonomian keluarga secara baik dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga serta anak untuk bersekolah. Keuntungan yang diterima petani dalam kerjasama kemitraan tebu mandiri proses bagi hasil yang diterima sangat memuaskan petani. Pendapatan yang diperoleh, diambilkan dari proses bagi hasil panen lahan, bagi hasil penjualan tetes dan bagi hasil penjualan gula.

Selain dapat menciptakan kemandirian masyarakat, meningkatkan pendapatan ekonomi kerjasama ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Diantaranya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru serta proses pembangunan bagi masyarakat Desa Gunung Batin Udik secara berkelanjutan.

B. SARAN

Sesuai dengan hasil pengamatan fenomena sosial yang peneliti lakukan di lapangan, mengenai kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan petani. Proses implementasi perannya sudah berjalan dengan baik.

(63)
(64)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Program kemitraan tebu mandiri merupakan bentuk kerjasama yang menekankan prinsip saling percaya, terbuka dan sama-sama ingin mendapatkan manfaat bertujuan untuk meningkatkan tali silahturahmi antara pihak perusahaan PT. Gunung Madu Plantations dengan masyarakat Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

Kemudahan bentuk kerjasama yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada masyarakat ialah bantuan pemberian implementasi peran supervisi, pengawasan dan penyuluhan. Selain itu juga pihak perusahaan mem-back up secara administrasi dan teknis dari proses implementasi peran penyediaan modal, pengelolaan lahan dan produksi yang dilakukan oleh petani mitra.

(65)

THE IMPLEMENTATION OF PT. GUNUNG MADU PLANTATION’S PARTNERSHIP PATTERNS WITH SOCIETY IN

GUNUNG BATIN UDIK VILLAGE OF TERUSAN NUNYAI DISTRICT OF LAMPUNG TENGAH REGENCY

By

FRENGKY WIDARTA

In 21st century decades, Indonesia faces big waves of democratization, decentralization, and globalization. To face the challenges, a condition needs to

develop is the high commitment to apply nation’s value and good governance principle. Along with national commitment to conduct transformation and reformation in all sectors, Indonesia is currently demanded to form partnership cooperation between government and private, and public involved in collaboration in all sectors.

In Lampung Tengah regency of Lampung province, the collaboration efforts in form of sugar cane partnership cooperation between PT. Gunung Madu Plantation and the society in Gunung Batin Udik village of Terusan nunyai district.

(66)

The results were to indicate how the sugar cane corporation had conducted its role in supervising, monitoring and extension to the Mitra Mandiri farmer group, to show how the farmers (MM-GMP) had conducted their roles to provide capital, tillage and production, and to show that the processes conducted by farmers and sugar cane corporation had increased the living standard of society in Gunung Batin Udik village to be more autonomous society with increasing income and welfare.

(67)

IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH

Oleh

FRENGKY WIDARTA

Pada dekade abad 21 Bangsa Indonesia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi, globalisasi. Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang perlu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur peradaban Bangsa dan prinsip ‘Good Governance’. Sejalan dengan komitmen nasional untuk melakukan

transformasi dan reformasi disegala bidang, dewasa ini di Indonesia dituntut untuk dapat membentuk kerjasama kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat madani secara nyata yang terlibat dalam berbagai upaya kolaborasi dalam segala bidang.

Di Provinsi Lampung tepatnya di Kabupaten Lampung Tengah, upaya kolaborasi tersebut diterapkan dalam bentuk kerjasama Kemitraan Tebu Mandiri PT. Gunung Madu Plantations dengan Masyarakat Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

(68)

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan prosedur reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Hasil dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana pihak perusahaan telah menjalankan perannya dalam hal supervisi, pengawasan dan penyuluhan kepada petani mitra mandiri. Selanjutnya untuk menunjukkan bagaimana pihak petani menjalankan perannya dalam hal penyediaan modal, pengelolaan lahan dan produksi. Kemudian untuk menunjukkan bahwa dari proses peran yang dijalankan pihak perusahaan dan petani telah meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Gunung Batin Udik sehingga masyarakat lebih mandiri, pendapatan ekonomi meningkat dan hidup sejahtera.

(69)

TENGAH

(Skripsi)

Oleh

FRENGKY WIDARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(70)

IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH

Oleh

FRENGKY WIDARTA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(71)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Hi.Agus Hadiawan, M.Si ………

Penguji Utama : Dr. Suripto, S.Sos, M.A.B ………

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi.Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002

(72)

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Nama Mahasiswa : Frengky Widarta Nomor Pokok Mahasiswa : 0616021038

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Drs. Hi.Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(73)

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah

untuk Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.

( Al An am 6:162)

Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk

mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha pengampun

lagi Maha Penyayang.

( Al An am 6:165)

Mereka yang paling berbahagia, bukanlah yang memiliki segala sesuatu yang

terbaik; tetapi, mereka yang mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam

perjalanan hidup mereka.

(Maulana Mukhlis, S.Sos, M.I.P)

Tersenyumlah! Senyum mengandung 4 hal penting : Kepercayaan Diri,

Kegembiraan, Antusiasme, dan Penerimaan.

(David J. Leiberman, Ph.D)

Cogito Ergo Sum

(Saya berfikir, maka saya Ada)

(Rene Descartes)

(Pemenang itu tidak pernah menyerah, menyerah itu tidak akan pernah menang)

(Frengky Widarta)

Gambar

Tabel 1. Kemitraan PT.Gunung Madu Plantations Tahun 2011
Tabel 2. Kemitraan Tebu Mandiri di Desa Gunung Batin Udik

Referensi