• Tidak ada hasil yang ditemukan

0813022038

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0813022038"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 19 Tahun 2005 serta penjabarannya dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas), telah menjamin kualitas mutu

pendidikan secara nasional. Standar Pendidikan Nasional menjadi kriteria

minimal yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak terkait sebelum dan saat

menyelenggarakan pendidikan di seluruh penjuru wilayah Indonesia.

Selanjutnya Standar Nasional Pendidikan dapat dikembangkan sesuai

kebutuhannya masing-masing. Kemampuan guru berkreasi untuk

menemukan pembelajaran yang tepat sangat diperlukan guna mewujudkan

tujuan pendidikan seperti yang tertuang dalam undang-undang. Standar

Nasional Pendidikan sejatinya merupakan pedoman seorang guru dalam

merencanakan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi pembelajaran

termasuk di dalamnya kriteria penilaian.

Penilaian memang menjadi hal yang tak terpisahkan dalam sebuah

pembelajaran. Selain dapat mengetahui ketercapaian belajar siswa, dengan

penilaian kita dapat mengetahui ketepatan metode pembelajaran yang

(2)

dengan siswa. Oleh karena itu, tak heran jika dalam Standar Pendidikan

Nasional terdapat bab khusus yang membahas tentang kriteria minimal

penilaian yang selanjutnya disebut Standar Penilaian Pendidikan.

Setidaknya ada tiga penilaian yang tertuang di sana, salah satunya dilakukan

oleh pendidik (yang dalam hal ini guru). Penilaian dilakukan bukan saat di

akhir saja, melainkan saat proses pembelajaran juga. Sebuah penilaian pada

dasarnya memiliki sebuah kriteria penilaian yang selanjutnya disebut rubrik.

Rubrik merupakan panduan asesmen yang menggambarkan kriteria yang

digunakan pendidik dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil

pekerjaan peserta didik (Dikti (2008: 6)). Rubrik sejatinya memudahkan

guru dalam melakukan penilaian. Namun, tak sedikit waktu tambahan yang

dibutuhkan untuk membuat rubrik dijadikan alasan untuk tak membuatnya.

Padahal dengan rubrik, penilaian tidak hanya kira-kira semata.

Pembelajaran diketahui, bukan sekedar mentransfer pengetahuan secara

efektif kepada siswa, melainkan mentransfer nilai-nilai kebaikan (nilai diri

dan nilai sosial) guru kepada siswa. Nilai-nilai itulah yang diharapkan kelak

menjadi bagian dalam diri siswa. Selain itu, diketahui bahwa pencapaian

pembelajaran pada ranah kogninif tidak melulu terbatas pada produk

melainkan pada proses juga. Pembelajaran fisika tidak hanya sekedar

penguasaan konsep tetapi juga mengarah pada proses penemuan menuntut

siswa memunculkan dan melatih Keterampilan Proses Sains (KPS) nya.

Penilaian di luar ranah kognitif produk, harusnya dapat dilakukan lebih

subyektif. Namun tanpa kriteria penilaian yang jelas, penilaian yang

(3)

biasanya penilaian di luar ranah kognitif produk dilakukan saat proses

belajar berlangsung khususnya pada keterampilan sosial dan KPS siswa,

maka rubrik menjadi kebutuhan yang tak mungkin terpisahkan lagi.

Berdasarkan uraian di atas maka telah dikembangkan rubrik asesmen

keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP bermuatan

pendidikan karakter.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil pengembangan rubrik

asesmen keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP

bermuatan pendidikan karakter?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah membuat rubrik

asesmen keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP

bermuatan pendidikan karakter.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini di

antaranya :

1. Tersedianya rubrik asesmen keterampilan sosial dan KPS pada

pembelajaran IPA fisika SMP bermuatan pendidikan karakter.

2. Sebagai contoh rubrik asesmen keterampilan sosial dan KPS bagi guru

(4)

keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP

bermuatan pendidikan karakter.

E. Ruang Lingkup

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan,

penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain

kedalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan rubrik asesmen

keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP

bermuatan pendidikan karakter.

3. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah kemampuan untuk

mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat, pendengar aktif, dan

mampu menjelaskan kembali.

4. KPS yang dimaksud adalah kemampuan ilmiah yang terarah yang dapat

digunakan untuk menemukan, mengembangkan, dan menemukan sains.

KPS yang dimaksud adalah keterampilan merumuskan hipotesis,

merencanakan percobaan, melakukan percobaan, mengamati,

menginterpretasi data, memprediksi, menerapkan konsep, dan

mengomunikasikan.

5. Penilaian yang digunakan adalah asesmen otentik. Suatu asesmen

dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku

(5)

6. Rubrik merupakan panduan asesmen yang menggambarkan kriteria

yang digunakan pendidik dalam menilai atau memberi tingkatan dari

hasil tugas peserta didik.

7. Rubrik holistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian

tentang kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian

1. Pengertian Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta

didik (BSPN: 2008). Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa

penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi

(angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk buat

keputusan. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan

penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan) peserta didik (Sudrajat (2008: 1)). Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, penilaian diketahui sebagai proses

pengumpulan informasi dengan beragam alat penilaian guna mengetahui

(7)

enilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar

baik yang menggunakan instrumen tes maupun nontes (Universitas

Sebelas Maret (2007)). Penilaian adalah suatu keputusan tentang nilai

Cangelosi (1995: 21). Mulyasa (2009: 208) menjelaskan penilaian hasil

belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur

perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Penilaian

hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan terhadap program, proses, dan

hasil. .., penilaian proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan

partisipasi peserta didik; sedangkan penilaian hasil bertujuan untuk

mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik

(Mulyasa (2009: 208)). Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan

menilai mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan

mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk. Jadi

penilaian itu sifatnya kualitatif (Sudijono (2006: 4-5)). Menilai adalah

mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.

Penilaian bersifat kualitatif . Berdasarkan beberapa

pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan

pengambilan keputusan tentang hasil belajar dengan menggunakan

informasi-informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya serta penilaian

bersifat kualitatif.

(8)

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran,

diantaranya untukgrading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan

kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi (Sudrajat (2008: 1)). Dia

pun menambahkan dengan penjabaran tujuan tersebut sebagai berikut :

1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain...fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).

2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. 3. Sebagai alat yang menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi. 4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil

belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan.

6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai.

Namun, dari keenam tujuan penilaian di atas, tujuan penilaian yang utama

dalam pembelajaran di kelas adalah tingkat penguasaan kompetensi,

bimbingan, dan diagnosis. Dengan ketiga tujuan tersebut, seorang guru

dapat terus meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajarannya.

Arikunto (2007: 11) mengemukakan bahwa tujuan atau fungsi penilaian

(9)

1. Selektif 2. Diagnostik 3. Penempatan

4. Pengukur keberhasilan

Pada selektif, penilaian berguna untuk menentukan anak yang masuk pada

kategori tertentu atau tidak. Fungsi selektif biasanya dipakai pada saat

ujian masuk ke suatu tempat belajar atau tempat kerja dan pada suatu

kompetisi atau perlombaan. Pada diagnostik, penilaian berguna untuk

menunjukkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar dan

potensi prestasi yang bisa dikembangkan sehingga dapat ditangani dengan

tepat. Diagnostik biasa digunakan untuk membantu menentukan siswa

yang remidi atau pengayaan. Pada penempatan, penilaian berguna untuk

menempatkan siswa berdasarkan tingkat pencapaian hasil belajarnya. Pada

pengukur keberhasilan, penilaian berguna untuk mengetahui tingkat

pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan keempat fungsi penilaian di

atas, fungsi diagnostik dan pengukur keberhasilan yang biasa digunakan

dalam proses pembelajaran.

3. Teknik Penilaian

Teknik penilaian ada 2, yaitu tes dan nontes. Tes ialah suatu percobaan

yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran

tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid (Bukhori dalam

Daryanto (2007: 35)). Tes adalah suatu alat/prosedur yang sistematis dan

objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang

diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan

cepat (Indra kusuma dalam Daryanto (2007: 35)). Dalam pembelajaran

(10)

setelah satu materi atau satu kompetensi telah selesai. THB dilaksanakan

sebagai cara untuk mengetahui kognitif produk siswa. THB yang juga

sering dikenal dengan istilah tes pencapaian merupakan butir tes yang

digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (Sudijono (2006 : 73)). Dia juga

menambahkan

THB juga dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga (berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar testee, ...

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa teknik tes ialah suatu prosedur

yang diadakan untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa.

Namun, teknik tes lebih diidentikkan dengan THB. THB sendiri hanya

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kognitif produk

siswa. Pada umumnya, THB yang diberikan berupa soal pilihan jamak,

pilihan jamak beralasan, ataupun esai. THB harus dikerjakan siswa dalam

kurun waktu tertentu, biasanya dalam satu pertemuan.

Teknik nontes pada umumnya memegang peranan penting dalam

melakukan penilaian di luar ranah kognitif. Menurut Sudijono (2006 :

76-90) dengan nontes penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai

cara, yaitu :

1. Pengamatan (observasi)

(11)

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran (obyek) pengamatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab lisan, secara sepihak, berhadapan muka, serta dengan arah dan tujuan yang telah ditentukan. Wawancara terbagi dalam dua tipe, wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

3. Angket

Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar....angket jauh lebih praktis walaupun jawaban yang disediakan terbatas dan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif...

4. Pemeriksaan dokumen

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen...

Menurut Daryanto (2007: 29), teknik nontes dibagi menjadi 6, yaitu:

1. Skala bertingkat 2. Kuesioner 3. Daftar cocok 4. Wawancara 5. Pengamatan 6. Riwayat hidup

Dari keenam teknik nontes yang diungkapkan Daryanto, pengamatan

adalah teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan

teknik nontes ini, penilaian keterampilan sosial dan keterampilan proses

sains dilakukan dengan teknik observasi, yakni di saat pembelajaran

berlansung.

B. Penilaian Otentik

Ketika ranah kognitif produk dapat dinilai melalui soal-soal atau

pertanyaan-pertanyaan maka bagaimana cara kita melakukan penilaian di luar ranah

(12)

penilaian yang mampu menilai kinerja baik saat proses pembelajaran maupun

akhir pembelajaran, penilaian yang menyeluruh. Penilaian itu disebut

penilaian otentik atau dikenal juga sebagai penilaian alternatif atau penilaian

kinerja. Penilaian otentik bisa digunakan pada penilaian semua ranah

penilaian. Namun, penilaian otentik biasa digunakan untuk penilaian selain

ranah kognitif produk. Zainul (2001: 7-8) menekankan perlunya penilaian

kinerja untuk mengukur aspek lain di luar kognitif, yaitu tujuh kemampuan

dasar yang menurut Howard Gardner tidak mungkin dinilai hanya dengan

cara-cara yang biasa. Ketujuh kemampuan dasar tersebut adalah: (1)

visual-spatial,(2)bodilykinesthetic,(3)musical-rhythmical,(4)interpersonal,(5)

Intrapersonal,(6)logical mathematical,(7)verbal linguistic.Namun, baru

dua kemampuan yang terakhir yang banyak diukur atau dinilai orang,

sementara lima kemampuan yang lainnya belum banyak diungkap.

Penilaian otentik termasuk salah satu pendekatan untuk mengamati prestasi

siswa. Penilaian otentik menekankan pada proses dan kinerja siswa untuk

mempraktekkan kemampuan berpikir kritis dan mendapatkan hal-hal

menyenangkan dalam pembelajaran. Penilaian otentik tidak mendorong

pembelajaran hafalan, tetapi mengutamakan berpikir analitik,

mengintegrasikan apa yang siswa pelajari dengan situasi yang sebenarnya di

lapangan atau di lingkungan mereka sendiri (Depdiknas: 2005).

Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya

diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang

mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang

(13)

dikemukakan oleh Richard J. Stiggins dalam Rustaman (2006: 3), bahkan

Stiggins menekankan keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk

menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Hal itu

performance assessments call

upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to

apply the skills and knowledge they have mastered . Grant Wiggins dalam

Rustaman (2006: 3), menekankan hal yang lebih unik lagi. Grant Wiggins

menekankan perlunya kinerja ditampilkan secara efektif dan kreatif. Selain

itu, tugas yang diberikan dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang

analog dengan masalah yang dihadapi orang dewasa (warganegara,

konsumen, professional) di bidangnya. Engaging and worthy problems or

questions of importance, in which students must use knowledge to fashion

performance effectively and creatively. The tasks are either replicas of or

analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or

professionals in the field . Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penilaian

otentik diketahui sebagai suatu penilaian yang menuntut siswa menampilkan

kinerja secara efektif dan kreatif untuk menerapkan keterampilan dan

pengetahuan yang sudah dikuasai.

Asesmen otentik menggunakan sampel penampilan (performance samples),

kegiatan belajar, kemampuan berpikir. Setidaknya terdiri atas 4 sampel

penampilan utama menurut Marhaeni (2007), yaitu sebagai berikut :

(14)

atau permasalahan yang diberikan. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). (Marhaeni (2007 : 13-14))

b) Open-Response Questions atau esai.menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri

jawabannya. Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas

(restricted-response). Pada tes esai bentuk jawaban terbuka, peserta didik mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1) menyebutkan pengetahuan faktual, (2) menilai pengetahuan faktualnya, (3)

menyusun ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis dan koheren. Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup

jawabannya.(Marhaeni (2007:16))

c) Portofolio. Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti

karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence) yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan peserta didik secara individual.(Marhaeni (2007:16-17))

d) Self-Assessment. Self-Assessmentadalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Rolheiser dan Ross mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.(Marhaeni (2007:14))

Keterampilan sosial dan KPS merupakan salah dua dari keterampilan yang

dinilai menggunakan penilaian otentik. Dalam keterampilan sosial dan KPS,

penilaian dilakukan dengan pengamatan yang didasarkan pada kinerja

(performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau

permasalahan yang diberikan sehingga berdasarkan keempat sampel

penampilan di atas, yang sesuai dengan keterampilan sosial dan KPS yang

dikembangkan adalah penilaian kinerja.

(15)

1. Pengertian Rubrik

Rubrik adalah sesuatu yang tak mungkin terpisahkan dari penilaian

pembelajaran. Rubrik dapat memudahkan guru dalam melakukan

penilaian. Rubrik merupakan wujud asesmen kinerja yang dapat diartikan

sebagai kriteria penilaian yang bermanfaat membantu pendidik untuk

menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (Universitas

Sebelas Maret (2007: 25)).

Rubrik merupakan panduan asesmen yang menggambarkan kriteria yang

digunakan pendidik dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil

pekerjaan siswa. Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang diinginkan

yang perlu ditunjukkan dalam suatu pekerjaan mahasiswa disertai dengan

panduan untuk mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut (Dikti:

2008). Rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria

untuk sebuah pekerjaan atau tugas (Andrade dalam Zainul, 2001: 19).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa rubrik

merupakan kriteria penilaian atau alat penskoran mulai dari yang paling

baik hingga yang paling buruk.

2. Manfaat Rubrik

Berikut manfaat pemakaian rubrik menurut Dikti (2008: 39) :

a. Rubrik menjelaskan deskripsi tugas

b. Rubrik memberikan informasi bobot penilaian

(16)

Berdasarkan poin di atas, manfaat pada poin a rubrik menjelaskan

deskripsi tugas yang berarti dengan adanya rubrik, siswa mengetahui

kompetensi yang hendak dicapai dalam sebuah tugas karena tugas

terdeskripsi secara jelas. Pada poin b rubrik memberikan informasi bobot

penilaian yang berarti dengan adanya rubrik, siswa tahu bobot

penilaiannya sehingga siswa dapat mengerjakannya dengan optimal.

Tentunya dengan adanya rubrik, penilaian tidak dilakukan kira-kira semata

melainkan lebih objektif dan tidak berubah-ubah seperti pada poin d.

3. Tipe Rubrik

Secara umum ada dua tipe rubrik, yaitu holistik dan analitik. Rubrik

holistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang

kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari

bagian-bagian komponennya. Sedangkan rubrik analitik menuntut pemberi skor

untuk menilai komponen-komponen yang terpisah atau tugas-tugas

individual yang berhubungan dengan kinerja yang dimaksud. ubrik

holistik lebih cocok bila tugas kinerjanya menuntut mahasiswa untuk

membuat respons tertentu dan tidak ada jawaban yang mutlak benar

(Mertler dalam Barestha (2011: 13)). Rubrik analitik biasanya lebih

disukai bila

(Arends, 2008: 244).

Rubrik memiliki 2 jenis, yaitu: rubrik holistik dan analitik. Rubrik holistik

adalah rubrik yang menggunakan skor tunggal dalam menilai produk,

proses, dan penampilan. Rubrik holistik terdiri dari beberapa kriteria

(17)

analitik menilai produk, proses, dan penampilan dalam atribut atau

dimensi yang terpisah dan mempunyai deskriptor untuk tiap dimensinya.

(Mertler, Gissele O. Martin-Kniep dalam Barestha (2011: 13)).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa rubrik ada 2, yaitu

rubrik holistik dan analitik. Setiap rubrik memiliki fokus yang berbeda.

Rubrik holistik sendiri untuk menilai kemampuan atau proses secara

keseluruhan tanpa terpisah-pisah, sedangkan rubrik analitik fokus

penilaiannya hanya pada kemampuan atau proses yang lebih spesifik. Pada

penelitian ini, rubrik yang dikembangkan adalah rubrik holistik.

4. TemplateRubrik

Templaterubrik merupakan tabel yang terdiri atas dua atau lebih jalur yang

terdiri dari skala atau skor dan deskripsi untuk penjelasan dari tiap-tiap

skala.Templaterubrik menggambarkan kriteria dari tingkat yang paling

sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Untuk memudahkan

dalam membuattemplaterubrik, Mertler dalam Arends (2008: 245, 247)

membuatkan contohtemplatenya sebagai berikut :

a. Rubrik Holistik

Tabel 2.1Templateuntuk Rubrik Holistik

Skor Deskripsi

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang

permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

4 Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang

permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

3 Memperlihatkan pemahaman parsial tentang pemahamannya.

Kebanyakan persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons. 2 Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang permasalahannya.

Banyak persyaratan tugas yang tidak tampak dalam respons.

1 Memperlihatkan sama sekali tidak memahami

(18)

b. Rubrik Analitik

Tabel 2.2Templateuntuk Rubrik Analitik

Mulai Mengembangkan Menguasai *Exemplary Skor

Kriteria 1 Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksika n kinerja paling tinggi

Kriteria 2 Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksika n kinerja paling tinggi

Kriteria 3 Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksika n kinerja paling tinggi

Kriteria 4 Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat pemula Deskripsi yang merefleksikan pergeseran ke arah kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksi kan kinerja tingkat menguasai Deskripsi yang merefleksika n kinerja paling tinggi

Berdasarkan duatemplatedi atas, jelas terlihat perbedaan fokus yang

digunakan pada keduatemplatetersebut. Dimana holistik lebih

menyeluruh sedangkan analitik lebih spesifik.Templateyang akan

dikembangkan dalam penelitian ini adalahtemplaterubrik holistik.

5. Langkah Pengembangan Rubrik

Rubrik yang merupakan kriteria dan alat penskoran, terdiri dari senarai dan

gradasi mutu. Senarai merupakan daftar kriteria yang diwujudkan dengan

dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan

dinilai, sedangkan gradasi mutu merupakan skala dari tingkat yang paling

sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Semua komponen

(19)

mengembangkan rubrik, Gronlund, Linn, dan Davis dan Wiggins dalam

Barestha (2011: 17), telah memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:

1. Fokuskan pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan kinerja anak didik yang kompleks.

2. Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan keterampilan sentral untuk hasil-hasil belajar yang penting.

3. Minimalkan ketergantungan kinerja tugas pada keterampilan-keterampilan yang tidak relevan dengan maksud tugas asesmen yang dimaksud.

4. Berikan kerangka kerja/instruksi kerja (scaffholding) yang dibutuhkan anak didik agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan

5. Konstruksikan petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas anak didik menjadi benar-benar jelas.

6. Komunikasikan dengan jelas ekspektasi kinerja dalam kaitannya dengan kriteria yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja.

Adapun dalam mengembangkanscoring rubrics, langkah-langkah yang

digunakan adalah menurut Donna Szppyrka dan Ellyn B. Smith dalam

Barestha (2011: 17-18). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan konsep, keterampilan, dan kinerja yang akan diases (asesmen), serta model rubrik yang digunakan.

2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan konsep dan atau keterampilan yang akan diakses ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.

3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task) yang harus diakses.

4. Menentukan skala yang akan digunakan.

5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan (secaragradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada setiap gradasi atau memberi deskripsi gradasi. 6. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil

kerja siswa dengan rubrik yang telah dikembangkan.

7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja mahasiswa dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja, maupun konsep dan keterampilan yang akan diakses.

8. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Apakah skala tersebut memang telah membedakan secara jelas tentang kinerja yang ditunjukkan oleh siswa.

(20)

Menentukan keterampilan dan kinerja yang hendak dinilai menjadi hal

yang penting ditentukan diawal karena hal itulah yang menentukan konsep

rubrik yang hendak dibuat. Skala beserta deskripsi gradasi pun menjadi

hal yang tak terpisahkan dalam rubrik.

D. Keterampilan Sosial

Menurut Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell (1998: 87)

keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif

dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi

dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan

perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan mampu

mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan

interpersonal, tanpa harus melukai orang lain (Hargie, Saunders, & Dickson

dalam Gimpel & Merrell (1998: 90)). Keterampilan sosial merupakan sesuatu

yang dapat dipelajari. Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih

komunikatif mengungkapkan setiap perasaannya baik secara verbal maupun

nonverbal kepada lawan bicaranya.

Keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan

perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh lingkungan, dan

jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh lingkungan (Libet

dan Lewinsohn dalam Cartledge dan Milburn (1995: 56)). Keterampilan

sosial sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu

pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan (Kelly dalam Gimpel &

Merrel (1998: 90)). Keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak

(21)

masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya (Matson,

dalam Gimpel & Merrell (1998: 110)). Keterampilan sosial yang ditunjukkan

seseorang akan dinilai oleh lingkungan. Namun, terlepas dari positif atau

negatif penilaian yang diberikan, selalu ada konsekuensi yang mengiringinya.

Pembiasaan di lingkungan sekitar merupakan cara ampuh untuk memberikan

pembelajaran keterampilan sosial sejak dini agar terbentuk pribadi yang

mampu menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat sekitarnya.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada

dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah

memiliki keterampilan sosial(social skill)untuk dapat menyesuaikan diri

dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial tersebut

meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,

menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan

dari orang lain, memberi atau menerimafeedback, memberi atau menerima

kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya.

Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut

maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini

berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek

psikososial dengan maksimal ( ).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial

adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Keterampilan sosial membawa remaja

untuk lebih komunikatif mengungkapkan setiap perasaannya baik secara

verbal maupun nonverbal kepada lawan bicaranya, penuh pertimbangan

(22)

segala hal, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, dan mampu

menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat sekitarnya.

Terdapat enam hasil penting dari keterampilan sosial menurut Johnson dan

Johnson (1999: 35), yaitu:

1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas

Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang rendah dalam keterampilaninterpersonal-nya dapat mengubah hubungan dengan orang lain dan cenderung untuk

mengembangkan pandangan yang tidak akurat dan tidak tepat tentang dirinya.

2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir.

Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan

keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Keterampilan yang paling penting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi, mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasi situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lain yang berhubungan dengan dunia kerja.

3. Meningkatkan Kualitas Hidup

Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari keterampilan sosial karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.

4. Meningkatkan Kesehatan Fisik

Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.

5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain. Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi, dan kesepian. Telah dibuktikan bahwa kewmampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain dapat

mengurangi distress psikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.

6. Kemampuan Mengatasi Stress

(23)

dan mengurangi kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individu dalam mengatasi stress dengan memberikan perhatian, informasi, danfeedback.

Gresham & Reschly dalam Gimpel dan Merrell (1998: 165)

mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:

1. Perilaku Interpersonal

Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan keterampilan menjalin persahabatan.

2. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan

sebagainya.

3. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis. Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah. 4. Penerimaan Teman Sebaya

Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya. 5. Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.

Caldarella dan Merrell dalam Gimpel & Merrell (1998: 90) mengemukakan 5

(lima) dimensi paling umum yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu:

1. Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation), ditunjukkan melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain.

2. Manajemen diri (Self-management), merefleksikan remaja yang memiliki emosional yang baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat menerima kritikan dengan baik.

(24)

4. Kepatuhan (Compliance), menunjukkan remaja yang dapat mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu dengan baik, dan

membagikan sesuatu.

5. Perilaku assertive (Assertion), didominasi oleh kemampuan-kemampuan yang membuat seorang remaja dapat menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan.

Keterampilan sosial adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Pembiasaan di

lingkungan sekitar merupakan cara ampuh untuk memberikan pembelajaran

keterampilan sosial sejak dini bagi anak agar terbentuk pribadi yang mampu

menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat sekitarnya. Sekolah

menjadi salah satu lingkungan yang memegang peranan penting dalam

pembiasaan tersebut, mengingat tak sedikit waktu yang dihabiskan anak di

sekolah. Pembiasaan dapat dilakukan pada lingkup yang lebih kecil lagi di

sekolah, yaitu dalam kelas, di mana sebuah pembelajaran perlu memunculkan

keterampilan sosial.

Cara memunculkan keterampilan sosial dalam pembelajaran di kelas biasanya

dilakukan dengan pembentukan kelompok diskusi dan atau kelompok belajar.

Dalam kelompok tersebut, mereka melakukan interaksi yang lebih intens.

Saat itulah diajarkan keterampilan-keterampilan sosial agar dapat bekerja

sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,

memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi,

dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan

yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama

bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman

(25)

E. Pengetahuan Prosedural

KPS erat kaitannya dengan pengetahuan prosedural. Untuk itu, sebelum

membahas KPS perlu diketahui pengetahuan prosedural. Dalam taksonomi

bloom, dimensi pengetahuan dibagi menjadi 4, yaitu pengetahuan faktual,

pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

metakognitif. Pengetahuan prosedural menurut taksonomi bloom revisi dalam

Wulandari (2011: 6)

1. Pengetahuan tentang keterampilan bidang tertentu dan algoritma (knowledge of subject specific skills and algorithms)

2. Pengetahuan tentang teknik dan metode pada bidang tertentu (knowledge of subject specific techniques and methods)

3. Pengetahuan kriteria penggunaan prosedur secara tepat (knowledge of criteria for determining when to use appropriate procedures)

Menurut Isnuarti (2011: 13), pengetahuan yang bersifat prosedural adalah

pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural

merupakan uraian tahapan atau langkah-langkah yang dapat diikuti untuk

menyelesaikan permasalahan. Anderson dan Krathowohl dalam Isnuarti

(2011: 13), menyatakan bahwa

...pengetahuan ini termasuk juga berupa pengetahuan tentang keahlian, algoritma, teknik, dan metode dalam mengerjakan sesuatu. Langkah-langkah yang dilakukan haruslah sistematik sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengerjakannya. Secara luas, yang termasuk kedalam pengetahuan prosedural serta pengetahuan tentang hasil dari consensus, persetujuan atau norma-norma disiplin yang lebih baik daripada

pengetahuan akan observasi, eksperimen, atau hasil pengamatan. Dimensi ini dapat menumbuhkan sikapskeptic(tidak mudah percaya) sehingga siswa tidak mudah menerima informasi begitu saja. Kemudian dalam pelaksaannya diperlukan pengetahuan tentang kapan saat yang tepat untuk merancang, melakukan, dan mengevaluasi prosedur untuk memecahkan masalah.

P

(26)

melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan

masalah-masalah baru. Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu

rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan

keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metode-metode

secara kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur Alexander, Schallert,

dan Hare, Anderson, deJong dan Ferguson-Hessler, Dochy dan Alexander)

dalam Suwarto (2010: 80)). Suwarto menambahkan

Pengetahuan prosedural juga meliputi pengetahuan mengenai kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan menggunakan beragam prosedur. Sementara pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual

pengetahuan faktual dan konseptual berkaitan dengan apa yang disebut

berhubungan erat dengan pokok-pokok bahasan atau disiplin-disiplin ilmu tertentu. Maka, pengetahuan prosedural untuk pengetahuan mengenai keahlian -keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metode-metode yang merupakan apesifik subjek atau spesifik disiplin ilmu .

Setidaknya ada 3 pengetahuan yang termasuk dalam pengetahuan prosedural

menurut Suwarto (2010: 80-81)

a. Pengetahuan Keahlian dan Algoritma Spesifik suatu Subjek

Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah, yang secara kolektif dikenal sebagai prosedur. Kadangkala langkah-langkah tersebut diikuti perintah yang pasti; di waktu yang lain keputusan-keputusan harus dibuat mengenai

langkah mana yang dilakukan selanjutmya. Dengan cara yang sama, kadang-kadang hasil akhirnya pasti; dalam kasus lain hasilnya tidak pasti. Meskipun proses tersebut bisa pasti atau lebih terbuka, hasil akhir tersebut secara umum dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.

b. Pengetahuan Tehnik dan Metode Spesifik suatu Subjek

(27)

menggambarkan bagaimana para ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tersebut berfikir dan menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.

c. Pengetahuan Kriteria untuk Menentukan Kapan Menggunakan Prosedur-Prosedur yang Tepat

Sebelum terlibat dalam suau penyelidikan, para murid dapat

diharapkan mengetahui metode-metode dan tehnik-tehnik yang telah digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan yang sama. Pada suatu tingkatan nanti dalam penyelidikan tersebut, mereka dapat

diharapkan untuk menunjukkan hubungan-hubungan antara metode-meode dan teknik-teknik yang mereka benar-benar lakukan dan metode-metode yang dilakukan oleh murid lain. Para ahli tahu kapan dan dimana menerapkan pengetahuan mereka. Mereka memiliki kriteria yang membantu mereka menggunakan jenis-jenis

pengetahuan prosedural spesifik suatu subjek yang berbeda; yaitu, -kondisi dibawah prosedur-prosedur yang akan diterapkan (Chi, Feltovich, dan Glaser, 1981). Kriteria beragam dari satu pokok bahasan dan pokok bahasan lainnya. Pada awalnya, terlihat kompleks dan abstrak bagi para murid; murid-murid memperoleh makna ketika mereka dikaitkan dengan situasi-situasi dan masalah-masalah yang konkret.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan prosedural

adalah pengetahuan bagaimana untuk menemukan sesuatu. Pengetahuan ini

berisi tahapan-tahapan yang kemudian digunakan untuk memecahkan suatu

permasalahan.

F. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk

oleh komponen-komponen metode sains/scientific methods. Keterampilan

proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk didalamnya juga

interaksi dengan isinya (content). Indrawati dalam Nuh (2010: 1)

mengemukakan bahwa:

(28)

konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi).

Jadi keterampilan proses sains adalah kemampuan ilmiah siswa untuk

menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan

menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi

setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam

mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/

mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan

intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses

belajar mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh

pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan

untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Semiawan dalam Nuh (2010: 1)

berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan

proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu:

a) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa,

b) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret, c) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak

bersifat mutlak 100%, tapi bersifat relatif,

d) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Metode ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains.

Metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab

(29)

Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010: 3), terdapat enam langkah-langkah

metode ilmiah, yaitu:

a) Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah

b) Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi c) Menyusun hipotesis

d) Menguji hipotesis melalui percobaan e) Menganalisa data dan membuat kesimpulan f) Mengomunikasikan hasil

Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah metode ilmiah tersebut

dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang

dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa.

Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa

dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan

menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran

sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat

melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan.

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa:

Berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.

Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba dan Wetzel dalam

Mahmuddin (2010: 4) sebagai berikut.

(30)

a) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain,

b) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek,

c) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran,

d) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan,

e) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan, f) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang

diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama

ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting

baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama.

Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan

berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi

siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan

kompleks.

Keterampilan proses terpadu (terintegrasi) diuraikan oleh Weztel dalam

Mahmuddin (2010: 4) sebagai berikut:

Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu meliputi:

a) Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan,

b) Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan,

c) Membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati,

(31)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Padilla dalam Nurohman (2010: 3), bahwa

keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) the basic (simpler) process skilldan 2) integrated (more complex) skills.The basic process skill, terdiri dari 1) Observing,

2)Inferring, 3)Measuring, 4)Communicating, dan 5)Classifying, 6) Predicting. Sedangkan yang termasuk dalamIntegrated Science Process Skillsadalah 1)Controlling variables,2)Defining operationally,3)

Formulating hypotheses, 4) Interpreting data,5)Experimentingdan,6)

Formulating models.

Longfield dalam Nurohman (2010: 6) membagi keterampilan proses sains

[image:31.595.134.514.357.679.2]

menjadi tiga tingkatan, yaituBasic, Intermediate,danEdvanced.

Tabel 2.3. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (Longfield : 2010)

Basic

Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.

Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua

objek/kejadian.

Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau

ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.

Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai

Mengomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk

menggambarkan kejadian, aksi atau objek.

Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide,

kejadian, atau objek

Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian

menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka. Intermediate

Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.

Memprediksi

Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa

Edvanced

Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam

bentuk pertanyaan

Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis

Menginterpretasikan Data Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan

(32)

keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu

penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap

keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan

proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian

dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses

sains, dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama

untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.

MenurutSmithdanWelliverdalam Mahmuddin (2010: 15), pelaksanaan

penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

1. Pretes dan postes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.

2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk

menentukan pada bagian mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.

3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai kriteria utama dalam

pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains dengan baik.

(33)

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa

atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus

direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo dalam

Mahmuddin (2010: 23), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap

keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai, 2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains, 3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains

tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan),

4. Membuat kisi-kisi instrumen,

5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu

mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes),

6. Melakukan validasi instrumen,

7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris,

8. Perbaikan butir-butir yang belum valid,

9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.

Penilaian terhadap KPS, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen

tertulis. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara tes dan nontes.

Penilaian melalui tes dapat dilakukan dengan meminta siswa mengerjakan

pertanyaan-pertanyaan atau membuat laporan. Dari sana tingkat pencapaian

KPS siswa dapat diketahui melalui hasil pekerjaannya.Sedangkan penilaian

melalui nontes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan.

Pengamatan dilakukan saat KPS diterapkan dalam pembelajaran. Penilaian

KPS dengan observasi lebih baik dalam menunjukkan tingkat pencapaian

(34)

untuk mendapatkan akurasi penilaian yang lebih tinggi. Pada penelitian ini

penilaian KPS dengan rubrik asesmen dilakukan dengan observasi atau

(35)

36

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini yaituresearch and developmentatau penelitian

pengembangan. Pada penelitian pengembangan ini akan dikembangkan rubrik

asesmen keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP

bermuatan pendidikan karakter.

B. Prosedur Pengembangan Produk

Desain penelitian yang digunakan, yaitu proses pengembangan menurut

Potter dalam Asyhari (2011). Dalam memproduksi rubrik asesmen

pembelajaran IPA fisika SMP bermuatan pendidikan karakter terdiri dari

beberapa tahapan penting yaitu:

1. Analisis Kebutuhan.

2. Pengembangan Produk Awal. 3. Validasi Ahli.

4. Revisi Produk I. 5. Uji Coba lapangan.

a. Uji Tahap 1 b. Revisi Produk II c. Uji Tahap 2 d. Revisi Produk III

Susunan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

(36)
[image:36.595.155.509.148.618.2]

37

Gambar 3.1 Langkah-langkah memproduksi Rubrik Asesmen IPA Fisika

Model pengembangan ini terdiri atas lima tahap yang akan dijelaskan sebagai

berikut :

Tahap 3. Validasi Ahli

Uji Ahli, yaitu praktisi pembelajaran fisika (dosen)

Tahap 4. Revisi Produk I

Merevisi produk I sesuai dengan catatan dan masukan dari validasi ahli yang menghasilkan Produk II

Tahap 2. Pengembangan Produk Awal

Mengembangkan rubrik asesmen keterampilan sosial dan KPS pada pembelajaran IPA fisika SMP bermuatan pendidikan karakter.

Melakukan penelitian pendahuluan dengan menganalisis lebih jauh penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan

oleh peneliti lain terkait pengembangan perangkat pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter, keterampilan sosial dan KPS. Melakukan observasi terkait keterbutuhan pembuatan atau perevisian rubrik asesmen dari

pembelajaran tersebut

Tahap 5. Uji Lapangan

(37)

38

Tahap I. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa perlukah rubrik

asesmentpembelajaran yang akan dikembangkan. Analisis kebutuhan ini

dilakukan dengan observasi. Observasi dilakukan pada perangkat

pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter, keterampilan sosial, dan

KPS yang telah dibuat oleh peneliti lain serta mengobservasi rubrik

keterampilan soaial dan KPS guru yang mengajar di kelas.

Tahap II. Pengembangan Produk Awal

Tahap II yaitu mengembangkan produk awal berupa rubrik asesmen

pembelajaran IPA fisika SMP yang bermuatan pendidikan karakter. Rubrik

asesmen yang dikembangkan adalah keterampilan sosial dan KPS.

Adapun dalam mengembangkanscoring rubrics, langkah yang digunakan

adalah menurut Donna Szppyrka dan Ellyn B. Smith dalam Barestha (2011).

Ada 5 langkah yang digunakan dalam pengembangan produk awal ini, yakni :

1. Menentukan konsep, keterampilan, dan kinerja yang akan diases

(asesmen), serta model rubrik yang digunakan.

2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan konsep dan atau

keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang

menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.

3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas

(task) yang harus diases.

4. Menentukan skala yang akan digunakan.

5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan

(38)

39 keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada

setiap gradasi atau memberi deskripsi gradasi.

Tahap III. Validasi Ahli

Pada tahap III dilakukan uji validasi ahli yang ditujukan pada praktisi

pembelajaran fisika, yaitu dosen. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui

ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk yang dibuat baik dari komponen

konstruksi, komponen substansi maupun komponen tata bahasa. Data hasil

validasi ahli materi dijadikan sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap

produk I.

Tahap IV. Revisi Produk I

Berdasarkan validasi ahli, data yang telah didapatkan digunakan untuk

mencari apakah masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk,

kemudian dilakukan revisi produk I sesuai dengan catatan dan saran

perbaikan dari validasi ahli. Hasil revisi produk I disebut Produk II.

Tahap V. Uji Lapangan

Setelah produk II diperoleh, dilakukan uji lapangan. Pada tahap ini dilakukan

dua perlakuan, yaitu tahap 1 dan tahap 2. Tahap 1, yakni uji yang dilakukan

guna mengetahui kualitas rubrik asesmen. Uji ini ditujukan pada guru mata

(39)

40 menggunakan instrumen kelayakan rubrik seperti pada tahap validasi ahli.

Tahap 2, yakni uji yang dilakukan guna mengetahui efektivitas rubrik

asessmen. Pada tahap ini, guru akan menggunakan rubrik asesmen yang telah

dibuat untuk melakukan penilaian.

Adapun prosedur pelaksanaan uji lapangan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan uji tahap 1, dengan memberikan instrumen kelayakan rubrik

pada guru

b. Menganalisis hasil uji lapangan tahap 1 untuk melihat kekurangan dan

kelebihan rubrik asesmen pembelajaran fisika yang digunakan.

c. Melakukan revisi produk II.

d. Melakukan penilaian kepada siswa menggunakan rubrik yang telah

direvisi.Dalam hal ini, yang melakukan penilaian adalah guru yang mengajar. Ini sudah masuk pada uji lapangan tahap 2 dimana guru

menggunakan rubrik asesmen untuk melakukan penilaian.

e. Melakukan uji lapangan tahap 2, uji ini dimaksud untuk mengetahui

keefektifan rubrik asesmen untuk penilaian pembelajaran oleh guru

f. Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan

rubrik asesmen keterampilan sosial dan KPS pembelajaran IPA fisika

SMP yang digunakan.

g. Melakukan revisi produk III

h. Produk akhir rubrik asesmen keterampilan sosial dan KPS pembelajaran

IPA fisika SMP bermuatan pendidikan karakter.

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

(40)

41 1. Data hasil validasi ahli berupa penilaian terhadap rubrik asesmen

pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen

kelayakan rubrik yang ditujukan kepada dosen.

2. Data hasil uji lapangan tahap 1 berupa penilaian terhadap rubrik asesmen

pembelajaran oleh guru yang mengajar di kelas. Teknik pengumpulan

datanya menggunakan instrumen kelayakan rubrik.

3. Data hasil uji lapangan tahap 2 berupa penilaian keefektifan rubrik

asesmen untuk penilaian pembelajaran oleh guru. Teknik pengumpulan

datanya menggunakan instrumen efektifitas rubrik dan rubrik asesmen

keterampilan sosial dan KPS.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis untuk masing masing data penelitian dilaksanakan sebagai

berikut:

1. Data yang diperoleh dari hasil validasi ahli, akan diketahui kualitasnya

[image:40.595.138.468.542.629.2]

berdasarkan :

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian untuk Validasi Ahli dan Uji Lapangan

Skor Kualitas Pernyataan kualitas

3,26-4,00 Sangat Baik

2,51-3,25 Baik

1,76-2,50 Kurang Baik

1,01-1,75 Jelek

Sumber: Suyanto (2009: 227)

2. Data yang diperoleh dari hasil uji lapangan tahap 1, akan diketahui

kualitasnya berdasarkan Tabel 3.1.

3. Data yang diperoleh dari hasil uji lapangan tahap 2, akan diketahui

(41)

42 penilaian guru dengan rubrik) tercantum dalam tabel nilai keterampilan

(42)

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian pengembangan ini, dapat disimpulkan bahwa telah

dihasilkan rubrik asesmen keterampilan sosial dan KPS pembelajaran IPA

fisika SMP bermuatan pendidikan karakter. Keterampilan sosial yang

dimaksud adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan

pendapat, pendengar aktif, dan mampu menjelaskan kembali. KPS yang

dimaksud adalah keterampilan merumuskan hipotesis, merencanakan

percobaan, melakukan percobaan, mengamati, menginterpretasi data,

memprediksi, menerapkan konsep, dan mengomunikasikan. Dari keterampilan

yang dinilai, masing-masing keterampilan memiliki 4 indikator. Skor rubrik

dibuat dengan rentang 0 sampai 4, dengan 0 untuk kriteria yang paling buruk

dan 4 untuk kriteria yang paling baik.

B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

1. Guru disarankan dapat menggunakan rubrik asesmen ini untuk melakukan

penilaian keterampilan sosial dan keterampilan proses sains pada

pembelajaran IPA fisika SMP bermuatan pendidikan karakter karena

(43)

60 2. Ketika menggunakan rubrik ini, guru hendaknya melakukan stimulasi

terdahulu kepada siswa dengan memberikan informasi terkait keterampilan

terpenting apa saja yang hendak dinilai agar keterampilan-keterampilan

tersebut dapat dimunculkan

3. Rubrik asesmen KPS hanya dapat digunakan ketika siswa melakukan

praktikum

4. Kegiatan penelitian lanjutan berupa pengembangan rubrik asesmen

keterampilan sosial pada pembelajaran IPA fisika SMP bermuatan

pendidikan karakter tipe rubrik holistik yang dapat digunakan dalam

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008.Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, Suharsimi. 2007.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asyhari, Ardian. 2011.Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Bermuatan Pendidikan Karakter, Keterampilan Sosial, dan Keterampilan Proses Sains. Skripsi Belum Diterbitkan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Barestha, Yovi. & Wahyuni, Lussy Dwiutami. (2011).Makalah Rubrik: Asesmen Alternatif Untuk Menilai Peserta Didik Secara Realtim dan Komprehensif. [On line] tersedia:

http://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/makalah_rubrik.pdf BSPN. 2008.Standar Penilaian BSPN. [On line] tersedia:

http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=245

Cangelosi, James S. 1995.Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB.

Cartledge, G. & Millburn, J. F. (1995).Teaching Social Skills to Children &Youth.Innovative Aproach, 3rd ed. Massachussets: Allyn & Bacon.

Daryanto. 2007.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta .

Depdiknas. 2005.Buku Pedoman Umum Pengembangan Sistem Asesmen Berbasis Kompetensi.Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Dikti. 2008.Rubrik.Jakarta: Direktorat Akademik Dikti.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(45)

Isnuarti, Diyah. 2011.Keterampilan Psikomotor dan Pengetahuan Prosedural Siswa pada Kegiatan Praktikum Uji Makanan.Bandung: UPI.

Johnson, D. & Johnson, R. (1999).Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning.Boston: Allyn & Bacon.

Mahmuddin. 2010.Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://mahmuddin.wordpress.com.

Marhaeni, A. A. Isti N. 2007.Makalah Lokakarya: Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Otentik dalam Rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Produktif. Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Mulyasa, E. 2009.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja. [On line] tersedia:http://www.epsikologi.com/remaja/htm.

Nuh, Usep. 2010.Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://fisikasma-online.blogspot.com

Nurohman, Sabar. 2010.Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Rustaman, Nuryani Y dan Andrian Rustaman. 2006.Penilaian Otentik (Authentic Asessment) dan Penerapannya dalam Pendidikan Sains. Bandung: UPI.

Sudijono, Anas. 2006.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudrajat, Akhmad. 2008.Penilaian Hasil Belajar Siswa. [On line] tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Suwarto. 2010.Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif dalam Pendidikan.Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara.

Suyanto, Eko. 2009.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

2009:Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3.Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tim PEKERTI-AA PPSP LPP. 2007.Panduan Evaluasi Pembelajaran.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wulandari, Ana Ratna. 2011.Taksonomi Bloom-Revisi.Bandung: UPI.

Gambar

Tabel 2.1 Template untuk Rubrik Holistik
Tabel 2.2 Template untuk Rubrik Analitik
Tabel 2.3. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (Longfield : 2010)
Gambar 3.1 Langkah-langkah memproduksi Rubrik Asesmen IPA Fisika
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah tentang membuat Aplikasi sistem Informasi Geografis denah ruangan CV.Central Rezeki Motor berbasis web.. Latar belakang

Setelah melihat ibunya mengambil kain untuk mengeringkan lantai dengan cara menyeret kakinya yang dialasi dengan kain untuk mengeringkan lantai, Afif pun

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

kelelehan (flow), yang dapat dipakai sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan beton aspal campuran panas. rendah menunjukkan ), sebaliknya beton aspal campuran tinggi

Dalam teori pendekatan situasional, kepemimpinan yang efektif adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mengetahui keadaan baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Preheating ini dilakukan selama 180 jam pada sagger 1-5 dan ini dilakukan hingga suhu mencapai 800 o C imana akan terjadi pencairan pitch, penguapan pitch hal ini bertujuan

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,