• Tidak ada hasil yang ditemukan

324500386 Tugas Mandiri Materi 3 Teknik Tes dan Non tes docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "324500386 Tugas Mandiri Materi 3 Teknik Tes dan Non tes docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MANDIRI

NAMA: STELA OMEGA ADIMIN KELAS: E SEMESTER VII

NIM: 13 534 212

TEKNIK TES dan NON-TES A. Teknik Tes

a. Pengertian Tes

Tes adalah suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yangpersis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Istilah tes diambil dari kata testum (Prancis) yang diartikan sebagai piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang menyebutkan sebagai sebuah piring yang terbuat dari tanah. Sementara itu istilah tes pertama kali diperkenalakan oleh seorang ahli bernama James Ms. Cattel pada tahun 1890 kepada khalayak umum melalui bukunya yang berjudul ”Mental Test and Measurement”. Kemudian berkembang di Amerika yang selanjutnya secara berkesinambungan berkembang dengan tempo yang pesat sampai saat ini.

Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas, yaitu istilah Test, testing, tester dan testee yang masing masing memiliki perngertian yang berbeda-beda. Test adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Testing berarti saat dilaksanakannya atur peristiwa berlangsungnya pengukuran ddan penilaian. Tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor yaitu orang yang sedang melakukan pecobaan (eksperimen), sedangkan testee (mufrad) dan testee (jama’) adalah pihak yang sedang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan (=tercoba).

(2)

diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecapakan mereka, satu dengan yang lain.

Pada buku karya Anas Sudijono, secara garis besar Anas menyebutkan bahwa tes didefinisikan sebagai alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Beberapa istilah lain mengenai tes seperti testing, tester, testees dan sebagainya memiliki definisi sendiri yang berbeda dengan konsep tes itu sendiri. Kalau dikaitkan dengan evaluasi pendidikan, tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang bisa di jawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku.

Arikunto menyebutkan sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, dijelaskan terlebih dahulu dijabarkan definisi dari beberapa istilah terkait dengan tes, yaitu:

a. Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatudalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes tergantung dari petunjuk yang memberikan misalnya: melingkari salah satu hurup di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencorat jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.

b. Testing

Testing merupakan saat pada waktu tes itu disampaikan atau dilaksanakan. Atau dapat disederhanakan dengan maksud bahwa testing adalah saat pengambilan tes.

c. Testee

Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, bakat, pencapaian, dan sebagainya.

d. Tester

Tester merupakan orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya anya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara lain:

(3)

2. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan tes. 3. Menerangkan cara mengerjakan tes.

4. Mengawasi responden mengerjakan tes. 5. Memberikan tanda-tanda waktu.

6. Mengumpulkan pekerjaan responden.

7. Mengisi berita acara atau laporan yang dilakukan (jika ada).

Dari beberapa istilah yang diatas, diharapkan akan mempermudah pemahaman dalam pelaksanaan bentuk evaluasi dalam kegiatan pembelajaran. Yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

b. Fungsi Tes

Fungsi tes yang secara umum terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Hal yang diukur dalam hal ini ini berupa tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran karena dapat diketahui sejauh mana program pengajaran telah dicapai oeleh peserta didik.

c. Klasifikasi Tes

Tes dapat diklasifikasikan atas:

1. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)

2. Bagaimana ia di skor (tes objektif atau tes subjektif)

3. Respon apa yang ditekankan (kemampuan atau kecepatan)

(4)

5. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)

6. Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan ( tes buatan guru atau tes baku)

d. Penggolongan Tes

Sebagai sebuah alat ukur, tes digolangkan kedalam beberapa golongan besar yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

A. Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan/Kemajuan Belajar Peserta Didik.

Ditinjau dari fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:

1. Tes Seleksi

Tes seleksi dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau Ujian Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

Materi tes pada tes seleksi ini meupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau melakukan penyaringan, maka materi tes seleksi terdiri atas butir-butir yang cukup sulit sehingga calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan tinggi sajalah yang dimungkinkan dapat menjawab butir-butir soal dengan betul. Tes seleksi dapat dilksanakan secara lisan secara tertulis, dengan tes perbuatan dan dapat pula dilaksanakn dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara serempak. Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, sedangkan mereka yang dipandang kurang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.

(5)

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat diketahui oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebulum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Kerena itu maka butiran-butiran soalnya dibuat yang mudah-mudah.

Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada mereka. Sebagai contoh, sebelum mereka diberi pelajaran pendidikan agama Islam, rukun iman, nama-nama Rasul Allah, nama-nama kitab suci yang dibawa oleh masing-masing Rasul Allah, nama-nama malaikat berikut tugas mereka masing-masing dan sebagainya. Contoh lainnya, sebelum siswa diberi pelajaran matematika, terlebih dahulu dites pengetahuannya dalam hal perkalian, pembagian, pengkuadratan, mencari akar dan sebagainya. Tes awal dapat dilaksanakan baik secara tertulis atau secara lisan.

Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindak lanjut adalah:

a. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh eserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes itu tidak akan diajarkan lagi.

b. Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut.

3. Tes Akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Test akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting dengan naskah tes awal. Dengan cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes akhir baik sama, ataukah lebih jelek dari pada tes awal. Jika hasil tes akhir itu lebih baik dari pada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pelajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya. 4. Tes Diagnostik

(6)

peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”

Materi yang ditanyakan dalam tes diagnosis umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya. Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.

5. Tes Formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu teretentu. Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced test. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya.

Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah: a. Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran

dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.

b. Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.

6. Tes Sumatif

(7)

atau satu semester. Dengan demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formulatif.

Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butiran-butiran soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan:

1. Kedudukan dari masing-masing peserta didik di tengah tengah kelompoknya. 2. Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pelajarn berikutnya

(yang lebih tinggi), dan

3. Kemajuan peserta didik, untuk menginformasikan kepada orang tua, petugas bimbingan dan konseling, lembaga-lembaga pendidikan lainnya atau pasaran kerja, yang tertuang dalam Rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar.

B. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin di Ungkap

Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

1. Tes intelegensi (intellegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

2. Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee. 3. Tes sikap (attitude test), yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk

mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitar, baik berupa individu-individu maupun obyek tertentu.

4. Tes kepribadian (personality tes), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, atau kesenangan dan lain-lain. 5. Tes hasil belajar, juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement test),

(8)

perintah-perintah yang harus dikerjakan ole testee, sehingga (berdasarkan atas data yang diperoleh dari pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai-nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh testee lainnya.

C. Penggolongan Lain-Lain

Ditilik dari segi banyaknya orang-orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Tes individual (individual test), yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja, dan

2. Tes kelompok (group test), yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.

Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

I. Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan

II. Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentu ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan 2) Nonverbal test, tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa

ungkapan kata-kata atau kaliamat, meliankan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi repon yang dikehendaki muncul dari testeeadalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

Akhirnya, apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

(9)

2. Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyyan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikian jawabannya secara lisan pula.

B. Teknik Nontes

Pada bab terdahulu telah dikemukakan bahwa kegiatan “mengukur” atau “melakukan pengukuran” adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Kegiatan “mengukur” itu pada umumnya tertuang dalam bentu tes dengan berbagai variasninya. Dalam praktek, teknik tes inilah yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Pernyataan diatas tidaklah harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasihasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang dapat dipergunakan, yaitu teknik non-test. Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar pesera didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (docomentary analysis). Teknik non-tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain).

1. Pengamatan (Observation)

Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dnegan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran dikelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, perilaku peserta didik saat upacara bendera.

(10)

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam: 1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3. Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data

b. Sifat Observasi

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu: 1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran

2. Direncanakan secara sistematis

(11)

4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya. c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.

2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting

3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket

4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat

dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.

2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.

3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

Berikut ini dikemukakan dua buah contoh instrumen evaluasi berupa daftar isian dalam rangka menilai keterampilan peserta didik, dalam suatu observasi sistematis.

Contoh 1:

11 Mata pelajara : Keterampilan

Topic : Membuat Kaligrafi dari kertas

Kelas : ... Nama Siswa : ... Hari & Tanggal : ... Jam Pelajaran : ...

No Kegiatan/ Aspek yang dinilai Skor/ Nilai Keterampilan

(12)

Hasil penilaian dengan menggunakan instrumen tersebut di atas sifatnya adalah individual. Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukkan ke dalam daftar nilai yang sifatnya kolektif, seperti contoh berikut ini:

2 Wawancara (interview)

Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, bertatap muka, dan denfan arah sera tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

a. Wawancara terpimpin (quided interview) yang juga sering dikenal dengan wawanca terstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview). b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview)yang sering dikenal dengan istilah

wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis ( non-systematic interview), atau wawancara bebas.

Dalam wawancara terpimpin evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik, wawancara dengan orang tua atau wali murid dan lain-lain dalam rangka menghimpuan bahan-bahan keterangan untuk

Mata Pelajaran : ...

Topik : ...

Kelas : ...

Cawu/Semester : ...

No. Nama Siswa Skor/ Nilai untuk tiap tiap

(13)

penilaian untuk peserta didiknya. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang yaitu dengan berpegang pada panduan wawancara (interview guide) yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dipandang guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari peserta didik, hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai, keinginan atau cita-citanya, cara belajarnya, cara menggunakan waktu luangnya, bacaannya dan sebagainya.

Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara adalah, bawa dengan melakukan wawancara, pewawancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam.Dengan melakukan wawancara, peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas. Melalui wawancara, data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitif, pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat di ulang dan dijelaskan lagi dan sebaliknya jawaban-jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna, asalkan tidak mempengaruhi atau mengarahkan jawaban peserta didik. Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan secara lebih lengkap.

Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara atau evaluator akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam.

3. Anget (Questionnaire)

Angket (Questionnaire) juga digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara, dimana penilaian (evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka dengan mengggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan bagi pihak penilai.

(14)

1. Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran. 2. Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu. 3. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.

4. Membantu anak yang lemah dalam belajar.

5. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran biologi.

Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.Teknik evaluasi melalui angket ini dapat membantu guru membimbing siswa belajar lebih efektif dan kreatif. Selain itu guru juga dapat membantu siswa yang lemah belajar serta mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Hal tersebut akan membantu guru memilih model dan metode apa yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswanya.

Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi diantaranya yaitu:

1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.

2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama 3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.

3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

(15)

ganda dan contoh kuesioner bentuk skala likert, dalam rangka mengungkap hasil belajar pendidikan agama Islam ranah afektif:

Contoh: kuesioner bentuk pilihan berganda untuk mengungkap hasil belajar ranah afektif (kurikulum dan GBPP mata pelajaran pendidikan Agama Islam Tahun 1994)

1. Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan kusyu’ dalam menjalankan ibadah shalat, saya:

a. Merasa tidak harus meniru mereka.

b. Merasa belum pernah memikirkan untuk shalat dengan rajin dan khusyu’. c. Merasa ingin seperti mereka, tetapi terasa masih sulit.

d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusyu’. e. Merasa iri hati dan ingin seperti mereka.

2. Dalam melaksanakan ibadah shalat sekarang ini, saya merasa: a. Masih sulit untuk memusatkan diri.

b. Dapat berkonsentrasi tetapi mudah sekali pudar. c. Tidak begitu sulit untuk berkonsentrasi.

d. Senang karena dapat berdialog dengan Allah. e. Mudah untukn melakukan pemusatan perhatian. 3. Dalam kaitannya dengan dzikir kepada Allah, saya :

a. Jarang sekali melakukannya kecuali dalam keadaan bahaya. b. Jarang melakukannya.

c. Melakukan pada saat tertentu.

d. Melakukannya bila ada urusan penting saja. e. Selalu melakukannya pada setiap saat.

(16)

Contoh : Kuesioner bentuk skala Likert dalam rangka mengungkap hasil belajar pendidikan Agama Islam Ranah Afektif

4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak dalam keluarga ( anak kandung/ anak angkat / anak tiri / anak yatim / yatim piatu / anak ke berapa dari berapa orang anak kandung / anak sulung / anak bungsu), sejak kapan diterima sebagai siswa, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia memiliki keterampilan khas dan pernah mendapatkan penghargaan karena keterampilannya yang dimilikinya itu, apakah yang

1. Membayar infaq atau shadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zakatnya tidak perlu lagi untuk membayar infaq atai shadaqah. Terhadap pernyataan tersebut, saya:

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

2. Hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai oleh silih bergantinya suasana sedih dan gembira. Suasana sedih dan gembira itu sebenarnya merupakan ujian dari Allah bagi umatnya. Terhadap pernyataan tersebut saya:

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

3. Antok berkta: “kalau saya mengalami masalah yang ruwet dan saya tidak dapat mengatasinya, maka saya akan berusaha untuk melupakan maslaah itu dan saya akan mencari kesibukan lain, apapun bentuknya”. Terhadap pernyataan antok itu, saya:

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

(17)

bersangkutan pernah menderita penyakit yang serius, jenis penyakit serius yang pernah di deritanya, berapa lama di rawat di rumah sakit dan sebagainya.

Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi seperti telah dikemukakan contohnya diatas, dapat di rekam melalui sebuah dokumen berbentu formulir atau blanko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Http://www.biologimu.com/2015/06/tes-dan-non-tes-assesmen-evaluasi.html Sudijono, Anas.2015.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers

(18)

Referensi

Dokumen terkait

THB juga dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas

Tes kompetensi profesional dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur (instrumen) dalam sertifikasi profesi guru. Dalam rangka pengukuran kompetensi profesional perlu

Teknik non- tes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan

Menurut Sidijono tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes kemampuan komunikasi tertulis matematika yang diberikan berbentuk

Jarak yang ditempuh selama lari 12 menit dicatat dalam satuan meter, sebagai hasil akhir peserta tes.. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada table

a) Merangsang minat terhadap bidang-bidang yang sebelumnya tidak dipertimbangkan. Hasil pengukuran atribut kepribadian individu melalui tes memiliki kontribusi dalam

Sehingga dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat

Keterampilan Khusus : KK3 KK4 Mengembangkan instrumen penilaian, penelitian, dan evaluasi untuk keperluan khusus; Menganalisis berbagai bentuk instrumen tes dan non-tes; Capaian