• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

Oleh Emilda Mustapa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi ke dalam 8 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC dan VIIID yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen pada penelitan ini berupa soal uraian mengenai kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi persentase siswa yang tuntas belajar tidak lebih dari 60%.

(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

Oleh

Emilda Mustapa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

(Skripsi)

Oleh

Emilda Mustapa

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... ... 1

B.Rumusan Masalah ... ... 7

C.Tujuan Penelitian ... ... 7

D.Manfaat Penelitian ... ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... ... 10

1.Kemampuan Berpikir Kreatif ... ... 10

2.Model Pembelajaran Langsung ... ... 14

3.Pendekatan Problem Posing ... 18

4.Efektivitas Pembelajaran ... 23

5.Penelitian Yang Relevan ... 24

B.Kerangka Pikir ... ... 25

C.Anggapan Dasar ... 27

D.Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A.Populasi dan Sampel ... ... 29

(5)

vii

C.Data Penelitian ... ... 30

D.Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 32

1. Validitas Isi ... 33

2. Reliabilitas ... 33

3. Tingkat Kesukaran ... 34

4. Daya Pembeda ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... ... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... ... 54

B.Saran ... ... 54

(6)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 60 A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 87 A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 106

B. PERANGKAT TES

B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa ... 129 B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 130 B.3 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 131 B.4 Kunci Jawaban SoalTes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa ... 132 B.5 Form Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa ... 140 C. ANALISIS DATA

C.1 Tabel Analisis Uji Coba ... 142 C.2 Analisis Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Item Tes

Uji Coba ... 143 C.3 Data Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 144 C.4 Data Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

(7)

x C.5 Skor Per Indikator Kemampuan Awal Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen... 146 C.6 Skor Per Indikator Kemampuan Awal Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol ... 148 C.7 Skor Per Indikator Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 150 C.8 Skor Per Indikator Kemampuanakhir Berpikir Kreatif Kelas

Kontrol ... 152 C.9 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 154 C.10 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol ... 158 C.11 Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen ... 162 C.12.Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol ... 166 C.13 Uji Normalitas Data Gain Kemampuanberpikir Kreatif

Kelas Eksperimen... 170 C.14. Uji Normalitas Data Gainkemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol ... 174 C.15 Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Awal

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 178 C.16 Uji Homogenitas Varians Data Gain Kelas Eksperimen Dan Kelas

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran Langsung ... 17

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 30

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif ... 32

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ... 34

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 35

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 36

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 36

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Skor Gain ... 37

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas ... 39

Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas ... 40

Tabel 4.1 Data Nilai Tes Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa ... 44

Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Awal Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 45

Tabel 4.3 Data Skor Akhir Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 46

Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Siswa ... 47

(9)
(10)
(11)
(12)

MOTO

Kesuksesan yang kita raih akan sebanding

(13)
(14)

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Sholawat serta Salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah

Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karyaku ini

untuk

Bapak dan Ibuku yang menyiapkan garis birama lembar kehidupanku,

Kakak dan adik-adikku Adam , Tiara dan Fitri

yang melukiskan nada-nada,

Sahabat-sahabatku yang merajut setiap nada menjadi birama

serta semua yang mengiringi setiap alunan irama indah kehidupan ini

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara, pada tanggal 12 Desember 1992. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Mustapa Rachman dan Ibu Rohana A Sukri.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Muslimin Kotabumi, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kotabumi Udik, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Kotabumi, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Kotabumi. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Perguruaan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis.

(16)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita yang membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang benderang, Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan

Problem Posing Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibuku, Rohana A. Sukri dan Ayahku, Mustapa Rachman tercinta atas perhatian, kasih sayang, dan segalanya yang telah diberikan kepadaku selama ini serta tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik untukku. 2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan

(17)

membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Ibu Muryati, S.Pd, selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

8. Ibu Listadora, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandarlampung beserta wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

(18)

10. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakakku tercinta Adam Mustapa yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

12. Adik-adikku tercinta Mutiara Mustapa dan Fitria Mustapa yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku

13. Sahabat seperjuangan,Veni Anita Sari, Rizka Silvianti, Dina Eka Nurvazly, Istasari Syaifatunnisa, Niluh Eka D.Y., Novi Dwi Lestari, Ayu Anindra Tama,.

14. Sahabatku tercinta, Irmaya Nurochmah, Anita Citra Dewi, Eka Restia Saidan, Vina Cintia, dan Lilis Suryani yang selama ini memberiku semangat dan selalu menemani saat suka dan duka.

15. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2011 Pendidikan Matematika, Kakak-kakakku angkatan 2008, 2009, 2010 serta adik-adikku angkatan 2012, 2013, 2014 terima kasih atas kebersamaanya.

16. Teman-teman seperjuangan KKN di Desa Kota Karang, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat dan PPL di SMP Negeri 3 Pesisir Utara (Pradiska Nawang Anggara, Bagus Setiawan, Ramadhan Dwi Putra, Dwi Handayani, Samsuryati, Melati Dwi Anda, Nurhalimah, Al Fisqy Kayyasah Amaliah dan Lilis Wahyuni) atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.

(19)

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin ya Robbal „Alamin.

Bandarlampung, Agustus 2015 Penulis

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang mampu mengembangkan diri dan memiliki kreativitas yang tinggi. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mampu memandang masalah dari berbagai perspektif sehingga memungkinkan mereka memperoleh berbagai solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Mereka tidak menganggap masalah tersebut sebagai sesuatu yang harus dihindari, melainkan sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi. Bahkan mereka mampu menghadapi masalah tersebut dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang.

(21)

2 siswa mampu memunculkan solusi-solusi kreatif untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi.

Pembelajaran matematika yang berlangsung saat ini kurang mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Matematika selama ini terlalu dipandang sebagai alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep atau teorema semata. Pembelajaran matematika dikelas biasanya hanya menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Guru sering membiarkan siswa tidak mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika sehingga kemampuan berpikir kreatif mereka sulit berkembang.

(22)

3 kemampuan berpikir kreatif. Dari nilai yang diperoleh oleh siswa Indonesia pada keikutsertaan pada penilaian yang dilakukan oleh TIMSS tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa Indonesia masih rendah.

Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan berlangsung terus menerus, harus ada pembenahan pada proses pembelajaran yang berlangsung saat ini. Siswa hendaknya diberikan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Siswa bisa dibiasakan untuk berlatih membuat soal dan menjawab sendiri soal yang mereka telah buat, namun tentu saja masih berada dibawah bimbingan guru dalam porsi yang tepat. Dengan merancang sendiri soal yang mereka buat, siswa akan mendapat pengalaman yang lebih bermakna. Melalui bimbingan guru, siswa akan mampu mengkonstruksi konsep materi yang dipelajari. Pembelajaran seperti ini akan melatih kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Siswa tidak hanya menerima mentah-mentah konsep dari guru, melainkan mereka dapat mempertimbangkan informasi baru yang diberikan oleh guru. Selanjutnya konsep-konsep tersebut mereka konstruksi untuk menjadi pemahaman yang tepat. Selain itu, karena mereka sering berlatih sendiri mem-buat persoalan, mereka akan menemukan ide-ide dalam proses pemmem-buatan soal tersebut. Proses ini tentunya akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

(23)

4 aktif dan melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan berpikir kreatif, siswa akan lebih mudah dalam memaknai persoalan, menemukan alternatif penyelesaian dari permasalahan, dan mengurai-kan permasalahan secara terperinci. Hal ini amengurai-kan membuat siswa mampu memilih prosedur yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan, bahkan menemukan beberapa alternatif solusi dari suatu permasalahan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap dapat memunculkan ke-mampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah problem posing. Silver (1994) menyatakan bahwa problem posing merupakan suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada perumusan soal dan menyelesaikannya berdasarkan situasi yang diberikan kepada siswa. Karena soal dan penyelesaiaannya dirancang sendiri oleh siswa, maka dimungkinkan bahwa

problem posing dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis seperti kemampuan berpikir kreatif.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap dapat memunculkan ke-mampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah problem posing. Silver (1994) menyatakan bahwa problem posing merupakan suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada perumusan soal dan menyelesaikannya berdasarkan situasi yang diberikan kepada siswa. Karena soal dan penyelesaiaannya dirancang sendiri oleh siswa, maka dimungkinkan bahwa

(24)

5 Dalam merumuskan persoalan, tentunya siswa harus memahami terlebih dahulu materi pembelajaran. Pemahaman materi pembelajaran dapat diperoleh melalui proses pembelajaran yang menggunkan model pembelajaran langsung. Melalui model pembelajaran langsung, siswa dapat mempelajari keterampilan dasar dan pengetauan secara tahap demi tahap untuk memahami materi pembelajaran. Setelah mampu memahami materi pembelajaran, siswa dapat berlatih membuat persoalan yang diajukan oleh guru sehingga kemampuan berpikir kreatif mereka dapat berkembang.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa problem posing berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Silver (1997) mengungkapkan bahwa pengajuan masalah (problem posing) banyak memberi manfaat dalam pembelajaran matematika. Salah satunya dalam mendorong kemampuan berpikir kreatif siswa. Problem posing dapat meningkatkan kemampuan kreativitas melalui dimensi kreativitas yaitu pemerincian, kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Penelitian berikutnya dilakukan Bharata (2001), dalam penelitiannaya diungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan problem posing lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa.

(25)

6 antara guru dan siswa sehingga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Penelitian yang dilakukan Hidayati (2012) mengungkapkan bahwa model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Model pembelajaran langsung dirancang khusus menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik. Hal ini menyebabkan siswa dapat mempelajari keteram-pilan dasar lebih optimal sehingga memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif terindikasi terjadi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung. Hal ini didasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi matematika kelas VIII di SMP Negeri 20 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil wawancara, secara implisit diketahui bahwa guru masih menerapkan metode pembelajaran konvensional. Guru menjadikan dirinya sebagai pusat pembelajaran, sementara siswa hanya berdiam diri mendengarkan ceramah guru. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kreatif mereka tidak mampu berkembang.

(26)

7 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Negeri 20 Bandarlampung Kelas VIII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran langsung dengan pendekatan Problem Posing efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung ?“

Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah persentase siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih dari 60% ?

C. Tujuan Penelitian

(27)

8 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tingkat teoritis kepada pembaca maupun guru dalam melakukan pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing guna menjadikan pembelajaran dikelas lebih baik lagi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap praktisi pendidikan sebagai bahan pertimbangan terkait dengan penggunaan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, peneliti membatasi istilah yang berhubungan dengan judul penelitian.

1. Efektivitas artinya suatu ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan. Penggunaan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing dikatakan efektif apabila: a. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran

(28)

9 b. Persentase siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran langsung dengan

pendekatan problem posing lebih dari 60%.

c. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika siswa mendapatkan nilai lebih dari nilai KKM, yaitu 70.

2. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi tahap.

3. Pendekatan problem posing merupakan kegiatan pengajuan soal. Pengajuan soal dilakukan oleh siswa, siswa diminta untuk membuat masalah baru dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Soal yang diajukan harus disusun dan dirumuskan berdasarkan situasi yang diberikan oleh guru.

3. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan penyelesaian masalah yang dapat memunculkan solusi-solusi kreatif untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam kemampuan berpikir kreatif yaitu: Kepekaan (Sensitivity), Kelancaran (Fluency), Keluwesan (Flexibility), Keaslian (Originalilty), dan Elaboratif (Elaboration).

(29)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Munandar (2009:12) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, maupun unsur-unur yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Unsur-unsur tersebut berdasarkan semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat. Semiawan (2009:44) mengemukakan kreativitas adalah kemampuan memodi-fikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Cropley dalam Haylock (1997:1) mengemukkaan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk mendapat-kan ide-ide yang asli dan unik. Kreativitas melibatmendapat-kan sintesis ide-ide, membang-un ide-ide baru dan melibatkan kemampuan membang-untuk membuat keputusan juga menghasilkan produk yang baru.

(30)

11 yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Noer (2007) menyatakan bahwa kreativitas dalam matematika lebih pada kemampuan berpikir kreatif. Karena secara umum sebagian besar aktivitas yang dilakukan seseorang yang belajar matematika adalah berpikir. Beberapa ahli mengatakan bahwa berpikir kreatif dalam matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi

Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan berpikir yang dimulai karena adanya kesadaran terhadap sesuatu masalah yang menuntut seseorang untuk secepatnya menyelesaikan masalah tersebut, sehingga diperlukan tindakan cepat dan tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Tall (1991:46) mengatakan bahwa berpikir kreatif matematika adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau perkembangan berpikir pada struktur-struktur dengan memperhatikan aturan penalaran deduktif, dan hubungan dari konsep-konsep dihasilkan untuk mengintegrasikan pokok penting dalam matematika. Menurut Livne (2008:17) berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka. Kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut mencakup aspek-aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian.

(31)

12 saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; (2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibility), yaitu mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran; (3) Keterampilan berpikir original (kebaharuan), yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim; (4) Keterampilan memperinci (mengelaborasi), yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik; (5) Keterampilan menilai (mengevaluasi), yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

(32)

13 Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, beberapa ahli mengembangkan instrumen. Balka dalam Mann (2005:239) mengembangkan Creative Ability Mathematical Test (CAMT), ia memperkenalkan kriteria untuk mengukur kemampuan kreatif matematika. Dalam test ini mencakup dua cara berpikir, yaitu berpikir konvergen dan divergen. Dalam berpikir konvergen ditandai dengan menentukan pola dan melanggar dari pola pikir yang ditetapkan. Sementara dalam berpikir divergen, didefinisikan sebagai merumuskan hipotesis matematika, mengevaluasi ide matematika, merasakan apa yang hilang dari masalah, dan membagi masalah umum menjadi submasalah tertentu. Dalam test ini kreativitas matematika diukur dengan indikator fleksibilitas, kelancaran, dan orisinalitas.

(33)

14 Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi lima indikator yang terdapat dalam Noer (2009) untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu kepekaan (sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration). Kepekaan (sensitivity) berpikir merupakan kemampuan siswa memahami makna soal yang diberikan, sehingga dapat memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikannya. Kelancaran (fluency) berpikir merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide-idenya secara lancar dan mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. Keluwesan (flexibility) berpikir merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Keaslian (originality) berpikir adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan ide-ide baru dan memikirkan cara yang tidak lazim agar dapat mengungkapkan diri serta mampu membuat berbagai kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Elaborasi merupakan kemampuan seseorang untuk memperkaya atau mengembangkan suatu gagasan atau produk dan kemampuan untuk menambahkan atau memerinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik.

2. Model Pembelajaran Langsung

(34)

15 (2001) model pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi tahap. Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek kognitif maupun psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih kompleks.

Dalam pelaksanaannya, guru mempunyai peran tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, mendemons-trasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik. Kardi dan Nur (2000:6) menyatakan pembelajaran langsung didesain secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata). Proses pembelajaran dengan model pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Carin (1993:82) bahwa pembelajaran langsung secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap.

(35)

16 proses kegiatan belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkat dengan baik pula..

Pembelajaran langsung bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-latihan terbimbing. Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik.

(36)

17 bentuk tugas. Langkah pembelajaran secara sistematis dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Langsung

Suprijono (2009:47) Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah. Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa. Guru yang mengorganisasikan kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang tinggi pula. Adapun kelemahan model pengajaran langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial atau kreativitas, proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang abstarak.

Fase Kegiatan yang dilakuan oleh Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Fase 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampila

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan

Guru memberikan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

dijelaskan secara

(37)

18 3. Pendekatan Problem Posing

Problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika.

Problem posing, yang sebagian ahli menyebutnya dengan pengajuan masalah, merupakan suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada perumusan soal dan menyelesaikannya berdasarkan situasi yang diberikan kepada siswa. Karena soal dan penyelesaiaannya dirancang sendiri oleh siswa, maka dimungkinkan bahwa problem posing dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis atau menggunakan pola pikir matematis. Thobroni & Mustofa (2012: 357) berpendapat bahwa model problem posing mengarah pada kegiatan pengajuan soal, dan merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk kreatif, disiplin, dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Duncer dalam Hamzah (2003:15) mendefinisikan problem posing sebagai suatu usaha untuk menyusun atau merumuskan masalah dari situasi yang diberikan. Dillon dalam Hamzah (2003:16) mendefinisikan problem posing sebagai problem finding, yaitu suatu proses berpikir yang dihasilkan berupa pertanyaan matematika dari suatu situasi tertentu yang diberikan untuk diselesaikan.

(38)

19 Menurut Tatag (2004:75) memaparkan bahwa metode pengajuan soal (problem posing) bertujuan membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pelajaran sebab ide-ide siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan. Problem posing juga bertujuan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif, sebab dengan aktivitas yang terkandung dalam problem posing, siswa mampu memiliki pola pikir yang berkembang dan fleksibel. Melalui problem posing (pengajuan soal), siswa diharapakan memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi sebab pengajuan soal memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar .

Menurut Stoyanova (1996) berdasarkan situasinya, problem posing dapat dikalisifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: (1) free problem posing situation (situasi

problem posing bebas), siswa diminta untuk membuat soal secara bebas berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari baik dalam sekolah maupun luar sekolah mereka. Siswa diminta mengajukan masalah. Siswa dipandu dengan menggunakan kalimat ”buatlahsoal yang sederhana atau kompleks”, buatlah soal yang kamu sukai; (2) semi-structured problem posing situation (situasi problem posing semi-terstruktur), siswa diberikan suatu situasi “open-ended” dan siswa

(39)

20 Pengajuan masalah oleh siswa dapat dibantu dengan menggunakan pendekatan untuk mempermudah pengajuan masalah tersebut. Brown & Walter (2005: 64-65), mendesain rancangan pendekatan dalam pengajuan masalah baru oleh siswa. Pendekatan itu disebut dengan “What If Not”. Pendekatan ini menekan pada manipulasi beberapa elemen dalam masalah beserta dampaknya. Pendekatan ini mengharuskan siswa melalui lima tahapan atau level. Pertama, level 0 adalah

choosing a starting point. Level ini mengharuskan siswa memulai memilih masalah apa yang akan diajukan. Masalah yang diajukan dapat berupa teorema atau aplikasi matematika. Kedua, Level I adalah listing attributes. Langkah kedua ini, siswa mendaftar sifat-sifat atau atribut dari permasalah yang diberikan oleh guru. Ketiga, level II adalah what-if-not. Aktivitas pada level ini adalah siswa melakukan manipulasi dari beberapa fakta. Keempat, level III adalah

question asking or problem posing. Level ini, siswa mengajukan permasalahan baru dari permaslahan yang diberikan. Kelima, level IV adalah analyzing the problem. Siswa pada level ini menganalisis atau menyelesaikan pertanyaan dari permasalahan baru.

(40)

21 diselesaikan oleh siswa. Kemudian siswa mengajukan masalah baru setelah menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru; (3) Post-Solution Posing. Guru memberikan masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Kemudian siswa menyelesaikan permasalahan tersebut. Setelah siswa menyelesaikan masalah tersebut, kemudian siswa mengajukan masalah baru.

Utomo (dalam Wahyuni 2011:23) mengemukakan beberapa kelebihan penerapan pendekatan problem posing yaitu (a) Peserta didik dapat berpartisipasi dengan aktif dan lebih sering mengekspresikan idenya; (b) Peserta didik mempunyai kesempatan lebih untuk mengunakan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif; (c) Peserta didik yang kurang pandai dapat merespon pertanyaan dengan caranya sendiri; (d) Peserta didik termotivasi secara intrinsik untuk memberikan jawaban-jawaban yang lebih banyak; (e) Peserta didik mempunyai pengalaman yang kaya dari proses penemuan yang dilakukan dan ide-ide temannya.

Menurut Brown dan Walter (2005; 12-19) problem posing terdiri dari 2 tahap penting yaitu (a) Accepting, berkaitan dengan kemampuan siswa memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sudah ditentukan; (b)

(41)

22 Dengan menggabungkan tahap problem posing menurut pendapat Brown dan Walter (Accepting dan Challenging), dengan pendapat Hamzah Upu (situasi masalah, pengajuan masalah, pemecahan masalah) serta tahap dalam pengembangan berpikir kreatif (Persiapan, Inkubasi, Iluminasi, dan Verifikasi) dapat disusun langkah-langkah pendekatan problem posing, yaitu (a) Persiapan, penyampaian tujuan pembelajaran dan menggali pengetahuan awal siswa tentang materi; (b) Pemahaman, penjelasan singkat guru tentang materi yang akan dipelajari siswa; (c) Situasi Masalah, pemberian situasi masalah atau informasi terbuka pada siswa, situasi masalah dapat berupa study kasus atau informasi terbuka berupa teks dan gambar; (d) Pengajuan masalah, siswa mengajukan pertanyaan dari situasi masalah atau informasi terbuka yang diberikan guru; (e) Pemecahan masalah, siswa memberikan jawaban atau penyelesaian soal dari pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa; (f) Verifikasi, mengecek pemahaman siswa terhadap materiyang dipelajari.

Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah-langkah model pembelajaran

(42)

23 kelas, (10) kelompok yang mempresentasikan adalah kelompok yang menjawab pertanyaan, dan kelompok yang membuat pertanyaan harus menanggapi jawaban rekannya, (11) guru membimbing siswa selama kegiatan diskusi berlangsung, (12) guru bersama dengan siswa melakukan refleksi dan evaluasi dari pelajaran yang telah dilaksanakan.

4. Efekrivitas Pembelajaran

Slamet (2001:32) menyatakan efektivitas sebagai ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Hamalik (2004; 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Penyediaan kesempatan untuk belajar secara mandiri ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami makna pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Sutikno (2005:88) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah kemampuan melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan.

(43)

berbeda-24 beda dan daya dukung setiap sekolah yang berbeda-beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa.

Depdiknas (2006:14) menyatakan bahwa siswa tuntas dalam belajar apabila siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari kemampuan matematis siswa, Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan matematis yang tergolong tinggi. Olek karena itu, dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih dari 60%. Siswa dinyatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif apabila ia tuntas belajar yaitu jika siswa mendapatkan nilai lebih dari nilai KKM, yaitu 70.

Berdasarkan penjabaran diatas, dalam penelitian ini Penggunaan model pembelajaran problem posing dikatakan efektif apabila:

a. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih dari 60%.

5. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.oPenelitian ini dilakukan oleh Roheti pada tahun 2012 dengan judul Pendekatan

(44)

25 kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional .

2.oPenelitian ini dilakukan oleh Hidayati pada tahun 2012 dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran direct Instruction Terhadap Hasil Belajar Matematika. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa bahwa model pembelajaran Direct Instruction efektif terhadap hasil belajar matematika.

3.oPenelitian ini dilakukan oleh Bharata pada tahun 2001 dengan judul Pembelajaran Problem Posing Dibandingkan Dengan Pembelajaran Biasa Terhadap Hasil Belajar. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

B. Kerangka Berpikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran langsung dengan pendekatan

problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing, sedangkan kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel terikat .

(45)

26 matematika adalah tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, perlu diperhatikan beberapa indikator dalam penilaiannya. Indikator tersebut antara lain: (1) fluency

(kelancaran); (2) elaboration (elaborasi); (3) sensitivity (kepekaan); (4) flexibility

(keluwesan), dan (5) originality (keaslian)

Pembelajaran dimulai dengan penjelasan singkat dari guru melalui pembelajaran langsung untuk menumbuhkan pemahaman mereka akan materi yang dipelajari sehingga mereka dapat mudah dalam mengajukan soal, kemudian siswa diminta untuk mengajukan persoalan yang nantinya akan mereka selesaikan sendiri.

Problem posing diterapkan secara berkelompok untuk membiasakan siswa aktif berpikir kreatif dengan menganalisis beberapa pendapat dan akhirnya menemukan suatu solusi terbaik sehingga siswa dapat menguasai pelajaran secara tuntas agar hasil yang diperoleh dapat meningkat

(46)

27 pengetahuan dasar yang membuat mereka memahami materi sehingga mereka akan dapat mengajukan persoalan. Pengajuan soal akan membuat siswa terpacu untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam membuat suatu pertanyaan. Aktivitas-aktivitas yang terkandung dalam pengajuan soal, seperti penemuan ide, dan menganalisis jawaban ini tentunya akan melatih kemampuan berpikir kreatif siswa

Atas dasar pemikiran diatas maka diharapkan pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMPN 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun ajaran 2014/2015.

C.Anggapan Dasar

Penelitian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut:

1. Setiap siswa memperoleh mata pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum matematika yang berlaku disekolah.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif selain model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing dianggap memberikan kontribusi yang sama dan tidak diperhatikan.

D. Hipotesis Penelitian

(47)

28 1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing efektif terhadap kemampuan berpikir kreatif.

2. Hipotesis Kerja

a. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

(48)

29

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung yang terdiri dari 8 kelas yaitu VIIIA – VIIIH. Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Teknik ini dipakai karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti untuk mencapai tujuan penelitian.

Setelah berdiskusi dengan guru mitra, terpilihlah dua kelas sebagai sampel, kelas VIII D yang terdiri dari 33 siswa sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing dan kelas VIII C yang terdiri dari 36 siswa sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

(49)

30 Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan

Pretest Pembelajaran Posttest

E Y X Y

P Y C Y

Keterangan:

E : kelas eksperimen P : kelas kontrol

X : kelas yang memperoleh model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing

C : kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional

Y : dilaksanakan pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ( Fraenkel dan Wallen, 1993:248)

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh melalui tes kemampuan berpikikir kreatif yang terdiri dari; (1) data awal berupa nilai yang diperoleh melalui pretest sebelum memulai pembelajaran; (2) data akhir berupa nilai yang diperoleh melalui posttest yang dilakukan di akhir pembelajaran; dan (3) data gain.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, baik dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing maupun dengan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif.

E. Prosedur Penelitian

(50)

31 1. Tahap Persiapan

a. Melakukan orientasi sekolah untuk mengetahui jumlah kelas, jumlah siswa dalam satu kelas, dan gambaran umum kemampuan rata-rata siswa.

b. Menyusun proposal penelitian.

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat bahan ajar, dan instrumen penelitian dengan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing.

d. Menguji coba instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest berpikir kreatif siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pada

rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Mengadakan posttest berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pendekatan problem posing.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data dari hasil pretest dan postest kemampuan kreatif siswa. b. Mengolah dan menganalisis data penelitian yang diperoleh.

(51)

32 F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, dibutuhkan seperangkat instrumen tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian.. Pedoman pemberian skor kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 3.2.

Table 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan Kreatif yang

Dinilai Reaksi Terhadap Soal/Masalah

Skor

Fluency (Kelancaran)

Tidak memberi jawaban 0 Tidak memberikan ide yang diharapkan untuk

memecahkan masalah 1

Memberi ide yang tidak relevan dengan

memecahkan masalah 2

Memberi ide tetapi penyelesaian salah 3 Memberi ide dan penyelesaian benar 4

Elaboration (Elaborasi)

Tidak memberi jawaban 0 Memberi jawaban yang tidak rinci dan salah 1 Memberi jawaban yang tidak rinci tetapi hasil

benar 2

Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil salah 3 Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil benar 4

Flexibility (Keluwesan)

Tidak menjawab 0

Memberikan jawaban yang tidak beragam dan

salah 1

Memberi jawaban yang tidak beragam tetapi

benar 2

Memberi jawaban yang beragam tetapi salah 3 Memberi jawaban yang beragam dan benar 4

Originality (keaslian)

Tidak menjawab 0

Tidak memberikan uraian penyelesaian 1 Memberikan uraian penyelesaian hasil pemikiran

sendiri yang tidak tepat dengan konsep 2 Memberikan uraian berdasarkan hasil pemikiran

sendiri dan terperinci tetapi jawaban salah 3 Memberikan uraian berdasarkan hasil pemikiran

sendiri dan terperinci dan jawaban benar 4

Sensitivity (Kepekaan)

Tidak menjawab 0

Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan mengarah pada jawaban salah

1

Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban tetapi mengarah pada jawaban benar

2

Menggambarkan kepekaan dalam memberikan

jawaban tetapi mengarah pada jawaban salah 3 Menggambarkan kepekaan dalam memberikan

(52)

33 Selanjunya, untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik ditinjau dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran soal tersebut.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas pada penelitian ini didasari pada validitas isi. Validasi terhadap perangkat tes kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan tujuan agar diperoleh perangkat tes yang memenuhi validitas isi, yaitu adanya kesesuaian isi yang terkandung dalam tes berpikir kreatif matematis dengan indikator pembelajaran yang berlaku di sekolah.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar berdasarkan kurikulum yang berlaku di SMP Negeri 20 Bandarlampung.

2. Reliabilitas

Koefesiem reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Sudijono, 2011:208) sebagai berikut.



r : koefisien reliabilitas instrumen tes

(53)

34

 2

i

S : Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item 2

t

s : Variansi Total

Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan pendapat Guilford (2003: 154) seperti yang terlihat dalam Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria

r11< 0,20 Sangat rendah 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Sedang 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki kriteria reliabilitas minimal sedang. Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes diperoleh nilai r11= 0,87 yang berarti instrumen tes memenuhi kriteria reliabilitas sangat tinggi dan sesuai dengan kriteria yang digunakan sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1

3. Uji Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Kemudian diambil 30% nilai yang tertinggi (disebut kelompok atas) dan 30% nilai yang terendah (disebut kelompok bawah). Menurut Sudijono (2008:120) untuk menghitung daya pembeda butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

(54)

35 Keterangan :

DP : indeks diskriminasi satu butir soal

JA : Rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : Rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah I : Skor maksimum butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan pendapat Sudijono (2011:389) yang tertera dalam Tabel 3.4

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

DP bertanda negatif Sangat jelek

DP < 0.20 Jelek

0.20 <DP ≤ 0,40 Sedang

0,40 <DP ≤ 0,70 Baik

0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki interpretasi daya beda sedang dan baik. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan memiliki kriteria baik dan sedang sehingga soal tersebut memenuhi kriteria yang bisa digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan Lampiran C.5.

4. Tingkat Kesukaran

(55)

36 Keterangan:

TK : Indeks tingkat kesukaran item

JT : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh IT : jumlah skor maksimum yang diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi indeks tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Thorndike dan Hagen dalam Sudijono (2011: 372) yang disajikan pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

P Interpretasi

P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤070 Sedang

P ≥ 0,70 Mudah

Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki kriteria tingkat kesukaran minimal sedang. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan indek tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan memiliki kriteria sukar dan sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2. Tabel 3.6 menyajikan rekapitulasi hasil tes uji coba dan keputusan peng-ambilan soal yang akan digunakan dalam tes.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No.

Soal Validitas Reliabilitas Daya Beda

Tingkat

0,39 (sedang) 0,67 (sedang) Digunakan

1b 0,41 (sedang) 0,59 (sedang) Digunakan

2 0,40 (sedang) 0,68(mudah) Digunakan

3 0,43 (sedang) 0,63(sedang) Digunakan

(56)

37 G. Teknik Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda diperoleh data pre-test dan

post-test dari kedua kelas. Data yang diperoleh kemampuan berpikir kreatif . Dari tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh skor pre-test, skor post-test dan skor gain. Menurut Hake (1998:3) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus

gain ternormalisasi (normalized gain) = g, yaitu :

Selanjutnya indeks gain di interpretasikan berdasarkan Tabel 3.7 Tabel 3.7 Kriteria Indeks Skor Gain

g Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g <0,3 Rendah

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata untuk Koefisien Gain

(57)

38 a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak berdasarkan data skor rata-rata aktivitas sampel. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

Kriteria uji normalitas hasil pengolahan statistik adalah terima H0 jika tabel

hitung 2

2 

  dan tolak jika sebaliknya dengan taraf nyata 5% ( = 0.05). (Sudjana, 2005: 293)

(58)

39 Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas

Sumber Data Kelompok

Eksperimen 33 6,78 7,81 Diterima

Kontrol 36 6,91 7,81 Diterima

Skor gain berpikir kreatif

matematis

Eksperimen 33 2,83 7,81 Diterima

Kontrol 36 7,45 7,81 Diterima

Berdasarkan hasil uji, pada hasil uji kemampuan awal siswa berupa skor pretest

kemampuan berpikir kreatif matematis diketahui bahwa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki Xhitung2 ≤ 2

tabel

X pada taraf signifikansi α = 5% sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa data skor awal kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data skor awal dapat dilihat pada Lampiran C.10.

(59)

40 2.Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi berdasarkan data skor aktivitas sampel yang diperoleh bersifat homogen atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : variansi kedua populasi homogen H1 : variansi kedua populasi tidak homogen Rumus uji homogenitas yang digunakan adalah :

ecil sebaliknya pada taraf nyata 5% ( = 0.05). (Sudjana, 2005: 263)

Hasil uji homogenitas data penelitian disajikan dalam Tabel 3.9 dan data selengkapnya pada Lampiran C.15 dan C.16

Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas

Sumber Data Kelompok

(60)

41 beararti H0 dapat diterima, karena nilai Fhitung < Ftabel.. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data skor awal dan data skor gain dari kemampuan berpikir kreatif matematis memiliki varians yang homogen atau sama.

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Kemudian analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.

H0: (Peningkatan rata – rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran langsung dengan pendekatan

problem posing sama dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1: (Peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran langsung dengan pendekatan

problem posing lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional) Menurut Sudjana (2005:239), pengujian uji t dapat menggunakann rumus:

(61)

42 Keterangan:

1

x : rata-rata skor gain kelas eksperimen

2

x : rata-rata skor gain kelas kontrol

1

n : banyaknya siswa kelas eksperimen

2

n : banyaknya siswa kelas kontrol

2 1

s : varians gain kelas eksperimen

2 2

s : varians gain kelas kontrol

2

s : varians gabungan

Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika thitung < ttabel, dengan dk = n1 + n2-2 Dengan α =0,05 dimana

Selanjutnya dilakukan uji proporsi untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

H0 :

= 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif

= 60%)

H1 :

> 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif

> 60%)

Untuk pengujian hipotesis di atas menggunakan statistik z dengan rumus:

(62)

43 Keterangan:

X = banyaknya siswa tuntas belajar N = Jumlah sampel

0,60 = Proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: terima H0 jika pada taraf nyata α = 0,05. Dari daftar distribusi Z, diperoleh harga ztabelz(0,45) 1,65. Dari hasil perhitungan, diperoleh harga,zhitung3,171,65. Berdasarkan kriteria uji, Zhitung < Ztabel maka hipotesis nol diterima. Ini berarti bahwa persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sama dengan 60%.

 

(63)

54

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal ini di bawah ini:

1. Penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing

lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dibandingkan penerapan model pembelajaran konvensional.

2. Persentase siswa yang tuntas belajar setelah mengikuti model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing sama dengan 60% dari jumlah siswa.

3. Penerapan pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi persentase siswa yang tuntas belajar tidak lebih dari 60%.

B.Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut.

(64)

55 penerapannya juga harus diimbangi pengelolaan kelas dan waktu yang tepat agar suasana belajar menjadi kondusif sehinnga memperoleh hasil yang optimal.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan

(65)

56

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. 2001. Learning to Teach. New York: Mc graw Hill Companies, Inc

Bharata,H.2001. Pembelajaran Problem Posing Dibandingkan Dengan Pembelajaran Biasa Terhadap Hasil Belajar Aritmatika. Tesis pada PSSi UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Brown, S. I. & Walter, M. I. 2005. The Art of Problem Posing. Lawrence Erlbaum

Carin, A.A. 1993. Teaching Modern Science, Sixth Edition. New York:Macmillan Publishing Company.

Depdiknas. 2006. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Hamalik, O. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah, U.2008. Teori Motivasi : Analisis di bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Haylock, D. 1997. Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildren. Zentralblatt fürDidaktik der Mathematik (ZDM)–The International Journal on Mathematics Education. [Online]. http://www.emis.de/journals/ZDM/ zdm973a2.pdf. [ diakses pada 6 Januari 2015].

(66)

57

Kardi, S. dan Nur M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.Mullis, Ina V.S et al. 2012. TIMSS Assesment 2011. (Online). Tersedia:

https://www.education.ie/en/Publications/Education-Reports/PIRLS TIMSS-2011-Reading-Mathematics-and-Science-Outcomes-for-Ireland-Main-Report-.pdf. (29 Desember 2014)

Livne, N.L.2008. Enhanching Mathematical Creativity through Multiple Solution

to Open-Ended Problems Online. [Online]

http://www.iste.org/Content/NavigationMenu/Research/NECC_Research_P aper_Archives/NECC2008/Livne.pdf. [ diakses 7 Januari 2015]

Mahmudi, A. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Makalah dalam Konferensi Nasional Matematika XV. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd ,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20for%2 0KNM%20UNIMA%20_Mengukur%20Kemampuan%20Berpikir%20Krea tif%20_.pdf [diakses pada 5 Desember 2014]

Mann, E. L. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Disertasi University of Connecticut. [Online]. http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/ Dissertations/Eric%20Mann.pdf. [ diakses 15 Januari 2014]

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nilam, S. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kratif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Langsung Thesis pada Jurusan Pendidikan Matematika Unimed Medan: tidak diterbitkan.

Noer, S. H. 2007. Pembelajaran Open-ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

.2009. Model Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Kreatif, dan Reflektif. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan II, Lembaga Penelitian dan FKIP. Bandarlampung: Universitas Lampung.

(67)

58

Education.[Online]Tersedia:http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a1.p df. [diakses 13 Desember 2014]

Roheti, T. 2012.Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Esteem Siswa Sekolah Menengah Atas. Tesis pada PSSi UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Bandung: Tarsito

Silver, E. A. & Cai, J. 1996. An Analysis of Aritmatic Problem Posing by Middle school Students. Journal for Research in Mathematis Education, V.2, N.5. November 1996, p.521 – 539.

Silver, E.A.1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.

Semiawan, C. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta: PT Indeks

[Online]. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. [ diakses pada 5 Desember 2014]

Slamet. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. [online]. Tersedia:http://p4tkmatematika.org/file/Bermutu%202011/SMP/4.INSTR UMEN%20PENILAIAN%20HASIL%20BELAJAR%20MATEMATIKA %20...pdf

Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT Tasito. Bandung.

Suprijono, A. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Gambar

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Langsung
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Table 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Denaturasi akibat campuran logam berat pada protein, hal ini terjadi karena ikatan sulfur pada protein tertarik oleh ikatan logam berat sehingga proses denaturasi terjadi

Klik menu File, Open, atau klik toolbar Open atau tekan tombol Ctrl+O , sehingga muncul kotak dialog berikut:.. Klik kotak Look in untuk menentukan lokasi (drive dan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh kredit bermasalah terhadap tingkat profitabilitas (return on asset) pada PT Bank Tabungan Negara

Hipotesis dalam penelitian ini adalah persepsi kualitas pelayanan yang terdiri dari lima dimensi, yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan

Kedaung Km 1 Basarang, Lanjutan Peningkatan Jalan dan Jembatan Desa Bungai ]aya Ke Sakamangkahai, Lanjutan Peningkatan Jalan Basarang - Tahai1. Lingkup pekerjaan :

Improving Reading Skills through Skimming and Scanning Techniques at a Public School: Action Research... Citra Agustya

Alat ini juga telah dilengkapi dengan pembatas yang dapat membatasi pengunjung yang yang masuk ke dalam ruangan tersebut dengan menggunkan program dan sebagai indicator adalah