• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014 STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014 STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014

STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)

DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) (Thesis)

Oleh

DWIPA REMA DONA

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

ABSTRAK

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014

STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)

DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

OLEH

DWIPA REMA DONA

Hasil Pemilu 2014 untuk DPRD Provinsi Lampung ada 10 partai yang berhasil mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung, dan dari jumlah keseluruhan anggota DPRD Provinsi Lampung sebanyak 85 orang, dengan komposisi laki-laki 73 orang dan perempuan 12 orang, keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Lampung belum memenuhi kuota 30% sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen atau dibidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki. Adanya konstruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014 penulis hanya mengambil 3 partai yang memiliki ideologi yang berbeda, yaitu Partai Golkar, PDI-P dan PPP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi caleg perempuan dari ketiga partai tersebut dalam pemenangan pemilu 2014 dan hambatan yang dihadapi.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan untuk tehnik keabsahan data dilakukan melalui kredibilitas data yaitu tehnik triangulasi, sedangkan teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

(3)

dibangun sesaat atau hanya pada saat kampanye menjelang pemilu saja. Kelemahan bagi caleg perempuan yaitu waktu yang terbatas calon legislatif perempuan merupakan ibu rumah tangga yang secara otomatis memiliki peran ganda sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai aktivis politik. Peluang bagi caleg perempuan adalah Convention on the elimination of all forms of discrimination against women (CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia untuk memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan pada tingkat lokal maupun nasional. Undang-undang No 8 Tahun 2012 memberikan peluang 30% kepada kaum perempuan untuk memperoleh kesempatan besar untuk masuk dalam arena politik karena selama ini keterwakilan perempuan di legislatif belum memenuhi kuota 30%. Serta dukungan partai bagi caleg perempuan juga merupakan peluang, ada alasan ideology partai dalam penempatan calon legislatif perempuan di Daerah Pemilihan (DP) untuk memenangkan pemilu. Ancaman bagi caleg perempuan adalah faktor kultural dalam kerangka budaya patriarki. Ada kontruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Kontruksi sosial ini sudah tertanam lama pada masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Lampung ini menjadi ancaman bagi caleg perempuan. Ancaman berikutnya adalah kecurangan dari calon legislatif lainnya.

Segmentasi pemilih merupakan tahap pertama strategi pemasaran politik yang paling penting Perolehan suara hasil pemilu 2014 Mega Putri (Caleg Golkar) memperoleh 10.222 suara. Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara. Apriliati (Caleg PDIP) memperoleh 7.005 suara. Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara. Zeldayatie (Caleg PPP) memperoleh 6.358 suara. Hasil perolehan suara menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan hal ini karena target segmennya berbeda, yang mendapat suara tertinggi Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara, selanjutnya menyusul Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara. Keduanya memfocuskan target segmennya adalah ibu-ibu, yang notabenenya jumlah pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki. Strategi caleg perempuan Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama daerah setempat untuk menjadi tim sukses yang akan mengawal sosialisasi caleg perempuan saat turun ke masyarakat. Menjaga silaturahmi atau hubungan baik dengan masyarakat, membangun komunikasi dan keakraban dengan masyarakat. Hadir pada undangan-undangan baik pribadi ataupun agenda desa, kecamata, dan partai. Hadir pada acara-acara pengajian, masuk pada

komunitas pengajian atau menjadi pengurus atau pembina Majlis Ta’lim sehingga dapat

merangkul banyak jama’ah (banyak massa).

Hambatan yang dihadapi adalah hambatan struktural : Ketua partai yang menentukan Penempatan Daerah Pemilihan berdasarkan ketokohan (popularitas) didaerah pemilihan. Pemberian nomor urut 1 diprioritaskan untuk pengurus struktural partai. Hambatan kultural yaitu waktu yang terbatas untuk kaum perempuan, kalau laki-laki aktivitas diluar rumah penuh waktu. Tetapi bagi kaum perempuan waktu untuk keluar rumah biasanya pagi hingga sore, dan jika wanita keluar rumah pada malam hari dapat merusak citra dirinya dimata masyarakat. Namun luar biasa dari kelima caleg yang diwawancarai mereka dapat mengatasi hambatan tersebut. jika harus keluar malam kesemua caleg bepergian dengan menggunakan sopir dan ada keluarga yang mengawal. Begitu juga untuk mengurus soal-soal domestik sebagai ibu rumah tangga kesemua caleg perempuan sangat terbantu dengan para asisten rumah tangga.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengartian Strategi ... 10

2.2 Teori Strategi ... 12

2.3 Pemasaran Politik ... 17

2.3.1 Konsep Pemasaran Dalam Politik ... 19

2.3.2 Strategi Pemasaran Politik dan Kampanye ... 21

2.4 Pengertian SWOT. ... 25

2.5 Sistem Kepartaian Modern ... 29

2.6 Sistem Kepartaian Tradisional ... 31

2.7 Fungsi Partai Politik Modern ... 34

2.8 Fungsi Partai Politik Tradisional ... 36

(8)

2.10 Fungsi Rekrutmen Partai Politik Tradisional ... 45

III.METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 47

3.2 Penetapan Tempat Penelitian ... 48

3.3 Fokus Penelitian ... 48

3.4 Jenis Data Penelitian ... 49

3.4.1 Data Primer ... 49

3.4.2 Data Sekunder ... 49

3.5 Tahap Penelitian ... 50

3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 50

3.5.2 Tehnik Pengolahan Data ... 51

3.5.3 Tehnik Analisis Data ... 51

IV.PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penellitian ... 53

4.1.1. Sejarah Pembentukan Daerah Provinsi Lampung ... 53

4.1.2. Geografi Lampung ... 55

4.1.3. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung ... 56

4.1.4. Sejarah DPRD Provinsi Lampung ... 57

4.1.4.1. Susunan DPRD GR1971 ... 58

4.1.4.2. Susunan DPRD Provinsi Lampung 1997-1999 ... 58

4.1.4.3. Komposisi Fraksi-fraksi 1997-1999 ... 59

4.1.4.4. Anggota MPR Utusan Daerah Provinsi Lampung Periode 1997-1999 ... 59

(9)

4.1.4.6.Komposisi Fraksi-fraksi 1999-2004 ... 60

4.1.4.7. Anggota MPR Utusan Provinsi Lampung Periode 1999-2004 ... 60

4.2. Deskripsi Informan... 60

4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 63

4.3.1. Pemilu 2014 di Provinsi Lampung ... 63

4.3.2. Faktor Penentu Kemenangan Calon Legislatif Perempuan Dari Partai Golkar, PDIP, PPP untuk DPRD Provinsi Lampung 2014 ... 71

4.3.3. Analisis SWOT Calon Legislatif Perempuan Dalam Memenangkan Pemilu 2014 ... 72

4.3.4. Kekuatan (Strenghts) ... 72

4.3.4.1 Faktor Individual. ... 73

a. Mega Putri Tarmizi (Caleg Partai Golkar). ... 75

b. Ririn Kuswantari (Caleg Partai Golkar). ... 76

c. Apriliati (Caleg PDIP). ... 76

d. Eva Dwiana (Caleg PDIP). ... 77

e. Zeldayatie (Caleg PPP). ... 77

4.3.4.2 Faktor Kultural. ... 79

4.3.5 Kelemahan (Weaknes) ... 83

4.3.6 Peluang (Opportunity). ... 85

4.3.6.1 Faktor Struktural. ... 86

4.3.7 Ancaman (Threat) ... 92

4.3.8 Startegi Calon Legislatif Perempuan Dalam Memenangkan Pemilu Tahun 2014 Menggunakan Pemasaran Politik. .... 93

4.3.8.1 Segmentation ... 94

4.3.8.2 Strategi ... 98

(10)

b. Strategi Calon Legislatif Ririn Kuswantari Memperoleh

31.112 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 3 : Rangking

1) ... 102

c. Strategi Calon Legislatif Apriliati (Caleg PDIP) Mendapat

7.005 suara (Daerah Pemilihan Lampung 1 : Rangking 9)

... 106

d. Strategi Calon Legislatif Eva Dwiana Mendapat 19.818

suara (Daerah Pemilihan Lampung 1 : Rangking 2)….. ... 109

e. Strategi Calon Legislatif Zeldayatie (Caleg PPP) Mendapat

6. 358 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 3 : Rangking

10) ... 111

4.3.9 Hambatan . ... 113

4.3.10 Kelemahan Penelitian ... 114

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 115

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keterwakilan Perempuan di DPR RI ... 2

Tabel 2 Hasil Pemuli 2014 Provinsi Lampung ... 7

Tabel 3 Deskripsi Informan ... 61

Tabel 4 Nama Anggota DPRD Provinsi Lampung Dalam Pemilihan Umum

Tahun 2014 ... 66

Tabel 5 Perbandingan pendapat informan mengenai kesiapan finansial ... 73

Tabel 6 Perbandingan pendapat informan mengenai dukungan keluarga ... 80

Tabel 7 Keterwakilan 30 % caleg perempuan partai Golkar,

(12)

Motto

Berilah aku segenggam huruf

Karena aku inging menyusun segunung kata

Yang menjadi kalimat penuh makna

Dengarlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata

(Al Mahfudzod)

Kajilah dirimu sedalam-dalamnya, barulah engkau mengkaji oranglain

Sebuah keritikan lebih berarti dari seribu pujian

(Rema)

Mampukah kita bersabar dikala duka, sekaligus tidak lengah dikala suka

Masa lalu sebagai pijakan dan cermin positif sekaligus kenangan indah untuk

menyongsong hari-hari mendatang dengan penuh optimis

Hari kemarin merupakan kenangan dan pelajaran

Hari ini adalah kesempatan dan perjuangan

Hari esok adalah peluang dan tantangan

Perjuangan yang berhasil adalah merubah tantangan menjadi peluang

(Rema)

“Cogito Ergo Sum”

Saya berpikir maka saya ada

Berpikir Global dan bertindak lokal

Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(QS. Ar-

Ra’ad : 11)

Kesuksesan akan tercapai dengan 3 hal

Kerja keras, kerja keras dan berdo’a

(13)

Bukanlah kecantikan itu dengan pakaian penghias kita

tapi kecantikan itu dengan ilmu dan adab

(Al Mahfudzot)

Keberhasilan dari sebuah proses pengkaderan

Adalah terciptanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan

islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur

yang diRidhoi Allah SWT

(HMI)

Kedewasaan akan terlihat pada diri insan cita

Ketika ia berpikir secara arif serta bertindak secara bijak

Melalui kesulitan dengan pembawaan yang tenang

Dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang elegan

(Rema)

“Als men veel doe tom geld dan eindigtmen met alles te doe nom gold”

Jika engkau menilai uang terlalu tinggi, tiada yang tidak engkau perbuat demi

uang

(Surat terbuka DR. Halim untuk Soekarno)

Uang bukanlah yang nomor 1 tetapi yang terpenting adalah kemauan,

komitmen, dan keberanian menangkap peluang dan harus selalu jaga citra diri

Ingat idealis tapi realistis YAKUSA

(Rema)

Masalah akan selalu ada

Semakin banyak masalah

Semakin banyak latihan

focus pada solusi

Bersama kesulitan ada kemudahan

All izz well

(14)

Perjalanan ribuan mil diawali dari satu langkah

(Lao-tzu-604-531 SM, Filsuf Cina)

Berhentilah Mengukur Masalah…

Mulailah Membangun Langkah

Action Now…!!!

Apa yang terjadi…

Hadapi…

Yang telah berlalu Jangan pernah disesali

Karena tidak ada 1 pun manusia yang tak pernah bersalah

Dan tidak ada 1 pun manusia yang tak punya masalah

Yakinlah…

yang terjadi hari ini adalah yang terbaik

yang Allah berikan untuk kita

Bersemangatlah untuk menjadi lebih baik lagi…

Allah selalu bersama kita…

(Rema)

Masalah-masalah yang ada

Jika disikapi dengan positip

Menjadikan kita kuat, tangguh, tegar, dan bijaksana

Sadari bahwa segala yang tidak enak

Adalah proses yang memang harus dilalui

Jangan melihat dimana anda saat ini

Tapi kemana anda akan tiba…

Focus pada garis finish

Nikmati saja prosesnya

Keep Happy N Passion

Allah selalu bersama kita…

(Rema)

Bersama waktu dan kejadian…

(15)

Setelah segala sesuatunya mengalir dan bergulir

Yakinlah kita akan menemukan nikmatnya sebuah proses

Andai anda terp

aksa terjun…

Terjunlah serendah-rendahnya

Seperti rollercoaster

Tidak perlu galau dan risau

Yang terpenting segeralah naik kembali

See you at the TOP

Tidak akan berubah potensi menjadi prestasi

Tanpa persistensi…

Diperlikan keberanian…

Dan tidak diperlukan kesempurnaan

Untuk memulai sesuatu

Dream N Action (DNA)

Adalah double helik yang kelak membentuk DNA Kesuksesan anda

Dream N Action (DNA)

Akan memutar balikkan keadan 180

Berani Gagal…

Bayar harganya dimuka…

Kegagalan demi kegagalan sebenarnya menyimpan hikmah yang sangat berharga

Blessing in disguise

Tidak memiliki

tidak otomatis menjadikan kita kekurangan

seperti memiliki

tidak otomatis menjadikan kita kelebihan

olah rasa dan olah pikir

menjadikan kita siap

menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi

Allah will not give marcy to anyone

Except those who give marcy to other creatures

Hari ini…

Anda adalah orang yang sama dengan anda 5 tahun mendatang

Kecuali 2 hal :

(16)

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan buah pemikiran ini kepada yang tercinta :

Orangtuaku Ayah (Rozali Husin) dan Mama (Nurbaiti Badroldin) Ayah dan Mama selalu sabar memberikan nasehat, membimbing dan mendoakan

anak-anaknya untuk menjadi yang terbaik. Selalu memotivasi kami untuk mengejar

prestasi. Ayah dan mama juga yang mengajarkan kepada kami bahwa pendidikan

harus diprioritaskan.

Dati (Rahma Zilfa Putri) sosok ayunda yang tegas, dan rajin serta selalu mengarahkan adik-adiknya tuk menjadi dan mendapatkan yang terbaik.

Adikku (Hassanal Bolkiah) anak yang tekun dan selalu optimis tuk meraih yang terbaik, yang selalu konsultasi sama uni untuk menentukan pilihan.

Adik Bungsuku (Anbeja Kirsy) adik yang selalu setia menemani uni disaat uni butuh pertolongan.

Sebuah karya kecil dengan perjuangan untuk mencapainya menjadi sebuah tesis,

kupersembahkan kepada keluarga tercinta sebagai bukti dan janji hati untuk

menyelesaikan apa yang sudah dimulai.

Kutulis dengan cahaya cinta sebagai bentuk abdi pada keluarga tercinta

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 04 Juni

1987 anak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari

pasangan Ayahanda Rozali dan Ibunda Nurbaiti, oleh

keduanya penulis dianugrahi nama yang unik

“Dwipa Rema Dona.”

Penulis dibesarkan ditanah kelahiran, masa kecil penulis dilalui bersama keluarga.

Pada tahun 1990 penulis mulai mengenal pendidikan formal, pada Taman

Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Alfa Bandar Jaya selama 2 tahun dari kelas nol kecil

hingga nol besar. Kemudian setelah itu penulis beranjak ke Sekolah Dasar (SD)

pada SD N 2 Bandar Jaya (1992-1998), penulis juga didaftarkan oleh orang tua

penulis untuk sekolah siang pada Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Iman Bandar

Jaya, setelah tamat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida’iyah (MI) penulis

melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun (1998-2001) pada MTS

Darussalam dan penulis aktif mengikuti ektrakurikuler Retorika, Pramuka dan

pencaksilat, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU)

pada SMU N I Menggala, selama mengenyam pendidikan di SMU penulis aktif

diberbagai kegiatan ekstrakurikuler :

1. Pramuka sebagai Wakil ketua Gugusdepan A.002 (Tahun 2002 s/d 2003) dan

Ketua Dewan Saka Bhayangkara Polres Tulang Bawang (Tahun 2003)

2. Organisasi Siswa (OSIS) Sebagai Sekretaris Umum (Tahun 2003 s/d 2004)

(18)

Setelah tamat SMU pada tahun 2004 penulis diterima pada Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur PKAB.

Semasa S1 penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa yang merupakan

laboratorium bagi mahasiswa sosial, baik itu organisasi intra maupun organisasi

ekstra kampus, organisasi intra kampus penulis aktif pada : Himpunan Mahasiswa

Jurusan Ilmu Pemerintahan (Biro Keilmuan dan Keintelektualan pada tahun

2004), Brigade Muda BEM U KBM (pada tahun 2004-2005), LSSP Cendikia

(PIC pada tahun 2005), Senat Mahasiswa FISIP (pada tahun 2005) sebagai

sekretaris komisi C, BEM FISIP (tahun2006) sebagai Staf Sekretaris Eksekutif,

Senat Mahasiswa Universitas (tahun 2006-2007) sebagai ketua komisi II bidang

kemahasiswaan, dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPM U KBM

Unila tahun 2007-2008). Penulis sangat aktif mengikuti berbagai pelatihan seperti

: LKMK (2004), LKMM TD (2004), PIC (2005), LKMM TM (2006), DJM

TD(2006), dan Kader Bangsa yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti. Dan

penulis juga sebagai MC (Master Of Ceremony) Universitas, jika Universitas Lampung mengadakan kegiatan baik tingkat lokal, regional ataupun Nasional.

Sedangkan organisasi ekstra kampus yang penulis ikuti adalah : Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sosial Politik Unila yang merupakan markas

insan cita sebagai pusat akademik dan informasi mengenai issu aktual, penulis

berhimpun pada HMI Cabang Bandar Lampung dan mengikuti Basic Training

(19)

Penulis senang mengikuti berbagai perlombaan, dan mengukir banyak prestasi

seperti :

1. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Kabupaten Tulang Bawang (tahun

2001)

2. Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Arab Tingkat Regional dan 2 negara sahabat

(tahun 2002)

3. Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an Arab Tingkat Regional dan 2 negara sahabat

(tahun 2002)

4. Juara 1 Lomba Cerdas Cermat Tingkat Regional dan 2 negara sahabat (tahun

2002)

5. Juara 2 Speech Contect (Tahun 2003)

6. Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an pada MTQ Tingkat Provinsi Lampung (tahun

2004)

7. Juara 1 Penyaji makalah (tahun 2004)

8. Peserta terbaik pada LKMM TM (di Universitas Batanghari Propinsi Jambi

yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti tahun 2006

9. Peserta terbaik Khusus Kohati Regional A (tahun 2007)

10.Juara 1 Karya Tulis Mahasiswa (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun

2008)

11.Mahasiswa Berprestasi Universitas Lampung (pada tahun 2008)

Setelah Lulus S1 Penulis tertarik untuk berwirausaha Melawan Arus ketika

“Orang Rata-rata Mencari Pekerjaan, Penulis Mencari dan Membangun Jaringan”.

Goal Setting jangka panjang adalah penulis ingin sukses dan mapan dijalur bisnis

(20)

dan motivator. Penulis bergabung dalam Enterpreneur University (EU) angkatan

13 dan penulis aktif di lembaga Network Marketing yaitu PT K. Link telah mencapai karir sebagai Emerald Manager dan aktif pada K. System saat ini

penulis ditugaskan sebagai Koordinator Area Lampung (Korea).

Untuk Mengupgrade diri penulis mengikuti berbagai pelatihan seperti :

1. Training Best Of The Best (BOB) Jakarta 2010

2. Training The Presenter (TTP) Lampung 2011

3. BGF Training Leadership 2012

4. Training The Trainer (Transco) Lampung 2012

5. Enterpreneur University (EU) Lampung 2012

6. Training The Trainer K.System Jakarta 2012

Penulis melanjutkan S2 tahun 2011 pd Magister Ilmu Pemerintahan dan

mendapatkan beasiswa Bakrie Center Foundation, semasa kuliah penulis sempat jeda satu tahun setengah dikarenakan prioritas target. Penulis kembali ke kampus

untuk menyelesaikan tesis dan lulus ujian pada tanggal 17 April 2015. Penulis

sangat bersyukur atas segala pencapaian saat ini, dengan semua proses yang telah

dilewati yang membuat penulis terus bertumbuh baik sikap, mental, finansial dan

spiritual. Penulis ingin menginspirasi kaum perempuan untuk bisa berkarya,

mandiri, kuat dan tangguh dalam sebuah buku yang sedang dalam proses

penyelesaian. Penulis juga memiliki obsesi : ingin menjadi Bupati Perempuan

Pertama di Provinsi Lampung. Setelah selesai mencapai gelar Magister Ilmu

Pemerintahan Penulis akan terus berkarya dan berbagi manfaat bagi banyak orang.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah ini…aamiin…

(21)

SANWACANA

Bismillahirrohmannirrohiim…

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang…

Puja dan Puji syukur penulis haturkan kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa sang

pemilik jagat raya. Tiada tuhan selain Allah yang senantiasa member tuntunan dan

mencurahkan kecerdasan kepada penulis untuk menyusun tesis dengan judul :

Strategi Calon Legislatif Perempuan Untuk DPRD Provinsi Lampung dalam Pemenangan Pemilu 2014 Studi Pada Partai Golongan Karya (GOLKAR) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)” sampai dengan selesai. Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW utusan Allah, sang revolusioner sejati yang telah mewarnai dunia ini dalam

bingkai keislamannya.

Sebagai manusia yang tak luput dari kekurangan, jika dalam penyelesaian tesis ini

masih terdapat kesalahan atau kurang baik dalam penyampaian maupun substansi,

untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa keritik dan saran untuk

kesempurnaan karya ilmiah ini. Melalui kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis

dalam memberikan kontribusi dan pemikiran dalam rangka penyelesaian tesis ini,

ucapan terimakasih tersebut penulis persembahkan kepada :

(22)

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak DR. Suwondo, M.A., selaku pembimbing dan ketua tim penguji penulis

yang senantiasa memberikan bimbingan serta pemikiran konstruktif kepada

penulis dalam penyelesaian tesis.

4. Bapak Drs. Budi Harjo, M. IP., selaku pembimbing yang senantiasa

memberikan bimbingan serta pemikiran konstruktif kepada penulis dalam

penyelesaian tesis.

5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku ketua program studi Magister Ilmu

Pemerintahan, sekaligus sebagai dosen pembahas, terimakasih bunda atas

bimbingan dan arahan yang bersifat konstruktif untuk penulis.

6. Bpk. Drs. Denden Kurnia Drajat, M. Si. Selaku pembimbing akademik yang

turut memberikan perhatiannya kepada penulis.

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang beragam kepada

penulis, terimakasih atas keiklasannya.

8. Para Informan dalam Tesis penulis, Ibu Mega Putri Tarmizi, SE. MM.,

(Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar). Ibu Ririn Kuswantari,

S. Sos., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar). Ibu. Apriliati,

SH. MH., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari PDIP). Ibu Eva Dwiana

(23)

DPRD Provinsi Lampung dari PPP) yang telah memberikan seluruh informasi

kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

9. Keluargaku ayah, mama, dati, ahi, adek oki, adek kirsy, adek aziz, adek Alief,

ponakanku yang lucu Fatih, nyaik Ima, menak Agus, semua kemaman,

kelamou, kemenan, dan sepupu yang telah memberikan motivasi dan do’a

untuk keberhasilan penulis (Terimakasih keluargaku tercinta)

10. Koko Tersayang (Mas J) terimakasih 5 tahun kebersamaan kita, menjadi

kenangan indah yang tak terlupakan, sampai jumpa di surga ya sayang.

11. Ibu. Hj. Sartini, SH. MH., terimakasih ibu atas bimbingan, nasehat, motivasi

serta perhatian yang telah ibu berikan selama ini. Pelatih Bisnisku CA M.

Jamalluddin Al-Afghani, CA Jailani Akramsal, CA Dwi, dan Bu Elya Bae

terimakasih semuanya atas bimbingan, nasehat, dan motivasi untuk penulis.

12. Semua Mitra-mitraku seperjuangan di Lampung dan seluruh Indonesia

terimakasih kebersamaan selama ini kita saling mengisi, memotivasi dan

berbagi manfaat untuk masa depan yang lebih baik lagi.

13. Teman-teman Entrepreneur University dan para mentor, Komunitas Tangan Di Atas (TDA), Komunitas IIBF, trimakasih atas wawasan bisnis dan telah

berbagi pengalaman selama ini.

14. Kanda, Yunda, dan dinda-dinda HMI Komsospol Unila, Cabang Bandar

Lampung dan di seluruh Indonesia terimakasih atas perhatian dan silaturahim

(24)

15. Komunitas Pengajian Khadijah Al-Kautsar, Ummi Ning (makasih mi

tausiahnya), Bu Tini, Tante Ristin, Tante Ida, Tante Ecy, Tante Win, Tante

Ella, Tante Endriani, Tante Maya, Tante Anti, Tante Irma, Tante Ines, mami,

Tante Ajeng Tante Rini, Tante Yanti, Tante Sri, Mama Hanif, Mama Sisi,

Mama Fajar, Mama Pinkan, Tante Kartini, Tante Eel dll (Thanks All

Komunitas Wanita Soleha Tapi Tetep Kece….)

16. Komunitas Ladies Beauty Club (LBC) : Komunitas yang mengkaryakan

wanita agar bermanfaat bagi banyak orang, special Tq Bingitz LBC Bandung

yang sangat menginspirasi dr. Nila (Bunda) and The Genk.

17. Teman-teman Beaswan Bakrie (BCF) : Mas Eko, Kak Selamet, Siregar, dan

Rio Keep Spirit…!!!

18. Teman MIP angkatan 2011 Mas Eko, Memeh (Atu Eka), mbak Lili, mbak

Omeg, Atu Riri, Uda Ardian, Bung Ferry, Bang Indra, bang Heri, Bang

Sunu, bang Rendy, Bang Taufik, Bang Agustam, Bang Rosidi, kak Selamet at

all terimakasih atas kebersamaan yang telah berlalu.

Bandar Lampung, 17 April 2015 Penulis

(25)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi

laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua

wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

keputusan. Platform aksi Beijing dan konvensi tentang penghapusan segala bentuk

diskriminasi terhadap perempuan Convention on the elimination of all forms of discrimination against women (CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia untuk memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang

bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam

jabatan-jabatan pada tingkat lokal maupun nasional.

Keterwakilan perempuan di Indonesia dalam jabatan publik yaitu parlemen telah

diatur didalam UU No. 8 Tahun 2012. Selain menetapkan jumlah calon di

masing-masing daerah pemilihan, diatur juga bahwa calon-calon yang diusulkan harus

memenuhi keterwakilan perempuan 30%, hal tersebut sebagaimana diatur dalam

pasal 55. Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat

(26)

2 Keterwakilan perempuan sepanjang sejarah pemilu legislatif 1955 sampai 2009

menunjukan kenaikan yang cukup bagus, yaitu jumlah perempuan yang duduk di

parlemen semakin banyak dan signifikan dengan naiknya jumlah kursi di DPR RI.

Hal ini dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1. Keterwakilan Perempuan pada DPR RI

Pemilu Presentase Perempuan Jumlah Kursi DPR

1955 5,9% 272

1971 6,7% 460

1977 8% 460

1982 9,1% 500

1987 11,8% 500

1992 12,4% 500

1997 11,6% 500

1999 8,8% 500

2004 11,80% 550

2009 17,32% 560

(27)

3 Pada pemilu yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada 1955,

perempuan yang berhasil menjadi anggota parlemen hanya 5,9% dari jumlah

anggota DPR (periode 1955-1960). Pemilu pada tahun 1971 pada masa orde baru

berlangsung hasil dari pemilu itu sebanyak 6,7% legislator perempuan. Terjadi

kenaikan di banding pemilu 1955. Presentase perempuan yang duduk di parlemen

terus meningkat. Hasil pemilu 1977 mendudukan 8% perempuan dalam lembaga

DPR (periode 1977-1982).

Bertambahnya jumlah perempuan di parlemen terus menunjukan peningkatan

signifikan selama beberapa pemilu pada masa orde baru, yaitu pemilu tahun 1982

(anggota DPR dari kalangan perempuan 9,1%), lalu pemilu 1987 (11,8%).

Kemudian, pada pemilu 1992 presentase perempuan menjadi legislator naik lagi

menjadi 12,4%. Namun, keterwakilan perempuan dalam parlemen mengalami

penurunan pada periode 1997-1999, yaitu menjadi 11,6% (58 orang). Jika

dibandingkan dengan presentase keterwakilan perempuan di DPR pada periode

sebelumnya. Kondisi ini semakin memperihatinkan pada pemilu 1999 dengan

jumlah kursi masih tetap 500, perempuan hanya 44 orang (8,8%).

Kemudian pada dua pemilu terakhir (2004 dan 2009) terjadi kenaikan signifikan

keterwakilan perempuan di DPR. Perempuan yang menjadi anggota DPR RI

meningkat menjadi 11,8% (65 orang), hasil pemilu 2004. Jumlah kursi juga naik

menjadi 550 kursi (naik 50 kursi). Pada pemilu 2009, keterwakilan perempuan di

parlemen naik drastis menjadi 17,32% (101 kursi) atau naik sekitar 6%. Inilah

(28)

4 Namun demikian bahwa keterwakilan perempuan di DPR sampai dengan pemilu

2009 belum memenuhi kuota 30%.

Pemilu 2004 sudah memperlihatkan adanya kenaikan keterwakilan perempuan

dalam parlemen menjadi sebesar 11,8%. Kemudian pada pemilu 2009, gerakan

perempuan menginginkan menjadi alokasi 30% bagi perempuan dalam daftar

calon legislatif menjadi kewajiban bagi partai politik. Keinginan itu diakomodasi

dalam undang-undang No.10 tahun 2008 tentang pemilihan umum. Pasal 53 dari

UU ini menyebutkan syarat bagi partai politik untuk menominasikan setidaknya

30% perempuan dalam daftar calon legislatif terbuka dalam pemilu 2009. Hasil

pemilu 2009 jumlah perempuan di legislatif baru mencapai 18% masih kurang

12% untuk pemenuhan kuota 30%.

Keterwakilan perempuan masih rendah di parlemen hal ini disebabkan adanya

hambatan yang bersifat struktural, kultural, maupun individual dari perempuan itu

sendiri, yang telah memberikan kontribusi pada rendahnya minat perempuan

memasuki dan aktif dalam politik. Hambatan yang bersifat struktural ini terkait

dengan kebijakan-kebijakan mengenai kesetaraan gender serta aturan main partai

yang dibentuk untuk meningkatkan representasi perempuan di parlemen, hal ini

terkait dengan proses seleksi dalam partai politik.

Seleksi terhadap para kandidat yang akan maju pada pemilu biasanya dilakukan

oleh sekelompok kecil pejabat atau pimpinan partai yang hampir rata-rata adalah

(29)

5 kesetaraan gender dan keadilan masih rendah, pemimpin laki-laki dari

partai-partai politik mempunyai pengaruh yang tidak proposional terhadap politik partai-partai

khususnya dalam hal gender. Perempuan tidak memperoleh banyak dukungan dari

partai-partai politik karena struktur kepemimpinannya didominasi oleh laki-laki.

Secara kultural kurangnya representasi perempuan dalam bidang politik antara

lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, hubungan dalam konteks

budaya persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki,

ada kontruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh

mengurus soal-soal domestik saja.

Secara individual kurangnya representasi perempuan dalam bidang politik antara

lain disebabkan oleh kondisi individual dari perempuan itu sendiri dalam hal ini

rasa percaya diri perempuan pada kemampuan mereka sendiri untuk bersaing

dengan laki-laki dalam upaya menjadi anggota parlemen, untuk itu kualitas

perempuan menjadi sangat penting karena itu kaum perempuan yang masuk ke

dunia politik perlu mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas

pengetahuan dan pemahaman akan tugas dan kewajibannya sebagai wakil rakyat.

Kemudian faktor keluarga, wanita berkeluarga sering mengalami

hambatan-hambatan tertentu khususnya persoalan ijin dari pasangan mereka, banyak suami

cendrung menolak pandangan-pandangan mereka dan aktifitas tambahan mereka

di luar rumah. Kegiatan-kegiatan politik biasanya membutuhkan tingkat

(30)

6 Persoalan perwakilan perempuan menjadi penting manakala kita sadar bahwa

dalam kehidupan sehari-hari kita melihat perempuan tidak secara proposional

terlibat dalam pengambilan keputusan. Padahal jumlah perempuan menurut data

statistik lebih banyak ketimbang laki-laki. Kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan bukan hanya hak asasi manusia, namun juga prasyarat pembangunan

yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam politik adalah

jantung dari tujuan ini, dan partai politik adalah salah satu lembaga penting untuk

meningkatkan dan memperluas partisipasi tersebut dengan jumlah kursi parlemen

didunia kurang dari dua puluh persen diduduki perempuan, jelas bahwa partai

politik harus berubah dan sebaiknya didukung dalam upaya pemberdayaan politik

perempuan.

Melihat konteks Indonesia dengan sistem multi partai, terdapat banyak sekali

partai politik di Indonesia, semenjak jatuhnya rezim orde baru aspirasi politik

masyarakat Indonesia sangat besar, walaupun banyak sekali partai politik di

Indonesia, partai politik tersebut sayangnya tidak memiliki ideologi politik yang

jelas, mereka lebih mengutamakan mendapatkan masa yang banyak ketimbang

memperjelas ideologinya.

Selanjutnya kita lihat dalam konteks Provinsi Lampung, keterwakilan perempuan

(31)
[image:31.595.107.518.123.658.2]

7

Tabel 2. Hasil Pemilu 2014 Provinsi Lampung

NO NAMA PARTAI JUMLAH

KURSI

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

1 Partai Nasdem 8 Kursi 5 3

2 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 7 Kursi 6 1

3 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 8 Kursi 8 -

4 Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P)

17 Kursi 14 3

5 Partai Golongan Karya

(GOLKAR)

10 Kursi 8 2

6 Partai Gerindra 10 Kursi 9 1

7 Partai Demokrat 11 Kursi 11 -

8 Partai Amanat Nasional 8 Kursi 7 1

9 Partai Persatuan Pembangunan

(PPP)

4 Kursi 3 1

10 Partai Hati Nurani Rakyat

(HANURA)

2 Kursi 2 -

TOTAL 85 KURSI 73 12

(32)

8 Hasil Pemilu 2014 untuk DPRD Provinsi Lampung ada 10 partai yang berhasil

mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung, dan dari jumlah keseluruhan

anggota DPRD Provinsi Lampung sebanyak 85 orang, dengan komposisi laki-laki

73 orang dan perempuan 12 orang. Keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi

Lampung belum memenuhi kuota 30% sebagaimana yang telah diamanatkan

dalam Undang-Undang. Kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen atau

dibidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis,

persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki, adanya

konstruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh

mengurus soal-soal domestik saja. Hal ini menjadi kajian yang sangat menarik

bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung

dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014

penulis hanya mengambil 3 partai yang memiliki ideology yang berbeda, yaitu

Partai Golkar, PDI-P dan PPP. Bagaimana strategi caleg perempuan dari ketiga

partai tersebut dalam pemenangan pemilu 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang penulis sampaikan pada latar belakang masalah,

maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi

Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014 ? (Studi pada partai Golkar, PDI-P

dan PPP)

2. Adakah hambatan atau kendala calon legislatif perempuan untuk DPRD

(33)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, setidaknya tujuan dari

penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD propinsi

Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014. (Studi pada partai GOLKAR,

PDI-P, PPP Provinsi Lampung)

2. Untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dialami oleh calon legislatif

perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian antara lain:

1. Secara akademis dapat mengembangkan studi Ilmu Pemerintahan sebagai

salah satu cabang disiplin Ilmu Politik yang berkaitan dengan Strategi calon

legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan

Pemilu 2014

2. Secara praktis merupakan sumber informasi dan referensi untuk

penelitian-penelitian lainnya yang berkenaan dengan keterwakilan perempuan di

legislatif.

3. Secara tidak langsung dapat dijadikan bahan masukan bagi partai politik untuk

mendapatkan kader-kader yang berkualitas agar dapat menduduki jabatan

(34)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia. Akar kata stratos artinya militer, sedangkan ag artinya memimpin. Strategi militer difahami sebagai suatu

tindakan dan pengamatan untuk mengetahui kekuatan dan posisi musuh,

memahami bagaimana situasi medan perang, kekuatan dan kelemahan sumber

daya sendiri, serta tindakan apa yang perlu dilakukan sekiranya terjadi perubahan.

Dalam kamus Longman Dictionary of Contemporary English, arti dari strategi

adalah strategy is a particular plan for winning success in particular activity, as in war, a game, a competition, or for personal advantage.

Adapun pengertian strategi secara umum dapat dirumuskan sebagai suatu rencana

yang fundamental untuk mencapai tujuan organisasi. Kotler menyatakan bahwa

strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Guru besar

Northwestern University ini menyatakan bahwa “setiap bisnis harus merancang

strategi untuk mencapai tujuannya, yang terdiri dari strategi pemasaran dan

strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok (Kotler, 2003).

Strategi merupakan perencanaan dalam mensukseskan tujuan dalam segala

(35)

11 Kemudian, seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang

manajemen, kata strategi yang biasa di gunakan organisasi profit dan non profit,

sering digabungkan dengan perencanaan strategi maupun manajemen strategi.

Perencanaan strategi dimaknai rancangan yang bersifat sistemik dilingkungan

sebuah organisasi. Sedangkan manajemen strategi mempunyai definisi yang

berbeda-beda.

Yang Pertama, proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang

bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya,

yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran

di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dilihat dari pengertian diatas

dapat dijelaskan secara rinci, yaitu; manajemen strategi adalah proses

pengambilan keputusan, kedua, keputusan yang diambil merupakan keputusan

yang menyeluruh dan mendasar. Ketiga, pembuatan keputusan harus dilakukan

oleh pucuk pimpinan sebagai penanggung jawab utama dalam keberhasilan dan

kegagalan dalan sebuah organisasi. Keempat, pengimplementasian keputusan

tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh

seluruh jajaran organisasi. Kelima, keputusan tersebut harus diimplementasikan

oleh seluruh jajaran organisasi dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang

terarah.

Yang kedua, usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan organisasi untuk

mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah

(36)

12 Yang ketiga, arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan

suatu strategi atau strategi-strategi yang bersifat efektif untuk membantu mencapai

tujuan organisasi.

Yang keempat atau terakhir, perencanaan berskala besar (disebut perencanaan

strategic) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan majaemen puncak (keputusan yang mendasar

dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut

misi) dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan Operasional) yang

berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan

strategi) dan berbagai sasaran (tujuan Operasional) organisasi.

Sedangkan menurut Michael Allison dan Jude Kaye, Strategi adalah proses

sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara

stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi.

Jadi, strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan

mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang

politik. Dengan strategi politik inilah partai politik mampu memenangkan dalam

setiap momentum perebutan kekuasaan.

2. 2. Teori Strategi

Whittington mengemukakan terdapat empat teori tentang strategi. Keempat

(37)

13 menekankan pada keterbukaan dan tetap menjaga low cost. Processual theory

beranggapan bahwa strategi bersifat dinamis dan biasanya terlahir secara spontan

dari langkah-langkah atau tindakan yang telah dilakukan, dan Systemic Theory

lebih melihat bahwa strategi berhubungan dengan sosiologi dan perilaku manusia.

(Whittington, 2001 : 10).

1. Classical theory atau Teori Klasik yang muncul pada tahun 1960-an di dasarkan pada tradisi militer dimana internasional merupakan suatu

keadaan yang anarkis serta menganggap bahwa keberadaan jenderal sangat

diperlukan sebagai penentu keputusan. Karena ditentukan oleh pemikriran

jenderal maka cenderung menekankan pada perencanaan maka tersirat

adanya analisis rasional, pemisahan konsep dari eksekusi dan komitment

pada maksimalisasi keuntungan atau profit (Whittington, 2001 : 11).

Selain bidang militer pemikiran teori kalsik juga mengacu pada ekonomi

dimana adanya pandangan teori klasik dalam kontrol strategi terletak pada

menajer atas sedangkan implementasi dibebankan pada manajer

operasional yang memiliki divisi khusus. Layaknya jenderal, manajer juga

menyusun rancangan yang matang dan bersifat jangka panjang dengan

mempertimbangkan pula segala kemungkinan yang akan terjadi, resiko

yang mungkin timbul serta rumusan pemecahan masalah. Sehingga teori

klasik menekankan pada kemampuan manajer dalam optimalisasi strategi

untuk mendapatkan keuntungan yang besar secara rasional. Namun

manajer atas memiliki tanggung jawab utama dalam memastikan bahwa

(38)

14 kapabilitas sumberdaya organisasi dengan lingkungan eksternal sehingga

mampu mengeksploitasi kesempatan yang ada.

Tahun 1960-an terdapat tiga pemikir yang sangat mempengaruhi teori ini

yaitu, Alfred Chandler, Igor Ansoff, dan Alfred Sloan. Mereka

memberikan tiga point penting dalam kesuksesan pembuatan suatu strategi

bisnis, dimulai dari melakukan analisis rasional, memisahkan konsep dan

pelaksanaan, dan komitmen untuk mendapatkan keuntungan sebesar –

besarnya. (Whittington,2001:11). Jadi dalam teori klasik tersirat adanya

spesialisasi kerja secara rasional untuk mencapai keuntungan.

2 Proccessual theory yang muncul pada tahun 1970-an, berbeda dengan teori klasik dimana teori ini menganggap strategi lebih pada sebuah seni

dan menekankan pada negosiasi dan tawar menawar. Dengan

kompleksitas dunia maka strategi suatu proses yang berkelanjutan dan

adaptif (Mintzberg dalam Whittington, 2001 : 23). Hal inilah yang

menjadikan teori processual mengesampingkan analisis rasional karena

membatasi fleksibilitas strategi dan mengurangi pencapaian kesuksesan.

Pendukung dari teori ini percaya bahwa pembelajaran sebagai alat yang

efektif dalam mengembangkan strategi dalam kehidupan yang tergolong

sulit dan berubah-ubah. Oleh karena itu teori prosesual ini adalah proses

belajar dan beradaptasi secara tiba-tiba dengan penyesuaian lingkungan.

3. Systemic Theory yang muncul pada 1980-an. Asumsi dari teori ini berbeda dengan teori klasik, perbedaanya ialah bagaimana bertahan dalam situasi

(39)

15 sendiri berpandangan bahwa kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari

hubungan sosial seperti keluarga, negara atau agama. Faktor-faktor sosial

mempengaruhi cara dan menentukan strategi apa yang cocok untuk

menghadapi keadaan. Hal ini sinkron dengan ucapan Henderson yakni

keselamatan bisnis dalam lingkungan yang kompetitif bergantung pada

pembedaan strategi. (Henderson dalam Whittington, 2001 : 18). Jadi

dalam kondisi yang sama aktor harus memiliki strategi yang berbeda oleh

karena itu terciptanya kompetisi di pasar menjadikan banyak aktor untuk

bersaing hingga pada akhirnya aktor yang kuat akan tetap bertahan dan

aktor yang lemah tersingkirkan. Selain itu penganut teori sistemik

beranggapan bahwa dalam pendekatan sistemik, organisasi tidak hanya

terdiri dari individu tetapi kelompok-kelompok sosial dengan kepentingan.

Variabel teori sistemik adalah bersaing dengan kelas dan profesi, bangsa

dan negara, keluarga dan gender. Teori ini menganut pemikiran strategi

yang fleksibel dalam meraih keuntungan karena keformalan seperti teori

klasik akan membuat stagnan dalam menanggapi evolusi dunia. Sehingga

pembuatan strategi tidak harus menunggu kehadiran manajer.

4. Evolutionary theory atau teori evolusi yang muncul pada tahun 1990-an. Teori evolusi tudak bergantung kepada keterampilan manajemen puncak

dalam upaya perencanaan strategi dan atau untuk bertindak secara rasional.

Pemikiran teori evolusi tidak terlalu bergantung pada pemikiran manajer,

didasari suatu keyakinan bahwa pasar dengan sendirinya akan menentukan

maksimalisasi laba, bukan akibat pemikiran manajer. Berbeda dengan teori

(40)

16 perhitungan terpisah, akan tetapi dengan suatu perjuangan secara terus

menerus untuk mampu bertahan hidup (survive) di kehidupan yang

sesungguhnya. Esensi dari teori evolusi sebenarnya adalah prinsip biologis

seleksi alam sebagaimana yang digagas oleh Charles Darwin bahwa yang

tidak mampu bertahan, maka akan tersingkir. Sedangkan kaitannya dengan

pemikiran strategis, hal ini dijelaskan sebagai suatu kondisi yang

memungkinkan pihak-pihak dengan performa terbaik akan bertahan dan

mengalir bersama arus kemajuan, sedangkan yang lemah akan

berangsung-angsur keluar dari pasar.

Teori yang paling mendekati ketepatan dalam menjelaskan strategi adalah teori

evolusi. Karena kehidupan manusia memang penuh persaingan, seperti teori

Charles Darwin mengenai seleksi alam bahwa siapa yang mampu beradaptasi

akan bertahan, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan tersingkir. Strategi

disini digunakan sebagai cara untuk bertahan. Strategi yang digunakan dalam teori

evolusi bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, serta berpikir untuk menjadi

berbeda dari yang lain adalah salah satu strategi yang tepat digunakan untuk

bertahan dan memenangkan persaingan dalam konteks ini adalah persaingan

politik dalam pemilu 2014.

Strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan

mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang

politik. Dengan strategi politik inilah kandidat politik mampu memenangkan

(41)

17 terbanyak untuk mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung). Bagaimana

memperoleh suara terbanyak dalam pemilu tentunya harus memiliki cara atau

langkah-langkah yang terukur, dalam hal ini lebih tepat menggunakan pemasaran

politik.

2. 3. Pemasaran Politik

Pembahasan mengenai pemasaran biasanya selalu identik dengan penjualan

ataupun dunia bisnis, ternyata tidak selalu demikian. Ilmu pemasaranpun dapat

diadopsi pada berbagai macam bidang termasuk politik. Bahkan jawara ilmu

Pemasaran dunia Philip Kotler mengatakan pemasaran tidak hanya terbatas pada

institusi bisnis semata (Kotler & Levy,1969). Konsep pemasaran yang diterapkan

dalam dunia politik sepertinya hal tersebut hanya baru dirasakan menjelang

Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di daerah-daerah. Berbagai macam cara

dan strategi dilakukan oleh para pemilik kepentingan demi meraih tujuannya. Hal

ini terbukti dengan maraknya iklan-iklan yang menampilkan wajah-wajah si calon

di berbagai media baik cetak maupun elektronik, mulai dari stiker yang kecil

hingga spanduk-spanduk besar.

Aktivitas pemasaran politik sudah merambah ke media massa, baik cetak, online

maupun elektronik. Beberapa parpol memasang iklan di koran-koran serta

tokoh-tokohnya mulai mengkampanyekan kelebihan dan keunggulan partainya di media

elektronik. Sementara itu untuk pemanfaatan media massa hampir keempat

bentuk/kategori publikasi yang dikenal dalam khazanah komunikasi politik telah

dimanfaatkan. Sebagai contoh, ada elit parpol atau caleg yang mempopulerkan

(42)

18 (kategori pure publicity). Lalu ada yang tampil sebagai pembicara di sebuah forum yang diselenggarakan pihak lain atau turut berpartisipasi dalam

pertandingan olahraga (free ride publicity), kemudian ada aktivis parpol yang berpartisipasi pada kegiatan bakti sosial pasca peristiwa luar biasa seperti banjir,

gempa bumi, tanah longsor hingga tsunami (tie-in publicity). Begitu pula ada tokoh parpol yang mempopulerkan dirinya melalui iklan di televisi maupun radio

atau membeli rubrik atau program di media massa tertentu (paid publicity).

Di era multipartai seperti sekarang ini, pemasaran politik menjadi kebutuhan yang

tak terelakkan. Bukan hanya partai-partai baru dan relatif sedikit pendukungnya

yang memerlukan pemasaran politik guna mengatrol citra dan popularitasnya agar

dapat menangguk suara yang memadai, tetapi juga partai-partai besar yang telah

eksis dan mapan pun tidak bisa meremehkan kehadiran instrumen ini, jika parpol

tidak ingin suaranya tergerus atau menurun posisinya pada pemilu mendatang.

Di Indonesia pemasaran politik disinyalir mulai digunakan sejak tahun 1990-an.

Tapi di dunia, pemasaran politik digunakan sejak sebelumnya Perang Dunia II,

yaitu pertama kali pada tahun 1917 ketika Partai Buruh di Inggris meresmikan

Departemen Publikasi dibantu oleh agen publikasi Egerton Wake. Sedangkan di

Amerika Serikat pertama kali digunakan pada tahun 1926 ketika pesan politik

dilakukan melalui media cetak seperti poster pamflet, koran dan majalah

(Firmanzah, 2007).

Terdapat banyak manfaat yang bakal didapat dari penggunaan pemasaran politik

(43)

19 dengan lebih baik. Kedua, dapat mengembangkan program kerja atau isu politik

yang sesuai dengan aspirasi masyarakat/konstituen. Ketiga, mampu

berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat/konstituen melalui berbagai

media sebagai salurannya. Memang, dengan menerapkan pemasaran politik maka

ongkos politik (political cost) yang harus dikeluarkan oleh sebuah parpol atau calon anggota legislatif menjadi sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, menurut Hotline

Advertising, pada Pemilu 2004 lalu saja biaya iklan kampanye setiap pasangan

capres-cawapres mencapai Rp 60-100 miliar. Lalu iklan Ketua Umum PAN

Soketrisno Bachir (SB) “Hidup adalah Perbuatan” di televisi maupun koran,

menurut sebuah sumber diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp 153,7 miliar.

2. 3. 1. Konsep Pemasaran dalam Politik

Konsep bauran pemasaran atau yang dikenal dengan istilah 4P, yaitu :

1. Product (personal karakter, platform partai, janji-janji kampanye) 2. Price (biaya kampanye, lobi-lobi politik

3. Place (basis masa, tim sukses)

4. Promotion (advertising, publicity, kampanye)

Hughes (2006) menyatakan:

In politics, the application of marketing centers on the analysis of needs centers

(44)

20 Dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran politik sama dengan pemasaran pada

umumnya yang berpusat pada kebutuhan pemilih. Kebutuhan pemilih yang

menjadi pusat perhatian dalam membina hubungan jangka panjang antara partai

politik dan pemilihnya. Dan untuk mengetahui kebutuhan pemilihnya ini, maka

partai politik perlu melakukan riset untuk mengenali pemilihnya dalam konteks

sebagai konsumen politik. Dengan demikian, bagi para politisi sangatlah penting

untuk beradaptasi dan mengaplikasikan konsep pemasaran ke dalam

pengembangan kebijakan dan komunikasi yang dilakukannya (pemasaran politik)

seiring perkembangan kebutuhan pemilih untuk dapat memberikan input dalam

proses politik yang dilakukan dan kebutuhan pemilih untuk memperoleh kepuasan

dari hasil pemilu yang dilaksanakan menyadarkan politisi akan pentingnya.

Pemasaran politik memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu deskriptif dan preskriptif

(memuat aturan-aturan dasar). Dalam fungsi deskriptifnya, analis pemasaran

politik menyediakan suatu struktur bisnis untuk menjalankan, memetakan,

mengartikan dan memadatkan dinamika sebuah kampanye partai politik,

menawarkan kemungkinan baru dalam memenangkan pemilihan umum.

Sementara itu, dalam fungsi preskriptif, banyak ahli yang mengungkapkan (secara

eksplisit maupun implisit), bahwa pemasaran politik adalah suatu hal yang harus

dilakukan partai politik dan kandidat untuk memenangkan pemilihan umum.

Pemasaran politik bukan hanya sebuah disiplin, melainkan juga sebuah

rekomendasi (0’Shaughnessy, 2001).

Pemasaran politik juga menyediakan perangkat teknik dan metode pemasaran

(45)

21 adalah untuk memahami, menganalisis kebutuhan dan keinginan pemilih, dan

membina hubungan dengan pemilihnya. Hubungan dengan pemilih ini, akan

terbangun kepercayaan, dan selanjutnya akan diperoleh dukungan suara mereka

(O’Shaughnessy 2001).

Perlu diperhatikan disini, bahwa kemenangan suatu partai politik diperoleh

dengan mendapatkan suara mayoritas pemilih dalam pemilu. Untuk memperoleh

suara mayoritas ini, partai politik perlu menetapkan pemasaran politik sebagai

strategi jangka panjang (konsep permanen) untuk membangun kepercayaan (Dean

& Croft 2000) mayoritas pemilih pemilu. Kepercayaan mayoritas pemilih pemilu

hanya akan diperoleh jika partai politik terus konsisten menetapkan bauran

pemasaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pemilih yang

ditargetkan.

2. 3. 2. Strategi Pemasaran Politik dan Kampanye

Marketing is everybody’s business. Di era keterbukaan sekarang ini, politik tidak

hanya dimenangkan lewat pengerahan massa, tetapi juga melalui penggunaan

strategi pemasaran yang jelas. Politik tidak ada bedanya dengan pasar, karena itu,

pemasaran diperlukan untuk mendapat pangsa pasar sebesar-besarnya.

Produsennya adalah kandidat atau partai politik sebagai penghasil produk politik,

sedangkan konsumennya adalah masyarakat yang menentukan dan memilih

produk politik yang ditawarkan oleh produsen.

Supaya hasil pemasaran politik lebih maksimal, maka parpol sebaiknya tidak

(46)

22 tetapi perlu ditambah dengan pola atau strategi lain yang lebih kreatif dan inovatif,

karena sejatinya aktivitas pemasaran politik tidak hanya terpaku pada 2 hal itu

saja tapi masih banyak yang lain.

Pertama, karena pemasaran politik lebih dari sekadar komunikasi politik, menurut

Lees-Marshmant (2001), maka ia mesti diaplikasikan pada seluruh proses

organisasi partai politik. Tidak hanya pada momentum menjelang pemilu atau

tahapan pemilu saja ia diejawantahkan, melainkan harus sedini mungkin, misalnya

pada tahap bagaimana memformulasikan produk politik lewat penciptaan simbol,

image, platform, isu politik hingga program kerja.

Kedua, dalam menerapkan pemasaran politik seyogyanya menggunakan konsep

pemasaran secara luas, tidak hanya pada teknik pemasaran namun juga sampai

pada strategi pemasaran mulai dari teknik publikasi, menawarkan ide dan

program, serta desain produk hingga ke market intelligent dan pemrosesan

informasi.

Ketiga, dalam menerapkan pemasaran politik hendaknya juga melibatkan disipilin

ilmu sosiologi dan psikologi. Hal ini karena produk politik merupakan fungsi dari

pemahaman sosiologis mengenai simbol dan identitas, sedangkan faktor

psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin hingga

pada aspek rasionalitas platform partai.

Keempat, penerapan konsep pemasaran politik tidak hanya berhenti hingga

(47)

23 politik di parlemen. Justru di situlah efektivitas pemasaran politik dipertaruhkan.

Penggunaan pemasaran politik (political marketing) yang efektif dan komprehensif sejak dini menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau

tidak, partai politik sebagai komunitas politik siap-siap gigit jari.

Pemasaran Politik tidak dilihat selama periode kampanye saja ( Butler & Collins,

2001 ). Partai politik harus terus menerus memperhatikan, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat dalam kondisi dan keadaan apapun.

Kampanye yang dilakukan oleh partai politik dilihat dari sudut padang konsep

pemasaran terdapat dua jenis kampanye, yakni pertama kampanye Pemilu bersifat

jangka pendek dan biasanya dilakukan menjelang pemilu. Kedua Kampanye

Politik bersifat jangka panjang dan dilakukan secara terus menerus.

Memiliki strategi pemasaran politik yang tepat, partai/kandidat memiliki panduan

dan arah yang jelas untuk memaksimalkan segala sumber daya yang dimiliki

dalam memikat suara pemilih, ada tahapan penting dalam penyusunan strategi

pemasaran politik yang dikategorikan dalam 3 kelompok besar yaitu

Segmentation, Strategy, dan Scorecard.

Segmentasi pemilih merupakan tahap pertama strategi pemasaran politik yang

paling penting tapi seringkali dilewatkan dalam penyusunan strategi pemasaran

politik. Segmentasi paling mudah dilakukan adalah berbasis demografi (usia,

(48)

24 model segmentasi pemilih di dunia dewasa ini sudah bergerak ke berbasis psikografi.

Setelah segmen pemilih sudah di tentukan langkah selanjutnya adalah menentukan target segmen pemilih yang dituju. Paling tidak ada tiga kriteria utama untuk

menentukan target segmen pemilih yaitu besaranya jumlah pemilih, tingkat

persaingan, dan kemampuan kandidat/partai dalam menarget segmen pemilih

tersebut.

Setelah target segmen pemilih ditentukan, kita masuk tahap selanjutnya yaitu

penyusunan strategi. Ditahap ini ada tiga tahap penting yaitu penyusunan

positioning kandidat/partai, brand, dan campaign. Positioning adalah bagaimana kandidat/partai menempatkan citranya di benak pemilih. Citra ini harus dibentuk

agar memiliki cita rasa kandidat/partai berbeda dengan pesaing kandidat/partai

lainnya, sementara branding adalah bagaimana personifikasi dan identitas kandidat/partai itu di susun termasuk didalamnya slogan dan simbol

kandidat/partai.

Ketika positioning dan brand kandidat/partai sudah ada maka langkah berikutnya adalah penyusunan campaign. Campaign ini bisa melaui serangan udara melalui media cetak maupun elektronik atau juga serangan darat melalui tatap muka

dengan pemilih. Dengan era internet yang semakin berkembang model kampanye

sekarang juga mesti memprtimbangkan untuk menggunakan internet dan social

(49)

25 Langkah terakhir dari penyusunan strategi pemasaran politik adalah scorecard

untuk evaluasi dan monitoring. Evaluasi dan monitoring ini sangat penting untuk memantau kinerja team pemasaran politik dan sebagai bahan masukan untuk

perbaikan implementasi strategi pemasaran politik yang telah disusun

Secara umum survei yang dilakukan untuk evaluasi dan monitoring mengukur 4 hal yaitu: candidate awareness (popularitas), candidate image (citra), candidate engagement, dan candidate electability.

Akhirnya, pemasaran politik bukanlah sekedar komunikasi politik atau juga bukan

sekedar menjual kandidat/partai kepada pemilih, lebih dari itu pemasaran politik

adalah serangkaian aktifitas komprehensif untuk menyampaikan dan menerjemahkan ide dan gagasan kepada target pemilih yang lebih tepat.

2. 4. Pengertian SWOT

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai

kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang

dimiliki dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang

dihadapi oleh calon legislatif perempuan untuk memenangkan pemilu 2014.

Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki kekuatan dan

(50)

26 kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.

Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari

eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan

dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan

kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.

Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47) yaitu :

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang

berhubungan dengan para pesaing dalam pemilu dan kebutuhan pasar yang dapat

dilayani oleh calon legislatif yang diharapkan dapat dipenuhi. Kekuatan adalah

kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi calon legislatif di

dalam pemilu.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja calon

legislatif. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,

kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber

(51)

27

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan calon legislatif.

Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang,

seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara calon legislatif

dengan masyarakat pemilih.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan bagi calon legislatif.

Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang

diinginkan perusahaan. Adanya kecurangan-kecurangan dari calon legislatif

lainnya (competitor) dalam pemilu dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan

calon legislatif tersebut.

Fungsi SWOT

Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk

mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok

persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal

(peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah

informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu calon legislatif

mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang

harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi target memenangkan pemilu

(52)

28 Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan

analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah

sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi

altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.

Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapatmenggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

IFAS EFAS

Kekuatan (streigh) Kelemahan (weakness)

Peluang (oppurtunity) Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan

peluang

Ancaman (Threats) Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

(53)

29 Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :

1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran calon legislatif, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan

untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.

2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki calon legislatif untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada

serta menghindari ancaman.

Dalam penelitian ini fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan

informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal

(kekuatan dan kelemahan) dan

Gambar

Tabel 2. Hasil Pemilu 2014 Provinsi Lampung

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam pemenangan pemilu

Oleh karena itu perolehan suara yang didapatkan partai Golkar sebagai partai pemenang di daerah Kab.Langkat pada pemihan umum legislatif tahun 2014, dapat dipastikan karena peran

Melihat hasil dari perolehan suara dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014 di kabupaten karo yang dimenangkan oleh Partai Demokrat, tentu strategi pemenangan partai dalam

Tolak ukur untuk menyebut sebuah negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilu yang luber dan jurdil. Pada tanggal 9 April 2009 diselenggarakan pemilu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana PPP ini bisa menjadi salah satu partai yang bisa meningkatkan suara perempuannya pada pemilu legislatif

Pengaruh ketokohan keluarga calon legislatif perempuan sangat di pertimbangkan oleh partai GOLKAR dalam merekrut perempuan sebagai calon legislatif dari dasar ini partai

Berdasarkan proses seleksi yang telah dilakukan oleh Lajnah Pemenangan Pemilu Legislatif (LP2L) dan hasil penetapan Lajnah Penetapan Calon (LPC) DPW PPP Jatim, juga

131 STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK CALON LEGISLATIF TERPILIH DPRD TANGERANG SELATAN DALAM PEMILU TAHUN 2019 FRAKSI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA Djoni Gunanto, Lusi Andriyani,