STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014
STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)
DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) (Thesis)
Oleh
DWIPA REMA DONA
MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ABSTRAK
STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014
STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)
DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)
OLEH
DWIPA REMA DONA
Hasil Pemilu 2014 untuk DPRD Provinsi Lampung ada 10 partai yang berhasil mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung, dan dari jumlah keseluruhan anggota DPRD Provinsi Lampung sebanyak 85 orang, dengan komposisi laki-laki 73 orang dan perempuan 12 orang, keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Lampung belum memenuhi kuota 30% sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen atau dibidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki. Adanya konstruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014 penulis hanya mengambil 3 partai yang memiliki ideologi yang berbeda, yaitu Partai Golkar, PDI-P dan PPP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi caleg perempuan dari ketiga partai tersebut dalam pemenangan pemilu 2014 dan hambatan yang dihadapi.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan untuk tehnik keabsahan data dilakukan melalui kredibilitas data yaitu tehnik triangulasi, sedangkan teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
dibangun sesaat atau hanya pada saat kampanye menjelang pemilu saja. Kelemahan bagi caleg perempuan yaitu waktu yang terbatas calon legislatif perempuan merupakan ibu rumah tangga yang secara otomatis memiliki peran ganda sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai aktivis politik. Peluang bagi caleg perempuan adalah Convention on the elimination of all forms of discrimination against women (CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia untuk memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan pada tingkat lokal maupun nasional. Undang-undang No 8 Tahun 2012 memberikan peluang 30% kepada kaum perempuan untuk memperoleh kesempatan besar untuk masuk dalam arena politik karena selama ini keterwakilan perempuan di legislatif belum memenuhi kuota 30%. Serta dukungan partai bagi caleg perempuan juga merupakan peluang, ada alasan ideology partai dalam penempatan calon legislatif perempuan di Daerah Pemilihan (DP) untuk memenangkan pemilu. Ancaman bagi caleg perempuan adalah faktor kultural dalam kerangka budaya patriarki. Ada kontruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Kontruksi sosial ini sudah tertanam lama pada masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Lampung ini menjadi ancaman bagi caleg perempuan. Ancaman berikutnya adalah kecurangan dari calon legislatif lainnya.
Segmentasi pemilih merupakan tahap pertama strategi pemasaran politik yang paling penting Perolehan suara hasil pemilu 2014 Mega Putri (Caleg Golkar) memperoleh 10.222 suara. Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara. Apriliati (Caleg PDIP) memperoleh 7.005 suara. Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara. Zeldayatie (Caleg PPP) memperoleh 6.358 suara. Hasil perolehan suara menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan hal ini karena target segmennya berbeda, yang mendapat suara tertinggi Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara, selanjutnya menyusul Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara. Keduanya memfocuskan target segmennya adalah ibu-ibu, yang notabenenya jumlah pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki. Strategi caleg perempuan Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama daerah setempat untuk menjadi tim sukses yang akan mengawal sosialisasi caleg perempuan saat turun ke masyarakat. Menjaga silaturahmi atau hubungan baik dengan masyarakat, membangun komunikasi dan keakraban dengan masyarakat. Hadir pada undangan-undangan baik pribadi ataupun agenda desa, kecamata, dan partai. Hadir pada acara-acara pengajian, masuk pada
komunitas pengajian atau menjadi pengurus atau pembina Majlis Ta’lim sehingga dapat
merangkul banyak jama’ah (banyak massa).
Hambatan yang dihadapi adalah hambatan struktural : Ketua partai yang menentukan Penempatan Daerah Pemilihan berdasarkan ketokohan (popularitas) didaerah pemilihan. Pemberian nomor urut 1 diprioritaskan untuk pengurus struktural partai. Hambatan kultural yaitu waktu yang terbatas untuk kaum perempuan, kalau laki-laki aktivitas diluar rumah penuh waktu. Tetapi bagi kaum perempuan waktu untuk keluar rumah biasanya pagi hingga sore, dan jika wanita keluar rumah pada malam hari dapat merusak citra dirinya dimata masyarakat. Namun luar biasa dari kelima caleg yang diwawancarai mereka dapat mengatasi hambatan tersebut. jika harus keluar malam kesemua caleg bepergian dengan menggunakan sopir dan ada keluarga yang mengawal. Begitu juga untuk mengurus soal-soal domestik sebagai ibu rumah tangga kesemua caleg perempuan sangat terbantu dengan para asisten rumah tangga.
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengartian Strategi ... 10
2.2 Teori Strategi ... 12
2.3 Pemasaran Politik ... 17
2.3.1 Konsep Pemasaran Dalam Politik ... 19
2.3.2 Strategi Pemasaran Politik dan Kampanye ... 21
2.4 Pengertian SWOT. ... 25
2.5 Sistem Kepartaian Modern ... 29
2.6 Sistem Kepartaian Tradisional ... 31
2.7 Fungsi Partai Politik Modern ... 34
2.8 Fungsi Partai Politik Tradisional ... 36
2.10 Fungsi Rekrutmen Partai Politik Tradisional ... 45
III.METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 47
3.2 Penetapan Tempat Penelitian ... 48
3.3 Fokus Penelitian ... 48
3.4 Jenis Data Penelitian ... 49
3.4.1 Data Primer ... 49
3.4.2 Data Sekunder ... 49
3.5 Tahap Penelitian ... 50
3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 50
3.5.2 Tehnik Pengolahan Data ... 51
3.5.3 Tehnik Analisis Data ... 51
IV.PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penellitian ... 53
4.1.1. Sejarah Pembentukan Daerah Provinsi Lampung ... 53
4.1.2. Geografi Lampung ... 55
4.1.3. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung ... 56
4.1.4. Sejarah DPRD Provinsi Lampung ... 57
4.1.4.1. Susunan DPRD GR1971 ... 58
4.1.4.2. Susunan DPRD Provinsi Lampung 1997-1999 ... 58
4.1.4.3. Komposisi Fraksi-fraksi 1997-1999 ... 59
4.1.4.4. Anggota MPR Utusan Daerah Provinsi Lampung Periode 1997-1999 ... 59
4.1.4.6.Komposisi Fraksi-fraksi 1999-2004 ... 60
4.1.4.7. Anggota MPR Utusan Provinsi Lampung Periode 1999-2004 ... 60
4.2. Deskripsi Informan... 60
4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 63
4.3.1. Pemilu 2014 di Provinsi Lampung ... 63
4.3.2. Faktor Penentu Kemenangan Calon Legislatif Perempuan Dari Partai Golkar, PDIP, PPP untuk DPRD Provinsi Lampung 2014 ... 71
4.3.3. Analisis SWOT Calon Legislatif Perempuan Dalam Memenangkan Pemilu 2014 ... 72
4.3.4. Kekuatan (Strenghts) ... 72
4.3.4.1 Faktor Individual. ... 73
a. Mega Putri Tarmizi (Caleg Partai Golkar). ... 75
b. Ririn Kuswantari (Caleg Partai Golkar). ... 76
c. Apriliati (Caleg PDIP). ... 76
d. Eva Dwiana (Caleg PDIP). ... 77
e. Zeldayatie (Caleg PPP). ... 77
4.3.4.2 Faktor Kultural. ... 79
4.3.5 Kelemahan (Weaknes) ... 83
4.3.6 Peluang (Opportunity). ... 85
4.3.6.1 Faktor Struktural. ... 86
4.3.7 Ancaman (Threat) ... 92
4.3.8 Startegi Calon Legislatif Perempuan Dalam Memenangkan Pemilu Tahun 2014 Menggunakan Pemasaran Politik. .... 93
4.3.8.1 Segmentation ... 94
4.3.8.2 Strategi ... 98
b. Strategi Calon Legislatif Ririn Kuswantari Memperoleh
31.112 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 3 : Rangking
1) ... 102
c. Strategi Calon Legislatif Apriliati (Caleg PDIP) Mendapat
7.005 suara (Daerah Pemilihan Lampung 1 : Rangking 9)
... 106
d. Strategi Calon Legislatif Eva Dwiana Mendapat 19.818
suara (Daerah Pemilihan Lampung 1 : Rangking 2)….. ... 109
e. Strategi Calon Legislatif Zeldayatie (Caleg PPP) Mendapat
6. 358 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 3 : Rangking
10) ... 111
4.3.9 Hambatan . ... 113
4.3.10 Kelemahan Penelitian ... 114
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 115
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keterwakilan Perempuan di DPR RI ... 2
Tabel 2 Hasil Pemuli 2014 Provinsi Lampung ... 7
Tabel 3 Deskripsi Informan ... 61
Tabel 4 Nama Anggota DPRD Provinsi Lampung Dalam Pemilihan Umum
Tahun 2014 ... 66
Tabel 5 Perbandingan pendapat informan mengenai kesiapan finansial ... 73
Tabel 6 Perbandingan pendapat informan mengenai dukungan keluarga ... 80
Tabel 7 Keterwakilan 30 % caleg perempuan partai Golkar,
Motto
Berilah aku segenggam huruf
Karena aku inging menyusun segunung kata
Yang menjadi kalimat penuh makna
Dengarlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata
(Al Mahfudzod)
Kajilah dirimu sedalam-dalamnya, barulah engkau mengkaji oranglain
Sebuah keritikan lebih berarti dari seribu pujian
(Rema)
Mampukah kita bersabar dikala duka, sekaligus tidak lengah dikala suka
Masa lalu sebagai pijakan dan cermin positif sekaligus kenangan indah untuk
menyongsong hari-hari mendatang dengan penuh optimis
Hari kemarin merupakan kenangan dan pelajaran
Hari ini adalah kesempatan dan perjuangan
Hari esok adalah peluang dan tantangan
Perjuangan yang berhasil adalah merubah tantangan menjadi peluang
(Rema)
“Cogito Ergo Sum”
Saya berpikir maka saya ada
Berpikir Global dan bertindak lokal
Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(QS. Ar-
Ra’ad : 11)
Kesuksesan akan tercapai dengan 3 hal
Kerja keras, kerja keras dan berdo’a
Bukanlah kecantikan itu dengan pakaian penghias kita
tapi kecantikan itu dengan ilmu dan adab
(Al Mahfudzot)
Keberhasilan dari sebuah proses pengkaderan
Adalah terciptanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan
islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur
yang diRidhoi Allah SWT
(HMI)
Kedewasaan akan terlihat pada diri insan cita
Ketika ia berpikir secara arif serta bertindak secara bijak
Melalui kesulitan dengan pembawaan yang tenang
Dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang elegan
(Rema)
“Als men veel doe tom geld dan eindigtmen met alles te doe nom gold”
Jika engkau menilai uang terlalu tinggi, tiada yang tidak engkau perbuat demi
uang
(Surat terbuka DR. Halim untuk Soekarno)
Uang bukanlah yang nomor 1 tetapi yang terpenting adalah kemauan,
komitmen, dan keberanian menangkap peluang dan harus selalu jaga citra diri
Ingat idealis tapi realistis YAKUSA
(Rema)
Masalah akan selalu ada
Semakin banyak masalah
Semakin banyak latihan
focus pada solusi
Bersama kesulitan ada kemudahan
All izz well
Perjalanan ribuan mil diawali dari satu langkah
(Lao-tzu-604-531 SM, Filsuf Cina)
Berhentilah Mengukur Masalah…
Mulailah Membangun Langkah
Action Now…!!!
Apa yang terjadi…
Hadapi…
Yang telah berlalu Jangan pernah disesali
Karena tidak ada 1 pun manusia yang tak pernah bersalah
Dan tidak ada 1 pun manusia yang tak punya masalah
Yakinlah…
yang terjadi hari ini adalah yang terbaik
yang Allah berikan untuk kita
Bersemangatlah untuk menjadi lebih baik lagi…
Allah selalu bersama kita…
(Rema)
Masalah-masalah yang ada
Jika disikapi dengan positip
Menjadikan kita kuat, tangguh, tegar, dan bijaksana
Sadari bahwa segala yang tidak enak
Adalah proses yang memang harus dilalui
Jangan melihat dimana anda saat ini
Tapi kemana anda akan tiba…
Focus pada garis finish
Nikmati saja prosesnya
Keep Happy N Passion
Allah selalu bersama kita…
(Rema)
Bersama waktu dan kejadian…
Setelah segala sesuatunya mengalir dan bergulir
Yakinlah kita akan menemukan nikmatnya sebuah proses
Andai anda terp
aksa terjun…
Terjunlah serendah-rendahnya
Seperti rollercoaster
Tidak perlu galau dan risau
Yang terpenting segeralah naik kembali
See you at the TOP
Tidak akan berubah potensi menjadi prestasi
Tanpa persistensi…
Diperlikan keberanian…
Dan tidak diperlukan kesempurnaan
Untuk memulai sesuatu
Dream N Action (DNA)
Adalah double helik yang kelak membentuk DNA Kesuksesan anda
Dream N Action (DNA)
Akan memutar balikkan keadan 180
Berani Gagal…
Bayar harganya dimuka…
Kegagalan demi kegagalan sebenarnya menyimpan hikmah yang sangat berharga
Blessing in disguise
Tidak memiliki
tidak otomatis menjadikan kita kekurangan
seperti memiliki
tidak otomatis menjadikan kita kelebihan
olah rasa dan olah pikir
menjadikan kita siap
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi
Allah will not give marcy to anyone
Except those who give marcy to other creatures
Hari ini…
Anda adalah orang yang sama dengan anda 5 tahun mendatang
Kecuali 2 hal :
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan buah pemikiran ini kepada yang tercinta :
Orangtuaku Ayah (Rozali Husin) dan Mama (Nurbaiti Badroldin) Ayah dan Mama selalu sabar memberikan nasehat, membimbing dan mendoakan
anak-anaknya untuk menjadi yang terbaik. Selalu memotivasi kami untuk mengejar
prestasi. Ayah dan mama juga yang mengajarkan kepada kami bahwa pendidikan
harus diprioritaskan.
Dati (Rahma Zilfa Putri) sosok ayunda yang tegas, dan rajin serta selalu mengarahkan adik-adiknya tuk menjadi dan mendapatkan yang terbaik.
Adikku (Hassanal Bolkiah) anak yang tekun dan selalu optimis tuk meraih yang terbaik, yang selalu konsultasi sama uni untuk menentukan pilihan.
Adik Bungsuku (Anbeja Kirsy) adik yang selalu setia menemani uni disaat uni butuh pertolongan.
Sebuah karya kecil dengan perjuangan untuk mencapainya menjadi sebuah tesis,
kupersembahkan kepada keluarga tercinta sebagai bukti dan janji hati untuk
menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Kutulis dengan cahaya cinta sebagai bentuk abdi pada keluarga tercinta
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 04 Juni
1987 anak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari
pasangan Ayahanda Rozali dan Ibunda Nurbaiti, oleh
keduanya penulis dianugrahi nama yang unik
“Dwipa Rema Dona.”
Penulis dibesarkan ditanah kelahiran, masa kecil penulis dilalui bersama keluarga.
Pada tahun 1990 penulis mulai mengenal pendidikan formal, pada Taman
Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Alfa Bandar Jaya selama 2 tahun dari kelas nol kecil
hingga nol besar. Kemudian setelah itu penulis beranjak ke Sekolah Dasar (SD)
pada SD N 2 Bandar Jaya (1992-1998), penulis juga didaftarkan oleh orang tua
penulis untuk sekolah siang pada Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Iman Bandar
Jaya, setelah tamat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida’iyah (MI) penulis
melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun (1998-2001) pada MTS
Darussalam dan penulis aktif mengikuti ektrakurikuler Retorika, Pramuka dan
pencaksilat, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU)
pada SMU N I Menggala, selama mengenyam pendidikan di SMU penulis aktif
diberbagai kegiatan ekstrakurikuler :
1. Pramuka sebagai Wakil ketua Gugusdepan A.002 (Tahun 2002 s/d 2003) dan
Ketua Dewan Saka Bhayangkara Polres Tulang Bawang (Tahun 2003)
2. Organisasi Siswa (OSIS) Sebagai Sekretaris Umum (Tahun 2003 s/d 2004)
Setelah tamat SMU pada tahun 2004 penulis diterima pada Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur PKAB.
Semasa S1 penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa yang merupakan
laboratorium bagi mahasiswa sosial, baik itu organisasi intra maupun organisasi
ekstra kampus, organisasi intra kampus penulis aktif pada : Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ilmu Pemerintahan (Biro Keilmuan dan Keintelektualan pada tahun
2004), Brigade Muda BEM U KBM (pada tahun 2004-2005), LSSP Cendikia
(PIC pada tahun 2005), Senat Mahasiswa FISIP (pada tahun 2005) sebagai
sekretaris komisi C, BEM FISIP (tahun2006) sebagai Staf Sekretaris Eksekutif,
Senat Mahasiswa Universitas (tahun 2006-2007) sebagai ketua komisi II bidang
kemahasiswaan, dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPM U KBM
Unila tahun 2007-2008). Penulis sangat aktif mengikuti berbagai pelatihan seperti
: LKMK (2004), LKMM TD (2004), PIC (2005), LKMM TM (2006), DJM
TD(2006), dan Kader Bangsa yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti. Dan
penulis juga sebagai MC (Master Of Ceremony) Universitas, jika Universitas Lampung mengadakan kegiatan baik tingkat lokal, regional ataupun Nasional.
Sedangkan organisasi ekstra kampus yang penulis ikuti adalah : Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sosial Politik Unila yang merupakan markas
insan cita sebagai pusat akademik dan informasi mengenai issu aktual, penulis
berhimpun pada HMI Cabang Bandar Lampung dan mengikuti Basic Training
Penulis senang mengikuti berbagai perlombaan, dan mengukir banyak prestasi
seperti :
1. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Kabupaten Tulang Bawang (tahun
2001)
2. Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Arab Tingkat Regional dan 2 negara sahabat
(tahun 2002)
3. Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an Arab Tingkat Regional dan 2 negara sahabat
(tahun 2002)
4. Juara 1 Lomba Cerdas Cermat Tingkat Regional dan 2 negara sahabat (tahun
2002)
5. Juara 2 Speech Contect (Tahun 2003)
6. Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an pada MTQ Tingkat Provinsi Lampung (tahun
2004)
7. Juara 1 Penyaji makalah (tahun 2004)
8. Peserta terbaik pada LKMM TM (di Universitas Batanghari Propinsi Jambi
yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti tahun 2006
9. Peserta terbaik Khusus Kohati Regional A (tahun 2007)
10.Juara 1 Karya Tulis Mahasiswa (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun
2008)
11.Mahasiswa Berprestasi Universitas Lampung (pada tahun 2008)
Setelah Lulus S1 Penulis tertarik untuk berwirausaha Melawan Arus ketika
“Orang Rata-rata Mencari Pekerjaan, Penulis Mencari dan Membangun Jaringan”.
Goal Setting jangka panjang adalah penulis ingin sukses dan mapan dijalur bisnis
dan motivator. Penulis bergabung dalam Enterpreneur University (EU) angkatan
13 dan penulis aktif di lembaga Network Marketing yaitu PT K. Link telah mencapai karir sebagai Emerald Manager dan aktif pada K. System saat ini
penulis ditugaskan sebagai Koordinator Area Lampung (Korea).
Untuk Mengupgrade diri penulis mengikuti berbagai pelatihan seperti :
1. Training Best Of The Best (BOB) Jakarta 2010
2. Training The Presenter (TTP) Lampung 2011
3. BGF Training Leadership 2012
4. Training The Trainer (Transco) Lampung 2012
5. Enterpreneur University (EU) Lampung 2012
6. Training The Trainer K.System Jakarta 2012
Penulis melanjutkan S2 tahun 2011 pd Magister Ilmu Pemerintahan dan
mendapatkan beasiswa Bakrie Center Foundation, semasa kuliah penulis sempat jeda satu tahun setengah dikarenakan prioritas target. Penulis kembali ke kampus
untuk menyelesaikan tesis dan lulus ujian pada tanggal 17 April 2015. Penulis
sangat bersyukur atas segala pencapaian saat ini, dengan semua proses yang telah
dilewati yang membuat penulis terus bertumbuh baik sikap, mental, finansial dan
spiritual. Penulis ingin menginspirasi kaum perempuan untuk bisa berkarya,
mandiri, kuat dan tangguh dalam sebuah buku yang sedang dalam proses
penyelesaian. Penulis juga memiliki obsesi : ingin menjadi Bupati Perempuan
Pertama di Provinsi Lampung. Setelah selesai mencapai gelar Magister Ilmu
Pemerintahan Penulis akan terus berkarya dan berbagi manfaat bagi banyak orang.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah ini…aamiin…
SANWACANA
Bismillahirrohmannirrohiim…
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang…
Puja dan Puji syukur penulis haturkan kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa sang
pemilik jagat raya. Tiada tuhan selain Allah yang senantiasa member tuntunan dan
mencurahkan kecerdasan kepada penulis untuk menyusun tesis dengan judul :
“Strategi Calon Legislatif Perempuan Untuk DPRD Provinsi Lampung dalam Pemenangan Pemilu 2014 Studi Pada Partai Golongan Karya (GOLKAR) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)” sampai dengan selesai. Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW utusan Allah, sang revolusioner sejati yang telah mewarnai dunia ini dalam
bingkai keislamannya.
Sebagai manusia yang tak luput dari kekurangan, jika dalam penyelesaian tesis ini
masih terdapat kesalahan atau kurang baik dalam penyampaian maupun substansi,
untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa keritik dan saran untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini. Melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam memberikan kontribusi dan pemikiran dalam rangka penyelesaian tesis ini,
ucapan terimakasih tersebut penulis persembahkan kepada :
2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak DR. Suwondo, M.A., selaku pembimbing dan ketua tim penguji penulis
yang senantiasa memberikan bimbingan serta pemikiran konstruktif kepada
penulis dalam penyelesaian tesis.
4. Bapak Drs. Budi Harjo, M. IP., selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan serta pemikiran konstruktif kepada penulis dalam
penyelesaian tesis.
5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku ketua program studi Magister Ilmu
Pemerintahan, sekaligus sebagai dosen pembahas, terimakasih bunda atas
bimbingan dan arahan yang bersifat konstruktif untuk penulis.
6. Bpk. Drs. Denden Kurnia Drajat, M. Si. Selaku pembimbing akademik yang
turut memberikan perhatiannya kepada penulis.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang beragam kepada
penulis, terimakasih atas keiklasannya.
8. Para Informan dalam Tesis penulis, Ibu Mega Putri Tarmizi, SE. MM.,
(Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar). Ibu Ririn Kuswantari,
S. Sos., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar). Ibu. Apriliati,
SH. MH., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari PDIP). Ibu Eva Dwiana
DPRD Provinsi Lampung dari PPP) yang telah memberikan seluruh informasi
kepada penulis dalam penyelesaian tesis.
9. Keluargaku ayah, mama, dati, ahi, adek oki, adek kirsy, adek aziz, adek Alief,
ponakanku yang lucu Fatih, nyaik Ima, menak Agus, semua kemaman,
kelamou, kemenan, dan sepupu yang telah memberikan motivasi dan do’a
untuk keberhasilan penulis (Terimakasih keluargaku tercinta)
10. Koko Tersayang (Mas J) terimakasih 5 tahun kebersamaan kita, menjadi
kenangan indah yang tak terlupakan, sampai jumpa di surga ya sayang.
11. Ibu. Hj. Sartini, SH. MH., terimakasih ibu atas bimbingan, nasehat, motivasi
serta perhatian yang telah ibu berikan selama ini. Pelatih Bisnisku CA M.
Jamalluddin Al-Afghani, CA Jailani Akramsal, CA Dwi, dan Bu Elya Bae
terimakasih semuanya atas bimbingan, nasehat, dan motivasi untuk penulis.
12. Semua Mitra-mitraku seperjuangan di Lampung dan seluruh Indonesia
terimakasih kebersamaan selama ini kita saling mengisi, memotivasi dan
berbagi manfaat untuk masa depan yang lebih baik lagi.
13. Teman-teman Entrepreneur University dan para mentor, Komunitas Tangan Di Atas (TDA), Komunitas IIBF, trimakasih atas wawasan bisnis dan telah
berbagi pengalaman selama ini.
14. Kanda, Yunda, dan dinda-dinda HMI Komsospol Unila, Cabang Bandar
Lampung dan di seluruh Indonesia terimakasih atas perhatian dan silaturahim
15. Komunitas Pengajian Khadijah Al-Kautsar, Ummi Ning (makasih mi
tausiahnya), Bu Tini, Tante Ristin, Tante Ida, Tante Ecy, Tante Win, Tante
Ella, Tante Endriani, Tante Maya, Tante Anti, Tante Irma, Tante Ines, mami,
Tante Ajeng Tante Rini, Tante Yanti, Tante Sri, Mama Hanif, Mama Sisi,
Mama Fajar, Mama Pinkan, Tante Kartini, Tante Eel dll (Thanks All
Komunitas Wanita Soleha Tapi Tetep Kece….)
16. Komunitas Ladies Beauty Club (LBC) : Komunitas yang mengkaryakan
wanita agar bermanfaat bagi banyak orang, special Tq Bingitz LBC Bandung
yang sangat menginspirasi dr. Nila (Bunda) and The Genk.
17. Teman-teman Beaswan Bakrie (BCF) : Mas Eko, Kak Selamet, Siregar, dan
Rio Keep Spirit…!!!
18. Teman MIP angkatan 2011 Mas Eko, Memeh (Atu Eka), mbak Lili, mbak
Omeg, Atu Riri, Uda Ardian, Bung Ferry, Bang Indra, bang Heri, Bang
Sunu, bang Rendy, Bang Taufik, Bang Agustam, Bang Rosidi, kak Selamet at
all terimakasih atas kebersamaan yang telah berlalu.
Bandar Lampung, 17 April 2015 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi
laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua
wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
keputusan. Platform aksi Beijing dan konvensi tentang penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan Convention on the elimination of all forms of discrimination against women (CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia untuk memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang
bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam
jabatan-jabatan pada tingkat lokal maupun nasional.
Keterwakilan perempuan di Indonesia dalam jabatan publik yaitu parlemen telah
diatur didalam UU No. 8 Tahun 2012. Selain menetapkan jumlah calon di
masing-masing daerah pemilihan, diatur juga bahwa calon-calon yang diusulkan harus
memenuhi keterwakilan perempuan 30%, hal tersebut sebagaimana diatur dalam
pasal 55. Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat
2 Keterwakilan perempuan sepanjang sejarah pemilu legislatif 1955 sampai 2009
menunjukan kenaikan yang cukup bagus, yaitu jumlah perempuan yang duduk di
parlemen semakin banyak dan signifikan dengan naiknya jumlah kursi di DPR RI.
Hal ini dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1. Keterwakilan Perempuan pada DPR RI
Pemilu Presentase Perempuan Jumlah Kursi DPR
1955 5,9% 272
1971 6,7% 460
1977 8% 460
1982 9,1% 500
1987 11,8% 500
1992 12,4% 500
1997 11,6% 500
1999 8,8% 500
2004 11,80% 550
2009 17,32% 560
3 Pada pemilu yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada 1955,
perempuan yang berhasil menjadi anggota parlemen hanya 5,9% dari jumlah
anggota DPR (periode 1955-1960). Pemilu pada tahun 1971 pada masa orde baru
berlangsung hasil dari pemilu itu sebanyak 6,7% legislator perempuan. Terjadi
kenaikan di banding pemilu 1955. Presentase perempuan yang duduk di parlemen
terus meningkat. Hasil pemilu 1977 mendudukan 8% perempuan dalam lembaga
DPR (periode 1977-1982).
Bertambahnya jumlah perempuan di parlemen terus menunjukan peningkatan
signifikan selama beberapa pemilu pada masa orde baru, yaitu pemilu tahun 1982
(anggota DPR dari kalangan perempuan 9,1%), lalu pemilu 1987 (11,8%).
Kemudian, pada pemilu 1992 presentase perempuan menjadi legislator naik lagi
menjadi 12,4%. Namun, keterwakilan perempuan dalam parlemen mengalami
penurunan pada periode 1997-1999, yaitu menjadi 11,6% (58 orang). Jika
dibandingkan dengan presentase keterwakilan perempuan di DPR pada periode
sebelumnya. Kondisi ini semakin memperihatinkan pada pemilu 1999 dengan
jumlah kursi masih tetap 500, perempuan hanya 44 orang (8,8%).
Kemudian pada dua pemilu terakhir (2004 dan 2009) terjadi kenaikan signifikan
keterwakilan perempuan di DPR. Perempuan yang menjadi anggota DPR RI
meningkat menjadi 11,8% (65 orang), hasil pemilu 2004. Jumlah kursi juga naik
menjadi 550 kursi (naik 50 kursi). Pada pemilu 2009, keterwakilan perempuan di
parlemen naik drastis menjadi 17,32% (101 kursi) atau naik sekitar 6%. Inilah
4 Namun demikian bahwa keterwakilan perempuan di DPR sampai dengan pemilu
2009 belum memenuhi kuota 30%.
Pemilu 2004 sudah memperlihatkan adanya kenaikan keterwakilan perempuan
dalam parlemen menjadi sebesar 11,8%. Kemudian pada pemilu 2009, gerakan
perempuan menginginkan menjadi alokasi 30% bagi perempuan dalam daftar
calon legislatif menjadi kewajiban bagi partai politik. Keinginan itu diakomodasi
dalam undang-undang No.10 tahun 2008 tentang pemilihan umum. Pasal 53 dari
UU ini menyebutkan syarat bagi partai politik untuk menominasikan setidaknya
30% perempuan dalam daftar calon legislatif terbuka dalam pemilu 2009. Hasil
pemilu 2009 jumlah perempuan di legislatif baru mencapai 18% masih kurang
12% untuk pemenuhan kuota 30%.
Keterwakilan perempuan masih rendah di parlemen hal ini disebabkan adanya
hambatan yang bersifat struktural, kultural, maupun individual dari perempuan itu
sendiri, yang telah memberikan kontribusi pada rendahnya minat perempuan
memasuki dan aktif dalam politik. Hambatan yang bersifat struktural ini terkait
dengan kebijakan-kebijakan mengenai kesetaraan gender serta aturan main partai
yang dibentuk untuk meningkatkan representasi perempuan di parlemen, hal ini
terkait dengan proses seleksi dalam partai politik.
Seleksi terhadap para kandidat yang akan maju pada pemilu biasanya dilakukan
oleh sekelompok kecil pejabat atau pimpinan partai yang hampir rata-rata adalah
5 kesetaraan gender dan keadilan masih rendah, pemimpin laki-laki dari
partai-partai politik mempunyai pengaruh yang tidak proposional terhadap politik partai-partai
khususnya dalam hal gender. Perempuan tidak memperoleh banyak dukungan dari
partai-partai politik karena struktur kepemimpinannya didominasi oleh laki-laki.
Secara kultural kurangnya representasi perempuan dalam bidang politik antara
lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, hubungan dalam konteks
budaya persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki,
ada kontruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh
mengurus soal-soal domestik saja.
Secara individual kurangnya representasi perempuan dalam bidang politik antara
lain disebabkan oleh kondisi individual dari perempuan itu sendiri dalam hal ini
rasa percaya diri perempuan pada kemampuan mereka sendiri untuk bersaing
dengan laki-laki dalam upaya menjadi anggota parlemen, untuk itu kualitas
perempuan menjadi sangat penting karena itu kaum perempuan yang masuk ke
dunia politik perlu mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas
pengetahuan dan pemahaman akan tugas dan kewajibannya sebagai wakil rakyat.
Kemudian faktor keluarga, wanita berkeluarga sering mengalami
hambatan-hambatan tertentu khususnya persoalan ijin dari pasangan mereka, banyak suami
cendrung menolak pandangan-pandangan mereka dan aktifitas tambahan mereka
di luar rumah. Kegiatan-kegiatan politik biasanya membutuhkan tingkat
6 Persoalan perwakilan perempuan menjadi penting manakala kita sadar bahwa
dalam kehidupan sehari-hari kita melihat perempuan tidak secara proposional
terlibat dalam pengambilan keputusan. Padahal jumlah perempuan menurut data
statistik lebih banyak ketimbang laki-laki. Kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan bukan hanya hak asasi manusia, namun juga prasyarat pembangunan
yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam politik adalah
jantung dari tujuan ini, dan partai politik adalah salah satu lembaga penting untuk
meningkatkan dan memperluas partisipasi tersebut dengan jumlah kursi parlemen
didunia kurang dari dua puluh persen diduduki perempuan, jelas bahwa partai
politik harus berubah dan sebaiknya didukung dalam upaya pemberdayaan politik
perempuan.
Melihat konteks Indonesia dengan sistem multi partai, terdapat banyak sekali
partai politik di Indonesia, semenjak jatuhnya rezim orde baru aspirasi politik
masyarakat Indonesia sangat besar, walaupun banyak sekali partai politik di
Indonesia, partai politik tersebut sayangnya tidak memiliki ideologi politik yang
jelas, mereka lebih mengutamakan mendapatkan masa yang banyak ketimbang
memperjelas ideologinya.
Selanjutnya kita lihat dalam konteks Provinsi Lampung, keterwakilan perempuan
7
Tabel 2. Hasil Pemilu 2014 Provinsi Lampung
NO NAMA PARTAI JUMLAH
KURSI
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1 Partai Nasdem 8 Kursi 5 3
2 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 7 Kursi 6 1
3 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 8 Kursi 8 -
4 Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P)
17 Kursi 14 3
5 Partai Golongan Karya
(GOLKAR)
10 Kursi 8 2
6 Partai Gerindra 10 Kursi 9 1
7 Partai Demokrat 11 Kursi 11 -
8 Partai Amanat Nasional 8 Kursi 7 1
9 Partai Persatuan Pembangunan
(PPP)
4 Kursi 3 1
10 Partai Hati Nurani Rakyat
(HANURA)
2 Kursi 2 -
TOTAL 85 KURSI 73 12
8 Hasil Pemilu 2014 untuk DPRD Provinsi Lampung ada 10 partai yang berhasil
mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung, dan dari jumlah keseluruhan
anggota DPRD Provinsi Lampung sebanyak 85 orang, dengan komposisi laki-laki
73 orang dan perempuan 12 orang. Keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi
Lampung belum memenuhi kuota 30% sebagaimana yang telah diamanatkan
dalam Undang-Undang. Kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen atau
dibidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis,
persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki, adanya
konstruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh
mengurus soal-soal domestik saja. Hal ini menjadi kajian yang sangat menarik
bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung
dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014
penulis hanya mengambil 3 partai yang memiliki ideology yang berbeda, yaitu
Partai Golkar, PDI-P dan PPP. Bagaimana strategi caleg perempuan dari ketiga
partai tersebut dalam pemenangan pemilu 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang penulis sampaikan pada latar belakang masalah,
maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi
Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014 ? (Studi pada partai Golkar, PDI-P
dan PPP)
2. Adakah hambatan atau kendala calon legislatif perempuan untuk DPRD
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, setidaknya tujuan dari
penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD propinsi
Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014. (Studi pada partai GOLKAR,
PDI-P, PPP Provinsi Lampung)
2. Untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dialami oleh calon legislatif
perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian antara lain:
1. Secara akademis dapat mengembangkan studi Ilmu Pemerintahan sebagai
salah satu cabang disiplin Ilmu Politik yang berkaitan dengan Strategi calon
legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan
Pemilu 2014
2. Secara praktis merupakan sumber informasi dan referensi untuk
penelitian-penelitian lainnya yang berkenaan dengan keterwakilan perempuan di
legislatif.
3. Secara tidak langsung dapat dijadikan bahan masukan bagi partai politik untuk
mendapatkan kader-kader yang berkualitas agar dapat menduduki jabatan
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia. Akar kata stratos artinya militer, sedangkan ag artinya memimpin. Strategi militer difahami sebagai suatu
tindakan dan pengamatan untuk mengetahui kekuatan dan posisi musuh,
memahami bagaimana situasi medan perang, kekuatan dan kelemahan sumber
daya sendiri, serta tindakan apa yang perlu dilakukan sekiranya terjadi perubahan.
Dalam kamus Longman Dictionary of Contemporary English, arti dari strategi
adalah strategy is a particular plan for winning success in particular activity, as in war, a game, a competition, or for personal advantage.
Adapun pengertian strategi secara umum dapat dirumuskan sebagai suatu rencana
yang fundamental untuk mencapai tujuan organisasi. Kotler menyatakan bahwa
strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Guru besar
Northwestern University ini menyatakan bahwa “setiap bisnis harus merancang
strategi untuk mencapai tujuannya, yang terdiri dari strategi pemasaran dan
strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok“ (Kotler, 2003).
Strategi merupakan perencanaan dalam mensukseskan tujuan dalam segala
11 Kemudian, seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang
manajemen, kata strategi yang biasa di gunakan organisasi profit dan non profit,
sering digabungkan dengan perencanaan strategi maupun manajemen strategi.
Perencanaan strategi dimaknai rancangan yang bersifat sistemik dilingkungan
sebuah organisasi. Sedangkan manajemen strategi mempunyai definisi yang
berbeda-beda.
Yang Pertama, proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang
bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya,
yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran
di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dilihat dari pengertian diatas
dapat dijelaskan secara rinci, yaitu; manajemen strategi adalah proses
pengambilan keputusan, kedua, keputusan yang diambil merupakan keputusan
yang menyeluruh dan mendasar. Ketiga, pembuatan keputusan harus dilakukan
oleh pucuk pimpinan sebagai penanggung jawab utama dalam keberhasilan dan
kegagalan dalan sebuah organisasi. Keempat, pengimplementasian keputusan
tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh
seluruh jajaran organisasi. Kelima, keputusan tersebut harus diimplementasikan
oleh seluruh jajaran organisasi dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang
terarah.
Yang kedua, usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan organisasi untuk
mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah
12 Yang ketiga, arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan
suatu strategi atau strategi-strategi yang bersifat efektif untuk membantu mencapai
tujuan organisasi.
Yang keempat atau terakhir, perencanaan berskala besar (disebut perencanaan
strategic) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan majaemen puncak (keputusan yang mendasar
dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut
misi) dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan Operasional) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan
strategi) dan berbagai sasaran (tujuan Operasional) organisasi.
Sedangkan menurut Michael Allison dan Jude Kaye, Strategi adalah proses
sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara
stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi.
Jadi, strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan
mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang
politik. Dengan strategi politik inilah partai politik mampu memenangkan dalam
setiap momentum perebutan kekuasaan.
2. 2. Teori Strategi
Whittington mengemukakan terdapat empat teori tentang strategi. Keempat
13 menekankan pada keterbukaan dan tetap menjaga low cost. Processual theory
beranggapan bahwa strategi bersifat dinamis dan biasanya terlahir secara spontan
dari langkah-langkah atau tindakan yang telah dilakukan, dan Systemic Theory
lebih melihat bahwa strategi berhubungan dengan sosiologi dan perilaku manusia.
(Whittington, 2001 : 10).
1. Classical theory atau Teori Klasik yang muncul pada tahun 1960-an di dasarkan pada tradisi militer dimana internasional merupakan suatu
keadaan yang anarkis serta menganggap bahwa keberadaan jenderal sangat
diperlukan sebagai penentu keputusan. Karena ditentukan oleh pemikriran
jenderal maka cenderung menekankan pada perencanaan maka tersirat
adanya analisis rasional, pemisahan konsep dari eksekusi dan komitment
pada maksimalisasi keuntungan atau profit (Whittington, 2001 : 11).
Selain bidang militer pemikiran teori kalsik juga mengacu pada ekonomi
dimana adanya pandangan teori klasik dalam kontrol strategi terletak pada
menajer atas sedangkan implementasi dibebankan pada manajer
operasional yang memiliki divisi khusus. Layaknya jenderal, manajer juga
menyusun rancangan yang matang dan bersifat jangka panjang dengan
mempertimbangkan pula segala kemungkinan yang akan terjadi, resiko
yang mungkin timbul serta rumusan pemecahan masalah. Sehingga teori
klasik menekankan pada kemampuan manajer dalam optimalisasi strategi
untuk mendapatkan keuntungan yang besar secara rasional. Namun
manajer atas memiliki tanggung jawab utama dalam memastikan bahwa
14 kapabilitas sumberdaya organisasi dengan lingkungan eksternal sehingga
mampu mengeksploitasi kesempatan yang ada.
Tahun 1960-an terdapat tiga pemikir yang sangat mempengaruhi teori ini
yaitu, Alfred Chandler, Igor Ansoff, dan Alfred Sloan. Mereka
memberikan tiga point penting dalam kesuksesan pembuatan suatu strategi
bisnis, dimulai dari melakukan analisis rasional, memisahkan konsep dan
pelaksanaan, dan komitmen untuk mendapatkan keuntungan sebesar –
besarnya. (Whittington,2001:11). Jadi dalam teori klasik tersirat adanya
spesialisasi kerja secara rasional untuk mencapai keuntungan.
2 Proccessual theory yang muncul pada tahun 1970-an, berbeda dengan teori klasik dimana teori ini menganggap strategi lebih pada sebuah seni
dan menekankan pada negosiasi dan tawar menawar. Dengan
kompleksitas dunia maka strategi suatu proses yang berkelanjutan dan
adaptif (Mintzberg dalam Whittington, 2001 : 23). Hal inilah yang
menjadikan teori processual mengesampingkan analisis rasional karena
membatasi fleksibilitas strategi dan mengurangi pencapaian kesuksesan.
Pendukung dari teori ini percaya bahwa pembelajaran sebagai alat yang
efektif dalam mengembangkan strategi dalam kehidupan yang tergolong
sulit dan berubah-ubah. Oleh karena itu teori prosesual ini adalah proses
belajar dan beradaptasi secara tiba-tiba dengan penyesuaian lingkungan.
3. Systemic Theory yang muncul pada 1980-an. Asumsi dari teori ini berbeda dengan teori klasik, perbedaanya ialah bagaimana bertahan dalam situasi
15 sendiri berpandangan bahwa kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari
hubungan sosial seperti keluarga, negara atau agama. Faktor-faktor sosial
mempengaruhi cara dan menentukan strategi apa yang cocok untuk
menghadapi keadaan. Hal ini sinkron dengan ucapan Henderson yakni
keselamatan bisnis dalam lingkungan yang kompetitif bergantung pada
pembedaan strategi. (Henderson dalam Whittington, 2001 : 18). Jadi
dalam kondisi yang sama aktor harus memiliki strategi yang berbeda oleh
karena itu terciptanya kompetisi di pasar menjadikan banyak aktor untuk
bersaing hingga pada akhirnya aktor yang kuat akan tetap bertahan dan
aktor yang lemah tersingkirkan. Selain itu penganut teori sistemik
beranggapan bahwa dalam pendekatan sistemik, organisasi tidak hanya
terdiri dari individu tetapi kelompok-kelompok sosial dengan kepentingan.
Variabel teori sistemik adalah bersaing dengan kelas dan profesi, bangsa
dan negara, keluarga dan gender. Teori ini menganut pemikiran strategi
yang fleksibel dalam meraih keuntungan karena keformalan seperti teori
klasik akan membuat stagnan dalam menanggapi evolusi dunia. Sehingga
pembuatan strategi tidak harus menunggu kehadiran manajer.
4. Evolutionary theory atau teori evolusi yang muncul pada tahun 1990-an. Teori evolusi tudak bergantung kepada keterampilan manajemen puncak
dalam upaya perencanaan strategi dan atau untuk bertindak secara rasional.
Pemikiran teori evolusi tidak terlalu bergantung pada pemikiran manajer,
didasari suatu keyakinan bahwa pasar dengan sendirinya akan menentukan
maksimalisasi laba, bukan akibat pemikiran manajer. Berbeda dengan teori
16 perhitungan terpisah, akan tetapi dengan suatu perjuangan secara terus
menerus untuk mampu bertahan hidup (survive) di kehidupan yang
sesungguhnya. Esensi dari teori evolusi sebenarnya adalah prinsip biologis
seleksi alam sebagaimana yang digagas oleh Charles Darwin bahwa yang
tidak mampu bertahan, maka akan tersingkir. Sedangkan kaitannya dengan
pemikiran strategis, hal ini dijelaskan sebagai suatu kondisi yang
memungkinkan pihak-pihak dengan performa terbaik akan bertahan dan
mengalir bersama arus kemajuan, sedangkan yang lemah akan
berangsung-angsur keluar dari pasar.
Teori yang paling mendekati ketepatan dalam menjelaskan strategi adalah teori
evolusi. Karena kehidupan manusia memang penuh persaingan, seperti teori
Charles Darwin mengenai seleksi alam bahwa siapa yang mampu beradaptasi
akan bertahan, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan tersingkir. Strategi
disini digunakan sebagai cara untuk bertahan. Strategi yang digunakan dalam teori
evolusi bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, serta berpikir untuk menjadi
berbeda dari yang lain adalah salah satu strategi yang tepat digunakan untuk
bertahan dan memenangkan persaingan dalam konteks ini adalah persaingan
politik dalam pemilu 2014.
Strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan
mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang
politik. Dengan strategi politik inilah kandidat politik mampu memenangkan
17 terbanyak untuk mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung). Bagaimana
memperoleh suara terbanyak dalam pemilu tentunya harus memiliki cara atau
langkah-langkah yang terukur, dalam hal ini lebih tepat menggunakan pemasaran
politik.
2. 3. Pemasaran Politik
Pembahasan mengenai pemasaran biasanya selalu identik dengan penjualan
ataupun dunia bisnis, ternyata tidak selalu demikian. Ilmu pemasaranpun dapat
diadopsi pada berbagai macam bidang termasuk politik. Bahkan jawara ilmu
Pemasaran dunia Philip Kotler mengatakan pemasaran tidak hanya terbatas pada
institusi bisnis semata (Kotler & Levy,1969). Konsep pemasaran yang diterapkan
dalam dunia politik sepertinya hal tersebut hanya baru dirasakan menjelang
Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di daerah-daerah. Berbagai macam cara
dan strategi dilakukan oleh para pemilik kepentingan demi meraih tujuannya. Hal
ini terbukti dengan maraknya iklan-iklan yang menampilkan wajah-wajah si calon
di berbagai media baik cetak maupun elektronik, mulai dari stiker yang kecil
hingga spanduk-spanduk besar.
Aktivitas pemasaran politik sudah merambah ke media massa, baik cetak, online
maupun elektronik. Beberapa parpol memasang iklan di koran-koran serta
tokoh-tokohnya mulai mengkampanyekan kelebihan dan keunggulan partainya di media
elektronik. Sementara itu untuk pemanfaatan media massa hampir keempat
bentuk/kategori publikasi yang dikenal dalam khazanah komunikasi politik telah
dimanfaatkan. Sebagai contoh, ada elit parpol atau caleg yang mempopulerkan
18 (kategori pure publicity). Lalu ada yang tampil sebagai pembicara di sebuah forum yang diselenggarakan pihak lain atau turut berpartisipasi dalam
pertandingan olahraga (free ride publicity), kemudian ada aktivis parpol yang berpartisipasi pada kegiatan bakti sosial pasca peristiwa luar biasa seperti banjir,
gempa bumi, tanah longsor hingga tsunami (tie-in publicity). Begitu pula ada tokoh parpol yang mempopulerkan dirinya melalui iklan di televisi maupun radio
atau membeli rubrik atau program di media massa tertentu (paid publicity).
Di era multipartai seperti sekarang ini, pemasaran politik menjadi kebutuhan yang
tak terelakkan. Bukan hanya partai-partai baru dan relatif sedikit pendukungnya
yang memerlukan pemasaran politik guna mengatrol citra dan popularitasnya agar
dapat menangguk suara yang memadai, tetapi juga partai-partai besar yang telah
eksis dan mapan pun tidak bisa meremehkan kehadiran instrumen ini, jika parpol
tidak ingin suaranya tergerus atau menurun posisinya pada pemilu mendatang.
Di Indonesia pemasaran politik disinyalir mulai digunakan sejak tahun 1990-an.
Tapi di dunia, pemasaran politik digunakan sejak sebelumnya Perang Dunia II,
yaitu pertama kali pada tahun 1917 ketika Partai Buruh di Inggris meresmikan
Departemen Publikasi dibantu oleh agen publikasi Egerton Wake. Sedangkan di
Amerika Serikat pertama kali digunakan pada tahun 1926 ketika pesan politik
dilakukan melalui media cetak seperti poster pamflet, koran dan majalah
(Firmanzah, 2007).
Terdapat banyak manfaat yang bakal didapat dari penggunaan pemasaran politik
19 dengan lebih baik. Kedua, dapat mengembangkan program kerja atau isu politik
yang sesuai dengan aspirasi masyarakat/konstituen. Ketiga, mampu
berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat/konstituen melalui berbagai
media sebagai salurannya. Memang, dengan menerapkan pemasaran politik maka
ongkos politik (political cost) yang harus dikeluarkan oleh sebuah parpol atau calon anggota legislatif menjadi sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, menurut Hotline
Advertising, pada Pemilu 2004 lalu saja biaya iklan kampanye setiap pasangan
capres-cawapres mencapai Rp 60-100 miliar. Lalu iklan Ketua Umum PAN
Soketrisno Bachir (SB) “Hidup adalah Perbuatan” di televisi maupun koran,
menurut sebuah sumber diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp 153,7 miliar.
2. 3. 1. Konsep Pemasaran dalam Politik
Konsep bauran pemasaran atau yang dikenal dengan istilah 4P, yaitu :
1. Product (personal karakter, platform partai, janji-janji kampanye) 2. Price (biaya kampanye, lobi-lobi politik
3. Place (basis masa, tim sukses)
4. Promotion (advertising, publicity, kampanye)
Hughes (2006) menyatakan:
”In politics, the application of marketing centers on the analysis of needs centers
20 Dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran politik sama dengan pemasaran pada
umumnya yang berpusat pada kebutuhan pemilih. Kebutuhan pemilih yang
menjadi pusat perhatian dalam membina hubungan jangka panjang antara partai
politik dan pemilihnya. Dan untuk mengetahui kebutuhan pemilihnya ini, maka
partai politik perlu melakukan riset untuk mengenali pemilihnya dalam konteks
sebagai konsumen politik. Dengan demikian, bagi para politisi sangatlah penting
untuk beradaptasi dan mengaplikasikan konsep pemasaran ke dalam
pengembangan kebijakan dan komunikasi yang dilakukannya (pemasaran politik)
seiring perkembangan kebutuhan pemilih untuk dapat memberikan input dalam
proses politik yang dilakukan dan kebutuhan pemilih untuk memperoleh kepuasan
dari hasil pemilu yang dilaksanakan menyadarkan politisi akan pentingnya.
Pemasaran politik memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu deskriptif dan preskriptif
(memuat aturan-aturan dasar). Dalam fungsi deskriptifnya, analis pemasaran
politik menyediakan suatu struktur bisnis untuk menjalankan, memetakan,
mengartikan dan memadatkan dinamika sebuah kampanye partai politik,
menawarkan kemungkinan baru dalam memenangkan pemilihan umum.
Sementara itu, dalam fungsi preskriptif, banyak ahli yang mengungkapkan (secara
eksplisit maupun implisit), bahwa pemasaran politik adalah suatu hal yang harus
dilakukan partai politik dan kandidat untuk memenangkan pemilihan umum.
Pemasaran politik bukan hanya sebuah disiplin, melainkan juga sebuah
rekomendasi (0’Shaughnessy, 2001).
Pemasaran politik juga menyediakan perangkat teknik dan metode pemasaran
21 adalah untuk memahami, menganalisis kebutuhan dan keinginan pemilih, dan
membina hubungan dengan pemilihnya. Hubungan dengan pemilih ini, akan
terbangun kepercayaan, dan selanjutnya akan diperoleh dukungan suara mereka
(O’Shaughnessy 2001).
Perlu diperhatikan disini, bahwa kemenangan suatu partai politik diperoleh
dengan mendapatkan suara mayoritas pemilih dalam pemilu. Untuk memperoleh
suara mayoritas ini, partai politik perlu menetapkan pemasaran politik sebagai
strategi jangka panjang (konsep permanen) untuk membangun kepercayaan (Dean
& Croft 2000) mayoritas pemilih pemilu. Kepercayaan mayoritas pemilih pemilu
hanya akan diperoleh jika partai politik terus konsisten menetapkan bauran
pemasaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pemilih yang
ditargetkan.
2. 3. 2. Strategi Pemasaran Politik dan Kampanye
Marketing is everybody’s business. Di era keterbukaan sekarang ini, politik tidak
hanya dimenangkan lewat pengerahan massa, tetapi juga melalui penggunaan
strategi pemasaran yang jelas. Politik tidak ada bedanya dengan pasar, karena itu,
pemasaran diperlukan untuk mendapat pangsa pasar sebesar-besarnya.
Produsennya adalah kandidat atau partai politik sebagai penghasil produk politik,
sedangkan konsumennya adalah masyarakat yang menentukan dan memilih
produk politik yang ditawarkan oleh produsen.
Supaya hasil pemasaran politik lebih maksimal, maka parpol sebaiknya tidak
22 tetapi perlu ditambah dengan pola atau strategi lain yang lebih kreatif dan inovatif,
karena sejatinya aktivitas pemasaran politik tidak hanya terpaku pada 2 hal itu
saja tapi masih banyak yang lain.
Pertama, karena pemasaran politik lebih dari sekadar komunikasi politik, menurut
Lees-Marshmant (2001), maka ia mesti diaplikasikan pada seluruh proses
organisasi partai politik. Tidak hanya pada momentum menjelang pemilu atau
tahapan pemilu saja ia diejawantahkan, melainkan harus sedini mungkin, misalnya
pada tahap bagaimana memformulasikan produk politik lewat penciptaan simbol,
image, platform, isu politik hingga program kerja.
Kedua, dalam menerapkan pemasaran politik seyogyanya menggunakan konsep
pemasaran secara luas, tidak hanya pada teknik pemasaran namun juga sampai
pada strategi pemasaran mulai dari teknik publikasi, menawarkan ide dan
program, serta desain produk hingga ke market intelligent dan pemrosesan
informasi.
Ketiga, dalam menerapkan pemasaran politik hendaknya juga melibatkan disipilin
ilmu sosiologi dan psikologi. Hal ini karena produk politik merupakan fungsi dari
pemahaman sosiologis mengenai simbol dan identitas, sedangkan faktor
psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin hingga
pada aspek rasionalitas platform partai.
Keempat, penerapan konsep pemasaran politik tidak hanya berhenti hingga
23 politik di parlemen. Justru di situlah efektivitas pemasaran politik dipertaruhkan.
Penggunaan pemasaran politik (political marketing) yang efektif dan komprehensif sejak dini menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau
tidak, partai politik sebagai komunitas politik siap-siap gigit jari.
Pemasaran Politik tidak dilihat selama periode kampanye saja ( Butler & Collins,
2001 ). Partai politik harus terus menerus memperhatikan, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat dalam kondisi dan keadaan apapun.
Kampanye yang dilakukan oleh partai politik dilihat dari sudut padang konsep
pemasaran terdapat dua jenis kampanye, yakni pertama kampanye Pemilu bersifat
jangka pendek dan biasanya dilakukan menjelang pemilu. Kedua Kampanye
Politik bersifat jangka panjang dan dilakukan secara terus menerus.
Memiliki strategi pemasaran politik yang tepat, partai/kandidat memiliki panduan
dan arah yang jelas untuk memaksimalkan segala sumber daya yang dimiliki
dalam memikat suara pemilih, ada tahapan penting dalam penyusunan strategi
pemasaran politik yang dikategorikan dalam 3 kelompok besar yaitu
Segmentation, Strategy, dan Scorecard.
Segmentasi pemilih merupakan tahap pertama strategi pemasaran politik yang
paling penting tapi seringkali dilewatkan dalam penyusunan strategi pemasaran
politik. Segmentasi paling mudah dilakukan adalah berbasis demografi (usia,
24 model segmentasi pemilih di dunia dewasa ini sudah bergerak ke berbasis psikografi.
Setelah segmen pemilih sudah di tentukan langkah selanjutnya adalah menentukan target segmen pemilih yang dituju. Paling tidak ada tiga kriteria utama untuk
menentukan target segmen pemilih yaitu besaranya jumlah pemilih, tingkat
persaingan, dan kemampuan kandidat/partai dalam menarget segmen pemilih
tersebut.
Setelah target segmen pemilih ditentukan, kita masuk tahap selanjutnya yaitu
penyusunan strategi. Ditahap ini ada tiga tahap penting yaitu penyusunan
positioning kandidat/partai, brand, dan campaign. Positioning adalah bagaimana kandidat/partai menempatkan citranya di benak pemilih. Citra ini harus dibentuk
agar memiliki cita rasa kandidat/partai berbeda dengan pesaing kandidat/partai
lainnya, sementara branding adalah bagaimana personifikasi dan identitas kandidat/partai itu di susun termasuk didalamnya slogan dan simbol
kandidat/partai.
Ketika positioning dan brand kandidat/partai sudah ada maka langkah berikutnya adalah penyusunan campaign. Campaign ini bisa melaui serangan udara melalui media cetak maupun elektronik atau juga serangan darat melalui tatap muka
dengan pemilih. Dengan era internet yang semakin berkembang model kampanye
sekarang juga mesti memprtimbangkan untuk menggunakan internet dan social
25 Langkah terakhir dari penyusunan strategi pemasaran politik adalah scorecard
untuk evaluasi dan monitoring. Evaluasi dan monitoring ini sangat penting untuk memantau kinerja team pemasaran politik dan sebagai bahan masukan untuk
perbaikan implementasi strategi pemasaran politik yang telah disusun
Secara umum survei yang dilakukan untuk evaluasi dan monitoring mengukur 4 hal yaitu: candidate awareness (popularitas), candidate image (citra), candidate engagement, dan candidate electability.
Akhirnya, pemasaran politik bukanlah sekedar komunikasi politik atau juga bukan
sekedar menjual kandidat/partai kepada pemilih, lebih dari itu pemasaran politik
adalah serangkaian aktifitas komprehensif untuk menyampaikan dan menerjemahkan ide dan gagasan kepada target pemilih yang lebih tepat.
2. 4. Pengertian SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang
dimiliki dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang
dihadapi oleh calon legislatif perempuan untuk memenangkan pemilu 2014.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki kekuatan dan
26 kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.
Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari
eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan
dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan
kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47) yaitu :
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang
berhubungan dengan para pesaing dalam pemilu dan kebutuhan pasar yang dapat
dilayani oleh calon legislatif yang diharapkan dapat dipenuhi. Kekuatan adalah
kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi calon legislatif di
dalam pemilu.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja calon
legislatif. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,
kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber
27
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan calon legislatif.
Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang,
seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara calon legislatif
dengan masyarakat pemilih.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan bagi calon legislatif.
Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang
diinginkan perusahaan. Adanya kecurangan-kecurangan dari calon legislatif
lainnya (competitor) dalam pemilu dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan
calon legislatif tersebut.
Fungsi SWOT
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal
(peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah
informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu calon legislatif
mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang
harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi target memenangkan pemilu
28 Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan
analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah
sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi
altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.
Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapatmenggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
IFAS EFAS
Kekuatan (streigh) Kelemahan (weakness)
Peluang (oppurtunity) Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
Ancaman (Threats) Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
29 Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :
1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran calon legislatif, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki calon legislatif untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman.
Dalam penelitian ini fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan
informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan