BAB II
PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT
A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat
Pada masa pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berupa
Keresidenan dan Kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang
disebut dengan Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry
Agesten.Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang
orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada ditangan
pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijaabat
oleh:
1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892
2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927
3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur
Pemerintahan disebut Luhak dan dibawah Luhak didebut Kejuruan (Raja kecil)
dan Distrik, secara berjenjang disebut dengan Penghulu Balai (Raja kecil karo)
yang berada di desa.
Pemerintahan Luhak dipimpin oleh Pangeran, Pemerintahan Kejuruan
dipimpin oleh seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin oleh seorang kepala
asli yang pernah menjadi raja di daerahnya. Pemerintahan Kesultanan di Langkat
dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yaitu :
1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh
T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 kejuruan dan 2 distrik.
2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh
Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini terdiri dari 2
kejuruan dan 4 distrik.
3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Brandan dipimpin oleh
Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah inni terdiri dari 1
kejuruan dan 2 distrik.
Awal 1942, kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda beralih ke
Pemerintahan Jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan,
hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh
Syucokan.Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco.Kekuasaan
Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada
tanggal 17-08-1945.
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia Sumatera dipimpin oleh
seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap
dengan status keresidenan dengan status keresidenan dengan asisten residennya
atau kepala pemerintahannya dijabatoleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer belanda I,dan II< dan
Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur
(NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan
Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di
Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.
Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secaar administratif Kabupaten Langkat
menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan
kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit. Mengingat luas kabupaten Langkat, maka
Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 kewedaan yaitu :
1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai.
2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura.
3. Kewedanan Langkat Teluk Haru berkedudan di Panagkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas
administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Asisten Wedana
(Camat) sebagai perangkat akhir. Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh.
Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan
selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat.
Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh.Tingkat II Langkat dijabat oleh :
1. T. Ismail Ashwin 1967-1974
2. HM. Iscad Idris 1974-1979
3. R. Mulyadi 1979-1984
5. H. Zulfirman Siregar 1989-1994
6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994-1998
7. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998s/d 20-2-1999
8. H. Syamsul Arifin, SE 1999-2009
9. Ngoggesa Sitepu 2009-sekarang
Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat
dibagi atas 3 wilayah pembangunan, yaitu :
1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi, :
a. Kecamatan Bahorok dengan 18 desa dan 1 kelurahan
b. Kecamatan Serapit dengan 10 desa
c. Kecamatan Salapian dengan 16 desa dan 1 kelurahan
d. Kecamatan Kutambaru dengan 8 desa
e. Kecamatan Sei Bingai dengan 15 desa dan 1 kelurahan
f. Kecamatan Kuala dengan 14 desa dan 2 keluarahan
g. Kecamatan Selesai dengan 13 desa dan 1 kelurahan
h. Kecamatan Binjai dengan 6 desa dan 1 kelurahan
2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir)
a. Kecamatan Stabat dengan 6 desa dan 6 kelurahan
b. Kecamatan Wampu dengan 13 desa dan 1 kelurahan
c. Kecamatan Batang Serangan dengan 7 desa dan 1 kelurahan
d. Kecamatan Sawit Seberang dengan 6 desa dan 1 kelurahan
f. Kecamatan Hinai dengan 12 desa dan 1 kelurahan
g. Kecamatan Secanggang dengan 16 desa dan 1 kelurahan
h. Kecamatan Tanjung Pura dengan 18 desa dan 1 kelurahan
3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru), meliputi :
a. Kecamatan Gebang dengan 10 desa dan 1 kelurahan
b. Kecamatan Babalan dengan 4 desan dan 4 kelurahan
c. Kecamatan Sei Lepan dengan 9 desa dan 5 kelurahan
d. Kecamatan Berandan Barat dengan 5 desa dan 2 kelurahan
e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 9 desan dan 2 kelurahan
f. Kecamatan Pematang Jaya dengan 8 desa.
Tipa-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati.
Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu
atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non
Depertemen yang kesemuanya merupakan pembantu-pembantu Bupati dalam
melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan.
B. Gambaran Umum Kabupaten Langkat
Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera
Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 30 14’ 00’’ - 4013’ 00’’
Lintang Utara, 970 52’ 00’’ - 980 45’ 00’’ Bujur Timur dan 4-105 m dari
(626.329 Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan
Definitif.
Tabel 2.1
Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2013
No. Kecamatan Luas Kecamatan Ratio Terrhadap Total
1 Bahorok 1101,83 17,59
Berdasarkan tabel diatas, luas daerah menurut kecamatan di Kabupaten
Langkat luas daerah terbesar adalah kecamatan Bahorok dengan luas 1.101,83
km2 atau 17 ,59 persen didikuti kecamatan Batang Serangan dengan luas 899,38
dengan luas 42,05 km2 atau 0,67 persen dari total luas wilayah kabupaten
Langkat.
Wilayah kabupaten Langkat memiliki batas wilayah, adapun
batas-batas tersebut adalah area Kabupaten Langkat di sebelah Utara berbatas-batasan dengan
Provinsi Aceh dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Karo, di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh, dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai.
Kabupaten Langkat dipimpin oleh seorang Bupati, Ngogesa Sitepu melalui
pemilu Kada Kabupaten Langkat tahun 2009 dan memenangkan pemilu Kada
periode selanjutnya dan menjabat sebagai Bupati Kabupaten Langkat hingga
sekarang. Pada April 2009 diadakan pemilu untuk memilih wakil rakyat di DPR
Pusat, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota. Jumlah partai yang ada bertambah
dari 24 partai padapemilu tahun 2004 menjadi 44 partai tahun 2009, yang terdiri
dari 6 partai lokal dan 38 partai nasional.
Pemilu 2009 menunnjukkan bahwa perolehan suara Partai Golongan
Karya (Golkar) yang mendominasi pemilu dari tahun 2004 tergeser oleh Partai
Demokrat. Dari 38 partai peserta Pemilu tahun 2009 ada 5 partai yang menonjol
dalam perolehan suara, yaitu Partai Demokrat, PDIP, Partai Golkar, Partai Bulan
Bintang (PBB), dan Partai Persatuan Pembangunan.
Jumlah suara sah yang diperoleh untuk organisasi peserta pemilu di
Kabupaten Langkat sebanyak 430.162 suara. Untuk 5 partai terbesar sebanyak
persen; 50.403 suara untuk partai PDI-P tau 11,72 persen; 43.444 suara untuk
Partai Golkar atau 10,10 persen; 26.656 suara untuk PBB atau 6,20 persen; dan
24.410 untuk PPP atau 5,67 persen dari perolehan suara.
Dari hasil pemilu legislatif tahun 2009 ada 50 orang wakil rakyat yang
duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Langkat dengan rincian 12 orang dari
Partai Demokrat, 6 orang dari partai PDI-P, 6 orang dari partai Golkar, 4 orang
dari PBB, 4 orang dari PAN, 4 orang dari Hanura, 3 orang dari PKPB, 3 orang
dari PKS, 3 orang dari PPP, 2 orang dari Gerindra, dan masing-masing 1 orang
dari PDK, PKB, PDP.
Sedangkan pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat
setidaknya terdapat 12 partai politik nasinal yang ikut dalam perebutan 50 kursi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Langkat. Keduabelas
partai tersebut adalah Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai
Golongan Karya (Golkar), Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat
Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai
Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Adapun
perolehan suara dan jumlah kursi yang diperoleh masing-masing partai
Tabel 2.2
Perolehan Suara Dan Kursi DPRD Masing-Masing Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014.
No Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara
1 Golkar 11 101.936
Berdasarkan data-data diatas, partai PDIP selalu menempati posisi 5 besar
perolehan suara dan kursi terbanyak pada pemilu legislatif di kabupaten
langkat.Terkhusus pada pemilu legislatif tahun 2014, setidaknya partai PDIP
menempati posisi ketiga perolehan suara terbanyak, dan berhasil mengantarkan 6
lalegnya menuju kursi DPRD Kabupaten Langkat.
Adapun pada pemilu legislatif tahun 2014, wilayah Kabupaten Langkat
dibagi menjadi lima daerah pemilihan. Pembagian wilayah daerah pemilihan
tersebut terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3
Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Langkat
No. Daerah Pemilihan Kecamatan
Wampu
2 Langkat 2 Babalan, Besitang, Brandan Barat, Pangkalan Susu, Pematang Jaya, Sei Lepan
3 Langkat 3 Gebang, Hinai, Padang Tualang, Sawit Seberang, Tanjung Pura
4 Langkat 4 Binjai, Selesai, Sirapit
5 Langkat 5 Bahorok, Kuala, Kutambaru, Salapian, Sei Bingei.
Sumber : KPU Kabupaten Langkat
Daerah pemilihan Langkat 2 dan Langkat 3 merupakan wilayah daerah
pemilihan terbesar, dimana masing masing daerah pemilihan memiliki 12 alokasi
kursi DPRD Kabupaten Langkat. Daerah Pemilihan Langkat 1, Langkat 4 dan
Langkat 5 masing-masing memiliki 11, 7,dan 8 alokasi kursi DPRD Kabupaten
Langkat.
Selanjutnya penduduk di Kabupaten Langkat, berdasarkan angka Sensus
Penduduk Tahun 2010, Pendududuk Kabupaten Langkat berjumlah 967.535 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 154.48 jiwa per Km2. Sedangkan laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2010 dibandingkan tahun
2000 adalah sebesar 0,88 persen per tahun. Pada tahun 2013 jumlah penduduk
Kabupaten Langkat bertambah menjadi 978.734.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun1999-2013
No. Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
7 2005 491 424 479 009 970 433
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Stabat, yaitu sebanyak
83.273 jiwa dengan kepadatan penduduk 765.03 per Km2, sedangkan penduduk
paling sedikit berada di kecamatan Pematang Jaya sebesar 13.131 jiwa.
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin
lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2013
jumlah penduduk laki-laki sebesar 492.783 jiwa sedangkan penduduk perempuan
sebanyak 485.951 jiwa dengan rasio jenis kelamin 101,41 persen.
Tabel 2.5
2.328 perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai
tingkat pendidikan SLTA sebnayak 1.709 orang atau 47,79 persen. Sarjana 24,61
Penyediaan sarana fisik pendidikan dan jumlah tenaga guru yang memadai
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah
penduduk.Berikut merupakan gambaran yang jelas tentang jumlah sekolah, guru,
dan murid pada tahun ajaran 2013/2014 dari jenjang pendidikan dasar sampai
dengan tingkat menengah.
Tabel 2.6
Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Di Kabupaten Langkat No. Jenjang
2013/2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rasio murid SD terhadap sekolah adalah 181,90. Hal ini menunjukkan
bahwa tiap sekolah dasar rata-rata memiliki 181 murid. Rasio tertinggi
dijumpai pada Kecamatan Stabat yaitu 276 orang murid per sekolah,
sedangkan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Selesai yaitu 114
orang murid per sekolah.
Rasio murid SLTP terhadap sekolah adalah 244,68. Hal ini berarti bahwa
Kecamatan Gebang yaitu 425 murid persekolah dan rasio terendah
dijumpai pada Kecamatan Sirapit yaitu 116 murid per sekolah.
Rasio murid SLTA terhadap sekolah adalah 255,70 murid per sekolah. Hal
ini berarti bahwa tiap SLTA rata-rata memiliki 256 murid. Rasio tertinggi
dijumpai pada Kecamatan Gebang yaitu 665 murid per sekolah dan rasio
terendah dijumpai pada Kecamatan Sirapit yaitu 52 murid
per-sekolah,sedangkan di kecamatan Kutambaru dan Pematang Jaya
mempunyai rasio 0.
Sarana kesehatan di tingkat kecamatan dan pedesaaan di Kabupaten
Langkat cukup memadai. Pada tahun 2013 tercatat ada 30 buah Puskesmas, 167
Puskesmas Pembantu, dan 1308 Pos Yandu yang tersebar di setiap kecamatan.
Tenaga medis pemerintah yang tersedia di Kabupaten Langkat ada 192 dokter
umum, 61 dokter gigig, dan 14 dokter spesialis. Sementara itu tenaga medis lain
seperti bidan ada 935 orang.
Jumlah sarana ibadah bagi umat beragama di Kabupaten Langkat cukup
memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 jumlah
Mesjid ada 1.067 buah, Mushollah dan Langgar ada 1.069 buah, Gereja 357 buah,
Kuil ada 30 buah dan Vihara 25 buah.
C. Gambaran Umum Partai PDI Perjuangan
Lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) tidak
Indonesia (PDI) dan menguatnya sosok Megawati Soekarnoputri di panggung
politik.
PDI lahir pada 10 januari 1973, sebagai fusi dari 5 partai politik (parpol)
pasca pemilu tahun 1971, yang tergabung dalam Kelompok Demokrasi
Pembangunan. Kelima parpol itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Murba, Partai Kristen
Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik. Berfusinya kelima parpol memang tak
lepas dari peranan pemerintah yang berupaya menjalankan agenda politik
memperkecil jumlah parpol dengan alasan untuk lebih mudah mengendalikan
stabilitas politik.
Para deklarator PDI yang terlibat pada saat fusi itu antara lain: Mohamad
Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI), Ben Mang Reng Say dan FS Wingnyo
Sumarsono (Partai Katolik), Sabam Sirait dan A.Wenas (Parkindo), S Murbantoko
dan Djon Pakan (Partai Murba) sementara dari IPKI diwakili Achmad
Sukmadidjaja dan MH Sadri. Namun dikemudian hari, pada 11 Oktober 1994,
IPKI menyatakan diri kembali kepada jati diri ormas yang independen, non politik
dan non afiliasi.
Pada rapat pertama lima pimpinan parpol, Mohamad Isnaeni Ketua PNI
terpilih menjadi Ketua Umum PDI yang pertama. Susunan kepengurusan Partai
Demikrasi Indonesia pada saat itu terdiri dari 25 anggota MPP (Majelis Pimpinan
Pusat) dan 11 DPP (Dewan Pimpinan Pusat) termasuk Ketua Umum, 5 Ketua dan
Ragam konflik yang terjadi dalam lima tahun pertama berdirinya PDI pada
dasarnya menjadi ciri khas dinamika internal PDI yang berkelanjutan pada waktu
-waktu sesudahnya. Satu dekade setelahnya, PDI masih terus direpotkan oleh
pertentangan diantara jajaran elit partai.Ketua Umum PDI saat itu Soerjadi,
ditentang oleh kelompok Achmad Subagyo yang membuat manuver politik
dengan membentuk DPP perlihan pada 21 Agustus 1991.Perjalanan konflik terus
berlanjut hingga terselenggaranya Kongres PDI IV di Medan.Intervensi
pemerintah melalui tangan tangan aparat keamanan dan pejabat sospol dalam
berbagai kemelut di tubuh PDI juga sudah berlangsung sesaat sejak ahirnya PDI.
Terlepas dari intervensi dan tekanan terhadap DPP PDI, di tangan Soerjadi
PDI berkembang pesat menjadi partai yang kian diperhitungkan, artinya niat
rezim penguasa untuk terus mengkerdilkan PDI tidak berhasil. Sebaliknya pada
pemilu1992 perolehan suara PDI meninggkat.PDI memperoleh banyak pengikut
dan simpatisan melalui berbagai strategi jajaran pimpinan PDI yang cerdik.Salah
satu strategi adalah mengakomodir tampilnya keluarga Bung Karno dan
penonjolan semangat Soekarnoisme.Pada masa inilah muncul nama-nama
Megawati Sukarno putri, Guruh Sukarnoputa, BN Marbun dan lai-lain.
Dua kali masa kepemimpinan Soerjadi, PDI berhasil menambah perolehan
32 kursi di DPR RI. Pada pemilu 1987 PDI memperoleh tambahan 16 kursi dari
24 kursi pemilu sebelumnya, dan dalam pemilu 1992 naik 16 dari 40 kursi. PDI
Kongres IV PDI, 21-25 Juli 1993 di Medan, berakibat tidak diakuinya
segala keputusan dalam kongres, termasuk tepilihnya Soerjadi sebagai pimpinan
DPP PDI yang terpilih melalui aklamasi. Megawati menyatakan diri secara de
facto menjadi Ketua Umum PDI periode 1993-1998 lewat sebuah konferensi pers
dihadapan seluruh utusan DPC-DPC dan media massa dalam KLB Kongres Luar
Biasa Surabaya (2-6 Desember 1993). Dalam acara pemandangan umum
sebelumnya pada 4 Desember 1993, Megawati Soekarnoputri sudah memperoleh
84 persen utusan DPC-DPC PDI. Sebanyak 52 fungionaris DPD dari 27 provinsi
secara aklamasi memilih Megawati.
Naiknya Megawati Soekarnoputri ke tampuk PDI mengkhawatirkan
pemerintah. Berbagai hasil analisis ahli politik Soeharto menyatakan, munculnya
sosok megawati akan meradikalisasi suara masyarakat yang sudah jenuh dengan
segala stabilitasa dan dan kemapana ala Orde Baru. Hal ini berpotensi mengancam
stabilitas politik yang sudah dibangun Orde Baru.Langkah-langkah
penggembosan PDI yang selama ini dilakukan pun kemudian lebih diintensifkan,
salah satunya dengan memfasilitasi dan memperbesar konflik yang sedang terjadi
anrata kubu Megawati dan kubu Soerjadi maupun dalam jajaran pengurus PDI
lainnya.
Puncak kemelut penjegalan Megawati oleh pemerintah terjadi dalam
skenario Kongres Medan yang digelar kubu Soerjadi pada tahun 1996, yang
bertujuan menggoyang kepemimpinan Megawati. Pada 20 Juni 1996, Ribuan
demikian keesokaannya diikuti duabelas ribu massa yang setibanya di Gambir
bentrok dengan ABRI. Aksi serupa berupa penolakan juga merebak di Semarang,
Surabaya, Solo, Lampung dan berbagai daerah lainnya.
Pada peristiwa yang terkenal dengan peristiwa “27 Juli” kelompok massa
Pro Kongres Medan dibantu aparat keamanan merebut secara paksa kantor DPP
PDI. Akibat akibat dari peristiwa itu tercata lima korban tewas, puluhan hilang
dan ratusan luka-luka dan menjadi peristiwa paling kelabu dalam sejarah PDI
hingga saat ini.
Imbas dari berbagai kemelut internal PDI serta sikap Megawati terhadap
Pemilu terlihat pada perolehan kursi PDI pada pemilu 1997. Hasil perolehan suara
PDI secara nasional anjlok dari 14,89 persen menjadi 3,06 persen, perolehan kursi
DPR menurun dari 56 kursi menjadi 11 kursi. Menguatya citra PDI dibawah
Megawati membuat partai memiliki kesempatan melakukan pembenahan internal.
Merebaknya aksi massa serta lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998
membuka lembaran baru bagi PDI Perjuangan untuk mengkokohkan organisasi
partai.
Dalam perkembangan selanjutnya, serta didorong oleh tuntutan situasi
dan kondisi politik nasional, maka pada taggal 1 Februari 1999, PDI Pro Mega
akhirnya membentuk partai baru yang merupakan kelanjutan tak terpisahkan dari
PDI yang didirikan pada 10 Januari 1973. Nama partai diubah menjadi PDI
Perjuangan, dengan azas Pancasila dan bercirikan Kebangsaan, Kerakyatan dan
banteng dalam segilima menjadi banteng gemuk dalam lingkaran. Sesuai dengan
hasil keputusan kongres ke-5 PDI di Denpasar Bali sebelumnya, maka secara
mendasar tidak banyak terjadi perubahan platform kecual lebih konsisten pada
nilai-nilai kejujuran, keadilan dan kerakyatan.
Pada pemilu 1999,PDI Perjuangan secara dramatis memenangkan Pemilu
dengan perolehan 34 persen suara atau 36 juta pemilih, sementara PDI Soerjadi
tak tembus electoral treshold. Kongres I PDI Perjuangan tanggal 27 Maret -1
April 2000 menhasilkan kepengurusan PDI Perjuangan masa bakti 2000-2005 dan
memantapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum dan calon presiden
dari PDI Perjuangan.
Tabel 2.7
Pencapaian Suara Dan Kursi DPR RI Partai PDI Perjuangan
Tahun Suara Kursi Peringkat
1999 35.689.073 (33,74%) 153 (33,12%) 1
2004 21.026.629 (18,53%) 109 (19,82%) 2
2009 14.600.091 (14,03%) 95 (16,96%) 3
2014 23.681.471 (18,95 %) 109 (19,46 %) 1
Sumber : KPU, diolah dari berbagai sumber.
Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2009 PDI Perjuangan mendapat 95
kursi (16,96 %) di DPR, setelah mendapatkan 14.600.091 suara (14,0 %). Dengan
hasil ini PDI Perjuangan menempati posisi ketiga dalam perolehan suara serta
kursi di DPR.Pada pemilu selanjutnya perolehan suara dan kursi PDI Perjuangan
mengalami peningkatan dari hasil pemilu sebelumnya. Pencapaian pada Pemilu
Pemilihan Umum Anggota DPR tahun 2014, setelah mendapat 23.681.471 suara
(18,95 %). Dengan hasil ini, PDI Perjuangan menempati posisi pertama dalam
perolehan suara serta kursi di DPR.
D. Perspektif Ideologi dan Susunan Kepengurusan Partai D.1 Perspektif Ideolologi Partai
Adapun kerangka landasan yang menjadi dasar bagi PDI Perjuangan
dalam melangkah di dunia politik, sebagaimana yang dituangkan dalam dokumen
partai PDI Perjuangan, yakni : Azas Partai, Ciri Dan Watak Partai, Tujuan, Fungsi
Serta Platform Partai.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merupakan partai yang berasaskan
Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesuai jiwa dan semangat lahirnya pada 1
Juni 1945. Ciri partai adalah organisasi politik yang terbuka untuk semua warga
negara Indonesia tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kedudukan, sosial,
dan gender. Partai PDI Perjuangan memiliki jati diti Kebangsaa Indonesia,
Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila dan
watak partai adalah gotong royong, demokratis, merdeka, pantang menyerah dan
terbuka.
1. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
2. Membangun masyarakat pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan
makmur.
Adapun tujuan khusus Partai yaitu :
1. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat;
2. Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial
dan budaya secara demokratis; dan
3. Berjuang mendapatkan kekuasaan poitik secara konstitusional guna
mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Partai ini memiliki fungsi yaitu :
1. Menjadi alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter
bangsa;
2. Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab
menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara;
3. Menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi rakyat dalam
4. Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan rakyat guna
membangun masyarakat Pancasila ; dan
5. Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga negara.
Tugas partai PDI Perjuangan adalah :
1. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara proklamasi 17 Agustus
1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa;
3. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan
politik Partai;
4. Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik
penyelenggaraan negara;
5. Mempersiapkan kader partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan
publik melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan
dan keadilan gender;
6. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar
terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Platform PDI Perjuangan adalah organisai politik yang terbuka untuk
semua warga negara Indonesia tanpa membedakan susku, keturunan,
agama,kedudukan sosial, dan gender serta berwatak: Kebangsaan Indonesia,
Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila. PDI
yang mempertahankan jati dirinya sebagai Partai Kerakyatan dengan tetap
berrpegang teguh pada prinsip berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang
ekonomi dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan.
Sebagai partai yang mempunyai roh kedaulatan rakyat, PDI Perjuangan
dicirikan oleh adanya pengakuan dan penghargaan terhadap demokrasi
kebangsaan dan keadilan sosial.Demokrasi menempatkan kekuasaan tertinggi di
tangan rakyat yang diwujudkan melalui kedaulatan anggota partai dan
diselenggarakan sepenuhnya melalui kongres partai.Kebangsaan menempatkan
prinsip “kewarganegaraan” yang mengakui adanya kesamaan hak dan kewajiban
warga negara tanpa kecuali sebagai dasar satu-satunya dalam pengelolaan
partai.Bagi PDI Perjuangan prinsip ini menemukan bentuk konkretnya lewat
sifatnya sebagai partai terbuka yang menempatkan kemajemukan sebagai
kekayaan dan rahmat Tuhan.Keadilan soaial mengungkapkan komitmen PDI
Perjuangan untuk senantiasa mengarahkan semua aktifitas bagi kepentingan
rakyat banyak.
Cita-cita Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan
makmur, serta beradab dan berketuhanan tidak hanya menuntut sebuah organisasi
politik yang modern dan mempunyai roh kedaulatan rakyat, tetapi juga menuntut
komitmen, moralitas dan etika yang tinggi bagi para penyelenggaranya.
Berikut merupakan susunan pengurus PDI Perjuangan untuk massa kerja
2015-2020 hasil kongres IV di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, April 2015.
Ketua Umum : Megawati Soekarnoputri Ketua Dewan Pimpinan Pusat:
Bidang Kehormatan Partai : Komaruddin Watubun
Bidang Politik dan Keamanan : Puan Maharani
Bidang Pemenangan Pemilu : Bambang Dwi Hartono
Bidang Ideologi dan Kaderisasi : Idham Samawi
Bidang Keanggotaan dan Organisasi : Djarot Saiful Hidayat
Bidang Hukum dan HAM dan Perundang-undangan : Trimedya
Panjaitan
Bidang Perekonomian : Hendrawan Supratikno
Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup : Muhammad Prakosa
Bidang Kemaritiman : Rokhmin Dahuri
Bidang Pembanngunnan Manusia dan Kebudayaan : Andreas Hugo
Pariera
Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana : Ribka Tjiptaning
Bidang Buruh Tani dan Nelayan : Mindo Sianipar
Bidang Kesehatan dan Anak : Sri Rahayu
Bidang Pendidikan dan Kebudayaan : I Made Urip
Bidang Koperasi dan UMKM : Nursiwan Sujono
Bidang Pemuda dan Olahraga : Sukur Nababan
Bidang Keagamaan dan Kepercayaan : Hamka Haq
Bidang Ekonomi Kreatif : Muhammad Prananda Prabowo
Sekretaris Jenderal : Hasto Kritiyanto Wakil Bidang Internal : Utut Adiyanto
Wakil Bidang Program Kerakayatan : Eriko Sotarduga
Wakil Bidang Program Pemerintahan : Ahmad Basarah
Bendahara Umum : Olly Dondokambey Wakil Bidang Internal : Rudianto Tjen
Wakil Bidang Program : Juliari Pieter Batubara
Berikut merupakan nama Komposisi Personalia DPC PDI Perjuangan
Kabupaten Langkat masa bakti tahun 2015-2020.
Ketua DPC : Ralin Sinulingga. SE
Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai : Romelta Ginting. SE
Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi : Beren Muli
Sinuraya
Wakil Ketua Bidang Organisasi : Jumari. S
Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu : Sedar Sembiring
Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik/Agitasi Propaganda:
Rasmi. H. Hutabarat
Wakil Ketua Politik Hukum dan Keamanan : Heri Lesmana
Wakil Ketua Bidang Maritim : Siti Aulia
Wakil Ketua Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan :
Kirana Sitepu
Wakil Ketua Bidang Ekonomi : Joni Sitepu
Wakil Ketua Bidang Nelayan : Nazaruddin
Wakil Ketua Bidang Petani : Endang Sri Hastuti
Wakil Ketua Bidang Buruh : Malem Ukur. SP
Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak : Ari Ani
Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga : Suhardi Surbakti
Wakil Ketua Bidang Pariwisata, Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif
: Nurdiansyah
Sekretaris : Sugiono. S.Pd
Wakil Sekretaris : Ahmad Muhajir
Bendahara : Hasrizal. SH
D.3Daftar Caleg Tetap (DCT) DPC PDI Perjuangan Kabupaten Langkat pada Pemilu Legislatif tahun 2014.
Berikut merupakan 50 nama calon legislatif DPC PDI Perjuangan
Kabupaten Langkat yang dibagi kedalam lima daerah pemilihan yakni daerah
pemilihan langkat 1, daerah pemilihhan langkat 2, daerah pemilihan Langkat 3,
Tabel 2.8 DCT Langkat 1
Nomor Nama Jenis Kelamin
1 Safril L
dengan jumlah kursi DPRD Kabupaten Langkat yang diperebutkan yaitu
sebanyak 11 kursi.Dari DCT diketahui caleg laki-laki berjumlah 7 orang dan caleg
perempuan berjumlah 4 orang.Partai PDI Perjuangan telah memenuhi kuota 30 %
dalam DCT dan mengurutkan DCTnya berdasarkan zipper sistem.
Tabel 2.9 DCT Langkat 2
Nomor Nama Jenis Kelamin
10 Heri Lesmana Surbakti L
11 Saiful Azhar L
12 Ade Irma Suryani P
Sumber : KPU Kab. Langkat
Di wilayah pemilihan Langkat 2 diisi oleh 12 orang caleg sesuai jumlah
kursi yang diperebutkan.Daftar caleg diisi oleh 7 caleg laki-laki dan 5 orang caleg
perempuan.
Tabel 2.10 DCT Langkat 3
Nomor Nama Jenis Kelamin
1 Romelta Ginting, SE L
2 Jumari S L
3 Endang Sri Astuti P
4 Arianto L
5 Sandrak Herman Manurung S.Sos L
6 Yuyun Sofiana P
Untuk daerah pemilihan Langkat 3, jumlah DCTnya sama dengan jumlah
pada daerah pemilihan Langkat 2 yang berjumlah 12 orang. DCT pada dapil ini
diisi oleh 8 caleg laki-laki dan 4 caleg perempuan.Pengurutan daftar caleg
Tabel 2.11 DCT Langkat 4
Nomor Nama Jenis Kelamin
1 Malem Ukur L
7 Febri Susilawati Br Sinuraya P
Sumber : KPU Kab. Langkat
Daerah Pemilihan langkat 4 adalah daerah pemilihan paling kecil.Jumlah
DCT dari dapil hanya berjumlah 7 orang sesuia dengan kursi yang
diperebutkan.DCT dari dapil ini diisi oleh 4 orang caleg laki-laki dan 3 orang
caleg perempuan.
Tabel 2.12 DCT Langkat 5
Nomor Nama Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel nama caleg PDI Perjuangan terdapat 31 orang caleg
berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang caleg perempuan dati total 50 daftar calon
tetap DPC PDI P Kabupaten Langkat. Hal ini menunjukkan PDI Perjuangan telah
memenuhi persyaratan 30 % kuota caleg perempuan dalam DCTnya.PDI