• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN PENERAPAN ANALISIS TOC PADA PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM BERDASARKAN SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN PENERAPAN ANALISIS TOC PADA PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM BERDASARKAN SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PROFIL DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN PENERAPAN ANALISIS TOC PADA PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM BERDASARKAN

SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Gilang Muhamad Ekantika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profile depot air minum isi ulang

(AMIU) di Kota Bandar Lampung dan mengetahui keterkaitan antaratotal

organic carbon(TOC) dengan parameter wajib pengujian kualitas air minum.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yakni survei dan pengambilan sampel untuk

diuji di laboratorium. Bentuk survei adalah pengamatan langsung di lapangan dan

mengisi kuesioner yang ditujukan kepada beberapa tempat yang memproduksi air

minum isi ulang di Bandar Lampung. Pengujian laboratorium terdiri dari

pengujian kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pengujian kualitas fisik

meliputi pengujian bau, kekeruhan, rasa, suhu, jumlah padatan terlarut (TDS), dan

warna. Pengujian kualitas kimia meliputi uji pH, karbon organik total (TOC),

karbon anorganik (IC), dan total karbon (TC), dan kualitas mikrobiologi meliputi

pengujian cemaran angka lempeng total, dan cemarancoliform. Data dianalisis

(2)

karbon aktif sedangkan 14% depot AMIU telah menggunakan teknologi reverse

osmosis. Metode sterilisasi yang digunakan untuk menyeterilisasikan air

bervariasi yaitu ozonisasi, sinar UV, dan kombinasi ozon dan sinar UV. Semua

sampel air dari berbagai sumber air baku yang digunakan depot AMIU di Kota

Bandar Lampung menunjukkan semua sampel yang diuji telah memenuhi

persyaratan kualitas air minum, akan tetapi masih terdapat beberapa tindakan

penyimpangan pada administrasi pemerintahan yang dilakukan oleh pengusaha

depo AMIU di Kota Bandar Lampung. besarnya nilai parameter TOC akan

diikuti oleh besarnyanya parameter TC dan warna, karena parameter TC dan

warna memiliki korelasi positif dengan parameter TOC.

(3)

ABSTRACT

DEPOT REFILL DRINKING WATER PROFILE AND APPLICATION OF EXAMINATION TOC DRINKING WATER QUALITY BASED ON

WATER RESOURCES USED IN BANDAR LAMPUNG

By

Gilang Muhamad Ekantika

This study aimed to get a profile depot refill drinking water in Bandar Lampung

and determined the relationship between total organic carbon (TOC) with the

parameters required to test drinking water. This study was consisted of two

stages. The first stage was a survey, and the second stage was test of water

samples in the laboratory. The survey form was direct observation in the field and

filled a questionnaire which addressed to some places that produce refill drinking

water in Bandar Lampung. Laboratory testing was consisted of a sample of the

quality testing of physical, chemical, and microbiological. Physical quality testing

included testing of odor, turbidity, taste, temperature, total dissolved solid (TDS),

and color. Chemical quality testing included test of pH, total organic carbon

(TOC), inorganic carbon (IC), and total carbon (TC). For the microbiological

quality testing included test contamination of total plate count, and coliform

(4)

while 14% depot refill drinking water been using reverse osmosis technology. All

samples of water from various sources on the using of raw water to the depot in

the city of Bandar Lampung refill drinking water that showed all the samples

tested have met the requirements of drinking water quality, but still acts

committed irregularities refill drinking water depots in the city of Bandar

Lampung. The high value of the parameter TOC will be followed by high TC and

color parameters, because the parameters of color and TC were positively

correlated with TOC parameter.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang penting

bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar (primer) yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua setelah udara.

Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan

air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Air

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama untuk minum

harus bersifat bersih, higienis, dan aman untuk dikonsumsi. Air bersih tersebut

dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air hujan, air sumur, mata air (spring

water), dan Perusahaan Air Minum (PAM) (Deperindag, 2008).

Ditinjau dari segi kesehatan berbagai sumber air minum ini tidaklah selalu

memenuhi persyaratan kesehatan, karena semuanya menpunyai kemungkinan

untuk dicemari, misalnya air hujan yang ketika turun ke bumi dapat menyerap

debu, gas dan materi-materi berbahaya lainnya. Begitu pula dengan air

permukaan dapat terkontaminasi dengan berbagai macam zat-zat berbahaya untuk

(10)

Sebagian besar kebutuhan air minum masyarakat selama ini dipenuhi dari air

sumur dan juga air yang disuplai oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Akan

tetapi, semakin majunya teknologi diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas

manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dalam

memenuhi kebutuhan air minum. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan air

minum adalah dengan menggunakan air minum dalam kemasan (AMDK)

(Pracoyo, 2006).

Alasan lain yang menjadikan masyarakat memilih menggunakan AMDK adalah

air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai

yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari

buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air

tanah sudah tidak aman untuk dijadikan air minum karena telah terkontaminasi

oleh rembesan dari tangki septik maupun air permukaan yang sudah

terkontaminasi akibat kegiatan rumah tangga.

Pada saat ini telah banyak bermunculan merek air minum dalam kemasan beredar

di pasar Indonesia, bahkan sekarang telah bermunculan air minum dalam kemasan

yang di dalamnya terkandung oksigen. Konsumsi AMDK di seluruh Indonesia

pada tahun 2013 mencapai 21,78 miliar liter, naik 10 persen dibandingkan tahun

2012 yaitu 19,8 miliar liter. Kenaikan tersebut seiring bertambahnya penduduk

dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan air minum yang

baik (Beritasatu, 2013). Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan,

kini ada lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Vit, Ades, Monair,

(11)

3

merek AMDK yang beredar dan berproduksi dalam skala besar di Bandar

Lampung yaitu Aqua, Grand, Tri Panca, dan Great.

Tidak semua air minum dalam kemasan aman untuk dikonsumsi, hal ini mungkin

karena pengawasaan yang kurang intensif pada produk yang telah beredar di

pasaran. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya produk air minum dalam

kemasan gelas merk Aqua yang di dalam kemasan terdapat lumut dan jamur oleh

Balai Besar POM Makasar, dan kemudian merekomendasikan penarikan khusus

produk Aqua dengan tanggal kadaluarsa April 2009 di pasaran (Sinar Indonesia,

2007). Kasus lain juga ditemukan pada hasil pengujian terhadap 21 merek air

minum dalam kemasan gelas yang beredar di pasaran, 11 merek di antaranya

terbukti bermasalah. Dari 11 produk tersebut, sembilan produk mengandung

koloni bakteri mendekati ambang batas yang telah ditentukan, yaitu10 mikro

bakteri per mililiter. Sementara dua produk lainnya memiliki bakteri di atas

ambang batas (Kompas, 2010).

Selain air minum dalam kemasan, air minum isi ulang (AMIU) menjadi pilihan

lain masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum. Air minum jenis ini

dapat diperoleh di depot-depot dengan harga lebih murah dari produk air minum

dalam kemasan bermerek. Keberadaan air minum isi ulang terus meningkat

sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu

dan praktis untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum

isi ulang terjamin keamanan produknya. Hal ini dibuktikan dengan penemuan

hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan

(12)

menunjukan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah contoh

sampel. Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta,

Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan,

dan Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel

ditemukan sekitar 16% terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini mengindikasikan

buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Bakteri coliform merupakan

parameter mikrobiologis untuk sanitasi pengolahan air minum (Suprihatin, 2003).

Air yang dipergunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari masih banyak

yang belum memenuhi persyaratan kesehatan, maka pengelolaan sumber daya air

sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu

yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah

pemantauan dan interpretasi data kualitas fisika, kimia dan biologi (Effendi, 2003)

Sejak awal 1970-an, TOC telah diakui sebagai teknik analisis untuk mengukur

kualitas air minum selama proses pemurnian air. Total organik karbon (TOC)

adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan sering

digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air (Edrushimawan, 2009).

Penentuan masing-masing bahan organik di perairan cukup sulit karena sangat

komplek. Oleh karena itu, ditentukan kadar kandungan total bahan organik atau

TOC (Total Organic Carbon). Karbon yang merupakan penyusun utama bahan

organik, merupakan elemen atau unsur yang melimpah pada semua mahluk hidup.

(13)

5

organik, keberadaan karbon anorganik dalam bentuk , , dapat

mempengaruhi aktivitas biologi di perairan (Effendi, 2003).

Dalam SNI 01-3554-2006 tentang cara uji air dalam kemasan dijelaskan salah

satu cara menguji kualitas air minum adalah dengan pengujian parameter TOC,

akan tetapi pada Peraturan Mentri Republik Indonesia Nomor

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum tidak

disebutkan jika parameter TOC sebagai parameter wajib ataupun parameter

tambahan dalam pemeriksaan kualitas air minum, padahal TOC dapat

menggambarkan tingkat pencemaran sumber air minum.

Selain TOC yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah konsumsi

masyarakat yang tinggi terhadap air minum dalam kemasan dan air minum isi

ulang serta telah ditemukan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada

sejumlah sampel depot minum di Jakarta. Selain itu, berdasarkan data yang

diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung

menerangkan bahwa dari tahun 2009 sampai 2012 hanya tercatat sekitar 20 depot

AMIU yang memiliki izin usaha. Tetapi pada kenyataannya jumlah depot air

minum di Bandar Lampung lebih dari 300 depot AMIU.

Berdasarkan data di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Profil

depot AMIU di Bandar Lampung, dan mutu produk AMIU, serta sumber air baku

yang digunakan dengan indikator pengamatan utama adalah pengujian parameter

(14)

No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, sedangkan

terhadap sumber air baku depot AMIU diterapkan analisis TOC.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendapatkan profile depot AMIU serta

informasi penyimpangan dalam hal administrasi pemerintahan oleh produsen

dalam proses produksi dan penjualan AMIU di Bandar Lampung; (2) mengetahui

kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi produk depot AMIU dan produk AMDK di

Bandar Lampung; (3) mengetahui korelasitotal organic carbon(TOC) dari

sumber air dan produk depot AMIU dengan parameter wajib yang sesuai dengan

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Macam dan Sumber Air Baku

Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat

digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air

hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas beracun, atau kuman-kuman

yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada

dasarnya digolongkan sebagai berikut :

1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika

turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara,

diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O

2, CO2, N2,

juga zat-zat renik dan debu.

Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan

bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan

oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air

(16)

jangan pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran

(Sutrisno, 1996).

2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengaliran.

Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang

tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat

dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua sisa kegiatan manusia yang

menggunakan air atau dicuci dengan air, pada waktunya akan dibuang ke dalam

air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian

dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja

dan lain-lain.

Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah

sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air

permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan

dipakai sebagai bahan baku air bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke

dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut,

(17)

9

3. Air Tanah

Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi

akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi. Pada

proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang

mengalir masuk ke permukaan (mengalamirun off) dan ada juga yang meresap ke

dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanah baik yang dangkal

maupun yang dalam (Slamet, 2009).

Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah

dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air

tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan.

Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah

permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat

tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno, 1996):

a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan tertahan

demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air tanah

dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan

sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak

baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.

b. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter. Ditinjau

(18)

kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi

oleh perubahan musim.

c. Mata Air

Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya air

tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau

sepanjang tepi sungai.

Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :

a. Mata air(graviti spring)yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada

lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus

lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis

berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.

B. Air minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Semua air yang bersifat alami maupun yang telah mengalami proses tertentu

misalnya desalinasi pada air laut yang memenuhi standar air minum yang telah

ditetapkan ada beberapa jenis air minum dan standar air minum yang dapat

dijadikan acuan dalam menetapkan mutu air minum. Jenis air minum dan standar

(19)

11

1. Air Mineral Alami (Natural Mineral Water)

Produk impor (produk luar negri yang masuk ke Indonesia) menggunakan aturan

Codex Alimentarius Commision(CAC) tahun 1996, yaitu air mineral alami.

Definisi air mineral alami adalah air yang dapat jelas dibedakan dari air minum

biasa karena kandungan garam-garam mineralnya (trace elements) lebih tinggi,

karena diperoleh langsung dari alam. Contoh air mineral yang ada di pasar adalah

air mineral dengan merek Equil dan Evien. Harga jual produk air mineral alami

tergolong mahal. Air mineral alami berpengaruh baik terhadap kesehatan, seperti

mengurangi iritasi ginjal, fungsi normal empedu, dan mencegah katarak.

Kandungan mineral dan mutu mikrobiologik air mineral dalam kemasan

hendaknya memenuhi standar pada Tabel 1.

2. Air Minum Dalam Kemasan

Dalam SNI 01-3553-1996 (Dewan Standar Nasional-DSN), AMDK di definisikan

sebagai air yang telah diperoses, dikemas dan aman diminum. Contoh AMDK

yang ada dipasaran adalah Aqua, Prima, 2 tang, Ades dan masih banyak yang

merek-merek yang lainnya. Harga jual AMDK berbeda-beda. Kandungan

mineral dan mutu mikrobiologik air mineral dalam kemasan hendaknya

(20)

Tabel 1. Persaratan AMDK Berdasarkan SNI 01-3553-2006

Sumber : DSN,2006

3. Air Minum Isi Ulang

Harga air minum isi ulang per galon sekitar Rp.3000,- - Rp.4000,-. Kemungkinan

terjadi pencemaran dapat terjadi secara umum bila ada gangguan dalam daur

materi, yaitu dalam laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan: Bau Rasa Warna -UnitPtco Tidak berbau Normal Maks. 5

2. Ph - 6,5-8,5

3. Kekeruhan NTU Maks. 5

4. Zat yang terlarut Mg/1 Maks. 500

5. Zat organik ( ) Mg/1 Maks. 1

6. Total organi karbon ppm Maks. 0,5

7. Nitrit( ) Mg/1 Maks. 45

8. Nitrat( ) Mg/1 Maks. 0,005

9. Amonium ( ) Mg/1 Maks. 0,15

10. Sulfat ( ) Mg/1 Maks. 200

11. Klorida (Cl) Mg/1 Maks. 250

12. Florida (F) Mg/1 Maks. 1

13. Sianida (Cn) Mg/1 Maks. 0,05

14. Besi (Fe) Mg/1 Maks. 0,3

15. Mangan (Mn) Mg/1 Maks. 0,05

16. Klor bebas Mg/1 Maks. 0,1

17. Kromium (Cr) Mg/1 Maks. 0,05

18. Barium (Ba) Mg/1 Maks. 0,7

19. Boron Mg/1 Maks. 0,3

20 Selenium (Se) Mg/1 Maks. 0,01

21.. Cemaran logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Kadmiun (Cd) Raksa (Hg) Mg/1 Mg/1 Mg/1 Mg/1 Maks. 0,05 Maks. 0,5 Maks. 0,005 Maks. 0,001

22. Cemaran arsen (Ar) Mg/1 Maks. 0,05

23. Cemaran mikroba : Angka lempeng total awal Angka lempeng total akhir Bakteri bentuk coli Jamur C.perfringens Salmonella Koloni/ml Koloni/ml APM/100ml -1,0 10 Maks.1,0 10

(21)

13

penggunaan zat cemaran. Contohnya adalah limbah rumah tangga, industri dan

angkutan (Widyapura,1990). Masalah pencemaran yang sering dihadapi dalam

pengelolaan air minum isi ulang adalah sumber air (bahan baku), proses

pengolahan air, wadah galon, dan pengisian (filling).

C. Persyaratan Kualitas Air Minum

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas

dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi

persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga

baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya.

Sedangkan air yang memenuhi persyaratan air minum isi ulang ditetapkan oleh

[image:21.595.108.518.512.740.2]

Departemen Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Persaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan Permenkes nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang Diperbolehkan 1. Parameter yang berhubungan langsung

dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1.) E.coli Jumlah per

100 ml sampel

0 2.) Total Bakteri Koliform Jumlah per

100 ml sampel

0 b. Kimia an-organik

1.) Arsen Mg/l 0,01

2.) Fluorida Mg/l 1,5

3.) Total Mg/l 0,05

4.) Kadmium Mg/l 0,003

5.) Nitrit (sebagai ) Mg/l 3

6.) Nitrat (sebagai ) Mg/l 50

7.) Sianida Mg/l 0,07

(22)

Lanjutan Tabel 2.

Sumber : Permenkes nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

D. Proses Produksi AMDK

Prinsip pengolahan air minum dalam kemasan adalah sebagai berikut.

Bahan baku berupa air baku dialirkan melalui pipa dari mata air. Apabila sumber

air jauh dari tempat produksi, maka air dimasukkan ke dalam bak penampung.

1. Perlakuan pertama (Perlakuan fisik)

Dari bak penampung, air dipompakan ke bak penampungan berikutnya

untuk perlakuan pertama. Pada tahap ini air baku akan disaring dari partikel

besar seperti daun, semut, dan kotoran berukuran besar lainnya. Setelah itu

dilanjutkan dengan penyaringan padacarbon filteruntuk penyaringan yang

lebih ketat. Selanjutnya air akan dialirkan ke unit perlakuan air atau Water

Treatment Unit.

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter fisik

1.) Bau Tidak berbau

2.) Warna TCU 15

3.) Total zat padat terlarut (TDS) Mg/l 500

4.) Kekeruhan NTU 5

5.) Rasa Tidak berasa

6.) Suhu °C Suhu udara ± 3

b. Parameter kimiawi

1.) Alumunium Mg/l 0,2

2.) Besi Mg/l 0,3

3.) Kesadahan Mg/l 500

4.) Khlorida Mg/l 250

5.) Mangan Mg/l 0,4

6.) pH 6,5-8,5

7.) Seng Mg/l 3

8.) Sulfat Mg/l 250

9.) Tembaga Mg/l 2

(23)

15

2. Water Treatment Unit

Water Treatment Unitmerupakan unit yang berdiri sendiri sebagai unit

pengolah khusus yang terdiri dari tahap-tahap proses filtrasi dengan

menggunakan filter 3 ukuran yaitu 10m, 5 m, dan 1m. Tujuannya agar

senyawa-senyawa kimia atau partikel yang tidak dikehendaki tidak ikut dalam

proses berikutnya. Penyaringan pendahuluan menggunakanBirm filteruntuk

menyaring partikel yang ukurannya lebih besar dari 10m. Pada tahap ini

dilakukan perlakuan berupa penghilangan bau, warna, dan penyegaran air.

Karbon aktif digunakan untuk memecahkan proses destilasi yang dibentuk oleh

komponen volatile dari material. Pori-pori karbon menahannya karena

memiliki permukaan yang sangat luas untuk per unit volume. Dalam tahap ini

pula zat seperti klorida dan asam phosphor berkurang. Karbon aktif juga

menyerap cairan dan padatan. Penyaringan berikutnya adalah penyaringan

bertingkat menggunakan filter berukuran 5 m dan 1m. Filter ini tidak

permanen, harus diganti secara berkala setelah kapasitas 5 juta liter.

Selanjutnya dilakukan penyaringan sekali lagi untuk menghilangkan sisa-sisa

organik maupun koloid. Hasil penyaringan ini steril kemudian ditampung

dalam tangkistainless steel.

3. Disinfeksi dengan ozon

Dalam tahap ini dilakukan injeksi ozon sebagai pembunuh bakteri patogen atau

secara umum sebagai disinfektan. Air yang telah diinjeksi tersebut

akan didiamkan selama 8 jam agar ozon yang diinjeksikan dapat terurai.

4. Disinfeksi dengan ultraviolet

(24)

serendah-rendahnya. Organisme yang terkena paparan UV tersebut akan

mengalami reaksi UV. Air yang akan didisinfeksi dialirkan ke dalam tabung

sinar merkuri dan tabung reflector yang dilapisi logam untuk meningkatkan

efisiensi disinfeksi dengan waktu detensi maksimum 15 detik. Keuntungan

UV adalah : pemeliharaan minimum, tidak menimbulkan dampak bau dan rasa,

pengendalian secara otomatis, tanpa menimbulkan bahaya bila terjadi

overdosis. Kelemahannya adalah : tidak memiliki residu disinfeksi, biaya

mahal, dan memerlukan klarifikasi air yang lebih sempurna. UV juga

mematikan bakteri yang belum mati oleh ozon dan dapat melakukan

deozonisasi.

5. PenampunganUpper Tank

Sebelum dilakukan pengemasan, air keluaran ditampung dalamUpper Tank

terbuat daristainless steeluntuk selanjutnya diisikan ke dalam cup240 ml.

6. Pengisian

Proses pengisiancup240 ml dilakukan dalam ruang steril dengan

menggunakan mesin yang telah terotomasi. Set up mesin dilakukan sesuai

kapasitas keluaran yang diharapkan. Cup-cupdiletakkan pada bagian mesin

pengisian yaitu mesin ACS (Automatic Cup Sealer) atau mesin sejenis dengan

kapasitas yang disesuaikan. Cup-cuptersebut akan dipindahkan oleh conveyor

ke lubang-lubang pengisian. Dalam perjalanan pemindahan itucup-cupakan

melewati bagian disinfeksi UV untuk membunuh bakteri padacup-cupkosong.

Saat pengisian, terjadi pula proses penghisapan kotoran oleh mesin dan

(25)

17

penutupan, penutupan dilakukan secara otomatis oleh mesin dengan memasang

lid cupkemudian diberi pemanas untuk merekatkannya padacup. Proses

selanjutnya air dalam kemasan tersebut akan didorong sepanjang plat ke bagian

packing(Makarina, 2006).

E. Depot Air Minum

1. Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air

baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Proses

pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi

(penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk

memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk

koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi

dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses

sebelumnya (Athena, 2004).

2. Peralatan Depot Air Minum

Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada

(26)

1. Storage Tank

Storage Tankberguna untuk penampungan air baku yang dapat menampung air

sebanyak 3000 liter.

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pumpberguna untuk memompa air baku dari tempat storage

tank ke dalam tabung filter.

3. Tabung Filter

Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalahactive sand media filteruntuk menyaring

patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang

efektif dengan fungsi yang sama.

b. Tabung yang kedua adalahanthracite filteryang berfungsi untuk untuk

menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

c. Tabung yang ketiga adalahgranular active carbon media filtermerupakan

karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor

dan bahan organik.

4. Micro Filter

Saringan air yang terbuat daripolyprophylene fiberyang gunanya untuk

menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4

mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi

(27)

19

6. Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air

yang telah diolah.

7. Galon isi ulang

Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau

menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan

menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang

higienis.

3. Proses Produksi Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang

Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses

produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki

dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung(reservoir). Bak

penampung harus dibuat dari bahan taraf pangan(food grade),harus bebas dari

bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai

persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c. Harus mempunyaimanhole

(28)

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi

penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan

kontaminasi. Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari

bahan taraf pangan(food grade),tahan korosi dan bahan kimia yang dapat

mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan

desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi

yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang

kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silika (Si ) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.

Daya serap terhadap Iodine ( ) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran

maksimal 10 micron.

3. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi

dengan menggunakan ozon ( ) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur

ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat

setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain

menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV)

dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan2537 A dengan intensitas

(29)

21

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan taraf

pangan(food grade)dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah

yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak

untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus

disanitasi dengan menggunakan ozon ( ) atau air ozon (air yang

mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan

dengan menggunakan berbagai jenis deterjen taraf pangan (food grade) dan

air bersih dengan suhu berkisar 60-85 C, kemudian dibilas dengan air

minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang

dipergunakan untuk mencuci.

b. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

4. Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di

dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu:

1. Ultraviolet

Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang

gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100–400 nm, dapat membunuh

bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultra violet dengan

(30)

sehingga dapat merusakDcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid

(RNA)yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan

kematian bakteri. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet

berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet,

yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus

cukup. Untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw

detik per . Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba

bila intensitas dan waktunya cukup. Namun, agar efektif lampu UV harus

dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang

akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk

menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika

konsentrasinya cukup tinggi).

2. Ozonisasi

Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen,

termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan

kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih

terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan

sanitasi air yang efektif disamping sangat aman. Agar pemakaian ozon dapat

dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka

sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan

agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat

dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum 0,6 ppm,

sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum 0,1 ppm. Ozon

(31)

23

komplek menjadi senyawa yang sederhana. Penggunaan ozon lebih banyak

diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi

dengan siste m ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu

bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan

ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air

sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri

dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008).

F. Total Organic Karbon (TOC)

Selain karbon anorganik yang terdapat dalam komponen penyusun alkalinitas,

karbon di perairan juga terdapat dalam bentuk karbon organik yang berasal dari

tumbuhan atau biota akuatik, baik yang hidup atau mati dan menjadi detritus

maupun karbon yang terdapat pada bahan organik yang berasal dari limbah

industri dan domestik. Penjumlahan karbon organik total dan karbon anorganik

total (karbonat, bikarbonat, dan asam karbonat) merupakan nilai karbon total

(TC). Total organik karbon (TOC) adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu

senyawa organik dan sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari

kualitas air

Karbon organik total atauTotal Organic Carbon(TOC) terdiri atas bahan organik

terlarut atau DOC (Dissolved Organic Carbon) dan partikulat atau POC

(particulate Organic Carbon) dengan perbandingan 10 : 1. Bahan organik yang

tercakup dalam TOC misalnya asam amino dan karbohidrat (Jeffries dan Mills,

(32)

menggunakan filterberdiameter 0,7 μ m,sedangkan pengukuran TOC tidak

memerlukan penyaringan. TOC juga dapat menggambarkan tingkat pencemaran,

terutama apabila nilai TOC antara bagian hulu dan bagian hilir dari tempat

pembuangan suatu limbah dapat dibandingkan. Pada penentuan nilai TOC, bahan

organik dioksidasi menjadi karbondioksida yang diukur dengannon-dispersive

infrared analyzer. Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan menggunakan

flame ionization detector.

Pada perairan alami yang relative jernih, nilai DOC biasanya lebih besar daripada

POC. Pada saat sungai mengalami banjir, nilai POC akan lebih besar daripada

DOC. Pada perairan alami, nilai TOC biasanya berkisar antara 1–30 mg/liter

(McNeelyet. al., 1979,sedangkan pada air tanah nilai TOC biasanya lebih kecil,

yaitu ± 2mg/liter. Nilai TOC perairan yang telah menerima limbah, baik domestik

maupun industri, atau perairan pada daerah berawa-rawa (swamp)dapat lebih dari

10 -100 mg/liter.

G. Kasus-Kasus Air Minum Isi Ulang

Hasil penelitian YLKI menunjukkan, banyak depot air minum isi ulang (AMIU)

yang tidak memenuhi standar kelayakan sarana. Hal ini dapat berdampak pada

kualitas air yang dijual. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

melakukan penelitian dengan mengambil sampel 20 depot air minum isi ulang

(AMIU) di 5 wilayah Jakarta. Hasilnya, sejumlah depot kedapatan tidak

(33)

25

depot yang memenuhi standar. Padahal, menurut data YLKI ada sekitar 3.500

depot air minum isi ulang yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta, namun

diperkirakan banyak yang tidak memiliki surat layak kesehatan dari kantor dinas

kesehatan setempat. Kenyataan ini didasarkan hasil studi kasus YLKI terhadap 20

depot air minum isi ulang di berbagai wilayah Jakarta, pada 2012 lalu. Selain

meneliti kandungan airnya, tim peneliti YLKI juga langsung melakukan survei

terhadap sarana dan prasarana depot-depot tersebut (Korankota, 2012).

Sebanyak 292 dari total 426 depot air minum isi ulang di Kota Cilegon dinyatakan

ilegal atau tidak mengantongi izin operasi. Karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes)

Kota Cilegon meminta kepada para pengusaha depot air minum isi ulang untuk

segera mengurus izin operasi. Dinkes Kota Cilegon menemukan sebanyak 292

depot air minum isi ulang yang tidak mengantongi. Oleh karena itu, Dinkes Kota

Cilegon akan secepatnya turun langsung bersama tim. Kalau hal ini dibiarkan

masyarakat akan meminum air yang tidak terbukti kebersihannya. Berdasarkan

hasil pendataan pada tahun 2013 ini, hanya 134 depot air minum isi ulang yang

berada di Kota Cilegon yang mendapatkan izin operasi. Untuk mengeluarkan izin

operasi depot air minum isi ulang, harus menempuh prosedur pemeriksaan

laboratorium sampel air minum isi ulang sebanyak tiga kali. Jika dalam

pemeriksaan tiga kali itu ditemukan bakteri atau selang kotor/berkarat, maka kami

tidak akan memberikan izin operasi (Jurnalsm, 2013).

Dalam penelitian Kajian Mutu Air Minum Pada Depot Air Minum di Wilayah

Jakarta hasil yang didapatkan yaitu hasil pengamatan air minum isi ulang pada

(34)

(80%) yang tidak memenuhi persyaratan maksimum kualitas air minum yaitu 0

jumlah/100 ml. Dengan memperhatikan responden sebagai pengusaha/pemasok

air minum isi ulang pada depo air minum di wilayah DKI Jakarta yang

mempunyai pendidikan yang bervariasi dari perguruan tinggi hingga sekolah

dasar (SD) serta berbeda lama waktu oprasi depot air minum dari 1 bulan sampai

36 bulan bahwa dikaji mutu air minum isi ulang di wilayah DKI Jakarta

escerichia colidancoliform. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemeliharan

sarana produksi peralatan, tidak melakukan tindakan sanitasi dan higienis secara

teratur dan berkala, serta kurangnya pengetahuan karyawan terhadap masalah

sanitasi dan higienitas. Selain itu pemakaian desifektan dengan cara penyinaran

UV tidak memenuhi standar persyaratan (Yuniarti, 2008)

Hasil penelitian di Medan tentang depot air minum menjelaskan bahwa Kualitas

fisik dan kimia pada sumber air baku, air dari mobil tangki, air dari

mesin pengolahan (kran) dan air dari galon memenuhi persyaratan kualitas air

minum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002,

namun kualitas mikrobiologi sumber air baku, air dari mobil tanki semua

depot AMIU telah tercemar bakteri. Pada sampel air dari galon ditemukan 5

(16,6%) depot AMIU tercemar bakteri. Hanya air dari mesin pengolahan

(kran) saja yang memiliki kualitas mikrobiologi masih memenuhi persyaratan

kualitas air minum. Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas air minum

dengan parameter fisik, kimia maupun mikrobiologi pada semua depot air

minum di Kota Medan berdasarkan sumber air baku. Dan Penerapan higiene

sanitasi depot AMIU di Kota Medan berdasarkan format pemeriksaan fisik

(35)

27

bahwa dari 30 depot yang diteliti ada sejumlah 6 (20%) depot belum menerapkan

pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot sesuai dengan

pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum Depkes

(36)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung, Laboratorium Limbah

Agroindustri, dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan

pada bulan Desember 2013–Maret 2014.

B. Alat dan Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalahplate count agar,

lactose broth(LB),brilliant green lactose bile broth(BGLBB), alcohol 90%, air

minum bermerek yang diperoleh dari distributor air minum yang berproduksi di

Bandar Lampung dan air minum yang diperoleh dari depot air minum isi ulang di

Bandar Lampung. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah TOC

analyzer, tubidimeter, otoklaf, inkubator, tabung reaksi, timbangan, cawan petri,

(37)

29

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukanmelalui dua tahap, yaitu dengan survai dan dilanjutkan dengan

melakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium. Survai berupa

pengamatan langsung di lapangan dan pengisian lembar kuesioner ditujukan ke

beberapa tempat yang memproduksi AMIU di Kota Bandar Lampung. Data yang

dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Penelitian

deskriptif dengan metode survai yaitu suatu cara pengamatan dimana

indikator-indikator variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan,

baik secara verbal maupun secara tertulis dalam suatu situasi dimana peneliti tidak

menguasai dan mengendalikan situasi (Nasution,1993).

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian di laboratotium.

Sampel yang diambil adalah air baku untuk pengolahan AMIU dan air hasil dari

pengolahan AMIU serta air minum dalam kemasan bermerek yang berproduksi di

Bandar Lampung dalam skala besar. Pengujian laboratorium yang dilakukan pada

sampel adalah pengujian mutu fisik, kimia, dan mikrobiologi. Jumlah sampel

yang diambil hanya 1 sampel untuk setiap AMIU dengan sumber air baku yang

berbeda dan 1 sampel untuk AMDK dengan merek yang berbeda dengan ulangan

setiap sampel sebanyak 3 kali ulangan.

Data yang diperoleh dari pengujian fisik, kimia dan mikrobiologi produk depot

AMIU dan AMDK dibandingkan dengan baku mutu air minum pada Permenkes

(38)

sumber dan produk depot AMIU dianalisis mengunakan program SPSS untuk

mendapatkan hubungan korelasi antar parameter wajib tersebut. Data diolah

dengan mengunakan metode statistik nonparametrik dengan menggunakan

pengujian korelasi Spearman.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Survei

Survei profil produsen ini dilakukan dengan menyebar kuisioner pada responden

dengan jumlah yang sesuai metode penentuan responden yang digunakan.

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan wawancara terhadap pengusaha dan

operator dengan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan informasi tentang

proses pengolahan air minum, serta dengan pengamatan langsung.

1.1. Metode penentuan responden untuk pengamatan profil

Proses pemilihan responden dari populasi dengan tujuan mendapatkan kesimpulan

mengenai populasi berdasarkan penelitian terhadap responden yang dipilih disebut

sampling(Purwadi, 2000). Metode penetuan responden pada penelitian ini adalah

metodepurpose samplingyaitu menentukan responden yang akan dipilih dengan

sengaja. Menurut Singarimbun dan Efendi (1989), metodepurpose sampling

merupakan metode penentuan responden yang diambil berdasarkan pertimbangan

(39)

31

memudahkan dalam pengambilan responden karena tidak semua responden

bersedia untuk mengisi kuisioner.

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung sehingga populasi yang diambil

adalah para pengusaha atau operator depot AMIU di Kota Bandar Lampung. Hal

ini dilakukan karena ingin mengetahui profil AMIU dan mengetahui proses

produksi AMIU serta mengetahui penyimpangan-penyimpangan pada saat

Memproduksi AMIU. Jumlah depot AMIU di kota Bandar Lampung berdasarkan

data primer yang telah dilakukan menunjukan bahwa jumlah depot AMIU sampai

dengan saat ini sebanyak 322 depot. Jumlah responden yang diperlukan untuk

mewakili jumlah populasi kota Bandar Lampung ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin.

Rumus Slovin yaitu :

=

1 + ( ( ) )

= 322

1 + (322(0,1) )

= 322

4,22

= 76,30

Yaitu : n = ukuran responden

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel yang

(40)

Persentase kelonggaran yang digunakan adalah 10%. Jumlah responden yang

diambil berdasarkan rumus tersebut adalah minimal 76,30 responden atau 76

responden. Responden yang diambil adalah pengusaha dan operator AMIU di

Kota Bandar Lampung.

1.2. Penyusunan kuisioner

Kuisioner merupakan data primer dalam melaksanakan penelitian ini. Kuisioner

adalah daftar pertanyaan yang tersusun rapi untuk diajukan kepada responden.

Kuisioner yang disusun terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai profil usaha

responden dan perilaku responden terhadap proses produksi AMIU di Bandar

Lampung. Pertanyaan yang terdapat pada kuisioner tersebut bersifat pertanyaan

tertutup, semi terbuka, dan terbuka (Singarimbun dan Efendi, 1989).

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memungkinkan responden

untuk memberikan jawaban selain yang telah disediakan. Pertanyaan semi

terbuka adalah pertanyaan yang telah disediakan jawabannya tetapi

memungkinkan responden untuk menambah jawaban yang sesuai. Sedangkan

pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya secara bebas dapat

diberikan responden (Rahmawati,2004).

1.3. Penyebaran kuisioner

Penyebaran kuisioner dilakukan pada 20 kecamatan yang ada di Kota Bandar

(41)

33

berdasarkan persentase jumlah depot AMIU pada tiap kecamatan terhadap jumlah

depot AMIU di Kota Bandar Lampung. Daftar sebaran kuisioner di 20

[image:41.595.120.491.212.571.2]

Kecamatan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar sebaran kuisioner di 20 Kecamatan di Kota Bandar Lampung

No. Kecamatan

Jumlah Presentase Jumlah Depot

Depot Depot

Yang Dijadikan Sampel

1 Bumi Waras 13 4,04% 3

2 Enggal 5 1,55% 2

3 Kedamaian 10 3,10% 2

4 Kedaton 6 1,86% 2

5 Kemiling 17 5,28% 4

6 Labuhan Ratu 22 6,83% 5

7 Langkapura 10 3,10% 2

8 Panjang 20 6,21% 5

9 Rajabasa 31 9,63% 8

10 Sukarame 27 8,39% 6

11 Sukabumi 12 3,73% 3

12 Tanjung Karang Barat 19 5,90% 4 13 Tanjung Karang Pusat 14 4,35% 3 14 Tanjung Karang Timur 12 3,73% 3

15 Tanjung Seneng 20 6,21% 5

16 Teluk Betung Barat 14 4,35% 3 17 Teluk Betung Selatan 9 2,70% 2 18 Teluk Betung Timur 14 4,35% 3 19 Teluk Betung Utara 14 4,35% 3

20 Way Halim 33 10,25% 8

Jumlah 322 99,91% 76

2. Pengujian laboratorium

Pengujian laboratorium yang dilakukan pada sampel adalah pengujian kualitas

(42)

2.1. Penentuan dan pengambilan sampel

Penentuan sampel AMIU dilakukan berdasarkan perbedaan sumber air baku

AMIU yaitu sumur bor, membeli via tengki dan PAM sedangkan penentuan

sampel AMDK dilakukan berdasarkan merek dagang AMDK yang beredar dan

berproduksi di Bandar Lampung yaitu Aqua, Grand, Great, dan Tripanca.

Banyaknya sampel yang diambil adalah 1 sampel AMIU setiap sumber air baku

dan 1 sampel AMDK untuk setiap merek dagang dengan ulangan sebanyak 3 kali.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil dari depot AMIU secara

langsung berasal dari keran air pada ruang pengisian AMIU sebanyak 150 ml

dengan menggunakan botol kaca yang telah disterilkan. Setelah pengambilan

sampel kemudian botol kaca ditutup menggunakan alumunium foil dan plastik

kemudian sampel dimasukan pada box sterofom agar tidak terpengaruh dengan

kondisi diluar pada saat pengangkutan sampel ke laboratorium. Frekuensi

pengambilan ulangan sampel AMIU tersebut dilakukan 6 hari sekali. Untuk

pengambilan ulangan AMDK berdasarkan perbedaan kode produksi pada

(43)

35

2.2 Pengujian sampel

a. Pengujian kualitas fisik

1. Warna

Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan alat turbidimetri dengan

prosedur kerja sebagai berikut :

a. Sampel air dikocok dengan sempurna

b. Sampel air tersebut dimasukan ke dalam tabung nessler 50 ml sampai

tanda batas

c. Larutan standar dimasukan kedalam tabung nessler kemudian masukan

kedalam alat turbidimater untuk pengkalibrasian.

d. Sampel yang berada pada tabung nessler dimasukan kedalam alat

tubidimeter untuk membandingkan warna-warna contoh air dengan

larutan standar.

e. Hasil unit warna larutan contoh air pada tubidimeter dicatat dengan satuan

PtCo.

2. Bau dan Rasa

Pengujian bau dan rasa dilkukan dengan pengukuran bau dan rasa dengan

menggunakan indra pencium (hidung) dan indra perasa (lidah) dengan air

bebas bau (aquades ) sebagai control. Prosedur kerja sebagai berikut :

a. Sampel air minum disiapkan

b. Masing-masing panelis diberikan pengarahan untuk mengisi kuisioner

(44)

c. Tiap sampel dinilai baik bau dan rasa, kemudian catat hasil pada lembar

kuisioner.

3. Total Dissolved Solid (TDS)

Pengujian TDS menggunakan alat TDS meter dengan prosedur kerja sebagai

berikut :

a. Sampel air dimasukan kedalam wadah bersih

b. Alat TDSmeter dimasukan pada sampel air pada wadah

c. Hasil jumlah TDS pada alat TDS meter dicatat dengan satuan ppm.

4. Kekeruhan

Pengujian kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat nephelometer

dengan prosedur kerja sebagai berikut :

a. Alat nephelometer dikalibrasi dengan beberapa standar kekeruhan.

b. Contoh dikocok dengan sempurna, diamkan sampai gelembung udara

hilang, kemudian tuangkan contoh ke dalam tabung nephelometer.

c. Nilai kekeruhan dibaca pada skala alat tersebut dengan satuan NTU.

5. Suhu

Pengujian suhu dilakukan dengan alat thermometerdengan prosedur kerja

sebagai berikut :

a. Sampel air dimasukan kedalam wadah bersih.

b. Alat thermometer dimasukan pada sampel air pada wadah.

(45)

37

b. Pengujian kualiatas kimia

1. pH

Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter dengan prosedur

kerja sebagai berikut :

a. Sampel disiapkan.

b. pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4, 7, dan 9

c. pH meter dicelupkan ke air sampel

d. Dicatat berapa pH yang terukur

e. pH meter diangkat dan dibilas dengan aquades

f. Prosedur 2–4 diulangi sebanyak tiga kali untuk sampel yang berbeda

2. Total Organik Karbon

Pengujian TOC dilakukan dengan menggunakan alat TOC analiser dilakukan

dengan metode oksidasi fotokatalitik. Senyawa organik yang terdapat dalam

sampel dioksidasi oleh sinar UV dekat dan dibantu oleh katalis . Katalis

akan mengkatalisis proses oksidasi komponen senyawa organik dalam

sampel. Reaksi oksidasi fotokatalitik yang terjadi menghasilkan CO2 &

H2O. Nilai yang diukur adalah unsur karbon yang ada dalam sampel yaitu

total carbon(TC) tanpa membedakan apakah itu OC atau IC dengan prosedur

kerja sebagai berikut :

1. Persiapkan sampel

2. Masukan sampel pada TOC analyzer

(46)

c. Pengujian kualitas mikrobilogi

1. Cemaran Koliform

Untuk menentukan adanyacoliformdan jumlahcoliformdidalam air dipakai

sistemMultiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most

Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan

pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung

ganda.

1. Test Perkiraan (Presumtive test)

Media yang biasa digunakan adalah LB dengan prosedur kerja sebagai

berikut :

1. 15 tabung reaksi (seri 5-5-5) disiapkan yang masing-masing media

lactose broth yang berisi tabung durham

2. Air ditanam 5 tabung masing-masing 10 ml, 5 tabung masing-masing 1

ml, dan 5 tabung lagi masing 0,1ml, dan dituliskan standart portion 5 x

10 ml, 5 x 1 ml, 1 x 0,1 ml

3. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam

4. Terbentuknya gas (gelembung udara pada tabung durham sebanyak 2/3

tabung durham) diamati.

2. Test penguat

Media yang biasa digunakan adalah BGLBB dengan prosedur kerja sebagai

berikut :

a. Satu kawat ose sampel diambil yang terbentuk gelebung gas pada media

(47)

39

b. Tabung reaksi yang berisi media BGLBB diambil dan diisi tabung

durham.

c. Satu kawat ose sampel ditanam yang terbentuk gelebung gas pada media

LB yang telah di uji pa tabung reaksi yang berisi 9 ml media BGLBB

yang berisi tabung durham.

d. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam

e. Terbentuknya gas (gelembung udara pada tabung durham) diamati.

2. Cemaran Angka Lempeng Total

Dengan cara menumbuhkan bakteri mesofil aerob setelah contoh di inkubasi

dalam pembenihan yang sesuai selama 24 jam pada suhu35 C dengan

prosedur kerja sebagai berikut :

a. Pengenceran sampel dilakukan mengunakan larutan pengencer buffered

peptone waterpengenceran10 , 10 , 10

b. Dituangkan kedalam cawan petri 12–15 ml media PCA yang telah

dicairkan pada suhu 45 ± 1 °C dalam waktu 15 menit

c. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati

d. Hasil pengenceran dicampurkan pada media, dibiarkan hingga campuran

dalam cawan petri membeku

e. Semua cawan petri dimasukan dengan posisi terbalik kedalam lemari

pengeraman dan inkubasi pada suhu 35 ± 1 °C selama 24 jam

f. Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan

g. Angka lempeng total dihitung dalam 1 ml contoh dengan mengkalikan

jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang

(48)

E. Pengamatan

[image:48.595.130.454.163.617.2]

Gambaran pengamatan secara umum sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Pengamatan Survey

Pengolahan Data

Analisa Laboratorium

Pengambilan Sampel

Interpretasi Data

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, terdapat 322 depot pengisian

air minum isi ulang. Jumlah tersebut dibagi untuk 20 kecamatan yang

terdapat di Kota Bandar Lampung. Sebanyak 86% depot AMIU masih

menggunakan teknologi penyulingan standar yaitu menggunakan beberapa

mikrofilter dan media penyaringan seperti pasir silica dan karbon aktif

sedangkan 14% depot AMIU sudah menggunakan teknologireverse osmosis

(RO) yaitu menggunakan proses penyaringan menggunakan metode osmosis

terbalik. Jenis desinfektan yang digunakanpun bervariasi yaitu ozon, sinar

ultra violet, menggunakan kombinasi ozon dan sinar ultra violet.

2. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium kualitas fisik, kimia, dan

mikrobiologi pada sampel berbagai sumber air baku yang digunakan oleh

depot AMIU di Kota Bandar Lampung, semua sampel telah memenuhi

persyaratan kualitas air minum yang tercantum pada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010. Demikian

(50)

skala besar semua sampel yang diuji telah memenuhi persyaratan kualitas air

minum.

3. Besarnya nilai parameter TOC tidak ditentukan oleh satu parameter saja.,

akan tetapi besarnya nilai parameter TOC akan diikuti oleh besarnya

parameter TC dan warna, karena parameter TC dan warna memiliki korelasi

positif dengan parameter TOC.

4. Masih terdapatnya tindakan penyimpangan administrasi pemerintahan yang

dilakukan depot AMIU yakni 57,89% yang mana depot AMIU tersebut tidak

melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara rutin, 75% operator depot

AMIU tidak pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan tentang hygiene dan

sanitasi depot air minum, bahkan terdapat 4% depot AMIU yang tidak

memiliki surat izin dari pihak manapun.

B. Saran

Adapun saran dari penelitian ini yaitu:

1. Perlu adanya Peraturan Daerah yang mewajibkan setiap depot AMIU

memiliki sertifikat yang di terbitkan oleh Dinas Kesehatan atau dinas yang

berwenang dan memiliki kompetensi di bidang pengawasan kualitas air

minum. Dengan demikian kesehatan masyarakat dapat terjamin.

2. Perlunya menyosialisasikan program Pelaksanaan Penyelengaraan Hygiene

Sanitasi Depot Air Minum oleh Dinas Kesehatan kepada pengusaha depot

AMIU agar para pengusaha depot AMIU mau mendaftarkan depot AMIUnya

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Allafa, 2008. Air Bersih, http ://www.indoskripsi.com. Diakses 22 Februari 2013

Anonim. Banyak Depot Air Minum Yang Tidak Memenuhi Standar Sanitasi. <http://yogyaonline.net/kesehatan/banyak-depot-air-minum-yang-tidakmemenuhi-standar-sanitasi.html>. Diakses pada tanggal 17 Februari 2013.

Ardi Pradana, Y dan Bowo, D. M. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo Ditinjau Dari Prilaku Dan Pemeliharaan Alat.Jurnal Teknik Pomits. II (2) : 83-86.

Astaqauliyah, Fenomena Air Minum Depot Isi Ulang

<http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1962894-fenomena-airminum-depot-isi/>. Diakses tanggal 17 Februari 2013.

Athena, Sukar, dan Hendro M. 2005. Pengaruh Pengolahan Air Di Depot Air Minum Isi Ulang Dalam Menormalkan Derajat Keasaman (pH).Jurnal Media Libang Kesehatan. XV (2) : 19-24

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Non Parametrik. Modul Diktat Fungsional Statistik Tingkat Ahli. Jakarta

Bersatu, Depo tentang 2013, Konsumsi Air Minum Kemasan Capai 21,78 Miliar Liter. <http://www.beritasatu.com/ekonomi/81670-2013-konsumsi-air-minum-kemasan-capai-21-78-miliar-liter.html>. Diakses tanggal 18 Juli 2014.

Citizen Jurnalism, Ratusan Depot Air Minum Isi Ulang di Cilegon Ilegal

<http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/daily-snapshot/ratusan-depot-air-minum-isi-ulang-di-cilegon-dinyatakan-ilegal/>. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.

Dedy. 2011. Dasar Penentuan Jumlah Sampel Penelitian.

(52)

Depkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI, 2010. Kepmenkes RI No. 492/Menkes/PER/VII/2010 Tentang Persyarat Kualitas Air Minum, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2010. Kepmenkes RI No. 736/Menkes/PER/VII/2010 Tentang Tata Cara Pengawasan Kualitas Air Minum, Depkes RI, Jakarta.

Depperindag RI, 2004. Keputusan Menperindag RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, Depperindag, Jakarta.

Deylyana Wahyuni S. 2012. Analisis Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia Pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek Yang Dijual Di Kota Medan Tahun 2012.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Endrushiman, 2009, Total Organic Carbon

<http://edrushimawan.wordpress.com/tag/toc/>Diakses tanggal 3 Februari 2013.

Indiana, Clear. 2013. Apakah Yang Dimaksud Air R.O (Reverse Osmosis). <http://clear-indiana.com/reverse-osmosis/>. Diakses pada tanggal 8 April 2014.

Fujiro Red, Bisnis AMDK <http://fujiro.com/bisnis-amdk/>. Diakses tanggal 3 Februari 2013.

Fudjiro, Kualitas Depot Air Minum Jelek? <http://fujiro.com/kualitas-depot-air-minum-jelek/>. Diakses tanggal 17 Februari 2013.

Koran Kota, Depo Isi Ulang Air Minum Banyak Yang Tidak Layak

<http://korankota.co.id/page/berita/penelitian-ylki-depo-isi-ulang-air-minum-banyak-yang-tak-layak/up>. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.

Kusmatuti, Makarina.2006. Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Air Minum Dalam Kemasan Gelas.Skripsi, jurusan teknik industri fakultas teknik universitas surakarta

Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

(53)

83

Malem Sri I. 2009. Analisis Higiene Sanitasi Dan Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan.Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Nuria, Maulita C. 2009. Uji Kandungan BakteriEsherichia Coli Pada Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Rembang.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. V (1) : 27-35

Pakpahan Romaida. 2003. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Air Minum Kemasan Isi Ulang Yang Di Pasarka Di Kota Medan.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Radji, M., O. Heria, dan S. Herman. 2008.Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Bebera Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.Majalah Ilmu Kefarmasian. V (2) : 101-109

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University. Press. Yogyakarta.

SNI 01-2897-1992. Cara Uji Cemaran Mikroba. Dewan Standardisasi Nasional. BSN

SNI 01-3554-2006. Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan. Badan Standardisasi Nasional. BSN

Suprihatin, 2003. Hasil Studi Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang. Makalah pada Seminar Sehari Permasalahan Depot Air Minum dan Upaya Pemecahannya.

Sutrisno, Muhammad. 1996. Sumur Gali Sumber Air Bersih. Udayana Press. Denpasar

Sawyer, C.N. and McCarty, P.L. 1978.Chemystry for Environmental

Enginerring. Third edition. McGraw-Hill Book Company, Tokyo. 532 p. Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik

Menggunakan SPSS 17. CV. Andi Offset. Yogyakarta

Yuniarti, Sri. 2008. Kajian Mutu Air Minum Pada Depo Air Minum Di Wilayah DKI Jakarta.Tesis, Sekolah Pascasarjana Institut Teknologi Bogor

Widiyanti, Ni Luh Putu M., dan Ristaiti N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. III (1) : 64-73

Gambar

Tabel 2.  Persaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan Permenkes nomor492/Menkes/Per/IV/2010.
Tabel 3. Daftar sebaran kuisioner di 20 Kecamatan di Kota Bandar Lampung
Gambar 1.  Skema Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

merupakan air panas bertipe bikarbonat-sulfat, walaupun keberadaannya di daerah immature water , diperkirakan berasal dari fluida panas bawah tanah yang langsung ke permukaan

Manfaat yang dapat diambil setelah penelitian ini yaitu mendapatkan informasi mengenai keefektifan program SANIMAS tahun 2008-2009 yang telah diterapkan di lapangan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penyusun mengenai Implementasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Tanaman Jagung Pada Dinas Pertanian

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu bahwa kebanyakan siswa SMU PGRI I Jombang bersikap positifterhadap pelaksanaan model pembelajaran KBK di sekolah.. Tetapi

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI

Balok tersusun dengan dimensi 130 mm x 150 mm x 1000 mm dengan ukuran paku 2 inch dan variasi jarak paku 3 cm, 6 cm, dan 9 cm, dengan sistem kampuh mendatar dan kampuh tegak

Kendati kata demokrasi memiliki beragam arti, namun yang paling nampak penunjukan maknanya adalah dalam persoalan politik yang kerap digunakan dalam bahasa serta