ABSTRAK
PROFIL DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DAN PENERAPAN ANALISIS TOC PADA PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM BERDASARKAN
SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Gilang Muhamad Ekantika
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profile depot air minum isi ulang
(AMIU) di Kota Bandar Lampung dan mengetahui keterkaitan antaratotal
organic carbon(TOC) dengan parameter wajib pengujian kualitas air minum.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yakni survei dan pengambilan sampel untuk
diuji di laboratorium. Bentuk survei adalah pengamatan langsung di lapangan dan
mengisi kuesioner yang ditujukan kepada beberapa tempat yang memproduksi air
minum isi ulang di Bandar Lampung. Pengujian laboratorium terdiri dari
pengujian kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pengujian kualitas fisik
meliputi pengujian bau, kekeruhan, rasa, suhu, jumlah padatan terlarut (TDS), dan
warna. Pengujian kualitas kimia meliputi uji pH, karbon organik total (TOC),
karbon anorganik (IC), dan total karbon (TC), dan kualitas mikrobiologi meliputi
pengujian cemaran angka lempeng total, dan cemarancoliform. Data dianalisis
karbon aktif sedangkan 14% depot AMIU telah menggunakan teknologi reverse
osmosis. Metode sterilisasi yang digunakan untuk menyeterilisasikan air
bervariasi yaitu ozonisasi, sinar UV, dan kombinasi ozon dan sinar UV. Semua
sampel air dari berbagai sumber air baku yang digunakan depot AMIU di Kota
Bandar Lampung menunjukkan semua sampel yang diuji telah memenuhi
persyaratan kualitas air minum, akan tetapi masih terdapat beberapa tindakan
penyimpangan pada administrasi pemerintahan yang dilakukan oleh pengusaha
depo AMIU di Kota Bandar Lampung. besarnya nilai parameter TOC akan
diikuti oleh besarnyanya parameter TC dan warna, karena parameter TC dan
warna memiliki korelasi positif dengan parameter TOC.
ABSTRACT
DEPOT REFILL DRINKING WATER PROFILE AND APPLICATION OF EXAMINATION TOC DRINKING WATER QUALITY BASED ON
WATER RESOURCES USED IN BANDAR LAMPUNG
By
Gilang Muhamad Ekantika
This study aimed to get a profile depot refill drinking water in Bandar Lampung
and determined the relationship between total organic carbon (TOC) with the
parameters required to test drinking water. This study was consisted of two
stages. The first stage was a survey, and the second stage was test of water
samples in the laboratory. The survey form was direct observation in the field and
filled a questionnaire which addressed to some places that produce refill drinking
water in Bandar Lampung. Laboratory testing was consisted of a sample of the
quality testing of physical, chemical, and microbiological. Physical quality testing
included testing of odor, turbidity, taste, temperature, total dissolved solid (TDS),
and color. Chemical quality testing included test of pH, total organic carbon
(TOC), inorganic carbon (IC), and total carbon (TC). For the microbiological
quality testing included test contamination of total plate count, and coliform
while 14% depot refill drinking water been using reverse osmosis technology. All
samples of water from various sources on the using of raw water to the depot in
the city of Bandar Lampung refill drinking water that showed all the samples
tested have met the requirements of drinking water quality, but still acts
committed irregularities refill drinking water depots in the city of Bandar
Lampung. The high value of the parameter TOC will be followed by high TC and
color parameters, because the parameters of color and TC were positively
correlated with TOC parameter.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang penting
bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar (primer) yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua setelah udara.
Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan
air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Air
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama untuk minum
harus bersifat bersih, higienis, dan aman untuk dikonsumsi. Air bersih tersebut
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air hujan, air sumur, mata air (spring
water), dan Perusahaan Air Minum (PAM) (Deperindag, 2008).
Ditinjau dari segi kesehatan berbagai sumber air minum ini tidaklah selalu
memenuhi persyaratan kesehatan, karena semuanya menpunyai kemungkinan
untuk dicemari, misalnya air hujan yang ketika turun ke bumi dapat menyerap
debu, gas dan materi-materi berbahaya lainnya. Begitu pula dengan air
permukaan dapat terkontaminasi dengan berbagai macam zat-zat berbahaya untuk
Sebagian besar kebutuhan air minum masyarakat selama ini dipenuhi dari air
sumur dan juga air yang disuplai oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Akan
tetapi, semakin majunya teknologi diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas
manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dalam
memenuhi kebutuhan air minum. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan air
minum adalah dengan menggunakan air minum dalam kemasan (AMDK)
(Pracoyo, 2006).
Alasan lain yang menjadikan masyarakat memilih menggunakan AMDK adalah
air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai
yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari
buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air
tanah sudah tidak aman untuk dijadikan air minum karena telah terkontaminasi
oleh rembesan dari tangki septik maupun air permukaan yang sudah
terkontaminasi akibat kegiatan rumah tangga.
Pada saat ini telah banyak bermunculan merek air minum dalam kemasan beredar
di pasar Indonesia, bahkan sekarang telah bermunculan air minum dalam kemasan
yang di dalamnya terkandung oksigen. Konsumsi AMDK di seluruh Indonesia
pada tahun 2013 mencapai 21,78 miliar liter, naik 10 persen dibandingkan tahun
2012 yaitu 19,8 miliar liter. Kenaikan tersebut seiring bertambahnya penduduk
dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan air minum yang
baik (Beritasatu, 2013). Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan,
kini ada lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Vit, Ades, Monair,
3
merek AMDK yang beredar dan berproduksi dalam skala besar di Bandar
Lampung yaitu Aqua, Grand, Tri Panca, dan Great.
Tidak semua air minum dalam kemasan aman untuk dikonsumsi, hal ini mungkin
karena pengawasaan yang kurang intensif pada produk yang telah beredar di
pasaran. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya produk air minum dalam
kemasan gelas merk Aqua yang di dalam kemasan terdapat lumut dan jamur oleh
Balai Besar POM Makasar, dan kemudian merekomendasikan penarikan khusus
produk Aqua dengan tanggal kadaluarsa April 2009 di pasaran (Sinar Indonesia,
2007). Kasus lain juga ditemukan pada hasil pengujian terhadap 21 merek air
minum dalam kemasan gelas yang beredar di pasaran, 11 merek di antaranya
terbukti bermasalah. Dari 11 produk tersebut, sembilan produk mengandung
koloni bakteri mendekati ambang batas yang telah ditentukan, yaitu10 mikro
bakteri per mililiter. Sementara dua produk lainnya memiliki bakteri di atas
ambang batas (Kompas, 2010).
Selain air minum dalam kemasan, air minum isi ulang (AMIU) menjadi pilihan
lain masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum. Air minum jenis ini
dapat diperoleh di depot-depot dengan harga lebih murah dari produk air minum
dalam kemasan bermerek. Keberadaan air minum isi ulang terus meningkat
sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu
dan praktis untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum
isi ulang terjamin keamanan produknya. Hal ini dibuktikan dengan penemuan
hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan
menunjukan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah contoh
sampel. Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta,
Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan,
dan Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel
ditemukan sekitar 16% terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini mengindikasikan
buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Bakteri coliform merupakan
parameter mikrobiologis untuk sanitasi pengolahan air minum (Suprihatin, 2003).
Air yang dipergunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari masih banyak
yang belum memenuhi persyaratan kesehatan, maka pengelolaan sumber daya air
sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu
yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah
pemantauan dan interpretasi data kualitas fisika, kimia dan biologi (Effendi, 2003)
Sejak awal 1970-an, TOC telah diakui sebagai teknik analisis untuk mengukur
kualitas air minum selama proses pemurnian air. Total organik karbon (TOC)
adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan sering
digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air (Edrushimawan, 2009).
Penentuan masing-masing bahan organik di perairan cukup sulit karena sangat
komplek. Oleh karena itu, ditentukan kadar kandungan total bahan organik atau
TOC (Total Organic Carbon). Karbon yang merupakan penyusun utama bahan
organik, merupakan elemen atau unsur yang melimpah pada semua mahluk hidup.
5
organik, keberadaan karbon anorganik dalam bentuk , , dapat
mempengaruhi aktivitas biologi di perairan (Effendi, 2003).
Dalam SNI 01-3554-2006 tentang cara uji air dalam kemasan dijelaskan salah
satu cara menguji kualitas air minum adalah dengan pengujian parameter TOC,
akan tetapi pada Peraturan Mentri Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum tidak
disebutkan jika parameter TOC sebagai parameter wajib ataupun parameter
tambahan dalam pemeriksaan kualitas air minum, padahal TOC dapat
menggambarkan tingkat pencemaran sumber air minum.
Selain TOC yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah konsumsi
masyarakat yang tinggi terhadap air minum dalam kemasan dan air minum isi
ulang serta telah ditemukan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada
sejumlah sampel depot minum di Jakarta. Selain itu, berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung
menerangkan bahwa dari tahun 2009 sampai 2012 hanya tercatat sekitar 20 depot
AMIU yang memiliki izin usaha. Tetapi pada kenyataannya jumlah depot air
minum di Bandar Lampung lebih dari 300 depot AMIU.
Berdasarkan data di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Profil
depot AMIU di Bandar Lampung, dan mutu produk AMIU, serta sumber air baku
yang digunakan dengan indikator pengamatan utama adalah pengujian parameter
No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, sedangkan
terhadap sumber air baku depot AMIU diterapkan analisis TOC.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendapatkan profile depot AMIU serta
informasi penyimpangan dalam hal administrasi pemerintahan oleh produsen
dalam proses produksi dan penjualan AMIU di Bandar Lampung; (2) mengetahui
kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi produk depot AMIU dan produk AMDK di
Bandar Lampung; (3) mengetahui korelasitotal organic carbon(TOC) dari
sumber air dan produk depot AMIU dengan parameter wajib yang sesuai dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Macam dan Sumber Air Baku
Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat
digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air
hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas beracun, atau kuman-kuman
yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada
dasarnya digolongkan sebagai berikut :
1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika
turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara,
diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O
2, CO2, N2,
juga zat-zat renik dan debu.
Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan
bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan
oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air
jangan pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran
(Sutrisno, 1996).
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengaliran.
Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang
tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat
dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua sisa kegiatan manusia yang
menggunakan air atau dicuci dengan air, pada waktunya akan dibuang ke dalam
air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian
dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja
dan lain-lain.
Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah
sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air
permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan
dipakai sebagai bahan baku air bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke
dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut,
9
3. Air Tanah
Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi
akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi. Pada
proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang
mengalir masuk ke permukaan (mengalamirun off) dan ada juga yang meresap ke
dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanah baik yang dangkal
maupun yang dalam (Slamet, 2009).
Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah
dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air
tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan.
Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah
permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat
tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.
Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno, 1996):
a. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan tertahan
demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air tanah
dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan
sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak
baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.
b. Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter. Ditinjau
kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi
oleh perubahan musim.
c. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya air
tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau
sepanjang tepi sungai.
Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :
a. Mata air(graviti spring)yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada
lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus
lalu keluar sebagai mata air.
b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
B. Air minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Semua air yang bersifat alami maupun yang telah mengalami proses tertentu
misalnya desalinasi pada air laut yang memenuhi standar air minum yang telah
ditetapkan ada beberapa jenis air minum dan standar air minum yang dapat
dijadikan acuan dalam menetapkan mutu air minum. Jenis air minum dan standar
11
1. Air Mineral Alami (Natural Mineral Water)
Produk impor (produk luar negri yang masuk ke Indonesia) menggunakan aturan
Codex Alimentarius Commision(CAC) tahun 1996, yaitu air mineral alami.
Definisi air mineral alami adalah air yang dapat jelas dibedakan dari air minum
biasa karena kandungan garam-garam mineralnya (trace elements) lebih tinggi,
karena diperoleh langsung dari alam. Contoh air mineral yang ada di pasar adalah
air mineral dengan merek Equil dan Evien. Harga jual produk air mineral alami
tergolong mahal. Air mineral alami berpengaruh baik terhadap kesehatan, seperti
mengurangi iritasi ginjal, fungsi normal empedu, dan mencegah katarak.
Kandungan mineral dan mutu mikrobiologik air mineral dalam kemasan
hendaknya memenuhi standar pada Tabel 1.
2. Air Minum Dalam Kemasan
Dalam SNI 01-3553-1996 (Dewan Standar Nasional-DSN), AMDK di definisikan
sebagai air yang telah diperoses, dikemas dan aman diminum. Contoh AMDK
yang ada dipasaran adalah Aqua, Prima, 2 tang, Ades dan masih banyak yang
merek-merek yang lainnya. Harga jual AMDK berbeda-beda. Kandungan
mineral dan mutu mikrobiologik air mineral dalam kemasan hendaknya
Tabel 1. Persaratan AMDK Berdasarkan SNI 01-3553-2006
Sumber : DSN,2006
3. Air Minum Isi Ulang
Harga air minum isi ulang per galon sekitar Rp.3000,- - Rp.4000,-. Kemungkinan
terjadi pencemaran dapat terjadi secara umum bila ada gangguan dalam daur
materi, yaitu dalam laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan: Bau Rasa Warna -UnitPtco Tidak berbau Normal Maks. 5
2. Ph - 6,5-8,5
3. Kekeruhan NTU Maks. 5
4. Zat yang terlarut Mg/1 Maks. 500
5. Zat organik ( ) Mg/1 Maks. 1
6. Total organi karbon ppm Maks. 0,5
7. Nitrit( ) Mg/1 Maks. 45
8. Nitrat( ) Mg/1 Maks. 0,005
9. Amonium ( ) Mg/1 Maks. 0,15
10. Sulfat ( ) Mg/1 Maks. 200
11. Klorida (Cl) Mg/1 Maks. 250
12. Florida (F) Mg/1 Maks. 1
13. Sianida (Cn) Mg/1 Maks. 0,05
14. Besi (Fe) Mg/1 Maks. 0,3
15. Mangan (Mn) Mg/1 Maks. 0,05
16. Klor bebas Mg/1 Maks. 0,1
17. Kromium (Cr) Mg/1 Maks. 0,05
18. Barium (Ba) Mg/1 Maks. 0,7
19. Boron Mg/1 Maks. 0,3
20 Selenium (Se) Mg/1 Maks. 0,01
21.. Cemaran logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Kadmiun (Cd) Raksa (Hg) Mg/1 Mg/1 Mg/1 Mg/1 Maks. 0,05 Maks. 0,5 Maks. 0,005 Maks. 0,001
22. Cemaran arsen (Ar) Mg/1 Maks. 0,05
23. Cemaran mikroba : Angka lempeng total awal Angka lempeng total akhir Bakteri bentuk coli Jamur C.perfringens Salmonella Koloni/ml Koloni/ml APM/100ml -1,0 10 Maks.1,0 10
13
penggunaan zat cemaran. Contohnya adalah limbah rumah tangga, industri dan
angkutan (Widyapura,1990). Masalah pencemaran yang sering dihadapi dalam
pengelolaan air minum isi ulang adalah sumber air (bahan baku), proses
pengolahan air, wadah galon, dan pengisian (filling).
C. Persyaratan Kualitas Air Minum
Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas
dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi
persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga
baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya.
Sedangkan air yang memenuhi persyaratan air minum isi ulang ditetapkan oleh
[image:21.595.108.518.512.740.2]Departemen Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Persaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan Permenkes nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang Diperbolehkan 1. Parameter yang berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1.) E.coli Jumlah per
100 ml sampel
0 2.) Total Bakteri Koliform Jumlah per
100 ml sampel
0 b. Kimia an-organik
1.) Arsen Mg/l 0,01
2.) Fluorida Mg/l 1,5
3.) Total Mg/l 0,05
4.) Kadmium Mg/l 0,003
5.) Nitrit (sebagai ) Mg/l 3
6.) Nitrat (sebagai ) Mg/l 50
7.) Sianida Mg/l 0,07
Lanjutan Tabel 2.
Sumber : Permenkes nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
D. Proses Produksi AMDK
Prinsip pengolahan air minum dalam kemasan adalah sebagai berikut.
Bahan baku berupa air baku dialirkan melalui pipa dari mata air. Apabila sumber
air jauh dari tempat produksi, maka air dimasukkan ke dalam bak penampung.
1. Perlakuan pertama (Perlakuan fisik)
Dari bak penampung, air dipompakan ke bak penampungan berikutnya
untuk perlakuan pertama. Pada tahap ini air baku akan disaring dari partikel
besar seperti daun, semut, dan kotoran berukuran besar lainnya. Setelah itu
dilanjutkan dengan penyaringan padacarbon filteruntuk penyaringan yang
lebih ketat. Selanjutnya air akan dialirkan ke unit perlakuan air atau Water
Treatment Unit.
2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter fisik
1.) Bau Tidak berbau
2.) Warna TCU 15
3.) Total zat padat terlarut (TDS) Mg/l 500
4.) Kekeruhan NTU 5
5.) Rasa Tidak berasa
6.) Suhu °C Suhu udara ± 3
b. Parameter kimiawi
1.) Alumunium Mg/l 0,2
2.) Besi Mg/l 0,3
3.) Kesadahan Mg/l 500
4.) Khlorida Mg/l 250
5.) Mangan Mg/l 0,4
6.) pH 6,5-8,5
7.) Seng Mg/l 3
8.) Sulfat Mg/l 250
9.) Tembaga Mg/l 2
15
2. Water Treatment Unit
Water Treatment Unitmerupakan unit yang berdiri sendiri sebagai unit
pengolah khusus yang terdiri dari tahap-tahap proses filtrasi dengan
menggunakan filter 3 ukuran yaitu 10m, 5 m, dan 1m. Tujuannya agar
senyawa-senyawa kimia atau partikel yang tidak dikehendaki tidak ikut dalam
proses berikutnya. Penyaringan pendahuluan menggunakanBirm filteruntuk
menyaring partikel yang ukurannya lebih besar dari 10m. Pada tahap ini
dilakukan perlakuan berupa penghilangan bau, warna, dan penyegaran air.
Karbon aktif digunakan untuk memecahkan proses destilasi yang dibentuk oleh
komponen volatile dari material. Pori-pori karbon menahannya karena
memiliki permukaan yang sangat luas untuk per unit volume. Dalam tahap ini
pula zat seperti klorida dan asam phosphor berkurang. Karbon aktif juga
menyerap cairan dan padatan. Penyaringan berikutnya adalah penyaringan
bertingkat menggunakan filter berukuran 5 m dan 1m. Filter ini tidak
permanen, harus diganti secara berkala setelah kapasitas 5 juta liter.
Selanjutnya dilakukan penyaringan sekali lagi untuk menghilangkan sisa-sisa
organik maupun koloid. Hasil penyaringan ini steril kemudian ditampung
dalam tangkistainless steel.
3. Disinfeksi dengan ozon
Dalam tahap ini dilakukan injeksi ozon sebagai pembunuh bakteri patogen atau
secara umum sebagai disinfektan. Air yang telah diinjeksi tersebut
akan didiamkan selama 8 jam agar ozon yang diinjeksikan dapat terurai.
4. Disinfeksi dengan ultraviolet
serendah-rendahnya. Organisme yang terkena paparan UV tersebut akan
mengalami reaksi UV. Air yang akan didisinfeksi dialirkan ke dalam tabung
sinar merkuri dan tabung reflector yang dilapisi logam untuk meningkatkan
efisiensi disinfeksi dengan waktu detensi maksimum 15 detik. Keuntungan
UV adalah : pemeliharaan minimum, tidak menimbulkan dampak bau dan rasa,
pengendalian secara otomatis, tanpa menimbulkan bahaya bila terjadi
overdosis. Kelemahannya adalah : tidak memiliki residu disinfeksi, biaya
mahal, dan memerlukan klarifikasi air yang lebih sempurna. UV juga
mematikan bakteri yang belum mati oleh ozon dan dapat melakukan
deozonisasi.
5. PenampunganUpper Tank
Sebelum dilakukan pengemasan, air keluaran ditampung dalamUpper Tank
terbuat daristainless steeluntuk selanjutnya diisikan ke dalam cup240 ml.
6. Pengisian
Proses pengisiancup240 ml dilakukan dalam ruang steril dengan
menggunakan mesin yang telah terotomasi. Set up mesin dilakukan sesuai
kapasitas keluaran yang diharapkan. Cup-cupdiletakkan pada bagian mesin
pengisian yaitu mesin ACS (Automatic Cup Sealer) atau mesin sejenis dengan
kapasitas yang disesuaikan. Cup-cuptersebut akan dipindahkan oleh conveyor
ke lubang-lubang pengisian. Dalam perjalanan pemindahan itucup-cupakan
melewati bagian disinfeksi UV untuk membunuh bakteri padacup-cupkosong.
Saat pengisian, terjadi pula proses penghisapan kotoran oleh mesin dan
17
penutupan, penutupan dilakukan secara otomatis oleh mesin dengan memasang
lid cupkemudian diberi pemanas untuk merekatkannya padacup. Proses
selanjutnya air dalam kemasan tersebut akan didorong sepanjang plat ke bagian
packing(Makarina, 2006).
E. Depot Air Minum
1. Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Proses
pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi
(penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk
memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk
koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses
sebelumnya (Athena, 2004).
2. Peralatan Depot Air Minum
Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada
1. Storage Tank
Storage Tankberguna untuk penampungan air baku yang dapat menampung air
sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pumpberguna untuk memompa air baku dari tempat storage
tank ke dalam tabung filter.
3. Tabung Filter
Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalahactive sand media filteruntuk menyaring
patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang
efektif dengan fungsi yang sama.
b. Tabung yang kedua adalahanthracite filteryang berfungsi untuk untuk
menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c. Tabung yang ketiga adalahgranular active carbon media filtermerupakan
karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor
dan bahan organik.
4. Micro Filter
Saringan air yang terbuat daripolyprophylene fiberyang gunanya untuk
menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4
mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi
19
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air
yang telah diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau
menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan
menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang
higienis.
3. Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses
produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung(reservoir). Bak
penampung harus dibuat dari bahan taraf pangan(food grade),harus bebas dari
bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai
persyaratan yang terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyaimanhole
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi. Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari
bahan taraf pangan(food grade),tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan
desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang
kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silika (Si ) minimal 80%.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.
Daya serap terhadap Iodine ( ) minimal 75%.
c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 micron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi
dengan menggunakan ozon ( ) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur
ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat
setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain
menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV)
dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan2537 A dengan intensitas
21
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan taraf
pangan(food grade)dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah
yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak
untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus
disanitasi dengan menggunakan ozon ( ) atau air ozon (air yang
mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis deterjen taraf pangan (food grade) dan
air bersih dengan suhu berkisar 60-85 C, kemudian dibilas dengan air
minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang
dipergunakan untuk mencuci.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.
4. Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum
Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di
dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu:
1. Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang
gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100–400 nm, dapat membunuh
bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultra violet dengan
sehingga dapat merusakDcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid
(RNA)yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan
kematian bakteri. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet
berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet,
yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus
cukup. Untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw
detik per . Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba
bila intensitas dan waktunya cukup. Namun, agar efektif lampu UV harus
dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang
akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk
menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika
konsentrasinya cukup tinggi).
2. Ozonisasi
Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen,
termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan
kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan
sanitasi air yang efektif disamping sangat aman. Agar pemakaian ozon dapat
dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka
sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan
agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat
dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum 0,6 ppm,
sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum 0,1 ppm. Ozon
23
komplek menjadi senyawa yang sederhana. Penggunaan ozon lebih banyak
diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi
dengan siste m ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu
bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan
ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air
sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri
dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008).
F. Total Organic Karbon (TOC)
Selain karbon anorganik yang terdapat dalam komponen penyusun alkalinitas,
karbon di perairan juga terdapat dalam bentuk karbon organik yang berasal dari
tumbuhan atau biota akuatik, baik yang hidup atau mati dan menjadi detritus
maupun karbon yang terdapat pada bahan organik yang berasal dari limbah
industri dan domestik. Penjumlahan karbon organik total dan karbon anorganik
total (karbonat, bikarbonat, dan asam karbonat) merupakan nilai karbon total
(TC). Total organik karbon (TOC) adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu
senyawa organik dan sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari
kualitas air
Karbon organik total atauTotal Organic Carbon(TOC) terdiri atas bahan organik
terlarut atau DOC (Dissolved Organic Carbon) dan partikulat atau POC
(particulate Organic Carbon) dengan perbandingan 10 : 1. Bahan organik yang
tercakup dalam TOC misalnya asam amino dan karbohidrat (Jeffries dan Mills,
menggunakan filterberdiameter 0,7 μ m,sedangkan pengukuran TOC tidak
memerlukan penyaringan. TOC juga dapat menggambarkan tingkat pencemaran,
terutama apabila nilai TOC antara bagian hulu dan bagian hilir dari tempat
pembuangan suatu limbah dapat dibandingkan. Pada penentuan nilai TOC, bahan
organik dioksidasi menjadi karbondioksida yang diukur dengannon-dispersive
infrared analyzer. Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan menggunakan
flame ionization detector.
Pada perairan alami yang relative jernih, nilai DOC biasanya lebih besar daripada
POC. Pada saat sungai mengalami banjir, nilai POC akan lebih besar daripada
DOC. Pada perairan alami, nilai TOC biasanya berkisar antara 1–30 mg/liter
(McNeelyet. al., 1979,sedangkan pada air tanah nilai TOC biasanya lebih kecil,
yaitu ± 2mg/liter. Nilai TOC perairan yang telah menerima limbah, baik domestik
maupun industri, atau perairan pada daerah berawa-rawa (swamp)dapat lebih dari
10 -100 mg/liter.
G. Kasus-Kasus Air Minum Isi Ulang
Hasil penelitian YLKI menunjukkan, banyak depot air minum isi ulang (AMIU)
yang tidak memenuhi standar kelayakan sarana. Hal ini dapat berdampak pada
kualitas air yang dijual. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
melakukan penelitian dengan mengambil sampel 20 depot air minum isi ulang
(AMIU) di 5 wilayah Jakarta. Hasilnya, sejumlah depot kedapatan tidak
25
depot yang memenuhi standar. Padahal, menurut data YLKI ada sekitar 3.500
depot air minum isi ulang yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta, namun
diperkirakan banyak yang tidak memiliki surat layak kesehatan dari kantor dinas
kesehatan setempat. Kenyataan ini didasarkan hasil studi kasus YLKI terhadap 20
depot air minum isi ulang di berbagai wilayah Jakarta, pada 2012 lalu. Selain
meneliti kandungan airnya, tim peneliti YLKI juga langsung melakukan survei
terhadap sarana dan prasarana depot-depot tersebut (Korankota, 2012).
Sebanyak 292 dari total 426 depot air minum isi ulang di Kota Cilegon dinyatakan
ilegal atau tidak mengantongi izin operasi. Karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kota Cilegon meminta kepada para pengusaha depot air minum isi ulang untuk
segera mengurus izin operasi. Dinkes Kota Cilegon menemukan sebanyak 292
depot air minum isi ulang yang tidak mengantongi. Oleh karena itu, Dinkes Kota
Cilegon akan secepatnya turun langsung bersama tim. Kalau hal ini dibiarkan
masyarakat akan meminum air yang tidak terbukti kebersihannya. Berdasarkan
hasil pendataan pada tahun 2013 ini, hanya 134 depot air minum isi ulang yang
berada di Kota Cilegon yang mendapatkan izin operasi. Untuk mengeluarkan izin
operasi depot air minum isi ulang, harus menempuh prosedur pemeriksaan
laboratorium sampel air minum isi ulang sebanyak tiga kali. Jika dalam
pemeriksaan tiga kali itu ditemukan bakteri atau selang kotor/berkarat, maka kami
tidak akan memberikan izin operasi (Jurnalsm, 2013).
Dalam penelitian Kajian Mutu Air Minum Pada Depot Air Minum di Wilayah
Jakarta hasil yang didapatkan yaitu hasil pengamatan air minum isi ulang pada
(80%) yang tidak memenuhi persyaratan maksimum kualitas air minum yaitu 0
jumlah/100 ml. Dengan memperhatikan responden sebagai pengusaha/pemasok
air minum isi ulang pada depo air minum di wilayah DKI Jakarta yang
mempunyai pendidikan yang bervariasi dari perguruan tinggi hingga sekolah
dasar (SD) serta berbeda lama waktu oprasi depot air minum dari 1 bulan sampai
36 bulan bahwa dikaji mutu air minum isi ulang di wilayah DKI Jakarta
escerichia colidancoliform. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemeliharan
sarana produksi peralatan, tidak melakukan tindakan sanitasi dan higienis secara
teratur dan berkala, serta kurangnya pengetahuan karyawan terhadap masalah
sanitasi dan higienitas. Selain itu pemakaian desifektan dengan cara penyinaran
UV tidak memenuhi standar persyaratan (Yuniarti, 2008)
Hasil penelitian di Medan tentang depot air minum menjelaskan bahwa Kualitas
fisik dan kimia pada sumber air baku, air dari mobil tangki, air dari
mesin pengolahan (kran) dan air dari galon memenuhi persyaratan kualitas air
minum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002,
namun kualitas mikrobiologi sumber air baku, air dari mobil tanki semua
depot AMIU telah tercemar bakteri. Pada sampel air dari galon ditemukan 5
(16,6%) depot AMIU tercemar bakteri. Hanya air dari mesin pengolahan
(kran) saja yang memiliki kualitas mikrobiologi masih memenuhi persyaratan
kualitas air minum. Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas air minum
dengan parameter fisik, kimia maupun mikrobiologi pada semua depot air
minum di Kota Medan berdasarkan sumber air baku. Dan Penerapan higiene
sanitasi depot AMIU di Kota Medan berdasarkan format pemeriksaan fisik
27
bahwa dari 30 depot yang diteliti ada sejumlah 6 (20%) depot belum menerapkan
pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot sesuai dengan
pedoman pelaksanaan penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum Depkes
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung, Laboratorium Limbah
Agroindustri, dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Desember 2013–Maret 2014.
B. Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalahplate count agar,
lactose broth(LB),brilliant green lactose bile broth(BGLBB), alcohol 90%, air
minum bermerek yang diperoleh dari distributor air minum yang berproduksi di
Bandar Lampung dan air minum yang diperoleh dari depot air minum isi ulang di
Bandar Lampung. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah TOC
analyzer, tubidimeter, otoklaf, inkubator, tabung reaksi, timbangan, cawan petri,
29
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukanmelalui dua tahap, yaitu dengan survai dan dilanjutkan dengan
melakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium. Survai berupa
pengamatan langsung di lapangan dan pengisian lembar kuesioner ditujukan ke
beberapa tempat yang memproduksi AMIU di Kota Bandar Lampung. Data yang
dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Penelitian
deskriptif dengan metode survai yaitu suatu cara pengamatan dimana
indikator-indikator variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan,
baik secara verbal maupun secara tertulis dalam suatu situasi dimana peneliti tidak
menguasai dan mengendalikan situasi (Nasution,1993).
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian di laboratotium.
Sampel yang diambil adalah air baku untuk pengolahan AMIU dan air hasil dari
pengolahan AMIU serta air minum dalam kemasan bermerek yang berproduksi di
Bandar Lampung dalam skala besar. Pengujian laboratorium yang dilakukan pada
sampel adalah pengujian mutu fisik, kimia, dan mikrobiologi. Jumlah sampel
yang diambil hanya 1 sampel untuk setiap AMIU dengan sumber air baku yang
berbeda dan 1 sampel untuk AMDK dengan merek yang berbeda dengan ulangan
setiap sampel sebanyak 3 kali ulangan.
Data yang diperoleh dari pengujian fisik, kimia dan mikrobiologi produk depot
AMIU dan AMDK dibandingkan dengan baku mutu air minum pada Permenkes
sumber dan produk depot AMIU dianalisis mengunakan program SPSS untuk
mendapatkan hubungan korelasi antar parameter wajib tersebut. Data diolah
dengan mengunakan metode statistik nonparametrik dengan menggunakan
pengujian korelasi Spearman.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Survei
Survei profil produsen ini dilakukan dengan menyebar kuisioner pada responden
dengan jumlah yang sesuai metode penentuan responden yang digunakan.
Penyebaran kuisioner dilakukan dengan wawancara terhadap pengusaha dan
operator dengan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan informasi tentang
proses pengolahan air minum, serta dengan pengamatan langsung.
1.1. Metode penentuan responden untuk pengamatan profil
Proses pemilihan responden dari populasi dengan tujuan mendapatkan kesimpulan
mengenai populasi berdasarkan penelitian terhadap responden yang dipilih disebut
sampling(Purwadi, 2000). Metode penetuan responden pada penelitian ini adalah
metodepurpose samplingyaitu menentukan responden yang akan dipilih dengan
sengaja. Menurut Singarimbun dan Efendi (1989), metodepurpose sampling
merupakan metode penentuan responden yang diambil berdasarkan pertimbangan
31
memudahkan dalam pengambilan responden karena tidak semua responden
bersedia untuk mengisi kuisioner.
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung sehingga populasi yang diambil
adalah para pengusaha atau operator depot AMIU di Kota Bandar Lampung. Hal
ini dilakukan karena ingin mengetahui profil AMIU dan mengetahui proses
produksi AMIU serta mengetahui penyimpangan-penyimpangan pada saat
Memproduksi AMIU. Jumlah depot AMIU di kota Bandar Lampung berdasarkan
data primer yang telah dilakukan menunjukan bahwa jumlah depot AMIU sampai
dengan saat ini sebanyak 322 depot. Jumlah responden yang diperlukan untuk
mewakili jumlah populasi kota Bandar Lampung ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin.
Rumus Slovin yaitu :
=
1 + ( ( ) )
= 322
1 + (322(0,1) )
= 322
4,22
= 76,30
Yaitu : n = ukuran responden
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel yang
Persentase kelonggaran yang digunakan adalah 10%. Jumlah responden yang
diambil berdasarkan rumus tersebut adalah minimal 76,30 responden atau 76
responden. Responden yang diambil adalah pengusaha dan operator AMIU di
Kota Bandar Lampung.
1.2. Penyusunan kuisioner
Kuisioner merupakan data primer dalam melaksanakan penelitian ini. Kuisioner
adalah daftar pertanyaan yang tersusun rapi untuk diajukan kepada responden.
Kuisioner yang disusun terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai profil usaha
responden dan perilaku responden terhadap proses produksi AMIU di Bandar
Lampung. Pertanyaan yang terdapat pada kuisioner tersebut bersifat pertanyaan
tertutup, semi terbuka, dan terbuka (Singarimbun dan Efendi, 1989).
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memungkinkan responden
untuk memberikan jawaban selain yang telah disediakan. Pertanyaan semi
terbuka adalah pertanyaan yang telah disediakan jawabannya tetapi
memungkinkan responden untuk menambah jawaban yang sesuai. Sedangkan
pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya secara bebas dapat
diberikan responden (Rahmawati,2004).
1.3. Penyebaran kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan pada 20 kecamatan yang ada di Kota Bandar
33
berdasarkan persentase jumlah depot AMIU pada tiap kecamatan terhadap jumlah
depot AMIU di Kota Bandar Lampung. Daftar sebaran kuisioner di 20
[image:41.595.120.491.212.571.2]Kecamatan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar sebaran kuisioner di 20 Kecamatan di Kota Bandar Lampung
No. Kecamatan
Jumlah Presentase Jumlah Depot
Depot Depot
Yang Dijadikan Sampel
1 Bumi Waras 13 4,04% 3
2 Enggal 5 1,55% 2
3 Kedamaian 10 3,10% 2
4 Kedaton 6 1,86% 2
5 Kemiling 17 5,28% 4
6 Labuhan Ratu 22 6,83% 5
7 Langkapura 10 3,10% 2
8 Panjang 20 6,21% 5
9 Rajabasa 31 9,63% 8
10 Sukarame 27 8,39% 6
11 Sukabumi 12 3,73% 3
12 Tanjung Karang Barat 19 5,90% 4 13 Tanjung Karang Pusat 14 4,35% 3 14 Tanjung Karang Timur 12 3,73% 3
15 Tanjung Seneng 20 6,21% 5
16 Teluk Betung Barat 14 4,35% 3 17 Teluk Betung Selatan 9 2,70% 2 18 Teluk Betung Timur 14 4,35% 3 19 Teluk Betung Utara 14 4,35% 3
20 Way Halim 33 10,25% 8
Jumlah 322 99,91% 76
2. Pengujian laboratorium
Pengujian laboratorium yang dilakukan pada sampel adalah pengujian kualitas
2.1. Penentuan dan pengambilan sampel
Penentuan sampel AMIU dilakukan berdasarkan perbedaan sumber air baku
AMIU yaitu sumur bor, membeli via tengki dan PAM sedangkan penentuan
sampel AMDK dilakukan berdasarkan merek dagang AMDK yang beredar dan
berproduksi di Bandar Lampung yaitu Aqua, Grand, Great, dan Tripanca.
Banyaknya sampel yang diambil adalah 1 sampel AMIU setiap sumber air baku
dan 1 sampel AMDK untuk setiap merek dagang dengan ulangan sebanyak 3 kali.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil dari depot AMIU secara
langsung berasal dari keran air pada ruang pengisian AMIU sebanyak 150 ml
dengan menggunakan botol kaca yang telah disterilkan. Setelah pengambilan
sampel kemudian botol kaca ditutup menggunakan alumunium foil dan plastik
kemudian sampel dimasukan pada box sterofom agar tidak terpengaruh dengan
kondisi diluar pada saat pengangkutan sampel ke laboratorium. Frekuensi
pengambilan ulangan sampel AMIU tersebut dilakukan 6 hari sekali. Untuk
pengambilan ulangan AMDK berdasarkan perbedaan kode produksi pada
35
2.2 Pengujian sampel
a. Pengujian kualitas fisik
1. Warna
Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan alat turbidimetri dengan
prosedur kerja sebagai berikut :
a. Sampel air dikocok dengan sempurna
b. Sampel air tersebut dimasukan ke dalam tabung nessler 50 ml sampai
tanda batas
c. Larutan standar dimasukan kedalam tabung nessler kemudian masukan
kedalam alat turbidimater untuk pengkalibrasian.
d. Sampel yang berada pada tabung nessler dimasukan kedalam alat
tubidimeter untuk membandingkan warna-warna contoh air dengan
larutan standar.
e. Hasil unit warna larutan contoh air pada tubidimeter dicatat dengan satuan
PtCo.
2. Bau dan Rasa
Pengujian bau dan rasa dilkukan dengan pengukuran bau dan rasa dengan
menggunakan indra pencium (hidung) dan indra perasa (lidah) dengan air
bebas bau (aquades ) sebagai control. Prosedur kerja sebagai berikut :
a. Sampel air minum disiapkan
b. Masing-masing panelis diberikan pengarahan untuk mengisi kuisioner
c. Tiap sampel dinilai baik bau dan rasa, kemudian catat hasil pada lembar
kuisioner.
3. Total Dissolved Solid (TDS)
Pengujian TDS menggunakan alat TDS meter dengan prosedur kerja sebagai
berikut :
a. Sampel air dimasukan kedalam wadah bersih
b. Alat TDSmeter dimasukan pada sampel air pada wadah
c. Hasil jumlah TDS pada alat TDS meter dicatat dengan satuan ppm.
4. Kekeruhan
Pengujian kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat nephelometer
dengan prosedur kerja sebagai berikut :
a. Alat nephelometer dikalibrasi dengan beberapa standar kekeruhan.
b. Contoh dikocok dengan sempurna, diamkan sampai gelembung udara
hilang, kemudian tuangkan contoh ke dalam tabung nephelometer.
c. Nilai kekeruhan dibaca pada skala alat tersebut dengan satuan NTU.
5. Suhu
Pengujian suhu dilakukan dengan alat thermometerdengan prosedur kerja
sebagai berikut :
a. Sampel air dimasukan kedalam wadah bersih.
b. Alat thermometer dimasukan pada sampel air pada wadah.
37
b. Pengujian kualiatas kimia
1. pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter dengan prosedur
kerja sebagai berikut :
a. Sampel disiapkan.
b. pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4, 7, dan 9
c. pH meter dicelupkan ke air sampel
d. Dicatat berapa pH yang terukur
e. pH meter diangkat dan dibilas dengan aquades
f. Prosedur 2–4 diulangi sebanyak tiga kali untuk sampel yang berbeda
2. Total Organik Karbon
Pengujian TOC dilakukan dengan menggunakan alat TOC analiser dilakukan
dengan metode oksidasi fotokatalitik. Senyawa organik yang terdapat dalam
sampel dioksidasi oleh sinar UV dekat dan dibantu oleh katalis . Katalis
akan mengkatalisis proses oksidasi komponen senyawa organik dalam
sampel. Reaksi oksidasi fotokatalitik yang terjadi menghasilkan CO2 &
H2O. Nilai yang diukur adalah unsur karbon yang ada dalam sampel yaitu
total carbon(TC) tanpa membedakan apakah itu OC atau IC dengan prosedur
kerja sebagai berikut :
1. Persiapkan sampel
2. Masukan sampel pada TOC analyzer
c. Pengujian kualitas mikrobilogi
1. Cemaran Koliform
Untuk menentukan adanyacoliformdan jumlahcoliformdidalam air dipakai
sistemMultiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most
Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan
pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung
ganda.
1. Test Perkiraan (Presumtive test)
Media yang biasa digunakan adalah LB dengan prosedur kerja sebagai
berikut :
1. 15 tabung reaksi (seri 5-5-5) disiapkan yang masing-masing media
lactose broth yang berisi tabung durham
2. Air ditanam 5 tabung masing-masing 10 ml, 5 tabung masing-masing 1
ml, dan 5 tabung lagi masing 0,1ml, dan dituliskan standart portion 5 x
10 ml, 5 x 1 ml, 1 x 0,1 ml
3. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam
4. Terbentuknya gas (gelembung udara pada tabung durham sebanyak 2/3
tabung durham) diamati.
2. Test penguat
Media yang biasa digunakan adalah BGLBB dengan prosedur kerja sebagai
berikut :
a. Satu kawat ose sampel diambil yang terbentuk gelebung gas pada media
39
b. Tabung reaksi yang berisi media BGLBB diambil dan diisi tabung
durham.
c. Satu kawat ose sampel ditanam yang terbentuk gelebung gas pada media
LB yang telah di uji pa tabung reaksi yang berisi 9 ml media BGLBB
yang berisi tabung durham.
d. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam
e. Terbentuknya gas (gelembung udara pada tabung durham) diamati.
2. Cemaran Angka Lempeng Total
Dengan cara menumbuhkan bakteri mesofil aerob setelah contoh di inkubasi
dalam pembenihan yang sesuai selama 24 jam pada suhu35 C dengan
prosedur kerja sebagai berikut :
a. Pengenceran sampel dilakukan mengunakan larutan pengencer buffered
peptone waterpengenceran10 , 10 , 10
b. Dituangkan kedalam cawan petri 12–15 ml media PCA yang telah
dicairkan pada suhu 45 ± 1 °C dalam waktu 15 menit
c. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati
d. Hasil pengenceran dicampurkan pada media, dibiarkan hingga campuran
dalam cawan petri membeku
e. Semua cawan petri dimasukan dengan posisi terbalik kedalam lemari
pengeraman dan inkubasi pada suhu 35 ± 1 °C selama 24 jam
f. Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan
g. Angka lempeng total dihitung dalam 1 ml contoh dengan mengkalikan
jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang
E. Pengamatan
[image:48.595.130.454.163.617.2]Gambaran pengamatan secara umum sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Pengamatan Survey
Pengolahan Data
Analisa Laboratorium
Pengambilan Sampel
Interpretasi Data
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, terdapat 322 depot pengisian
air minum isi ulang. Jumlah tersebut dibagi untuk 20 kecamatan yang
terdapat di Kota Bandar Lampung. Sebanyak 86% depot AMIU masih
menggunakan teknologi penyulingan standar yaitu menggunakan beberapa
mikrofilter dan media penyaringan seperti pasir silica dan karbon aktif
sedangkan 14% depot AMIU sudah menggunakan teknologireverse osmosis
(RO) yaitu menggunakan proses penyaringan menggunakan metode osmosis
terbalik. Jenis desinfektan yang digunakanpun bervariasi yaitu ozon, sinar
ultra violet, menggunakan kombinasi ozon dan sinar ultra violet.
2. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium kualitas fisik, kimia, dan
mikrobiologi pada sampel berbagai sumber air baku yang digunakan oleh
depot AMIU di Kota Bandar Lampung, semua sampel telah memenuhi
persyaratan kualitas air minum yang tercantum pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010. Demikian
skala besar semua sampel yang diuji telah memenuhi persyaratan kualitas air
minum.
3. Besarnya nilai parameter TOC tidak ditentukan oleh satu parameter saja.,
akan tetapi besarnya nilai parameter TOC akan diikuti oleh besarnya
parameter TC dan warna, karena parameter TC dan warna memiliki korelasi
positif dengan parameter TOC.
4. Masih terdapatnya tindakan penyimpangan administrasi pemerintahan yang
dilakukan depot AMIU yakni 57,89% yang mana depot AMIU tersebut tidak
melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara rutin, 75% operator depot
AMIU tidak pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan tentang hygiene dan
sanitasi depot air minum, bahkan terdapat 4% depot AMIU yang tidak
memiliki surat izin dari pihak manapun.
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini yaitu:
1. Perlu adanya Peraturan Daerah yang mewajibkan setiap depot AMIU
memiliki sertifikat yang di terbitkan oleh Dinas Kesehatan atau dinas yang
berwenang dan memiliki kompetensi di bidang pengawasan kualitas air
minum. Dengan demikian kesehatan masyarakat dapat terjamin.
2. Perlunya menyosialisasikan program Pelaksanaan Penyelengaraan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum oleh Dinas Kesehatan kepada pengusaha depot
AMIU agar para pengusaha depot AMIU mau mendaftarkan depot AMIUnya
DAFTAR PUSTAKA
Allafa, 2008. Air Bersih, http ://www.indoskripsi.com. Diakses 22 Februari 2013
Anonim. Banyak Depot Air Minum Yang Tidak Memenuhi Standar Sanitasi. <http://yogyaonline.net/kesehatan/banyak-depot-air-minum-yang-tidakmemenuhi-standar-sanitasi.html>. Diakses pada tanggal 17 Februari 2013.
Ardi Pradana, Y dan Bowo, D. M. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo Ditinjau Dari Prilaku Dan Pemeliharaan Alat.Jurnal Teknik Pomits. II (2) : 83-86.
Astaqauliyah, Fenomena Air Minum Depot Isi Ulang
<http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1962894-fenomena-airminum-depot-isi/>. Diakses tanggal 17 Februari 2013.
Athena, Sukar, dan Hendro M. 2005. Pengaruh Pengolahan Air Di Depot Air Minum Isi Ulang Dalam Menormalkan Derajat Keasaman (pH).Jurnal Media Libang Kesehatan. XV (2) : 19-24
Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Non Parametrik. Modul Diktat Fungsional Statistik Tingkat Ahli. Jakarta
Bersatu, Depo tentang 2013, Konsumsi Air Minum Kemasan Capai 21,78 Miliar Liter. <http://www.beritasatu.com/ekonomi/81670-2013-konsumsi-air-minum-kemasan-capai-21-78-miliar-liter.html>. Diakses tanggal 18 Juli 2014.
Citizen Jurnalism, Ratusan Depot Air Minum Isi Ulang di Cilegon Ilegal
<http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/daily-snapshot/ratusan-depot-air-minum-isi-ulang-di-cilegon-dinyatakan-ilegal/>. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Dedy. 2011. Dasar Penentuan Jumlah Sampel Penelitian.
Depkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI, 2010. Kepmenkes RI No. 492/Menkes/PER/VII/2010 Tentang Persyarat Kualitas Air Minum, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 2010. Kepmenkes RI No. 736/Menkes/PER/VII/2010 Tentang Tata Cara Pengawasan Kualitas Air Minum, Depkes RI, Jakarta.
Depperindag RI, 2004. Keputusan Menperindag RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, Depperindag, Jakarta.
Deylyana Wahyuni S. 2012. Analisis Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia Pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek Yang Dijual Di Kota Medan Tahun 2012.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Endrushiman, 2009, Total Organic Carbon
<http://edrushimawan.wordpress.com/tag/toc/>Diakses tanggal 3 Februari 2013.
Indiana, Clear. 2013. Apakah Yang Dimaksud Air R.O (Reverse Osmosis). <http://clear-indiana.com/reverse-osmosis/>. Diakses pada tanggal 8 April 2014.
Fujiro Red, Bisnis AMDK <http://fujiro.com/bisnis-amdk/>. Diakses tanggal 3 Februari 2013.
Fudjiro, Kualitas Depot Air Minum Jelek? <http://fujiro.com/kualitas-depot-air-minum-jelek/>. Diakses tanggal 17 Februari 2013.
Koran Kota, Depo Isi Ulang Air Minum Banyak Yang Tidak Layak
<http://korankota.co.id/page/berita/penelitian-ylki-depo-isi-ulang-air-minum-banyak-yang-tak-layak/up>. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Kusmatuti, Makarina.2006. Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Air Minum Dalam Kemasan Gelas.Skripsi, jurusan teknik industri fakultas teknik universitas surakarta
Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
83
Malem Sri I. 2009. Analisis Higiene Sanitasi Dan Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan.Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Nuria, Maulita C. 2009. Uji Kandungan BakteriEsherichia Coli Pada Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Rembang.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. V (1) : 27-35
Pakpahan Romaida. 2003. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Air Minum Kemasan Isi Ulang Yang Di Pasarka Di Kota Medan.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Radji, M., O. Heria, dan S. Herman. 2008.Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Bebera Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.Majalah Ilmu Kefarmasian. V (2) : 101-109
Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University. Press. Yogyakarta.
SNI 01-2897-1992. Cara Uji Cemaran Mikroba. Dewan Standardisasi Nasional. BSN
SNI 01-3554-2006. Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan. Badan Standardisasi Nasional. BSN
Suprihatin, 2003. Hasil Studi Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang. Makalah pada Seminar Sehari Permasalahan Depot Air Minum dan Upaya Pemecahannya.
Sutrisno, Muhammad. 1996. Sumur Gali Sumber Air Bersih. Udayana Press. Denpasar
Sawyer, C.N. and McCarty, P.L. 1978.Chemystry for Environmental
Enginerring. Third edition. McGraw-Hill Book Company, Tokyo. 532 p. Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik
Menggunakan SPSS 17. CV. Andi Offset. Yogyakarta
Yuniarti, Sri. 2008. Kajian Mutu Air Minum Pada Depo Air Minum Di Wilayah DKI Jakarta.Tesis, Sekolah Pascasarjana Institut Teknologi Bogor
Widiyanti, Ni Luh Putu M., dan Ristaiti N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. III (1) : 64-73