• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) ( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) ( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION (STAD)

( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

Oleh

RUSTAM EFFENDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION (STAD)

( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

Oleh

RUSTAM EFFENDI

Pembelajaran yang diterapkan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keberhasil-an siswa dalam belajar. Rendahnya aktivitas dkeberhasil-an hasil belajar merupakkeberhasil-an indika-si pembelajaran yang belum optimal. Penelitian ini merupakan Penelitian Tin-dakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013, melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

(3)

Berdasarkan analisis data hasil penelitian ini diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase siswa aktif dan hasil belajar matematika. Persentase rata-rata siswa aktif pada Siklus I, II, III adalah %; 75,6%; dan 85%. Persentase ketuntasan

hasil belajar siswa pada siklus I, II, III adalah 83,3%; 80%; dan 76,7%.

Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA dan KERANGKA PIKIR ... 8

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Belajar Matematika di SMP ... 10

(7)

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 14

1. Kooperatif ... 15

2. Student Teams Achievement Division (STAD) ... 16

3. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20

4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 23

5. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 24

C. Aktivitas Belajar ... 25

D. Hasil Belajar ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 30

F. Hipotesis Tindakan ... 32

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Setting Penelitian ... 33

B. Faktor Yang Diteliti ... 33

C. Data Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Pelaksanaan Tindakan ... 37

G. Analisis Data ... 38

H. Indikator Keberhasilan ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

(8)

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia selalu mendapat prioritas

utama dalam pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan

masyarakat guna menciptakan generasi penerus yang memiliki kemampuan

memadai untuk menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berkembang di

era globalisasi. Kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih rendah, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor seperti sumber daya manusia yang masih lemah,

model pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar di kelas masih

konvensial. Selama ini, pembelajaran metematika yang dilakukan dengan

ceramah, berlangsung satu arah, kegiatan masih terpusat pada guru. Namun

pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas

pendidikan baik pendidikan secara formal maupun informal.

Pemerintah melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan

tersebut yaitu dengan adanya pengembangan perubahan kurikulum, peningkatan

sarana dan prasarana, peningkatan kemajuan pendidikan guru melalui program SI

guru dalam jabatan, mengikutsertakan guru dalam pelatihan PAIKEM

(10)

dinas pendidikan. Namun demikian program tersebut harus berjalan

berkesinambungan dan terarah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Di sekolah, peran dan tugas guru sangat penting dalam mendidik dan mengajar

siswa, baik dari metode pembelajaran, materi maupun sikap guru dalam kegiatan

belajar mengajar. Semua tugas dan peran tersebut dibebankan kepada guru dalam

upaya mencapai tujuan kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas anak didik.

Tujuan kurikulum suatu sekolah dapat dicapai melalui berbagai mata pelajaran,

salah satunya adalah pelajaran matematika. Secara umum, tidak semua sekolah

dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan

yang tercantum dalam kurikulum. Setiap sekolah menemui kendala yang

berbeda-beda dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika. Pembelajaran secara

konvensional (teacher centered situation) tidak dapat mengajak siswa untuk

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang diharapkan dapat mencapai

tujuan pembelajaran dengan mudah. Siswa selalu terkondisikan untuk menerima

informasi apa adanya, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi

informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Akibatnya, siswa hanya

mampu untuk menghapal tanpa memahami materi yang telah diterimanya.

Berdasarkan pengalaman menjadi guru di SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo,

masih banyak siswa kelas VIIIb yang kurang memahami konsep-konsep di dalam

materi pelajaran matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada semester ganjil tahun

2012/2013 yang mengalami rendahnya rata-rata pencapaian hasil ujian semester

(11)

tuntas belajar dengan memperoleh nilai di atas Kriteia Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu 70 berdasarkan kesepakatan guru matematika.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, tampak aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung masih rendah. Hal ini dapat dilihat

dari kegiatan pembelajaran yang tidak mengembangkan kemampuan siswa,

diantaranya guru hanya memberikan materi, contoh soal, tanya jawab, latihan, dan

pemberian tugas matematika. Misalnya, pada saat guru matematika memberikan

kesempatan siswa untuk aktivitas oral yaitu bertanya, mengeluarkan pendapat dan

diskusi dalam suatu materi belajar. Namun aktivitas siswa tersebut hanya diam,

tidak mau melakukan tanya jawab dengan guru. Sehingga guru tidak mengetahui

apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi dan contoh soal yang

diberikan. Hal-hal tersebut menyebabkan ketuntasan belajar siswa belum

mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan KKM. Dengan demikian perlu

adanya perbaikan suatu model pembelajran yang efektif dan dapat mengaitkan

materi teori dengan kenyataan yang ada dilingkungan sekitarnya. Pemilihan

metode pembelajaran akan mempengaruhi tercapainya keaktifan siswa yang dapat

mempengaruhi hasil belajar yang disampaikan.

Salah satu model pembelajaran yang memberikan peluang siswa untuk melakukan

lebih banyak aktivitas belajar adalah model pembelajaran kooperatif, karena

pembelajaran ini akan melatih kerja sama, saling menghargai, saling membantu,

dan akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Pembelajaran kooperatif

(12)

pembelajaran diharapkan adanya komunikasi banyak arah yang memungkinkan

terjadinya aktivitas dan kreativitas sesuai dengan yang diharapkan.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,

dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Lie

(2003: 30), adapun ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur

yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses

kelompok. Dengan pembelajaran koopertaif ini, siswa dapat mengeksplor

kemampuannya dengan keaktifan mengeluarkan pendapat sehingga kegiatan

belajar akan terasa aktif dan mudah untuk dipahami melalui kegiatan diskusi

dengan teman.

Model pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam yaitu jigsaw, STAD

(Student Teams Achievement Division), dan kooperatif tipe Make A Match. Dalam

penelitian lebih menggunakan model pembelajaran koopratif tipe STAD. Menurut

Rusman (2010: 217) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu

metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pembelajaran

komprehensif untuk subjek tertentu, guru memberikan pembelajaran sesuai

dengan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan

subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka

sendiri untuk menambah atau mengamati materi sesuai dengan tujuan yang

(13)

Model pembelajaran STAD dapat dilakukan dengan membentuk beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang lalu siswa berdiskusi tentang suatu materi

belajar dan mengerjakan tugas secara keompok lalu perwakilan kelompok ini

mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas lalu mereka melakukan diskusi

dengan seluruh siswa dan bahkan adanya sesi tanya jawab. Selain itu juga adanya

test kemampuan individu dalam memahami materi yang disampaikan secara

berkelompok tersebut dan adanya penghargaan yang diberikan oleh guru terhadap

siswa yang baik. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan

siswa dapat meningkatkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran matematika,

sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi dan konsep matematika siswa.

Hal tersebut merupakan komponen penting untuk memecahkan masalah dalam

mempelajari matematika dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas VIIIb SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester Genap

(14)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas VIIIb

SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar matematika

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran

matematika.

2. Bagi guru, merupakan bahan masukan untuk memperbaiki proses

pembelajaran mata pelajaran matematika

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam tim belajar dengan beranggotakan empat orang

berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Kemudian guru

menyajikan materi pelajaran, dan lalu siswa bekerja di dalam tim mereka

untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

(15)

2. Aktivitas siswa pada penelitian ini adalah adanya aktivitas siswa selama

dalam proses pembelajaran di kelas. Indikator aktivitas yang diamati adalah

perhatian siswa dalam memperhatikan penjelasan oleh guru, kegiatan diskusi

kelas, aktif berdiskusi dalam kelompok, kegiatan presentasi hasil diskusi

kelompok, membuat kesimpulan.

3. Hasil belajar matematika adalah penguasaan materi matematika yang dicapai

oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika yang ditunjukkan

dengan nilai tes pada setiap akhir siklus.

4. Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas VIIIb SMP Muhammadiyah 1

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP

1. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran harus bisa membangun respon peserta didik dalam

upaya membangun pengetahuannya. Menurut Thorndike dalam Hamzah

(2008:11), mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus

dan respon. Perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang dapat diamati

dan yang tidak dapat diamati. Pandangan Thorndike mengarah langsung pada

hasil belajar atau tingkah laku yang diamati. Stimulus dari lingkungan dan proses

kognitif yang dilakukan pembelajar dapat menyebabkan timbulnya respon

sehingga setiap individu dapat membangun sendiri pengetahuannya. Semakin

banyak stimulus yang dapat diterima maka semakin banyak respon yang akan

dilakukan.

Belajar menurut aliran humanistik merupakan suatu proses yang harus berhulu

dan bermuara pada manusia itu sendiri, proses belajar akan berhasil jika siswa

telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri, Bloom (1977:23). Dengan

kata lain siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar mampu mencapai

(17)

9

Pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar bagi peserta didik, Mc. Donald (Hamalik, 2003:6). Implikasi dari

pendapat tersebut bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah

tingkah laku peserta didik, kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian

lingkungan, memandang peserta didik sebagai mahluk hidup dengan memiliki

berbagai potensi, minat, kecerdasan, emosi dan sebagainya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan

bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses

belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang

dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran”.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang komponennya terdiri dari siswa, kegiatan

pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar. Pembelajaran adalah suatu proses yang

dilakukan oleh guru dengan membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, dan melakukan evaluasi diakhir pembelajaran. Menurut Miarso

(2005:144) pembelajaran adalah kegiatan yang berfokus pada kondisi dan

kepentingan pembelajar. Pembelajaran diartikan sebagai bahan ajaran yang

(18)

10

2. Belajar Matematika di SMP

Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang dikemukakan

oleh Wardani (2003:3-4) menurut pendapat beberapa pakar:

a. Kolb (1949) mendefinisikan belajar metematika sebagai proses memperoleh

pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui

transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya

menekankan bahwa belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya

mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus

didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga

dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.

b. Heavel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Carte (1977)

Pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan kembali matematika dengan berbuat matematika.

Pembelajaran matematika harus mampu memberikan siswa situasi masalah

yang dapat dibayangkan atau berhubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut

mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam menyelesaikan

masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan yang dimiliki siswa

tentang dunia nyata tersebut.

c. Goldin (1992)

Matematika ditemukan dan dibangun oleh manusia, sehingga dalam

pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh guru. Pembelajaran

matematika manjadi lebih aktif bila guru membantu siswa menemukan dan

(19)

11

Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak

mendasari perkembangan ilmu pengetahuan yang memiliki peran penting

dalam kehidupan manusia. Menurut Suherman (2001:54) menyatakan bahwa

matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang terus berkembang baik materi

maupun kegunaannya. Sehingga dalam pembelajarannya di sekolah harus

memperhatikan perkembangan-perkembangan, baik di masa lalu, masa

sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Jadi, alasan

perlunya matematika diajarkan di sekolah adalah karena matematika sebagai

salah satu ilmu dasar yang mempunyai arti penting dalam kehidupan. Hudoyo

(1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau

konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan

erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan

secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya.

Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila

didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari.

Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika

berikutnya yang tersusun secara hierarkis. Matematika memiliki peran

deduktif berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang

tersusun secara hierarkis serta aksiomatik. Sehingga dalam belajar

matematika memerlukan sesuatu aktivitas mental untuk memahami arti

berbagai struktur, hubungan dan simbol.

Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan

meng-gunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan

(20)

12

dibawa ke arah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab

pertanyaan mengapa, dan kalau mungkin mendebat. Dalam hal ini kreativitas

guru amat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang

secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan

prasarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua unsur

pembelajaran (Suherman, 2003:63).

3. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SMP

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan komunikasi ide dan gagasan

dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan

persamaan matematika, diagram, dan grafik atau tabel. Menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2003) matematika berfungsi mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri,

aljabar, dan trigonometri.

Tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

(21)

13

4. Mengembangkan kemampuan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam

menjelaskan gagasan.

Fungsi pembelajaran matematika menurut Suherman (2003:55) adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai Alat

Melalui matematika siswa dapat memahami dan menyampaikansuatu

informasi misalnya melalui persamaan atau tabel-tabel dalam model

matematika

2. Sebagai Pola Pikir

Belajar matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman

suatu pengertian. Pola pikir yang dikembangkan adalah pola pikir deduktif

dan induktif.

3. Sebagai Ilmu

Matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang

sementara diterima, bila ditemukan penemuan baru sepanjang mengikuti pola

pikir yang sah.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu pada fungsi matematika

serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam GBHN.

Diungkapkan dalam GBPP matematika pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah meliputi dua hal (Suherman, 2003:56), yaitu:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

(22)

14

bertindak atau dalam pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

efektif dan efisien.

2. Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai

pengetahuan.

Tujuan pembelajaran di SMP menurut Suherman, (2003:57)

1. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika

2. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke

pendidikan menengah.

3. Siswa memiliki kemapuan matematika sebagai peningkatan dan peluasan dari

matematika di sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari

4. Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis,

cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengajarkan pada siswa untuk menjalin kerjasama

(23)

15

kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang mengupayakan peserta didik

untuk mampu mengajarkan kepada peserta lain. Pengorganisasian pembelajaran

dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong

untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka akan berbagi

penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok. Pembelajaran kooperatif

mengacu kepada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok

kecil dan saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan kooperatif

yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam

kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.

Lebih lanjut lagi, aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memainkan banyak

peran dalam pelajaran. Dalam satu pelajaran tertentu, pembelajaran kooperatif

dapat digunakan untuk tiga tujuan berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat

digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang kompleks.

Dalam pembelajaran koopratif siswa dilatih lebih percaya diri dalam

mengungkapkan pendapatnya, seperti diungkapakan oleh Suyanto (2005),

pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya

dilaksanakan dikelas karena didalamnya menekankan pembelajaran dalam

kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan

yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakan tanggung jawab individu

sekaligus kelompok sehingga percaya diri siswa tumbuh dan berkembang secara

positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja, dan

bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Menurut Ibrahim, (2000:6-7), Pembelajaran kooperatif memiliki ciri

(24)

16

a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya,

b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah,

c) Siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kesamaan dan perbedaan,

d) Pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa, sebagai latihan

hidup bermasyarakat,

e) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif sangat bermanfaat sekali untuk diterapkan pada siswa

dalam meningkatakan kepercayaan diri, seperti diungkapakan oleh Lie (1999),

pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat bagi siswa yaitu :

a) Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama,

b) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,

c) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,

d) Mengurangi kecemasan siswa,

e) Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan

f) Meningkatkan prestasi akademis siswa.

2. Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang didalamnya

siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang

(25)

17

Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok

masing-masing untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah menguasai

pelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa melaksanakan tes atas materi yang

diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

Dalam pembelajaran dengan model STAD harus melalui beberapa tahapan,

seperti diungkapakan oleh Sukidin (2008:163) “Masing-masing pembelajaran

dalam STAD diawali dengan presentasi kelas yang dilaksanakan oleh guru yang

juga mencakup komponen pembukaan, pengembangan, dan petunjuk pelaksanaan

materi pembelajaran.” Hal ini sesuai dengan hukum kesiapan dari Thorndike

(Syamsu Mappa dan Anisay B, 1994) bahwa “Siswa akan mampu mengikuti

pelajaran manakala telah memiliki kesiapan mental.

Oleh karena itu, guru hendaknya menyiapkan mental siswa untuk mengikuti

pelajaran dengan memberian penjelasan singkat mengenai pengetahuan prasyarat

untuk mengikuti pelajaran baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim dkk

(2000:20-21), yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah model pembelajaran yang paling sederhana. Guru yang menggunakan

STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi

akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau

teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota

4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan

yang berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

(26)

18

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang

lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu

sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain

dan atau melakukan diskusi. Lebih lanjut lagi, menurut Slavin (Nur dan

Wikandari, 2000:26), dalam STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar

beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,

jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja

di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi

itu, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu. Menurut Nur dan

Wikandari (2000:31-32), STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa

sebagi berikut.

a) Mengajar : menyajikan pelajaran.

b) Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim dengan dipandu oleh lembar

kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.

c) Tes : siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual.

d) Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota

tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan

untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD agar tujuan pembelajaran tercapai

harus memperhatiakan langkah-langkah kooperatif, seperti diungkapakan oleh

Trianto, Langkah-langkah pembelajaran tipe STAD ini didasarkan pada

langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah-langkah atau fase. Langkah tersebut

(27)
[image:27.612.132.504.120.393.2]

19

Tabel 2.2 Fase-Fase Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan/ menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan traansisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan

melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a) Menghitung skor individu

Menurut Slavin (Ibrahim, 2000) untuk memberikan skor perkembangan

[image:27.612.134.506.573.708.2]

individu dihitung pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3 Skor Perkembangan Individu

Nilai Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor

awal 10 poin

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin

(28)

20

b) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan

anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang

diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai

dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor

[image:28.612.132.508.274.357.2]

kelompok seperti tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 2.4 Skor Perkembangan Kelompok

Rata-rata Tim Predikat

0 x 5,9

-6 x 15,9 Tim Baik

16 x 25,9 Tim Hebat

26 x 30 Tim Super

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok setelah masing-masing

kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/ penghargaan

kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

3. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pebelajaran kooperatif tipe STAD menurut Nur dan Wikandari,

(2000:32-35).

a. Bagilah kelompok ke dalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri dari

empat atau lima anggota. Sebaiknya empat anggota; membuat tim terdiri dari

lima anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis dengan empat

anggota.

Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan mereka dari atas ke

(29)

21

telah urut itu menjadi empat. Kemudian ambil satu siswa dari tiap perempatan

itu sebagai anggota tiap tim, pastikan bahwa tim-tim yang terbentuk itu

berimbang menurut jenis kelamin dan asal suku.

b. Pada saat anda menjelaskan STAD, kepada kelas Anda, bacakan tugas-tugas

yang harus dikerjakan tim.

1) Mintalah anggota tim bekerja sama mengatur bangku atau meja-kursi

mereka, dan berikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih

nama tim mereka.

2) Bagilah materi belajar lain (dua set untuk tiap tim). Anjurkan agar siswa

pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan (berpasangan) atau tigaan.

Apabila mereka sedang mengerjakan soal, setiap siswa dalam suatu

pasangan atau tigaan hendaknya mengerjakannya di antara teman dalam

pasangan itu. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal itu,

teman satu tim siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan

soal itu. Apabila siswa-siswa itu sedang mengerjakan soal-soal jawaban

singkat, mereka dapat saling mengajukan pertanyaan di antara satu tim,

partner secara bergantian memegang lembar jawaban atau mencoba

menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

3) Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri

kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota tim mereka

dapat menjawab 100% benar soal-soal kuis tersebut.

4) Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk

(30)

22

diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka

sendiri dan teman satu tim mereka pada saat mereka belajar.

5) Berikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban

mereka, tidak hanya saling mencocokan jawaban mereka dengan lembar

kunci jawaban itu.

6) Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan

pertanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukan kepada

Anda.

7) Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, berkelilinglah di dalam kelas,

berikanlah pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara bergantian

duduklah bersama tiap tim untuk memperhatikan bagaimana

anggota-anggota tim itu bekerja.

c. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang

lain, dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tes

itu. Jangan mengijinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan

kuis itu; pada saat ini mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar

sebagai individu. Mintalah siswa menggeser tempat duduknya lebih jauh bila

hal ini dimungkinkan. Salah satu cara dapat ditempuh, meminta siswa saling

menukarkan pekerjaan mereka dengan siswa anggota tim lain atau

mengumpulkan pekerjaan itu untuk anda periksa sendiri pada kesempata lain.

d. Buatlah skor individual dan skor tim. Skor tim pada STAD didasarkan pada

peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka

sendiri. Segera mungkin setelah tiap kuis, anda seharusnya menghitung skor

(31)

23

tertulis di papan pengumuman atau cara lain yang sesuai. Apabila mungkin,

pengumuman skor tim itu dilakukan pada pertemuan pertama setelah kuis

tersebut. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan

menerima pengakuan jelas bagi siswa, meingkatkan motivasi mereka untuk

melakukan yang terbaik. Hitunglah skor tim dengan menjumlahkan poin

peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan

jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis itu.

e. Pengakuan kepada prestasi tim. Segera setelah anda menghitung poin untuk

tiap siswa dan menghitung skor tim. Anda hendaknya mempersiapkan

semacam pengakuan kepada tiap tim yang mencapai rata-rata peningkatan 20

atau lebih. Anda dapat memberikan sertifikat kepada anggota tim atau

mempersiapkan suatu peragaan dalam papan pengumuman. Penting untuk

membantu siswa menghargai skor tim. Minat Anda sendiri yang besar

terhadap skor tim akan membantu. Apabila Anda memberikan lebih dari satu

kuis dalam satu minggu, kombinasikan hasil-hasil kuis itu ke dalam satu skor

mingguan.

Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, aturlah ulang siswa ke dalam

tim-tim baru. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan

teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Setiap model-model pembelajaran, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Begitu juga pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelebihan

(32)

24

1. Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,

2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

3. Dapat meningkatkan kreativitas siswa,

4. Dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain,

5. Dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan,

6. Dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain,

7. Dapat meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan

meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

5. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Selain kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memiliki

Kekurangan menurut Slavin, (2010:154), sebagai berikut.

1. Setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada

teman-temannya,

2. Siswa akan sedikit ramai ketika perpindahan kelompok (dari kelompok asal

ke kelompok ahli dan sebaliknya),

3. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini harus lengkap.

4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memerlukan banyak Pendidik

dalam penerapan kooperatif tipe STAD harus mengacu pada pedoman

pelaksanaan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Slavin sebagai berikut.

5. Buatlah agar para siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh, atau

(33)

25

6. Panggil siswa secara acak.Ini akan membuat para siswa selalu

mempersiapkan diri mereka untuk menjawab.

7. Pada saat ini jangan memberikan tugas-tugas kelas yang memakan waktu

lama.

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar. Dengan demikian, dalam suatu

pembelajaran aktivitas belajar merupakan tanggung jawab siswa sedang guru

berperan sebagai fasilitator yang membantu keattifan siswa mencapai tujuan

belajarnya, sebagaimana yang diungkapkan Holt dalam Wardani (2007:9)

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam

proses pembelajaran. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam

belajar, maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi”. Menurut Rohani

(2004:6-7) belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik

aktivitas fisik maupun psikis. “Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan

anggota badan, membuat sesuatu, bernain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika

daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya

itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus

mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati

menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan

(34)

26

Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh siswa selama pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar. Menurut

Diedrich dalam Rohani (2004:9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik

yang meliputi aktivitas SMP dan aktivitas jiwa sebagai berikut :

1. Visual activities yaitu membaca, memperhatikan gambar, demontrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan

sebagainya.

3. Listening aktivities yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music,

pidato dan sebagainya.

4. Writing activities yaitu menulis cerita, karangan, laporan, tes angket,

menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities yaitu menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola

dan sebagainya.

6. Motor activities yaitu melakukan percobaan, membuat kontruksi, model,

mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.

7. Mental activities yaitu menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

8. Emotional activities yaitu menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain, dalam setiap aktivitas

motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap

(35)

27

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari indikator yang relevan sebagaimana

yang diungkapkan Memes dalam Andra (2007:38), terdapat beberapa indicator

yang relevan dalam pembelajaran yang meliputi :

1. Interaksi anak dalam mengikuti pembelajaran

2. Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar

3. Partisipasi siswa dalam proses belajar

4. Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

5. Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar

6. Interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, pedoman yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Rata-rata nilai > 65 maka dikategorikan aktif

2. Rata-rata nilai 59,4 < 65 maka dikategorikan cukup aktif

3. Rata-rata < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

Memes (dalam Andra 2007:39) menyatakan seseorang dikatakan aktif belajar jika

dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya,

memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau

turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak

aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami,

memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.

Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar

siswa. Oleh sebab itu dalam pembelajaran perlu adanya aktivitas sebagai proses

(36)

28

belajar. Menurut Sardiman (2003:95) belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada

aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat

penting di dalam interaksi belajar mengajar. Dalam belajar sangat diperlukan

adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, itu tidak akan mungkin berlangsung dengan

baik. Aktivitas dalam proses belajar-mengajar merupakan rangkaian kegiatan

yang mengikuti keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang

belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang

dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:36),

penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak berlalu

begitu saja, tetapi difikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk

yang berbeda atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulakn

diskusi dengan guru.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

merupakan semua aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam melakukan kegiatan

proses belajar, baik interaksi dengan guru maupun siswa sekelasnya sehingga

memperoleh ilmu dari aktivitas tersebut. Aktivitas siswa dalam penelitian ini

adalah adanya aktivitas seluruh siswa pada proses pembelajaran yang dilakukan di

kelas. Aktivitas tersebut dapat berupa perhatian siswa dalam memahami

penjelasan oleh guru, keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan

guru, menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, aktif berdiskusi dalam

(37)

29

D. Hasil Belajar

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar, sebagaimana yang

diungkapkan Bigge dalam Abdurrahman (1999:28) belajar merupakan suatu

proses dari seseorang individu yang biasa disebut dengan hasil belajar yaitu suatu

bentuk perubahan prilaku yang relative menetap. Dalam setiap proses belajar akan

menghasilkan perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam setiap proses

belajar akan menghasilkan perubahan pada diri seseorang, perubahan itu biasanya

disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini bisa diperoleh dari dalam kelas,

lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. Menurut Dimyati (1999:3) hasil

belajar bagi sebagian anak adalah berkat tindakan guru, pencapaian tujuan

pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan siswa.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan

hasil yang diperoleh siswa selama mendapatkan perlakuan pembelajaran dari guru

di sekolah yang ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan siswa.

Pengkuran terhadap kemampuan siswa sebagai hasil belajar dapat dilakukan

melalui tes-tes atau evaluasi hasil belajar siswa. Dengan demikian salah satu

indicator dari hasil belajar siswa dapat di lihat dari nilai yang diperoleh siswa

setelah mengikuti tes atau evaluasi. Menurut Ryan dalam Haryati (2007:26),

penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui

pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama belajar mengajar,

setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk

mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap, beberapa waktu setelah proses

(38)

30

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari aktvitas pembelajaran yang

dilakukan oleh interaksi siswa dan guru sehingga menambah pengetahuan siswa

dari aspek kognitif.

E. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok

belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang mewakili siswa dengan tingkat

kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Siswa diberikan lembar panduan

materi yang dipelajari secara individu dan kemudian di diskusi secara kelompok.

Dengan adanya lembar panduan materi tersebut siswa dilatih untuk belajar,

membangun pengetahuan, serta mempelajari materi pelajaran dengan bantuan

panduan materi tersebut dan secara bersama-sama tim kelompok. Dengan

pembentukan kelompok diskusi ini siswa melakukan aktivitas berupa keaktifan

mengemukakan pendapat dan bertanya. Guru memberikan pelajaran dan

selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok masing-masing untuk memastikan

bahwa anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian,

siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan

sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. Masing-masing siswa tersebut harus berpikir

untuk mancari jawaban dari latihan yang diberikan guru dengan tetap berada

(39)

31

penyelesaian soal atau pemecahan masalah secara mandiri sebelum mereka

berdiskusi dengan kelompok.

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa juga melakukan diskusi

kelompok tentang apa yang diperoleh siswa dari hasil kerja individu. Dalam

diskusi kelompok, siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, saling

bertukar pikiran dan berbagi jawaban dengan anggota kelompoknya,

mengemukakan pendapat serta saling membantu dalam memecahkan masalah

bersama. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami materi yang

sulit apabila mereka mendiskusikan materi tersebut dengan kelompoknya. Siswa

saling mengemukakan ide kepada kelompok serta semua anggota kelompok

bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama

sehingga secara tidak langsung aktivitas siswa dalam bertanya, mengemukakan

dan menjawab dalam diskusi kelompok semakin dapat terlihat keaktivitasannya.

Setelah aktivitas tersebut, perwakilan kelompok ini mempresentasikan hasil

diskusinya ke depan kelas lalu mereka melakukan diskusi dengan seluruh siswa

dan bahkan adanya sesi tanya jawab. Selain itu juga adanya test kemampuan

individu dalam memahami materi yang disampaikan secara berkelompok tersebut

dan adanya penghargaan yang diberikan oleh guru terhadap tim baik, tim hebat

dan tim super.

Prosedur pelaksanaan STAD efektif dalam membatasi aktivitas yang tidak relevan

dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan kemampuan dan keterampilan

siswa yang positif. Jadi, STAD akan mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan

(40)

berko-32

munikasi. Model pembelajaran ini juga membantu menumbuhkan kemampuan

kerja siswa, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial dalam diskusi

kelompok sehingga STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa yang berakibat

bagi meningkatnya hasil belajar siswa

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIB semester

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa

kelas VIIIB SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas terdiri dari 30 siswa dengan 18

siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Tingkat kemampuan akademik siswa di

kelas ini heterogen yaitu ada yang tinggi, sedang dan rendah. Selain itu latar

belakang ekonomi, suku dan agama pun heterogen. Pelaksanaan pembelajaran

pada penelitian ini dibagi ke dalam 7 kelompok yang terdiri dari 4 kelompok yang

beranggotakan 4 orang siswa dan 2 kelompok yang beranggotakan 5 orang siswa

dengan latar belakang yang berbeda baik dari prestasi, suku, agama, dan status

ekonomi. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus, yang setiap siklusnya terdiri

dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

B. Faktor Yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas belajar siswa, yaitu aktivitas siswa selama proses pembelajaran

matematika berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

(42)

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Data Penelitian

Data pada penelitian ini adalah :

1. Aktivitas siswa yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap

aktivitas siswa yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang terjadi selama

pembelajaran berlangsung, yang berupa data kualitatif.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika berupa data kuantitaif

pada setiap siklus

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe STAD di

dalam kelas. Aktivitas siswa dan guru diamati oleh observer sebagai mitra

guru. Dengan demikian dapat dilakukan perbaikan penelitian pada

pembelajaran siklus berikutnya. Data yang tidak termuat pada lembar

observasi aktivitas siswa dituangkan ke dalam catatan lapangan guna

memperoleh data yang objektif berupa perilaku siswa dan permasalahan yang

dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan tindakan pada siklus

berikutnya atau sebagai bahan masukan terhadap keberhasilan yang telah

(43)

✂ ✄

2. Tes

Tes diberikan setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar yang telah

dicapai oleh siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes dikerjakan secara individu tanpa

bantuan dari kelompok dan bentuk tes berupa uraian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja

guru dalam kegiatan pembelajaran berlangsung berupa lembar aktivitas siswa

dan aktivitas guru.

Lembar observasi aktivitas siswa meliputi:

a) Memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru

b) Kegiatan diskusi kelas

c) Kegiatan diskusi kelompok

d) Kegiatan presentasi hasil diskusi kelompok

e) Membuat kesimpulan

(44)

☎6

a) Pada tahap awal yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan menyiapkan buku penunjang yang

relevasn dalam materi pembelajaran

b) Memberikan motivasi siswa dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

c) Guru sebagai fasilitator yaitu membimbing dan melatih siswa untuk berani

bertanya dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam berdiskusi.

d) Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang

berlangsung.

2. Lembar Catatan Lapangan

Catatan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif yang

tidak terekam dalam lembar observasi mengenai hal-hal yang terjadi selama

pemberian tindakan. Catatan lapangan ini berupa catatan perilaku khusus

siswa dan permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan

langkah berikutnya ataupun masukan terhadap keberhasilan yang telah

dicapai.

3. Perangkat Tes

Tes diberikan pada tiap akhir siklus, soal tes dalam bentuk uraian yang

bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep matematika.

Pada tahap sebelumnya, guru membuat kisi-kisis soal tes berdasarkan

indikator kognitif kemudian dilanjutkan menyusun soal tes, hal ini bertujuan

untuk menjamin tes agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(45)

✆ ✝

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah.

1. Tahap Prapenelitian

Pada tahapan prapenelitian ini, hal-hal yang dilakukan peneliti antara lain adalah.

a. Melakukan observasi pendahuluan ke kelas untuk melihat permasalahan yang

ada.

b. Menentukan kelas yang akan diteliti.

2. Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus dan tiap siklus terdiri

dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tiap

siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu

kali tes akhir siklus, kecuali siklus ketiga dilaksanakan sebanyak dua kali

pertemuan, satu kali pembelajaran dan satu kali tes akhir siklus. Tiap pertemuan

berlangsung selama dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas untuk tiap siklusnya dapat dilakukan berdasarkan beberapa tahapan

yaitu :

a) Tahap Perencanaan Siklus I

Kegiatan dalam perencanaan meliputi:

1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD materi sifat-sifat kubus, balok, dan

bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya.

2. Menyusun lembar panduan materi, lembar latihan, dan tes formatif tentang

tentang sifat-sifat kubus, balok, dan bagian-bagiannya serta menentukan

ukurannya.

(46)

✞8

aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran.

4. Mempersiapkan lembar catatan lapangan.

b) Tahap Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

c) Pengamatan/Observasi

Pengamatan/observasi dilakukan selama pembelajaran dari awal sampai akhir

dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah

dipersiapkan serta dilakukan oleh observer.

d) Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan

berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dalam penelitian ini

dilakukan dengan menganalisis hasil tes, observasi, serta menentukan

perkembangan kemajuan serta kelemahan yang terjadi pada siklus 1 sebagai dasar

perbaikan pada siklus berikutnya, pada siklus II dan siklus III.

C. Analisis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini yaitu melalui data aktivitas

belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran

berlangsung, peneliti mengamati aktivitas siswa, mencatat semua indikator dalam

lembar observasi. Setelah proses pencatatan kemudian dilakukan penghitungan

(47)

✟ ✠

Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

N

A = X 100%

n keterangan:

A = presentase aktivitas siswa

N = jumlah indikator aktivitas yang dilakukan oleh siswa

n = banyak aktivitas

Pada penelitian ini seorang siswa dikatakan aktif, jika siswa itu melakukan lebih

dari atau sama dengan 65 persen dari indicator aktivitas yang ditetapkan yaitu

memperhatikan penjelasan guru, kegiatan diskusi kelas, kegiatan diskusi

kelompok, kegiatan presentase hasil diskusi kelompok, dan membuat kesimpulan

Rumus untuk menghitung presentase rata-rata siswa yang aktif:

A

B = X 100%

n

Keterangan:

B = persentase siswa aktif

A = jumlah siswa aktif

n = banyak siswa yang hadir

(48)

✡0

Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa yang

ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar melalui tes pada tiap akhir

pembelajaran.

Rumus yang digunakan :

Km

K = x 100%

m

keterangan:

K = persentase pencapaian skor hasil belajar

Km = jumlah skor hasil belajar

m = total skor

untuk menghitung persentase rata-rata siswa yang telah mencapai ketuntasan hasil

belajar matematika digunakan rumus :

K

T = X 100%

n

Keterangan :

T = persentase tuntas hasil belajar

K = jumlah siswa tuntas hasil belajar

(49)

☛1

D. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Persentase siswa aktif pada tiap akhir siklus meningkat dan pada akhir siklus

mencapai lebih dari 65%

(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa pembelajaran matematika di

kelas VIII B semester genap SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo tahun pelajaran

2012/2013 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1

Sidomulyo semester genap tahunn pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat

dari rata-rata persentase siswa aktif pada akhir siklus III melebihi indikator

65% yaitu 85%. Aktivitas yang paling banyak dilakukan siswa adalah

menger-jakan LKK serta interaksi siswa selama pembelajaran dalam

kelompok heterogen (diskusi dalam kelompok).

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 1 Sidomulyo semester genap tahunn pelajaran 2012/2013.

Hal ini dapat dilihat dari sebelum dilakukan penelitian tingkat kemampuan

siswa hanya 40%, setelah dilakukan penelitian tingkat kemampuan siswa pada

akhir siklus meningkat menjadi 80% (rata-rata dari siklus I sampai dengan

(51)

53

83,3%, pada siklus kedua 80%, sedangkan siklus ketiga 76,7%. Namun

demikian ketuntasan rata-rata hasil belajar siswa masih di atas indikator yang

ditetapkan yaitu 70%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka disarankan

sebagai berikut.

1. Bagi siswa untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dalam kelompok

belajar serta pada saat diskusi hendaknya banyak melakukan aktivitas tanya

jawab.

2. Bagi guru matematika di SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo agar dapat

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan

aktivitas siswa dan hasil belajar matematika siswa. Dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut.

a. Pemilihan materi pembelajaran untuk pelaksanaan model pembelajaran

tipe STAD adalah materi pembelajaran dengan konsep-konsep yang

mendukung telah dipelajari di kelas sebelumnya, atau dikuasai siswa.

b. Penyusunan bahan ajar atau panduan materi harus mudah dipahami oleh

siswa.

c. Alokasi waktu yang telah direncanakan usahakan dilaksanakan dengan

(52)

54

d. Pengawasan dan bimbingan pada kelompok diskusi sangat diperlukan,

un-tuk menghindarkan kelompok membahas hal lain di luar pelajaran.

e. Selalu memotivasi siswa agar berani mengajukan pertanyaan baik kepada

sesama anggota kelompok maupun kepada guru.

f. Penyusunan tes formatif agar menggunakan tehnik penyusunan yang

benar, penyusunan kisi-kisi dengan memperhatikan tingkat kesukaran soal

dan kompleksitas materi.

3. Bagi sekolah, untuk melakukan inovasi pembelajaran agar aktivitas dan hasil

belajar siswa matematika siswa dapat meningkat dengan melaksanakan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

________________. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Bloom, B.S.1977. The New Direction in Educational Research: Alternate variables. Phi Deltha Kappan.

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Proyek Pembinaan Hamalik, Oemar. 2003. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Akasra.

Furchan, Arief. 2010. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Akasra

Hamzah, B. Uno.2008. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta:Bumi Aksara.

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematis. [On Line]. Tersedia:http// herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis (diakses

Herman Hudoyo. 1990. Strategi mengajar belajar matematika. Malang. IKIP Malang pada tanggal 17 Desember 2011)

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, muslimin. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya. UNS.

(54)

Miarso, Yusufhadi. 2005.Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenada Media group. Pendidikan Menengah Umum.

Ruseffendi, E.T. 2006. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Bandung: PT. Tarsito.

Ruswan. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman. 1990. Individual Textbook Evaluasi Pembelajaran Matematika. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarlina. 2009. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Group Inverstigations (GI) Dengan Student Teams Achievment Devision (STAD) Terhadap Prestasi Belajar. Tesis. Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan: Universitas Lampung.

Tim MKPBM. 2000. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Gambar

Tabel 2.2 Fase-Fase Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tabel 2.4 Skor Perkembangan Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi ekosistem yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan diajarkan menggunakan

Between the internal auditors and the audit committee must be established appropriate communication processes are well stated by Cohen, et.al (2007) the process

[r]

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

Sarana prasarana berfungsi menyediakan pelayanan untuk mendukung aktifitas wilayah dengan substansi yang berbeda contohnya jaringan jalan, air bersih, listrik, sarana

Penelitian ini berawal dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII SMPIT Mentari Ilmu Karawang, yaitu banyaknya siswa yang kurang baik dalam

PARTISIPAN SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi