• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI Indolebutyric Acid (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK MENTIMUN PAPASAN (Coccinia grandis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI Indolebutyric Acid (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK MENTIMUN PAPASAN (Coccinia grandis)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI Indolebutyric Acid (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK MENTIMUN PAPASAN (Coccinia grandis)

OLEH ABDUL ROHMAN

Mentimun papasan (Coccinia grandis) atau dikenal sebagai mentimun merah merupakan tanaman yang memiliki khasiat untuk obat. Tanaman papasan

(2)

Abdul Rohman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA pada penyetekan mentimun papasan menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan perakaran pada setek tanpa pemberian IBA. Jumlah akar primer pada konsentrasi IBA 2.000 ppm sebanyak 16,60 secara nyata lebih banyak daripada kontrol (0 ppm) sebanyak 3,80 helai. Berdasarkan pengamatan panjang tunas dan jumlah daun, perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

(3)

PENGARUH KONSENTRASI Indolebutyric Acid (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK MENTIMUN PAPASAN (Coccinia grandis)

Oleh

ABDUL ROHMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH KONSENTRASI Indolebutyric Acid (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK MENTIMUN PAPASAN (Coccinia grandis)

(Skripsi)

Oleh

ABDUL ROHMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar ... Halaman

1. Tanaman mentimun papasan. ... 7

2. Tata letak percobaan. ... 16

3. Persiapan bahan setek (a), penanaman setelah aplikasi IBA (b). ... 18

4. Perakaran mentimun papasan setelah 5 minggu. ... 23

5. Pengaruh IBA terhadap panjang tunas (cm) setek mentimun papasan. ... 24

6. Pengaruh IBA terhadap jumlah daun setek mentimun papasan. ... 25

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 5

1.3 Kerangka Pemikiran ... 5

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Mentimun Papasan ... 7

2.2 Setek ... 10

2.3 Zat Pengatur Tumbuh ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.2 Bahan dan Alat ... 15

3.3 Metode Penelitian ... 15

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.4.1 Pembuatan Auksin Powder Mixture ... 16

3.4.2 Pembuatan Media Tanam ... 17

3.4.2 Persiapan Bahan Setek dan Penanam Setek ... 17

(7)

ii

3.5 Variabel yang Diamati ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.1.1 Jumlah Akar Primer ... 21

4.1.2 Panjang 3 Akar Terpanjang ... 21

4.1.3 Bobot Segar Akar ... 22

4.1.4 Panjang Tunas ... 23

4.1.5 Jumlah Daun ... 24

4.1.6 Bobot Tanaman ... 25

4.2 Pembahasan ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

PUSTAKA ACUAN ... 32

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

1. Manfaat medis pada bagian tanaman mentimun papasan. ... 2

2. Kandungan bahan aktif pada bagian tanaman mentimun papasan. .. 2

3. Bahan pembuatan konsentrasi IBA powder mixture. ... 17

4. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA pada setek mentimun papasan. ... 20

5. Pengaruh IBA terhadap pengakaran setek mentimun papasan 5 minggu setelah tanam. ... 21

6. Pengaruh IBA terhadap bobot tanaman mentimun papasan 5 minggu setelah tanam. ... 25

14. Panjang akar primer mentimun papasan 5 MST kelompok 1 (cm). ... 38

15. Panjang akar primer mentimun papasan 5 MST kelompok 2 (cm). ... 39

(9)
(10)
(11)

vi

69. Analisis ragam jumlah daun setek mentimun papasan 3 MST. ... 56

70 Data jumlah daun mentimun papasan 4 MST kelompok 1. ... 56

71. Data jumlah daun mentimun papasan 4 MST kelompok 2. ... 57

72. Data jumlah daun mentimun papasan 4 MST kelompok 3. ... 57

73. Rata-rata jumlah daun mentimun papasan 4 MST. ... 57

74. Uji homogenitas jumlah daun mentimun papasan 4 MST. ... 58

75. Uji aditifitas jumlah daun mentimun papasan 4 MST. ... 58

76. Analisis ragam jumlah daun setek mentimun papasan 4 MST. ... 58

77. Data jumlah daun mentimun papasan 5 MST kelompok 1. ... 58

78. Data jumlah daun mentimun papasan 5 MST kelompok 2. ... 59

79. Data jumlah daun mentimun papasan 5 MST kelompok 3. ... 59

80. Rata-rata jumlah daun mentimun papasan 5 MST. ... 59

81. Uji homogenitas jumlah daun mentimun papasan 5 MST. ... 60

82. Uji aditifitas jumlah daun mentimun papasan 5 MST. ... 60

83. Analisis ragam jumlah daun setek mentimun papasan 5 MST. ... 60

84. Data bobot tanaman mentimun papasan 5 MST kelompok 1. ... 60

85. Data bobot tanaman mentimun papasan 5 MST kelompok 2. ... 61

86. Data bobot tanaman mentimun papasan 5 MST kelompok 3. ... 61

87. Rata-rata bobot setek mentimun papasan 5 MST (g). ... 61

88. Uji homogenitas bobot setek mentimun papasan 5 MST. ... 62

89. Uji aditifitas bobot setek mentimun papasan 5 MST. ... 62

(12)
(13)
(14)
(15)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S. Al-Mujadalah : 11)

Hidup itu sederhana, Just Take It Easy, Baby.

(Bondan Prakoso)

Jadikan segala sesuatu yang dikerjakan sebagai ibadah kepada-Nya,

karena itulah sebenarnya tujuan hidup.

(16)

Skripsi ini aku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku;

Emak Yatmi dan bapak Mulyono tersayang atas doa, serta

dukungan moril dan materil

Kakak dan Adikku:

S. M. Imron dan Dian Ramadhani

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 6 September 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri Bapak Mulyono dan Ibu Yatmi.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Kalianda pada 2005, SMP Negeri 1 Kalianda lulus pada tahun 2008, dan SMK Negeri 2 Kalianda jurusan Teknik Komputer dan Jaringan lulus pada 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis merupakan anggota Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (FOSI-FP) sebagai Staf Humas 2012-2013. Penulis

(18)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat beriring salam penulis sanjung agungkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis sampaikan banyak terimakasih pada pihak berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, nasehat serta pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa Universitas Lampung serta dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Dosen Penguji atas saran dan kritik yang

bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

(19)

6. Keluarga tersayang, Emak Yatmi, Bapak Mulyono, Mas Imron, Mbak Meli, serta Adinda Dian, terima kasih atas doa, nasehat, kasih sayang, dan

semangat yang selalu mengalir selama ini untuk penulis.

7. Teman-teman yang telah membantu penelitian Leni Widianingsih,

Apri Ariyanto, Tegar Rafsodi Awang, Andryan Cahya Saputra, Ade Saputra, Derry Ilyas, Andrestu Kesuma, Aris Nurhidayat, Bayu KesWar.

8. Leni Widianingsih, S.Pd. terima kasih atas semangat, bantuan dan saran yang telah diberikan.

9. Teman-teman terdekat Apri Ariyanto, Tegar Rafsodi Awang, Agung Susilo, Agung Dwi Saputra, Ali Muhtadi, Andika Putra, Agung Prasetyo, Arif Dwi Permana, Benny Kristianto, Andryan Cahya Saputra, Ade Saputra, Andrestu Kesuma, Aris Nurhidayat, Bayu KesWar, Dika Agustyandra.

10. Teman-teman Anoname,Agroteknologi 2011, atas canda dan tawa, bantuan serta persahabatan yang telah terjalin selama ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis,

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Pengembangan tanaman obat saat ini terus meningkat, seiring peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan dampak jangka panjang konsumsi obat-obatan sintesis. Di Indonesia, tanaman obat dimanfaatkan sebagai bahan jamu gendong, obat herbal, makanan penguat daya tahan tubuh, kosmetik dan bahan spa serta bahan baku industri makanan dan minuman. Perkembangan industri berbahan baku tanaman obat pada tahun 2004 - 2009 menunjukkan

pertumbuhan yang signifikan dan omzet produksinya selama kurun waktu tersebut meningkat sebesar 2,5 – 30%/tahun (Pribadi, 2009).

Tanaman obat memiliki beraneka ragam jenis, kandungan, dan khasiatnya

sehingga mempunyai peluang besar untuk terus dikembangkan. Penggunaan obat dari bahan alami, seperti tanaman lebih diminati karena selain lebih aman juga relatif lebih murah. Dari sekian banyak tanaman obat, mentimun papasan merupakan salah satu tanaman yang dikenal memiliki khasiat sebagai tanaman obat.

(21)

2

bahan aktif yang bermanfaat secara medis (Raja et al., 2014). Saat ini banyak penelitian yang dilakukan terkait kandungan bahan aktif dalam mentimun papasan (Tabel 2). Berdasarkan penelitian Pattanayak dan Sunita(2009) mentimun

papasan memiliki manfaat sebagai antitusif. Mentimun papasan dilaporkan memiliki manfaat sebagai antioksidan (Sharma et al., 2011) dan antibisul (Mazumder et al., 2007). Selain itu buahnya mengandung enzim α-glycosidase yang bermanfaat sebagai antidiabet (Raja et al., 2014).

Tabel 1. Manfaat medis pada bagian tanaman mentimun papasan. Bagian Tanaman Manfaat Medis

Daun Antidiabet, antioksidan, mengatasi gangguan pencernaan, memberi efek sejuk di mata, Gonorhea, penurun kolesterol, penyakit kulit, infeksi saluran kemih.

Buah Antidiabet, analgesik, antipiretik, hepatoprotektif, anti tuberkulosis, eksim, antiradang.

Batang Ekspektoran, antispasmodik, asma, bronkitis, gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih, penyakit kulit.

Akar Antidiabet, penyakit kulit, mengurangi nyeri pada sendi, infeksi saluran kemih.

Sumber : Pekamwar et al. (2013)

Tabel 2. Kandungan bahan aktif pada bagian tanaman mentimun papasan. Bagian Tanaman Kandungan Utama

Akar Triterpenoid, saponin cocciniosida, flavonoid glikosida ombuin 3-o- arabinofuranoside 3- o- β- (α-l-

arabinopyranosyl) - (1→2) –β-d-glucopyranosyl- (1→3)- β- hydroxyl up – 20 (29)- en-28- oic acid,

Lupeol, β-amyrin, dan β- sitosterol, Stigmast -7- en-3-one, Buah Taraxerone, Taraxerol, dan (24R) – 24 - ethylcholest- 5-

en- 3β- ol glucoside, Β-carotene, Lycopene,

Cryptoxanthin, dan Apo- 6’- lycopenal Β- sitosterol dan taraxerol

Batang dan Daun Heptacosane, Cephalandrol, C29H58O tritriacontane C33H68, Β- sitosterol, Alkaloids Cephalandrine A dan

Cephalandrine B. Keseluruhan Bagian

Tanaman

(22)

3

Mentimun papasan merupakan tanaman yang berasal dari afrika, kemudian meluas ke asia (Raja et al., 2014). Mentimun papasan (Coccinia grandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Mentimun papasan memiliki sulur, batang memanjat, bunga berwarna putih kehijauan, berbentuk lonceng, dan aksiler. Buahnya berbentuk oval dengan panjang 4-6 cm, berwarna hijau pada saat muda dan berwarna merah pada saat tua (Rindyastuti dan Daryono, 2009).

Di Afrika, India, dan Thailand, tanaman mentimun papasan banyak dimanfaatkan sebagai sayuran, yaitu buah muda dan pucuk tanaman. Namun di Indonesia, mentimun papasan belum banyak dikenal. Sebagai tanaman yang memiliki banyak fungsi, mentimun papasan memilki prospek yang baik untuk

dikembangkan dengan budidaya yang baik. Langkah awal dalam pengembangan adalah dengan cara perbanyakan tanaman.

Perbanyakan tanaman ini umumnya dilakukan secara vegetatif dengan setek batang 10 - 15 cm dengan diameter 0,5 cm. Perbanyakan menggunakan benih jarang dilakukan karena mentimun papasan merupakan tanaman dioecius dengan 50% bunga jantannya tidak produktif (Imbumi, 2004). Berdasarkan pengamatan langsung, bunga yang dihasilkan berupa bunga betina, sehingga biji botani tidak terbentuk. Buah yang terbentuk, berkembang tanpa penyerbukan.

(23)

4

terutama meliputi kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek,

ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk), hormon endogen dalam jaringan stek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan.

Untuk mendapatkan setek dengan kualitas yang baik, maka dapat diaplikasikan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT yang digunakan untuk pembentukan akar pada setek adalah golongan auksin. Salah satu auksin yang paling sering digunakan untuk merangsang pembentukan akar adventif adalah IBA (Indolebutyric Acid) (Beyl et al., 2015).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya penggunaan konsentrasi IBA memilki pengaruh yang berbeda-beda pada tiap jenis tanaman, seperti: 1) menurut Maulida et al. (2013) pemberian IBA 1.000 ppm mampu meningkatkan jumlah akar pada setek sirih merah, namun tidak berpengaruh pada variabel lain, 2) menurut Shofiana et al. (2013) pemberian IBA 2.000 ppm mampu

meningkatkan panjang dan biomasa akar setek tanaman buah naga, 3) menurut Galavi et al. (2013) pemberian IBA 4.000 ppm pada setek anggur berpengaruh pada meningkatkan jumlah, panjang, dan bobot akar.

(24)

5

pertumbuhan setek? Serta berapakah konsentrasi optimum IBA untuk pertumbuhan setek mentimun papasan?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian IBA pada penyetekan

mentimun papasan serta mengetahui konsentrasi IBA yang optimum dalam pertumbuhan pada setek mentimun papasan.

1.3Kerangka Pemikiran

Mentimun papasan (Coccinia grandis) merupakan tanaman multifungsi yang memiliki khasiat sebagai obat. Perbanyakan tanaman ini umumnya menggunakan setek. Setek adalah bahan perbanyakan yang diambil dari organ tanaman dan dirangsang untuk membentuk akar atau tunas agar menjadi tanaman baru. Untuk mendapatkan setek dengan kualitas yang baik maka dapat diaplikasikan zat pengatur tumbuh IBA (Indolebutiryc acid) yang tergolong auksin sebagai perangsang pengakaran.

(25)

6

diberikan kepada setek berada di tempat pemberiannya, tetapi IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain sehingga menghambat perkembangan

pertumbuhan pucuk, sedangkan NAA mempunyai kisaran (range) kepekatan yang sempit sehingga batas kepekatan yang meracuni dari zat ini sangat mendekati kepekatan optimum.

Menurut Hartmann et al. (2011), tahap pertama dalam pembentukan akar pada setek disebut tahap auksin aktif, dimana ketersediaan auksin harus mencukupi untuk pembentukan pembentukan bakal akar. Oleh karena itu pemberian IBA yang merupakan jenis auksin kuat pada dasar setek akan menjamin ketercukupan kebutuhan auksin untuk pengakaran setek mentimun papasan.

1.4Hipotesis

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Mentimun Papasan

Mentimun papasan (Coccinia grandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Mentimun papasan memiliki sulur, batang memanjat, bunga berwarna putih kehijauan, berbentuk lonceng, dan aksiler. Buahnya berbentuk oval dengan panjang 4-6 cm, berwarna hijau pada saat muda dan berwarna merah pada saat tua (Rindyastuti dan

Daryono, 2009).

Gambar 1. Tanaman mentimun papasan

(27)

8

saat tua dan menjadi berkayu. Jenis daun menjari, kedudukan berseli-selang tangkai daun 1 - 5 cm panjangnya, helai daun membujur lebar atau hampir membulat, 3 - 12 cm panjangnya dan 3 - 15 cm lebarnya, dengan bentuk daun 3 – 5 lobus, berbentuk hati, bertepi halus atau berbegirigi kemerahan, berburik. Berbunga axilar, memiliki 5 kelopak , dengan panjang tabung penyangga 3 – 7 mm, panjang kelopak 6 mm, mahkota berbentuk lonceng, dengan lobus 2 cm × 1.5 cm; bunga jantan tunggal atau bergerombol, panjang pedikel 1 – 7 cm, 3 stamen yang tergabung menjadi 1 kolom; bunga betina

tunggal,panjang pedikel mencapai 2,5 cm, ovary inferior, berbentuk silindris, dengan panjang 1,5 cm, panjang style 3 mm, stigma berlekuk 3. Buah

memanjang lonjong atau hampir membulat, 3 - 7 cm panjangnya, 1 - 3.5 cm lebar, berwarna hijau dengan garis putih waktu muda, dan menjadi merah setelah masak dan memiliki banyak biji. Biji asimetris, pipih, dengan ukuran 6 mm x 3 mm, dengan tepi yang tebal dan berlekuk (Imbumi, 2004).

Klasifikasi mentimun papasan sebagai berikut

(28)

9

Saipan, Hawaii, Kepulauan Marshall, Samoa, Tonga, dan Vanuatu (Raja et al., 2014)

Mentimun papasan memiliki beberapa nama ilmiah seperti C. cordiflora, C. grandis dan C. indica. Dalam “Flora of Java”, mentimun papasan memiliki satu nama yaitu C. grandis (L.) Voigt dengan C. cordifolia Auct non. Cogn sebagai nama sinonim (Backer & Brink, 1965 dalam Rindyastuti dan Daryono, 2009).

Nama latin tanaman mentimun merah adalah Coccinia grandis. Mentimun merah merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di India, Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Pucuk dan daun muda biasa dikonsumsi dengan cara ditumis atau direbus dan dipakai sebagai pelengkap nasi, mie atau sup. Pucuk daun ivy gourd merupakan sumber vitamin terutama vitamin A (8.000-18.000 IU) dan

protein (3,3-4,9 g). Dalam 100 g buah ivy gourd terdapat 94 g air, 1-2 g protein, 0,1 g lemak, 3,1 g karbohidrat, 0,07 g vitamin B1, 0,08 mg vitamin B2,

15 mg vitamin C, 0,7 mg niacin, 40 mg Ca, 1,4 mg Fe, 30 mg P, dengan total energi sebesar 72-90 kJ (Kirana et al., 2006).

Masyarakat India dan Afrika memanfaatkan buah mentimun papasan sebagai sayuran, sedangkan ekstrak daun dan akarnya sebagai obat diabetes. Ekstrak buah mentimun papasan mengandung enzim α-glycosidase yang bermanfaat sebagai antidiabet (Raja et al., 2014). Protein bioaktif dari ektrak buah dan akar

(29)

10

2.2Setek

Menurut Suprapto (2004), berkaitan dengan peningkatan mutu tanaman yang diawali dengan proses pembibitan, penanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sampai produksi tanaman, diperlukan usaha-usaha untuk mendapatkan mutu bibit yang baik. Pembibitan tanamam dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Pembibitan vegetatif salah satunya dapat melalui setek tanaman.

Pengertian setek adalah bahan perbanyakan yang diambil dari organ tanaman dan dirangsang untuk membentuk akar atau tunas agar menjadi tanaman baru. Akar yang terbentuk pada stek batang disebut akar adventif. Akar adventif dari tanaman berbatang lunak pada umumnya berasal dari sel parenkim yang terdapat di sekitar jaringan pembuluh. Sel-sel parenkim ini dapat menjadi sel meristem, yaitu sel yang aktif membelah diri. Sel-sel meristem ini kemudian berkembang menjadi bakal akar (primordia) yang akan menebus kulit batang untuk

membentuk akar yang sesungguhnya. Dalam primordia akar, juga terbentuk jaringan pembuluh yang tersambung dengan jaringan pembuluh batang di dekatnya. Pada tanaman berkayu, akar dapat berasal dari sel-sel floem sekunder yang masih muda, kambium, atau empulur. Jadi pada umumnya, akar berasal dari dalam batang (Shofiana et al., 2013).

(30)

11

Berdasarkan mudah tidaknya tanaman berakar, tanaman dibagi menjadi tiga kelas yaitu:

1. Tanaman mudah berakar. Pada tanaman jenis ini tidak membutuhkan auksin tambahan untuk merangsang pengakaran karena tanaman sudah memiliki senyawa esensial untuk berakar. Contoh : krisan (Dendranthema sp.), dahlia (Dahlia sp.), dan geranium (Pelargonium sp.).

2. Tanaman agak sulit berakar. Tanaman jenis ini membutuhkan auksin untuk proses pengakaran. Contoh : kamelia (Camellia sp.), jeruk (Citrus sp.), Ilex sp., dan Rhododendron sp.

3. Tanaman sulit berakar. Pada tanaman jenis ini pemberian auksin tidak berpengaruh terhadap pengakaran. Tanaman jenis ini tidak memilki senyawa yang dibutuhkan dalam mempengaruhi pengakaran sehingga pemberian auksin dalam jumlah banyak tidak akan merangsang pengakaran.

Contoh : ara (Ficus carica), anggur (Vitis sp.), mulberry (Morus sp.), delima (Punica granatum), dan mawar (Rosa sp.) (Hartmann et al., 2011).

(31)

12

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam perbanyakan melalui setek, yaitu diperoleh tanaman baru dalam jumlah yang cukup banyak dengan induk yang terbatas, biaya lebih murah, penggunaan lahan pembibitan dapat di lahan sempit, dalam pelaksanaannya lebih cepat dan sederhana. Namun demikian, sistem perbanyakan setek juga mempunyai kekurangan, yaitu : faktor dalam;

menyangkut sifat- sifat genetik atau pembawaan dari bibit tanaman itu sendiri, dan faktor luar; termasuk di dalamnya media tanam, suhu, kelembaban, serta perlakuan zat kimia atau zat pengatur tumbuh (Suprapto, 2004).

2.3Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant growth regulator) adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit), dan dapat mengubah proses fisisologi

tumbuhan. Pada kadar rendah tertentu zat pengatur tumbuh akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni, bahkan mematikan tanaman (Hartmann et al., 2011).

ZPT pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan mengubah proses fisiologis. Auksin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang tidak terlepas dari proses

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Auksin mempunyai beberapa peran dalam mendukung kehidupan tanaman diantaranya adalah menstimulasi

(32)

13

Menurut Hartmann et al. (2011), pengaruh auksin terhadap perkembangan sel-sel menunjukkan bahwa induksi auksin dapat menurunkan tekanan osmotik,

meningkatkan sintesis protein, permeabilitas sel terhadap air dan melunakkan dinding sel. Hal ini diikuti dengan menurunnya tekanan dinding sel yang disertai dengan kenaikan volume sel karena pembesaran dan pembelahan sel. Dengan adanya kenaikan sintesis protein, maka dengan segera dapat digunakan sebagai energi dalam pertumbuhan.

Menurut Suprapto (2004), IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif daripada IAA dan NAA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang aktifitas pengakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IBA yang diberikan kepada setek berada di tempat pemberiannya, tetapi IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain sehingga menghambat perkembangan pertumbuhan pucuk, sedangkan NAA mempunyai kisaran (range) kepekatan yang sempit sehingga batas kepekatan yang meracuni dari zat ini sangat mendekati kepekatan optimum.

(33)

14

selain itu masuknya IBA ke dalam dinding sel epidermis mampu mempengaruhi aktivitas gen dalam memacu transkipsi berulang DNA menjadi m-RNA.

(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung, Gedong Meneng, Bandar Lampung, dari bulan April sampai Juli 2015.

3.2Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanam berupa setek batang yang berasal dari koleksi Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., auksin powder mixture IBA dengan konsentrasi 1.000, 2.000, 3.000, dan 4.000 ppm, talk powder, fungisida dengan bahan aktif Pronineb 70%

(Antracol 70 WP), alkohol 95%, polibag berdiameter 12 cm dan media tanam campuran pasir malang, arang sekam, dan kompos. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan elektrik, timbangan analitik, gelas beaker, penggaris, dan pisau cutter.

3.3Metode Penelitian

(35)

16

bobot setek yaitu, kelompok I : setek dengan bobot 2,70 - 3,70 g, kelompok II : setek dengan bobot 3,70 - 4,70 g, kelompok III : setek dengan bobot 4,70 - 6,70 g. Perlakuan yang diuji adalah berbagai konsentrasi IBA yang diberikan dalam bentuk powder mixture, yaitu 0 ppm (k0) (kontrol), 1.000 (k1), 2.000 (k2), 3.000 (k3), dan 4.000 ppm (k4). Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 setek yang masing-masing ditanam pada satu polibag berdiameter 12 cm. Data

dianalisis dengan analisis ragam dan untuk penentuan perbedaan nilai tengah antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%.

Gambar 2. Tata letak percobaan Keterangan:

k0 : konsentrasi IBA 0 ppm k1 : konsentrasi IBA 1.000 ppm k2 : konsentrasi IBA 2.000 ppm k3 : konsentrasi IBA 3.000 ppm k4 : konsentrasi IBA 4.000 ppm

3.4Pelaksanaan Penelitian

3.4.1Pembuatan Auksin Powder Mixture

IBA yang digunakan dalam penelitian ini berupa powder mixture dengan

perlakuan 1.000, 2.000, 3.000, dan 4.000 ppm. Bahan yang digunakan pembuatan IBA powder mixture adalah bubuk IBA, talk, alkohol 95%, fungisida.

Kelompok I Kelompok III Kelompok II

(36)

17

Berikut adalah jumlah bubuk IBA, talk, dan fungisida yang dibutuhkan untuk membuat bubuk campuran IBA (Tabel 3).

Tabel 3. Bahan pembuatan konsentrasi IBA powder mixture. No. Perlakuan Konsentrasi

Pembuatan bubuk campuran IBA dilakukan dengan cara sebagai berikut : IBA dilarutkan dalam alkohol 95% sebanyak 5 ml kemudian diaduk. Sementara itu fungisida dicampur dengan talk. Larutan IBA kemudian dicampurkan ke dalam campuran fungisida dan talk kemudian diaduk-aduk dan disiapkan.

3.4.2Pembuatan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk penanaman setek berupa campuran pasir malang, arang sekam, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1 (v/v). Setelah media tanam tercampur secara merata, kemudian media tanam dimasukkan ke dalam polibag warna hitam berukuran diameter 12 cm dan tinggi 12 cm.

3.4.3Persiapan Bahan Setek dan Penanaman Setek

Bahan tanaman diambil dari batang tanaman, yakni cabang sekunder atau tersier. Cabang dipotong setiap 2 buku, (Gambar 3a). Bahan setek diolesi bubuk

(37)

18

kedalaman 4-5 cm pada polibag yang telahdiisi media tanam. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam terlebih dahulu pada media dalam polibag, kemudian setiap satu setek ditanam untuk tiap polibag.

Gambar 3. (a) Persiapan bahan setek (b) Penanaman setek setelah aplikasi IBA

3.4.4Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan sebanyak 1 kali sehari, yaitu pada pagi hari sebanyak 200 ml. Selain itu dilakukan pembersihan gulma dengan cara manual.

3.5Variabel yang Diamati

Pengamatan dilakukan setelah setek berumur 2, 3, 4, dan 5 minggu. Adapun variabel yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Akar Primer

(38)

19

2. Panjang 3 Akar Terpanjang

Panjang akar primer dengan cara mengukur 3 akar primer terpanjang pada setiap setek secara manual dengan menggunakan penggaris pada 5 minggu setelah tanam.

3. Bobot Segar Akar

Bobot akar dihitung dengan cara memotong semua akar dari 3 sampel dari setiap satuan percobaan kemudian ditimbang bobotnya.

4. Panjang Tunas

Panjang tunas dihitung dengan cara mengukur panjang tunas dari pangkal tunas sampai titik tumbuh pada setiap setek secara manual dengan

menggunakan penggaris pada 2, 3, 4, dan 5 minggu setelah tanam.

5. Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung dari jumlah semua daun yang telah membuka pada 2, 3, 4, dan 5 minggu setelah tanam.

6. Bobot Segar Tanaman

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian IBA pada penyetekan mentimun papasan menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan perakaran pada setek tanpa pemberian IBA. Jumlah akar primer pada konsentrasi IBA 2.000 ppm sebanyak 16,60 secara nyata lebih banyak daripada kontrol (0 ppm) sebanyak 3,80 helai. Berdasarkan

pengamatan panjang tunas dan jumlah daun, perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

5.2 Saran

(40)

PUSTAKA ACUAN

Beyl, C. A., D.W. Burger, dan Z. M. Cheng. 2015. Plant Growth Substances Used in Propagation. Hal. 47-63 dalam Plant Propagation Concepts and

Laboratory Exercises. Second Edition. Beyl, C. A. dan R. N. Trigiano. CRC Press. Boca Raton.

Churiyah dan S. Harran. 2010. Protein bioaktif dari bagian tanaman Coccinia grandis (L.) Voigh dan aktivitasnya terhadap galur sel kanker.

Farmasains 1 (1) : 31-36.

Galavi M., M .A. Karimian dan S. R. Mousavi. 2013. Effect of different auxin (IBA) concentrations and planting-beds on rooting grape cutting (Vitis vinifera). Annual Review & Research in Biology 3 (4) : 517-523. Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies, dan R. L. Geneve. 2011. Plant

Propagation Principle and Practice. Eight Edition. Prentice Hall International Inc. New Jersey.

Imbumi, M. D. 2004. Coccinia grandis (L.) Voigt. Plant Resource of Tropical Africa.

http://database.prota.org/PROTAhtml/Coccinia%20grandis_En.htm. diakses pada 25 November 2014.

Kirana R., R. Gaswanto, dan I. M. Hidayat. 2006. Budidaya dan Produksi Benih Timun Merah (Coccinia grandis) dalam Buletin Petunjuk Teknis Budidaya dan Produksi Benih Beberapa Sayuran Indegenous. Hidayat, I. M., R. Kirana, R. Gaswanto, Kusmana. Balai Penelitian Tanaman Sayur. Bandung.

Maulida D., Rugayah, dan D. Andalasari. 2013. Pengaruh pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dan konsentrasi NAA (Naphthalene Acetic Acid) terhadap keberhasilan penyetekan sirih merah (Piper Crocatum Ruiz and Pav.). J. Pen.Pertanian Terapan 13 (3) : 151-158.

(41)

33

Pattanayak, S. P., dan P. Sunita. 2009. In vivo Antitussive activity of Coccinia grandis against irritant aerosol and sulfur dioxide-induced cough model in rodent. Bangladesh J. Pharmacology 2009 (4) : 84-87.

Pekamwar S. S., T. M. Kalyankar, dan S. S. Kokate. 2013. Pharmacological activities of Coccinia grandis: Review. J. Appl. Pharmaceutical Science 3 (05) : 114-119.

Pribadi, E. R. 2009. Pasokan dan permintaan tanaman obat Indonesia serta arah penelitian dan pengembangannya. J. Perspektif 8 (1) : 52 – 64.

Raja, M. A., Sushma K., D. Banji, K.N.V. Rao, dan Selvakumar D. 2014. Evaluation of standardisation parameters, pharmacognostic study,

preliminary phytochemical screening and In vitro Antidiabetic activity of Coccinia indica fruits as per WHO Guidelines. Indian J. Pharm. and Biol. Research 2 (3) : 54-64.

Rindyastuti, R., dan B. S. Daryono. 2009. Identifikasi Papasan (Coccinia grandis (L.) Voigt) di tiga populasi di Yogyakarta. J. Biologi Indonesia

6 (1) : 131-142.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan : Jilid 3.

(Penerjemah : D. R. Lukman, dan Sumaryono). ITB Press. Bandung. Sharma, A. K., M. Chaudhary, R. Kumar, B. Chauhan, S. Sharma, A. D. Sharma.

2011. Antioxidant activity of Coccinia grandis fruits and leaves. Artikel Inventi Rapid : Ethnopharmacology 2011.

Shofiana, A., Y. S. Rahayu, dan L. S. Budipramana. 2013. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi hormon IBA (Indole ButyricAcid) terhadap

pertumbuhan akar pada stek batang tanaman Buah Naga (Hylocereus undatus). J. LenteraBio 2 (1) : 101–105.

Siringo-ringo, A. 2014. Pengaruh Aplikasi IBA (Indolebutiryc Acid) Terhadap Pengakaran Setek Lada (Piper nigrum L.,). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 7-90     .......................................................................................
Tabel
Tabel 1. Manfaat medis pada bagian tanaman mentimun papasan.
Gambar 1. Tanaman mentimun papasan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data-data berkaitan permintaan perumahan awam kos rendah di Kawasan kajian diperolehi dan dianalisa dengan menggunakan kaedah-kaedah peramalan yang telah

diantara investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan adalah investasi dalam bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan minuman yang diharamkan, lembaga

Kelayakan investasi dilakukan dengan cara menganalisa ekonomi dari investasi suatu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang akan dirancang di gedung kuliah

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah,

(Kalau Gus Jalil sering bicara ke kita atau para santri biar anak-anak itu kompak, bisa saling kenal bahkan bisa menjaga antar santri kalau ada masalah. Ini sudah dicontohkan sama

Begitupun pada persuasinya mayoritas respon petani terhadap teknologi ini masih kurang baik sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih dalam mengenai teknologi

Dari hasil pengamatan dilapangan penguatan kelembagaan kelompok tani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa masih sangat kurang, dan terbatas,

Pelatihan bagi fasilitator PUSPAGA sebagai 2P dalam Pencegahan Perkawinan Anak Jumlah Kecamatan/ Desa/Kelurahan yang memiliki fasilitator PUSPAGA 2P Pencegahan Perkawinan Anak