• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SD NEGERI 01 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SD NEGERI 01 METRO BARAT"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)UNTUK

MENINGKATKANHASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B

SD NEGERI 01 METRO BARAT

Oleh

ROHMAD FAUZI

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa kelas IV B SD Negeri 01 Metro Barat melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan pendekatan scientific.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam bentuk teknik nontes dan teknik tes. Alat pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru, hasil belajar kompetensi sikap, dan hasil belajar kompetensi keterampilan, serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal hasil belajar pada kompetensi sikap siklus I dalam kategori rendah. Siklus II dalam kategori sedang. Siklus III sangat tinggi. Ketuntasan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan siklus I dalam kategori sedang. Siklus II dan Siklus III dalam kategori tinggi. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pada kompetensi keterampilan siklus I dalam kategori rendah. Siklus II Dalam kategori sedang. Siklus III Dalam kategori sangat tinggi.

(2)
(3)
(4)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian PTK ... 33

2. Peningkatan Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model Scientific ... 86

3. Peningkatan Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model PBL ... 87

4. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Kompetensi Sikap Siswa ... 89

5. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan ... 90

(5)

viii

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2. Pengertian Model Problem Based Learning ... 9

3. Karakteristik Model Problem Based Learning... 10

4. Tujuan Model Problem Based Learning ... 11

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning ... 12

6. Peran Guru dalam Model Problem Based Learning ... 13

7. Langkah-langkah Model Problem Based Learning ... 14

B.Belajar ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14

2. Teori Belajar ... 16

3. Hasil Belajar ... 20

(6)

ix

D.Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 ... 28

1. Pembelajaran Tematik ... 29

F. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 41

G.Indikator Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A.Gambaran Lokasi Penelitian ... 46

B.Prosedur Penelitian ... 47

1. Deskripsi Awal ... 47

2. Refleksi Awal ... 48

3. Persiapan pembelajaran ... 48

C.Hasil Penelitian ... 49

D.Rekapitulasi Kinerja Guru dan Hasil Penelitian ... 86

1. Kinerja Guru ... 86

2. Sikap Siswa ... 88

3. Pengetahuan Siswa ... 89

(7)

x

E. Pembahasan ... 92

1. Kinerja Guru ... 92

2. Hasil Belajar Siswa ... 93

a. Sikap Siswa ... 94

b. Pengetahuan Siswa ... 94

c. Keterampilan Siswa ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A.Kesimpulan ... 96

B.Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(8)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Administrasi Penelitian ... 102

2. Surat Keterangan Penelitian Dari Unila ... 103

3. Surat Pendahuluan Penelitian Dari Unila ... 104

4. Surat Izin Penelitian ... 105

5. Surat Izin Penelitian Dari SD ... 106

6. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 107

7. Surat Keterangan Penelitian dari SD ... 108

8. Perangkat Pembelajaran ... 109

9. Rencana Perbaikan Pembelajaran ... 110

10.Soal-soal Tes Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 138

11.Lembar IPKG ... 141

12.Lembar Observasi Sikap Siswa ... 153

13.Lembar Observasi Hasil Belajar ... 158

14.Lembar Keterampilan Siswa Siswa ... 161

(9)

xvi

6. Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 38

7. Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan ... 39

8. Ketuntasan Hasil Belajar Pengetahuan Siswa ... 40

9. Kkategori Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa ... 41

10.Rincian Kegiatan PTK Tiap Siklus ... 49

11.Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model Scientific pada Siklus I ... 54

12.Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model PBL pada Siklus I ... 55

13.Hasil Pengamatan Hasil Belajar Kompetensi Sikap Siklus I ... ... 56

14.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I ... 57

15.Hasil Pengamatan Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan Siklus I ... 58

16.Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model Scientific pada Siklus II ... 66

17.Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model PBL pada Siklus II ... 67

18.Hasil Pengamatan Hasil Belajar Kompetensi Sikap Siklus II ... ... 68

19.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II ... 70

20.Hasil Pengamatan Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan Siklus II ... 71

21.Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model Scientific pada Siklus III ... 79

22.Kinerja Guru Dalam Menerapkan Model PBL pada Siklus III ... 80

23.Hasil Pengamatan Hasil Belajar Kompetensi Sikap Siklus III ... ... 81

24.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siklus III ... 82

25.Hasil Pengamatan Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan Siklus III ... 83

26.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Menerapkan Model Scientific ... 86

27.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Menerapkan Model PBL ... 87

28.Rekapitulasi Hasil Belajar Kompetensi Sikap Siswa ... 88

29.Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 89

(10)
(11)
(12)
(13)

MOTO

Kemenangan yang seindah-indahya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia adalah menundukkan diri

(14)

ix

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah dan

terima kasih serta bangga kepada orang yang sangat kukasihi dan

kusayangi.

Ayahanda dan Ibunda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang

telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karena

kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,

Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah.

Kakak-kakakku

Untuk kakak-kakakku, tiada yang paling mengharukan saat berkumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi

warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat ku

persembahkan. Maaf belum bisa menjadi seseorang yang membanggakan, tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk

kalian.

Serta keluarga dan sahabat-sahabat yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik dan dapat menyelesaikan studi

(15)

RIWAYAT HIDUP

(16)

ix

SANWACANA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas IV B SD Negeri 01 Metro Barat”sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi ini serta telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

(17)

x

motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing 2 yang telah membantu, membimbing, dan memberikan saran serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Ibu Sri Subyakti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Metro Barat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 11. Ibu Jayanti, S.Pd.SD, selaku guru kelas IV B SD Negeri 1 Metro Barat yang

telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.

(18)

xi

13. Kedua orang tua, kakak, dan keluarga besar yang telah memberikan doa, motivasi, serta bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

14. Teman-temanku (Jaya, Suhardi,) dan seluruh sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan, dukungan, nasihat, motivasi dan doanya selama ini.

15. Teman-teman PGSD kelas B angkatan 2010 (Sinta, Aji, Mayang, Serlia, Serli, Bagus, Fahmi, Akmal, Dita, Candria, Cahya, Rizka, Suli, Sinta, Indah, Yuyun, Via, Umi, Maulinda, Aqmarina, Reni, Lita, Saras, Risti, Julia, Nyoman, Ratna, Putu, Mega, Rimba, Hardiana dan Surani), terima kasih atas kebersamaannya selama ini, serta terima kasih atas doa dan dukungannya. 16. Seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya, terima kasih atas nasihat,

dukungan, saran, dan doa, serta sudah menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti untuk dapat menyelesaikan studi.

17. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Amin

Metro, 17 Juli 2014 Peneliti

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik. Sesuai dengan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 (Ayat 1) Bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pentingnya arti pendidikan menuntut guru untuk lebih bertanggungjawab dalam proses pembelajaran di kelas sehingga terjadi peningkatan pada pengetahuan dan keterampilan siswa.

(20)

2

(SD) sangat menentukan langkah kedepan seseorang dalam melanjutkan jenjang pendidikannya. Pada saat ini di sekolah dasar mulai menerapkan pembelajaran tematik yang pembelajarannya merujuk pada penggabungan beberapa mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan tersebut, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Hal itu sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Sudiatmaja, 2008: 54) bahwa anak usia 7 – 11 tahun atau usia sekolah dasar masih berada dalam cara berfikir yang logis akan segala sesuatu yang ditemuinya.

Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar, menjadikan siswa dapat belajar dari pengalaman maupun lingkungan sekitar. Upaya untuk menunjang tercapainya pembelajaran tematik tersebut harus didukung dengan suasana pembelajaran yang kondusif dan mendukung. Suasana pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas sangat menentukan akan keberhasilan tercapainya tujuan suatu pembelajaran. Agar pembelajaran tematik dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tematik dan sesuai. Pendekatan Scientific adalah konep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.

(21)

3

haruslah menyentuk tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan proses pembelajaran yang seperti itu, diharapkan siswa dapat kreatif, inovatif, produktif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan perkembangan keterampilan.

Menilai aspek sikap, pengeahuan, dan keterampilan dibutuhkan suatu penilaian yang tidak hanya menilai ranah pengetahuan saja melainkan menilai dari segi proses pembelajaran juga. Dalam hal ini dirasa penilaian outentik tepat untuk dapat menilai ketiga aspek di atas. Sejalan dengan hal tersebut Kemendikbud (2013: 246), mengungkapkan penilaian outentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Lebih lanjut Mueller (dalam Nurgiantoro, 2011: 23), penilaian outentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan atau keterampilan.

(22)

4

Rendahnya hasil belajar itu dikarenakan beberapa kekurangan dalam pembelajaran, diantaranya guru masih belum optimal dalam menerapkan variasi model pembelajaran, belum optimal dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, masih terlihatnya pergantian dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain, dan kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga hal tersebut berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran ditemukan beberapa masalah siswa antara lain : kurangnya perhatian siswa ketika guru menjelaskan pelajaran, sikap siswa dalam bekerja sama ketika pembelajaran kelompok belum terlihat, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, terlihat dari sedikitnya siswa yang bertanya dari materi yang telah diajarkan.

(23)

5

mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah model Problem Based Learning (PBL).

Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 241) menyatakan PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Lebih lanjut, menurut Mi1kelayu (mi1kelayu.blogspot, 2014) model PBL memiliki kelebihan diantaranya mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Sehingga dengan penerapan model PBL pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamiludin (2010) yang menyimpulkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(24)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Guru masih belum optimal dalam menerapkan variasi model pembelajaran

2. Masih terlihatnya pergantian dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain

3. Kurangnya penggunaan media pembelajaran

4. Guru masih belum optimal melaksanakan pembelajaran tematik 5. Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran 6. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

7. Siswa kurang bekerja sama dalam pembelajaran kelompok

8. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran kelas IV B SD Negeri 01 Metro Barat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian adalah “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas IV B SD Negeri 01 Metro Barat?

D. Tujuan Penelitian

(25)

7

E. Manfaat penelitian

Adapun penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi siswa

Meningkatnya semangat belajar siswa karena adanya inovasi pembelajaran sehingga diharapkan hasil belajar siswa dari segala aspek dapat meningkat.

2. Bagi guru

Bertambahnya wawasan guru dalam menerapkan model problem based learning dalam pembelajaran tematik sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan profesionalitas guru.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan ketercapaian tujuan dalam proses pembelajaran.

4. Keilmuan ke PGSD-an

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas, sikap, dan pengetahuan siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hanafiah (2009: 41) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Sedangkan Zubaidi (2011: 185) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Selanjutnya, pada pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata (Rustaman, 2011: 2.17).

(27)

9

pada proses pembelajaran di dalam kelas yang memperhatikan pengetahuan awal siswa dan melibatkan siswa secara langsung berupa kegiatan nyata sehingga aktivitas, keterampilan, sikap, dan pengetahuan siswa dapat meningkat.

2. Pengertian Model PBL

Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.

(28)

10

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan PBL adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata. Dalam PBL diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang didapatnya, sehingga kemampuan berpikir siswa benar-benar terlatih.

3. Karakteristik Model PBL

Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk membedakan model yang satu dengan model yang lain. Seperti yang diungkapkan Trianto (2009: 93) bahwa karakteristik model PBL yaitu: (a) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (c) penyelidikan autentik, (d) menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dan (e) kerja sama.

Sedangkan karakteristik model PBL menurut Rusman (2010: 232) adalah sebagai berikut:

a) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective). d) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning.

g) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

h) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

(29)

11

j) Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Selain itu, ada hal khusus yang membedakan model PBL dengan model lain yang sering digunakan guru. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 yang dikemukakan oleh Slavin, dkk. (dalam Amir, 2010: 23).

Tabel 2.1 : Perbedaan PBL dengan Metode Lain No Metode belajar Deskripsi

1 Ceramah Informasi dipresentasikan dan didiskusikan oleh guru dan siswa.

2 Studi Kasus

Pembahasan kasus biasanya dilakukan di akhir pembelajaran dan selalu disertai dengan pembahasan di kelas tentang materi (dan sumber-sumbernya) atau konsep terkait dengan kasus.

3 PBL

Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan diawal kegiatan pembelajaran. Fokusnya adalah bagaimana siswa mengidentifikasi isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah. Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh siswa

4. Tujuan Model PBL

(30)

12

keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik model PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif.

Sedangkan Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 242) mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: (a) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; (c) menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.

5. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model PBL juga memiliki kelemahan dan kelebihan yang perlu dicermati untuk keberhasilan penggunaannya. Menurut (Warsono dan Hariyanto, 2012, 152) kelebihan PBL antara lain:

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world).

b. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman.

c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa. d. Membiasakan siswa melakukan eksperimen. Kelemahan dari penerapan model ini antara lain:

a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah.

b. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.

(31)

13

6. Peran Guru dalam Model PBL

Seorang guru dalam model PBL harus mengetahui apa peranannya, mengingat model PBL menuntut siswa untuk mengevaluasi secara kritis dan berpikir berdayaguna. Peran guru dalam model PBL berbeda dengan peran guru di dalam kelas.

Peran guru dalam model PBL menurut Rusman (2010: 245) antara lain:

a. Menyiapkan perangkat berpikir siswa

Menyiapkan perangkat berpikir siswa bertujuan agar siswa benar-benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan model PBL. Seperti, membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, membantu siswa merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan.

b. Menekankan belajar kooperatif

Dalam prosesnya, model PBL berbentuk inquiry yang bersifat kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray, dkk (dalam Rusman, 2010: 235) inkuiri kolaboratif sebagai proses di mana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Sehingga siswa dapat memahami bahwa bekerja dalam tim itu penting untuk mengembangkan proses kognitif.

(32)

14

d. Melaksanakan PBL

Dalam pelaksanaannya guru harus dapat mengatur lingkungan belajar yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah. Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dalam proses inkuiri kolaboratif dan belajar siswa.

7. Langkah-langkah Model PBL

Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut. a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya dan,

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

(33)

15

kehidupan bermasyarakat. Menurut Syah (2002: 113) belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.Selanjutnya Rumiati (2007: 1.2) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang diamati relatif lama. Menurut Hernawan (2007: 2) belajar merupakan proses perubahan perilaku dimana perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, yang mencakup dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut pandangan konstruktivistik dalam Budiningsih (2005: 58), belajar adalah suatu proses konstruksi pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh orang yang belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sardiman (2011: 20) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

(34)

16

belajar adalah seperangkat proses kognitif yang dapat mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi untuk memperoleh kapasitas yang baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku dan sikap yang dilakukan secara sadar dan berlangsung sepanjang hayat.

2. Teori Belajar

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Banyak teori tentang belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli, diantaranya yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme.

a. Teori belajar behaviorisme

Perspektif behaviorisme pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1927, seorang fisiologist Rusia, dan selanjutnya dikembangkan oleh Skinner pada tahun 1953.

Menurut Winataputra (2008: 2.5) mengemukakan bahwa

„belajar‟ pada teori behaviorisme merupakan perubahan perilaku,

(35)

17

dan respon, yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar.

Pada dasarnya perspektif behaviorisme menjelaskan bahwa seseorang akan berubah perilakunya (belajar) apabila dia berada dalam suatu kondisi belajar yang meregulasi perilaku. Menurut Suprijono (2010: 17) perilaku dalam pandangan behaviorisme adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. Perilaku tersebut dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati bukan melalui proses mental. Lapono, dkk (2008: 1.15) konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta didik akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru.

Teori behaviorisme sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis yang artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Proses stimulus-respons terdiri dari beberapa unsur, yaittu dorongan (drive), stimulus atau rangsangan, respons, dan penguatan (reinforcement).

(36)

18

hal tersebut tidak dapat dilihat. Sesorang dianggap telah belajar sesuatu apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memandang bahwa belajar bukan semata-mata proses perubahan tingkah laku yang tampak, melainkan sesuatu yang kompleks yang sangat dipengaruhi oleh kondisi mental siswa yang tidak tampak. Perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Suprijono (2010: 22) teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmiah Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat produktif (Winataputra, 2008: 3.4)

.

(37)

19

Menurut Bruner (Suprijono, 2010: 24) perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu tersebut. Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long-term memory).

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme memaknai belajar sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan orang lain. Dengan demikian hasil belajar akan dipengaruhi oleh kompetensi dan struktur intelektual sesorang. Menurut Suprijono (2010: 30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.

3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep sesorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

(38)

20

sekedar mempelajari teks-teks (tekstual), terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau kontekstual.

Menurut lapono, dkk (2008: 1.25) mengemukakan bahwa konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut Winataputra (2008: 6.15) perspektif konstruktivisme pembelajaran dimaksudkan untuk mendukung proses belajar yang aktif yang berguna untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

(39)

21

harus dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil belajar merupakan perubahan perilaku anak setelah melalui kegiatan belajar. Nashar (2004: 77) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Lebih lanjut Bloom (Sudjana, 2012: 22), membagi hasil belajar atas tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Sudjana (2012: 22-23) menjelaskan tiga ranah tersebut.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisai, dan ternalisasi.

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretative.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar menjelaskan bahwa:

a. Ranah kognitif adalah memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

(40)

22

Kunandar (2013: 100) menjelaskan ranah afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri yang merupakan karekateristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menilai sikap Disiplin dan Tanggung Jawab

1. Disiplin

Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib. Lebih lanjut Kemendikbud (2013) menyebutkan bahwa indikator sikap disiplin yaitu:

a. Datang tepat waktu

b. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah

c. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan

2. Tanggung Jawab

(41)

23

a. Melaksanakan tugas individu dengan baik b. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan c. Menepati janji

d. Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta

c. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson dalam Sudijono (2011: 57) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak individual. Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut ini.

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.

(42)

24

sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.

Hasil kerja akhir proyek dapat berupa laporan tertulis, rekaman video, atau gabungan keduanya, dan lain-lain. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

3. Penilaian Portofolio

(43)

25

Penilaian keterampilan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja digunakan untuk melihat unjuk kerja siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran, khususnya keterampilan siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi.

C. Kinerja Guru

Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru akan berimbas kepada hasil belajar yang diperoleh siswa. Agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka guru harus memiliki berbagai keterampilan/kinerja yang menunjang dari profesinya tersebut.

Menurut Rusman (2012: 50) wujud perilaku guru tersebut, di antaranya adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar. Maka, kinerja guru tidak hanya terbatas pada saat terjadi proses belajar mengajar di ruang kelas, akan tetapi termasuk juga kegiatan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran tersebut.

(44)

26

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan terhadap atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/ silabus; (4) perancangan pembelajaran; (4) perancangan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) evaluasi hasil belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) beribawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial

(45)

27

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan tentang penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya: (1) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan; (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan; (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8) kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang; (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

Kemendikbud (2013, 195-197) menyebutkan apsek yang diaamati dalam praktik guru menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik selama proses pembelajaran yaitu:

a. Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan apersepsi, motivasi dan penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan.

(46)

28

dalam pembelajaran, melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, dan menggunakan bahasa yang tepat dan benar dalam pembelajaran.

c. Pada kegiatan penutup guru menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi, tes lisan atau tulisan, mengumpulkan hasil kerja, dan melaksanakan tindak lanjut.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah wujud unjuk kerja atau perilaku guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Adapun dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan indikator kinerja guru menurut Kemendikbud (2013, 195-197).

D. Pembelajaran Pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, Siswa dituntut untuk paham atas materi,

aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

(47)

29

1. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan tersebut, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Hal itu sejalan dengan pendapat Trianto (2010: 83) Pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makana bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: 1) berpusat pada siswa; 2) memberikan pengalaman langsung; 3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; 4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran; 5) bersifat fleksibel; 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; 7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Hernawan, 2007: 131).

2. Pendekatan Scientific

(48)

30

3. Penilaian Autentik

Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan kepada keaktifan siswa dalam proses belajar, sehingga penilaian tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja namun juga dari proses belajar yang dialami siswa baik pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Teknik penilain autentik di sd adalah:

1) Sikap. Penilaian aspek sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal.

2) Pengetahuan. Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

3) Keterampilan. Aspek keterampilan dapat dinilai dari kinerja atau performance, projek, dan fortofolio

E. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mewajibkan kegiatan

(49)

31

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan

model Problem Based Learning (PBL) dengan langkah-langkah yang tepat maka hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 1 Metro Barat Kota Metro dapat meningkat”

1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran 2. Hasil belajar siswa rendah

Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan scientific yaitu dengan Pemberian masalah, pembagian anggota kelompok, mengajukan pertanyaan pada lembar soal, menukarkan lembar soal kepada kelompok lainnya, menjawab soal pada lembar jawab, mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab

hasil belajar pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor meningkat sehingga siswa yang

tuntas mencapai ≥75% dari jumlah siswa

Input

(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di dalam kelas. Menurut Wiriatmadja (dalam Wardhani 2007: 1.3) Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

(51)

33

Alur penelitian dapat dilihat pada bagan siklus berikut.

Gambar 3.1 Tahap PTK Selama Penelitian

B. Setting Penelitian

1) Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas IV B. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas IV B SD Negeri 01 Metro Barat yang berjumlah 24 orang siswa terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 12 orang perempuan.

2) Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 01 Metro Barat yang beralamatkan di Jln. Sriwijaya 16.A Mulyosari metro Barat - Kota Metro

3) Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian selama 4 bulan, yang dilaksanakan dari bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014.

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

dst

Perencanaan

(52)

34

C. Teknik Pengumpulan Data

1) Teknik Nontes

Teknik nontes dengan (observasi) digunakan untuk menilai sikap siswa, keterampilan siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning Tema Tempat Tinggalku Sub Tema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.

a. Indikator Kinerja Guru

Tabel 3.1 Indikator kinerja guru

Kompetensi Indikator

Pedagogik

1. Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

2. Mengajukan pertanyaan menantang. 3. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 4. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.

5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. 6. Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi.

7. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 8. Menguasai kelas.

9. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

10. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurt effect).

11. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. 12. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.

13. Memancing peserta didik untuk bertanya. 14. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 15. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 16. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

17. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berpikir yang logis dan sistematis).

18. Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

19. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. 20. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. 21. Menghasilkan pesan yang menarik.

22. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran. 23. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

24. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

25. Merespon positif partisipasi peserta didik.

26. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. 27. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

28. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar. 29. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. 30. Memberikan tes lisan atau tulisan .

31. Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

32. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Kompetensi Kepribadian

33. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 34. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kompetensi Sosial

35. Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

(53)

35

Kompetensi Indikator

Kemampuan Profesional

37. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. 38. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan,

perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

39. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

40. Menyajikan materi secara sistematis (mudah kesulit, dari konkrit ke abstrak) 41. Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

42. Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes. 43. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu. 44. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

(Sumber: Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 195-197)

b. Indikator Sikap Siswa

Tabel 3.2 Indikator sikap siswa

Sikap yang diamati

Aspek yang

dinilai Indikator Masing-Masing Aspek Skor

Disiplin memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dari nilai itu.

2)Mulai terlihat apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat.dan lingkungan yang lebih luas 3)Mulai Berkembang apabila peserta didik sudah

memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan

4)Sudah membudaya apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran dan mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas sudah

(54)

36

c. Indikator Keterampilan siswa

Tabel 3.3 Indikator keterampilan siswa

Keterampilan yang diamati Aspek yang dinilai Indikator Skor

Keterampilan siswa berinteraksi dalam kegiatan

diskusi

Komunikasi

1.komunikasi kurang lancar

2.Komunikasi agak lancar, tetapi sulit dimengerti 3.Komunikasi lancar tetapi kurang jelas dimengerti 4.Komunikasi sangat lancar, benar dan jelas

1

2.sistematis, namun uraian kurang,/tidak jelas 3.Sistematis, namun uraian cukup 4.Sistematis, uraian luas dan jelas

1

1.Tidak menunjukkan pengetahuan/ materi 2.Sedikit memiliki pengetahuan/materi 3.Memiliki pengetahuan/materi tetapi kurang luas 4.Memeiliki pengetahuan/materi yang luas

1

3.Antusias tetapi kurang kontrol 4.Antusias dan terkontrol kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa yang disajikan dalam bentuk soal-soal untuk mengukur ranah kognitif dalam pembelajaran dengan model problem based learning Tema Tempat Tinggalku Sub Tema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.

D. Alat Pengumpul Data

(55)

37

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah :

1) Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru psikomotor, dan sikap siswa selama pembelajaran berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan.

2) Soal-soal Tes

Tes dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengungkapkan pengetahuan siswa terhadap materi dengan menggunakan model problem based learning Tema Tempat Tinggalku Sub Tema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.

E. Teknik Analisis Data

1) Data Kualitatif

Data kualitatif peneliti dapatkan dari hasil observasi selama proses pembelajaran. Adapun yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini adalah sikapsiswa dan kinerja guru.

a. Kinerja Guru

Keterangan:

N = Nilai yang dicari.

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor Maksimum

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008:102)

(56)

38

Tabel 3.4. Kategori kinerja guru.

No Peringkat Nilai

b. Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Sikap

Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa pada kompetensi kategori sikap siswa sebagai berikut.

Tabel 3.5. Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap

Sumber : Kemendikbud (2013: 131)

100 × SM

SP

(57)

39

c. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan

1) Hasil belajar siswa pada kompetensi keterampilan diperoleh menggunakan rumus:

= � � Sumber: Kunandar (2013: 266)

Nilai tersebut selanjutnya dikategorikan dalam kategori kompetensi ketrampilan siswa sebagai berikut.

Tabel 3.6. Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan

Sumber : Kemendikbud (2013: 131)

2) Data Kuantitatif

(58)

40

� =∑�

= �

� = � %

a. Menghitung Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Individual

Keterangan: S = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

Ketuntasan individual jika siswa memperoleh nilai ≥66

Sumber :Purwanto (2008: 112)

Tabel 3.7. Ketuntasan Hasil Belajar Pengetahuan Siswa. Konversi nilai akhir Predikat (pengetahuan

dan keterampilan) Sikap

b. Menghitung Nilai Rata-rata Hasil Belajar Seluruh Siswa

Keterangan: ̅ = Nilai rata-rata yang dicari

∑X = Jumlah nilai

n = Jumlah jumlah siswa Sumber: Muncarno (2009:15)

c. Ketuntasan Klasikal

(59)

41

Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa tersebut selanjutnya dikategorikan ke dalam kategori persentase ketuntasan hasil belajar siswa berikut.

Tabel 3.8. Kategori Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Ketuntasan Klasikal Hasil

Belajar Siswa Kategori

≥80% Sangat Tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

˂20% Sangat Rendah

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai nilai ≥ 66

Ketuntasan klasikal : jika ≥ 75 % dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan individual ≥ 66

F. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dengan berbagai kemungkinan yang dianggap perlu. Setiap siklus yang dilaksanakan terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1) Siklus 1

a) Tahap Perencanaan

Pada siklus 1 materi pembelajarannya adalah tema “Tempat Tinggalku sub tema keunikan daerah tempat tinggalku”. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut. 1) Menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang

(60)

42

2) Menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru, dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.

3) Menyiapkan alat, sarana, dan bahan pendukung yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses pembelajaran tematik dengan menggunakan model problem based learning. Penerapannya mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan fase-fase pada model problem based learning. Secara rinci pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

a. Pengondisian kelas b. Apersepsi

2. Kegiatan inti

a) Guru mengawali pelajaran dengan memberikan masalah kepada siswa untuk didiskusikan dan dipecahkan bersama kelompok.

b) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5–6 orang. Dalam setiap kelompok ditunjuk seorang ketua dan sekretaris.

(61)

43

d) Guru membimbing siswa untuk dapat mengumpulkan informasi, seperti meminta siswa mencari referensi di perpustakaan, diskusi, dan bertanya.

e) Setelah melakukan penyelidikan dan diskusi, siswa diminta untuk membuat laporan dari hasil penyelidikannya dalam memecahkan masalah dan mempresentasikannya di depan kelas secara bergantian.

f) Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi hasil laporan dari kelompok yang sedang presentasi.

g) Guru dan siswa melakukan analisis dan evaluasi terhadap penyelidikan yang telah dilakukan siswa dan hasil laporan. h) Guru memberikan tes hasil belajar untuk mengukur

pemahaman siswa terhadap materi. 3. Penutup

a Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b Guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa.

c Guru menutup pembelajaran.

c) Tahap Observasi

(62)

44

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model problem based learning dengan lembar observasi yang telah dibuat.

d) Tahap Refleksi

1. Menganalisis kekurangan dan keberhasilan guru dalam menerapkan model problem based learning.

2. Menganalisis hasil observasi hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan Model problem based learning.

3. Berdiskusi dengan guru untuk merencanakan perbaikan pembelajaran sebagai tindak lanjut pertemuan selanjutnya.

2) Siklus 2

1. Perencanaan

Pada siklus 2 ini kegiatan dibuat dengan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan refleksi pada siklus I yang membedakan hanya materinya.

2. Pelaksanaan

Pada siklus 2 tindakan yang dilakukan sama seperti siklus I yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.

3. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

(63)

45

disiapkan meliputi lembar observasi tentang sikap siswa,

ketrampilan siswa dan kinerja guru.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap siklus II baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus II pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan hasil belajar psikomotor siswa kelas IV SD Negeri 01 Metro Barat secara klasikal mencapai 75% dari jumlah siswa atau 18 siswa

memperoleh nilai keterampilan minimal pada kategori “Terampil” di

setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan hasil belajar afektif siswa kelas IV SD Negeri 01 Metro Barat secara klasikal mencapai 75% atau 18 siswa memperoleh nilai

sikap minimal pada kategori “Baik” disetiap siklusnya.

(64)

98

DAFTAR PUSTAKA

.

Amir. M.Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB,dan TK. Yamara Widya. Bandung

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud, Jakarta. Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Upi Press, Bandung. 252 hlm

J.R., Adisusilo Sutarjo.2012.Pembelajaran Nilai Karakter:Kontruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif.Depok:Rajagrafindo Persada.265 hlm.

Januhari M. Tantowi.

2012http://mi1kelayu.blogspot.nl/2012/06/model-pembelajaran-problem-based. Diakses tanggal 13 februari pukul 20.00 WIB. Kartika. 2012. Problem Based learning http://gayahidupalami.wordpress.com/

pendidikan/ problem-based-learning/. Diakses tanggal 14 februari pukul 19.00 WIB

(65)

99 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum SMK dan MAK. Kemendikbud. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar.

Kemendikbud. Jakarta

______________. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Semester II. Kemendikbud. Jakarta.

______________. 2013. Panduan Teknis Penilaian di SekolahDasar.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. 303 hlm.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik kurikulum 2013. Rajawali Pers. Jakarta. Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Depdiknas. Jakarta. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. FKIP PGSD. Bandar Lampung.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Delia press, Jakarta

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosada Karya. Bandung

Purwanto, Nngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknok Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. 44hlm Rusman, 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

guru. Raja Grafindo persada. Bandung

Rustaman, Nuryani. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. DEPDIKNAS. Jakarta.

(66)

100 Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudiatmaja, Kojat. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Bandar Lampung: Gajah Mada

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada. Bandung.

Trianto. 2009. Mendesain Modelpembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi pustaka Publiser. Jakarta

UU Nomor 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Univeritas Terbuka. Jakarta Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesment.

Winataputra, Udin S., dkk. 2008. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gambar

Tabel 2.1 : Perbedaan PBL dengan Metode Lain
Gambar 3.1 Tahap PTK Selama Penelitian
Tabel 3.1 Indikator kinerja guru
Tabel 3.2 Indikator sikap siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dan juga pada kesempatan ini penulis pun menggunakan program aplikasi tersebut untuk membuat sebuah iklan animasi sebuah produk minuman kaleng yang di kemas rapi dan di susun

Adapun cara pengujian ini adalah, pada pengujian tarik menggunakan standar ASTM B557 pengujian ini dilakukan dengan cara menarik spesimen sampai patah yang

It is also supported by Brannen (2005) who states that quantitative research shows the implementation of numeric approach towards data collection and analysis.

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian konsumsi nutrien pada pemeliharaan dan pengamatan burung kenari dewasa pejantan unggul yang siap

Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) Penerapan sistem pembelajaran moving class di SMP Negeri 34 Bandung berdasarkan hasil pengolahan data

Pada Gambar 6 dinyatakan pengaruh perubahan tebal diafragma sekat terhadap nilai deformasi maksimum untuk setiap variasi model sekat.. Pada Model 1, 2, dan 3

To answer that question, this study specifically looked at the 2012 Jakarta gubernatorial election settings as the marker of the extensive use of social media in