• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir Di Majelis Taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir Di Majelis Taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI DZIKIR DI

MAJELIS TAKLIM MAHABBATUR RASUL MENTENG

ATAS JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I)

Oleh

Rachmawati

NIM: 102052025660

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI DZIKIR DI MAJELIS

TAKLIM

MAHABBATUR RASUL MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos I)

Oleh

Rachamawati

NIM: 102052025660

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar srata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Oktober 2008

(4)

PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI

DZIKIR DI MAJELIS TAKLIM

MAHABBATUR RASUL MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Rahmawati

NIM: 102025025660

Di bawah bimbingan

Dra.Hj. Zorina Yuniar NIP: 150198858

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI DZIKIR DI

MAJLIS TAKLIM MAHABBATUR RASUL telah ujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos. I ) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 28 Agustus 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Murodi, M.A. Nasichah, M.A. NIP: 150254102 NIP: 150276298

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. M. Lutfi, M. Ag. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP: 150268782 NIP: 150299324

Pembimbing

(6)

ABSTRAK

Rahmawati

Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir di Majlis Taklim Mahabbatur Rasul

Menteng Atas Jakarta Selatan

Dzikir adalah menyebut nama Allah dengan lisan yang harus diresapkan dalam hati dan melakukan dengan perbuatan-perbuatan shaleh agar manusia juga terhindar dari tabiat yang buruk, kerugian dan sebagainya.

Dzikir adalah kehidupan hati dan merupakan faktor yang menyebabkan hati manusia menjadi hidup. Bahkan ia juga merupakan faktor yang menghidupkan rumah seseorang. Mengingat Allah baik lisan maupun hati merupakan salah satu sarana untuk meraih “simpatik” Allah sehingga cahaya petunjuknya selalu menyertai kehidupan insani beriman. Sebaliknya jika meninggalkan dzikir, Allah pun akan meninggalkannya baik di dunia maupun di akhirat.

Dzikir merupakan suatu cara untuk mendekatkan manusia kepada Tuhannya agar hatinya selalu tentram dan damai dalam menjalankan hidup.

Penelitian ini ingin mengetahui seberapa jauh peranan dzikir dalam membina akhlak para remaja. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa stressor utama subyek yang diteliti adalah para remaja yang pernah melakukan penyimpangan-penyimpangan kenakalan remaja seperti narkotika, mabuk-mabukan dan lain-lain.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan petunjukNya-lah penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan pada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat dan pengikut-nya hingga akhir zaman.

Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, karena itu dalam kesempatan ini dengan rasa hormat dan kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Untuk Ayahanda dan Ibunda. H. Djamhari Akhfas dan Hj Siti Rosyadah yang telah membesarkan, mendidik dan mendo’akan dengan penuh kesabaran serta terus memberikan motivasi kepada penulis, terima kasih atas segala pengorbanan kalian selama ini.

2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Selaku Rektor UIN Syahid Jakarta. 3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Bapak Dr. Murodi, M.A.

4. Bapak Drs. M. Lutfi, M. Ag., sebagai ketua jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan Ibu Nasichah, M. A, selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

(8)

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan banyak memberikan ilmu pengetahuan sehingga meningkatkan wawasan penulis.

7. Bapak pimpinan beserta karyawan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, perpustakaan Utama yang memberikan fasilitas berupa kemudahan bagi penulis dalam meminjam buku-buku referensi.

8. Habib Salim bin Umar Alatas yang telah memberikan informasi, bimbingan, do’a dan dorongan kepada penulis.

9. Adik-adik (Dayat, Faisal, Ria, Ijin dan Faruk) yang memberikan kebahagiaan di kala penulis bersedih, serta memberikan semangat kepada penulis, terima kasih, kakak sayang kalian semua.

10.Maryani dan Husnul yang ikut serta membantu dan terus memberikan semangat kepada penulis.

11.Teman-teman Fakultas Dakwah (Jubed, Siti Zubaedah, Icoh, Yuli, Anita dan semuanya yang penulis tidak sebutkan satu persatu), terima kasih atas kebersamaan selama ini, kenangan saat kita bersama tidak akan penulis lupakan. 12.Semua abang-abang di MR (Zenal, Muhammad, Ochit, Sopi, ijal dan semuanya

yang penulis tidak sebutkan satu persatu) yang memberikan semangat dan siap membantu di saat penulis butuhkan.

13.Juga untuk abang ma’sum dan teman abbas yang telah banyak membantu serta memberi semangat kepada penulis.

(9)

Seiring dengan ucapan terima kasih tersebut, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT, membalas amal baik tersebut dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Penulis pun menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Mudah-mudahan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya umumnya bagi UIN dan khususnya bagi BPI.

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN……… i

ABSTRAK………... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan... 12

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian upaya dan pembinaan……….... 13

B. Pengertian Dzikir dan manfaatnya ... 14

C. Macam-macam Dzikir... 16

D. Pengertian Remaja ... 19

E. Remaja dan Permasalahannya ... 22

(11)

G. Pengertian pembinaan akhlak……….. 26

H. Hal yang dapat mempengaruhi akhlak... 26

H. Manfaat akhlak... 31

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS MAHABBATUR RASUL A. Sejarah dan Tujuan berdirinya ... 33

B. Letak Geografis………... 35

C. Visi dan Misi... 35

D. Sarana dan Prasarana ... 36 E. Struktur organisasi ... 37 F. Program Kerja... 39

BAB IV PENERAPAN DZIKIR DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK REMAJA A. Temuan Penelitian……… 42

1. Identifikasi Remaja……… ... 42

2. Keadaan Akhlak Remaja ... 45

3. Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir…………. ... 48

a) KegiatanDzikir……….... 48

b) MetodeDzikir……….. 52

c) Pembinaan Akhlak Dalam Dzikir……… 58

[image:11.612.93.510.62.712.2]
(12)

5. Hasil-hasl yang dicapai ... 65

B. Analisa Hasil Penelitian ……… 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA………. 69

LAMPIRAN………

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran beragama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilalui pada masa kecilnya. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk dalam kepribadian yang harmonis disegala unsur-unsur pokok yang terdiri dari pengalaman-pengalaman yang menentramkan batin maka dalam menghadapi dorongan-dorongan, baik yang bersifat fisik (biologis), maupun yang bersifat rohani dan sosial, ia akan selalu wajar, tenang dan tidak menyusahkan atau melanggar hukum serta peraturan masyarakat dimana ia tinggal. Akan tetapi orang yang dalam pertumbuhannya dahulu mengalami kekurangan terutama yang berhubungan dengan batin, maka kepribadiannya akan mengalami kegoncangan. Dalam menghadapi kebutuhannya, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, ia akan dikendalikan oleh kepribadian yang kurang baik dan banyak di antara sikap dan tingkah lakunya akan merusak atau mengganggu orang lain.

(14)

Belakangan ini, masalah kemorosotan moral, penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan remaja serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan perilaku lain bukan lagi masalah baru, dan masalah ini sangat memprihatinkan karena telah melanda remaja Indonesia.

Remaja merupakan sekelompok orang yang berada pada usia peralihan menuju kedewasaan, yang mana ditandai dengan situasi psikologis yang tidak seimbang sehingga pada waktu melewati tahapan sosialisasi memungkinkan mereka akan terbawa pada arus budaya dan norma-norma yang keliru. Dan mereka akan memiliki kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan keinginan sendiri, dan tidak lagi berpedoman pada ajaran agama yang selalu menganjurkan untuk berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang baik. Dan pada masa pubertas remaja, sikap atau perbuatan yang negatif seperti merokok, arogan, sok jantan, sikap kasar, tidak ingin terlalu diatur dan lain-lain. Semua hal di atas adalah karena pertumbuhan emosi dan kejiwaannya serta faktor dari lingkungan yang juga ikut berperan.

Dan menurut Zakiah Daradjat, bahwa masa remaja adalah masa pertumbuhan fisik cepat, dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai mencapai titik tertentu. Perubahan yang berlangsung cepat dan tiba-tiba mengakibatkan terjadinya perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaan, remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah, tidak stabil, kelakuannya demikian pula. Kadang-kadang ia penakut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, kadang-kadang berontak pada keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.1

1

(15)

Pada saat sekarang ini dunia sedang dilanda oleh kegoncangan moral, baik terlihat dalam penyelewengan-penyelewengan hak dan kepentingan orang lain, maupun dalam penyelewengan-penyelewengan hak dan kemurnian keluarga, mungkin juga karena persoalan anak-anak yang sedang berada dalam usia remaja. Jika meninjau keadaan masyarakat modern terutama di kota-kota besar, maka akan di dapatkan bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak, atau mulai merosot. Dalam masyarakat tersebut moral tidak lagi menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan pribadilah yang menonjol pada banyak orang.

Seiring dengan kemajuan zaman terdapat suatu kontradiksi yang mencolok antara kemajuan sektor teknologi disatu pihak, dan kemerosotan akhlak dipihak lain. Bukan hal yang aneh bila terdapat dalam media masa seperti: koran, majalah, yang hampir setiap hari memuat kejadian yang mengerikan, baik yang terjadi dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya: pemerkosaan, korupsi, narkotika dan lain-lain. Semua seolah-olah saling berlomba-lomba untuk mendapatkan target teratas dalam kejahatan. Apalagi pembangunan terhadap generasi muda, hal ini berhubungan dengan pencarian diri dan makna hidup.2

Yang dihinggapi oleh kemerosotan moral itu tidak saja kepada anak-anak remaja, akan tetapi telah menjalar sampai kepada orang tua. Belakangan ini penulis banyak mendengar keluhan-keluhan orang tua, ahli didik dan orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, karena yang berumur belasan tahun dan dalam usia remaja yang sukar dikendalikan.

2

(16)

Sebenarnya faktor-faktor yang menimbulkan gejala-gejala kemerosotan moral datang dari daya keimanan yang lemah, keluarga serta lingkungan. Dan yang terpenting di dalamnya adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati orang-orang yang tidak dilaksanakannya ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun oleh masyarakat. Dalam zaman seperti sekarang ini, orang kelihatannya kurang memperhatikan ajaran agama. Anak-anak dibesarkan dan menjadi dewasa tanpa mengenal pendidikan agama, terutama pendidikan agama dalam rumah tangga.

Keluarga banyak yang menumpahkan perhatiannya kepada pengetahuan umum agar menjadi orang pandai, tetapi jarang dididik menjadi orang baik dalam arti yang sesungguhnya. Agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi kehidupan orang tua maupun remaja.

Majelis taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan dalam aktifitasnya mengacu pada fungsi merubah suatu keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang lebih baik, dari kebodohan menjadi terdidik, dari ketidakmampuan menjadi kecukupan dan pemberian bimbingan agama Islam dalam rangka membentuk prilaku yang islami. Dan salah satunya adalah dengan membiasakan pada remaja untuk mengingat Allah melalui dzikir dan membaca shalawat, serta menyampaikan materi-materi yang lainnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya memberikan sugesti bahwa dzikir adalah suatu cara untuk menghilangkan kegelisahan-kegelisahan dan menentramkan batin seseorang.

(17)

itu ketika saya memperhatikan itu semua maka saya datang ke Majelis Taklim ini yang mengelola remaja, maka terbersitlah dalam hati saya untuk memilih majelis ini sebagai tempat untuk penelitian saya.

Zikrullah atau berdzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya merupakan hal yang essensial bagi setiap muslim dalam rangka proses penyempurnaan iman dan pembentukan jati dirinya sebagai seorang muslim.3 Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.4 (QS. Al-Ahzaab : 41)

Berdzikir kepada Allah dapat dilakukan secara individu dan dapat pula dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah majelis, karena melakukan dzikir secara berjamaah, dalam sebuah majlis dzikir sangat besar sekali faedahnya, sedikitnya ada empat faedah yang dapat diperoleh,5 sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits:

ﻻﺎ

ﺎ ﻬ

ا

ﺿر

ﻰ أ

و

ةﺮ ﺮه

ﻰ أ

:

ا

لﻮ ر

لﺎ

ص

.

م

:

ﺔﻜﺌ ا

ﻬﺘﱠﺧ

ﱠﻻا

ا

نوﺮآ

مﻮ

,

ﻬﺘ ﺸﻏو

ﺔ ﺣﱠﺮ ﺎ

,

ﺔ ﻜﱠ ا

ﺖ ﺰ و

,

ﱠ ا

هﺮآذو

) .

اور

(

3

M. Arifin Ilham dan Debby Nasution, Hikmah Dzikir Berjamaah, (Jakarta : Republika, 2004), h. 4

4

Al-quran Surat Al-Ahzaab ayat 41.

5

(18)

Artinya :” Sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah pasti dikelilingi para malaikat, diliputi rahmat, dituruni ketenangan dan disebut-sebut Allah dikalangan makhluk yang berada di sisinya”. (HR. Muslim)6

Dengan mengingat Allah secara intens yang dilakukan dengan banyak berdzikir akan menjadikan seseorang memiliki berbagai pengalaman keagamaan. Agar manusia memiliki karakteristik pribadi yang tangguh, maka kepadanya perlu diberikan kesempatan memiliki pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengalaman keagamaan itu dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas mengingat Tuhan secara intens berupa dzikir.7

Dzikir menghasilkan ketenangan dan ketenangan menghasilkan kemampuan konsenterasi secara terarah, menghasilkan kesadaran akan tuhan dan tanggung jawab yang di embannya sebagai manusia, menghasilkan kebijaksanaan.8

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas hal tersebut dalam buku skripsi dengan judul “Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir di Majelis taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan dan dalam hal ini penulis membatasinya yaitu pada bentuk kegiatan Dzikir yang dilakukan. Sedangkan dzikir yang dimaksud penulis di sini adalah suatu usaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT melalui pengucapan

6

Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 2, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h. 360

7

H. Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islami,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Cet-1. h.112.

8

(19)

do’a-do’a berupa tahlil, tahmid, tasbih dan lain-lain. Tetapi hal yang paling ditekankan adalah mengerti makna arti bacaan dzikir tersebut.

2. Perumusan Masalah

Adapun Perumusan Masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk Dzikir yang dilakukan dalam pembinaan akhlak remaja? b. Apa manfaat Dzikir berjamaah bagi pengikutnya?

c. Metode apa yang dipakai?

d. Apa faktor Pendukung dan Penghambat dalam pembinaan akhlak remaja?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kegiatan yang ada di Majelis taklim Mahabbatur Rasul dalam pembinaan akhlak Remaja.

2. Untuk mengetahui manfaat dzikir yang dilakukan secara bersama-sama. 3. Untuk mengetahui metode apa yang dipakai dalam membina akhlak.

4. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pembinaan akhlak Remaja.

Sedangkan Manfaat Penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pentingnya dzikir dalam upaya pembinaan akhlak remaja dan bagi masyarakat umumnya.

(20)

3. Untuk UIN sendiri sebagai tempat untuk menyebarkan dakwah serta sarana pembelajaran bagi anak didik.

4. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan penambahan referensi dan memberikan konstribusi dalam khazanah keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

D. Metodologi Penelitian

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah universum, dimana universum itu dapat berupa orang, benda atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para jamaah yang mengikuti majelis taklim Mahabbatur Rasul yang berjumlah 90 orang.

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi. Elemen-elemen anggota sample, merupakan anggota populasi darimana sample diambil. Berdasarkan populasi yang telah disebutkan diatas, dalam menetapkan sample penulis berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto “apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua”.9 Oleh karena itu maka yang dijadikan sample penelitian ini yakni semua populasi yang ada di Majlis yakni sebanyak 90 orang.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survai, dalam konteks ini dilakukan melalui penyebaran questioner terhadap 90 responden yang

9

(21)

N

F

terdiri dari 65 laki-laki dan 25 perempuan. Kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan prosentase. Perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikit:

P = X 100

Ket : P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of cases ( jumlah atau banyaknya individu yang di analisa)

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena social tentang setting social secara lengkap. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (peroleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau kuantitatif.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer yakni data lapangan yang didapat dari sumber pertama data sekunder.

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, baik data primer maupun data sekunder penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

(22)

2. Data sekunder yaitu dengan mengadakan:

a) Dokumentasi yaitu penulis melakukan penelusuran data ini dengan menyebarkan angket atau kuesioner, menelaah buku, majalah dan surat kabar yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

b) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan yang sifatnya tanpa partisipasi terhadap kegiatan dzikir dalam pembinaan akhlak remaja. Data Observasi ni dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara.

c) Wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab langsung dengan beberapa orang yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan dzikir yang ada di Majelis taklim Mahabbatur Rasul.

Dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada “pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi)” yang diterbitkan oleh UIN Syahid Jakarta tahun 2007

8. Alat Bantu Pengumpulan Data

Alat bantu yang digunakan adalah buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, tape recorder dan angket.

9. Analisis data

Dalam menganalisa data tersebut peneliti menggunakan analisis “kualitatif” yang menggambarkan dan mengabsraksikan suatu kenyataan menjadi fakta dengan fakta lain, sehingga terbentuk suatu pengertian data yang bersifat kualitatif tersebut akan diolah secara prosentase.

(23)

yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut, menggambarkan keadaan sasaran apa adanya.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis susun secara sistematis dalam lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa bagian yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian dan sitematika penulisan.

Bab II Landasan atau tinjauan teoritis terdiri dari: Pengertian upaya dan pembinaan, pengertian dzikir dan manfaatnya, macam-macam dzikir, pengertian remaja dan permasalahannya, pengertian akhlak, faktor yang mempengaruhi akhlak, manfaat akhlak.

Bab III Laporan hasil penelitian terdiri dari: gambaran umum tentang Majelis taklim Mahabbatur Rasul mencakup sejarah dan tujuan berdirinya, letak geografis, Visi dan Misi, sarana dan prasarana, struktur organisasi dan program kerja yang di tangani di Majelis taklim tersebut.

Bab IV Temuan dan analisis penelitian. Temuan penelitian terdiri dari: Menjelaskan identifikasi remaja, keadaan akhlak remaja dan pembinaan akhlak remaja melalui dzikir. Analisis hasil penelitian.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.Achmad Mubarok, MA, Psikologi Qur’ani,(pustaka firdaus,2001), cet-1 2. M.HamdaniBakran Adz-Dzaky, Konseling dan psikoterapi Islam,penerapan

metode sufistik, (Yogyakarta, Fajar Pustaka,2002), Cet-2

3. As-Sayid Abu Bakar Ibn Muhammad Syata, Menapak jejak kaum

sufi,(Surabaya, Dunia Ilmu,1997).

4. Dr.M.Solihin,M.Ag, Terapi Sufistik,(Bandung, Pustaka Setia,2003).

5. H. Fuad Nashori, Agenda psikologi Islami,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2002), Cet-1.

6. Idrus H.A.,Menuju Insan Kamil Profil Manusia Berkualitas,(Jakarta: CV Aneka,1996).

7. Prof. Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama,1995),Cet-2.

(25)

DAFTAR ISI

ABSRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

F. Latar Belakang ... 1 G. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 7 H. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7 I. Metode Penelitian... 8 J. Sistematika Penulisan... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

(26)

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS TAKLIM

MAHABBATUR RASUL

G. Sejarah dan Tujuan Berdirinya majlis Rasulullah ... 36 H. Letak Geografis... 38 I. Visi dan Misi... 38 J. Sarana dan Prasarana ………. 39 K. Struktur Organisasi ……… 40 L. Program Kerja ……… 41

BAB IV PENERAPAN DZIKIR DALAM UPAYA PEMBINAAN

AKHLAK REMAJA

A. Kegiatan Dzikir yang dilakukan……….. 43 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan………. 57 C. Hasil-hasl yang dicapai……… 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran-saran...

DAFTAR PUSTAKA...

[image:26.612.89.510.120.548.2]
(27)

Nomor : Istimewa

Lamp : I (satu) bundel

Hal : Pengajuan Judul Skripsi

Kepada Yth.

Bapak Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

di-

Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera saya sampaikan kepada Bapak, semoga Bapak senantiasa dalam lindungan Allah SWT sehingga dapat melaksanakan tugas sehari-hari sebagaimana biasanya.

Selanjutnya saya:

Nama : Rachmawati NIM : 102052025660

Fa/Jur : Dakwah& Komunikasi/ BPI Semester : VII (Tujuh)

Bermaksud mengajukan judul skripsi “ UPAYA PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI KEGIATAN DZIKIR DI MASJID AL-MUNAWAR PANCORAN JAKARTA SELATAN.”. Sebagai bahan pertimbangan saya melampirkan Out Line, Bab Pendahuluan dan Daftar Pustaka sementara.

Besar harapan saya judul ini dapat diterima dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 18 Januari 2006

Penasehat Akademik Pemohon

Drs. M. Luthfi, M. Ag. Rachmawati

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Upaya dan Pembinaan

A.1 Pengertian Upaya

upa·ya : usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan,

mencari jalan keluar, dsb); daya upaya: -- menegakkan keamanan patut dibanggakan;

1

Kata upaya jika dilihat dalam kamus bahasa Indonesia adalah usaha atau ikhtiar

agar tercapai satu tujuan atau maksud dengan mencari jalan keluar atau memecahkan

persoalan.2

Upaya merupakan kata yang selalu ada dalam semua langkah kehidupan kita, baik

dalam hal pendidikan, kehidupan bermasyarakat, pekerjaan dan lain-lain dengan

tujuan demitercapainya keinginan kita masing-masing.

A.2 Pengertian pembinaan

Kata pembinaan berasal dari akar kata bahasa arab yaitu:

ءﺎ

yang artinya: membangun, mendirikan, membina3

1

“Artikel diakses pada 17 juni 2008 dari http://www. Pusat bahasa. Diknas.go.id/kb bi/index.php

2

Depdikpud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h..1250

3

(29)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan mengandung arti 1) Proses, cara, perbuatan, membina 2) Pembaharuan, penyempurnaan 3) Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.4

Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya. 5

Berdasarkan referensi yang tertera di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian pembinaan adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih membiasakan, memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara efektif dan efisien.

B. Dzikir

1. Pengertian Dzikir

Dzikir berasal dari bahasa arab (dzakara-yudzakiru-dzikran) artinya menyebut, mengingat.6 Dalam kaitannya dengan dzikrullah, dzikir adalah mengingat dan menyebut asma Allah. Mengingat dengan gerak hati sedangkan menyebut adalah gerak lisan.7

Di bawah ini merupakan pengertian dzikir yang penulis kutip dari para ahli:

1. Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash siddieqi: “dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih ( subhanallah ), membaca tahlil ( laa-ilaaha-illallahu ), membaca tahmid ( alhamdulillah ), membaca hauqalah ( lahaula wala quwwata illa billahi ) membaca basmalah”8

4

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 152

5

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 17

6

Mahmud Yunus, Terjemahan Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hida karya Agung, 1985), h.134

7

Yunasril Ali, Jalan Kearifan Sufi : Tasawuf sebagai terapi derita Manusia, (Jakarta: Serambi,2002), h.144

8

(30)

2. Menurut Mir Valiudin: “Dzikir adalah senantiasa dan terus menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah SWT serta mengosongkan hati dari kecintaan pada dunia yang fana ini”.9

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dzikir adalah ucapan atau perkataan yang diulang-ulang yang sengaja dilakukan untuk mengingat, menyebut serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Manfaat Dzikir

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan dzikir adalah sebagai berikut:

a. Dzikir sebagai sarana “komunikasi” untuk mendekatkan diri kepada Allah. Firman Allah SWT surat Al-Baqarah: 15210

Artinya:“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.

b. Dzikir dapat mewariskan perasaan selalu diawasi oleh allah SWT, sehingga pelakunya masuk dalam kategori ihsan.

c. Dzikir dapat menguatkan hati dan badan, menerangi wajah dan hati serta mendatangkan rejeki.

d. Dzikir menyebabkan hati hidup. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Syaikhul islam Ibnu Taimiyah Ra, fungsi dzikir dengan hati ibarat fungsi air dengan ikan. Bagaimanakah nasib ikan apabila ia dipisahkan dari air?

e. Dzikir dapat menyebabkan hati bersih dari noda maksiat. Setiap sesuatu mempunyai noda. Yang menyebabkan hati ternoda adalah lalai dari dzikrullah dan memperturutkan hawa nafsu.

9

Mir Valiudin, Dzikir dan kontemplasi dalam tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), h.84

10

(31)

f. Dzikir merupakan penyebab turunnya rahmat dan ketenangan, sebagaimana sabda Nabi: “Tidaklah suatu kelompok manusia berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Alquran dan mengkajinya diantara mereka, melainkan turunlah atas mereka ketenangan, terlindungi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan mereka disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada disisinya (HR Muslim dan Tirmidzi).

g. Dzikir merupakan penawar bagi hati yang keras. Ada seorang laki-laki berkata kepada Hasan Al-Bushri, “wahai Abu Sa’idalah, saya hendak mengadukan tentang kerasnya hatiku kepadamu! Hasan menjawab, “leburlah kerasnya hatimu itu dengan dzikrullah”.

h. Dzikir memberikan kekuatan kepada pelakunya dalam hati dan badannya, sampai-sampai ia mengerjakan sesuatu perbuatan bersama dzikir secara refleks (tanpa disadari).

i. Dzikir dapat menyebabkan pelakunya terhindar dari virus kemunafikan, karena orang-orang munafik itu sedikit sekali mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 142.11:

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”.

3. Macam-macam Dzikir

A. Dzikir jahar

Dzikir lisan atau dikenal dzikir jelas atau jahar (dzikir jaly) adalah dzikir dengan suara yang keras (bersuara) pentingnya dengan suara keras ini diistilahkan bagaimana memecahkan batu. Hal ini dijelaskan oleh K. H. A. Shohibul Wafa Tajul Arifin dalam

11

(32)

bukunya” miftahus sudur”. Beliau mengatakan sebagaimana batu tidak dapat dipecahkan kecuali dengan kekuatan yang luar biasa , maka dengan demikian pula hati manusia, dzikir tidak akan berbekas pada seluruh gangguan jiwa, kecuali dengan kekuatan yang luar biasa pula.12

Menurut al-Ghazali dalam bukunya “rahasia dan do’a”, mengatakan bahwa pada awal seseorang ingin melakukan dzikir kepada Allah SWT, terlebih dahulu ia harus memalingkan hati dan pikiran dari perasaan was-was (bimbang dan ragu), baru setelah itu menunjukkan untuk dengan Allah. Apabila berhasil secara kontinyu, maka ia akan merasakan kedekatan dan kecintaan kepada Allah SWT13.

Dzikir jahar ada yang sifatnya terikat (muqayyad) dengan waktu dan amaliah tertentu, misalnya ucapan-ucapan dalam shalat, bacaan ibadah haji, do’a-do’a amaliah sehari-hari dan sebagainya. Ada pula yang sifatnya mutlaq (tidak terikat dengan waktu, tempat dan keadaan). Misalnya mengucapkan tahlil, tahmid, takbir dan lain sebagainya dimanapun dan kapanpun14.

B. Dzikir khafi

Gazur Ilahi menjelaskan bahwa zikir khafi tidak dijelaskan dengan lisan tetapi cukup dengan hati, bahkan hanya dengan diam dan di dalam hati tidak bergambar lagi bentuk kata itu, tetapi yang tertinggal hanya arti yang abstrak dari kata Allah yang selalu hadir.15

12

K.H.A.Shohibul Wafa, Tajul Arifin, Miftahus Shudur, (Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti, 1969), h. 25

13

Al Ghazali, Asrar al-dzikr wa dakwat, (terj): muhammad al-Bagir, (Bandung: Karidna,1996), h. 38

14

H.M. Quraish Shihab, Ensiklopedi islami.,h. 35

15

(33)

Dzikir ini memenuhi kalbu dengan kesadaran yang sangat dekat kepada Allah, seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluarnya napas. Keadaan semacam ini adalah pertanda bahwa qalbu itu hidup dan berkomunikasi langsung dengan Allah16.

Menurut Imam Nawawi “ dzikir ada kalanya dilakukan dengan hati dan ada kalanya dilakukan dengan lisan, tetapi yang lebih utama dilakukan dengan hati dan lisan secara bersamaan serta membulatkan niatnya hanya karena Allah SWT. Jika hanya dilakukan salah satunya maka yang lebih utama adalah dilakukan dengan hati.17

K.H.A. Shohibul Wafa dalam bukunya “Miftahus Shudur” mengatakan dzikir jiwa adalah dzikir yang bersifat batiniah, yang demikian ini dilakukan dengan isbat (reception), tidak dengan naïf, lafadz, “ismu dzat”18. Beliau lebih lanjut mengatakan,” bukanlah mata yang buta, melainkan hati”19. Ini menunjukan bahwa hati merupakan pusat jiwa, yang ia sendiri merupakan pintu gerbang hati yang lebih mulia yaitu ruh, dan ruh inilah sebagai alat untuk dapat mencintai Allah. Prof. Dr.Harun Nasution dalam bukunya “Falsafat dan mistisisme dalam islam” mengatakan bahwa qalbu tidak sama dengan jantung (heart) dalam bahasa inggris karena, qalbu selain dari alat untuk merasa juga sebagai alat untuk berfikir. Perbedaannya dengan akal adalah bahwa akal tidak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang tuhan, sementara qalbu bisa mengetahui hakekat dari segala yang ada, jika dilimpahi cahaya tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia tuhan20.

Seorang sufi ternama Ibnu Atta, membagi zikir dalam tiga bagian yaitu:

16

Qamaruddin SF, (ed.), Dzikir lisan dan Dzikir Kalbu, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Demesta, 2000), h. 176

17

Imam Nawawi, Khasiat dzikir dan Doa.Terjemahan kitab Al-adzkaarun Nawawiyah, (Bandung: Algensindo, 2002), h. 13

18

KH.A.Shohibul Wafa, Tajul a’rifin Miftahus Shudur,(Tasikmalaya: Yayasan Seraba Bakti, 1969), h. 30

19

Ibid.,h.30

20

(34)

1. Dzikir jaly: yaitu suatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk ucapan-ucapan menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerakan hati.

2. Dzikir khafi: yaitu zikir yang dilakukan secara khusus oleh ingatan hati, baik disertai dengan zikirlisan atau tidak.

3. Dzikir haqiqi: yaitu zikir yang dilakukan seluruh jiwa raga lahiriah dan batiniah. Kapan saja dan dimana saja dengan mempererat upaya memelihara seluruh jiwa raga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah dan mengerjakan hal-hal yang diperintahkan.

Dalam melakukan zikir hendaknya dilakukan dengan berkesinambungan, tidak hanya terbatas pada zikir lisan saja, tetapi dilanjutkan dengan zikir qabliyah, aqliyah dan amaliyah. Disamping itu juga zikir juga harus dilakukan dengan khusu dan benar, sehingga zikir yang dilakukan itu berdampak dalam kehidupan sehari-hari, seperti memiliki ketulusan hati untuk meraih ridho Allah.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Dalam pembahasan mengenai remaja, titik tolaknya adalah adanya macam-macam gejala perubahan pada remaja. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perubahan yang dialami dilatar belakangi oleh masa peralihan. Masa peralihan yang dialami oleh remaja, setelah meninggalkan masa anak dalam peningkatannya ke masa dewasa.

(35)

Perubahan-perubahan yang tiba-tiba, yang menyebabkan orang lain dan remaja itu sendiri mengalami kesulitan untuk mengertikan perubahan itu.21

Masa remaja merupakan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja yakni perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.

Remaja dalam masa peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak, mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam maupun di luar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya.22

Umur remaja adalah sebenarnya umur yang goncang karena pertumbuhan pribadi cepat yang sedang dilaluinya dari berbagai segi, baik jasmani, mental/ pikiran, maupun pribadi dan social. Remaja tidak sabar, sehingga bertindak keras atau kasar dan kadang-kadang melanggar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya, disinilah timbulnya kelainan-kelainan kelakuan yang biasa disebut nakal.23

Proses perkembangan yang dialami remaja akan menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri dan mereka yang berada dekat dengan lingkungan hidupnya. Dari semua perubahan yang telah dan akan dialami pada masa remaja, tertinggal aspek-aspek yang berarti bagi remaja, yang akan dipersatukan dalam suatu identitas diri. Sesungguhnya

21

Dra.Ny.Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1978), h. 13

22

Ibid., h. 16

23

(36)

semua permasalahan selama masa peralihan ini diwarnai oleh masalah utama, yakni pembentukan identitas diri.24

Khusus mengenai Remaja, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, mereka dalam keadaan yang sangat bingung, goncang dan tidak pasti itu dikuasai oleh emosi, karena kemantapan belum ada, dan suasana luar sering pula menyebabkan mereka semakin tidak mampu menyesuaikan diri, sehingga kegelisahan yang tidak terselesaikan itu dihamburkan keluar dalam bentuk kelakuan yang mungkin membahayakan orang lain seperti merampok, menganiaya, memperkosa, berkelahi dan sebagainya, dan mungkin pula mengganggu serta membahayakan dirinya sendiri dengan menghisap ganja, morphin dan macam-macam narkotika lainnya, atau menyebabkan dirinya luka, sakit, dan sebagainya. Dalam hal seperti ini maka ketentraman batin dan kesehatan jiwalah yang akan dapat menolong mereka.25

Jadi masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang diperlukan untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut. 26

2. Remaja dan Permasalahannya

Akhir-akhir ini melalui berbagai macam alat komunikasi masa, baik melalui bacaan maupun sandiwara-sandiwara dilayar televisi, remaja banyak dijadikan obyek pembahasan. Para ahli pendidikan menganggap bahwa melihat kejahatan pada layar

24

Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, h. 13

25

Dr. Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, h. 40

26

(37)

bioskop dapat merangsang remaja untuk turut mencoba melakukan kejahatan dan kenakalan. Bahkan telah dianggap perlu untuk membatasi pemutaran film yang bernada kekejaman mupun kekerasan. Ternyata kenakalan remaja sampai sekarang masih saja melanda kota-kota besar dan tidak lupa menjangkit pada remaja di kota-kota kecil.27

Segala persoalan dan problema yang terjadi pada remaja, sebenarnya bersangkut-paut dan kait-berkait dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dimana mereka hidup. Dalam hal itu, suatu factor penting yang memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah agama. Tapi sayang sekali, dunia modern kurang menyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia, terutama pada orang-orang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa, dimana umur remaja terkenal dengan umur goncang, karena pertumbuhan yang di laluinya dari segala bidang dan segi kehidupan.28

Adapun masalah yang dihadapi oleh remaja antara lain: 1. Masalah hari depan

Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang duduk di bangku Universitas atau mereka yang berada di dalam kampus. Tidak jarang kita mendengar remaja mengeluh menyatakan bahwa hari depannya suram, tidak jelas, mau jadi apakah ia nanti, dimana ia akan bekerja, professi apa yang cocok baginya dan sebagainya. Umur itu juga berkhayal dan membayangkan segala yang indah, hari depan yang gemilang, hidup yang enak, bahagia dan sebagainya. Akan tetapi dilain pihak ia tidak melihat jalan untuk itu, karena kenyataan hidup dalam

27

Ibid,. h. 28

28

(38)

masyarakat lingkungannya, tidak memberikan kepastian kepadanya. Hal ini banyak hubungannya dengan macam sekolah dan sistim pendidikan yang dilaluinya.29

Sehubungan dengan hari depan itu, akan terdapat pula masalah angan-angan tentang berkeluarga nanti, bahkan kadang-kadang angan-angan itu terpantul dalam pergaulannya dengan teman yang lain jenis.

2. Masalah hubungan dengan orang tua

Yang seringkali menimbulkan kekecewaan remaja terhadap orang tuanya adalah, kurangnya pengertian orang tua terhadap perubahan yang dilaluinya. Orang tua biasanya masih cenderung kepada memperlakukannya seperti memperlakukan anak dengan memerintah, melarang, mencampuri urusan pribadinya, terlalu banyak menasehati dan memperingatkannya. Di samping itu, orang tua sering dalam perlakuannya itu tidak tetap, kadang-kadang ia diperlakukan seperti anak-anak, tapi kadang-kadang dianggap sebagai orang dewasa, karena tubuhnya telah seperti orang dewasa.30

3. Masalah moral dan agama

Tampaknya masalah ini, semakin memuncak, terutama di kota-kota besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah-ubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama,

29

Ibid,. h.126

30

(39)

karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan. Oleh karena itu, maka orang yang kuat keyakinan beragamanyalah yamg mampu mempertahankan nilai agama yang absolut itu dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.31

D. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.32

Secara terminologi ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang akhlak, diantaranya:

A. Menurut Zakiah Daradjat "akhlak" adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan buruk.33

B. Menurut istilah banyak di kemukakan oleh para ulama antara lain yang dikemukakan oleh imam Al-Ghozali, yaitu: “akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama)”. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan Norma agama, dinamakan akhlak yang baik, tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. 34

C. Pengertian yang hampir sama terdapat dalam Al-Mu'zam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:" akhlak" adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa membutuhkan, tanpa pemikiran dan pertimbangan.35

31

Ibid,. h. 127

32

Sudarsono,Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet ke-1, h. 129

33

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dan Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h. 10

34

AL-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Cairo: Maktabah Matbah al-Masyad, Al-Husain, 1958), juz III, h. 56

35

(40)

Dari definisi diatas dapat kita ketahui bahwa akhlak: adalah kondisi-kondisi sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Jika dari kondisi ini menimbulkan perbuatan baik dan terpuji, maka dia dinamakan budi pekerti mulia (Akhlakul Karimah), apabila dari kondisi ini menimbulkan perbuatan buruk dan jahat maka dinamakan budi pekerti yang jahat dan tercela (Akhlakul Madzmumah).

3. Pengertian Pembinaan Akhlak

Akhlak adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bertindak. Adapun tabiat yang sudah ada pada masing-masing orang disebut watak. Dapat diambil kesimpulan bahwa watak adalah sesuatu yang memang sudah ada pada masing-masing orang, sedangkan akhlak adalah perangai atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan dalam diri masing-masing pribadi. Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT, dan antar sesama manusia. Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang yaitu melalui proses pembinaan akhlak.

Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak remaja.. Maka dari itu proses pembinaan akhlak itu harus diberikan sejak dini.36

Dalam islam, tolak ukur kelakuan baik dan buruk merasuk kepada ketentuan Allah berupa Alquran dan tuntunan Rasulullah SAW, jadi Rasulullah yang membawa akhlakul kharimah, seperti yang telah di rumuskan para ulama sesuatu yang dinilai baik menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula esensinya.

2. Faktor yang mempengaruhi akhlak

36

(41)

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (seperti kertas putih, dia belum dapat mengetahui apapun) yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai Muslim. Manusia dibimbing untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Pada dasarnya perbuatan atau tingkah laku seorang anak yang baik, tetapi untuk kelanjutannya tergantung orang tuanya dalam memelihara dan memberikan pendidikan kepada anak tersebut. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW:

لﺎ

ا

ﺿر

ةﺮ ﺮه

ا

:

و

ا

ﻰﱠ

ا

لﻮ ر

لﺎ

:

ﺪ ﻮ

ﱠﻻا

ﻄ ا

ﺪ ﻮ

و

ادﱢﻮﻬ

اﻮ ﺎ

ةﺮ

اﺮﱢ

و

ﺎ ﱢﺠ

)

اور

(

Artinya:"Dari Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah bersabda “Seorang bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian (fitrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang membuatnya yahudi atau nasrani atau majusi (H.R. Muslim).37

“Rahmat Djatnika dalam bukunya “Sistem Etika Islam” mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku yaitu faktor yang berasal dari dalam dirinya: Instink, Adat, Kepercayaan, Keinginan,-keinginan, Hawa nafsu, Hati nurani. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: Keturunan, Lingkungan, Keluarga atau Rumah tangga, Sekolah, Pergaulan, Pengusaha atau pemimpin”.38

37

M. Nashiruddin Al- Albani, Ringkasan Shoheh Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005),h. 938

38

(42)

Faktor di atas menggabung menjadi satu turut membentuk dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang. Mana yang lebih kuat, lebih banyak memberi corak pada mentalnya.

Perilaku Remaja seringkali diwarnai oleh faktor sekolah dan pergaulannya, dimana perubahan-perubahan fisik dan non fisik terjadi dan mampu merubah semua tampilan yang seharusnya baik menjadi aneh dan keluar dari kontrol norma-norma agama yang baik.

H.M.Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam berpendapat bahwa: Faktor yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik yang meliputi faktor dalam yaitu Intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor dari luar yaitu kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh, serta kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang di ajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inlah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya. 39

Abbudin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah populer. Pertama aliran Nativisme, Kedua aliran Empirisme, Ketiga aliran Konvergensi.40

Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling mempengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki

39

H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1994), h. 60

40

(43)

pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. 41

Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan, karena begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia.

Selanjutnya menurut aliran Empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang di berikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan pada anak itu baik, maka anak itu baik. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.42

Aliran Konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.43 Aliran Konvergensi ini tampak sesuai dengan ajaran Islam, hal ini dapat di pahami dari ayat berikut:

41

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1, h. 158

42

Ibid., h. 158

43

(44)

Artinya:“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu: penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.

Ayat di atas, selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orangtua. Itulah sebabnya orang tua khususnya Ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi akhlak ada dua macam:

a) Faktor dari dalam

Yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang di bawa sejak lahir b) Faktor dari luar

Dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

Melalui kerjasama antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan pskomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri remaja. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.44

44

(45)

3. Manfaat Akhlak

Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu, Allah SWT dalam firmannya memuji akhlak Rasulullah SAW yang artinya sebagai berikut:

Artinya: “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS:al-Qalam, 68:4)

Allah pun menyatakan di dalam firmanNya, agar umat islam membina kehidupannya dengan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW.

(46)

Oleh karena itu setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-hari harus selalu mencontoh rasulullah, dan harus yakin bahwa setiap tingkah lakunya itu selalu mencerminkan akhlak yang baik dan terpuji.

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak-akhlak hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras serta sungguh-sungguh.45 Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan dan pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagi metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk tuhan dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina atau dibentuk.46

45

Imam al Ghazali, ihya’ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz. III, h.an

46

(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS MAHABBATUR RASUL

A. Sejarah dan Tujuan Berdirinya

Sebelum mendirikan Majelis Mahabbatur Rasul, Habib Salim bin Umar Alatas terelebih dahulu menjadi pengajar di berbagai Majlis Taklim yang dipimpin oleh sejumlah ustadz dan kiyai. Beliau selalu berpindah-pindah, dari majlis taklim yang satu ke Majelis Taklim lainnya. Pada saat itu Habib Salim belum punya keinginan untuk membuka dan mendirikan sebuah Majlis Taklim yang dipimpin oleh beliau sendiri.

(48)

dalamnya selain mengajak untuk berdzikir dan mengingat Allah juga mengajarkan ilmu fiqih dan hadits untuk bekal mereka. Melalui isyarat dari mimpi yang terjadi selama tiga kali berturut-turut maka terbentuklah nama Mahabbatur Rasul mengenai kapannya saya lupa yang saya ingat waktu saya mimpi itu malam senin”.1 Pada saat itu Habib belum yakin hingga kemudian beliau berziarah ke makam para wali yang ada di Jakarta, setelah itu beliau mendapatkan ilham yang sama seperti hari-hari yang lalu, barulah saat itu beliau merasa yakin untuk mendirikan sebuah majlis taklim.

Pada awal Habib ingin mendirikan Majlis Taklim, beliau sempat berkali-kali gagal mencari tempat yang cocok dan pas di hati untuk mendirikan sebuah Majlis Taklim, itu pun terjadi hingga tiga kali sampai akhirnya beliau merasa cocok mendirikan Majlis Taklim yang terletak di daerah Menteng Atas Jakarta selatan. Oleh pendiri mushola setempat, beliau diberi kepercayaan penuh untuk memimpin sebuah majlis taklim didaerah tersebut. Maka berdirilah Majlis Taklim Mahabbatur Rasul pada awal tahun 2006 lalu, nama Mahabbatur Rasul itu sendiri juga merupakan ilham dari para wali lewat mimpinya.2

Di awal pembukaan majlis taklim ini beliau mengajak para tetangga terutama para remaja untuk mengikuti Majlisnya. Karena kesigapan beliau dalam bergaul dengan para remaja, maka tanpa butuh waktu yang lama beliau sudah dapat mengumpulkan anak didik sendiri. Habib Salim tahu betul bagaimana cara agar murid-muridnya tidak jenuh, beliau menciptakan suasana yang menyenangkan bagi murid-muridnya, hal ini ditandai dengan adanya acara diskusi atau acara bebas selepas majlis dan inilah yang membuat ke akraban di antara mereka.

1

Wawancara pribadi dengan Habib Salim, Jakarta, 24 Mei 2007.

2

(49)

Adapun tujuan Habib Salim mendirikan majlis taklim ini adalah ”memberikan pembenahan kepada umat islam yang bersifat ibadah seperti yang tidak mengenal sholat, tidak berbakti kepada orang tua, tidak tahu cara bakti kepada Allah dan Rasulnya menjadi lebih baik”. 3

B. Letak Geografis

Majelis taklim Mahabbatur Rasul terletak di tengah-tengah perumahan warga yang berada di daerah Menteng Atas Selatan 2 Rt 08 Rw 04 Kecamatan Setia Budi Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan. Di sebelah Timur berbatasan dengan perumahan warga, di sebelah Barat berbatasan dengan tanah perkuburan Cina, di sebelah Utara berbatasan dengan dengan sebuah masjid Al-Bakri yang letaknya persis di belakang sebuah Apartemen Rasuna Said, di sebelah selatan berbatasan dengan sebuah pasar. Lokasi Majlis ini berdiri cukup strategis, namun berada cukup jauh dari jalan raya yang banyak menyediakan angkutan umum, sehingga harus dilalui dengan naik motor atau ojek.

C. Visi dan Misi

Majlis taklim Mahabbatur Rasul memiliki visi tersendiri dalam melaksanakan atau menyebar luaskan ajaran islam. Visi tersebut adalah meningkatkan manusia hamba-hamba Allah untuk cinta kepada Allah dan Rasulnya tidak lain hanya untuk ibadah.4

Berdasarkan visi tersebut, terdapat misi penting majlis taklim Mahabbatur Rasul dalam menyampaikan ajaran islam kepada para jamaah. Adapun misi tersebut adalah:

3

Wawancara pribadi dengan habib Salim di Secretariat Majlis

4

(50)

a) Mengenalkan kepada jamaah akan rasa cinta kepada Allah dan Rasulnya. b) Menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

D. Sarana dan Prasarana

Kegiatan berdzikir akan berjalan dengan baik dan efektif jika didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dengan adanya sarana yang memadai, akan memberikan kemudahan aktifitas berdzikir itu sendiri. Selain itu pula orang yang berdzikir akan merasa nyaman dan mudah terkondisikan dengan baik.

Sarana dan prasarana yang dimaksud penulis adalah segala sesuatu yang menunjang dalam proses pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Majlis Taklim Mahabbatur Rasul selain menyediakan tempat yakni sebuah rumah yang cukup besar dan nyaman berlantai dua, suasana di dalam majlis pun sangat menyenangkan hal ini di karenakan adanya rasa persaudaraan dan kekeluargaan antara guru dan murid.

Selain itu prasarana yang dipersiapkan majlis taklim ini berupa: a) Buku-buku fiqih dan Hadits

b) Alat-alat hadrah dan marawis c) Peralatan sound system d) Al-quran dan buku rattib

E. Struktur Organisasi

(51)

yang dikerjakan akan menjadi tanggung jawab bagi setiap personil, dan adanya struktur organisasi segala kegiatan akan tersusun dengan rapi serta akan mempermudah dalam mencapai tujuan.

Adapun struktur organisasi yang ada di majlis taklim Mahabbatur Rasul terdiri dari: a) Penasehat sekaligus pemimpin : Habib Salim bin Umar Alattas

b) Wakil ketua : Habib Ali al-Juned c) Secretaris : Bapak Komarudin d) Bendahara : Ustadz Badri

Istri Ustadz Badri e) Koordinator- koodinator :

Koodinator jamaah dzikir Rijal : Ustadz Deden Koordinato jamaah dzikir Nisa : Ibu Silviana Sinagar

: Ibi nonon Koodinator Perhubungan : Bapak Buyung

: Bapak Madi

Koordinator Perlengkapan : Bapak Ending : Bapak dede

Secretariat : Di Aula Masjid Al-Makmur

Adapun tugas ataupun wewenang para pengurus, itu semua telah tedapat atau diatur pada ketetapan yang di buat oleh para ketua, seperti Perincian di bawah ini:

(52)

b) Tugas wakil disini mendampingi ketua, menggantikan ketua jika ketua berhalangan hadir.

c) Bendahara bertugas menghimpun dana, mengontrol pemasukan dan pengeluaran dana serta mengatur dana yang terdapat di majlis taklim ini.

d) Koordinator jamaah dzikir rijal dan Nisa bertugas khusus menghimpun jamaah rijal dan mengaturnya. Begitu pula untuk jamaah Nisa. mengundang serta mencari donator untuk dijadikan sebagai penyumbang tetap

e) Koordinator perhubungan bertugas untuk mengatur dan menghubungi majlis taklim yang lain untuk ikut bergabung dalam ziarah bersama.

f) Koordinator perlengkapan bertugas menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Seperti menyiapkan alat-alat, tempat

g) Secretariat berfungsi sebagai tempat untuk mengatur segala program yang akan dikerjakan dalam Majlis.

F. Program Kerja

Dalam menjalankan dan mendirikan sebuah Majlis Taklim terdapat program kerja yang akan atau ingin dikerjakan, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

Program jangka pendek: Majlis Mahabbatur Rasul berusaha: 1. memberikan pelajaran agama hanya untuk pengetahuan tidak difokuskan. Bisa lancar membaca dzikir serta memperdalam fiqih dan hadits. Mendidik remaja agar bisa serta lancar membaca Al-quran dalam jangka waktu satu tahun dan mengamalkan sendiri.

(53)

Kegiatan di Majlis taklim ini yakni: Melakukan Dzikir yang selalu dibaca pada awal pengajian. Adapun dzikir yang dibaca berupa: tahlil, pembacaan ratib haddad, surah yasin dan sholawat serta bertawassul kepada para aulia dan ulama yang meninggal dunia akan keberkahan, karamah dan ilmu dengan mendoakan mereka. Setelah itu membaca asmaul husna. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah terbiasa dan mengamalkan dzikir ini. Dari dzikir yang dilakukan pelajaran fiqih dan hadits merupakan program sambilan. Setiap dua minggu sekali membacakan maulid yang dimaksudkan mengambil keberkahan sekaligus mengenalkan serta menambah kecintaan dari pembacaan riwayat Nabi tersebut. Setelah dzikir selesai kemudian dilanjutkan dengan sedikit memberikan pelajaran fiqih atau hadits yang dilakukan secara bergantian setiap pertemuan. Hal ini dimaksudkan agar jamaah bisa bertambah ilmu mereka akan kedua pelajaran tersebut, mengingat kedua pelajaran tersebut penting bagi mereka untuk bekal mereka. Majlis taklim ini diadakan setiap seminggu sekali pada hari Rabu bada magrib di tempat kediaman Habib Salim di Menteng Atas Selatan 2, dan di hadiri sekitar Sembilan puluh jamaah. Jamah yang hadir sebagian kecil wanita sekitar dua puluh lima orang selebihnya jamaah rijal. Adapun tempat untuk jamaah wanita tidak digabung dengan jamaah rijal, untuk jamaah wanita berada diatas sedangkan untuk jamah rijal dibawah.

(54)

Mahabbatur Rasul. Majlis ini juga mengadakan ziarah dan konvoi bersama pada malam jumatnya.

Disamping dzikir dilakukan dikediaman habib salim setiap malam kamis, dzikir juga dilakukan dimakam para wali. Untuk dzikir dimakam, majlis Mahabbatur Rasul merangkul majlis taklim lain untuk ikut bergabung. Majlis taklim yang dirangkul adalah majlis taklim dimana habib pernah mengajar sebelumnya seperti yang telah penulis katakan sebelumnya. Dzikir yang dilakukan yakni pertama-tama ketika jamaah sampai ketempat makam wali jamaah memberikan penghormatan dengan membaca bacaan yang tertera di dinding atas makam tersebut, hal ini dimaksudkan agar jamaah mengingat akan perjuangan dan jerih payah beliau dalam membela dakwah. Dalam memberikan penghormatan jamaah diharuskan berdiri, Setelah memberikan penghormatan barulah jamaah duduk. Untuk selanjutnya habib kemudian membaca tahlil, tahmid, surah yasin, serta sholawat yang diikuti oleh jamaah dan dzikir diakhiri dengan membaca doa.

Tidak jarang pula Majlis ini ikut bergabung dalam konvoi dengan Majlis yang lain. Hal ini bertujuan agar terjalinnya hubungan silaturahmi, rasa kebersamaan dengan jamaah yang lain serta mengenalkan kepada khalayak ramai bahwa umat islam bersatu dalam menegakkan dakwah Nabi.

(55)

Hasil wawancara dengan pemimpin dari Majlis Taklim Mahabbatur Rasul

Nama : Hb Salim bin Umar alatas

Tempat : Sekretariat Majlis Mahabbatur Rasul

1. T: Mengapa Majlis ini dinamakan Majlis Mahabbatur Rasul?

J: Karena kita menganggap orang yang hadir itu sebagai orang yang dicintai oleh Rasulullah, maka kita menginginkan mereka cinta pula kepada Rasul.

2. T: apa yang melatar belakangi didirikannya Majlis ini?

J: Isyarat, isyarat dari beberapa wali Allah lewat mimpi selama tiga hari berturut-turut, setelah itu saya juga ziarah kemakam wali Allah namun tetap mimpi yang sama, saya mendirikan majlis ini selain mengajak jamaah untuk berdzikir dan mengingat Allah, saya juga ingin mengajarkan ilmu fiqih dan hadits untuk menunjang kehidupan mereka.

3. T: Kapan Majlis ini didirikan dan apa tujuan didirikannya?

J: Berdiri tahun 2006 waktunya saya lupa, tujuannya untuk membuat pembenahan kepada umat islam, yang bersifat ibadah seperti yang tidak pernah mengenal sholat, tidak berbakti kepada orang tua, tidak berbakti kepada Allah dan Rasulnya. 4. T: Apa visi dan misi didirikannya Majlis ini?

J: Meningkatkan hamba-hamba Allah untuk cinta kepada Allah dan Rasulnya tidak lain hanya untuk ibadah.

(56)

J: Sementara ini dzikir, pengajian dan konvoi ziarah bareng gabungan dengan Majlis Taklim yang lain.

6. T: Dzikir seperti apa yang habib berikan?

J: Biasa, kita membiasakan membaca ratib dan wirid, menyebut asamaul husna, shalawat dan sesekali membaca mauled.

7. T: Untuk apa ziarah itu dilakukan ya habib? Apa yang dikerjakan disana?

J: Kita mengadakan ziarah ini untuk mengingat jasa dan jerih payah para wali Allah dalam menegakkan dakwah Nabi, selain itu kita juga ingin mengenalkan kepada jamaah dengan para wali Allah itu agar mereka timbul semangat untuk menegakkan dakwah. Tujuannya tidak lain hanya meminta berkah dari wali Allah tersebut. Adapun disana kita biasanya membaca tahill, tahmid, kita baca surat yasin dan berdoa kepada Allah, ini dimaksudkan agar dengan karamah dari wali Allah tersebut kita berharap agar Allah mengabulkan hajat-hajat kita.

8. T: Apa saja program jangka pendek dan jangka panjang pada Majlis ini?

J: Jangka pendek, kita ingin agar jamaah bisa lancar membaca dzikir, memberikan pelajaran agama untuk pengetahuan mereka serta membuat program anak-anak bica baca Al-quran, misalnya selama 2 tahun mereka sudah hatam Al-quran dan bisa mengajarkan kembali kepada orang lain.

Jangka panjangnya kita ingin dakwah keluar, seperti Kalimantan dan lain-lain. artinya kita ingin memperluas bagaimana masyarakat itu senang dengan keberadaan majlis ini.

(57)

J: Hambatan biasa banyak yang menghasud dan iri tapi biarkan saja, seperti kata pepatah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Jangan kita pikirin, yang penting kita sama-sama dakwah, ulama dijadikan berbagai macam ada yang yang tegas ada juga yang lembut, yang penting kita dukung.

10.T: Disamping factor penghambat tentu ada factor pendukung perkembangan Majlis ini, bisa tolong dijelaskan ya habib?

J: Karena ada gabungan dari majlis taklim yang lain, sehingga kuat jamaah. Ada dukungan dari para habaib dan ulama.

11.T: Apa yang habib harapkan dengan berdirinya Majlis taklim ini dalam jangka pendek maupun jangka panjang?

J: Semoga umat islam yang dulunya kurang dekat kepada Allah dan Rasul serta para habaib dan ulama dengan adanya Majlis Mahabbatur Rasul saya berharap mereka lebih dekat dan cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul serta para habaib dan ulama di sekitar. Mereka akan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

12.T: Bagaimana respon masyarakat disekitar dengan adanya Majlis taklim ini?

J: Alhamdulillah mereka banyak mendukung, bahkan jika majlis ini libur terlalu lama mereka akan menanyakan. Mereka senang jika majlis tetap berjalan.

13.T: Bagaimanakah pembinaan generasi di Majlis taklim ini?

J: Kita ajarkan kepada mereka untuk selalu ingat kepada Allah dimanapun mereka berada, selain itu kita juga mengimbangi mereka dengan pelajaran fiqih dan hadits.

(58)

J: Berbeda, sebab kita selalu bersenda gurau, becanda dan ada tanya jawab setelah pengajian selesai.

15.T: Bagaimana pendapat habib jika seandainya jama’ah mengalami penurunan seiring dengan berjalannya waktu?

J: Itu biasa, pengajian dimana-mana pasti akan mengalami pasang surut, jangan terlalu dipikirkan, jika jamaah lagi sedikit kita tetap ngajar jangan kita terpaku oleh jamaah, sebab kita tidak akan tahu jamaah itu berhalangan hadir karena apa. 16.T: Menurut pandangan habib apa yang menjadi ukuran keberhasilan seorang murid?

J: Yang paling penting niat, jika niat mereka hadir majlis karena Allah dan Rasul mantap maka mereka akan merasakan kesejukan dan ketenangan batin, lain halnya jika niat mereka bukan karena Allah dan Rasul maka mereka tidak akan merasakan perubahan sama sekali.

17.T: Sarana dan prasarana apa saja yang ada di Majlis ini?

J: Untuk sementara ini

Gambar

GAMBARAN UMUM MAJELIS MAHABBATUR RASUL
GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS TAKLIM

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak mengeluh mengantuk di siang hari. Namun, mereka mengeluhkan rasa lelah dan letih, dengan konsentrasi

Akan tetapi siswa keliru pada tahap memahami masalah yang ada dalam soal dan pada proses membuat rencana penyelesaian masalah karena sudah salah dari awal sehingga

Sedangkan pada etanol, penambahan komposisi etanol ke dalam campuran akan menyebabkan gaya tarik menarik antar molekul dalam campuran menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan koreografi tari “Sarpa Kenaka” dalam Bedhaya Sarpa Rodra karya Fajar Prastiyani di ISI Surakarta dari segi konsep, aspek gerak,

pembunuhan dan pelecehan yang dilakukan oleh tentara kepada mereka yang terlibat PKI, 2) disorganisasi keluarga, berupa perceraian dan perselingkuhan. 3) pelanggaran terhadap

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, dari hasil observasi guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi guru dan murid selama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian daun bangun-bangun berupa simplisia, ekstrak air dan ekstrak etanol 96% terhadap persentase karkas dan