• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Warga dan Keluarga Pengguna Pelayanan Rumah Sakit Malaysia di Sumatera Utara Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Warga dan Keluarga Pengguna Pelayanan Rumah Sakit Malaysia di Sumatera Utara Tahun 2013"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI WARGA DAN KELUARGA PENGGUNA PELAYANAN RUMAH SAKIT MALAYSIA DI SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

OLEH :

IMELDA MIKA SILALAHI 111021018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSEPSI WARGA DAN KELUARGA PENGGUNA PELAYANAN RUMAH SAKIT MALAYSIA DI SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

IMELDA MIKA SILALAHI NIM. 111021018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat mengingat kesehatan sebagai salah satu hak dasar manusia. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi menjadi hal yang penting ditinjau dari fenomena semakin banyaknya pasien asal Indonesia khususnya dari Medan yang berkunjung ke fasilitas kesehatan di luar negeri seperti negara Malaysia. Data awal terdapat perbulannya sekitar 300 orang pasien asal Medan yang berobat ke Mahkota Medical Centre (MMC), Melaka. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam

(indepth interview) terhadap 11 orang informan. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui dan memahami persepsi warga terhadap pelayanan kesehatan di Malaysia. Dengan demikian, informan tersebut merupakan orang-orang yang pernah menggunakan pelayanan kesehatan di Malaysia maupun sebagai pendamping keluarga yang berobat ke Malaysia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warga telah menyadari tentang fenomena untuk berobat ke luar negeri semakin meningkat. Informan lebih banyak mendapat informasi tentang pengobatan ke Malaysia dari orang di sekitar dan saudaranya. Persepsi informan tentang pelayanan kesehatan fasilitas di rumah sakit Malaysia sudah memadai, adanya kepastian biaya pelayanan, dari segi pelayanan kedokteran didapat bahwa ada 8 informan merasakan pelayanan kedokteran yang cukup baik sedangkan 3 informan merasakan pelayanan kedokteran yang diterima tidak sesuai dengan harapan disebabkan karena tidak didapatkannya kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, dari segi komunikasi antara provider kesehatan dengan pasien didapatkan 8 informan yang merasakan komunikasi terjalin dengan baik sedangkan 3 informan menyatakan komunikasi yang kurang efektif antara dokter dengan informan.

Penekanan laju angka warga di Sumatera Utara yang berobat ke Malaysia membutuhkan dukungan serius dari pemerintah kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan prima.

(5)

ABSTRACT

Health care is one of the services most needed by people considering health as one of the basic human rights. Improving the quality of health services become an important thing in terms of the increasing number of patients from Indonesia especially from Medan who visited health facilities such as Malaysia. Preliminary data are approximately 300 patients per month from Medan who went to the Mahkota Medical Centre (MMC), Malaka. Underlying this case researchers in conducting research.

This research is a descriptive qualitative research that uses data collection techniques with in-depth interviews to 11 informants. The purpose of this study which is to know the perceptions of citizens about healthcare in Malaysia. Thus, the informants are people who ever use the healthcare in Malaysia as well as a family companion who went to Malaysia.

The results showed that informants most got more information about the treatment to Malaysia from people around and their family. Informant perceptions of healthcare facilities in Malaysia’s hospitals are adequacyte, the certainty of cost in service, from medical services obtained 8 informants feel that there is a fairly good medical care while 3 informants felt the medical services received are not in line with expectations due to the acquisition are not healing on the disease, from communication between healthcare providers and patient obtained 8 informants feel good while communication is established with 3 informants stated that less effective communication between doctor and informant.

Emphasis rate number of residents in North Sumatera who went to Malaysia need serious support from the government health to improve health care quality and excellence.

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. Identitas

Nama : Imelda Mika Silalahi

Tempat dan Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 23 Februari 1989

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Pelita No. 7 Padang Bulan, Medan

Anak : Ke-4 dari 4 Bersaudara

Orangtua

Ayah : Alm. J. Silalahi

Ibu : L. Manik

II. Riwayat Pendidikan

1995 – 2001 : SD Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar

2001 – 2004 : SLTP Negeri 4 Pematangsiantar

2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Pematang Raya

2007 – 2010 : Akademi Kebidanan Jaya Wijaya Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Persepsi Warga dan Keluarga Pengguna Pelayanan Rumah Sakit Malaysia di

Sumatera Utara Tahun 2013” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat

kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak yang sifatnya konstruktif.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,

bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Dengan tiada kata yang tak ternilai penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy BZ, M.PH Selaku Ketua Departemen AKK sekaligus Dosen

Pembimbing I dan juga Ketua Penguji yang dengan sabar memberikan

bimbingan, dan saran kepada penulis.

3. dr. Fauzi, SKM Selaku Dosen Pembimbing II dan juga Penguji I yang dengan

sabar meluangkan waktu untuk memberikan banyak bimbingan, pengarahan,

(8)

4. Siti Khadijah, SKM, M.Kes selaku Penguji II yang dengan sabar memberikan

saran dan kritiknya demi terciptanya kesempurnaan skripsi ini.

5. dr. Rusmalawaty, M. Kes selaku Penguji III yang dengan sabar memberikan

saran dan kritiknya demi terciptanya kesempurnaan skripsi ini.

6. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Dr. Juanita SE, M.Kes yang telah menyumbangkan saran dan masukannya

demi terciptanya kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen serta Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani

pendidikan.

9. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta, Alm. Jaluddin Silalahi (Ayah)

dan Leminar Br. Manik (Ibu) yang selalu memberikan dukungan moril dan

spiritual berupa harapan, kasih sayang, motivasi, perhatian dan doa serta

dukungan materil yang tiada henti kepada penulis yang selama ini berjuang

agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan tinggi demi masa depan yang

lebih baik.

10.Teristimewa kepada seluruh kakanda, Eddy Fernando Silalahi, Dian Chandra

Silalahi, Jimmy Hendrico Silalahi dan, Roka Leliana Septiarini yang selalu

mengingatkan untuk tetap semangat dan berjuang serta telah berkorban waktu

(9)

memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan.

11.Sahabatku, Oka Herinto Silalahi dan Adriana Tarigan atas dukungan, doa,

semangat dan kebersamaan mulai dari bangku SMA hingga saat ini sampai

selamanya.

12.Sahabatku, Kak Iska Simarmata dan Siti Zubaida yang telah memberikan

dukungan, doa, dan penghiburan sehingga memberikan inspirasi tentang

semangat pantang menyerah serta kebersamaan mulai dari bangku kuliah di

FKM USU hingga saat ini sampai selamanya.

13.Teman-teman PBL Langkat : Tina, Ainal, Suri, Darma, Maya, Kandar, Bang

Jun, Bang Ali, Bang Fentra, Kak Ridha, Kak Eka, Kak Theo, dan Kak Iska

atas dukungan dan kebersamaan yang tidak akan pernah terlupakan.

14.Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK: Kak Maryati, Kak Ida,

Permata, Licha, Sherly, Latifah, Pak Sogirin, Bang Ridho, Puput, Riska,

Nova, Nissa, Mince, Nurul, Imelda dan lainnya yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

15.Seluruh informan saya dalam penelitian ini, Nadillah Ahmad, Dasma

Sipayung, Charles Sitio, Edisson Sinaga, Muhammad Robby, Lourance

Hutasoit, Linda Damanik, Gendi Saragih, Johannes Gultom, Salmiar Damanik

dan dr. Fauzi yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar

(10)

16.Teman-teman angkatan 2011, teman-teman AKK, dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam

menyusun skripsi ini.

Mudah-mudahan penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

siapa saja, serta berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.

Medan, Agustus 2013 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

2.3 Pelayanan Prima Bidang Kesehatan... 15

2.4 Rumah Sakit Sebagai Industri Jasa Pelayanan Kesehatan... 17

2.5. Harapan Pasien Pada Pelayanan Rumah Sakit... 19

2.6. Penampilan Rumah Sakit Yang Memuaskan... 21

2.7 Pengobatan ke Luar Negeri... 24

2.7.1 Faktor Penyebab Pengobatan Ke Luar Negeri... 25

2.8. Sistem Pelayanan Kesehatan di Malaysia... 26

2.9. Kerangka Pikir... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1. Jenis Penelitian... 30

3.2. Lokasi Penelitian... 30

3.3. Waktu Penelitian... 31

3.4. Informan Penelitian... 31

3.5. Metode Pengumpulan Data... 32

3.6. Metode Analisis Data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN... 34

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 34

(12)

4.2. Karakteristik Informan... 34

4.3. Informan Pokok... 36

4.3.1 Sumber Informasi yang Didapatkan Informan Pokok... 36

4.3.2 Persepsi Informan Pokok Mengenai Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Malaysia... 37

4.3.3 Persepsi Informan Pokok Mengenai Keahlian Sumber Daya Manusia Sebagai Petugas Pelayanan... 40

4.3.4 Persepsi Informan Pokok Mengenai Biaya Pelayanan... 43

4.3.5 Persepsi Informan Mengenai Keramahtamahan Petugas Pelayanan... 45

4.4 Informan Kunci... 47

4.4.1 Sumber Informasi yang Didapatkan Informan Kunci... 47

4.4.2 Persepsi Informan Kunci Mengenai Fasilitas Pelayanan.../…... 48

4.4.3 Persepsi Informan Kunci Mengenai Keahlian Sumber Daya Manusia Sebagai Petugas Pelayanan... 49

4.4.3 Persepsi Informan Kunci Mengenai Biaya Pelayanan... 51

4.4.5 Persepsi Informan Kunci Mengenai Keramahtamahan Petugas Pelayanan... 52

BAB V PEMBAHASAN... 54

5.1 Pengobatan Ke Luar Negeri... 54

5.2. Sumber Informasi... 55

5.3. Fasilitas... 57

5.4 Keahlian Sumber Daya Manusia Sebagai Petugas Pelayanan... 59

5.5. Biaya Pelayanan... 63

5.6. Keramahtamahan Petugas Pelayanan... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 68

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Health Tourism Structure... 25

(14)

DAFTAR TABEL DAN MATRIKS

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Pokok... 41

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Kunci... 42

Matriks 1 Sumber Informasi Informan Pokok... 36

Matriks 2 Persepsi Informan Pokok tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan... 37

Matriks 3 Persepsi Informan Pokok tentang Keahlian Sumber Daya Manusia Sebagai Petugas... 40

Matriks 4 Persepsi Informan Pokok tentang Biaya Pelayanan... 44

Matriks 5 Persepsi Informan Pokok tentang Keramahtamahan Petugas... 45

Matriks 6 Sumber Informasi Informan Kunci... 47

Matriks 7 Persepsi Informan Kunci tentang Fasilitas Pelayanan... 48

Matriks 8 Persepsi Informan Kunci tentang Keahlian Sumber Daya Manusia Sebagai Petugas... 50

Matriks 9 Persepsi Informan Kunci tentang Biaya Pelayanan... 52

Matriks 10 Persepsi Informan Kunci tentang Keramahtamahan Petugas.... 52

(15)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat mengingat kesehatan sebagai salah satu hak dasar manusia. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi menjadi hal yang penting ditinjau dari fenomena semakin banyaknya pasien asal Indonesia khususnya dari Medan yang berkunjung ke fasilitas kesehatan di luar negeri seperti negara Malaysia. Data awal terdapat perbulannya sekitar 300 orang pasien asal Medan yang berobat ke Mahkota Medical Centre (MMC), Melaka. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam

(indepth interview) terhadap 11 orang informan. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui dan memahami persepsi warga terhadap pelayanan kesehatan di Malaysia. Dengan demikian, informan tersebut merupakan orang-orang yang pernah menggunakan pelayanan kesehatan di Malaysia maupun sebagai pendamping keluarga yang berobat ke Malaysia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warga telah menyadari tentang fenomena untuk berobat ke luar negeri semakin meningkat. Informan lebih banyak mendapat informasi tentang pengobatan ke Malaysia dari orang di sekitar dan saudaranya. Persepsi informan tentang pelayanan kesehatan fasilitas di rumah sakit Malaysia sudah memadai, adanya kepastian biaya pelayanan, dari segi pelayanan kedokteran didapat bahwa ada 8 informan merasakan pelayanan kedokteran yang cukup baik sedangkan 3 informan merasakan pelayanan kedokteran yang diterima tidak sesuai dengan harapan disebabkan karena tidak didapatkannya kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, dari segi komunikasi antara provider kesehatan dengan pasien didapatkan 8 informan yang merasakan komunikasi terjalin dengan baik sedangkan 3 informan menyatakan komunikasi yang kurang efektif antara dokter dengan informan.

Penekanan laju angka warga di Sumatera Utara yang berobat ke Malaysia membutuhkan dukungan serius dari pemerintah kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan prima.

(16)

ABSTRACT

Health care is one of the services most needed by people considering health as one of the basic human rights. Improving the quality of health services become an important thing in terms of the increasing number of patients from Indonesia especially from Medan who visited health facilities such as Malaysia. Preliminary data are approximately 300 patients per month from Medan who went to the Mahkota Medical Centre (MMC), Malaka. Underlying this case researchers in conducting research.

This research is a descriptive qualitative research that uses data collection techniques with in-depth interviews to 11 informants. The purpose of this study which is to know the perceptions of citizens about healthcare in Malaysia. Thus, the informants are people who ever use the healthcare in Malaysia as well as a family companion who went to Malaysia.

The results showed that informants most got more information about the treatment to Malaysia from people around and their family. Informant perceptions of healthcare facilities in Malaysia’s hospitals are adequacyte, the certainty of cost in service, from medical services obtained 8 informants feel that there is a fairly good medical care while 3 informants felt the medical services received are not in line with expectations due to the acquisition are not healing on the disease, from communication between healthcare providers and patient obtained 8 informants feel good while communication is established with 3 informants stated that less effective communication between doctor and informant.

Emphasis rate number of residents in North Sumatera who went to Malaysia need serious support from the government health to improve health care quality and excellence.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia. Hal ini tercantum dalam

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa

kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang

harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan, serta peningkatan ketahanan dan

daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Karena itu, setiap hal yang

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan

menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara.

Setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi

bagi pembangunan negara. Dengan demikian, seluruh upaya pembangunan haruslah

dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak

baik Pemerintah maupun masyarakat (Depkes RI, 2009).

Pelayanan dalam bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan

yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan

(18)

kepada masyarakat yaitu rumah sakit. Rumah sakit ialah salah satu lembaga dalam

mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat. Oleh karena nya, bidang kesehatan

perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik

pada masyarakat (Tini, 2013).

Pembenahan dalam pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah

upaya pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Upaya pembenahan tersebut

penting di mana sebuah negara akan dapat menjalankan pembangunan dengan baik

bila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Untuk

mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan

secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan sebagai upaya untuk

memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini,

pasien bukan saja mengharapkan pelayanan medik dan keperawatan tetapi juga

mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara staf

rumah sakit dan pasien (Supranto, 2006).

Seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin meningkat di mana

masyarakat semakin sadar akan mutu, maka diperlukan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan yang berorientasi pada kepuasan pasien. Artinya, berusaha untuk

memberikan pelayanan yang terbaik dan mengevaluasinya berdasarkan persepsi dari

pasien (Zamilah, 2009).

Persepsi masyarakat terhadap sarana kesehatan seperti rumah sakit

berhubungan erat dengan usaha masyarakat mencari pelayanan kesehatan. Saat

(19)

mencari pelayanan kesehatan. Pokok pikiran tersebut akan memengaruhi keputusan

untuk menggunakan atau tidak menggunakan pelayanan kesehatan. Apabila persepsi

masyarakat kurang baik tentang pelayanan kesehatan, maka masyarakat belum tentu

mencari tempat pelayanan kesehatan tersebut (Trimurti, 2008).

Dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masyarakat akan

mempertimbangkan apa yang bisa diperolehnya setelah menggunakan pelayanan

kesehatan tersebut. Pertimbangan tersebut berdasarkan kemampuan dokter untuk

mengatasi penyakit atau masalah yang diderita oleh pasien, keakurasian diagnosis

yang diberikan dokter, transparansi hasil diagnosis oleh dokter, pelayanan prima yang

didapatkan pasien, fasilitas dan teknologi rumah sakit yang canggih dan modern,

layanan kesehatan perpaket, biaya yang dapat dijangkau, maupun keramahtamahan

pelayanan yang didapatkan (Haliman, 2012).

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit demi peningkatan

pemanfaatan pengobatan ke pelayanan kesehatan menjadi hal penting mengingat

semakin banyaknya masyarakat yang berkunjung ke pelayanan kesehatan di luar

negeri (Haliman, 2012).

Menurut Azwan sebagai Ketua Persatuan Rumah Sakit Sumatera Utara,

hampir 3.000 orang per hari masyarakat Indonesia khususnya dari Sumatera Utara

berobat ke Penang, Malaysia. Pasien berobat ke Malaysia pada tahun 2006 berjumlah

70.414 orang, tahun 2007 sebanyak 221.538 orang dan tahun 2008 sebanyak 288.000

orang (Ratna, 2011).

Pasien Medan dan sekitarnya, banyak yang berobat keluar negeri terutama ke

(20)

300 orang pasien dari Medan yang berobat ke Mahkota Medical Centre,

Melaka-Malaysia (Ila, 2013).

Data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Polonia Medan

menunjukkan jumlah pengunjung yang melapor untuk berobat ke Penang rata-rata 8

orang per hari atau sebanyak 230 orang per bulan (Sarifuddin2009).

Menurut catatan Kementerian Kesehatan RI, orang Indonesia yang berobat ke

Malaysia tahun 2011 tercatat 12.000 orang per tahun. Hal ini merupakan sebuah

masalah yang serius, mengingat selain berhubungan dengan masalah kepercayaan

terhadap pelayanan di Indonesia, juga berhubungan dengan masalah pemasukan

pemerintah dari sektor pelayanan. Selama 2011, devisa yang lari ke negera lain untuk

biaya pengobatan mencapai lebih dari Rp 110 triliun. Azwan, Ketua Persi Sumut

mengutip data yang dikeluarkan PBB bahwa biaya pengeluaran masyarakat Indonesia

untuk berobat ke luar negeri mencapai Rp 30-40 triliun per tahun (Sihotang, 2012).

Dari Sumatera Utara, devisa yang terkuras untuk berobat ke luar negeri

diperkirakan mencapai Rp 3-4 triliun setiap tahun di mana dana tersebut sebenarnya

dapat dimanfaatkan dalam penambahan fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas

sumber daya manusia untuk mencapai pembangunan kesehatan yang ada (Sihotang,

2012).

Survei global tahun 2008 yang dilakukan McKinsey sebagai pendiri

McKinsey & Company menunjukkan alasan utama konsumen melakukan

pengobatan ke luar negeri adalah teknologi mutakhir 40%, perawatan lebih baik 32%,

mencari pelayanan medis lebih cepat 15% dan perawatan lebih murah 9% (Aby,

(21)

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

yaitu Sutoto, banyaknya orang Indonesia berobat ke luar negeri karena faktor

teknologi kedokteran, gaya hidup (life style) sambil berwisata (medical tourism) yang

cenderung hanya untuk medical check up, kurangnya komunikasi dan kepedulian

petugas pelayanan kesehatan kepada pasien, masih banyaknya pasien yang harus

menunggu dokter hingga berjam-jam, serta masalah kepastian biaya yang menjadi

pendorong masyarakat berobat ke luar negeri (Aditya, 2013).

Di negara tujuan wisata kesehatan, peran pemerintah sangat besar dalam

mendukung suksesnya rumah sakit. Dimulai dari promosi keringanan pajak bagi

rumah sakit atau peralatan kesehatan hingga kemudahan visa berkunjung bagi

pengunjung yang hendak berobat. Misalnya, Malaysia yang memberikan bebas visa

90 hari bagi masyarakat yang akan berobat ke negeri tersebut dari manapun pasien itu

datang (Anonim, 2013).

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Sumatera Utara yaitu Azwan menyatakan

bahwa meningkatnya penggunaan pelayanan kesehatan ke luar negeri ini terjadi

karena banyak rumah sakit khususnya di Sumatera Utara yang sampai saat ini belum

diakreditasi sesuai dengan standar internasional. Dari 180 rumah sakit yang

beroperasi di Sumatera Utara, hanya 30% yang sudah terakreditasi sementara sisanya

belum diakreditasi oleh instansi terkait. Oleh karena pelayanan rumah sakit di

Sumatera Utara yang belum seluruhnya memenuhi standar internasional, maka

masyarakat Sumatera Utara semakin tertarik untuk berobat ke Malaysia (Prawira,

(22)

Hasil penelitian Tsaniyah (2007) yang menyatakan persepsi informan tentang

pelayanan kesehatan di Penang, Malaysia sangat baik, biaya murah, sikap dokter dan

perawat ramah, fasilitas yang ada canggih dan lengkap, diagnosa jelas dan akurat.

Hal penggunaan pelayanan kesehatan ke Malaysia bagi masyarakat di

Sumatera Utara menurut survei awal peneliti pada tiga informan di daerah

Pematangsiantar dan 2 informan di Medan ialah disebabkan terlalu lama menunggu

dalam antrian pelayanan administrasi, ketidakpastian pelayanan khususnya karena

terlambat menegakkan diagnosa maupun karena ketidakpastian biaya.

Dari hal tersebut jelas bahwa dari waktu ke waktu semakin banyak Warga

Negera Indonesia (WNI) khususnya di Sumatera Utara yang menggunakan pelayanan

kesehatan ke luar negeri salah satunya yaitu ke Malaysia. Oleh karena itu, mengacu

pada uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi warga dan

keluarga pengguna pelayanan rumah sakit Malaysia di Sumatera Utara tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana persepsi warga dan keluarga pengguna

pelayanan rumah sakit Malaysia di Sumatera Utara tahun 2013”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi warga dan

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi pihak pemerintah khususnya di wilayah Sumatera Utara dapat menjadi

sumber informasi atau sebagai input dan sumbangan pemikiran dalam

mengupayakan pelayanan kesehatan yang lebih baik di dalam negeri sehingga

dapat memperbaiki persepsi dan kepercayaan masyarakat tentang pelayanan

kesehatan dalam negeri.

b. Bagi peneliti, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan terhadap kondisi riil di

lapangan yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Indonesia dan alasan

masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan ke luar negeri terutama

ke Malaysia.

c. Pada penelitian selanjutnya dapat menjadi bahan masukan bagi si peneliti

dalam mengembangkan penelitiannya khususnya dalam penggunaan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Notoatmodjo (2003) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman yang

dihasilkan melalui panca indera di mana setiap orang memiliki persepsi yang

bervariasi walaupun mengamati suatu objek yang sama. Persepsi didefinisikan

sebagai suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan

impresi sensorinya supaya dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya,

meskipun persepsi sangat dipengaruhi oleh pengobjekan indera maka dalam proses

ini dapat terjadi penyaringan kognitif atau terjadi modifikasi data.

Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu

dalam mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan individu agar memberikan

makna bagi lingkungan (Zuyina, 2010).

Menurut Gibson (2000), persepsi adalah proses–proses kognitif yang

dipergunakan seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya,

mencakup penafsiran objek atau tanda dari sudut pengalaman orang yang

bersangkutan. Persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter atau

metode untuk mengorganisasikan stimulus yang memungkinkan individu menghadapi

lingkungannya. Proses persepsi dengan mekanisme melalui stimulus yang diseleksi

dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, hampir bersifat otomatik dan bekerja

dengan cara yang sama pada masing-masing individu sehingga secara tipikal

(25)

Menurut Philip Kotler (1993), persepsi adalah proses bagaimana seseorang

menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk

menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai

suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif (Riadi, 2012).

2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persepsi

Pada umumnya manusia mempersepsikan suatu objek berdasarkan sudut

pandangnya sendiri terhadap suatu hal yang diwarnai oleh nilai dan pengalamannya.

Beberapa faktor dapat memengaruhi persepsi yaitu:

1. Pelaku persepsi (perceiver), yaitu: pelaku persepsi (perceiver) memandang suatu

target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi

yang lebih relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau

minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

2. Objek atau target yang dipersepsikan, yaitu: target/objek yang dipersepsikan juga

mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat memengaruhi persepsi yaitu

kedekatan, semakin besar kedekatan itu, maka semakin besar kemungkinan

individu akan cenderung mempersepsikan objek tersebut sebagai suatu kelompok

bersama.

3. Situasi yang membuat persepsi itu dilakukan, yaitu: unsur-unsur lingkungan

(26)

2.1.2 Proses Persepsi

Menurut Kotler & Amstrong (2001), seseorang dapat membentuk persepsi

yang berbeda-beda mengenai rangsangan yang sama karena ada tiga macam proses

penerimaan indera, yaitu:

1. Perhatian selektif yaitu kecenderungan seseorang untuk menyaring sebagian

besar informasi yang dihadapi, sehingga membuat para marketer harus bekerja

sangat keras untuk menarik perhatian konsumen.

2. Distorsi selektif yaitu menguraikan kecenderungan orang untuk menginterpretasi

informasi dengan cara yang akan mendukung apa yang telah diyakini.

3. Retensi selektif yaitu kecenderungan untuk mempertahankan informasi yang

mendukung sikap dan kepercayaan individu. Karena perhatian, distorsi dan

retensi selektif, para marketer harus bekerja keras menyampaikan pesan

(Satiadarma, 2001).

Menurut Parasuraman dalam Sarifuddin (2009) menyatakan beberapa hal

yang dapat dilakukan oleh pemberi pelayanan jasa untuk memperbaiki persepsi

konsumen ialah sebagai berikut :

1. Membuat konsumen menyadari akan komitmen para pemberi pelayanan dalam

mengupayakan perbaikan kualitas pelayanan itu sendiri.

2. Memberikan keterangan yang adekuat kepada konsumen perihal yang dapat

menghambat proses layanan tersebut.

3. Memberikan penjelasan kepada konsumen untuk penggunaan layanan yang lebih

(27)

Pada hakekatnya persepsi selalu berhubungan dengan stimulus (rangsangan

yang diterima oleh indera). Oleh karena itu, persepsi dapat terjadi setiap adanya

stimulus yang menggerakkan indera karena persepsi merupakan suatu proses yang

dimulai dari penlihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu

sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui

indera-indera yang dimilikinya (Satiadarma, 2001).

Jadi dalam hal ini, persepsi pasien dapat timbul karena adanya pengamatan

terhadap pelayanan yang diterima pasien, baik itu persepsi yang positif maupun

persepsi yang negatif tergantung pada pandangan, penglihatan, dan perhatian pasien

dalam menanggapi pelayanan kesehatan.

2.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebuah subsistem

pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)

dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap

upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun

masyarakat.

Menurut undang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

pelayanan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan tujuan

(28)

yaitu pelayanan kesehatan preventif, pelayanan kesehatan promotif, pelayanan

kesehatan kuratif, dan pelayanan kesehatan rehabilitatif.

Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap

suatu masalah kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu

kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih

mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan

agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan untuk mengembalikan bekas

penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota

masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai

dengan kemampuannya.

Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan

dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun

temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat.

2.2.1 Faktor yang Memengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut WHO (1984) menyebutkan bahwa penggunaan pelayanan kesehatan

(29)

yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, penilaian-penilaian

seseorang terhadap objek yakni dalam hal ini adalah objek kesehatan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman dari orang

lain. Di sini terbentuk proses belajar mengenai suatu objek yang dinilai sehingga

nantinya berkaitan erat dengan persepsi seseorang tentang sesuatu objek tersebut.

2. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dengan ada atau tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu.

3. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap

membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek dalam hal ini pelayanan

kesehatan.

4. Orang penting sebagai referensi

Seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting

khususnya dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

5. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga. Hal tersebut

berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh

(30)

6. Kebudayaan dan pola hidup (way of life)

Nilai-nilai, kebiasaan dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat

sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama Notoatmodjo (2003).

2.2.2 Syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat dinyatakan

layak dalam memberikan layanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik harus

memiliki berbagai persyaratan pokok.

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah:

1. Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat

berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan harus dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta

bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak

bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

3. Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan harus mudah dicapai (accesible) oleh masyarakat.

Pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut lokasi.

Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,

(31)

4. Mudah dijangkau

Pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat.

Pengertian keterjangkauan dimaksud di sini terutama dari sudut biaya. Untuk

dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya

kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu

Pelayanan kesehatan harus bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud

adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan di mana di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode

etik serta standar yang telah ditentukan (Azwar, 2010).

2.3 Pelayanan Prima Bidang Kesehatan

Pelayanan prima (exellence service) menurut pengertian “pelayanan” yang

berarti usaha melayani kebutuhan orang lain sedangkan, prima berarti bermutu tinggi

dan memuaskan. Sehingga pelayanan prima adalah usaha melayani kebutuhan orang

lain dengan mengutamakan mutu dan kepuasan orang lain (Wijono, 1999).

Menurut Wijono 1999, pelaksanaan pelayanan prima di bidang kesehatan

perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk

yang mudah dipahami atau diperoleh pada setiap tempat atau lokasi pelayanan

(32)

pendaftaran, pengambilan sampel, atau hasil pemeriksaan, biaya, serta jadwal

pelayanan.

2. Setiap aturan tentang prosedur seperti tersebut di atas harus dilaksanakan

secara tepat, konsisten dan konsekuen sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas.

4. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang

mudah dijumpai pada setiap tempat. Saran yang masuk harus selalu dipantau

dan dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan dan tindak lanjut dalam rangka

upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.

5. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang

berwenang atau kompeten, mampu, terampil, dan profesional sesuai

spesifikasi tugasnya.

6. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai

dengan sifat dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan.

7. Biaya/tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan

kemampuan masyarakat. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaannya harus

dilaksanakan secara cermat sehingga tidak terdapat titipan pungutan oleh

instansi lain.

8. Pemberi pelayanan kesehatan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak

(33)

9. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus

selalu dijamin.

10.Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah

dan sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal

dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang

cukup.

Unsur- unsur pelayanan prima antara lain (1) kesederhanaan, (2) kejelasan dan

kepastian, (3) keamanan, (4) keterbukaan, (5) efisien, (6) ekonomis, (7) keadilan yang

merata, (8) ketepatan waktu.

2.4 Rumah Sakit Sebagai Industri Jasa Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan

alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang

semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2009).

Menurut Undang - Undang Kesehatan No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

(34)

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah bagian yang sangat penting dari

suatu sistem kesehatan mengingat rumah sakit adalah organisasi yang bersifat padat

karya, padat modal, serta padat teknologi.

Menurut Undang-Undang No. 44 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa

klasifikasi rumah sakit berdasarkan pelayanannya ialah sebagai berikut :

1. Rumah sakit umum yaitu memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan

jenis penyakit. Meliputi Rumah Sakit Umum A, Rumah Sakit Umum B, Rumah

Sakit Umum C, dan Rumah Sakit Umum D.

2. Rumah sakit khusus yaitu memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,

jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Meliputi Rumah Sakit Khusus Ibu dan

Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan

Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Gigi Dan Mulut, Telinga Hidung Tenggorokan

(THT), Ginjal, Rehabilitasi Medik, Bedah, Kulit dan Kelamin.

Sedangkan jenis rumah sakit berdasarkan kepemilikan dan pengelolaannya

ialah sebagai berikut :

1. Rumah sakit publik yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

2. Rumah sakit privat yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan

tujuan profit yang berbentuk persero.

Azwar (1996) menyatakan tiga ciri khas rumah sakit yang membedakannya

(35)

1. Sumber daya manusia merupakan bahan baku dari industri jasa kesehatan

sehingga tujuannya pun untuk memenuhi kebutuhan manusia dan bukan

semata-mata menghasilkan produk serta biaya yang seefisien mungkin.

2. Kenyataan bahwa pentingnya peran profesional petugas layanan di dalamnya

untuk mewujudkan misi organisasi kesehatan itu sendiri.

3. Dalam industri rumah sakit, kadang-kadang bukan pasien sendiri yang

menentukan di rumah sakit mana mereka harus dirawat.

2.5 Harapan Pasien pada Pelayanan Rumah Sakit

Harapan pasien memiliki peran penting dalam membentuk kepuasan pasien.

Pemahaman mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pasien merupakan perbedaan

antara harapan tentang kinerja suatu pelayanan dengan yang dialami atau yang

diterima. Dengan demikian, pasien merasakan kepuasan apabila ada kesesuaian

persepsi antara harapan dan kenyataan yang dialaminya (Nasution, 2005).

Harapan pasien tentang kepuasan dalam pelayanan kesehatan dapat berupa

pelayanan kesehatan yang terorganisir dengan baik, menyeluruh, tempat pemberian

pelayanan kesehatan harus bersih dan teratur, tidak terlalu lama menunggu giliran

pelayanan, sikap (attitude) pemberi pelayanan yang baik dan terbuka, serta

pengobatan yang diberikan mampu menghasilkan kesembuhan pasien dari

penyakitnya.

Pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya berpusat pada sasaran pasien saja

tetapi sudah meluas kepada sasaran keluarga pasien juga, karena keluarga merupakan

(36)

memilih pelayanan kesehatan sehingga mutu pelayanan menjadi hal yang sangat

penting untuk diperhatikan. Adapun beberapa faktor yang memengaruhi pelayanan

kesehatan yaitu antara lain :

1. Kompetensi Teknis

Kompetensi teknis merupakan hal yang menentukan dalam memberikan

pelayanan prima dan bermutu karena dalam kemampuan teknis ini mencakup

pengetahuan, keterampilan, dan penampilan (performance) si pemberi pelayanan

kesehatan.

2. Efektifitas

Efektifitas pelayanan erat kaitannya dalam penentuan kualitas pelayanan itu

sendiri. Dengan pengobatan yang dilakukan dengan benar diharapkan mampu

memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

3. Efisiensi pelayanan

Pelayanan kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efisien

akan dapat memberikan pelayanan sesuai standar yang optimal.

4. Akses Pelayanan

Jarak dan rentan biaya yang diperlukan dalam pencapaian pelayanan kesehatan

tersebut menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Akses mencapai

pelayanan kesehatan yang mudah serta biaya yang terjangkau dapat menjadi

unsur penting dalam pemenuhan kebutuhan pasien tersebut.

5. Hubungan Antar Manusia

Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan citra yang baik yang

(37)

perhatian, ramah, dan komunikasi yang efektif antar sesama petugas kesehatan

dan antara pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien berkaitan dengan mutu

pelayanan kesehatan.

6. Kesinambungan Pelayanan

Pelayanan kesehatan yang bermutu bila pelayanan kesehatan yang membutuhkan

tindak lanjut telah dilaksanakan.

7. Keamanan Pelayanan

Keamanan pelayanan berarti pelayanan kesehatan harus aman dari resiko cedera,

infeksi, efek samping dan bahaya lainnya baik bagi pasien maupun petugas

kesehatan tersebut.

8. Informasi

Kejelasan informasi kepada pasien mengenai siapa yang akan memberikan

pelayanan kesehatan, jadwal pelayanan kesehatan, jadwal konsultasi kembali,

biaya pemeriksaan, biaya pengobatan, biaya rawat dan lain-lain.

9. Kenyamanan

Kenyamanan berkaitan dengan kesediaan pasien untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan kembali untuk memperoleh pelayanan selanjutnya. Kenyamanan di

sini berkaitan dengan penampilan fisik rumah sakit, tenaga, peralatan medis

maupun non medis, kebersihan ruangan, serta sarana dan prasarana yang

(38)

2.6 Penampilan Rumah Sakit yang memuaskan

Dasar utama dari pelayanan kesehatan di rumah sakit ialah industri jasa

kesehatan yang memiliki kaidah-kaidah pelayanan yang sistematis mengingat rumah

sakit merupakan organisasi padat karya yang didalamnya terdapat para tenaga

profesional dengan berbagai tugas, fungsi dan wewenang masing-masing. Selain itu

visi rumah sakit untuk mengadakan pengobatan dan perawatan di mana manusia

adalah yang menjadi objek sasarannya (Depkes RI, 2009).

Era kompetisi sekarang ini sudah saatnya diantisipasi dengan konsep dan

upaya nyata terhadap suatu pelayanan. Masalahnya akan sulit karena berhubungan

dengan sikap melayani para karyawan rumah sakit. Untuk itu keinginan dan

kesediaan untuk melayani adalah hal yang penting dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan.

Oleh karena itu, pelayanan rumah sakit akhir-akhir ini yang semakin

kompetitif mengharuskan pemberi pelayanan kesehatan tersebut untuk memenuhi

tuntutan pelanggan. Performa rumah sakit yang dapat menarik pelanggannya ialah

seperti :

1. Petugas Informasi

Konsumen yang datang berkunjung, pertama sekali akan dihadapkan kepada

petugas informasi. Sehingga petugas informasi sebagai pusat informasi yang

dibutuhkan konsumen diharapkan mampu memberikan kejelasan informasi yang

(39)

2. Petugas Keamanan

Petugas keamanan berfungsi sebagai orang yang dapat bertanggung jawab atas

keamanan konsumen selama berada di lingkungan rumah sakit.

3. Petugas Parkir

Pelayanan petugas parkir yang terlatih serta ramah dalam menyikapi pengendara

yang masuk ke wilayah rumah sakit.

4. Petugas Apotik

Peranan petugas apotik dalam memberikan pelayanan diharapkan pasien tidak

menunggu terlalu lama dalam memperoleh obat-obatan.

5. Petugas Tata Usaha Rumah Sakit

Dalam hal ini berkaitan dengan bagian administrasi terkhusus dalam hal

pembiayaan selama pasien mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

6. Petugas Rumah Tangga

Pelayanan kesehatan yang semakin berkembang menyediakan pelayanan

housekeeper yang memiliki fungsi dalam menjaga kebersihan setiap ruangan

dalam kawasan rumah sakit sehingga dapat memberikan kenyamanan selama

berada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

7. Petugas Kafetaria

Kebanyakan dari rumah sakit memiliki kafetaria yang dapat digunakan oleh

setiap karyawan rumah sakit maupun orang yang berkunjung ke rumah sakit.

8. Petugas Laboratorium

Keberhasilan petugas laboratorium menurut pasien mengarah kepada kecepatan

(40)

9. Dokter

Tenaga medis diharapkan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada

pasien dan didukung oleh peralatan yang canggih khususnya dalam

mendiagnosa.

10. Perawat

Perawat memegang peran penting dalam hal memenuhi kebutuhan pasien

mengingat perawat adalah tenaga yang stand by menghadapi dan mengawasi

keadaan pasien (Sugiarto, 1999).

2.7 Pengobatan ke Luar Negeri

Perjalanan dengan motivasi kesehatan pada hakekatnya dilakukan berkaitan

dengan kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan (medical check-up), pemeliharaan

(health care), pengobatan (treatment), pemulihan (recovery) dan sebagainya.

Pariwisata kesehatan yang berupa perjalanan untuk pemeliharaan dan/atau

pemulihan kesehatan (dahulu disebut sebagai tetirah) yang pada hakekatnya

dilakukan oleh orang yang sehat, tidak menderita suatu penyakit atau orang yang baru

sembuh dari perawatan dapat disebut health tourism. Sedangkan, medical-tourism

lebih cenderung menyangkut tindakan medik pengobatan (cure), operasi dan/atau

tindakan medik lainnya, yang dilakukan terhadap penderita suatu penyakit atau

kelainan kondisi kesehatannya, termasuk di antaranya adalah operasi kecantikan

(41)

Pariwisata medis adalah istilah yang mengacu pada aktivitas pasien bepergian

ke luar negeri dengan tujuan mencari pelayanan medis yang lebih cepat akses

keperawatan, biaya yang lebih murah, atau alternatif prosedur.

Gambar 1. The Health Tourism Structure

Excel International Journal of Multidisciplinary Management Studies,

medical tourist dari benua Asia memfavoritkan China, India, Malaysia, Singapura,

Korea Selatan, Filipina, Taiwan dan Turki sebagai negara tujuan medical tourism.

Perawatan medis yang dikehendaki para medical tourist tidak jarang sebenarnya

tersedia di negara tempat tinggal mereka. Namun karena berbagai alasan, mereka

lebih memilih perawatan medis di luar negeri (Sihotang, 2012).

SQU Medical Journal menyatakan, 4 (lima) alasan yang menjadi penyebab

medical tourist mencari perawatan medis di luar negeri tersebut adalah

keterjangkauan biaya, ketersediaan jenis perawatan medis, kemudahan mendapatkan

(42)

2.7.1 Faktor Penyebab Pengobatan Ke Luar Negeri

Menurut Ketua PERSI Daerah Sumatera Utara Tahun 2013, lima penyebab

masyarakat melakukan medical tourism adalah sebagai berikut :

1. Keterjangkauan biaya, sangat mungkin menjadi alasan utama para pasien

mencari perawatan medis ke luar negeri.

2. Ketersediaan jenis perawatan medis, dalam hal ini memiliki dua pengertian yaitu:

di negeri tempat tinggal pasien memang tidak ada jenis perawatan yang dicari,

atau pun sebenarnya ada tapi pasien tidak mempercayai perawatan tersebut.

3. Kemudahan mendapatkan perawatan medis, karena di negara sendiri sulit

didapat, misalnya karena antrian yang panjang.

4. Perawatan medis yang dapat diterima, yang berarti perawatan tersebut tidak

bertentangan dgn pertimbangan-pertimbangan pasien, misal politik, agama, dan

sosial budaya.

5. Penyebab tambahan: misalnya teknologi di negara tetangga lebih maju,

pelayanan lebih profesioanl, dan mungkin alasan untuk berwisata ke negara

tetangga (Muin, 2012).

2.8 Sistem Pelayanan Kesehatan di Malaysia

Sistem pelayanan kesehatan di Malaysia merupakan peninggalan penjajahan

Inggris, sehingga awalnya pelayanan ini terpusat di kota-kota dan sangat menekankan

pada upaya-upaya kuratif. Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat. Namun, di samping pemerintah,

(43)

kesehatan adalah universitas, NGO, dan pihak swasta termasuk termasuk pengobatan

alternatif dan tradisional.

Dalam sistem kesehatan Malaysia, penekanan dilakukan pada pemerataan

pelayanan bagi masyarakat. Paling jauh dalam radius 5 km dari sebuah rumah tinggal

akan ditemukan lagi sebuah fasilitas pelayanan kesehatan. Jika di suatu wilayah

sudah terdapat rumah sakit swasta misalnya, pemerintah tidak akan membangun lagi

rumah sakit yang lain meskipun peluang pasarnya ada.

Hampir sama dengan di Indonesia, Departemen Kesehatan (MOH) Malaysia

memegang peranan yang kuat dalam menyediakan pelayanan kesehatan. Bahkan di

Malaysia, MOH adalah provider utama pelayanan kesehatan, baik untuk masyarakat

perkotaan maupun pedesaan. Bedanya dengan di Indonesia, rumah sakit pendidikan

tidak dimiliki oleh Departemen Kesehatan atau pemerintah daerah tetapi oleh

departemen pendidikan. Jadi teaching hospital didirikan khusus untuk kepentingan

pendidikan.

Dengan demikian, anggaran untuk rumah sakit pendidikan berasal dari

Departemen Pendidikan bukan dari Departemen Kesehatan. Sementara itu, Depnaker

berwenang untuk merancang UU perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja. Rumah sakit militer dimiliki oleh Dephankam. Terdapat juga rumah

sakit dan beberapa Jungle Medical Post yang dimiliki oleh Departemen

Pembangunan Pedesaan untuk meng-cover masyarakat pribumi yang masih hidup di

(44)

Dari segi pembiayaan, pemerintah memegang peranan utama dalam

pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit milik pemerintah melalui pendapatan

yang utamanya berasal dari pajak (Buletin FK UGM, 2003).

2.9 Kerangka Pikir

Lingkup kajian meliputi orang-orang yang pernah melakukan pengobatan ke

Malaysia.

Gambar 2.2. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan definisi variabel

sebagai berikut :

a. Informasi adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber)

kepada komunikan (penerima).

b. Persepsi adalah proses–proses kognitif yang dipergunakan seseorang untuk

menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya, mencakup penafsiran objek

(45)

c. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu hal yang menyangkut peralatan

yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang

sebaik-baiknya bagi pasien.

d. Keahlian sumber daya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri

manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif

dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi

yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam

tatanan yang seimbang dan berkelanjutan khususnya dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

e. Biaya adalah semua pengorbanan berupa materiil yang perlu dikeluarkan

untuk suatu proses produksi.

f. Keramahtamahan adalah suatu sikap memiliki itikad baik dan sopan santun

petugas meliputi dengan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode

penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi

mengenai suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan

untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi

saat ini (Notoatmodjo, 2005).

Dengan demikian, penelitian ini memaparkan bagaimana persepsi warga dan

keluarga pengguna pelayanan kesehatan rumah sakit Malaysia di Sumatera Utara

Tahun 2013.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan tersebar di wilayah provinsi Sumatera Utara

dengan cakupan informan yang menyebar sesuai dengan kriteria informan yang

pernah berobat ke Malaysia yaitu informan yang ada di wilayah Pematangsiantar,

Lubuk Pakam, dan Medan.

Dalam penelitian ini terdapat 11 informan yang terdiri dari 6 informan asal

Pematangsiantar, 4 informan asal Medan dan 1 informan asal Lubuk Pakam dengan

pertimbangan yaitu :

1. Meningkatnya jumlah warga khususnya di Sumatera Utara yang berobat ke

(47)

2. Dalam penelitian ini, informan merupakan yang bersedia dan mampu

memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Diharapkan

informan awal dapat menyarankan peneliti ke informan lain yang diketahuinya

sehingga sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang

menggelinding, lama-kelamaan menjadi besar.

3.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2013.

3.4 Informan Penelitian

Penentuan informan dibedakan menjadi 2 kategori informan, yaitu informan

pokok dan informan kunci. Informan kunci adalah orang-orang yang menemani saat

pasien berobat ke Malaysia, misalnya pihak keluarga dan sanak saudara yang

menemani pasien saat berobat ke Malaysia. Informan pokok adalah orang-orang yang

sudah pernah berobat ke Malaysia. Dalam penelitian ini terdapat 11 informan yang

terdiri dari 8 informan pokok dan 3 informan kunci.

Selanjutnya dilakukan metode snowball sampling, yaitu teknik pengambilan

informan sebagai sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama

menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu,

belum mampu memberikan data yang memuaskan, sehingga perlu untuk mencari

orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian, jumlah

sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding,

(48)

Dalam penelitian ini, teknik snowball sampling dilakukan untuk memilih

informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan

topik penelitian. Bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi

ditemukan variasi informasi, dengan perkataan lain bahwa data yang dikumpulkan

sudah mencukupi (data yang dikumpulkan sudah cukup bervariasi dan sudah terjadi)

untuk menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian,

maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru (Sugiyono, 2010).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu :

1. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview) kepada

informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan

oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara yang akan mengajukan pertanyaan

terhadap informan.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan

ide-idenya. Supaya hasil wawancara dapat terekam baik maka digunakan alat

bantu yang digunakan yaitu alat tulis dan rekaman.

2. Data sekunder diperoleh dari surat kabar, majalah maupun penelitian sebelumnya

dapat berupa data mengenai jumlah orang yang melakukan pengobatan ke

Malaysia serta data-data yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya

(49)

Uji keabsahan dilakukan dengan teknik triangulasi data. Proses triangulasi

dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data,

sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan,

dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasi kepada informan.

3.5 Metode Analisa Data

Data yang diperoleh berasal dari indepth interview diolah dengan

menggunakan EZ-Text dan disajikan dalam bentuk matriks menurut variabel yang

diteliti. Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisa

data-data terkumpul menjadi data-data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai

makna. Teknik Analisis data kualitatif terletak pada tiga proses yang berkaitan yaitu:

mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi

Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera

Barat, dan Samudera Indonesia.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia.

Namun dalam penelitian ini, informan yang didapat tersebar di kota

Pematangsiantar, Lubuk Pakam, dan Medan.

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 informan yang terbagi menjadi dua

yaitu 8 informan pokok dan 3 informan kunci. Informan kunci adalah orang-orang

yang menemani saat pasien berobat ke Malaysia, meliputi: keluarga dan sanak

saudara yang menemani pasien saat berobat ke Malaysia, sedangkan informan pokok

adalah orang-orang yang sudah pernah berobat ke Malaysia.

(51)

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Pokok

Karakteristik Informan Kunci dapat dilihat pada Tabel 4.2

(52)

4.3. Informan Pokok

4.4.4 Sumber Informasi yang Didapatkan Informan Pokok

Hasil penelitian terhadap sumber informasi dan referensi yang mendorong

informan pergi untuk mendapatkan pengobatan ke Malaysia dapat dilihat pada

matriks berikut :

Matriks 1 Sumber Informasi Informan Pokok

Informan Pernyataan

1 “Tau dari mana maksudnya? Dulu ada tetangga yang pernah berobat ke sana juga.. kebetulan saudara saya juga ada di sana.. ya cerita punya cerita katanya di sana enak.. dilayani dengan baik.. ya udah kami pun jadinya pengen ke sana juga..”

2 “Kalo saya sih dapat infonya dari tetangga rumah waktu itu dia ke sana tahun 2007.. saya perginya bulan 2 kemarin.. tahun 2013..”

3 “Ooo kalau itu saya dapat kabar dari saudara saya.. di sana dia tinggalnya.. memang tak dekat-dekat kali lah ke rumah sakitnya.. tapi otomatis dia tau karena pernah berobat ke sana dulu.”

4 “Dulu itu pertama kali tau dari baca-baca majalah.. ditambah lagi pernah dengar cerita orang yang ketemu di rumah sakit waktu saya berobat di

8 “Aku tahunya dari tetangga itu dek.. keluarga pun mendukung ke sana. Abang pun langsung setuju lah karena yang penting sembuh aja lah sakit ku ini dek..”

Dari matriks di atas menunjukkan bahwa sumber informasi yang didapat

informan sebelum pergi berobat ke Malaysia ialah bersumber dari media cetak, media

(53)

saudara sehingga pada akhirnya menimbulkan keingintahuan dari dalam diri informan

itu sendiri.

Sumber informasi yang didapat melalui orang-orang sekitar dan sanak saudara

menjadi sumber informasi yang mendominasi informan untuk pergi berobat ke

Malaysia. Selain itu, sumber informasi yang didapat melalui media cetak dan

elektronik juga mampu menimbulkan ketertarikan pada diri informan untuk pergi

berobat ke Malaysia.

4.3.2 Persepsi Informan Pokok Mengenai Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian terhadap persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan

rumah sakit Malaysia dari segi fasilitas kesehatan di rumah sakit yang disinggahinya

dapat dilihat pada matriks berikut :

Matriks 2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Informan Pernyataan

1 “Dari segi bangunan tampak luar memang mewah, kalo di sini kayak ya di Rumah Sakit Medistra Pakam itu loh, kayak-kayak gitu jugalah mewahnya bangunannya. di sana ada cleaning service yang slalu pantau ruangan kalo misalnya ada tumpah makanan atau minuman atau pokoknya jorok aja diliat, ya langsung mereka bersihkan, atau perawatnya yang panggil cleaning service untuk bersihinnya”

“Kalo dari segi lokasi tempat rumah sakit itu, yah bisalah dijangkau ama bus, tapi kemarin takut nyasar jadi pilih naik taksi aja ke rumah sakitnya, saudara saya itu yang menganjurkan naik taksi aja.”

“Peralatannya ya..?? Kemarin memang kami ada periksa general check up langsung disuruh nunggu ya uda langsung siap hari itu juga. Paling nunggu beberapa jam aja kemarin tu.”

2 “Bangunannya bagus, di sana bersih dan teratur semuanya, ruangan nya enaklah dipandang, ventilasi cukup lagian pada pake AC juga sih ya, trus toiletnya juga bersih.”

Gambar

Gambar 1. The Health Tourism Structure
Gambar 2.2. Kerangka Pikir
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Kunci

Referensi

Dokumen terkait

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil karya tulis yang kreatif dan imajinatif. Karya sastra juga dijadikan sebagai wilayah yang menceritakan tentang kehidupan manusia dengan

Data base potensi WKM ini sebagai usulan perubahan PIAPS yang baru, hal ini sangat penting dan di butuhkan melihat areal potensi tersebut sangat di perlukannya legalitas pengelolaan

Gerakan sosial petani Kalibakar adalah gerakan yang dilakukan oleh para petani dari ‘enam desa’ (Simojayan, Tlogosari, Tirtoyudo, Kepatihan, Baturetno, dan Bumirejo) yang

Menarik rambut secara otomatis dilakukan secara tidak sadar dan ketika individu tersebut berfokus pada hal yang lain (misalnya, menonton televise atau

Hasil dari filtering merupakan spektrum anomali gravitasi yang komponen frekuensinya telah diatenuasi untuk nilai di atas cutoff frequency pada iterasi tersebut.. Hasilnya

Secara umum, aturan tersebut dapat ditemukan pada Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dalam Pasal 1457 KUHPerdata yaitu jual beli ialah suatu

Setelah gigi tiruan selesai, dilakukan pencabutan gigi dan segera dipasang immediate denture nya.Kesimpulan: Conformative technique dapat dipakai untuk menyusun gigi

Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja manajemen PDAM Kabupaten Semarang yang merupakan bagian dari penelitian