• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilihan Bekerja Remaja Perempuan di Era Post Modern (Studi Kasus di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pilihan Bekerja Remaja Perempuan di Era Post Modern (Studi Kasus di Kota Medan)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bee, H, “The developing child”, (edisi ke- 3), Harper Row Publishers, New York, 1981.

Papalia, Olds, & Feldman. (2001). Human Development (9th ed). New York: Mc Graw Hill

_____________. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Daulay, Harmona, 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender.Medan : Universitas

Sumatera Utara Press

Elly M.Setiadi. Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya.Jakarta : Kencana Prenanda Media Group.

Faisal, Sanifah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Featherstone, Mike. 1988. “In Pursuit of the Postmodern: An Introduction”, dalam Theory Culture and Society (London: Sage). Disunting dalam versi ringkasnya: “Modern and Postmodern: Definition and Interpretation.” Dimuat dalam Prisma No 1, Tahun XXII, 1993 dengan judul “Modern dan Pascamodern: Tafsir dan Terapan”.

Fakih, Mansour. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gilmore, J.V, “The productive personality”, Albion Publishing Company, San Fransisco, 1974.

Haditono, S.R, “Seminar sikap mandiri dalam perubahan nilai sosial budaya”, Universitas Gajah Mada, 1989.

Lamman, M.S., Frank, S.J. & Avery, C.B, “Young adult‟s perception of their relationship with their parents: individual differences in connectedness, competence, and emotional autonomy”, Journal of developmental psychology, 24(5), 729-737, 1988.

(2)

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Pauline, M. Rosenau. 1992. Postmodernisme and Sosial Sciences :Insight, Inroads, and Intrusions. Princeton: Princeton University Press.

Rich, D, “In school and in life: the best gift you can give your child, mega skills”, Houghton Mifflin Company, New York, 1992.

ze George. 2005. Teori Sosial Postmodern. Jogjakarta: Kreasi Wac Santrock.(2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga

Steinberg, L, “Adolescence”, (edisi ke-6), McGraw-Hill, Inc, USA, 2002. Lash, Scott, 2004. Sosiologi Post Modernisme.Yogyakarta : Kanisius Media Watson, R.I, “Psychology of the child”, (edisi ke-2), John Willey & Sons, Inc,

New York, 1967.

Widjaja, H, “Hubungan antara asuhan anak dan ketergantungan– kemandirian”, Disertasi FPS Universitas Padjajaran Bandung, Bandung, 1986.

Williams, J.H, “Psychology of women: behavior in biosocial context”, W.W. Norton & Company, Inc, New York, 1976.

Sumber Internet:

http://portalgaruda.org/article.php?article=62907&val=4564 http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/59046

http://digilib.uinsby.ac.id/460/ http://digilib.uin-suka.ac.id/12897/

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dan diamati dan juga untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.

Bogden mendefinisikan studi kasus adalah sebuah kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu.Jadi penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu kelompok, lembaga atau masyarakat (Idrus, 2009).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Medan.Karena semakin banyak remaja perempuan di Kota Medan yang memilih untuk bekerja sambil sekolah/kuliah, dan masih banyak orang tua yang pro dan kontra terhadap pilihan anak remaja perempuan mereka

3.3Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

(4)

yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial.Adapun yang menjadi unit analisis dan objek jakian dalam penelitian ini adalah para remaja perempuan yang memilih untuk sudah mulai bekerja ketika mereka masih belum menamatkan pendidikan formal mereka.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian yang merupakan sumber informasi yang actual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian.Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan subjek penelitian.Teknik purposive sampling digunakan jika dalam pemilihan informan peneliti menggunakan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.Sehingga peneliti menentukan beberapa kriteria informan. (Idrus, 2009) Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah:

1. Melisa Widyaningsing 2. Dini Soekardi

3. Gita Pratiwi

4. Nauvila Deksi Ramadhani 5. Bella Destalia

3.4Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang peneliti dapat langsung dilapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu:

(5)

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera sebagai alat untuk melakukan pengamatan.Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan langsung. (Bungin, 2007:115) Data yang akan dicari dengan observasi berupa pilihan bekerja remaja perempuan di Era Postmodern dibandingkan dengan sebelum Era Postmodern.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

(6)

3.5Interpretasi Data

Bogdau dan Biklen (Moleong, 2006) dikutip dalam skripsi Novi Khairani tahun 2010 menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(7)

3.6Jadwal Kegiatan

NO KEGIATAN

Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal √ √ √

4 Seminar Desain Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan dan Interpretasi Data √ √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

(8)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota ini adalah kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk sekitar 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan.

(9)

bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru danulama.

4.1.1 Keadaan Demografi

Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.

Sebagai salah satu derah otonom berstatus kota di Propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peran Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

(10)

4.1.2Jumlah Penduduk Kota Medan

A. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di kota medan

Sumber Data: Sumatera Utara Dalam Angka 2014 BPS Provinsi Sumatera Utara

B. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (Jiwa),

Golongan Umur Laki – laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Sumber Data: Sumatera Utara Dalam Angka 2015 BPS Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2013 2012 2011 2010 2009

Jumlah Pria (jiwa) 1.048.451 1.047.875 1.046.560 1.036.926 1.049.457

Jumlah Perempuan

(jiwa) 1.074.759 1.074.929 1.070.6664 1.060.684 1.071.596

Total (jiwa) 2.123.210 2.122.804 2.117.224 2.097.610 2.121.053

Pertumbuhan

Penduduk(%) - - 1 -1

1

(11)

4.1.3 Jumlah Penduduk Yang Berstatus Bekerja di Kota Medan Menurut Jenis Kelamin

Presentase Penduduk15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Utama.

Status Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1. Berusaha sendiri tanpa bantuan

orang lain 18,5 18,01 18,31

2. Berusaha dibantu anggota

rumahtangga/buruh tidak tetap 18,67 10,91 15,7

3. Berusaha dengan buruh tetap 4,58 1,89 3,55

4. Buruh/karyawan 43,03 32,37 38,95

5. Pekerja bebas 3,58 2,12 3,02

6. Pekerja keluarga 3,72 1,82 2,99

Jumlah 100 100 100

Sumber: BPS- Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Agustus 2014

4.2Profil Informan

(12)

Berikut ini adalah hasil dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan :

1. Informan I

Nama : Melisa Widyaningsing Umur : 20 tahun

Alamat : Jl. Karya Bakti No. 97 Pangkalan Mansyur Medan Pekerjaan : Waitress Pizza Boy Adam Malik

(13)

Pengaruh terbesar Melisa dalam menjalankan rutinitas hariannya ini adalah ketika Ia sudah merasa sangat lelah ketika pulang bekerja. Melisa mengambil jadwal bekerja pada pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore.Setelah pulang bekerja Melisa langsung melanjutkan perjalanannya ke kampus pada sore hari. Melisa sengaja mengambil jadwal kuliah sore hari agar Ia bisa sambil bekerja pada pagi harinya. Adapun kendala yang sering Melisa hadapi adala ketika teman satu kantornya berhalangan masuk bekerja, terpaksa Melisa harus menggantikan tugas temannya tersebut dan memutuskan tidak masuk kuliah.

Sebelum memutuskan bekerja sambil kuliah Melisa terlebih dahulu meminta izin kepada kedua orang tuanya apakah keputusannya ini mendapat restu atau tidak dari mereka. Beruntungnya Melisa karena Ia mendapatkan pimpinan yang sangat mengerti tentang masalah yang dihadapi Melisa yaitu bekerja sambl kuliah, tetapi pimpinannya tersebut sangat mensupport apa yang dilakukan bawahannya tersebut karena pimpinannya pun ternyata pernah mengalami kisah yang sama yaitu bekerja sambil kuliah. Melisa berharap bahwa ada pekerjaan yang sesuai nantinya yang Ia dapatkan ketika telah selesai kuliah. Mungkin saat ini yang Ia fikirkan hanyalah bagaimana cara meringankan beban orang tuanya, tetapi nanti Melisa juga berharap agar dapat membahagiakan orang tuanya. 2. Informan II

Nama : Dini Soekardi Umur : 21 Tahun

(14)

Dini Soekardi adalah seorang mahasiwi tingkat akhir yang mengambil jurusan bahasa Inggris di salah satu Universitas terkemuka di Kota Medan.Ia juga merupakan salah satu mahasiswi yang memutuskan bekerja sambil kuliah. Berbeda dengan Melisa, justru awalnya bekerja sebagai guru piano adalah pilihan utamanya ketimbang meneruskan pendidikan ke jenjang perkuliahan.Tetapi hal ini tidak menjadi halangan bagi Dini karna memang kedua aktifitas tersebut sangat berguna baginya. Selain “hobi yang dibayar”, Ia juga bercerita bahwa awalnya Ia

berniat untuk kuliah di luar negeri. Orang tua Dini akan memberikan izin dengan catatan biaya kuliah harus ditanggung dirinya sendiri. Akan tetapi melihat biaya pendaftaran yang begitu mahal Ia memutuskan memanfaatkan hobinya tersebut agar bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Tetapi ternyata keinginannya untuk berkuliah di luar negeri pupus karena Dini malah keasyikkan untuk bekerja dan merasa nyaman karena sudah bisa mengahasilkan uang sendiri, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berkuliah didalam negeri saja.

(15)

siang hari, sedangkan sore harinya Ia gunakan untuk bekerja. Pada hari sabtunya, jadwal bekerja Dini dimulai dari pukul 8 pagi hingga 8 malam.

Pekerjaan yang dilakoni oleh Dini tidak membuatnya merasa terbebani, malah Ia mengatakan pekerjaannya ini sangat menyenangkan karena yang ditemuinya adalah anak-anak dari sekolah internasional, dimana mereka selalu berkomunikasi menggunakan bahasa asing, dan membantu Dini untuk mengasah kemampuan bahasa asingnya. Sehingga jurusan Bahasa Inggris yang Ia ambil di perkuliahan dapat ditekuni juga sembari bekerja.

Dukungan orang tua juga sangat diperlukan Dini dalam menjalankan aktivitasnya. Mereka sangat mendukung keputusan Dini asalkanIa bisa membagi waktu dengan baik antara bekerja dan kuliah. Hal ini pun disampaikan oleh pimpinan ditempat Ia bekerja karena pimpinannya pun berharap bahwa jangan sampai kegiatan yang Ia lakukan dalam satu waktu ini membuatnya merasa sulit untuk dijalani dan tidak mendapatkan hasil apa-apa dari keduanya.

3. Informan III

Nama : Gita Pratiwi Umur : 21 Tahun

(16)

Informan ketiga dalam penelitian ini bernama Gita.Perempuan yang selalu menggunakan hijab dalam kesehariannya ini berprofesi sebagai guru private mata pelajaran Bahasa Inggris. Gita bercerita bahwa kegiatan yang Ia pilih ini untuk mengisi waktu luang, karena Ia berkuliah di swasta yang memang banyak waktu senggangnya. Selain untuk mengisi waktu luang, Gita juga mengatakan bahwa selain dapat membantunya untuk melancarkan Bahasa Inggris, pemasukan uang tambahanpun bisa Ia nikmatin untuk membuatnya belajar mencari pemasukan sendiri.

Hal menarik lainnya yaitu anak yang diajarkan oleh Gita ini adalah anak dari dosennya di perkuliahan.Hal ini membuat Gita lebih mudah untuk membagi waktunya saat kuliah dan bekerja. Tetapi pada saat Ia bertemu dengan dosen mata kuliah yang lain dan bertepatan harus mengganti jadwal mengajar private, Gita harus berperang untuk menentukan hal mana yang lebih prioritas anata bekerja dengan kuliahnya. Walaupun akhirnya Gita lebih memilih untuk mengutamakan kuliah, dosen tempatnya bekerja dapat memakluminya.

Gita mengaku sangat menikmati sekali perannya saat ini.Orang tuanya pun sangat mendukung kegiatan yang dipilih Gita.Orang tua Gita mengatakan selama kegiatannya bekerja tidak mengganggunya berkuliah maka orang tua sangat memberikan izin pada Gita.Tetapi walaupun begitu Gita tidak begitu saja melupakan tugasnya dirumah. Ketika Gita sudah sampai dirumah, Ia selalu segera mengerjakan pekerjaan rumah.

4. Informan IV

(17)

Alamat : Jl. Puri No. 162, Medan Pekerjaan : Pebisnis Online Snack

Informan kelima ini bernama Nauvila.Berbeda dengan informan yang lainnya, nauvila lebih memilih untuk menjalankan bisnisnya sendiri untuk mengisi waktu luangnya setelah selesai kuliah dan mendapatkan tambahan uang saku.Bisnis yang dipilih Nauvila adalah merangkai buket snack, bisnisnya inipun Ia lakoni secara online. Jadi Ia tidak perlu repot untuk pergi ketempat kerja seperti informan lainnya.

(18)

Ketika ditanyakan apakah masalah ekonomi adalah hal utama yang memutuskannya untuk mencari duit tambahan, Nauvila jelas mengatakan tidak.Karena Nauvila menjalani kegiatannya ini hanya berdasarkan hobi saja.Orang tua Nauvila pun sangat mendukung pekerjaannya saat ini, selain untuk mengasah kemampuannya dalam berbisnis, orang tuanya juga berharap agar Nauvila dapat belajar mencari uang sejak dini.

Hal lain yang membuat hati Nauvila bangga yaitu ketika pelanggan yang memesan buket snack kepada Nauvila memuji hasil karyanya. Nauvila semakin bersemangat untuk terus berkreasi agar semakin banyak model dan kreasi yang dihasilkan agar pelanggan dapat melihat lebih banyak pilihan dalam bisnisnya ini. 5. Informan V

Nama : Bella Destalia Umur : 21 Tahun Pekerjaan : Penyiar Radio

(19)

hubungannya dengan jurusan yang Ia pilih di perkuliahan yaitu Komunikasi. Bela sangat senang mempelajari mengenai dunia broadcasting, sehingga Bela sangat senang menjalani pekerjaannya saat ini.

Selain karena faktor hobi, Bela juga mengatakan hal lain yang membuatnya memilih bekerja sambil kuliah adalah faktor kemandirian. Selagi masih muda Bela sangat bersemangat untuk mencari uang tambahan untuk membantunya menjadi mandiri dan menikmati hasil kerja keras sendiri, agar nanti ketika Ia sudah selesai belajar di bangku kuliah, Ia tidak perlu pusing lagi untuk mencari pekerjaan dan harus bersaing dengan para pencari kerja lainnya.

Bela tidak merasa kesulitan ketika ditanyakan mengenai pembagian waktu antara kuliah dan bekerja.Karena pekerjaan yang dipilih oleh Bela ini waktunya sangat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan jadwal kuliahnya. Pimpinan tempat Bela bekerjapun sangat memahami hal ini karena dulunya pimpinannya tersebut pun menjalani hal yang sama dengan para bawahannya.

Orang tua Bela sangat mendukung kegiatan Bela saat ini karena hal yang dilakukan Bela ini merupakan kegiatan yang positif.Selain hobinya tersalurkan, bakatnya pun dapat di asahnya dengan baik.Sama seperti orang tua yang lainnya, asalkan kegiatannya bekerja sampingan ini tidak membuatnya mengenyampingkan tugas utamanya sebagai mahasiswa, maka orang tua sangat memberikan izin kepada anak-anaknya.

4.3 Pilihan Bekerja Remaja Perempuan Pada Era Postmodern di Kota Medan

(20)

perempuan yang telah selesai mengerjakan studinya di perkuliahan.Setelah mendapat gelar sebagai sarjana tentunya mereka berbondong-bondong untuk mencari pekerjaan yang mereka cita-citakan sejak awal.Menjadi pegawai kantoran, pegawai di sebuah Bank ternama, menjadi seorang guru, ataupun bagi mereka yang senang berbisnis.Tetapi tidak semua perempuan melakukannya setelah mereka mendapatkan gelar sarjana, ada sebagian perempuan yang mencari pekerjaan justru ketika mereka sedang berada dibangku kuliah.

Keputusan untuk mencari pekerjaan ketika sedang menyandang status sebagai mahasiswi tentu tidaklah mudah. Mereka harus teliti untuk menentukan pekerajaan apa yang dapat mereka ambil tetapi tidak merusak jadwal wajib mereka sebagai mahasiswi diperkuliahan. Tentunya setiap perusahaan selalu memiliki jadwal bekerja yang full time setiap harinya. Dengan jadwal yang umumnya dimulai dari senin hingga jumat, dan jadwal yang selalu dibuat dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00 sore, membuat para mahasiswi yang berniat untuk bekerja pun dengan berat hati mencari lagi perusahaan-perusahaan lain yang tidak memiliki jadwal seperti itu. Ternyata banyak juga mereka dapati perusahaan yang memiliki jadwal bekerja yang tidak selalu dimulai dari pagi dan diakhiri di sore hari. Beberapa perusahaan juga membuat jadwal sift untuk karyawannya. Jadwal ini biasa disebut dengan istilah part time.Seperti jadwal yang dimiliki oleh perusahaan tempat informan Bella bekerja sebagai penyiar radio.

(21)

saya siaran.Contohnya hanya dua sampai empat jam.Jadi bekerja sebagai penyiar kebanyakan statusnya adalah part time.”

Selain di perusahaan media contohnya radio, jadwal seperti ini banyak digunakan oleh perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan minuman.Para karyawan dapat memilih waktu bekerja dengan dua system waktu, pagi sampai siang dan siang sampai malam hari.Ini memudahkan untuk para pencari kerja yang pada umumnya adalah seorang mahasiswa.Dimana para mahasiswa yang pada pagi harinya kuliah tentunya dapat memilih bekerja pada waktu sore hingga malam hari.Begitu juga sebaliknya.Para mahasiswa yang mengambil jadwal kuliah pada malam hari tentunya dapat mengambil pekerjaan pada pagi harinya.

Pilihan bekerja tidak hanya dilakukan dalam perusahaan saja.Banyak jenis perusahaan yang dapat digeluti oleh seseorang.Masih banyak jenis pekerjaan lainnya, seperti yang dijalani oleh para informan dalam penelitian.Menjadi seorang guru private, seorang guru piano, maupun berbisnis, semua dapat dilakukan oleh seseorang yang memutuskan untuk menjalani kuliah sambil bekerja.Tentunya jenis pekerjaan yang mereka pilih pun bukan jenis pekerjaan yang dapat menyita waktu mereka.Pada umumnya mereka yang memilih jenis pekerjaan ini adalah semata karena hobi maupun bakat yang ada dalam diri mereka.Banyak yang menjadikan hobi atau bakat yang mereka punya untuk dihasilkan menjadi pundi-pundi penghasilan, dan yang pasti jenis pekerjaan ini selalu dikerjakan dengan senang hati.

(22)

menilai postmodern menghasilkan gaya hidup hedonisme, menipisnya kesadaran akan nilai-nilai kesucian, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya, postmodern tidak identik dengan sikap hidup yang demikian.Sikap hidup negatif tersebut merupakan salah satu hasil dari penafsiran falsafah postmodern.

4.4 Jenis Pekerjaan Yang Semakin Bertambah

Beberapa dekade yang lalu, mungkin bekerja adalah kegiatan yang mau tidak mau harus dilakukan terutama untuk kepala keluarga, untuk menafkahi keluarganya.Mulai dari pekerjaan dengan penghasilan terendah hingga tertinggi tetap dilakoni oleh para kepala rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Namun seiring berjalannya waktu, pekerjaan yang menuntut keahlian tidak hanya dikuasai oleh pria.Mulai dari tahun 1970-an, pekerjaan yang menuntut keahlian dan skill seperti posisi sebagai dokter gigi, pengacara, dan insinyur sudah banyak diisi oleh para perempuan.Ini menyebabkan jumlah pekerja perempuan sudah semakin banyak dan semakin di terima oleh masyarakat.

(23)

“Saya sama sekali tidak merasa terganggu dengan kegiatan saya berbisnis online.Karena bisa saya lakukan di mana saja dan kapan saja. Bahkan saya bisa meladeni beberapa pesanan sambil saya berkegiatan di kampus ataupun hanya bersantai di rumah. Awalnya saya hanya menganggap ini kegiatan menyenangkan saja, ternyata cukup membantu saya menambah uang saku.”

Selain berbisnis secara online,sudah semakin banyak pilihan bekerja yang didukung oleh kemajuan teknologi, seperti menjadi seorang musisi yang tidak perlu lagi mencari sponsor agar karyanya didengar. Cukup dengan mengunggah video berisi karyanya, dunia sudah bisa menyaksikan di manapun mereka berada.Berkomunikasi yang semakin mudah dari segala penghujung dunia juga membuat para remaja terutama remaja perempuan semakin berfikir kritis dan meningkatkan kreatifitas mereka.Sehingga keinginan untuk berkarya dan menginspirasi sesama semakin besar.

4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Perempuan Memilih PekerjaanPada Era Postmodern di Kota Medan

Adapun berbagai faktor yang dapat menjadi pengaruh seseorang untuk memilih pekerjaan adalah sebagai berikut :

a. Faktor ekonomi

(24)

uang jajan tambahan ketika menjalani peran sebagai mahasiswi.Seperti dengan yang telah disampaikan salah satu informan, Melissa.

“Alasan utama saya bekerja, ya hanya untuk meringankan beban orang tua saya dalam membiayai kuliah saya.Bukan karena saya ingin menngisi waktu luang dan alasan lainnya.Alasan itu juga yang menyebabkan saya memilih kuliah malam.Agar pagi sampai sore waktunya bisasaya gunakan untuk bekerja.Namun sisi terangnya saya bisa belajar dan mengetahui bagaimana rasanya berjuang. Agar ketika saya lulus nanti saya sudah terbiasa dengan perjuangan dan kesibukan bekerja sehari-hari, dan orang tua saya tentu saja sama sekali tidak merasa keberatan.”

Informan Melisa mengatakan keinginannya menjalani kuliah sambil bekerja karena untuk meringankan beban orang tuanya dalam membiayainya berkuliah. Maka itu melisa memutuskan untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk statusnya saat ini. Orang tua Melisa pun tidak merasa keberatan dengan keputusan yang diambil oleh Melisa asalkan pekerjaannya tersebut tidak merusak tanggung jawabnya dan mengganggu perannya sebagai mahasiswa.

b. Faktor Hobi

Faktor ini banyak dipilih oleh informan ketika ditanyakan apakah yang melatarbelakangi mereka untuk memilih bekerja sambil kuliah.Faktor hobi merupakan faktor yang banyak juga dijumpai ketika ditanyakan mengapa mereka memilih pekerjaan tersebut dalam hidupnya. Hobi yang dibayar adalah sesuatu yang sangat berharga karena apa yang kita lakukan pun berdasarkan apa yang kita senangi.Seperti yang dikatakan informan Dini, seorang pianis yang sudah memiliki penghasilan sendiri sebagai seorang guru piano.

(25)

karena saya sempat menganggur setelah saya lulus SMA, saya memutuskan untuk mengajar piano di salah satu tempat belajar piano di Medan.Dan akhirnya masih berlanjut hingga sekarang walaupun saya sudah melanjutkan kuliah saya.”

Selain seperti informan Dini menjadi seorang guru piano, banyak jenis hobi yang dapat dijadikan suatu pekerjaan.Misalnya informan Bella dengan hobinya dalam dunia broadcasting khususnya radio, menjadikannya seorang penyiar.Begitu juga dengan Nauvila.Berawalnya dari hobinya dalam merangkai, dan kebetulan sedang ada tugas dari kampusnya tentang berwirausaha, Nauvila memilih hobinya tersebut untuk dijadikan sebagai lahan untuk menambah penghasilan.

Tidak hanya jenis hobi yang disebutkan oleh informan, banyak hobi lain yang dapat dijadikan lahan untuk mencari penghasilan, misalnya bernyanyi, menari, memasak, dan hobi-hobi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semua jenis pekerjaan bila dijalankan dengan dasar niat yang tulus tentunya akan mudah dijalani.

c. Faktor Keahlian

(26)

sebagai seorang guru piano.Tidak hanya Dini yang memilih keahlian sebagai sumber mencari penghasilan.

Selain Dini, informan yang menggunakan keahliannya sebagai sarana mencari penghasilan adalah Gita. Gita dengan keahliannya dalam berbahasa Inggris membuatnya terjun menjadi seorang guru les private tentunya dalam bidang Bahasa Inggris.Gita sadar untuk mengasah keahliannya ini tidak hanya dapat dilakukan di area kampus, menjadi seorang guru les Bahasa Inggris tentunya sangat memberikan pengaruh positif karena dapat juga lebih megasah lagi keahliannya dalam berbahasa Inggris.

4.6 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Hasil Belajar (Prestasi Belajar)

Tentunya dalam menjalankan dua kegiatan sekaligus dalam satu waktu tidaklah mudah.Terutama bagi mahasiswa yang memilih bekerja ketika mereka sedang berperan sebagai mahasiswa.Sebelum semuanya dilakukan seseorang yang memiliki komitmen untuk menomorsatukan perannya sebagai mahasiwa harus memiliki tanggung jawab yang tinggi.Ketika contohnya salah satu harus berbenturan dan harus memilih salah satu untuk dikorbankan tentunya para informan harus memilih untuk tetap bekerja atau memilih kepentingan di perkuliahan.

Para informan mengaku pekerjaan yang mereka jalani tidak mempengaruhi hasil belajar ataupun prestasi belajar mereka.Mereka dapat mengatur dengan baik jadwal mereka yang berdampingan antara kuliah dan bekerja.Seperti yang dikatakan informan Anggi.

(27)

saya yang menyesuaikan jadwal saya mengajar anaknya di rumah dikarenakan jadwal saya di kampus, terutama jadwal saya menghadiri kelas mata kuliahnya.”

Tentunya sebelum memilih untuk melakukan kegiatan ini para informan harus siap dalam menambah semangatnya karena akan mengadapi hari-hari yang lebih padat lagi dan dapat benar-benar membagi waktu untuk bisa menajalani keduanya.

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis pekerjaan dapat dilakukan ketika kita masih menyandang status sebagai mahasiswa.Hanya ada beberapa jenis pekerjaan yang memang dibuat untuk mahasiwa yang berniat untuk menambah penghasilan.Untuk menjalani kegiatan inipun, seseorang yang memilih bekerja sambil kuliah harus benar-benar memiliki tanggung jawab yang tinggi agar kegiatan yang mereka pilih ini tidak menjadikan salah satunya malah lebih buruk ketika dijalani.

(28)

4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian adalah salah satu hal yang dituju dalam perkembangan hidup manusia. Kemandirian didefinisikan sebagai keinginan untuk merasa bebas, berbuat sesuatu atas dorongan sendiri, merasa yakin akan kemampuannya, mampu mengatasi masalah, memutuskan atau mengeijakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sikap mandiri ini dapat terbentuk dari pola interaksi anak dengan orang tua dan keluarganya, sebagai pondasi awal.Sikap mandiri ini perlu diarahkan pada hal-hal yang positif, misalnya untuk melaksanakan tugas sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Dalam proses perkembangannya, kemandirian dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kecerdasan (Blair dalam Gilmore, 1974), pola asuh orang tua (Baumrind dalam Bee, 1981), tingkat pendidikan orang tua (Widjaja, 1986), jumlah anak dalam keluarga dan sebagainya. Dengan demikian kemandirian tidak muncul begitu saja atau terjadi dalam tempo yang singkat melainkan harus dimulai sejak kecil melalui latihan kemandirian dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut ini akan diberikan penjelasan singkat tentang masing-masing faktor tersebut.

4.7.1 Kecerdasan

Blair (dalam Gilmore, 1974) menyatakan bahwa kecerdasan seseorang berhubungan dengan tingkat kemandiriannya, Seperti halnya pada salah satu informan, Dini yang cerdas dalam mengatur keuangan dan lihai dalam memainkan alat musik piano, sehingga membuatnya menjadi remaja yang mandiri.

(29)

dan memanfaatkan waktu luang saya menjadi guru piano dan juga les privat piano, saya menjadi memiliki gaji sendiri.Dan kebetulan gaji seorang guru piano apalagi piano klasik tidaklah sedikit, bahkan dapat mencukupi uang jajan dan uang kuliah saya.Akhirnya saya menjadi mandiri dan bahkan bisa membantu perekonomian keluarga.”

Artinya semakin tinggi tingkat kecerdasan semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya.Karena semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang remaja perempuan, maka semakin besar kesadaran mereka untuk memulai kreatifitas dan kegiatan yang menghasilkan, tanpa harus masih bergantung pada orang tua.Sehingga mereka cenderung bebas menentukan jadwal mereka sendiri.

4.7.2 Pola Asuh Orang Tua

Penelitian yang dilakukan oleh Gilmore (1974) pada subyek anak cerdas dan kurang cerdas menunjukkan bahwa anak yang cerdas lebih berperilaku mandiri dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas Williams (1976) berpendapat bahwa orang yang paling dekat atau paling sering berhubungan dengan anak di dalam keluarga pada umumnya adalah ibu, sehingga sikap ibu merupakan faktor yang penting dalam perkembangan anak. Seperti informan Dini yang menyatakan kedekatan dan dukungan dari ibunya sehingga ikut mendorong Dini untuk menjadi remaja yang cerdas.

“Orang yang paling mendukung karir dan kuliah saya adalah ibu saya.Beliau yang mendukung saya untuk menjadi perempuan yang mandiri sejak dini dan menginspirasi remaja seusia saya.Beliau selalu member saya kekuatan disaat saya sedang kelelahan antara perkuliahan dan pekerjaan saya sehingga semakin membuat saya yakin dalam menjalankan keduanya.”

4.7.3 Tingkat Pendidikan Orang Tua

(30)

menyatakan bahwa perlakuan yang diberikan oleh orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak-anaknya.Dalam penelitian Widjaja (1986) ditemukan bahwa faktor pendidikan ibu atau ayah berperan dalam pembentukan kemandirian pada anak. Tetapi dalam sebuah keluarga tentunya peran yang paling menonjol dalam mengasuh anak-anak adalah ibu, maka dalam hal ini makin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka ia akan lebih mendorong kemandirian anak. Karena seorang ibu tahu bahwa anak yang dididik dengan perhatian yang tinggi akan membuat anak tersebut menjadi tidak bisa berdiri sendiri, sedangkan anak yang dididik dengan kemandirian yang tinggi pada akhirnya akan membuat anak tersebut dapat menjadi seseorang yang tidak suka tergantung dengan orang lain di masa Ia dewasa.

Seperti halnya dalam penelitian ini, para informan dididik dengan kemandirian yang baik oleh orang tuanya, sehingga para informan dapat memutuskan untuk mencari jati dirinya sendiri dengan belajar mandiri dengan cara menghasilkan duit sendiri dan belajar untuk tidak menyusahkan orang tuanya. Tetapi hal ini bukan berarti membuat mereka lepas dari tanggung jawabnya sebagai anak dan sebagai mahasiswi pada umumnya untuk terus berbakti dan tidak melupakan tugas utama mereka.

4.7.4 Jumlah Anak Dalam Keluarga

(31)

bijak akan dapat dengan baik memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama rata kepada anak-anaknya.

Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada perbedaan perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka (Hurlock, 1999).

Posisi kelahiran sebagai anak pertama memungkinkan baginya untuk mempunyai hubungan dengan orang tua yang lebih dekat dibandingkan saudara-saudara yang lahir kemudian (Hurlock Susilowati, 1988). Penyebab dari kondisi ini dapat dijelaskan dengan teori Adler (1993) tentang urutan kelahiran (birth order), bahwa anak tertua dengan posisi bertahan, anak nomor dua dan seterusnya dengan tuntutan untuk dapat menduduki posisi kakaknya, sedangkan anak bungsu dihadapkan pada masalah bagaimana ia memperoleh perhatian orang tua disaat peluangnya lebih kecil dibandingkan dengan kakak-kakaknya. Sebagai akibatnya, bagi anak sulung yang berhasil menyesuaikan dirinya sebagai kakak, ia akan tumbuh sebagai pribadi yang mandiri, sedangkan apabila gagal akan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri.

4.7.5 Jenis Kelamin

(32)

Indonesia, terutama di Jawa, anak perempuan diharapkan untuk lebih mencintai rumah dan keluarganya. Agama Islam, dalam hal ini telah menerangkan bahwa pada dasarnya Allah memberikan potensi yang sama pada manusia, baik laki-laki maupun perempuan (Ulwan, 1988).

Selanjutnya potensi ini akan berkembang karena pengaruh peran yang berbeda antara lakilaki dengan perempuan. Ulwan (1988) menyatakan bahwa sosok laki-laki adalah penanggung jawab utama dalam pemenuhan nafkah keluarga, sehingga ia dituntut dari awal perkembangannya untuk tumbuh menjadi sosokyang mampu berdiri sendiri untuk kesiapan melaksanakan perannya nanti.

Berbeda halnya dengan sosok perempuan, dengan perangainya yang lembut, nantinya bertanggung jawab terhadap anak dan urusan rumah tangga dituntut untuk pandai merawat rumah dan patuh pada suaminya.Untuk pemenuhan nafkah, peran perempuan (istri) hanya sebagai penambah nafkah ketika kondisi memang menuntutnya.Hal ini tidak menuntut kemungkinan seorang perempuan untuk tetap belajar mengembangkan sikap mandiri dalam segala aspek kehidupannya.

(33)

4.7.6 Umur

Sutton (dalam Susilowati, 1988) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menentukan hidupnya. Hal ini terjadi karena anak-anak yang muda lebih tunduk pada pengawasan orang tua dan pengawasan ini akan berangsur-angsur berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Menurut Jung (Lina dan Rosyid, 1997) locus of control internal dicirikan dengan seseorang yang mempunyai keyakinan bahwa individu sendirilah yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan yang dialaminya. Karakteristik ini sejalan dengan indikasi orang yang mandiri, yaitu yakin akan kemampuan dirinya untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

4.8 Aspek – Aspek Kemandirian

Aspek-aspek Kemandirian dari definisi kemandirian yang dimaksud penulis, ada 7 aspek yang perlu dimiliki oleh seseorang yang mandiri.Aspek yang pertama adalah kebebasan.Berikut dijabarkan mengenai aspek-aspek kemandirian yaitu :

4.8.1 Kebebasan

(34)

Para informan dalam penelitian ini sudah menyuarakan kebebasannya dalam memilih jalan hidupnya. Disaat anak-anak lain masih belum terfikir untuk mengambil pekerjaan diluar jam kuliah, para informan sudah dapat memiliki keputusan yang tidak semua dimiliki oleh orang lain. Para informan sudah mampu mandiri untuk melakukan kegiatan yang Ia pilih tanpa bergantung kepada orang lain.

4.8.2 Inisiatif

Inisiatif merupakan suatu ide yang diwujudkan kedalam bentuk tingkah laku atau tindakan.Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kemampuannya untuk mengemukakan ide, pendapat dan mempertahankan sikapnya.

Para informan dalam penelitian ini sudah mampu memiliki inisiatif untuk dapat menentukan sikap mandirinya, terutama saat mereka harus memilih pilihan yang sulit antara bekerja dan ada kuliah tambahan mendadak, para informan mampu dengan tegas memilih satu diantara dua kegiatan dan mampu mempertanggung jawabkannya.

4.8.3 Kepercayaan diri

(35)

Kepercayaan diri para informan mampu membuat mereka mengerjakan yang sudah menjadi tanggung jawabnya.Mampu dan berani menentukan pilihan ketika dihadapkan dalam sebuah pilihan tanpa mengorbankan salah satu pihak. 4.8.4 Tanggungjawab

Perwujudan kemandirian dapat dilihat dalam tanggung jawab seseorang untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, menunjukkan loyalitas dan memiliki kemampuan untuk membedakan atau memisahkan antara kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain di lingkungannya.

Tanggung jawab dalam setiap diri informan merupakan hal yang paling di nomor satukan. Karena tanpa adanya tanggung jawab yang tinggi tentunya para informan tidak akan dapat menjalankan pekerjaannya maupun tugasnya seagai mahasiswi dengan baik.

4.8.5 Ketegasan diri

Ketegasan diri menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam keberanian seseorang untuk mempertahankan pendapat atau prinsipnya, meskipun pendapatnya berbeda dari orang lain.

1. Pengambilan keputusan

(36)

berbagai tantangan serta kesulitan lainnya tanpa harus mendapat bantuan dari orang lain.

2. Kontrol diri

Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, baik dengan mengubah tingkah laku atau menunda tingkah laku, tanpa pengaruh dari orang lain. Melalui aspek ini dapat dilihat kemandirian aspek emosi seseorang yaitu dalam kemampuannya untuk menguasai konflik-konflik dalam dirinya.

4.9 Karakteristik Perkembangan Intelektual Remaja

(37)

Perkembangan moral pada remaja terbentuk seiring dengan kemampuannya untuk berpikir secara abstrak dan pemahamannya terhadap prinsip-prinsip moral secara umum. Menurut Kohlberg (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001) tidak semua remaja berada pada tahap perkembangan moral yang sama. Tahap perkembangan moral Kohlberg adalah preconventional morality, conventional morality, dan post-conventional morality. Menurut Kohlberg, kebanyakan remaja berada pada tahap moral conventional, di mana mereka cenderung conform (mengikuti) terhadap lingkungan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari orang lain atau karena takut melanggar hukum. Sedangkan remaja yang telah mencapai tahap perkembangan moral post-conventional, adalah mereka yang telah mengenali bahwa standar moral itu bersifat relatif, di mana setiap orang mempunyai definisi yang berbeda mengenai apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah.

(38)

pada sistem nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau figur otoritas lainnya. Perkembangan kemandirian nilai didukung oleh perkembangan kemandirian emosional dan perilaku. Kemandirian nilai itu sendiri mulai berkembang pada usia antara 18-21 tahun, berbeda dari kemandirian emosional dan perilaku yang berkembang pada masa remaja awal dan pertengahan.

4.10 Remaja Perempuan

Mengingat bahwa subyek dalam penelitian ini adalah remaja perempuan, maka perlu juga diketahui dengan jelas bagaimana karakteristik remaja perempuan itu sendiri. Sebelum membahas mengenai remaja puteri, perlu diingat bahwa batasan usia remaja yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah 19-21 tahun (masa remaja akhir). Jadi hal-hal yang akan diuraikan dalam bahasan ini terbatas hanya pada remaja perempuan usia tersebut. Karakteristik yang terdapat pada remaja perempuan membedakan mereka dari remaja putera. Berikut ini akan dijelaskan beberapa karakteristik dari remaja perempuan :

4.10.1 Fisik

Fisik Masa remaja seringkali disebut sebagai masa puber dimana kematangan karakteristik seksual mulai nampak.Salah satu ciri khas dari anak perempuan yang mulai memasuki masa ini adalah menstruasi (Papalia, Olds, & Feldman, 2001).Selain itu perubahan-perubahan juga terjadi pada tubuh dan organ seksual mereka.

4.10.2 Perkembangan Moral

(39)

Gilligan (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001) pada sejumlah remaja puteri menunjukkan bahwa anak perempuan cenderung lebih mementingkan persahabatan dan berusaha untuk tidak melukai orang lain, sedangkan anak laki-laki lebih terfokus pada bagaimana mereka menghindari masalah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat terlihat dengan jelas kekhasan pada perkembangan moral remaja puteri yang cenderung lebih ditujukan pada orang-orang di sekitarnya.

4.10.3 Pembentukan Identitas Diri

Penelitian yang dilakukan oleh Erikson (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001) menunjukkan bahwa pada perempuan, identitas diri dan kedekatan (intimacy) berkembang secara bersamaan.Hal ini didukung pula oleh pendapat Blyth dan Foster-Clarke (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001) yang menyatakan bahwa kedekatan lebih penting bagi perempuan daripada laki-laki. Kekhasan remaja puteri dalam membentuk identitas diri menurut Brown dan Gilligan (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001) terletak pada kecenderungan mereka untuk bersikap perseptif terhadap suatu hubungan serta asertif dalam mengekspresikan perasaan. Gilligan (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001) juga menambahkan bahwa pencapaian identitas diripada perempuan dilakukan melalui kerjasama, sedangkan pada laki-laki identitas diri dicapai melalui persaingan. 4.10.4 Perkembangan Kepribadian

(40)

pada usia yang sama. Hasilnya adalah ketika remaja putera masih bersifat egosentris, remaja puteri sudah beralih kepada konformitas sosial.Selanjutnya ketika remaja putera mulai memasuki masa konformitas, maka remaja puteri sudah mulai memiliki kesadaran diri (selfawareness).Hal ini menjadi karakteristik tersendiri dalam perkembangan kepribadian remaja puteri.

4.11 Remaja Perempuan Dalam Perkembangan Lingkungan

Perkembangan lingkungan yang semakin kompleks pada era globalisasi ini, akan berdampak terhadap usaha meningkatkan kemampuan untuk bersaing bagi setiap individu agar dapat tetap bertahan. Kebiasaan untuk memilih aktivitas yang memberikan prospek perbedaan yang jelas merupakan suatu aspek ciri pengambilan keputusan yang bebas dan lebih luas. Mereka telah memilih arah yang akan diikuti berdasarkan alasan yang masuk akal, dan ini adalah alasan mereka bukan alasan yang diberikan orang lain.

Pandangan seseorang tentang ukuran keberhasilan dapat berubah, hal ini disebabkan meningkatnya tuntutan hidup di zaman sekarang.Orang yang ingin bertahan hidup dan tidak kalah dengan persaingan memang harus bekerja lebih keras dan cermat dalam melihat peluang usaha.Kadangkala dengan satu pekerjaan saja orang masih kurang puas dan ingin melakukan pekerjaan sampingan.Demikian juga dengan mahasiswa yang sedang melakukan pekerjaan sampingan di luar kegiatan kuliahnya.

(41)

kuliah ataupun ketika sudah lulus, karena selain tentunya ada insentif yang didapat juga sekaligus ajang mencari pengalaman kerja, menambah wawasan, berusaha mandiri, menambah relasi, mengisi waktu luang, dan juga mendapat tambahan uang saku (hasil wawancara). Sebagai mahasiswa, tidak ada larangan jika ingin kuliah sambil bekerja.

Tetapi yang menjadi masalah adalah kondisi dimana kuliah sebagai prioritas utama bergeser posisinya menjadi prioritas kedua setelah pekerjaan.Sehingga banyak dijumpai pada kasus-kasus tertentu, kuliah menjadi terlantar karena mahasiswa keasyikan bekerja. Dengan demikian, pilihan mereka untuk kuliah sambil bekerja yang semua itu dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan mengarah ke masa depan yang sungguh mereka perlukan.

Pandangan pendidikan lama untuk lulus kuliah, sarjana, baru mencari kerja kini mulai bergeser. Beberapa mahasiswa yang duduk di bangku perkuliahan kini mulai merasakan keresahan, kegelisahan dan keraguan tentang bagaimana mereka menempuh kehidupan di kampus dan sekeluarnya mereka dari kampus.Apalagi ditambah semakin banyak cerita beredar di kampus maupun melalui hasil-hasil penelitian tentang sedikitnya lulusan kampus yang diterima bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya.Masa-masa „nyaman‟ di mana mahasiswa hanya duduk tenang di kelas telah sedikit-demi-sedikit berubah seiring banyaknya mahasiswa yang berwirausaha.

(42)

lulus dalam keadaan nol pengalaman semakin menumpuk dan prosentasenya semakin besar. Stereotype berpikir untuk berpikir kerja setelah lulus kuliah mengakibatkan calon mahasiswa asal-asalan dalam memilih bidang studi perkuliahan. Bidang apapun akhirnya diambil asal bisa kuliah atau asal bergengsi walaupun tidak sesuai dengan minat bakat dan bayangan masa depannya.Akhirnya, setelah bekerja, orang-orang tersebut memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang ilmunya.Perkuliahan seakan menjadi beban, kuliah hanya mengejar ijazah. Padahal sekali lagi, fakta menunjukkan bahwa ijazah sudah tidak lagi relevan dalam menentukan masa depan seseorang apabila tidak diimbangi dengan life skill yang baik.

Mahasiswa yang kuliah sambil berwirausaha atau bekerja berarti sudah mencuri start masa depan. Ketika kebanyakan orang berpendapat bahwa bekerja itu setelah lulus kuliah, mereka berpikir lebih cepat. Mereka merintis karir sejak duduk di bangku perkuliahan sehingga pada waktu lulus sudah memiliki skill tambahan baik di bidang usaha yang mereka ambil maupun dalam hal-hal umum seperti manajemen diri, manajemen waktu, manajemen konsentrasi, perencanaan finansial, skill kepemimpinan, komunikasi, dan lain lain. Pada saat itulah mahasiswa yang sudah berwirausaha atau bekerja sejak duduk di bangku kuliah bisa lebih bebas menentukan pilihan dalam meraih masa depannya.Entah mau meneruskan jenjang akademis, menjadi profesional, ataukah meraih kemandirian lebih dengan jalan berwirausaha.

(43)

jika mahasiswa mau fokus dalam menjalani perkuliahan.Karena itulah, selama ini muncul pandangan bahwa mahasiswa yang berwirausaha atau bekerja adalah mahasiswa yang terdesak secara finansial.Padahal tidak selamanya seperti itu.Mahasiswa yang berwirausaha adalah mahasiswa yang visioner (memiliki pandangan), yang lebih cepat menyadari bahwa masa depannya telah dimulai hari ini. Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja adalah mahasiswa yang tidak puas dengan hanya mendapatkan „ilmu-ilmu otak kiri‟ di bangku perkuliahan dan haus akan ilmu-ilmu yang bisa di dapat melalui kegiatan-kegiatan ekstra yang berguna untuk masa depan mereka.

Apabila mahasiswa yang sedang duduk tenang di bangku perkuliahan belum tergambar rencana masa depan dan tujuan hidupnya maka keluar dari zona nyaman untuk kuliah sekaligus berwirausaha akan membuatnya Anda menjadi mahasiswa yang memiliki nilai plus. Mahasiswa yang berjuang dari kegagalan satu ke kegagalan lain, mahasiswa yang tahan banting, mahasiswa yang lebih siap untuk memasuki dunia kerja riil, dan mahasiswa yang lebih cepat menyadari bahwa masa depan dimulai sedetik setelah ini, bukan setelah lulus kuliah.

(44)

Pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh mahasiswa antara lain bekerja sebagaipengajar les privat, SPG (Sales Promotion Girl), penyiar radio, penerjemah, penulis, wirausaha,reporterfreelance, pramuniaga, penjaga warnet dan rental, dan tenaga administrasi (Tirta,2005). Mahasiswa yang bekerja diharapkan memiliki kemampuan tertentu seperti penguasaanilmu dasar yang akan diajarkan dan kemampuan berkomunikasi dengan siswa pada pengajar lesprivat, kemampuan berbicara dan memiliki wawasan yang luas di bidang musik pada penyiarradio, kemampuan berkomunikasi dan penampilan yang menarik pada SPG, kemampuan dan bakat menulis pada penulis, ahli di bidang bahasa pada penterjemah, memiliki daya kreativitas yang tinggi pada wirausaha, ketekunan dan keuletan pada pramuniaga, kemampuan di bidang jurnalistik dan memiliki banyak jaringan kerja pada reporter freelance, serta menguasai komputer dengan baik pada penjaga warnet dan rental.

(45)

Menurut data dari Kompas Cyber Media dari mahasiswa bekerja ada beberapa manfaat penting diantaranya:

a. Pertama, mahasiswa mampu berbuat praktis. Artinya, mahasiswa tidak lagi terjebak pada wacana-wacana teoretis saja, tetapi juga mampu mengaplikasikan apa yang telah dia dapatkan di kampus ke dalam pekerjaannya. Sebab, dalam dunia kerja mahasiswa dihadapkan pada persoalan-persoalan riil yang harus mampu mereka pecahkan secara tepat dan cepat.

b. Kedua, mahasiswa mampu bersikap lebih independen dan konsisten. Kenyataan sering membuktikan, hanya karena diberi handphone, mendapat uang saku tambahan, dan tercukupinya beberapa keperluan material lainnya, mahasiswa lantas mau bertindak yang bertentangan dengan kepentingan yang lebih besar.

c. Ketiga, mahasiswa mampu berpikir lebih kreatif. Pengalaman yang didapat mahasiswa pada saat bekerja di luar jam kuliah akan berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaannya.

(46)

Dengan demikian, tidak ada lagi cibiran bagi mahasiswa yang nyambikarena ternyata justru memunculkan pengalaman-pengalaman tambahan yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis di atas merupakan hasil dan kesimpulan yang telah diungkapkan informan dalam wawancara penelitian.Hasil pengujian inipun sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu, di antaranya adalah hasil penelitian dari Maylana Dirmantoro dalam skripsi yang berjudul “Motivasi Mahasiswa Kuliah Sambil Bekerja”. Dari hasil

(47)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Di zaman yang sudah tidak ada lagi pembatas bagi para remaja berbagi informasi, melatih para remaja terutama remaja perempuan menjadi lebih

kritis dan tau apa yang akan dia lakukan dalam kelangsungan karirnya

bahkan ketika dia belum menamatkan kuliah. Semakin banyaknya terbuka

kesempatan membuat mereka menjadi mudah untuk memulai karirnya

sehingga banyak yang memilih sudah mulai bekerja. Dan ini dapat

memberikan dampak positif agar para remaja bisa berkarya dan

menginspirasi para generasi seusianya.

(48)

3. Ternyata tidak selamanya remaja perempuan yang bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Banyak para remaja yang memilih sudah bekerja karena faktor hobi dan gaya hidup.

4. Namun tidak bisa dipungkiri masih banyak beberapa remaja perempuan yang mengakui bahwa alasan mereka bekerja adalah masalah ekonomi. Dengan bekerja, mereka tentunya akan lebih bisa meringankan beban orang tuanya dengan membayar uang kuliahnya sendiri.

5. Semakin terbukanya pemikiran para orang tua dan pimpinan remaja perempuan sesuai dengan perubahan era, membantu remaja perempuan dalam mengatur jadwal mereka. Sehingga memungkinkan untuk para remaja perempuan memiliki profesi atau pekerjaan walaupun mereka sedang dalam masa perkuliahan atau kegiatan lainnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan dalam penelitian, peneliti melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.Saran ini diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi pemerintah, masyarakat, dan pihak perusahaan. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepada remaja yang bekerja diharapkan bisa lebih memprioritaskan tugas utamanya yaitu sebagai mahasiswa. Pilihan bekerja memang baik tetapi diharapkan jangan sampai pilihannya tersebut dapat menjadi kendala dalam kuliah.

(49)
(50)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sosiologi

Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan” dan kata

Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, jadi sosiologi adalah

“berbicara mengenai masyarakat” (Comte dalam Soekanto, 2007: 4). Sosiologi

adalah ilmu empirik yang mempelajari gejala masyarakat atau social action, untuk dapat merasakan pola pikiran dan tindakan berupa aturan atau hukum yang terjadi di dalamnya (Hadi, 2005: 11).

Tinjauan atau pandangan dari ilmu-ilmu sosial termasuk dalam hal ini, sosiologi akan mencari hukum-hukum alam yang bersifat general. Hukum alam ini berlaku kapan saja di mana saja, ilmu yang terkait pada nilai dan kebudayaan di lingkungannya.Seperti diketahui bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala masyarakat dan sosial action di dalam masyarakat untuk merumuskan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya.Mempelajari seni ditinjau dari sudut pandang sosiologi dapat pula menghubungkan seni itu dengan kehidupan masyarakat dan faktor-faktor spesifiknya yang meliputi geografi, ekonomi, pendidikan, agama, dan adat istiadat (Hadi, 1991: 5).

(51)

mengatur semua pola tingkah laku terjadi kontinuitas dalam waktu, dan diikat dengan rasa identitas yang kuat mengikat warganya, Koentjaraningrat (dalam Kurniawan, 2012: 5).

2.2 Remaja

“Remaja” kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang yang mengatakan

bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap remaja adalah kelompok orang yangidentik dengan perilaku pemberontak, sumber konflik, senang mengikuti mode dan tidak memiliki pemikiran yang panjang ketika memutuskan untuk berperilaku. Dari beragam persepsi tentang remaja tersebut, sebetulnya siapakah remaja itu? Berikut ini, akan dijelaskan mengenai pengertian remaja, aspek-aspek perkembangan remaja, dan tugas perkembangan remaja.

Remaja (Adolesence) berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya,adolensecentia yang berarti remaja), yang berarti pula tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Santrock (2003:26) adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.

(52)

“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah

meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan kebergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja. Karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat

yang banyak syarat dan tuntutannya”.

Dalam penelitian ini remaja dimaksud adalah remaja yang memutuskan bekerja sambil juga tidak lupa menjalankan perannya sebagai mahasiswa.Banyak remaja yang melakukan hal seperti ini, dengan alasan ingin belajar hidup lebih mandiri.Hidup mandiri bukan berarti ingin lepas tanggung jawab dengan orang tua, tetapi ingin juga belajar hidup dengan menggunakan hasil jerih payah sendiri.Para remaja yang memilih bekerja sambil kuliah tidak hanya dapat belajar hidup mandiri, tetapi dapat juga lebih dapat menghargai jerih payahnya sendiri.Misalnya hal kecil yang sudah dapat mereka lakukan adalah bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak lagi membebani orang tua untuk selalu memenuhi semua keperluan mereka.

(53)

mengganggu jadwal perkuliahan juga. Jenis pekerjaan yang dapat mereka pilih adalah jenis pekerjaan yang jam kerjanya bisa disesuaikan.

Banyak pandangan negatif dari orang-orang yang menyebutkan bahwa remaja yang memutuskan bekerja sambil kuliah akhirnya akan ada salah satu yang di korbankan. Anggapan tersebut bisa dibenarkan apabila ditujukan pada remaja yang memang tidak memiliki niat yang kuat untuk menjalankan dengan baik keduanya. Tetapi pada remaja yang memang berniat untuk menjalankan dengan baik bekerja maupun kuliah tidak akan setuju dengan pandangan tersebut.

2.3 Pekerjaan 2.3.1 Hakikat Kerja

Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktivitas.Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja.Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.

Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.Namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya itu.Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai

(54)

2.3.2 Analisis Pekerjaan

Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang dipergunakan (Hasibuan, 2003 : 29).

Proses dalam menganalisis pekerjaan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Hasibuan, 2003:29):

a. Menentukan penggunaan hasil informasi analisis pekerjaan. b. Mengumpulkan informasi tentang latar belakang.

c. Menyeleksi wuwakal (orang yang akan diserahi) jabatan yang akan dianalisis.

d. Mengumpulkan informasi analisis pekerjaan.

e. Meninjau informasi dengan pihak yang berkepentingan. f. Menyusuan uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan

g. Meramalkan atau memperhitungkan perkembangan perusahaan.

2.3.3 Tuntutan Pekerjaan

(55)

Peningkatan kinerja karyawan dari sisi kualitas maupun kuantitas merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh seorang karyawan sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan. Kondisi ini merupakan salah satu bentuk dari tuntutan tugas yang harus dapat dilakukan oleh seorang karyawan.Kemampuan seorang karyawan untuk memenuhi tuntutan tugas merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan atau prestasi kerja karyawan.

2.3.4 Kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan salah satu indikator dari besarnya beban kerja yang harus ditangung seorang karyawan.Banyak kasus terjadi di Indonesia bahwa pihak perusahaan tidak mampu memperhitungkan kemampuan yang mampu diemban seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya.Pimpinan tidak menyadari bahwa beban kerja yang berat berdampak negatif terhadap kinerja karyawan. Dampak negatif beban kerja tersebut antara lain tidak tercapainya target yang telah ditetapkan, rendahnya kualitas kerja karyawan, meningkatnya tingkat kelelahan karyawan yang selanjutnya akan berdampak pada tingkat absensi atau bahkan meningkatnya perpindahan karyawan (Hasibuan, 2003:50).

(56)

Dalam penelitian Gani (2000) diketahui kelelahan yang terjadi pada tenaga kesehatan dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebih, sementara beban kerja tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai. Penelitian Ruwaedah (1990) seperti yang dikutip oleh Rahma (2003:1) di Puskesmas strata II Kodya Makasar ditemukan kelelahan yang dialami tenaga kerja pengelola program kegiatan Puskesmas 59,2% dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebihan. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Kyla, 2008:3).

(57)

2.4Jam Kerja

2.4.1 Pengertian Jam Kerja

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakansiang hari dan/atau malam hari. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang akandatang merupakan langkah-langkah memperbaiki pengurusan waktu. Apabilaperencanaan pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat dijadikanpanduan untuk menentukan bahwa usaha yang dijalankan adalah selaras dengansasaran yang ingin dicapai.Dengan adanya pengurusan kegiatan-kegiatan yanghendak dibuat, sesorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya

(Su‟ud,2007:132).

Diantara tanda-tanda pengurusan waktu yang tidak efektif ialah karenaterlambat menyiapkan sesuatu, pekerjaan yang dibuat tergesa-gesa, perasaan tidakmencapai keberhasilan dalam pekerjaan, krisis, surat-surat yang belum dijawab,panggilan telepon yang dibuat ataupun dijawab, proyek yang penting ataumendesak yang belum disentuh dan masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yangterpaksa dibuat pada waktu malam untuk menambah waktu untukmenyiapkannya. Bagi seseorang adalah perlu ada dokumen waktunya dan tahu kemana arah yang dituju sebelum ia dapat menguruskan waktunya. Mencatat,merancang dan mengawasi waktu adalah dasar pengurukuran waktu

yang efektif(Westbork dan Drucker dalam Su‟ud, 2007: 132).

Menurut Wolman dalam Su‟ud (2007:131), menyatakan bahwa ada

(58)

pihakpengurusan pada organisasi besar mencoba mengadakan kebebasan waktu bekerja

kepada pekerjaan bagian atasan. Cara ini didapati menimbulkan tanggung jawabakibat desakan waktu dan memberikan pencapaian prestasi kerja yang lebih baik.Wolman mengemukakan beberapa cara pengurusan waktu untuk menghasilkanpekerjaan yang lebih baik. Diantara ialah membiasakan diri segera mencatat hal-hal yang perlu perhatian.Susunan kegiatan yang teratur adalah antara keperluanuntuk memperbaiki pengurusan waktu seseorang.

Macdonald dalam Su‟ud (2007:134) mendukung pandangan ini

denganmengaitkannya dengan aplikasi administrasi bahwa sistem file yang baik danmempunyai tempat penyimpanan semua hal-hal yang ada sangkut paut dengankeperluannya adalah suatu cara untuk menjadi lebih teratur. Susunan kegiatanyang teratur adalah kunci pengurusan waktu kerja yang baik.

2.4.2 Pengaturan Jam Kerja

(59)

pasar atau memelihara tenagakerja yang konstan.Dua-duanya menimbulkan konsekwensi terhadap biayatenaga kerja (labor cost). Untuk tenaga kerja yang didasarkan pada permintaanproduk akan cenderung menjadi biaya tenaga kerja yang bersifat variable (variabel cost), sedangkan kebijaksanaan untuk tenaga kerja yang konstancenderung menjadi biaya hidup (fixed cost).

2.5Teori Posmodernisme

2.5.1 Pengertian Teori Posmodern

Menurut Pauline Rosenau (1992) postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya.Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.

(60)

Ia melawan dan mengaburkan pengertian postmodernisme Ia menyiratkan pengetahuan yang lengkap tentang modernisme yang telah dilampaui oleh zaman baru. Sebuah zaman, zaman apapun, dicirikan lewat bukti perubahan sejarah dalam cara kita melihat, berpikir, dan berbuat. Kita dapat mengenali perubahan ini pada lingkup seni, teori, dan sejarah ekonomi.

Istilah postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara sekilas, konsep postmodern

dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post” dapat dimaknai sebagai era

“Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna setelah modernitas.

Ada beberapa istilah yang masih berkaitan dengan istilah postmodern, yaitu postmodernitas, postmodernisme. Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah postmodernitas menunjukkan pada suatu epos – jangka waktu, zaman, masa – sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya yang baru, serta tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial.

Teori postmodern banyak memberikan kritik atas realitas “manusia

modern” yang terlalu dalam persepsi mereka. Rosenau (Ritzer, 2003) menjelaskan

Referensi

Dokumen terkait

External factors that commonly afect the way GVCs are shaped and organized range from non-sector speciic (horizontal) policies, such as general trade and investment regime,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan (r hitung = 0,069 dengan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh interaksi edukatif guru dan siswa terhadap

[r]

Keseluruhan data yang diperoleh peneliti, dianalisis berdasarkan bentuk istilah yang berupa monomorfemis, polimorfemis, frasa, dan pemaknaan secara leksikal, kias, dan

Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa

Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran (aktivitas siswa), peningkatan hasil belajar dan

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi. Pengetahuan