(Studi Kasus: Pasar Setia Budi Medan)
TUGAS AKHIR
APRIZAL RAMADHANI
07 0404 015
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan,M.Sc NIP. 19660417 199303 1 004
TUGAS AKHIR
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TERPADU
KOTA MEDAN
(Studi Kasus: Pasar Setia Budi Medan)
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian
Pendidikan sarjana teknik sipil
APRIZAL RAMADHANI
07 0404 015
Disetujui Oleh: Pembimbing
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
ABSTRAK
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena dalam semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Salah satu penyumbang sampah terbesar dalam kehidupan adalah pasar tradisional. Oleh karena itu harus dilakukan pengelolaan dan pengolahan untuk mengurangi dampak yang timbul.
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari mengenai pengelolaan sampah di salah satu pasar di kota medan, yaitu Pasar Setia Budi Tanjung Rejo, dengan melihat potensi sampah yang ada, serta cara pengolahan dan pemanfaatan sampah yang mungkin dilakukan dapat bernilai ekonomis. Penelitian meninjau pada beberapa pasar yang telah melakukan pengiolahan serta melakukan pengamatan dan wawancara langsung kelapangan.
Dari penelitian akhirnya diketahui bahwa sampah di pasar setia budi, terdiri dari 68,90% sampah organik dan 31,10% sampah anorganik, dari jumlah ini sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan sampah menjadi kompos dan berbagai jenis kerajinan yang bernilai ekonomis dan sangat baik dilakukan investasi yang akan menghasilkan keuntungan. Hasil analisa ekonomi kelayakan usaha pengolahan kompos adalah: Total Modal Investasi: Rp. 125.500.000, total Biaya Produksi: Rp. 69.065.000, hasil Penjualan: Rp. 91.800.000, Net Present Value (NPV) = Rp. 287.628.097,80, Return on Investment (ROI): 1,29%, Return on Assets (ROA): 15,97 % , Payback Period (PBP) = 2,18 tahun, Internal Rate of Return (IRR): 45%. Sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, sampah di pasar Setia Budi Medan sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan, dan layak untuk didirikan sarana pengolahan kompos.
Maka, untuk mendapatkan kondisi pasar tradisional yang ideal, pihak pengelola yang dalam hal ini pihak swasta perlu menambah fasilitas pelayanan sampah, personil, peralatan serta memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah kepada pedagang maupun pembeli sehingga bisa terwujud suasana pasar yang diharapkan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Studi Pengelolaan Sampah Pasar Kota Medan. Studi Kasus: Pasar Setia
Budi”. Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan program sarjana (S1) Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Keberhasilan penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.sc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing penulis.
3. Bapak Zaid Perdana, ST, MT selaku Ketua program studi Ilmu Lingkungan, yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu, tenaga,
pikiran dalam membimbing penulis.
4. Ibu Marlia Br Bangun selaku Pengelola Pasar Setia budi Medan, 5. Seluruh dosen Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
7. Kepada Ustad Mufid, yang dengan sabar, mengajar, membimbing dan
membina diri saya agar selalu tetap berada dalam koridor keislaman yang baik, serta selalu mendorong saya dalam setiap perjumpaan untuk selalu terus semangat mengerjakan Tugas Akhir ini.
8. Kepada adik saya, Rahmat Khozali, Taufik Hidayat dan Aulia Azhari, kalian adalah saudara yang menjadi sahabat yang secara tidak langsung
menjadi motivator bagi saya.
9. Kawan-kawan DPP HIMLAB, KAMMI, UKMI Ad Dakwah USU, Komposits, Lab. Hidrolika USU terima kasih atas doa dan motivasinya.
10. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Teknik Sipil yang telah memberikan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri bagi saran dan
kritik demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang berkepentingan.
Medan, Juni 2013 P e n u l i s
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………i
KATA PENGANTAR ………...…ii
DAFTAR ISI ……….…iv.
DAFTAR GAMBAR ………...viii
DAFTAR TABEL ……….……ix
DAFTAR NOTASI ………x
BAB I PENDAHULIAN ………...…1
1.1. Latar Belakang ………...1
1.2. Perumusan Masalah ………..……….. 3
1.3. Pembatasan Masalah .……….. 5
1.4. Tujuan ...………... 5
1.5. Manfaat ………...6
1.6. Metodologi Penulisan ………6
1.7. Sistematika Penulisan ……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….9
2.1 Pengertian Sampah ……….9
2.2 Jenis Sampah ………..…9
2.2.1 Sampah Organik ……….…9
2.2.2 Sampah Anorganik ………...10
2.3 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Jenis dan Jumlah Sampah………10
2.3.1 Letak Geografi ………..10
2.3.2 Iklim ………..…10
2.3.4 Kepdatan Penduduk ………...10
2.3.5 Kemajuan teknologi ………...11
2.4 Sumber-Sumber Sampah………...11
2.4.1 Pemukiman/ Rumah Tangga………...…..11
2.4.2 Pertanian dan perkebunan………..…11
2.4.3 Sisa bangunan dan kontruksi……….…11
2.4.4 Perdagangan dan Perkantoran………...…12
2.4.5 Industri………..12
2.5 Komposisi, Karakteristik Dan Timbulan Sampah………12
2.5.1 Komposisi Sampah ………..12
2.5.2 Karakteistik Sampah ………14
2.5.3 Timbulan Sampah ………14
2.6 TEKNIK PENGAMBILAN DATA/ SAMPLING ……….16
2.6.1 Probality Sampling ………..16
2.6.2 Non Probality Sampling ………..17
2.7 Standarisasi Pengelolaan Persampahan ………...18
2.8 Pengelolaan Sampah ………20
2.8.1 Pewadahan ………...21
2.8.1.1 Pola pewadahan individual ………..23
2.8.1.2 Pola pewadahan komunal ………...23
2.8.2 Pengumpulan………24
2.8.3 Pengangkutan………...25
2.9 Pengolahan Sampah……….25
2.9.1 Pengomposan (Composting)………25
2.9.3 Recycling………..26
2.9.4 Reuse………26
2.9.5 Reduce………..26
2.10 Pengolahan Sampah Dengan Cara Pengomposan………....26
2.10.1 Pengertian Kompos Dan Pengomposan………...26
2.10.2 Manfaat Pengomposan……….29
2.10.3 Proses Pembuatan Kompos (Komposting) ……….30
2.10.3.1 Bahan Untuk Pembuatan Kompos ………..30
2.10.3.2 Proses Pengomposan ………...31
2.11 Daur Ulang Non Organik ………41
2.12 Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Pasar ………..42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………43
3.1 Tempat Dan Waktu………..43
3.2 Peralatan dan bahan ………....43
3.3 Pelaksanaan penelitian ………....44
3.4 Rancangan penelitian ………..44
3.5 Variabel yang diamati………..44
3.6 Objek penelitian dan sampel ………...45
3.6.1 Objek penelitian ………..45
3.6.2 Sampel ……….……45
3.7 Metode pengumpulan data ………..45
3.7.1 Data primer ……….45
3.7.2 Data sekunder ……….46
3.8 Analisa data ……….46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………48
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi..………..…….48
4.2 Jenis Sampah ..……….48
4.3 Berat dan Volume Timbulan………49
4.4 Densitas (Berat Jenis) Sampah pasar ………..53
4.5 Pola Pengelolaan Pasar ………...…54
4.6 Sarana Peralatan ………..54
4.7 Pewadahan ………...………55
4.8 Pengumpulan ………...………56
4.9 Pengangkutan ..………....58
4.10 Sistem Pembuangan Akhir ………..59
4.11 Pengolahan dan pemanfaatan kembali ………60
4.12 Analisa Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Organik Pasar...63
4.12.1 Pengukuran Timbulan Sampah………64
4.12.2 Analisa Ekonomi Produksi Kompos Sampah Organik Pasar ………...…………...68
4.13 Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Anorganik Pasar……..84
4.14 Perizinan Pengolahan Sampah ………...86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………....88
5.1 Kesimpulan ………....88
5.2 Saran ………..90
DAFTAR PUSTAKA……….91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kondisi tempat pembuangan sementara (TPS) Pasar Setia Budi
Medan ………..4
Gambar 2.1 Diagram Operasional Pengelolaan Sampah ………21
Gambar 2.2 Skema Alur Pengomposan secara umum……….34
Gambar. 2.3. Pemilahan Sampah pasar………35
Gambar 2.4 Pencacahan Sampah Organik ……….36
Gambar 2.5 Promi ………..37
Gambar 2.6 Pengadukan/ Pembalikan ………...38
Gambar 2.7 Hasil kompos curah ………39
Gambar 2.8 Pembuatan Kompos Granular ………40
Gambar 2.9 Pembuatan Kompos Granular ………41
Gambar 3.1 Diagram perencanaan penulisan Tugas Akhir……….47
Gambar 4.1 Sampah organik ………..49
Gambar 4.2 Sampah Anorganik ……….49
Gambar 4.3 Pengambilan sampel ………..51
Gambar 4.4 Lokasi tempat pengumpulan sampah Pasar Setia budi tj. Rejo Medan……….57
Gambar 4.5 Pengangkutan menggunakan truk ……….59
Gambar 4.6 Daur ulang sampah anorganik plastik kemasan ………82
Gambar 4.6 Daur ulang sampah anorganik dari kardus ………82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Organisme pengurai yang terlibat dalam proses pengomposan……...28
Tabel 4.1 Volume harian rata-rata sampah pasar setiabudi medan ……….51
Tabel 4.2 Berat harian rata-rata sampah pasar setia budi medan ………52
Tabel 4.3. Komponen komposisi pasar setia budi medan ………...52
Tabel 4.4 Pengukuran Densitas (berat Jenis) Sampah pasar……….53
Tabel 4.5 Perbandingan Sistem Pengolahan Sampah pasar…….……….63
Tabel 4.6 Perhitungan Biaya Investasi Peralatan ……….71
Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Variabel………..73
Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Tetap………...73
Tabel 4.9 Proyeksi Harga Pokok Penjualan...………...75
Tabel 4.10 Proyeksi Laba/ Rugi………..……..…76
DAFTAR NOTASI
BEP : Break Even Point B/C : Benefit Cost Ratio
m : massa, kg
PBP : Payback Periode
ROA : Return Of Assets ROI : Return Of Investment R/C : Return Cost Ratio
r2 : Jari-Jari keranjang wadah sampah, cm
t : Tinggi, m
V : Volume, m3
ABSTRAK
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena dalam semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Salah satu penyumbang sampah terbesar dalam kehidupan adalah pasar tradisional. Oleh karena itu harus dilakukan pengelolaan dan pengolahan untuk mengurangi dampak yang timbul.
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari mengenai pengelolaan sampah di salah satu pasar di kota medan, yaitu Pasar Setia Budi Tanjung Rejo, dengan melihat potensi sampah yang ada, serta cara pengolahan dan pemanfaatan sampah yang mungkin dilakukan dapat bernilai ekonomis. Penelitian meninjau pada beberapa pasar yang telah melakukan pengiolahan serta melakukan pengamatan dan wawancara langsung kelapangan.
Dari penelitian akhirnya diketahui bahwa sampah di pasar setia budi, terdiri dari 68,90% sampah organik dan 31,10% sampah anorganik, dari jumlah ini sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan sampah menjadi kompos dan berbagai jenis kerajinan yang bernilai ekonomis dan sangat baik dilakukan investasi yang akan menghasilkan keuntungan. Hasil analisa ekonomi kelayakan usaha pengolahan kompos adalah: Total Modal Investasi: Rp. 125.500.000, total Biaya Produksi: Rp. 69.065.000, hasil Penjualan: Rp. 91.800.000, Net Present Value (NPV) = Rp. 287.628.097,80, Return on Investment (ROI): 1,29%, Return on Assets (ROA): 15,97 % , Payback Period (PBP) = 2,18 tahun, Internal Rate of Return (IRR): 45%. Sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, sampah di pasar Setia Budi Medan sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan, dan layak untuk didirikan sarana pengolahan kompos.
Maka, untuk mendapatkan kondisi pasar tradisional yang ideal, pihak pengelola yang dalam hal ini pihak swasta perlu menambah fasilitas pelayanan sampah, personil, peralatan serta memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah kepada pedagang maupun pembeli sehingga bisa terwujud suasana pasar yang diharapkan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia secara umum sangat mengharapkan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan kenyamanan salah satunya adalah
dengan tetap menjaga kesehatan dan kebersilan lingkungan. Untuk hidup sehat banyak sekali faktor yang harus di perhatikan, di antaranya adalah faktor
lingkungan.
Berbicara mengenai lingkungan tidak terlepas dari berbagai masalah yang dihadapinya, salah satunya adalah masalah sampah. Sampah (limbah padat)
adalah segala bentuk limbah yang ditimbulkan dari kegiatan manusia maupun binatang yang biasanya berbentuk padat dan secara umum sudah dibuang, tidak
bermanfaat atau tidak dibutuhkan lagi. (Tchobanoglous,1993). Maka untuk meminimalisir dampak pencemaran lingkungan dari sampah, perlu ada manajemen atau pengelolaan terhadap sampah tersebut sesuai aturan yang telah di
tetapkan oleh pemerintah.
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena
dalam semua aspek kehidupan selalu di hasilkan sampah, di samping produk utama yang diperlukan. Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang di sertai semakin besarnya jumlah penduduk.
(Kuncoro.2008)
sampah dari perumahan. Komposisi sampah pasar lebih dominan sampah organik.
Sampah-sampah plastik jumlahnya lebih sedikit daripada sampah dari perumahan. Apalagi jika sampahnya berasal dari pasar sayur atau pasar buahnya. Limbahnya akan lebih banyak sampah organik.
Akibat besarnya jumlah sampah di pasar tradisional ini sering sekali ditemukan banyaknya timbulan sampah yang di hasilkan dari aktivitas di pasar
tersebut, hal ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi penjual, pengelola pasar maupun masyarakat, di mana timbulan sampah yang di hasilkan setiap harinya akan mengganggu kesehatan, kebersihan dan mencemari lingkungan.
Mengacu pada UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, salah satu cara yang efektif dalam mengurangi jumlah timbulan sampah dari sumbernya
di antaranya berupa memanfaatkan kembali sampah organik menjadi kompos, di mana sekarang petani juga lebih senang menngunakan kompos dari pada pupuk kimia yang dapat merusak kondisi asli tanah.
Salah satu bentuk pengelolaan sampah pasar yang telah dilakukan adalah dengan mengolah sampah organik pasar menjadi kompos, dimana hal ini telah
dilaksanakan oleh Pasar Bunder yang berada di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Pasar Bunder ini bahkan telah terpilih sebagai salah satu Pasar Sehat tingkat nasional dari Kementerian Kesehatan RI. Selain itu, Kabupaten Sragen
menjadi daerah proyek percontohan nasional untuk pengolahan sampah pasar menjadi kompos. Hal ini tak lepas dari keberhasilan pihak pengelola sampah pasar
teknologi sederhana ini di tempatkan di Pasar Bunder. Program ini juga mendapat
bantuan dari Bank Danamon melalui Yayasan Danamon Peduli.
Banyaknya sampah organik dari pasar Bunder Sragen kurang lebih sebesar 5 ton per hari. Sampah organik ini diolah menjadi kompos maka bisa dihasilkan
kurang lebih 2.5 ton kompos/hari atau kurang lebih 75 ton sebulan. Sampah pasar diperas dan air hasil perasan yang disebut lindi diolah di digester. Dalam waktu
beberapa jam akan berubah menjadi kompos. Saat ini, Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder telah berhasil memproduksi kompos/pupuk organik granular dengan kualitas bagus yang cukup diminati masyarakat. Kompos/ pupuk organik ini di
pasarkan dengan target konsumen yaitu para petani dan para penghobi tanaman hias.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Di kota Medan banyak sekali di dapati pasar tradisional, di mana semua
pasar memiliki kondisi yang hampir sama, yaitu kotor, bau, gelap dan terkesan kumuh. Salah satu contohnya adalah pasar Setia Budi. Di pasar ini jenis barang
yang dijual terdiri dari bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, ikan, daging, bumbu dan rempah, barang kelontong, makanan, minuman, buah-buahan sampai kepada kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, barang pecah
belah, dan sebagainya. Pasar ini juga memiliki kawasan yang cukup luas, dan terpisahkan oleh jalan raya, sehingga menyulitkan pedangang membuang sampah
ke tempat pembuangan sementara (TPS), karena pasar ini hanya mempunyai satu tempat pembuangan sementara (TPS) yang terletak di salah satu bagian pasar, sehingga untuk menampung keseluruhan sampah dari pasar yang dihasilkan
para pedagang jadi menumpuk sampah sisa sayur maupun buah di pinggir jalan.
Hal ini sangat mengganggu bagi pengguna jalan maupun masyarakat sekitar.
Maka untuk menciptakan suatu pasar yang baik, perlu dilakukan upaya
pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah ini bila dikelola dan diolah dapat menjadi barang bernilai ekonomis, terlebih bila manajemen pengelolaan
menggunakan teknologi pengolahan yang baik. Investasi di pengelolaan sampah dapat bermanfaat dalam meningkatkan kelestarian lingkungan, menyerap tenaga kerja, dan menambah penghasilan bagi peningkatan kesejahteraan para
pengelolanya.
Berangkat dari permasalahan yang ada dan belajar dari pengelolaan
sampah yang telah dilaksanakan di pasar Bunder serta melihat potensi ekonomi yang dihasilkan, maka tidak ada salahnya dilakukan penelitian terhadap pasar di
pupuk/kompos untuk tanaman sayur di Sumatera Utara khususnya daerah Brastagi
cukup besar. Pada kasus ini pasar yang akan diteliti sistem pengelolaan sampahnya adalah Pasar Tradisional Setia Budi yang berada di Jalan Setia Budi, Medan.
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Pada tugas akhir ini, penulis membatasi masalah agar tujuan penulisan tidak meluas dan mengaburkan inti pembahasan, yaitu:
1.3.1 Sistem Pengelolaan Sampah yang akan diteliti difokuskan pada
sampah pasar yang berada di lingkungan Pasar Tradisional Setia Budi Medan.
1.3.2 Mengkaji dan mempelajari konsep pengolahan sampah Pasar Tradisional Setia Budi Medan.
1.3.3 Menghitung potensi ekonomi dari sampah yang bersumber dari
pengolahan sampah pasar di Pasar Tradisional Setia Budi Medan.
1.4 TUJUAN
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari mengenai pengelolaan sampah pasar di pasar Setia Budi Kota Medan,
dengan melihat kondisi timbulan sampah yang ada, jumlah volume sampah, jenis sampah, cara pengolahan dan pemanfaatan sampah, seperti
pengomposan maupun bentuk olahan lainnya sehingga menjadi bernilai ekonomi yang nantinya bias dikembangkan dalam skala besar.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan masukan,
menambah pengetahuan dan wawasan akan masalah sampah pasar dan pengolahannya bagi saya, mahasiswa teknik sipil pada khususnya, masyarakat dan pemerintah kota medan pada umumnya. Selain itu
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kita sebagai masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan dan pengolahan sampah sehingga kita
bisa menjaga dan melestarikan lingkungan. Dan semoga penelitian ini dapat menjadi pedoman atau bahan pertimbangan dalam pelaksanaannya di lapangan.
1.6 METODOLOGI PENULISAN
Metodologi dan kegiatan tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Literatur
Mencari dan mempelajari pustaka yang berhubungan dengan masalah sampah dan pengolahannya dari berbagai sumber seperti
berupa literatur buku, catatan kuliah, jurnal, majalah, artikel, maupun data dari internet.
2. Pengumpulan Data
instansi terkait sehingga diperoleh informasi mengenai sampah
tersebut. 3. Pembahasan
Melalui literatur dan data-data yang diperoleh maka dapat
diolah dan dilakukan pembahasan mengenai permasalahan sampah yang ada serta cara penanggulangannya untuk meminimalisir
masalah tersebut.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
1. Pendahuluan
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan
meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup pembahasan dan metodologi penulisan.
2. Tinjauan Pustaka
Merupakan penguraian berbagai literetur yang berkaitan dengan penelitian. Di dalamnya termasuk paparan tentang lingkungan,
sampah,masalah sampah pasar, pengelolaan dan pengolahannya. 3. Metodologi Penelitian dan Karakteristik Lokasi Penelitian
Menguraikan tentang metode yang akan digunakan dan rencana kerja dari penelitian serta mendeskripsikan lokasi penelitian.
Merupakan analisa tentang permasalahan, evaluasi, dan
perhitungan terhadap masalah yang ada di lokasi penelitian.
5. Kesimpulan dan Saran
Merupakan kesimpulan dari butir – butir kesimpulan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan. Kesimpulan juga disertai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN SAMPAH
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb
(SNI 19-2454-1993).
Sampah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah
berakhirnya suatu proses. (Wikipedia)
Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan di buang ketika tak
dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, G. dkk 1993).
2.2 JENIS SAMPAH
Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :
2.2.1 Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll. Umumnya sampah organik dapat terurai secara alami
oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah halaman.
mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium, debu,
logam-logam lain.
2.3 FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS DAN
JUMLAH SAMPAH.
Jenis dan jumlah sampah umumnya di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
2.3.1 Letak Geografi
Letak geografi mempengaruhi tumbuh-tumbuhan dan kebiasaan
masyarakat, didataran tinggi umumnya banyak sayur-sayuran, buah-buahan dan jenis tanaman lain yang akhirnya akan
mempengaruhi jenis dan jumlah sampah.
2.3.2 Iklim
Iklim yang banyak hujan akan membuat tumbuhan bertambah
banyak dibandingkan didaerah kering sehingga sampahnya juga lebih banyak.
2.3.3 Tingkat sosial ekonomi
Pada ekonomi yang baik maka daya beli masyarakat akan tinggi dan sampah yang dihasilkan akan tinggi pula.
2.3.4 Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk kota jumlahnya tinggi maka akan
menghasilkan sampah yang banyak pula.
2.3.5 Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi mempengaruhi industri, dimana selanjutnya
makanan tidak banyak yang terbuang dan hasil buangannya dapat
di gunakan kembali.
2.4 SUMBER-SUMBER SAMPAH
2.4.1 Pemukiman/ Rumah Tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,
perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.
2.4.2 Pertanian dan Perkebunan.
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama
musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik
penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa
didaur ulang.
2.4.3 Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran
gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen,
pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar
tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran.
Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah
dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan
kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan
beracun.
2.4.5 Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan (bahan-bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk
pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2.5 KOMPOSISI, KARAKTERISTIK DAN TIMBULAN SAMPAH.
2.5.1 Komposisi Sampah
Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi,
Pengertian sampah organik seperti tercantum dalam Tabel di atas
lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat membusuk), terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang
membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya
menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan, pembuangan, maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan bau tidak enak, seperti ammoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu,
dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila tidak ditangani
secara baik.
Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga
dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan
atau gasifikasi. Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Sampah kering (refuse) sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka
diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan lebih lanjut,
dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah, khususnya bila mengandung plastik PVC. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai sampah kering, atau sering pula di sebut sebagai sampah
2.5.2 Karakteristik Sampah
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan
kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah. Kekhasan sampah dari berbagai
tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
1. Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran (Gambar 2.1 merupakan skematis berat bahan).
2. Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
2.5.3 Timbulan Sampah
Semua orang setiap hari menghasilkan sampah. Rata-rata
sampah yang dihasilkan oleh setiap orang dalam sehari disebut timbulan sampah, yang dinyatakan dalam satuan volume maupun dalam
Dalam pengambilan data di lapangan, frekuensi pengambilan
sebaiknya dilakukan selama 8 hari berturut-turut, guna menggambarkan fluktuasi harian yang ada. Dilanjutkan dengan kegiatan bulanan guna menggambarkan fluktuasi dalam satu tahun. Namun, penerapan yang
dilaksanakan di Indonesia biasanya telah disederhanakan, seperti:
• Hanya dilakukan 1 hari saja
• Dilakukan dalam seminggu, tetapi pengambilan sampel
setiap 2 atau 3 hari.
• Dilakukan dalam 8 hari berturut-turut.
Data timbulan sampah dalam penelitian ini dibutuhkan untuk menentukan wadah sampah yang sesuai dengan kondisi pasar, serta untuk menentukan potensi
daur ulang, maka perlu diupayakan untuk pengukuran langsung di sumbernya. Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analisis timbulan sampah
adalah adalah dengan pendekatan statistika, yaitu:
a. Metode stratified random sampling: yang biasanya didasarkan pada komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan bahwa
kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat.
b. Jumlah sampel minimum: ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.
c. Pendekatan praktis: dapat dilakukan dengan pengambilan sampel sampah berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk
Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak yang diketahui
sumber sampahnya.
2.6 TEKNIK PENGAMBILAN DATA/ SAMPLING
Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik sampling dibedakan menjadi dua, yaitu :
2.6.1 Probality Sampling
Probality sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi: a. Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Cluster sampling (Area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,
2.6.2 Nonprobality Sampling
Nonprobality sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi : a. Sampling sistematis
Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode di mana hanya unsur pertama dari sampel yg dipilih secara acak sedang unsur-unsur selanjut dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.
b. Sampling kuota
Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan
c. Sampling aksidental
Teknik pengambilan sampel berdasar kejadian kebetulan, yaitu siapa saja yang dianggap tepat dan secara kebetulan bertemu
peneliti dapat dijadikan sampel.
d. Purposive Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling jenuh
Merupakan teknik penentuan sampel dimana seluruh
Teknik penentuan sampel yang mula-mula kecil kemudian
para sampel awal diminta untuk merekomendasikan sampel berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan simple random sampling dan purposive sampling untuk memperoleh informasi pengelolaan sampah, dan untuk memperoleh data volume timbulan sampah digunakan cara
pengukuran langsung dari sejumlah sampel di pasar setia budi tanjung rejo yang ditentukan secara simple random sampling selama satu minggu
dengan tiga kali pengambilan.
2.7 STANDARISASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN.
Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi
Nasional, yaitu :
1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang spesifikasi timbulan sampah
untuk kota kecil dan kota sedang di indonesia, standar ini mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan
sampah berdasarkan klasifikasi kota.
2. SNI 19-2454-1991, tentang tata cara pengelolaan teknik sampah
perkotaan. Standar ini mengatur tentang persyaratan teknis yang meliputi :
c. Tingkat pelayanan
d. Pewadahan Sampah e. Pengumpulan Sampah f. Pemindahan sampah
g. Pengangkutan sampah h. Pengolahan sampah
i. Pembuangan akhir
Kriteria penentuan kualitas operasional pelayanan adalah : a. Penggunaan jenis peralatan
b. Sampah terisolasi dari lingkungan c. Frekuensi pelayanan
d. Frekuensi penyapuan e. Estetika
f. Tipe kota
g. Variasi daerah pelayanan h. Pendapatan dari retribusi
i. Timbulan sampah musiman
3. SNI 03-3241-1994, tentang cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Standar ini mengatur tentang
ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih.
timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara pengambilan, jumlah
contoh, frekuensi pengambilan serta pengukuran dan perhitungan.
2.8 PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan sampah merupakan suatu aliran kegiatan yang dimulai dari sumber penghasil sampah. Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke
tempat pembuangan untuk dimusnahkan. Atau sebelumnya dilakukan suatu proses pengolahan untuk menurunkan volume dan berat sampah.
Teknik operasional pengelolaan sampah pasar ini terdiri dari
kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pembuangan akhir harus bersifat terpadu. Bila salah satu kegiatan tersebut
putus atau tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah kesehatan, banjir/genangan, pencemaran air tanah dan sebagainya.
Sistem operasional persampahan saat ini dapat di bagi 2 yaitu, bagian hulu
dan hilir. Operasi bagian hulu merupakan pewadahan oleh sumber sampah dan pengumpulan sampah sedangkan di bagian hilir berupa
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Pengumpulan sampah di pemukiman pasar dilakukan oleh gerobak yang selanjutnya membawa sampah ke TPS. Dari sini sampah akan diangkut oleh dump truk menuju
TPA. Pengumpulan sampah dari jalan dan tempat umum dilakukan oleh truk secara langsung mengangkut sampah ke TPA.
Tingginya jumlah sampah yang harus dikelola membuat biaya operasional menjadi tinggi, terutama pada biaya pengangkutan. Selain biaya pengangkutan yang tinggi, biaya pengolahan sampah di TPA juga
Keterbatasan biaya sering kali membuat metode sanitary landfill yang
semula direncanakan berubah menjadi open dumping.
Gambar 2.1 Diagram Operasional Pengelolaan Sampah
2.8.1 Pewadahan
Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di
sumbernya. Dalam suatu pasar tradisional sebaiknya setiap pedangang memiliki pewadahan sampah atau tempat penyimpanan sampah sementara
(TPSS), seperti halnya pada penelitian yang pernah dilakukan di Pusat Pasar medan, sebanyak 61,4% pedagang mempunyai TPSS dan 38,6% tidak mempunyai TPSS.(Gultom,2003). Wadah sampah biasanya
ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya wadah sampah
pasar didominasi sampah organik dengan perbandingan 80% organik, dan
20% non-organik. Pewadahan sampah perlu disesuaikan dengan timbulan sampahnya, yaitu banyaknya sampah total yang dihasilkan per hari dalam satu pasar, dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat.
Timbulan sampah perhari= ……..……(2.1)
Untuk menghitung volume wadah/ volume penampungan dapat hitung dari
pengukuran volume langsung untuk wadah beton dapat dilakukan dengan menghitung panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t). Sedangkan untuk
pewadahan yang berupa tumpukan tanpa wadah beton pengukuran dilakukan dengan merata-ratakan volume tumpukan. Volume pewadahan ini dapat dicari dengan persamaan :
Volume pewadahan (cm3) = panjang x lebar x tinggi. ……....(2.2)
Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, ada dua jenis pola pewadahan, yakni sebagai berikut:
2.8.1.1 Pola pewadahan individual
Diperuntukkan bagi daerah pemukiman menengah keatas dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung
selera dan kemampuan pengadaan dari pemiliknya, dengan kriteria: Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer.
Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat
kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.
Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500
liter untuk kantor, toko besar, hotel, rumah makan.
Pengadaan: pribadi, swadaya masyarakat, instansi
pengelola.
2.8.1.2 Pola pewadahan komunal
Diperuntukkan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman
kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria:
Bentuk: kotak, silinder, kontainer.
Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup. Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat
kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.
Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10 m3untuk pemukiman dan pasar.
Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha
promosi hasil produksi), instansi pengelola.
2.8.2 Pengumpulan
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara mengambil sampah dari masing-masing sumber/ wadah sampah untuk dipindahkan ke tempat pembuangan sementara atau ke pengolahan sampah
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pengerjaan
pengumpulan tidak langsung, dibutuhkan alat yang dapat membantu mempermudah pengumpulan, yaitu gerobak ataupun truk sampah. Gerobak ataupun truk harus bisa melakukan perjalanan dengan efektif dan efisien
sepanjang area sumber sampah hingga sampai ke tempat pembuangan sementara atau tempat pengolahan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pengumpulan adalah intensitas dan ritasi. Intensitas merupakan lamanya waktu yang diperlukan penarik gerobak dalam mengambil sampah di wilayah tertentu dengan satuan hari, sedangkan ritasi merupakan
banyaknya gerakan bolak-balik dalam pengambilan sampah di wilayah tertentu, yaitu gerakan pengambilan sampah menuju ke TPS dan kembali
lagi ke sumber sampah. Semakin banyak timbulan sampah, semakin banyak pula ritasi yang dilakukan.
Intensitas rata-rata = ……….……… (2.3)
Ritasi rata-rata tiap gerobak = …………..(2.4)
2.8.3 Pengangkutan
Pengangkutan sampah adalah proses dimana sampah yang ada dan
tidak bisa dimanfaatkan lagi diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Umumnya penganggkutan ini dilakukan dengan menggunakan truk
Dan dengan adanya pengolahan sampah di pasar ini diharapkan dapat
menekan biaya operasional pengangkutan sekecil mungkin.
2.9 PENGOLAHAN SAMPAH
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan
cara pembakaran,pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI T-13-1990-F). Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut :
2.9.1 Pengomposan (Composting)
Pengomposan adalah suatu cara pengolahan sampah organik
dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan). Pengomposan dilakukan terhadap sampah organik.
2.9.2 Pembakaran sampah
Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya
lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ke tempat-tempat
sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling baik dilakukan di suatu instalasi pembakaran, yaitu dengan
menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan insinerator memerlukan biaya yang mahal.
Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana
dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas, plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sehingga dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari
bentuk semula.
2.9.4 Reuse
Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
2.9.5 Reduce
Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah,
misalnya tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.
2.10 PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN CARA PENGOMPOSAN
2.10.1 Pengertian Kompos Dan Pengomposan.
Kompos adalah hasil penguraian bahan organik melalui proses
biologis dengan bantuan organisme pengurai. Proses penguraian dapat berlangsung secara aerob (dengan udara) maupun anaerob (tanpa bantuan udara). (Epstein, 1997 dalam Buku Pedoman Pengolahan Sampah
Terpadu Danamon Pedui).
Fungsi utama kompos adalah membantu memperbaiki sifat fisik,
Sementara sifat kimia yang mampu dibenahi dengan aplikasi
kompos adalah meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tanah dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air (water holding capacity). Sedangkan untuk perbaikan sifat biologi, kompos dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme dalam tanah (Simamora dan Salundik, 2006 dalam Pedoman Mengolah Kompos Danamon Peduli).
Keunggulan kompos adalah kandungan unsur hara makro maupun mikronya yang lengkap. Unsur hara makro yang terkandung dalam kompos antara lain N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan kandungan
unsur mikronya antara lain Fe, Mn, Zn, Cl, Cu, Mo, Na dan B (Stoffella and Kahn, 2001 dalam Pedoman Mengolah Kompos Danamon Peduli).
Maka, untuk menghasilkan kompos dilakukan pengomposan. Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik secara alamiah dengan bantuan organisme pengurai. Berikut ini ialah organisme pengurai
yang terlibat dalam proses pengomposan:
Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun dengan
bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu dengan cara penumpukan sampah di alam, sedangkan pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara menggunakan teknologi modern maupun
dengan menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan
menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
Untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik, diperlukan pemahaman proses pengomposan yang baik pula. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik yang kemudian akan digantikan oleh bakteri termofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat,
kemudian akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga mencapai 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama fase
pematangan.
2.10.2 Manfaat Pengomposan
Pengomposan sampah organik memiliki banyak manfaat yang dapat menguntungkan masyarakat. Keuntungan yang dapat diperoleh dari
pengomposan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:
a. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya transportasi sampah ke TPA dan
b. Mengurangi volume sampah.
c. Memiliki nilai ekonomi lebih dari bahan asalnya. d. Menambah penghasilan.
b. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c. Menghindari/tidak menjadi sumber penyakit karena lalat dan bakteri-bakteri yang merugikan.
c. Aspek bagi Tanah/Tanaman
a. Meningkatkan kesuburan tanah
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
c. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, kandungan gizi, dan
jumlah panen)
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
g. Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman h. Meningkatkan retensi / ketersediaan hara di dalam tanah.
d. Aspek bagi Masyarakat/Sosial
a. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat (usaha padat karya)
b. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
2.10.3 Proses Pembuatan Kompos (Komposting)
2.10.3.1 Bahan Untuk Pembuatan Kompos
Pada dasarnya semua bahan organik dapat dikomposkan, seperti: sampah organik pasar, limbah organik rumah tangga,
kotoran/ limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik gula, dan sebagainya yang bersifat fibrous (berserat).
Namun ada juga bahan organik yang perlu dihindari sebagai bahan baku kompos ialah bahan organik yang memiliki kadar air tinggi (seperti: semangka, melon, mentimun, tomat, dll) karena akan
mempertinggi kadar air pada kompos.
2.10.3.2 Proses Pengomposan
Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun
dengan bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu dengan cara penumpukan sampah di alam, sedangkan
pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara metode tertentu, atau menggunakan teknologi modern maupun dengan menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal
sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
Adapun cara pengomposan secara umum terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya:
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari
sampah anorganik. Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.
b. Pengecilan Ukuran/ Pencacahan.
Pengecilan ukuran/ pencacahan dilakukan untuk memperluas
permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
c. Penyusunan Tumpukan
• Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan
dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
• Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah
desain memanjang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
• Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu
(windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
d. Pembalikan.
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan
bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
• Penyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan
tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang
dari 50%).
• Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat
dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
• Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak
mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan penyirman.
f. Pematangan
• Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40
hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.
• Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna
coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama ± 14 hari. g. Penyaringan
• Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran
butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan
• Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke
dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang
tidak terkomposkan dibuang sebagai residu. h. Pengemasan dan Penyimpanan
• Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung
sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
• Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang
yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan
benih gulma atau benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Potensi pembuatan kompos dengan mengolah sampah
organik pasar dengan melakukan pengomposan ini cukup besar, maka pengomposan membutuhkan sistem pengolahan yang baik.
Salah satu pasar yang telah berhasil melakukan pengolahan sampah dengan pengomposan adalah pasar bunder sragen Jawa tengah, dan menjadi pasar percontohan di Indonesia.
Sampah Pasar Pemilahan
Proses pembuatan kompos/ pupuk organik dari sampah pasar di
unit pengolahan sampah pasar bunder sragen dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah.
Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di
ruang penampungan. Di tempat ini sampah non organik
dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar
sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa
dilakukan secara manual.
Gambar. 2.3. Pemilahan Sampah pasar
Di Pasar Bunder Sragen, pemilahan dilakukan secara manual menggunakan para petugas pengelola pasar. Sampah dipisah/
dipilah antara sampah organik dan anorganik untuk selanjutnya dilakukan proses pencacahan.
2. Pencacahan Sampah
Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non
organik selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin
pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk
memperkecil dan menyeragamkan bahan baku kompos
sehingga mempermudah proses fermentasi. Bila dianggap
terlalu basah, sampah yang telah dicacah dapat dipress lagi
untuk mengurangi kadar air.
Setelah sampah dicacah dan menjadi bagian-bagian kecil maka
tahapan selanjutnya adalah menyiapkan aktivator pengurai.
3. Penyiapan Aktivator (PROMI)
Dalam proses pengomposan di Pasar Bunder untuk
mempercepat proses pengomposan digunakan aktivator
PROMI dari Balai Penelitian Bioteknologi perkebunan
Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah mentah dibutuhkan 1 kg
PROMI. Saat musim kemarau di mana sampah
pasar relatif kering Promi tersebut dicampurkan bersama 20
liter air dan 1 liter tetes tebu. Namun di musim penghujan di
mana kadar air sampah dari pasar cukup tinggi maka PROMI
dicampurkan dengan pasir atau tanah kering. Kalo perlu
sampah yang akan diolah dipress dulu.
4. Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan.
Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan
dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan.
Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan
menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos
berkurang.
Dalam pencampuran dengan promi, perlu diperhatikan
tumpukan, kepadatan serta temperaturnya.
5. Pengadukan / Pembalikan.
Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam
memproduksi kompos menggunakan sistem aerob / dengan
udara terbuka . Jadi 3 hari setelah sampah dimasukkan ke bak
pengomposan kemudian dilakukan pemeriksaan suhu kompos
di dalam bak.
Bila di rasa terlalu panas perlu dilakukan proses pengadukan
atau pembalikan untuk memberikan sirkulasi udara yang
bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan
dilakukan minimal 3 hari sekali.
6. Panen Kompos
Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi
kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah
cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke
tempat pengolahan lebih lanjut.
Kompos selanjutnya akan dicacah sekali lagi untuk kemudian
diayak menggunakan saringan yang lebih kecil untuk
menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.
7. Pengolahan Paska Panen
Setelah kompos yang sudah jadi diayak, proses
selanjutnya adalah memasukkan kompos ke gudang
penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan. Selain produksi
dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di
proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau
butiran.
8. Proses Membuat Pupuk Organik Granular
Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang
sudah disaring tadi dimasukkan ke dalam mesin molen yang
berputar stasioner dengan dicampur air dan kalsit sebagai
bahan perekat.
Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk granular
menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45
menit dimana sekali proses bisa dihasilkan sekitar 100 kg
pupuk organik granular. Pupuk organik berbentuk granular
tersebut kemudian dijemur sampe kering. Setelah kering pupuk
organik granular tersebut bisa dikemas.
9. Pengemasan
Setelah itu dilakukan pengemasan sesuai dengan
permintaan konsumen. Untuk kompos curah kita kemas dalam
karung berisi 20 kg. Sedangkan untuk pupuk organik bentuk
granular 1 sak/karung berisi 25 kg. Setelah dikemas kompos
dan pupuk organik granular tersebut siap untuk dijual.
Dengan mengacu pada pengolahan sampah yang telah diterapkan di pasar bunder sragen, diharapkan setiap pasar di kota Medan mampu melakukan pengolahan sampahnya untuk mengurangi permasalahan yang ada saat ini.
2.11 Daur Ulang Non Organik
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas
menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi,
dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru. (Wikipedia).
Daur ulang ini dapat dilakukan pada sampah organik maupun non-organik. Hasil olahan sampah organik dapat berupa kompos, sedangkan
yang non-organik dapat berupa, tas, mainan, kerajinan, alat rumah tangga, hiasan, dan lain-lain.
2.12 Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Pasar
Pada dasarnya, sampah yang dibuang setiap harinya pada suatu
pasar akan terus meningkat apabila tidak dikelola dan diolah kembali dengan baik. Hal ini akan menyebabkan beberapa masalah pada
lingkungan, seperti tumbuhnya wabah penyakit, pencemaran lingkungan oleh bau, dan lain sebagainya. Maka dari dilakukan pengolahan, selain akan mengurangi masalah-masalah yang diakibatkan oleh sampah, pengolahan
ini ternyata bisa menghasilkan keuntungkan bagi pengelolanya, seperti pembuatan kompos, ataupun daur ulang bahan non organiknya.
Keuntungan dari pengolahan sampah ini tidaklah sedikit, apabila pengelolaan dilakukan pada skala besar dan dengan manajemen yang baik. Maka sangat diharapkan agar setiap pasar dapat melakukan pengomposan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian tugas akhir ini dilakukan di pasar Setia Budi/ Tanjung Rejo, kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan,
yang dilaksanakan selama 3 kali dalam satu minggu. Alasan memilih lokasi tersebut karena:
2.4.2Lokasi adalah pasar yang sudah cukup lama beroperasi, sudah begitu dikenal masyarakat dan belum pernah dilakukan penelitian. 2.4.2Aktifitas pasar ramai dan padat didatangi oleh pembeli/ konsumen.
Pasar ini juga menyediakan beragam kebutuhan pokok sehari-hari. 2.4.2Kondisi pasar cukup baik untuk diteliti, dan diperkirakan dapat
mewakili kondisi pasar-pasar yang ada di Kota Medan.
3.2 PERALATAN DAN BAHAN
Peralatan dalam melakukan penelitian ini antara lain sebagai
berikut: 1. Timbangan.
2. Kotak Kayu (100x100x50)cm3
3. Meteran.
4. Sekop, plastik dan sarung tangan.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah sampah yang berasal dari Pasar Setia Budi Medan.
Penelitian dilaksanakan selama 8 kali pengukuran sampel dalam seminggu,
yaitu pada minggu kedua Januari 2013.
3.4 RANCANGAN PENELITIAN
Data primer pada penelitian yang akan dilaksanakan ini didapat melalui survey yang bersifat deskriktif, yang akan memberikan gambaran
tentang pengelolaan dan pengolahan sampah pasar di Pasar Setia Budi Medan.
Pengambilan data langsung di lapangan menggunakan Metode
Probability Sampling dan Porpusive Sampling. Metode Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Sedangkan Porpusive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pemilihan khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.
3.5 VARIABEL YANG DIAMATI
Beberapa variable yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Besar volume sampah yang dihasilkan dan bagaimana komposisi, timbulan berdasarkan sifatnya.
2. Manajemen persampahan yang meliputi sistem pewadahan/ pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan. 3. Karakteristik sampah di pasar tersebut.
4. Potensi ekonomi hasil daur ulang sampah pasar.
3.6 OBJEK PENELITIAN DAN SAMPEL
3.6.1 Objek Penelitian
Pedagang yang menempati kios-kios atau pun lapak-lapak
dagangan, dimana pedagang-pedagang ini merupakan penghasil sampah tetap.
Petugas dan pengelola kebersihan yang bertugas di pasar Setia
Budi Tanjung Rejo Medan. Tempat pengumpulan sampah.
3.6.2 Sampel
Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah para pedagang dan petugas kebersihan maupun peneglola pasar, yang
diambil menggunakan metode random sampling maupun purposive sampling.
3.7 METODE PENGUMPULAN DATA
3.7.1 Data Primer
Data primer didapatkan melalui observasi langsung di pasar Setia Budi Tanjung Rejo dan melakukan wawancara menggunakan
kuisioner kepada pedagang, petugas kebersihan maupun pengelola pasar tersebut.
3.7.2 Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari pengelola pasar Setia Budi Tanjung Rejo ataupun PD Pasar Kota medan, atau Dinas Kebersihan
3.8 ANALISA DATA
Data-data yang didapatkan melalui observasi lapangan dan wawancara kepada responden akan diolah dan ditabulasi dalam
3.9 TAHAP PERENCANAAN PENGERJAAN TUGAS AKHIR
Studi Pustaka
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.10 Gambaran Umum Wilayah Studi
Secara administratif lokasi Pasar Setia Budi Tanjung Rejo ini berada di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang didirikan sejak tahun
1984 dan sampai sekarang dengan luas pasar 3600 m2 dengan luas bangunan ±1050 m2 yang dilengkapi dengan fasilitas sanitasi sederhana seperti air bersih dan kamar mandi. Pengelolaan Pasar ini tidak berada di bawah penanganan PD
Pasar Kota Medan, tetapi dikelola oleh pihak swasta/ pribadi. Sehingga tidak begitu banyak perubahan maupun pembangunan pasar ini dari sejak didirikan,
Bangunan pasar ini hanya terdiri oleh satu lantai, dengan jumlah kios 240 kios dan aktifitas pedagang sebanyak 210 pedagang.
Adapun Lokasi Pasar Setia Budi tanjung rejo ini dibatasi oleh :
Sebelah timur berbatasan dengan Rumah-rumah masyarakat Sebelah barat berbatasan dengan Komplek Perumahan TASBI 1
Sebelah utara berbatasan dengan Ruko warga Sebelah Selatan berbatasan dengan Ruko warga
3.11 Jenis Sampah
Jenis sampah yang dihasilkan oleh pedagang adalah sisa dari barang
Gambar 4.1 Sampah organik
Gambar 4.2 Sampah Anorganik
Di pasar Setia budi ini, jenis sampah cukup beragam, mulai dari sayuran, kayu, kaca, besi, plastic, karet dan lain sebagainya.
3.12 Berat dan Volume Timbulan
Data mengenai timbulan, dan komposisi sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat disusun suatu alternatif
Jumlah timbulan sampah ini kemudian akan berhubungan dengan
elemen-elemen pengelolaan sampah, antara lain sebagai berikut:
• Pemilihan peralatan (misalnya, wadah, alat pengumpulan dan
pengangkutan)
• Rute pengangkutan.
• Fasilitas pengolahan (Daur Ulang)
Adapun data timbulan dan komposisi sampah di Pasar Setia Budi Tanjung Rejo di dapat dengan melakukan pengukuran langsung dengan cara sebagai berikut:
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel/ contoh.
2. Siapkan peralatan
3. Lakukan penganbilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi
sampah sebagai berikut:
a. Catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah, atau TPS b. Timbang bak pengukur 500 Liter (100 cm x 50 cm x 100 cm)
c. Ambil sampah dari tempat pengumpulan/ TPS masukkan ke bak pengukur.
d. Hentak 3 kali bak sampel tadi, dengan cara mengangkat setinggi 20 cm, lalu jatuhkan ke tanah.
e. Ukur dan catat volume sampah (Vs)
f. Ukur dan catat berat sampah (Bs)
g. Pilah sampel berdasarkan komponen komposisi sampah.
Gambar 4.3 Pengambilan sampel
Pengambilan dan pengukuran sampel ini, dilakukan pada sore hari, ketika sampah sudah atau sedang dikumpulkan oleh petugas pengumpul di pasar tersebut. Dari
pengukuran langsung di lapangan di peroleh informasi sebagai berikut: Tabel 4.1 Volume harian rata-rata sampah pasar setiabudi medan
Hari
Ke- Tanggal Hari
Volume Sampah Pasar (m3)
1 14 Jan 2013 Senin 4.716
2 15 Jan 2013 Selasa 4.323
3 16 Jan 2013 Rabu 3.930
4 17 Jan 2013 Kamis 3.734
5 18 Jan 2013 Jumat 3.734
6 19 Jan 2013 Sabtu 4.716
7 20 Jan 2013 minggu 4.515
8 21 Jan 2013 Senin 4.323
Volume Harian Rata-Rata
4.429
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa, jumlah rata-rata volume sampah harian di pasar setia budi medan adalah 4.429 m3. Selanjutnya dilakukan
Tabel 4.2 Berat harian rata-rata sampah pasar setia budi medan
Hari
Ke-Tanggal Hari Berat Sampah Pasar
(kg)
1 14 Jan 2013 Senin 595.24
2 15 Jan 2013 Selasa 431.52
3 16 Jan 2013 Rabu 440.22
4 17 Jan 2013 Kamis 453.44
5 18 Jan 2013 Jumat 565.44
6 19 Jan 2013 Sabtu 634.66
7 20 Jan 2013 Minggu 600.58
8 21 Jan 2013 Senin 452.12
Berat Harian Rata-Rata
521.65
Dari pengukuran di atas, diketahui jumlah berat rata-rata sampah di pasar Setia budi adalah 521,65 kg per hari. Dan terdiri atas komposisi sebagai berikut:
Tabel 4.3. Komponen komposisi pasar setia budi medan.
No Jenis sampah Berat %
1 Organik
- Sayuran - Buah
- Ikan, ayam, daging dll
359.4169 kg
Sumber: pengamatan dilapangan.
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa, jumlah rata-rata berat sampah harian di pasar setia budi medan adalah Total Perhari = 521.65 kg, dengan jenis
sampah dibagi berdasarkan organik (mudah membusuk) dan sampah non organic (Sulit membusuk), dimana rata-rata berat sampah yang dihasilkan setiap harinya
terdiri dari sampah yang mudah membusuk/organic sebanyak 359.4169 kg (68.9%), dan sampah yang sulit membusuk/ Anorganik sebanyak 164.705 kg (31.1%).
3.13 Densitas (Berat Jenis) Sampah pasar
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dengan volume. Nilai ini diperlukan untuk menentukan kepadatan dari suatu sampel. Pada penelitian kali ini, digunakan wadah sampel volume 500 L. Berta jenis sampel dicari dengan
persamaan:
Berat Jenis =
……….
(4.1)Berdasarkan pengukuran dengan metode sampling menggunakan wadah
500 L selama 7 hari berturut-turut, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pengukuran Densitas (berat Jenis) Sampah pasar
Hari
Ke-Tanggal Hari Densitas
(kg/m3)
1 14 Jan 2013 Senin 126.2171
2 15 Jan 2013 Selasa 99.81957
4 17 Jan 2013 Kamis 121.4355
5 18 Jan 2013 Jumat 151.4301
6 19 Jan 2013 Sabtu 134.5759
7 20 Jan 2013 Minggu 133.0188
8 21 Jan 2013 Senin 104.5848
Densitas Harian Rata-Rata 122.8871
Maka, dari table 4.4 diatas di dapat densitas, dari sampah pasar setia budi medan adalah sekitar122.8871338kg/m3.
3.14 Pola Pengelolaan Pasar
Pasar Setia Budi Tanjung Rejo di kelola oleh pihak swasta/ pribadi. Pasar setia budi ini dikelola oleh dua pihak swasta. Namun, dalam pengelolaannya tidak
jauh bebrbeda. Pengelola pada pasar ini umumnya bertugas untuk menjaga kebersihan dan melakukan pengutipan retribusi biaya sampah harian kepada
pedagang.
Untuk urusan kebersihan, pengelola mempekerjakan 3 orang petugas yang bertugas untuk menyapu dan mengumpulkan sampah dari masing-masing
pedagang dan di kumpulkan pada wadah pembuangan sampah sementara pada pasar, untuk kemudian diangkut oleh petugas pengangkut, yaitu dari dinas
kebersihan kota medan. Pengangkutan dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari.
3.15 Sarana Peralatan
Sarana dan peralatan adalah yang digunakan oleh pedagang maupun pengelola dalam melakukan pengelolaan sampah dalam aktifitas sehari-hari.
1. Tempat penyimpanan sampah sementara, merupakan kantong plastic ataupun
wadah yang bisa dipindahkan.
2. Alat pengumpul, berupa sapu, sekop dan garpu sampah. 3. Alat pelindung diri, seperti sarung tangan dan sepatu boots.
4. Tempat Pengumpulan Sementara (TPS)
5. Alat Pengangkutan sampah, berupa truck sampah yang dikelola oleh dinas
kebersihan kota Medan.
3.16 Pewadahan
Pewadahan merupakan tempat penyimpanan sampah sementara yang ada disiapkan di pasar sebelum diangkut oleh petugas kebersihan, di Pasar setia budi
pedagang bertanggung jawab untuk menyediakan pewadahan sampah ditiap-tiap kiosnya (individual). Adapun bentuk pewadahan yang digunakan para pedagang adalah karung, plastik, maupun kerangjang yang terbuat dari rotan.
Secara umum, pasar yang ada di kota Medan menerapkan hal yang sama seperti ini dalam pewadahan sampahnya. Namun sistem pewadahan seperti ini
sering kali menimbulkan masalah, karena wadah yang disediakan pedagang tidak efektif untuk menampung jumlah sampah yang dihasilkan. Sehingga sampah yang tidak bisa ditampung wadah yang mereka sediakan hanya ditumpuk disebelah
wadah yang ada, bahkan tidak sedikit yang berserakan, maka dalam hal ini sangat diperlukan peran dari pengelola pasar untuk dapat mengatasinya.
Kondisi pewadahan seperti ini juga diterapkan di pasar Bunder Sragen yang dikenal sebagai pasar percontohan di Indonesia, di pasar Bunder selain wadah yang disediakan masing-masing pedagang, juga ada wadah yang telah