• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (7)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (7)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

PEMANFAATAN DAN KONSERVASI SDA-B

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

Disusun oleh : Andang Dwi Prasetyo

Ardian Fauzi Hans Jodhie

Patricia Wahyuan D Reza Hendy Djoerkaeff

14/367068/TK/42320 14/367112/TK/4235 14/369459/TK/42631 14/363541/TK/41644 14?363487/TK/41603

Dosen Pengampu:

Rochim Bakti Cahyono, S.T., M.Sc., D.Eng.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

I. LATAR BELAKANG

Jumlah produksi sampah di Indonesia terutama di kota-kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi meningkat secara signifikan seiring pertembuhan populasi dan perkembangan ekonomi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh NUDS (National Urban Development Strategy, 2003) menunjukan rata-rata buangan sampah kota adalah 0.5 kg/hari. Dengan mengalikan data jumlah penduduk maka dapat diketahui prakiraan potensi sampah di Kabupaten Bantul yaitu sekitar 464.338 kg/hari atau sekitar 464 ton/hari. Jumlah penduduk kota semarang ini dapat ditunjukan dari data BPS (Badan Pusat Statistik) mengenai jumlah penduduk kota semarang pada tahun 2016 yaitu sekitar 928.676.

Secara umum Indonesia menerapkan lahan terbuka sebagai tempat penampungan akhir dari sampah-sampah rumah tangga maupun industri sehingga muncul permasalahan keterbatasan lahan TPA dan memberikan dampak negatif terhadap pemukiman di sekitar wilayah tersebut bau ataupun masalah kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi baru yang dapat diterapkan untuk mengurangi volume timbunan sampah secara efektif dan efisien. Selanjutnya teknologi tersebut diharapkan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang dengan biaya yang minimum.

Waste to Energy adalah salah satu teknologi yang paling efektif dan efisien

untuk mengurangi volume sampah di Indonesia. Energi yang diperoleh dari pemanfaatan sampah digunakan untuk pembangkit listrik. Pada dasarnya, sampah dapat klasifikasikan sebagai sampah padat dan sampah cair. Kedua jenis sampah ini mempunyai kemampuan untuk dapat dimanfaatkan menjadi sumber pembangkitan listrik yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu konversi biologis dan konversi termal. Koversi biologis melibatkan peran bakteri pengurai sampah organik untuk menghasilkan gas metan pada kondisi tanpa adanya osigen (dekomposisi anaerob). Metode yang digunakan pada studi ini adalah Landfill. Sementara itu, konversi termal adalah proses transformasi sampah menjadi sumber energi dengan menggunakan biogas yang dihasillkan sebagai bahan bakar. Metode yang digunakan pada studi ini adalah proses inserator.

Studi kasus ini mempelajari kajian untuk menentukan analisis kelayakan pembangunan pembangkit listrik dengan bahan baku sampah. Dalam paper ini akan dibahas secara detail mengenai analisis proses maupun analisis ekonomi upaya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

(3)

Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisaikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tiak ada konsep sampah, yang ada hanyalah produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam berlangsung. Berdasarkan sifat kimianya, sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik (terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam) dan sampah anorganik (berasal dari sumber daya alam ter terbaharui seperti mineral dan minyak atau dari proses industri. Berdasarkan sift fisiknya, sampah diklasifikasikan menjadi sampah basah (terdiri dari bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk) dan sampah kering (tersusun dari bahan organik dan anorganik yang sifatnya lambat aau tidak membusuk dan dapat dibakar).

Komposisi Sampah

Sampah dapat dikelompokkan berdaarkkan komposisinya yang dinyatakan dalam % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain (Damanhuri, 2010). Dalam pemilihan cara pengolahan sampah tentunya ditinjau dari karakteristik dan komposisi dari sampah tersebut. Karakteristik sampah sangan bervariasi bergantung pada komponen-komponen sampahnya. Sebagai contoh komponen dan komposisi sampah kota dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Komponen dan Komposisi Bahan Organik Sampah Kota

Bahan Organik Komposisi

Serat Kasar (%) 4,1-6,0

Lemak (%) 3,0-9,0

Abu (%) 4,0-20,0

Air (%) 30,0-60,0

Amonium (mg/g sampah) 0,5-1,14

N organik (mg/g sampah) 4,8-14,0

Total nitrogen (mg/g sampah) 4,0-17,0

Protein (mg/g sampah) 3,1-9,3

Keasaman (pH) 5,0-8,0

Sumber : Hadiwiyoto (1983)

(4)

tertentu. Data komposisi sampah dijabarkan dalam bentuk % berat basah untuk kategori kepadatan penduduk tertentu.

Tabel 2. Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% Berat Basah)

Komposisi Pemukiman

Low Income

Pemukiman

Middle Income

Pemukiman

High Income

Kertas 1-10 15-40 15-40

Kaca, keramik 1-10 1-10 4-10

Logam 1-5 1-5 3-13

Plastik 1-5 2-6 2-10

Kulit, karet 1-5 -

-Kayu 1-5 -

-Tekstil 15 2-10 2-10

Sisa makanan 40-85 20-65 20-50

Lain-lain 1-40 1-30 1-20

(5)

Proses konversi termal

Sampah yang berasal dari berbagai tempat dikumpulkan di suatu tempat yang kemudian dipisahkan antara material yang dapat direcycle dan yang tidak dapat direcycle. Material yang tiak dapat direcycle selanjutnya dicacah menggunakan

copping machine dan didistribusikan dengan conveyor kering. Sampah

selanjutnya dikeringkan dalam beberapa hari sebelum masuk ke furnace sehingga kadar air dalam sampah menurun sampai kurang dari 40%. Sampah kering kemudian dibakar di dalam furnace dengan temperatur di atas 850°C. Gas buang digunakan untuk menghasilkan uap dalam boiler sebagai pembangkit listrik. Selanjutnya gas buang diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan sekitar.

Gambar 1. Skema Alat Konversi Termal

Proses konversi sampah menjadi biogas

Konversi dilakukan dengan mengumpulkan sampah pada primary treatment

(6)

Gambar 2.Flow Diagram dari Produksi Biogas

Sementara reaksi utama (methanogenesis) yang terjadi pada reaktor adalah sebagai berikut:

i. CH3COOH  CH4 + CO2

ii. CH3COOH + 4H2  2CH4 + 2H2O

iii. CO2 + H2O  CH4 + H2O

Biogas diproduksi ketiga mikroorganisme, yaitu bakteri mereduksi zat zat organik dalam reaktor. Dari proses tersebut dihasilkan biogas dengan komposisi methane 50 – 75%, CO2 25 – 45%, dan gas gas pengotor lain.

Biogas

Pemilihan Reaktor Anaerobic Digestion

Hasil olahan limbah sampah yang telah dikonversi menjadi air lindi memiliki kandungan COD hingga 10.000 ppm. Hal ini yang menjadi dasar pemilihan reaktor biogas. Pada industri PLTBg, terdapat pilihan reaktor seperti Anaerobic Pond,

(7)

spesifikasi air lindi dari limbah sampah, kandidat utama dari reaktor anaerobic adalah

Anaerobic Pond dan AFBR.

Tabel 3. Ringkasan dari Reaktor Anaerobic Pond dan Fluidized Bed

Reactor Anaerobic

Low Low High High Moderate Low

Cost Low Low Moderate Moderate Moderate Moderate COD

>3% <3% <3% <3% <3% >3%

Sumber : (Ahmed et al., 2015)

(8)

Gambar 3. Process Engineering Flow Diagram dari PLTBg Air Lindi Penjelasan Proses

Air lindi yang berasal dari sampah masuk ke reaktor anaerobic fluidized bed untuk menjalani 4 reaksi simultan (hidrolisis, asidogenesis, acetogenesis, dan methanogenesis) untuk menghasilkan biogas. Biogas kemudian masuk ke scrubber

untuk menghilangkan gas pengotor CO2 dan H2S dengan bantuan dan beroperasi pada tekanan 4 bar pada suhu udara. Biogas yang sudah dimurnikan kemudian masuk ke dalam Gas Engine untuk dikonversi menjadi listrik siap pakai. Flare dalam kasus ini digunakan untuk menjaga Gas Engine dikala produksi biogas melebihi kapasitas

Penurunan kadar COD dalam air

(9)
(10)

III. METODOLOGI PERHITUNGAN

A. Perhitungan produksi listrik dengan konversi termal

 Menghitung massa sampah yang dibakar

Massa sampah yang dibakar = 1

(1−ka) x massa sampah kering (1)

Massa sampah yang dibakar = (1−kao

1−ka ) x massa sampah basah awal (2)

dengan,

ka = kandungan air pada sampah akhir (sampah yang akan dibakar) kao = kandungan air awal pada sampah basah

 Mencari HHV dan LHV

HHV (MJ/kg) = -1.3675 + 0.3137 C + 0.7009 H + 0.0318 O (3) LHVwet = HHV*dry (1-W) – Ew* (W+H*

mH20

) (4) dengan,

C, H, O = persen massa komponen C, H, dan O menurut ultimate analisis W = kandungan air dalam sampah basah (dalam fraksi massa) H = kandungan H menurut ultimate analisis (dalam fraksi massa) Ew = 2.26 MJ/kg

m

H20 = 8.94

HHV = higher heating value, MJ/kg

LHV = lower heating value, MJ/kg

 Mencari panas pembakaran steam

Qsteam = ηboiler x LHV x massa sampah total (5) dengan,

Qsteam = panas pembakaran steam, kJ/hari

ηboiler = efisiensi boiler = 85 %

 Keadaan isentropis turbin

X3 isen =

S3S3liq S3vapS3liq

(11)

H3 isen = H3 liq + X(H3 vap – H3 liq) (7)

Wsisen = H3 – H2 (8)

dengan,

X3 isen = fraksi massa gas di titik 3 pada keadaan isentropis S3 = entropi di titik 3 (turbin) = S2 , kJ/kg.K

S3 liq = entropi cairan di titik 3, kJ/kg.K S3 vap = entropi gas di titik 3, kJ/kg.K

H3 isen = enthalpi di titik 3 pada keadaan isentropis, kJ/kg H3 liq = enthalpi cairan di titik 3, kJ/kg

H3 vap = enthalpi gas di titik 3, kJ/kg

Wsisen = kerja turbin pada keadaan isentropis, kJ/kg

 Keadaan actual turbin

Wact = ηturbin x Wsisen (9)

H3 act = Wact + H2 (10)

dengan,

Wact = kerja turbin actual, kJ/kg

ηturbin = efisiensi turbin

H3 act = enthalpi aktual di titik 3, kJ/kg

 Menghitung Qc pada kondenser

Qc= H4 – H3 (11)

dengan,

Qc= panas yang dilepaskan oleh condenser, kJ/kg

 Pada pompa

Ws pompa = V(P2 x P1) (12)

Wact pompa = ηpompa x Ws pompa (13)

H1 = Wact pompa + H4 (14)

dengan,

(12)

V = specific volume air pada suhu dan keadaan air masuk pompa,

cm3

kg

ηpompa =

efisiensi pompa

Wact pompa= kerja aktual yang dilakukan oleh pompa, kJ/kg

 Pada boiler

QH= H2 – H1 (15)

dengan,

QH = panas yang dibutuhkan oleh boiler, kJ/kg

 Menghitung kebutuhan air pendingin

Massa air pendingin =

T = suhu air pendingin saat keluar kondenser, K T0 = suhu air pendingin saat masuk kondenser, K

 Menghitung kebutuhan umpan air masuk boiler

Umpan air =

Wact siklus = Wact pompa + Wact turbin (19)

ηthermal = QH

Wact siklus

x 100% (20)

(13)

Wact siklus = kerja bersih siklus total, kJ/kg

ηthermal = efisiensi thermal

 Menghitung daya listrik yang dihasilkan

Power = Wact siklus x umpan air (21)

dengan,

Power = daya listrik yang dihasilkan, kW  Menghitung nilai jual power plant

Nilai jual = Power x Rp1.100,00 (22)

dengan,

Nilai jual = keuntungan yang diperoleh power plant, Rp/[bulan/hari/jam] B. Perhitungan produksi listrik dengan konversi biologis

Persamaan Simulasi Digester AFBR

Performa dari Digester AFBR dapat disederhanakan dengan diagaram berikut:

Source : (Fedailaine et al., 2015)

Figure . Diagram Proses AFBR

(14)

Qi, Qf and Qg : Laju input dan output flow dari cairan dan biogas yang dihasilkan, L/d

Si, Sf : konsentrasi dari substrate pada inlet and the outlet (g/L)

Xi,Xf : konsentrasi biomass pada inlet and the outlet (g/L)

Z : konsentrasi methan pada biogas biogas (g/L)

V : volume digester (L)

i. Mass balance pada biomassa

Input + Growth = Output + Accumulation + Detachement

Qi. Xi+μXVt=QfXf+VtdXdt +KdX Vt (23)

Dengan mengasumsikan (Qi = Qf = Q) and (Xf = X), bagi persamaan dengan volume substrat, diperoleh persamaan:

dX

dt =D

(

XiX

)

+μXKdX (24)

Dengan : D=Q

Vt and The Haldane Equation :

μ=μmax. 1

1+Ks

S +

S KI

(15)

Kd : rate of detachment of micoorganisms (hari-1)

μ : rate of growth of anaerobic microoganisms (hari-1)

μmax : rate of growth of anaerobic microorganisms (hari-1)

Ks : half saturation constant (g/L)

KI : coefficient of inhibition (g/L)

ii. Mass balance dari substrat

Input – New New Cell Prouction – Growth – Maintenance = Output + Accumulation + (CH4+CO2+H2+H2S) production

Sf=S : Substrat final is substrate instantaneous S

Yx : coefficient of production of new cells (g/g)

(16)

Kmx : substrate degradation rate required to mantain microorganisms (g/g)

YS : biogas coefficient (g/g)

Bagi persamaan dengan V, diperoleh:

dS

iii. Mass balance pada biogas

QiZi=QfZfK Vt+VtdZ

dt (27)

Produksi methane diawal dan diakhir proses dapat diabaikan, sehingga:

QiZi=QfZf=0 and dZ

dt=K (28)

(17)

K=YPμX (29)

YP : methane production ratio (g/g).

Sedangkan untuk CO2, H2, NH3, dapat ditulis sebagai berikut:

dC O2

dt =YCO2μX (30)

d H2

dt =YH2μX (31)

d H2S

dt =YH2Sμ X (32)

Perhitungan daya yang dihasilkan dari konversi biologis

Aliran Limbah Cair = massa sampah x % kandungan air x % air lindih (33)

Flow rate Limbah = aliranlimbah cairdensitas cairan (34)

COD Loading =:konsentrasi COD x flow rate (35)

Produksi CH4 = COD loading x 95%x 0,5 N m 3

kgCOD (36)

Kapasitas = CH4 x 35,7

MJ Nm3C H4

(18)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi listrik

Diperoleh data bahwa produksi sampah di daerah Piyungan yang dapat mencapai angka 400 ton/hari sehingga produksi sampah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sumber pembangkit listrik. Pemanfaatan sampah dengan konversi termal dapat menghasilkan 1613,887912 kW sementara dengan konversi biologis didapatkan kapasitas listrik sebesar 300kW. Apabila dibawa ke sektor ekonomi, produksi listrik dari sampah ini dapat menghasilkan profit sebesar Rp 5.751.896.518 per tahun untuk produksi dari konversi termal dan sebesar Rp120.600.000 per tahun untuk produksi dari konversi biologis.

Biaya Investasi

a. Analisis Ekonomi Solid Waste

Fixed Capital Investment

Tes ekstraksi LFG Rp534.040.000

Ladang Pengumpul Rp1.406.594.081 Sarana pendukung dan sistem

kontrol Rp170.152.510

Blower Rp90.748.005

Flare Rp260.900.515

Gas Treatment Rp1.898.760.733

Paket Generator Set Rp11.911.543.053

Heat Recovery Rp2.977.885.763

Interkoneksi

Rp626.923.31 9

Material/Tenaga kerja konstruksi Rp3.918.270.741

Manajemen proyek & konstruksi Rp2.350.962.445

Biaya engineering Rp2.350.962.445

Biaya tak terduga Rp4.274.661.541

Total Rp32.772.405.151

Salvage Value Rp3.277.240.515

(19)

Collection Gas Rp752.996.400

Gas Treatment Rp178.008.819

Electricity Generation Rp2.766.729.795

Total Rp3.697.735.014

TCI = Fixed Capital +

Working Capital Rp36.470.140.165

Indirect Manufacturing Cost

Profit Before Tax Rp6.390.996.131

Sales Tax

1. Percent Return of Investment (ROI)

ROI adalah kecepatan tahanan pengembalian investasi ( modal ) dari keuntungan. Persamaan untuk ROI adalah :

Prb=Pb .ra

If

Pra=Pa. ra

If

Dengan:

Prb = ROI sebelum pajak, dinyatakan dalam desimal Pra = ROI setelah pajak, dinyatakan dalam desimal Pb = keuntungan sebelum pajak persatuan produksi Pa = keuntungan setelah pajak persatuan produksi Ra = kapasitas produksi tahunan

If = fixed capital investment (Peter, et al., 2003)

Maka,

(20)

 ROI setelah pajak = 18%

2. Pay Out Time (POT)

POT merupakan jangka waktu pengembalian investasi ( modal ) berdasarkan keuntungan perusahaan dengan mempertimbangkan depresiasi. Berikut adalah persamaan untuk POT :

POT sebelum pajak= If

Pb .ra+0,1.If

POT setelah pajak= If

Pa. ra+0,1.If

Maka, (Peter, et al., 2003)

 POT sebelum pajak = 3,4  POT setelah pajak = 3,6

b. Analisis Ekonomi untuk Konversi Biogas

Fixed Capital Investment

Reaktor AFBR Rp138.000.000

Scrubber Rp15.000.000

Profit BeforeTax Rp134.000.000

Tax

Rp13.400.00 0

Profit After Tax Rp120.600.000

Dilakukan perhitungan POT dan ROI dengan langkah yang sama seperti di atas :

(21)

 ROI sebelum pajak = 65%

 ROI setelah pajak = 59%

Maka diperoleh hasil perhitungan :

(22)

V. KESIMPULAN

1. Limbah sampah dapat dimanfaatkan untuk sumber pembangkit listrik.

2. Limbah sampah yang terdiri dari zat organik dan anorganik dengan kandungan zat organik sebesar 60%, berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku produksi biogas.

3. Dengan menggunakan metode anerobic digestion dengan menggunakan AFBR, air lindi dapat berkurang kadar COD nya dari 85% hingga 95%, dan dapat terkonversi menjadi 300 kW listrik setiap harinya.

4. Setelah melalui proses digesti, limbah padat yang telah berkurang kadar CODnya dapat dikonversi secara thermal dengan pembakaran.

(23)

6. DAFTAR PUSTAKA

Contreau. 1982. Environmental Management of Urban Solid Wastes in Developing Countries. The World Bank

Damanhuri, Enri. 2006. Diktat kuliah TL-3150 Pengelolaan Persampahan. Bandung: Penerbit ITB.

Hadiwiyoto, Soewedo. 1983 Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu. Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, M.M., 1996, Introduction to Chemical Engineering

(24)

LAMPIRAN

I. Perhitungan Produksi Listrik dengan Konversi Termal

Menghitung komposisi sampah

Dengan persamaan (1 dan 2) maka komposisi sampah yaitu sebagai berikut: Air = 60% x 400 ton/hari

= 240 ton/hari

Kering = 400 ton/hari – 240 ton/hari = 160 ton/hari

Sampah yang dibakar = 1

(1−0.2) x 160 ton/hari = 200 ton/hari = 200000 kg/hari

Menghitung HHV dan LHV

HHV = -1.3675 + (0.3137 x 44.32%) + (0.7009 x 5.68%) + (0.0318 x 42%) = -1.17530104 MJ/kg

LHV = -1.17530104 x (1-0.2) - 2.26 x ( 0.2+5.68 100x8.94 )

= -2.539850752 MJ/kg

Menghitung panas pembakaran

Panas pembakaran total = 200000 kg/hari x -2.539850752 MJ/kg

= -507970.1504 MJ/hari

Dengan efisiensi 85% maka panas pembakaran = 85% x -507970.1504 MJ/hari

= -431774.6278 MJ/hari

(25)

Titik 2 (keluar boiler – superheated vapor)

Asumsi: P2 = 5000 kPa T2 = 600oC

Dicari melalui appendix table F.2 superheated steam (Van Ness) diperoleh: H2 = 3664.5 kJ/kg

S2 = 7.2578 kJ/kg.K

Titik 3 (keluar turbin – saturated steam yang terdiri vapor dan liquid)

Asumsi P3 = 15 kPa T3 = 54oC

Dicari melalui appendix table F.1 saturated steam (Van Ness) diperoleh: Hliq = 226 kJ/kg Sliq = 0.755 kJ/kg.K

Hvap = 2599.2 kJ/kgSvap = 8.0093 kJ/kg.K

Siklus dalam kondisi isentropis

X3’ =

Ws turbin = 2353.351359 kJ/kg - 3664.5 KJ/kg

= -1311.148641 kJ/kg

Siklus aktual turbin

Asumsi effisiensi turbin = 85%

Wact turbin = -1311.148641 kJ/kg x 85%

(26)

H3act = -1114.476345 kJ/kg + 3664.5 kJ/kg

Titik 4 (keluar kondenser – saturated liquid)

P4 = P3 = 15 kPa

T4 = T3 = 54oC

H4 = Hliq = 226 kJ/kg

Q kondenser = 226 kJ/kg - 2353.351359 kJ/kg

= -2127.351359 kJ/kg = 5054790 kPa.cm3/kg = 5.05479 kJ/kg

Titik 1 (keluar pompa menuju boiler)

(27)

= 231.9468118 kJ/kg

Boiler

Q boiler = 3664.5 kJ/kg - 231.9468118 kJ/kg = 3432.553188 kJ/kg

Kerja bersih siklus

Wactual siklus = 5.946811765 kJ/kg + (-1114.476345 kJ/kg)

= -1108.529534 kJ/kg

Effisiensi thermal siklus

Eff =

|

−1108.529534kJ/kg

3432.553188kJ/kg

|

x 100%

= 32%

Jumlah umpan air yang dibutuhkan

=

|

3432.553188431774627.8kJkJ/hari /kg

|

= 125788.2 kg/hari

= 1.455882 kg/s

Make up water

= 5% x 1.455882 kg/s

= 0.072794 kg/s

Kebutuhan air pendingin

(28)

C = −0.00000018

Cp/R = 8.712 x 298 x (1.050336-1) + 0.001252 x( (298)2 – 1) +

−0.00000018

3 x (298)3 x ((1.050336)3 -1)

¿ 136.1560827

m air pendingin =

|

−2127.351359KJ/kg 8.314x136.1560827

|

= 1.879282877 kg/s

Daya listrik yang dihasilkan

Power =

|

1.455882kg/s −1108.529534kJ/kg|

= 1613.887912 kJ/s

= 1613.887912 kW

= 5809996.482 kWh

Nilai jual = 5,809,996.482 kWh x Rp 1100,00 = Rp 6,390,996,131,00

II. Perhitungan Produksi Listrik dari Koversi Biologis

Dengan sampah yang tersedia di daerah piyungan sebesar 400 ton/hari. Teranlisis bahwa dapat menghasilkan biogas dan menghasilkan listrik sebesar 300 kW/hari. Berikut perhitungan produksi listrik secara rinci:

Aliran Limbah Cair : 400 hariton x 60 SampahTotalCairan x 90 Air LindiCairan =216

(29)

Flow rate Limbah :

Gambar

Tabel 1. Komponen dan Komposisi Bahan Organik Sampah Kota
Tabel 2. Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% Berat Basah)
Gambar 1. Skema Alat Konversi Termal
Gambar 2. Flow Diagram dari Produksi Biogas
+5

Referensi

Dokumen terkait

The aims of the research are to find out the students‘ achievement before applying collaborative learning , to find out the students‘ achievement after applying

Pantai Sundak sendiri bermula dari pertarungan antara asu (anjing) dan landak. Pergelutan yang meninggalkan jejak bagi penduduk sekitar dengan adanya sebuah gua

Konsumen harus dapat melengkapi dokumen-dokumen yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga permohonan untuk pembiayaan pada Astra Credit Companaies adalah

Putusan Nomor 405/Pdt/2015/PT.Bdg, Halaman 15 dari 30 Bahwa dengan adanya ketentuan tersebut di atas, maka pengajuan gugatan yang diajukan Penggugat kepada peradilan umum in

Obat analgesik yang digunakan pada pasien cedera kepala, baik terapi awal maupun terapi lanjutan, merupakan analgesik non-opioid dengan penggunaan... secara tunggal

 Ada 4 jenis Al powder tidak bulat yang bisa digunakan sebagai fuel propelan yaitu AlLpn (yang digunakan Lapan selama ini), AlDhn (diperoleh dari PT dahana), AlPnc

Terdapat pelbagai teori dan model yang dikemukakan oleh pengkaji-pengkaji reka bentuk instruksional, namun model ADDIE menjadi pilihan dalam reka bentuk modul pengajaran kursus

Berdasarkan wawancara yang dilakukan guru, guru menyatakan sebagaian besar anak ketika diajak belajar mengenal bentuk, ukuran dan warna dalam meningkatkan kemampuan