DAN IBU BERSALIN DI KECAMATAN PEUDADA
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2008
TESIS
OLEH : ABDUL YAZIZ 067012001/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
DAN IBU BERSALIN DI KECAMATAN PEUDADA
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2008
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh ABDUL YAZIZ
067012001/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
KECAMATAN PEUDADA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2009
TESIS
Oleh ABDUL YAZIZ 067012001/AKK
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2009
IBU HAMIL DAN IBU BERSALIN DI KECAMATAN PEUDADA KABUPATEN BIREUEN Nama Mahasiswa : Abdul Yaziz
Nomor Induk Mahasiswa : 067012001
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
( Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM) ( Dra. Syarifah, MS)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
( Dr. Drs. Surya Utama, MS) ( dr. Ria Masniari Lubis, MSi )
Salah satu satu kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang masih tinggi angka kematian ibu bersalin adalah Kabupaten Bireuen menempati urutan ke 15 dari 23 kabupaten lainnya. Data Profil Puskesmas Peudada tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah angka kematian ibu bersalin 8 orang. Kondisi tersebut diduga berhubungan dengan pemanfaatan bidan desa yang masih rendah (42,9%). Sedangkan disisi lain Pemanfaatan dukun bayi sebagai penolong persalinan masih tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis hubungan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan ibu bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dan ibu bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen sebanyak 454 orang, sampel terpilih sebanyak 98 ibu hamil dan ibu bersalin dengan metode pengambilan sampel menggunakan teknik purprosive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara berpedoman pada kuesioner dan studi dokumentasi dari puskesmas Peudada dan Dinas Kesehatan kabupaten Bireuen. Analisis data menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%(α=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, sikap, ekonomi, nilai-nilai kepercayaan, prasarana, tindakan petugas, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama mempunyai hubungan signifikan dengan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan ibu bersalin. Pengetahuan dan sarana pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin tidak berhubungan dengan pemanfaatan bidan desa di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen, agar mengupayakan sarana pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin di setiap desa, agar pelayanan yang diberikan oleh bidan desa dapat maksimal. Saran penting lainnya di himbau agar bidan desa dapat menetap di desa sesuai dengan SK penempatannya.
Kata Kunci : Perilaku, Pemanfaatan Bidan Desa.
One of district in the Province of Nanggroe Aceh Darussalam which is still high in maternal mortality rate is Bireuen District. Base on data in Peudada Health Center in 2007 showed that the rank of maternal mortality in that area was 15 from 23 other district. The Profile Data of Peudada Health Center on 2007 shows that the total of delivered mother’s mortality as 8 people. The condition was thought related to the use of midwives were still low (42.9%), however, the use of traditional birth attendant as delivery assistant were still high..
This research is explanatory research type which intended to analyze the utilization of village midwives by pregnant women and delivered mothers in sub district Peudada of Bireuen district. The populations in this research were whole pregnant women and delivered mothers in sub district Peudada of Bireuen district, as 454 people. The samples were chosen for 98 of pregnant women and delivered mothers with sample taking method by using purposive sampling. The data collecting method were through interviews according to the questionnaires and documentation study from Peudada Health Center and District Health Office of Bireuen. The data were analyzed by chi square with level of confidence 95% (α = 0.05).
The results showed that education, attitude, economy, belief values, infrastructure, community leader behavior and religion figure levels have significant relationship with the village midwives’ utilization by both pregnant women and delivered mothers. The knowledge and service resource health on pregnant women and delivered mothers were not related to the utilization of the village midwives in sub district Peudada of Bireuen district.
It is recommended to the District Health Office of Bireuen to provide the service resources for both pregnant women and delivered mothers in each village, so that the service given by the village midwives become maximal. The other important suggestion, that is for all midwives in each village to be domiciled in the village according to their Letter of Placement.
Keywords: Behavior, Utilization of the Village Midwives
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya
penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Pemanfaatan Bidan
Desa oleh Ibu Hamil dan Ibu Bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten
BireuenTahun 2007”.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu
Prof..Chairuddin P.Lubis, DTMH & Sp.A(K).
Selanjutnya kepada dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr.Drs.Surya Utama,MS selaku
Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan
juga kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM selaku ketua
komisi Pembimbing dan Dra. Syarifah,MS selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh
kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku
Ketua Komisi Pembanding dan Siti Saidah Nasution, M.Kep selaku anggota Komisi
Kesehatan Kabupaten Bireuen pada saat penulis mengikuti tugas belajar, dan banyak
dorongan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara.
Tak terhingga terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua (alm) serta
isteri tercinta Hj. Rahmati dan anak tercinta Ryska Aulia, Rauza Maulydia dan
Muhammad Rizki Ary Munandar yang telah mengizinkan dan memberi motivasi
serta dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.
Selanjuntnya terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu
penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, September 2008
Abdul Yaziz dilahirkan di Simpang Mulieng pada tanggal 04 April 1962, anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda dan Ibunda (alm). Menikah
dengan Rahmati pada tanggal 10 Desember 1989 dan telah dikaruniai tiga orang yaitu
Ryska Aulia, Rauza Maulydia dan Muhammad Rizki Ary Munandar, sekarang
menetap di Desa MNS Alue Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Memulai pendidikan di SD Negeri Simpang Mulieng lulus tahun 1976,
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri di Simpang Mulieng lulus tahun 1979.
Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Lhoksukon lulus 1982.
Selanjutnya meneruskn pendidikan di SPPH Banda Aceh lulus tahun 1984
selanjutnya meneruskan pendidikan di AKL Kabanjahe lulus tahun 1998 selanjutnya
meneruskan pendidikan di Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe lulus tahun 2004.
Pernah bekerja sebagai tenaga kesehatan lingkungan pada Puskesmas Peudada
dari tahun 1985 – 1995, kemudian pindah ke Puskesmas Peusangan tahun 1999. Dan
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ... 7
1.4.Hipotesis ... 7
1.5.Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan Kesehatan ... 9
2.2. Bidan... 10
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Bidan Desa ... 14
2.4. Landasan Tiori ... 25
2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 27
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
3.3. Populasi dan Sampel ... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31
3.5. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 33
3.6. Metode Pengukuran ... 34
3.7. Metode Analisis Data ... 37
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
4.2. Sarana dan Prasarana... 40
4.3. Tenaga Kesehatan ... 41
4.4. Analisis Univariat ... 42
5.1. Hubungan Pendidikan dengan pemanfaatan Bidan Desa ... 60
5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Bidan Desa ... 61
5.3. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Bidan Desa... 61
5.4. Hubungan Ekonomi dengan Pemanfaatan Bidan Desa ... 61
5.5. Hubungan Nilai-nilai Kepercayaan dengan Pemanfaatan Bidan Desa ... 62
5.6. Hubungan Sarana dengan Pemanfaatan Bidan Desa ... 62
5.7. Hubungan Prasarana dengan Pemanfaatan Bidan Desa... 63
5.8. Hubungan Tindakan Petugas dengan Pemanfaatan Bidan Desa. 63 5.9. Hubungan Tindakan Toma dan Toga dengan Pemanfaatan Bidan Desa ... 64
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 66
2. Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA... 68
Nomor Judul Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas dan Realibitas ... 32
4.1 Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur ... 41
4.2 Distribusi Sasaran Kegiatan Puskesmas... 42
4.3 Distribusi Sasaran Khusus Program Kesehatan Ibu Bersalin... 42
4.4 Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pendidikan dan Status Tenaga Kesehatannya... 46
4.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan ... 47
4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ... 47
4.7 Distribusi Frekuensi Sikap ... 48
4.8 Distribusi Frekuensi Ekonomi... 48
4.9 Distribusi Frekuensi Nilai-nilai Kepercayaan ... 49
4.10 Distribusi Frekuensi Sarana ... 49
4.11 Distribusi Frekuensi Prasarana... 50
4.12 Distribusi Frekuensi Pelayanan Bidan Desa ... 50
4.13 Distribusi Frekuensi Pendekatan Bidan Desa terhadap Dukungan TOGA dan TOMA ... 51
4.14 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Bidan Desa ... 51
4.16 Distribusi Faktor Sarana dan Prasarana terhadap Bidan Desa oleh ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan PeudadaKabupaten Bireuen Tahun 2009 ... 56
No. Judul Halaman
1. Landasan Teori Penelitian... 27
No. Judul Halaman
1. Lembaran Kuesioner Penelitian ... 72
Salah satu satu kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang masih tinggi angka kematian ibu bersalin adalah Kabupaten Bireuen menempati urutan ke 15 dari 23 kabupaten lainnya. Data Profil Puskesmas Peudada tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah angka kematian ibu bersalin 8 orang. Kondisi tersebut diduga berhubungan dengan pemanfaatan bidan desa yang masih rendah (42,9%). Sedangkan disisi lain Pemanfaatan dukun bayi sebagai penolong persalinan masih tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis hubungan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan ibu bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dan ibu bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen sebanyak 454 orang, sampel terpilih sebanyak 98 ibu hamil dan ibu bersalin dengan metode pengambilan sampel menggunakan teknik purprosive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara berpedoman pada kuesioner dan studi dokumentasi dari puskesmas Peudada dan Dinas Kesehatan kabupaten Bireuen. Analisis data menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%(α=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, sikap, ekonomi, nilai-nilai kepercayaan, prasarana, tindakan petugas, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama mempunyai hubungan signifikan dengan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan ibu bersalin. Pengetahuan dan sarana pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin tidak berhubungan dengan pemanfaatan bidan desa di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen, agar mengupayakan sarana pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin di setiap desa, agar pelayanan yang diberikan oleh bidan desa dapat maksimal. Saran penting lainnya di himbau agar bidan desa dapat menetap di desa sesuai dengan SK penempatannya.
Kata Kunci : Perilaku, Pemanfaatan Bidan Desa.
One of district in the Province of Nanggroe Aceh Darussalam which is still high in maternal mortality rate is Bireuen District. Base on data in Peudada Health Center in 2007 showed that the rank of maternal mortality in that area was 15 from 23 other district. The Profile Data of Peudada Health Center on 2007 shows that the total of delivered mother’s mortality as 8 people. The condition was thought related to the use of midwives were still low (42.9%), however, the use of traditional birth attendant as delivery assistant were still high..
This research is explanatory research type which intended to analyze the utilization of village midwives by pregnant women and delivered mothers in sub district Peudada of Bireuen district. The populations in this research were whole pregnant women and delivered mothers in sub district Peudada of Bireuen district, as 454 people. The samples were chosen for 98 of pregnant women and delivered mothers with sample taking method by using purposive sampling. The data collecting method were through interviews according to the questionnaires and documentation study from Peudada Health Center and District Health Office of Bireuen. The data were analyzed by chi square with level of confidence 95% (α = 0.05).
The results showed that education, attitude, economy, belief values, infrastructure, community leader behavior and religion figure levels have significant relationship with the village midwives’ utilization by both pregnant women and delivered mothers. The knowledge and service resource health on pregnant women and delivered mothers were not related to the utilization of the village midwives in sub district Peudada of Bireuen district.
It is recommended to the District Health Office of Bireuen to provide the service resources for both pregnant women and delivered mothers in each village, so that the service given by the village midwives become maximal. The other important suggestion, that is for all midwives in each village to be domiciled in the village according to their Letter of Placement.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan
laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, lebih dari 529.000 wanita di
dunia meninggal setiap tahunnya akibat persalinan, dan hal ini 99% terjadi di negara
miskin dan berkembang.
Angka kematian ibu bersalin berbeda-beda di berbagai wilayah dunia, wanita
di Asia Selatan dan Afrika ternyata mempunyai resiko kematian akibat bersalin
tertinggi di dunia. Diantara Negara-negara Asia yang mempunyai resiko kematian
ibu tertinggi di dunia adalah Banglades dan India. Kematian ibu bersalin di Banglades
adalah 600 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di India mencapai 874 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2005).
Berdasarkan laporan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2005,
mengenai angka kematian ibu bersalin dari 320 wanita usia produktif tercatat 38
kematian maternal. Masalah utama ibu bersalin dipengaruhi oleh faktor demografi,
status kesehatan ibu, perilaku dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Laporan
MDGs juga menyatakan bahwa proporsi kematian dari 38 kasus kematian maternal,
29% terjadi saat hamil, 45% pada saat persalinan, dan 26% pada masa nifas. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase kematian ibu saat persalinan lebih besar. Selain
itu menurut laporan MDGs Tahun 2005, proporsi kematian ibu bersalin di pedesaan
penolong persalinan adalah dari tenaga non kesehatan dan tenaga profesional
khususnya bidan. Lebih jauh mengenai data tersebut, khususnya mengenai
pertolongan persalinan di pedesaan diketahui sebanyak 31,2% ibu untuk pertolongan
awal persalinan meminta pertolongan tenaga non kesehatan, sisanya 68,8% ibu
meminta pertolongan tenaga kesehatan. Diantara ibu-ibu yang meminta pertolongan
dari tenaga non kesehatan, kebanyakan meminta pertolongan dari dukun atau dibantu
oleh sanak keluarga.
Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005, angka kematian ibu
mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 18.000 ibu meninggal per
tahun yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Kasus ini jika
dibandingkan dengan target yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah masih jauh
dari yang diharapkan yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu
secara langsung adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan yang dikenal
dengan Trias Klasik yaitu pendarahan menjadi penyebab terbanyak eklampsia dan
infeksi. Berdasarkan penolong dalam persalinan, kematian ibu terbanyak diakibatkan
oleh karena meminta pertolongan dengan dukun (67,9%), bidan (21,0%), dokter
(6,8%), keluarga (2,5%), dan tenaga medis lainnya (1,8%) (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan keadaan tersebut maka upaya pelayanan kesehatan ibu bersalin
oleh tenaga kesehatan terutama bidan menjadi suatu program penting dalam
pembangunan kesehatan secara menyeluruh (Depkes RI, 2005). Program ini
merupakan bagian integral dari konsep pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Salah satu upaya Pemerintah untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan
adalah dengan kebijakan untuk mengangkat bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap
(PTT) melalui Keppres No. 23/1994. Surat Edaran Direktur Pembinaan Kesehatan
Masyarakat No.429/Binkesmas/DJ/BM/BKK/1994, juga ditetapkan untuk
menerangkan mengenai tugas pokok bidan PTT di desa. Tugas tersebut adalah
melaksanakan dan mengelola program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pelayanan yang diberikan diantaranya adalah kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan
nifas, pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Termasuk di dalam tugas ini juga sebagai pendorong untuk meningkatkan dukun
bayi dan kader (Depkes. RI, 1997).
Angka Kematian Ibu bersalin di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
masih tinggi yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Pertolongan persalinan
belum mencapai target standar pelayanan minimal yaitu cakupan 90% yang harus
dilakukan oleh bidan. Berdasarkan data di Provinsi NAD, secara umum sebanyak
71,6% pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan, 21,2% dilakukan oleh dukun
bayi, 6,4% oleh dokter, dan 0,8% oleh tenaga kesehatan lainnya. (Dinkes Prov. NAD,
2005).
Salah satu Kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam yang masih tinggi angka
kematian ibu bersalinnya adalah di Kabupaten Bireuen. Pata tahun 2007 angka
kematian ibu bersalin di Kabupaten menempati urutan ke 15 dari 23 kabupaten
lainnya yaitu 35 per 100.000 kelahiran hidup. Cakupan persalinan di Kabupaten ini
dilakukan oleh bidan desa sebanyak 44,4%, dukun bayi 38,4%, dokter 16,9%,
Pada Kabupaten Bireuen terdapat satu kecamatan dengan angka kematian ibu
bersalin tertinggi yaitu kecamatan Peudada. Berdasarkan profil Puskesmas (2007),
dari 454 orang pertolongan persalinan, diketahui 50,6% ditolong oleh dukun bayi,
42,0% bidan, 4,3% dokter dan 3,1% ditolong oleh tenaga medis lain. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pertolongan oleh dukun bayi merupakan pertolongan terbanyak
di Kecamatan Peudada, sehingga berpotensi untuk terjadinya kematian ibu bersalin,
hal ini juga dibuktikan dengan data kematian ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Peudada tahun 2007, bahwa 8 kematian ibu bersalin, 3 diantaranya adalah
akibat terlambatnya dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan setelah bersalin ditempat
praktek dukun bayi, 4 akibat pendarahan dan 1 lagi terlambat mendapat pertolongan.
Sebenarnya, di Kecamatan Peudada di Kabupaten Bireuen selalu terdapat 1
orang bidan untuk 1 desa (terdapat 52 desa), akan tetapi hanya ada 8 orang bidan saja
yang menetap di desa, seharusnya semua bidan menetap didesa sesuai dengan SK
yang telah ditetapkan. Dibandingkan dengan jumlah dukun bayi, lebih sedikit yaitu
22 orang saja, tetapi dukun bayi lebih siaga dalam membantu kelahiran. Berbagai
faktor lain diperkirakan menjadi penyebab rendahnya pemanfaatan bidan di
kecamatan ini, tingginya animo ibu hamil dan bersalin untuk memilih dukun bayi,
dari pada bidan desa dapat disebabkan karena umur bidan desa yang dianggap relatif
masih muda yaitu rata-rata berumur 27 tahun (Registrasi KIA Kabupaten Bireuen,
2007).
Menurut Green (1980) dalan Notoatmodjo (2003), kondisi ini merupakan
masalah reinforcing factor, yaitu salah satu faktor dari ketiga faktor yang penting
Kegagalan tindakan petugas kesehatan atau bidan desa menunjukkan sikap dan
perilaku yang menyakinkan akan menyebabkan ibu hamil dan bersalin memilih
pelayanan di tempat yang lain.
Berdasarkan penelitian Novi (2006) tentang bidan desa diketahui bahwa
pengetahuan ibu juga sangat penting dalam peningkatan kesehatan ibu hamil dan
bersalin. Tingkat pengetahuan ibu sangat penting dalam menjaga kesehatan diri
terutama saat hamil. Tingkat pengetahuan ibu juga menentukan kemana ibu akan
memeriksakan kehamilannya. Pengetahuan dan sikap ibu beserta kondisi ekonomi ibu
menurut Green (1980) dalam Notoadmodjo (2003) adalah faktor kedua yaitu
predisposing factor dari tiga faktor pencarian pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin.
Faktor penting lain (yang ketiga) menurut Green (1980) adalah faktor pemungkin
(enabling factor) yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi ibu bersalin, misalnya puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta.
Untuk berperilaku sehat ibu hamil dan bersalin memerlukan sarana dan
prasarana pendukung, misalnya pada saat pemeriksaan kehamilan dan persalinan. Ibu
hamil yang mau memeriksa kehamilan atau bersalin tidak hanya sudah tahu harus dan
sadar manfaat pemeriksaan kehamilan dan bersalin dengan tenaga kesehatan,
melainkan ibu tersebut juga harus dengan mudah dapat memperoleh fasilitas atau
tempat pemeriksaan kehamilan dan bersalin, misalnya puskesmas, polindes, bidan
praktik, ataupun rumah sakit. Penelitian yang dilakukan Murni (2003) di puskesmas
kabupaten Aceh Jaya, menunjukkan bahwa hanya 34,6% persalinan dibantu oleh
karena bidan desa tidak tinggal didesa tempat mereka bertugas. Haris (2005), dengan
judul penelitian analisis pelaksanaan tugas bidan desa sehubungan dengan
penyelenggaraan program kesehatan ibu dan anak yang juga melaksanakan penelitian
tentang bidan desa di Kabupaten Aceh Barat dengan alasan yang sama beliau
mendapat hanya 35,6% persalinan dibantu oleh bidan desa.
Dengan demikian dirasakan sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang sangat berperan bagi ibu besalin dalam pemanfaatan bidan desa di
Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen sebagai usaha untuk menurunkan angka
kematian ibu hamil dan bersalin.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana hubungan antara predisposing factor (faktor pendidikan,
pengetahuan, sikap ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan), enabling factor
(ketersediaan sarana dan prasarana) dan reinforcing factor (faktor tindakan petugas
kesehatan, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama) dalam pemanfaatan bidan
desa oleh ibu hamil dan bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis hubungan predisposing factor (faktor pendidikan,
pengetahuan, sikap, ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan), enabling factor
kesehatan, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama) dengan pemanfaatan bidan
desa oleh ibu hamil dan bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.
1.4.Hipotesis
Terdapat hubungan antara predisposing factor (faktor pendidikan, pengetahuan,
sikap, ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan), enabling factor (faktor sarana dan
prasarana) dan reinforcing factor (faktor tindakan petugas, tindakan tokoh
masyarakat dan tokoh agama) dengan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan
bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tahun
2007.
1.5.Manfaat Penelitian
1. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan ibu bersalin
2. Sebagai masukan bagi puskesmas untuk membantu bidan-bidan di wilayah
kerjanya dalam memberikan pelayanan Kesehatan masyarakat khususnya ibu
bersalin.
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1996)
adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (1996) pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk mencegah (preventif) dan
menyembuhkan penyakit (kuratif), serta memulihkan kesehatan perorangan
(rehabilitatif), keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Hotgess dan Coscio (1953) dalam Azwar (1996) menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan yang banyak macamnya jika disederhanakan dapat menjadi dua
macam saja yaitu pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
pelayanan kesehatan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Ascobat (1981), faktor-faktor tersebut adalah merupakan interaksi antara beberapa
faktor, antara lain pendidikan, keluarga, asuransi kesehatan, serta jarak dan biaya
dalam mencari pengobatan.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, hal lain yang
penting dibicarakan adalah pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan
kesehatan dasar, kehamilan, persalinan dan kesehatan ibu dan anak adalah bidan desa.
Keberadaan bidan di desa sebagai bidan yang terlatih seharusnya dapat sepenuhnya
dimanfaatkan oleh masyarakat, namun hal ini sering kali tidak terjadi terutama di
Kecamatan Peudada. Angka cakupan pertolongan persalinan oleh bidan desa maupun
bidan puskesmas adalah masih lebih rendah dibandingkan dengan target cakupan
pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan yaitu 90%. Hal ini menunjukkan perlunya penelitian yang mendalam
mengenai faktor yang mempengaruhi pemanfaatan bidan desa.
2.2. Bidan
Bidan adalah seseorang yang mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui
oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut serta dapat lulus pada
ujian yang telah ditentukan. Bidan juga harus memperoleh ijazah yang terdaftar.
Ijazah ini berguna sebagai persyaratan untuk melakukan praktek sesuai dengan
profesinya sebagai bidan. Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas
di desa, mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa, dan dalam melaksanakan tugas
pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan harus bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Puskesmas (Depkes. RI, 2005).
Peranan bidan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) sangat besar,
Pada umumnya masyarakat menghormati dan memberikan posisi terpandang kepada
bidan. Mereka adalah tempat bertanya bagi wanita dan pria, memberikan nasehat
mengenai kehamilan, keluarga berencana, seksualitas manusia dan berbagai hal yang
kematian ibu di negara dengan AKI yang tinggi, hanya dapat terjadi apabila bidan
diberi kemudahan untuk mempertanggung jawabkan tindakan mereka sendiri. Dalam
situasi tertentu bidan harus bertindak sebagai seorang ahli apabila upaya
penyelamatan sangat diperlukan, misalnya untuk melakukan pertolongan terhadap
keselamatan jiwa manusia, sementara tidak tersedia tenaga ahli (Depkes. RI, 2002).
Mengingat tingkat kematian ibu saat bcrsalin di desa masih tinggi sehingga
dibutuhkan tenaga bidan dalam menanganinya, kematian ibu setiap saat perlu
dipantau untuk mengupayakan penurunannya. Program bidan desa dapat membantu
mengkoordinasikan pencatatan dan pelaporan terhadap kematian ibu. Pada
pelaksanaan kegiatan tersebut, bidan di desa dapat dibantu oleh kader dan bekerja
sama dengan pamong setempat serta petugas dari sektor lain yang bertugas di desa
(Depkes. RI, 1997).
Penempatan bidan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) tertuang dalam
keputusan Presiden Republik Indonesia. Dalam keputusan tersebut dijelaskan
pengertian bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan
lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Sedangkan bidan sebagai
pegawai tidak tetap adalah bidan yang bukan pegawai negeri, diangkat oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan pckerjaan sebagai bidan dalam rangka pelaksanaan
program pemerintah.
Kebijaksanaan pemerintah melalui program pengangkatan bidan sebagai
pegawai tidak tetap, melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1994 berupaya
ibu dan anak yang merata ke seluruh pelosok tanah air. Dengan demikian bidan di
desa harus melaksanakan tugas-tugas pokok antara lain:
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), khususnya
dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas,
pelayanan bayi dan anak balita serta pelayanan keluarga berencana (KB).
2. Mengelola program KIA di wilayah kerjanya dan memantau pelayanan KIA
di wilayah desa berdasarkan data ril sasaran dengan menggunakan data
pemantauan wilayah tugas setempat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pembinaan dukun bayi dan
kader.
4. Pembinaan wahana atau forum peran serta masyarakat yang terkait
melalui pendekatan kepada pamong desa.
Selanjutnya, bidan berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, abdi negara,
abdi masyarakat yang penuh kesediaan dan ketaatan bertugas di desa biasa dan
terpencil serta bertanggung jawab kepada kepala Puskemas di wilayah kerjanya
dalam menjalankan tugas sesuai dengan program pemerintah.
Dalam melaksanakan fungsinya bidan di desa diberikan surat penugasan dan
diharapkan melakukan pelayanan secara aktif, tidak selalu menunggu. Adapun fungsi
bidan di desa antara lain:
1. Memberikan pelayanan kesehatan pada ibu
3. Memberikan pertolongan pertama atau pengobatan lanjutan pada
kesakitan yang sering ditemukan terutama pada ibu dan balita, misalnya
ISPA, diare, kecacingan, malaria di daerah endemis, pencegahan gondok di
daerah dan lain-lain.
4. Mengelola pelayanan KIA dan upaya pendukung yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
pelayanan KIA
6. Bentuk sasaran adalah individu dan keluarganya untuk meningkatkan
hidup sehat secara mandiri.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Bidan Desa 2.3.1 Pendidikan
Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa pendidikan dalam arti formal
sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan ibu
juga berpengaruh terhadap perilaku selama kehamilan dan akhirnya pada kelahiran.
Pendidikan pada ibu akan mempengaruhi pola pencarian pelayanan kesehatan pada
ibu. Beberapa prinsip pendidikan adalah :
1. Bahwa pendidikan kesehatan bukanlah atau bukan hanya pelajaran di kelas,
tapi merupakan pengalaman di mana saja, sepanjang ia dapat
2. Bahwa pendidikan kesehatan belum tentu selalu berhasil mengubah kebiasaan
dan tingkah laku orang lain.
3. Bahwa pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila yang dididik
(individu, kelompok atau masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau diharapkan.
Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan
(input) yaitu sasaran pendidikan, dan keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku
baru atau kemampuan baru dari sasaran pendidikan. Proses tersebut dipengaruhi oleh
perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum, pendidikan, metode dan
sebagainya. Perangkat keras (hard ware), yang mempengaruhi proses pendidik terdiri
dari ruang, perpustakaan (buku-buku) dan alat-alat bantu pendidikan lain
(Natoatmodjo, 2002). Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan
dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis
serta pengembangan kepribadian, berdasarkan proses intelektual.
Blum (2003) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan
tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia. Secara operasional tujuan
pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga aspek yaitu aspek pengetahuan (kognitif),
aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotor). Sukarsimi (2000)
menerangkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk
memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang.
Pendidikan ibu yang tinggi akan lebih memudahkannya memahami tentang
suatu informasi. Bila pendidikan ibu tinggi, maka biasanya akan sangat memperhatikan
hamil. Sebaliknya dapat terjadi bila pendidikan ibu rendah, ibu akan sangat sulit
menerjemahkan informasi yang ia dapatkan, baik dari petugas kesehatan maupun dari
media-media. Maka kecenderungan yang terjadi adalah ibu tersebut akan
melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan keluarga, jika pendidikan seseorang tinggi maka ia akan banyak tahu dan mau
mengerjakan apa yang dapat bermanfaat bagi keluarganya. Pendidikan kesehatan bagi
ibu hamil dan bersalin di bagi dalam 3 periode (Azwar, 1997) yaitu :
1. Pendidikan kesehatan pada saat ibu hamil
Pendidikan kesehatan pada ibu semasa hamil mencakup adapatasi fisiologi dan
psikologi pada ibu hamil. Tujuan pendidikan kesehatan pada masa ini adalah agar ibu
memahami terjadi perubahan fisiologi dan psikologi. Perubahan fisiologi yang penting
pada ibu hamil adalah adanya janin yang tumbuh dalam kandungan membutuhkan
perhatian ibu.
2. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil menghadapi proses melahirkan atau persalinan.
Mencakup pelajaran menghadapi proses persalinan, bagaimana mengontrol nyeri atau
ketidak nyamanan selama masa persalinan dan apabila perlu partisipasi keluarga dan
suami mengahadapi persalinan.
3. Pendidikan kesehatan setelah melahirkan.
Seperti pemulihan organ reproduksi, merawat kesehatan diri dan keterampilan
menjadi ibu. Tujuannya agar ibu mempunyai pemahaman dan kemampuan dalam
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan
sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui
indera pendengar dan indera penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai tingkat yang berbeda-beda, termasuk dalam hal ini kemampuan ibu
dalam memanfaatkan bidan desa baik dalam konsultasi maupun dalam
pengobatan. Pengetahuan ibu tentang kesehatan yang penting terutama mengenai
usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri,
usaha-usaha untuk memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan serta
mencegah timbulnya penyakit (Damayanti, 2005).
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara
tersebut meliputi:
1. Penularan penyakit menular, termasuk dalam hal ini penyakit diare,
ataupun kelainan pada kehamilan.
2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan antara lain
gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan
sampah, polusi udara, serta kebersihan diri.
3. Pengetahuan tentang fasiiitas pelayanan kesehatan yang profesional
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Newcomb dalam
Notoadmodjo (2005), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Fungsi
sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap terdiri dari
3 komponen yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya,
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap suatu
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya bagaimana
penilaian (terkandung dalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peran penting (Notoatmodjo, 2005). Sikap ibu
bersalin yang berkaitan dengan pemanfaatan bidan desa sangat menentukan dalam
pelaksanaan pelayanan oleh bidan desa. Pada saat pemberian pelayanan harus
2.3.4. Ekonomi
Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, pengeluaran dan
harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim (Supariasa, 2002).
Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah sesuatu kehidupan
sosial ekonomi masyarakat menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan sebagai tolak ukur.
Fungsi ekonomi yaitu keluarga berusaha menyelenggarakan kehidupan
manusia yang pokok yaitu :1) kebutuhan makan dan minum, 2) kebutuhan pakaian
untuk menutup tubuh dan, 3) kebutuhan tempat tinggal. Sehubungan dengan fungsi
tersebut maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota
keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
2.3.5. Petugas Kesehatan (Bidan Desa)
Setelah bidan menetap di desa, sambil mengenal wilayah kerjanya kegiatan
yang perlu dilaksanakan meliputi :
a. Kegiatan Pelayanan
Kegiatan yang berhubungan dengan upaya penurunan angka kematian ibu
bersalin. Kegiatan yang termasuk dalam angka kematian ibu bersalin merupakan
prioritas utama meliputi :
1. Pemeriksaan ibu hamil/pelayanan antenatal standar, termasuk pengenalan dini
tanda dan gejala kehamilan beresiko, konseling sesuai resiko, konseling gizi
dan konseling KB pasca persalinan.
2. Pertolongan persalinan yang aman termasuk pengenalan dini tanda dan gejala
3. Perawatan nifas, terutama pasca persalinan, termasuk pengenalan dini tanda
bahaya.
4. Penanganan kehamilan beresiko.
5. Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat kebidanan.
6. Pembinaan dukun bayi dalam pertolongan persalinan “3 basis” pengenalan
faktor resiko dan keadaan bahaya pada kehamilan serta persalinan.
7. Pelayanan dan konseling KB serta pertolongan pertama pada efek sesuai
kewenangan (Depkes. RI, 1998).
b. Kegiatan Bidan di Puskesmas
Bidan di Puskesmas juga mempunyai tugas yang sama dalam upaya
penurunan angka kematian bayi (AKB). Kegiatan yang termasuk dalam upaya ini
adalah :
1. Perawatan bayi baru lahir.
2. Penanganan neonatus beresiko, khususnya bayi dengan berat badan rendah
dan tetanus neonatorum, serta rujukannya.
3. Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat neonatal.
4. Pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan anak sekolah termasuk imunisasi
dasar dan pemantauan tumbuh kembang anak.
5. Pertolongan pertama pada kesakitan yang sering ditemukan pada balita atau
menjadi masalah kesehatan setempat misalnya infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA), diare, kecacingan, malaria di daerah endemis, pencegahan gondok di
daerah endemis dan lain-lain.
c. Kegiatan manajerial program KIA dan upaya pendukungnya sebagai kegiatan pokok bidan pada umumnya dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1. Pendataan sasaran KIA.
2. Pencatatan kelahiran dan pencatatan kematian ibu dan bayi serta
pelacakannya untuk melakukan otopsi verbal maternal prinatal/neonatal.
3. Pemantauan cakupan pelayanan KIA di wilayah desa dengan
menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS – KIA).
4. Penggunaan format pencatatan dan pelaporan kesehatan ibu anak meliputi
register kohort ibu dan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil dan
kartu menuju sehat balita, pencatatan hasil pemeriksaan/pelayanan
perorangan, misalnya kartu pemeriksaan ibu hamil, kartu persalinan,
otopsi verbal martenal prenatal/neonatal, formal pelaporan yang berlaku
untuk program kesehatan ibu anak dan Iain-lain (Depkes. RI, 1997)
d. Pembinaan dukun bayi dan kader yang dilaksanakan bidan meliputi:
1. Pertolongan persalinan serta kewajiban untuk lapor pada petugas
kesehatan.
2. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko
3. Perawatan bayi baru lahir. khususnya perawatan tali pusat dan pemberian
4. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dan tetanus neonatorum, serta pertolongan pertamanya
sebelum ditangani oleh petugas kesehatan
5. Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi
6. Penyuluhan bagi ibu hamil (gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan
penyuluhan KB (Depkes. RI, 1997)
7. Pengembangan dan Pembinaan wahana atau forum peran serta
masyarakat misalnya Posyandu, kelompok peminat kesehatan ibu dan
anak (KP - KIA), polindes dan desa wisma.
8. Pendekatan kepada pamong dan tokoh setempat untuk mendapatkan
dukungan dalam pelayanan KIA, termasuk KB di wilayah desa.
9. Evaluasi (Depkes. RI, 1997)
Seluruh kegiatan ini merupakan dasar untuk menilai keseluruhan kegiatan
yang dilakukan oleh bidan di desa, hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh bidan di
desa adalah:
1. Merekam semua kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan buku
catatan harian, register kohort ibu dan bayi, kartu ibu, KMS ibu hamil, KMS
balita, dan lain-lain.
2. Mengirim laporan semua kegiatan yang dilaksanakan ke Puskesmas
secara netral minimal sebulan sekali.
3. Melapor ke Puskesmas dengan segera pada kejadian luar biasa (KLB).
4. Menghadiri mini lokakarya di Puskesmas dengan membawa semua
permasalahan yang di hadapi untuk dapat dicarikan jalan keluarnya bersania
seluruh staf dan kepala Puskesmas.
5. Membantu cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah desa
dengan membuat dan menggunakan PWS - KIA dan PWS imunisasi.
Dawolo (2002) dalam penelitian yang dilakukan di Kabupaten Nias, tentang
kinerja bidan pegawai tidak tetap yang ditempatkan di desa berdasarkan petunjuk
penilaian yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1998 diperoleh
bahwa tingkat kinerja bidan dengan kategori baik hanya 48,3% (Dawolo, 2002).
2.3.6. Tindakan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
Tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama adalah serangkaian kegiatan
yang sistematis, terencana dan terarah untuk menggali, meningkatkan dan
mengarahkan peran serta masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat
memanfaatkan potensi yang ada, guna memecahkan masalah kesehatan yang
selalu mereka hadapi sehari-harinya. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat
menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat, sehingga pada
akhirnya terjadi kemandirian masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan lainya adalah
untuk mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi, artinya bentuk
kegiatannya bukan sekedar ramai-ramai bergotong-royong tanpa arah, tetapi secara
sistematis dan terencana ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, melalui penyelesaian masalah kesehatan setempat (Depekes. RI, 2001).
Namun bila tanpa pengarahan kepada kebutuhan obyektif, peningkatan kesehatan
mengarahkan peran serta masyarakat tersebut kepada kebutuhan yang obyektif,
yaitu mengatasi masalah kesehatan yang sebenarnya. Tingkat penyebaran upaya ini
diharapkan dapat berjalan dengan cepat, agar cakupan program dapat meliputi seluruh
wilayah Indonesia, sehingga secara nasional tingkat pencapaian program kesehatan
ibu bersalin menjadi lebih cepat. Untuk inilah faktor dukungan politis dan persiapan
petugas harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama harus menjadi kemampuan
yang melekat dalam diri para petugas dan pengelola upaya kesehatan, petugas
kesehatan di seluruh jajaran kesehatan, khususnya di tingkat desa, kecamatan dan
kabupaten yang merupakan petugas operasional di lapangan. Sasaran pendekatan
kemasyarakatan adalah :
1. Kelompok pengambil keputusan diberbagai jenjang administrasi, dari
tingkat pusat, propinsi, kabupaten dan kecamatan.
2. Kelompok petugas pelayanan masyarakat dari berbagai sektor kelompok
masyarakat, yang dapat dibagi menjadi berbagai kategori :
a. Berdasarkan tingkat administrasi
b. Berdasarkan kelompok pekerja (petani, buruh, nelayan dan perajin)
c. Berdasarkan kelompok pemuda (karang taruna dan pramuka)
d. Berdasarkan kelompok wanita (Dharma Wanita, Dharma Pertiwi
dan kelompok pengajian wanita)
e. Serta berbagai bentuk dan kelompok-kelompok lain termasuk salah satu
2.4 Landasan Teori
Banyak faktor yang menunjang perkembangan dalam pemanfaatan bidan desa
oleh masyarakat diantaranya faktor ekonomi, pengetahuan ataupun pendekatan
masyarakat yang dilakukan bidan desa. Pemanfaatan bidan oleh masyarakat untuk
pelayanan KB, pelayanan kesehatan secara umum yaitu pengobatan. Bidan juga
merupakan tempat melakukan konsultasi masalah kesehatan yang dialami oleh
masyarakat namun yang paling penting di pedesaan bidan merupakan salah seorang
penolong persalinan yang utama. (Depkes. RI, 2007).
Dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat dan individu perlu
dilakukan analisis terhadap perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Intervensi
nantinya dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian, agar upaya tersebut efektif
salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menganalisis hal tersebut adalah
konsep dari Green (1980). Menurut Green (1980) dalam Notoadmodjo (2003)
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:
a. Faktor predisposisi (predisposing faktor) yang mencakup pendidikan,
pengetahuan, sikap, ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan.
b. Faktor pendukung (enabling faktor) yang terwujud dalam bentuk sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan, misalnya Poskedes, Puskesmas,
RSU, Poliklinik, Obat-obatan, Dokter dan Bidan Desa.
c. Faktor pendorong (reinforcing faktor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, tokoh agama dan tokoh masyarakat, yang
Gambar 1. Skematis Teori Perilaku
Secara Skematis teori perilaku kesehatan masyarakat dalam mencari
pelayanan kesehatan menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dapat
digambarkan sebagai berikut :
2. Enabling Factor
Sarana dan Prasarana 1. Predisporcing Factor
Pendidikan Pengetahuan Sikap
Sosial Ekonomi
Nilai-nilai Kepercayaan
3. Reinforcing Factor Tindakan Bidan Desa Tindakan Toma dan Toga
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori Green (1980) yang telah di kemukakan, maka untuk
kepentingan kajian ini teori tersebut diadaptasi menjadi kerangka konsep penelitian
ini untuk menganalisis pemanfaatan bidan desa oleh ibu bersalin di Kecamatan
Peudada, Kabupaten Bireuen pada tahun 2009.
Predisporsing Factor X1. Pendidikan
X2. Pengetahuan
X3. Sikap
X4. Ekonomi
X5. Nilai-nilai Kepercayaan
Enabling Factor X6. Sarana
X7. Prasarana
Reinforcing Factor X8. Tindakan Bidan Desa
X9. Tindakan Toma dan
Toga
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey dengan tipe explanatory research yaitu
penelitian yang menjelaskan hubungan antara variable-variabel penelitian melalui
pengujian hipotesis. Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan bidan desa di Kecamatan
Peudada Kabupaten Bireuen.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, dengan
pertimbangan masih banyaknya pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun
bayi dibandingkan dengan bidan desa. Pertimbangan lainya adalah karena kecamatan
ini di ketahui memiliki statistik kematian ibu bersalin akibat pertolongan persalinan
oleh dukun bayi yang tinggi. Penelitian ini membutuhkan waktu 10 (sepuluh) bulan
terhitung bulan Juni 2008 sampai Maret 2009.
3.3. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Kecamatan
Peudada Kabupaten Bireuen pada tahun 2007 yaitu 454 orang. Sampel dalam
besar sampel yang diambil menggunakan rumus Lemeshou (1997) dalam buku
terjemahan Pramono (2000).
Dari jumlah sampel 454 responden dengan menggunakan rumus ini akan
diperoleh hasil sampel yang akan diuji sebagai berikut :
n = 97,5
n = 97,5 dibulatkan menjadi 98 orang
Keterangan :
P : Proporsi Pertolongan Persalinan oleh Bidan
R : Perkiraan Odss Rasio = 2 dari hasil penelitian terdahulu
α : Tingkat kemaknaan = 0,05
β : Power penelitian = 0,10
Zα : Deviat baku normal untuk α = 1,96
Zβ : Deviat baku normal untuk β = 1,28
Q : Proporsi (1-P) = 0,34
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 orang. Metode
purprosive sampling berdasarkan distribusi responden kemukiman dan desa tertera
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Distribusi Sasaran Khusus Program Kesehatan Ibu Anak (Bulin) Berdasarkan Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Tahun 2007.
No KEMUKIMAN DESA SASARAN
36 Jabet 3 3 37 Blang Beururu 8 1 38 Neubok Naleueng 14 2
39 Kp.Mulia 6 2
40 Paya Blang Glumpang 6 2 41 Gampong Baro 8 2 42 Gampong Paya 6 2 43 Seunebok Paya 7 2 44 Paya Barat 5 2 45 Paya Timu 9 2 46 Pinto Batee Buket Paya 8 2 47 Dayah Mon Ara 8 1 48 Cot Kruet 6 1
49 Jaba 14 2
50 Alue Sijuk 10 2 51 Tgk. Dibathon 3 3 52 Alue Gandai 5 2
Sasaran Kecamatan 454 98 Sumber Data Puskesmas Peudada 2007
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari ibu yang memanfaatkan
bidan desa sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada
30 responden di lokasi penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
kuesioner yang disusun mampu mengukur apa yang hendak di ukur di wilayah kerja
puskesmas Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Setelah kuesioner didapati
reliable dan valid baru kemudian di lanjutakan hingga kesemua jumlah sampel
dipenuhi.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai
dapat menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihannya. Perhitungannya dilakukan
corrected item total correlation. Jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
atau sebaliknya.
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya dan tepat. Reliabilitas diukur degan menggunakan metode
Cronbach’s Alpha. Metode Cronbach’s Alpha pada dasarnya mengukur nilai r Alpha
dibandingkan dengan r tabel, jika r Alpha > r tabel maka dapat dinyatakan reliabel.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel
Butir pertanyaan Corrected Item Total
Correlation Status
8. Tindakan Bidan
9. Tindakan Toma dan Toga
3.5. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian 3.5.1. Variabel Independen
1. Pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah dicapai oleh ibu
bersalin.
2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu bersalin tentang
bidan dan pemanfaatan bidan.
3. Sikap adalah tanggapan atau respon ibu terhadap keberadaan bidan dan upaya
pemanfaatan bidan.
4. Ekonomi adalah jumlah rata-rata penghasilan (pendapatan) yang diperoleh
responden dibandingkan dengan biaya persalinan kepada bidan desa.
5. Nilai-nilai kepercayaan adalah penilaian dari responden terhadap bidan desa.
6. Sarana yaitu suatu wadah atau tempat pelayanan berupa gedung puskesmas,
pustu, polindes dan tempat pelayanan lainnya.
7. Prasarana kesehatan yaitu berupa alat-alat kesehatan, obat-obatan untuk
8. Petugas (bidan desa) adalah tugas pokok bidan desa yang dijalankan dalam
masyarakat, khususnya pelayanan pemeriksaan ibu hamil dan bersalin.
9. Pendekatan masyarakat (Toma dan Toga) adalah keterlibatanatau dukungan
tokoh agama tokoh masyarakat dalam kegiatan yang dilakukan oleh bidan
desa.
3.5.2. Variabel Dependen
Pemanfaatan bidan desa adalah bentuk tindakan nyata dari ibu hamil untuk
memanfaatkan bidan desa dalam pertolongan persalinan.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran variabel independen dan dependen menurut Riduan MBA (2003)
adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran variabel pendidikan dilakukan dengan mencatat tingkat
pendidikan responden pada kuesioner dengan ketentuan apabila responden
berpendidikan tidak sekolah, SD dan SMP dikategorikan sebagai
berpendidikan rendah. Responden yang berpendidikan SMA dan sederajat
dikategorikan berpendidikan sedang dan responden yang berpendidikan
Akademi dan Perguruan Tinggi dikategorikan berpendidikan tinggi.
2. Variabel pengetahuan diukur berdasarkan pada 10 (sepuluh) pertanyaan,
dengan alterantif jawaban “tahu”, “kurang tahu” dan “tidak tahu” dengan
ketentuan :
a. Jika responden menjawab “tahu” diberi nilai 3
c. Jika responden menjawab “tidak tahu” diberi nilai 1
3. Variabel sikap diukur berdasarkan pada 5 (lima) pertanyaan, dengan alternatif
jawaban “setuju”, “kurang setuju”, dan “tidak setuju” dengan ketentuan :
a. Jika responden menjawab “setuju” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “kurang setuju” diberi nilai 2
c. Jika responden menjawab “tidak setuju” diberi nilai 1
4. Variabel ekonomi (biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan) didasarkan
pada 5 (lima) pertanyaan, dengan alternatif jawaban “murah”, “terjangkau”,
dan “mahal” dengan ketentuan :
a. Jika responden menjawab “murah” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “terjangkau” diberi nilai 2
c. Jika responden menjawab “mahal” diberi nilai 1
5. Variabel nilai-nilai kepercayaan diukur berdasarkan pada 5 (lima)
pertanyaan, dengan alternatif jawaban “percaya”, “kurang percaya”, dan
“tidak percaya”, dengan ketentuan :
a. Jika responden menjawab “percaya” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “kurang percaya” diberi nilai 2
c. Jika responden menjawab “tidak percaya” diberi nilai 1
6. Variabel sarana diukur berdasarkan pada 5 (lima) pertanyaan, dengan
alternatif jawaban “ada” ada tapi tidak lengkap dan “tidak ada”
a. Jika responden menjawab “ada” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “ada tapi tidak lengkap” diberi nilai 2
7. Variabel prasarana diukur berdasarkan pada 5 (lima) pertanyaan dengan
alternatif jawaban :
a. Jika responden menjawab “ada” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “ada tapi tidak lengkap” diberi nilai 2
c. Jika responden menjawab “tidak ada” diberi nilai 1
8. Variabel tindakan petugas kesehatan (bidan desa), berdasarkan pada 5 (lima)
pertanyaan, dengan alternatif jawaban “ya”, “kadang-kadang” dan “tidak
pernah”, dengan ketentuan :
a. Jika responden menjawab “ya” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “kadang-kadang ” diberi nilai 2
c. Jika responden menjawab “tidak pernah ” diberi nilai 1
9. Variabel tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama (Toma dan Toga)
diukur berdasarkan pada 6 (enam) pertanyaan, dengan alternatif jawaban
“mendukung”, “kurang mendukung”, “tidak mendukung” dengan ketentuan :
a. Jika responden menjawab “mendukung” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “kurang mendukung” diberi nilai 2
c. Jika responden menjawab “tidak mendukung” diberi nilai 1
10.Pengukuran variabel dependen yaitu pemanfaatan bidan desa berdasarkan 5
(lima) pertanyaan, dengan alternatif jawaban “ya”, “kadang-kadang”, dan
“tidak pernah”, dengan ketentuan :
a. Jika responden menjawab “ya” diberi nilai 3
b. Jika responden menjawab “kadang-kadang” diberi nilai 2
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui beberapa agar hasil penelitian dapat dianalisa
dengan lebih baik, adapaun tahapan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Merupakan statistik deskriptif.
2. Analisis Bivariat
Tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara
variabel independen yang diduga kuat mempunyai hubungan bermakna
dengan variabel dependen, dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%,
bila P < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) dengan
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis
Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen adalah salah satu kecamatan dari 17
kecamatan di wilayah kabupaten Bireuen, yang terletak 10 km di sebelah barat pusat
Kota Bireuen. Kecamatan Peudada berbatas sebagai berikut :
¾ Sebelah Utara : berbatas dengan Samudra India
¾ Sebelah Selatan : berbatas dengan Kecamatan Juli
¾ Sebelah Barat : berbatas dengan Kecamatan Plimbang
¾ Sebelah Timur : berbatas dengan Kecamatan Jeumpa
Di wilayah kecamatan Peudada adalah 103 dusun dan 52 desa yang dibagi
atas 6 buah kemukiman. Kecamatan Peudada adalah 3900 km2 dengan bentangan
alam terdiri dari daerah pesisir dan perbukitan. Seluruh desa dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat. Transportasi dari desa ke pusat kecamatan adalah dengan
kendaraan roda dua.
4.1.2. Demografis
Jumlah penduduk Kecamatan Peudada pada Desember 2007, sebagai sasaran
kesehatan puskesmas terdiri dari 23.226 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 5.606
KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 10.690 jiwa dan penduduk perempuan
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Peudada Tahun 2007.
Jenis
Kelamin Bayi Balita Anak
Usia Sekolah
Dewasa Manula Total %
Umur 0-11
bln 1-4 thn 5-19 thn
20-59
thn > 60 thn
L 198 936 2.018 6.914 624 10.690 46 P 253 1.108 2.772 7.514 889 12.536 54 Jumlah 451 2.044 4.790 14.428 1.513 23.226 100 Sumber data : Puskesmas Peudada Tahun 2007
Berdasarkan kelompok umur, jumlah bayi 451 jiwa, jumlah balita 2044 jiwa,
anak usia sekolah 4.790 jiwa, dewasa 14.428 jiwa dan manula 1.513 jiwa.
Kelompok-kelompok merupakan sasaran program pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.
Tabel 4.2. Distribusi Sasaran Kegiatan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Tahun 2007.
No Sasaran Kesehatan Jumlah %
1 Bayi 451 1.9
2 Balita 2.044 8.8
3 Anak sekolah 4.790 20.6
4 Pasangan Usia subur 13.681 58.9
5 Ibu Hamil 293 1.3
6 Ibu Bersalin 454 2.0
7 Masyarakt Usia Lanjut 1.513 6.5
Jumlah 23.226 100
Sumber data : Puskesmas Peudada Tahun 2007
Sasaran kegiatan Puskesmas Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen pada
hamil adalah 293 orang dan jumlah ibu bersalin yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah 454 orang.
4.2. Sarana dan Prasarana
Puskesmas Peudada memiliki gedung seluas 300 m2 di atas tanah seluas 2.760
m2 untuk pelayanan rawat jalan yang terdiri dari loket, poliklinik, apotik,
laboratorium, kantor, ruang pertemuan, ruang rawat inap dan ruang UGD. Selain itu
Puskesmas juga memiliki 3 (tiga) unit rumah dinas. Untuk memperluas jangkauan
pelayanan Puskesmas dibantu 3 (tiga) unit Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu
Cot Loreng, Pustu Tanjong Seulamat dan Pustu Bugeng. Polindes yang ada saat ini
adalah 16 buah polindes. Bangunan Pustu rata-rata seluas 84 m2 di atas tanah 500 m2.
Terdapat 14 Polindes yang ada sekarang sudah tidak layak pakai lagi. Dalam rangka
rekonstruksi pasca gempa dan tsunami, puskesmas juga dibantu dengan Pos
Kesehatan Satelit yang memiliki gedung pelayanan sendiri seluas 60 m2 di atas tanah
seluas 400 m2. Puskesmas dan puskesmas pembantu dibuka 24 jam. Selain itu, untuk
menunjang kegiatan sehari-hari, puskesmas memiliki 5 unit kendaraan roda dua dan 1
unit puskesmas keliling kendaraan roda empat. Terdapat juga dukungan pelayanan
swasta berupa 1 buah toko obat serta 3 unit klinik praktek bidan swasta.
4.3. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Peudada saat ini mencapai 104 orang
dengan berbagai latar belakang pendidikan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
desa, 6 orang bidan PNS dan 1 orang tenaga bakti. Terdapat 3 orang dengan latar
belakang pendidikan SMA sebagai tenaga administrasi, petugas kesehatan
lingkungan. Jumah dokter PNS seperti tertera pada Tabel 4.3 adalah 2 orang.
Tabel 4.3. Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pendidikan dan Status Tenaga Kesehatannya
No Pendidikan PNS PTT Honor
daerah Bakti
1 Dokter 2 - - -
2 SKM (kesehatan lingkungan) 2 - 1 -
3 Akademi Keperawatan 1 - 2 -
4 Akademi Kebidanan 1 - - -
5 Akademi Gizi - - 1 -
6 Sanitarian 1 - 1 -
7 Bidan 6 52 - -
8 SPK 6 - 4 1
9 SPRG - - 2 8
10 Asisten Apoteker 1 - - -
11 Analis - - 1 -
12 SMA (administrasi) 3 - 3 1
13 SMP (administrasi) 1 - - 3
Jumlah 24 52 15 13
Sumber Data Puskesmas Peudada, 2007
4.4. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel
dependen,variabel independen meliputi faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan,
prasarana) dan faktor pendorong (tindakan petugas kesehatan, tindakan tokoh
masyarakat atau tindakan tokoh agama. Kesemua variabel kemudian dilihat
hubugannya pemanfaatan bidan desa.
4.4.1. Pendidikan Tabel 4.4.1.1. Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terhadap Pemanfaatan Bidan Desa
No Pendidikan Frekuensi %
1 Rendah 34 34.7
2 Sedang 46 46,9
3 Tinggi 18 18.4
Jumlah 98 100
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah seperti tertera pada
Tabel 4.4. Dari Tabel tersebut diketahui bahwa tingkat pendidikan yang terbanyak
46,9% adalah tingkat pendidikan yang dikategorikan sedang (pendidikan SMA dan
sederajat) Dari 98 responden hanya 18,4 % yang berpendidikan dikategorikan tinggi
(Akademi dan Perguruan Tinggi). Sedangkan sisanya 34,7% atau 34 orang responden
4.4.1.2. Pengetahuan
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Bidan Desa
No Pengetahuan Frekuensi %
1
2
3
Tahu
Kurang tahu
Tidak tahu
65
26
7
66.3
26.6
7.1
Jumlah 98 100
Hasil analisis univariat terhadap variabel pengetahuan menunjukkan bahwa
kebanyakan responden, berjumlah 65 orang memiliki pengetahuan yang
dikategorikan tahu (66,3%), mengenai pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan dengan memanfaatkan bidan desa. Selebihnya kurang tahu dan tidak tahu.
4.4.1.3. Sikap
Sikap responden terhadap pemanfaatan bidan desa secara umum adalah setuju
terdapat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi sikap responden terhadap pemanfaatan bidan desa.
No Sikap Frekuensi %
1 Setuju 44 44,9
2 Kurang setuju 40 40,8
3 Tidak setuju 14 14,3
Jumlah 98 100,00
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 44 orang responden mengatakan setuju