• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas Dan Ikan Lele Bentuk Pelet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas Dan Ikan Lele Bentuk Pelet"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Adrian Syahputra : Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas Dan Ikan Lele Bentuk Pelet, 2010. SKRIPSI

Oleh :

ADRIAN SYAHPUTRA 050308001/TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Adrian Syahputra : Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas Dan Ikan Lele Bentuk Pelet, 2010. SKRIPSI

Oleh :

ADRIAN SYAHPUTRA 050308001/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) (

Ketua Anggota

Ir. Edi Susanto, M.Si)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

i SUSANTO.

Berkembangnya budidaya perikanan di Indonesia membuat kebutuhan pelet meningkat sehingga harga jual pelet tersebut semakin mahal. Dengan mahalnya harga pelet tersebut, mendorong penulis untuk membuat alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet. Penelitian dilakukan pada Maret – Mei 2009 di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, melakukan eksperimen dan pengamatan terhadap alat. Parameter yang diamati adalah kapasitas alat, persentase kerusakan hasil, analisis ekonomi, break event

point dan analisis kelayakan usaha dengan menghitung nilai net present value dan internal rate of return.

Hasil penelitian menunjukkan kapasitas alat 25,85kg/jam, persentase kerusakan hasil 17,14% dan alat ini layak untuk dibuat.

Kata Kunci : alat, pakan ikan, pelet, ikan mas, ikan lele

ABSTRACT

ADRIAN SYAHPUTRA: The Engineering of Feed Pellet Equipment for The Goldfish and Catfish, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and EDI SUSANTO.

The Development of fishery farming in Indonesia, making the need for pellet and their price increase. This condition encourage the writer to engineer the pellet feed maker. This research was aimed at making and testing the feed maker. The research was conducted on March to May 2009 at the Laboratory of Agricultural Engineering, the Faculty of Agriculture, The University of North Sumatra, Medan, by literature study, experiments and observations of the equipment. The parameters observed were the equipment capacity, percentage of broken result, economics analysis, break event point and the feasibility study using value of net present value and internal rate of return.

The capacity of the equipment was 25,85 kg/hour, the percentage of broken result was 17,14% and this equipment was feasible.

(4)

ii

Ayah Ir. Asral Tanjung dan Ibu Puspita Dewi Lubis SH. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMAN 2 Pematangsiantar dan pada tahun 2005 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Reguler Mandiri (SPMPRM). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

(5)

iii

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas dan Ikan Lele Bentuk Pelet”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Ir. Edi Susanto, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, November 2009

(6)

ABSTRAK ... i

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pakan Ikan ... 4

Pelet Ikan ... 5

Mesin Pembuat Pelet... 8

Elemen Mesin ... 8

Mekanisme Pembuatan Alat ... 16

Analisis Ekonomi dan Analisis Kelayakan Usaha... 16

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

Bahan dan Alat Penelitian ... 20

Metode Penelitian ... 20

Komponen Alat... 20

Prosedur Penelitian ... 22

Parameter yang Diamati ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Alat ... 30

Kapasitas Efektif Alat ... 30

Persentase Kerusakan Hasil... 31

Analisis Ekonomi... 33

Break Event Point ... 33

Net Present Value ... 34

Internal Rate Of Return ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(7)

v

1. Gambar teknik alat 1 ... 52

2. Gambar teknik alat 2 ... 53

3. Tampak depan ... 54

4. Tampak belakang ... 54

5. Tampak atas ... 55

6. Tampak samping ... 55

7. Mesin pencetak pelet kering ... 56

8. Mesin pencetak pelet basah ... 56

9. Pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet ... 57

(8)

vi

1. Ramuan makanan buatan untuk ikan dalam proses pembesaran ... 6

2. Ramuan makanan buatan untuk pakan ikan lele ... 7

3. Ramuan makanan buatan untuk pakan ikan lele ... 7

4. Ramuan makanan buatan untuk pakan ikan mas ... 8

5. Data parameter yang diamati ... 30

6. Data hasil penelitian ... 30

7. Pemeliharaan bagian-bagian alat ... 48

8. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F ... 51

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Kapasitas efektif alat dan persentase kerusakan hasil ... 38

2. Analisis ekonomi ... 39

3. Break event point ... 42

4. Net present value ... 43

5. Internal rate of return ... 46

6. Diagram alir penelitian ... 47

7. Pemeliharaan dan keselamatan kerja ... 48

8. Tabel suku bunga ... 51

9. Gambar teknik alat 1 ... 52

10. Gambar teknik alat 2 ... 53

11. Gambar alat... 54

12. Gambar mesin pelet yang di jual di pasaran ... 56

(10)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan kemajuan teknologi dewasa ini dan didukungnya wilayah perairan Indonesia yang luas, meliputi 11,95 juta [Ha] sungai dan rawa, 1,78 juta [Ha] danau alam, 0,003 [Ha] danau buatan serta luasnya perairan laut Indonesia, telah memberikan kemudahan bagi masyarakat, khususnya petani budidaya ikan untuk mengembangkan usaha perikanan di Indonesia (Raflie,2007).

Oleh karena itu pemerintah mencanangkan pembangunan pada sektor perikanan, dengan memberikan perkereditan untuk membantu nelayan yang bermodal kecil. Atas dasar ini, pengembangan dalam usaha pembudidayaan perikanan air tawar maupun air laut berkembang dengan sangat pesat. Salah satu daerah yang telah melakukan pembudidayaan perikanan ini adalah Sumatera Utara, yang terbukti dengan mampu menghasilkan 25.065,7 ton per tahun (Raflie,2007).

Jenis komoditi budidaya perikanan yang dikembangkan untuk air tawar ataupun air laut sangat bervariasi, mulai dari ikan mas, ikan mujair, ikan nila, ikan lele, ikan kerapu, ikan kakap, serta jenis ikan hias baik di air tawar maupun ikan hias laut, dan sebagainya.

(11)

berfungsi memperbaiki sel tubuh yang rusak. Dengan begitu, bagian tubuh yang terluka bisa sembuh kembali.

Pakan terdiri dari dua macam, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Diantara kedua jenis pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya. Oleh sebab itu, peternak perlu memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan tersebut agar dapat menentukan saat yang tepat untuk menggunakan pakan alami atau pakan buatan.

Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup dan agak sulit untuk mengembangkannya, karena memerlukan perlakuan khusus sebelum pakan tersebut diberikan kepada ikan. Sedangkan pakan buatan, dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa bahan pakan yang memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan buatan banyak kita jumpai di pasar berbentuk pelet.

Dengan pesatnya perkembangan budidaya perikanan di Indonesia, membuat kebutuhan pakan ikan tersebut menjadi meningkat. Sehingga apabila hanya mengandalkan pakan alami saja, tidak akan mencukupi kapasitas pakan ikan tersebut. Untuk itu, banyak petani budidaya ikan menggunakan pakan buatan, sebagai tambahan untuk pakan ikan. Pakan buatan tersebut biasa dikenal oleh petani budidaya ikan dengan nama “ pelet”.

(12)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji alat pembuat pakan ikan bentuk pelet.

Kegunaan Penelitian

1. Penulis, sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Mahasiswa, sebagai bahan informasi bagi yang akan mengembangkan alat ini.

(13)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pakan Ikan

Berdasarkan macam makanannya, ikan dapat dibedakan menjadi 5 macam golongan, yaitu :

(1) pemakan tumbuh – tumbuhan; (2) pemakan daging;

(3) pemakan segala; (4) pemakan plankton;

(5) pemakan hancuran bahan organik (Mudjiman, 1996).

Jenis pakan atau ransum ikan mas terbagi menjadi dua, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami, seperti zooplankton, rotifera, nauplii, moina, dan

daphnia, akan sangat sedikit tersedia dikolam air deras karena putaran arus air

dalam kolam yang kuat. Ikan mas yang dibudidayakan dengan menggunakan sistem kolam air deras, makanannya hanya mengandalkan pakan buatan

(Tim Lentera, 2002).

Pakan alami merupakan pakan yang berbentuk hewan – hewan dan tumbuhan kecil yang biasa disebut zooplankton dan fitoplankton. Jenis pakan alami ini berukuran sangat kecil sehingga pakan alami ini lebih cocok diberikan pada benih ikan (Sendjaja dan Riski, 2002).

Ada beberapa syarat pakan alami untuk lele dumbo,yaitu harus berukuran lebih kecil dari bukaan mulut ikan, mudah dicerna, mudah ditangkap, serta mudah dan murah untuk mengkulturkannya atau menumbuhkannya

(14)

Pelet Ikan

Pelet adalah bentuk makanan buatan yang terdiri dari beberapa macam bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga bentuknya merupakan batangan kecil-kecil seperti bentuk obat nyamuk bakar. Panjangnya biasanya berkisar antara 1 – 2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran dan juga tidak berupa larutan (Mudjiman, 1996).

Dalam pembuatan pakan ikan, yang perlu diperhatikan adalah kadar protein pakan ikan tersebut, sehingga perlu dilakukan perhitungan yang tepat dalam meramu pakan ikan tersebut. Setelah perhitungan jelas, bahan pakan ditimbang. Setelah ditimbang, bahan dicampur satu persatu hingga bahan homogen. Tahap awal dapat dimulai dengan protein basal, kemudian disusul dengan bahan yang berprotein suplemental. Campuran yang rata, membuat kandungan protein yang terbentuk juga rata. Setelah yakin pencampuran bahan benar – benar merata, bahan dicampur air sehingga diperoleh adonan yang kental berbentuk pasta. Kemudian adonan tersebut dimasukkan kedalam mesin penggiling pelet. Cetakan yang keluar, ditampung dengan tampah dan dijemur dibawah panas matahari. Pelet yang baik memiliki kandungan air dibawah 10% dan tidak mudah hancur (Agung, 2007).

(15)

Bahan Ramuan Takaran

1. Tepung dedak 48 %

2. Tepung kedelai 20 %

3. Tepung ikan 20 %

4. Tepung tapioka 10 %

5. Vitamin mix 2 %

Protein 26-28 %

Usaha budidaya ikan pada saat ini semakin intensif menuntut tersedianya makanan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Oleh karena itu masalah pengadaan makanan perlu kita tangani dengan sungguh – sungguh. Apalagi untuk jenis ikan air tawar yang sangat disukai oleh masyarakat pada sekarang ini. Seperti ikan patin, ikan lele dan ikan mas. Untuk itu kita harus pandai – pandai menyiasati pemberian pakan ikan tersebut. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pakan alami saja, karena keterbatasan jumlah pakan tersebut. Maka kita perlu pakan buatan sebagai pakan tambahannya. Tetapi, pakan buatan yang beredar dipasaran saat ini sangat mahal harganya. Sehingga menuntut kita untuk dapat meramu pakan buatan sendiri sebagai alternatif untuk meringankan biaya produksi. Pakan buatan ini dapat kita buat berupa pelet. Tetapi, kita juga harus memperhatikan protein pakan ikan tersebut. Untuk itu, kita harus mengetahui komposisi bahan apa saja yang dapat digunakan. Pada Tabel 2 dan Tabel 3 kita bisa melihat komposisi ramuan pakan ikan lele dan pada Tabel 4 ada diterangkan ramuan pakan ikan mas.

Tabel 1 : Ramuan Makanan Buatan Untuk Ikan Dalam Proses Pembesaran

(16)

Tabel 2 : Ramuan Makanan Buatan Untuk Pakan Ikan Lele

Bahan Ramuan Takaran

1. Tepung ikan 57 %

Sumber : Hernowo dan Suyanto (2008)

Bahan ramuan Takaran

1. Tepung ikan

8. Garam mineral (premiks mineral)

9. Premiks vitamin

12 %

Tabel 3: Ramuan Makanan Buatan Untuk Pakan Ikan Lele

(17)

Sumber : Mudjiman (1996)

Mesin Pembuat Pelet

Alat pencetak pelet berbentuk silinder, pada bagian dalamnya terdapat ulir pengepres pelet. Ulir pengepres ini mendorong bahan adonan ke arah ujung silinder dan menekan plat berlubang sebagai pencetak pelet. Lubang plat menggerakkan poros pencetak sesuai dengan ukuran pelet yang dikehendaki. Pelet keluar dari lubang cetakan akan dipotong oleh pisau ( Satriyo dkk, 2008).

Elemen Mesin Motor listrik

Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan, mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada Tabel 4 : Ramuan Makanan Buatan Untuk Pakan Ikan Mas

Bahan ramuan

Takaran untuk tiap model (% berat) 10. Tepung daun 11. Vitamin (premiks) 12. Mineral (premiks) 13. Minyak ikan

(18)

sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator ke suatu mesin yang akan digerakkan (Daryanto, 2002).

Motor listrik ini mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1. Dapat dihidupkan dengan hanya memutar sakelar 2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan

3. Udara tidak ada yang diisap, juga tidak ada gas buang, oleh karena itu tidak perlu mengukur polusi lingkungannya atau membuat ventilasi

4. Motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah. Di lain pihak motor AC yang menggunakan sumber daya umum tidak mudah mengubah putarannya

Di lain pihak, motor listrik juga memiliki kekurangan sebagai berikut :

1. Motor listrik membutuhkan sumber daya, kabelnya harus dapat dihubungkan langsung dengan stopkontak, dengan demikian tempat penggunaannya sangat terbatas panjang kabel

2. Kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan menjadi besar

3. Secara umum biaya listrik lebih tinggi dari harga bahan bakar minyak 4. Untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor

pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat (Soenarta dan Furuhama, 2002).

Poros

(19)

atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin, dll. Kelelahan, tumbukan, atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus cukup kuat untuk menahan beban-beban diatas (Sularso dan Suga, 2002).

Poros dapat dibedakan kepada 2 macam, yaitu :

1. Poros dukung; poros yang khusus diperuntukkan mendukung elemen mesin yang berputar.

2. Poros transmisi / poros perpindahan; poros yang terutama dipergunakan untuk memindahkan momen puntir.

Poros dukung dapat dibagi menjadi poros tetap atau poros terhenti dan poros berputar. Pada umumnya poros dukung itu pada kedua atau salah satu ujungnya ditimpa atau sering ditahan terhadap putaran. Poros dukung pada umumnya dibuat dari baja bukan paduan (Stolk dan Kros, 1981).

Poros lentur yang kuat dan tahan lama dapat digunakan dalam banyak hal untuk pemindahan daya pada peralatan mesin usaha tani, menggantikan sendi universal, dan poros. Poros lentur disusun dari beberapa lapis kawat yang dililitkan mengikuti spiral ke arah kanan atau ke arah kiri mengelilingi sumbu kawat tunggal (Smith and Wilkes, 1990).

Bantalan

(20)

seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung (Stolk dan Kross, 1986).

Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai suku pemindah daya tetap di tempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan besarnya daya dorong akhir. Bantalan dibedakan dalam dua golongan, yaitu :

1. Bantalan luncur

Pada bantalan luncur, poros yang berputar/ditumpu bersentuhan secara langsung oleh permukaan bantalan yang tetap, sehingga gesekan yang terjadi tinggi dan perlu pelumasan.

2. Bantalan gulung

Bantalan tipe ini mempunyai bola atau peluru yang terletak antara poros dan penumpu bantalan, dengan demikian akan mengurangi gesekan. Oleh karena itu bantalan ini disebut bantalan anti-gesekan

(Smith and Wilkes, 1990).

Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang berbeban dan berputar. Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak-balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.

(21)

1. Bantalan luncur

2. Bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol) 3. Bantalan dengan beban radial

4. Bantalan dengan beban aksial

5. Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial) (Daryanto, 1984).

Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, bantalan terdiri atas bantalan luncur dan bantalan gelinding. Pada bantalan luncur terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan, karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. Pada bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru). Berdasarkan arah beban terhadap poros, bantalan terdiri atas bantalan radial yang arah bebannya tegak lurus sumbu poros, bantalan aksial yang arah bebannya sejajar dengan sumbu poros, dan bantalan gelinding khusus yang arah bebannya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2002).

Sproket

Sproket merupakan transmisi yang terdiri dari roda gigi dan rantai.

Roda gigi

(22)

gigi, yaitu penyaluran atau pemindahan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dihubungkan langsung antara roda gigi yang satu dengan roda gigi yang lain. Pada sistem inipun juga tidak mungkin terjadi slip karena masing-masing roda gigi saling berhubungan secara langsung (Smith dan Wilkes, 1990).

Dalam hal penggolongan roda gigi dibedakan atas tiga keadaan sesuai dengan kedudukan yang diambil poros yang satu terhadap yang lain, yaitu :

1. Poros sejajar satu sama lain (roda gigi silinderik) 2. Poros saling memotong (roda gigi kerucut) 3. Poros saling menyilang (roda gigi sekrup) (Stolk dan Kross, 1981).

Roda gigi merupakan komponen/alat untuk menghubungkan satu poros ke lain poros dengan jumlah putaran dan arah posisi sumbu yang berbeda, dengan jumlah putaran yang sama maupun diperbesar atau diperkecil (Daryanto, 1984).

Rantai

Rantai dipakai dalam hubungan antara roda gigi dari satu poros ke lain poros, yakni untuk mendapatkan putaran yang sama dalam jarak poros yang agak jauh, dimana diperlukan kekuatan gerakan poros. Keuntungannya adalah :

1. Mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya besar 2. Tidak memerlukan tegangan awal

(Daryanto,1984).

(23)

kecepatannya relatif rendah. Rantai gulung digunakan secara luas pada mesin-mesin usaha tani.

Rantai dapat diterapkan dalam keadaan yang sangat bermacam-macam. Rantai ini sangat cocok untuk jarak sumbu besar antara poros roda dan kalau poros roda tidak boleh berputar satu sama lain. Rantai tidak dapat slip, karena itu rantai tidak memerlukan tegangan awal, sehingga poros dan blok bantalan tidak mengalami beban ekstra. Namun kadang-kadang diterapkan roda pandu yang membuat rantai kaku dengan gaya kecil dan mencegah berputarnya poros roda satu sama lain (Stolk dan Kross, 1981).

V-belt

Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari poros satu lainnya, baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putarannya dinaikkan maupun diperlambat, searah dan kebalikannya. Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur

pulley yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan

belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).

(24)

kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan mengalami tagangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.

Susunan khas sabuk V terdiri atas:

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :

1. Regangan sabuk pada pulley 2. Gesekan antara sabuk dan pulley

3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley

4. Kecepatan sabuk (makin cepat sabuk berputar makin kurang terjadi regangan dan singgungan)

(Pratomo dan Irwanto, 1983).

Pulley

Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak

lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium.

Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35

(25)

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SD (penggerak) = SD (yang digerakkan) ...(1)

Dimana S adalah kecepatan putar pulley (rpm) dan D adalah diameter pulley (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

(26)

Analisis Ekonomi dan Analisis Kelayakan Usaha

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha, 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi,

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldiyono, 2008).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

(27)

berubah-ubah sesuai dengan aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total akan berberubah-ubah sesuai dengan volume produksi (Halim, 2009).

Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Memang ada juga investasi yang bukan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Untuk mengetahui apakah suatu investasi itu menguntungkan atau tidak, maka pada tahap pengusulan suatu investasi perlu dilakukan studi/evaluasi aspek keekonomiannya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisis arus kas (cash flow analysis) untuk menghitung indikator keekonomian investasi.

Ada beberapa indikator keekonomian investasi yang banyak digunakan untuk menentukan apakah suatu investasi menguntungkan atau tidak, yaitu:

1. Net Present Value (NPV).

2. Internal Rate of Return (IRR).

(Asro, 2008).

Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0………(2) dimana :

(28)

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu

− NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; :

− NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan. (Darun, 2002)

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada

discount rate mana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(29)

20

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Maret – Mei 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

Tepung ikan, tepung dedak, tepung kedelai, tepung tapioka, vitamin mix, baut dan mur, v-belt, ulir, besi plat, kawat las, sproket, pulley dan plat seng.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian :

Motor listrik, mesin bor, mesin las, mesin gerinda, gergaji besi, kunci pass, kunci inggris, pulpen, pensil, kalkulator, mistar.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen, survei ke lapangan dan melakukan pengamatan tentang alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet. Setelah itu, dilakukan pengujian alat, pengamatan parameter.

Komponen Alat

(30)

1. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi plat. Alat ini mempunyai panjang 80 cm, lebar 65 cm dan tinggi 60 cm.

2. Motor Listrik

Motor listrik adalah sumber penggerak untuk menggerakkan setiap komponen alat pencetak pakan ikan bentuk pelet. Pada alat ini digunakan motor listrik jenis AC satu fasa dengan spesifikasi 1 HP dan kecepatan putaran sebesar 1440 rpm.

3. Poros

Berletak ditengah yang terbuat dari besi as dengan diameter 1 inchi.

4. Bearing / bantalan

Berfungsi sebagai penumpu poros terletak di kerangka alat. 5. Sproket

Sproket merupakan transmisi yang terdiri dari roda gigi dan rantai. Berfungsi untuk mentransmisikan putaran dari motor listrik dengan perbandingan sesuai dengan kebutuhan. Roda gigi yang digunakan 10 gigi pada poros dan roda gigi 78 gigi digunakan pada poros ulir.

6. Pulley

Pulley pada alat ini berfungsi sebagai pereduksi putaran yang

dikehendaki. Pulley yang digunakan pada alat ini adalah pulley jenis alur V (V-belt), pulley berdiameter 3 inchi terdapat pada motor listrik dan

(31)

7. Cetakan

Plat besi yang berlubang berfungsi sebagai tempat terbentuknya pakan ikan berbentuk pelet.

8. Saluran Pemasukan adonan pakan ikan

Berfungsi sebagai tempat adonan yang akan dibentuk oleh alat. 9. Saluran Pengeluaran pelet yang sudah terbentuk

Berfungsi sebagai saluran pengeluaran pelet.

Prosedur Penelitian 1. Persiapan

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat pencetak pakan ikan bentuk pelet, mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian serta menyediakan motor listrik yang akan digunakan pada alat pencetak pakan ikan bentuk pelet.

2. Pembuatan Alat

Adapun langkah pembuatan alat pencetak pakan ikan bentuk pelet adalah : 1) Dirancang bentuk alat pencetak pakan ikan bentuk pelet kemudian

digambar.

2) Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak pakan ikan bentuk pelet

3) Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan

(32)

4) Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan; dengan panjang alat 80 cm; lebar 65 cm; tinggi 60 cm kemudian dilakukan pengeboran dan penglasan terhadap bahan.

5) Dilakukan pemasangan atau perangkaian bahan-bahan sesuai dengan bentuk yang telah dirancang.

6) Dilakukan pemasangan mesin penggerak, sproket, dan mesin pencetak pelet.

3. Pembuatan bahan

1. Disiapkan tepung dedak halus, tepung kedelai, tepung ikan, tepung tapioka, vitamin mix dan air.

2. Ditimbang semua bahan dengan perbandingan tepung dedak halus : tepung kedelai : tepung ikan : tepung tapioka : vitamin mix sebesar 48% : 20% : 20% : 10% : 2%. Ditambah air 40% dari berat bahan.

3. Dimasukkan semua bahan kedalam suatu wadah.

4. Diaduk sampai bahan tersebut tercampur merata membentuk suatu adonan yang liat

5. Adonan siap untuk dicetak. 4. Spesifikasi Alat

Adapun spesifikasi alat tersebut:

1) Menggunakan motor listrik dengan daya 1 HP, 220 volt dengan rpm 1440 2) Rangka mesin p x l x t = 80 x 65 x 60 cm.

(33)

5. Pengujian Alat

Adapun prosedur pengujian alat adalah :

1) Ditimbang bahan adonan sebanyak 1 Kg. Ditambah air 40% dari berat bahan.

2) Disiapkan adonan yang akan dibuat untuk pakan ikan bentuk pelet. 3) Dihidupkan alat pencetak pakan ikan bentuk pelet.

4) Dimasukkan adonan yang akan dibentuk kedalam saluran pemasukan. 5) Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencetak pakan ikan bentuk pelet. 6) Dihitung kapasitas cetakan yang dihasilkan alat ini per jam, dihitung

persentase hasil yang rusak, dilakukan analisis ekonomi dan analisis kelayakan usaha.

7) Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan.

Parameter yang diamati

1. Kapasitas efektif alat (Kg/jam)

Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat pelet yang terbentuk terhadap waktu yang dibutuhkan untuk membentuk pakan ikan bentuk pelet.

2. Persentase Kerusakan Hasil

(34)

adonan awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %. Secara matematis dapat dituliskan dengan rumus:

%

3. Analisis ekonomi

Biaya pakan ikan bentuk pelet (Rp/Kg).

Pengukuran biaya alat pencetak pakan ikan bentuk pelet dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

C

BT = Total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = Total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

a) Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari : - Biaya penyusutan (metode garis lurus)

(

)

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

(35)

S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) n = Umur ekonomi (tahun)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya :

( )( )

.

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun) - Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya. - Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

b) Biaya tidak tetap

Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari : - Biaya listrik (Rp/Kwh)

- Biaya perbaikan untuk sumber tenaga penggerak, mesin sumber tenaga adalah mesin penggerak peralatan lainnya yang umumnya dihubungkan dengan jenis-jenis transmisi tertentu. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan:

(36)

- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

4. Break Event Point (Perhitungan Titik Impas)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

……….(10)

Dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg) F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah) V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak

tetap per tahun (rupiah/unit) 5. Net Present Value (NPV)

(37)

Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0………(11) dimana :

CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai akhir x (P/F, i,n) Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

dengan kriteria :

1) NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;

2) NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;

3) NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

6. Internal rate of return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate mana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(38)

Dimana :

i1 =Suku bunga bank paling atraktif

i2 =Suku bunga coba-coba

NPV1 =NPV awal pada i1

(39)

30

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prinsip Kerja Alat

Pada prinsipnya alat ini menggunakan proses penekanan (press). Bahan yang masuk melalui saluran pemasukan dibawa oleh ulir ke ruang diantara ulir dan cetakan, bahan yang berkumpul diruang, ditekan (press) dan keluar melalui lubang cetakan pelet.

Alat pembuat pakan ikan bentuk pelet ini berbentuk tabung, terbuat dari

bahan tabung besi dengan dimensi panjang 45 cm, diameter 10,16 cm, dan tebal 6

mm. Pada bagian dalamnya terdapat ulir pengepres bahan adonan pelet. Ulir

pengepres ini mendorong bahan adonan ke arah ujung silinder dan menekan plat

berlubang sebagai pembentuk pelet. Lubang plat berdiameter 3 mm, sesuai

dengan ukuran pelet yang dikehendaki.

Tabel 5. Data parameter yang diamati Kapasitas

25,85 17,14 241,32 26.143,29 8.303.312,192 7.091.997,463 43,42

Kapasitas Efektif Alat

Tabel 6. Data hasil penelitian Ulangan Berat adonan

yang dicetak (gr)

Waktu pencetakan (detik)

Berat pelet yang terbentuk (gr)

(40)

pelet. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan (tabel 6), diperoleh bahwa kapasitas efektif alat pada alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet ini adalah sebesar 25,85 kg/jam (Lampiran 1). Dimana dalam proses pembuatan pelet tersebut, bahan adonan didorong oleh ulir ke arah ujung silinder dan menekan plat berlubang sebagai pembentuk pelet. Hal ini sesuai dengan (Satriyo dkk, 2008) Alat pencetak pelet berbentuk silinder, pada bagian dalamnya terdapat ulir pengepres pelet. Ulir pengepres ini mendorong bahan adonan ke arah ujung silinder dan menekan plat berlubang sebagai pencetak pelet. Poros menggerakkan ulir untuk mencetak pelet agar keluar dari lubang plat sesuai dengan ukuran pelet yang dikehendaki.

Persentase Kerusakan Hasil(%)

Kerusakan hasil ialah adonan bahan pelet yang masuk dari saluran pemasukan alat pembuat pakan bentuk pelet, yang tertinggal didalam cetakan dan ulir serta tidak menjadi bentuk pelet. Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi berat pelet yang rusak (tidak menjadi pelet, tinggal di alat) dengan berat isian adonan awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %.

(41)

Dari hasil penelitian yang dilakukan (tabel 6), diperoleh bahwa persentase kerusakan pelet adalah 17,14% (Lampiran 1). Persentase ketidakterbentukan ini diakibatkan jarak antara ulir dengan cetakan pelet sehingga adonan yang ditekan (press) meninggalkan sisa bahan adonan yang tidak terbentuk. Dimana jarak yang terdapat pada alat sebesar 1 mm. Jika jarak yang terlalu rapat akan membuat gesekan antara ulir dengan alat cetakan sehingga batang poros tidak dapat berputar karena gesekan ulir dengan cetakan pelet tersebut.

Adapun hal lain yang menyebabkan pelet tidak terbentuk yaitu pengaruh kadar air pada bahan adonan itu sendiri. Dari penelitian yang dilakukan kadar air berpengaruh pada terbentuknya pelet. Jika kadar air tinggi, maka pelet akan terbentuk tidak sempurna pada saat keluar dari cetakan karena pelet tersebut terlalu basah sehingga pelet yang satu dengan yang lain saling bergabung sehingga tidak menciptakan bentuk pelet. Dan pada ulir adonan tersebut akan melekat sehingga bahan yang keluar hanya sedikit pada plat cetakan dan bahan tidak dapat masuk kedalam ulir. Jika kadar air terlalu rendah maka batang poros tidak sanggup untuk memutarkan ulir, karena kepadatan bahan yang masuk lama kelamaan semakin padat dan keras sehingga membuat batang poros berhenti memutar. Adapun kadar air yang dapat ditoleransi oleh alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet adalah 35 – 40 %.

(42)

Apabila ada pelet yang tidak sama panjangnya, hal itu disebabkan tidak sempurnanya bahan adonan di buat, sehingga mengakibatkan penyumbatan pada lubang-lubang cetakan.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Dari analisis ekonomi (Lampiran 2), diperoleh biaya pembuatan pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet sebesar Rp. 241,32/kg, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 1.749.000,00 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 5.505,90 maka biaya pokok dapat dihitung berdasarkan persamaan 6, sebagai berikut :

Biaya Pokok = BTT C

Break Event Point

(43)

sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan. Maka dari itulah penulis menghitung analisis titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 3), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 26.143,29 kg hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah membuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet sebanyak 26.143,29kg.

Net Present Value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis

finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat

diketahui besarnya nilai NPV 16% dari alat ini adalah sebesar Rp. 8.303.312,192 dan NPV 20% dari alat ini adalah sebesar Rp. 7.091.997,463 (Lampiran 4). Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol.

Internal Rate Of Return

(44)

35

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari data penelitian diperoleh kapasitas efektif rata-rata pada alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet ini adalah sebesar 25,85 kg/jam. Hal ini diperoleh dari pembagian berat rata-rata pelet yang terbentuk terhadap waktu rata-rata yang dibutuhkan dalam membentuk pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet

2. Persentase kerusakan hasil cetakan alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet ini adalah sebesar 17,14%. Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi berat pelet yang rusak (tidak menjadi pelet, tinggal di alat) dengan berat isian adonan awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %.

Saran

1. Pada alat ini perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terutama tentang kadar air agar pakan ikan bentuk pelet tersebut tercetak sempurna.

2. Setelah pemakaian alat, sebaiknya alat tersebut dibersihkan dengan cara membuka dan memisahkan rumah ulir dari rangka alat.

3. Untuk menghindari terjadinya pengkaratan, ada baiknya alat tersebut diberi anti karat.

(45)

36

DAFTAR PUSTAKA

Agung., 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Asro., 2008. Keekonimian Investasi.

[24 september 2009]

Darun., 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daryanto., 1984. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta. Daryanto., 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta, Jakarta. Daryanto., 2002. Pengetahuan Listrik. Bumi Aksara, Jakarta.

Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hernowo, A. dan S. R. Suyanto., 2008. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dipekarangan, Sawah dan Longyam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya Mudjiman, A., 1996. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nugroho, E. dan A. H. Kristanto., 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pratomo, M., 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Prihartono, R. E., R. Juansyah., A Usni., 2000. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya, Jakarta.

Raflie., 2007. Rancang Bangun Mesin Pencetak Pelet. Skripsi, Politeknik Negeri Medan.

Satriyo. B, A. Nurhasanah., dan M. Hidayat., 2008. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Situgadung, Legok, Tangerang. http//www. cabi.net.id. Akses : 21 februari 2009

(46)

Smith, H. P. and L.H. Wilkes., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Terjemahan T. Purwadi. UGM Presss, Yogyakarta.

Soeharno., 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Soenarta, N. dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta

Stolk, J. dan C. Kross., 1981. Elemen Mesin : Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Stolk, J. dan C. Kross., 1986. Elemen Mesin : Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya Paramitha, Jakarta.

Tim Lentera., 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Cet. 1. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

(47)

Lampiran 1. Kapasitas efektif alat dan persentase kerusakan hasil

1. Kapasitas Efektif Alat

………(8)

KA = 25,85 Kg/jam

2.

Persentase Kerusakan Hasil

...(9)

% Kerusakan Hasil =

(48)

Lampiran 2. Analisis ekonomi I. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat

1. bahan = Rp. 4.231.000 2. Biaya Perakitan = Rp. 1.269.000 Total P = Rp. 5.500.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 550.000 (10% dari P) 4 Jam kerja = 8 jam/hari

5. Produksi/hari = 206,7696 kg/hari 6. Biaya operator = Rp. 40.000/hari 7. Biaya reparasi = Rp. 24,83/jam 8. Biaya perawatan = Rp. 275,92/jam 9. Biaya listrik = Rp.205,15/jam 8. Bunga modal dan Asuransi = Rp. 594.000/tahun 9. Biaya sewa gedung = Rp. 55.000/tahun 10. Pajak = Rp. 110.000/tahun

11. Jam kerja alat/tahun = 2392 jam / tahun (asumsi229 hari efektif)

II. Perhitungan Biaya Produksi

1. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya Penyusutan = Rp. 990.000/tahun

(49)

2. Bunga Modal dan Asuransi

Total Biaya Tetap (BT) = Rp. 1.749.000/tahun

2. Biaya Tidak Tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi =

2. Biaya perawatan

Biaya perawatan = 12 % x

3. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP; 1 HP = 0,746 kW

Biaya listrik = 0,746 kW x Rp. 275,00/kWH = Rp. 205,15/jam 4. Biaya operator

(50)

Biaya Pokok = BTT C x

BT

   

+

= Rp jam jam kg

jam .5.505,90 0,04 /

/ 2392

00 1.749.000,

  

+

(51)

Lampiran 3. Break event point

Penerimaan dari tiap kg produksi(R) =

KA

Alat akan mencapai break event point jika alat telah mencetak pelet sebanyak

(52)

Lampiran 4. Net present value

Berdasarkan persamaan 2 nilai NVP alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CIF – COF ≥ 0 ……….(5)

Investasi : Rp. 5.500.000

Pendapatan : Rp. 17.306.177,808

Nilai akhir : Rp. 550.000

Pembiayaan : Rp. 13.170.118,800

Keuntungan yang diharapkan : Rp 16%

Keuntungan yang diharapkan : Rp 20%

Umur alat : 5 tahun

Cash in Flow 16%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 16%,5)

: Rp. 17.306.177,808 x 3,274

: Rp. 56.660.426,143

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%,5)

: Rp. 550.000 x 0,4761

: Rp. 261.855,00

(53)

Cash out Flow 16%

1. Investasi : Rp. 5.500.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 16%, 5)

: Rp. 13.170.118,800 x 3,274

= Rp. 43.118.968,951

Jumlah COF : Rp. 48.618.968,951

NVP 16% = CIF – COF

= Rp. 56.922.281,143 – Rp. 48.618.968,951

= Rp. 8.303.312,192

Cash in Flow 20%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%,5)

: Rp. 17.306.177,808 x 2,991

: Rp. 51.762.777,824

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%,5)

: Rp. 550.000 x 0,4019

: Rp. 221.045,00

(54)

Cash out Flow 20%

1. Investasi : Rp. 5.500.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 16%, 5)

: Rp. 13.170.118,800 x 2,991

= Rp. 39.391.825,331

Jumlah COF : Rp. 44.891.825,331

NVP 20% = CIF – COF

= Rp. 51.983.822,824 – Rp. 44.891.825,331

= Rp. 7.091.997,463

(55)
(56)

Mulai

Motor listrik, pulley, V-belt, sproket, Lampiran 6. Diagram alir penelitian

(57)

Lampiran 7. Pemeliharaan dan keselamatan kerja Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama. Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet ini maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai. - Menghindari kerusakan yang lebih berat.

- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik. - Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Pemeliharaan bagian-bagian alat

(58)

Tabel 7 . Pemeliharaan Bagian-Bagian Alat No. Bagian Alat Bentuk Pemeliharaan

1. Bantalan Pemberian minyak gemuk (greace)

2. Poros - Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi

- Memberi minyak gemuk pada kondisi tertentu 3. Sabuk-V - Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur

- Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang dapat merusak sabuk

4. pulley Membersihkan dari minyak dan kotoran yang

menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari

pulley ke sproket

5. Pisau - Dibersihkan setelah selesai digunakan

- Mengasah pisau agar ketajamannya tetap terjaga 6. Rumah ulir dan

hopper

Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

7. Plat cetakan Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

8. Ulir Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi

9. Rantai Pemberian minyak gemuk (greace)

(59)

Keselamatan kerja

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Keselamatan kerja pada alat pembuat pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Keselamatan alat

Hindari pemasukan bahan adonan yang memiliki kadar air dibawah 30%, karena akan mengakibatkan bahan akan menjadi keras dan motor listrik tidak akan sanggup untuk memutar ulir. Hal ini dapat mengakibatkan motor listrik terbakar.

2. Keselamatan operator

(60)

Lampiran 8. Tabel Suku Bunga

Tabel 8. Tingkat Suku Bunga Dengan Hubungan P/F

Tahun Tingkat suku bunga

15% 16% 18% 20%

1 0.8696 0.8621 0.8475 0.8333

2 0.7561 0.7432 0.7182 0.6944

3 0.6575 0.6407 0.6086 0.5787

4 0.5718 0.5523 0.5158 0.4823

5 0.4972 0.4761 0.4371 0.4019

… … … … …

Tabel 9. Tingkat Suku Bunga Dengan Hubungan P/A

Tahun Tingkat suku bunga

15% 16% 18% 20%

1 0.870 0.8620 0.847 0.833

2 1.626 1.6050 1.566 1.528

3 2.283 2.2460 2.174 2.106

4 2.855 2.7980 2.690 2.589

5 3.352 3.2740 3.127 2.991

(61)
(62)
(63)

Lampiran 11. Gambar alat

Gambar 3. Tampak depan

(64)

Gambar 5. Tampak atas

(65)

Lampiran 12 gambar mesin pelet yang di jual di pasaran

Gambar 7. Mesin pencetak pelet kering

(66)

Lampiran 13. Hasil cetakan alat

Gambar 9. Pakan ikan mas dan ikan lele bentuk pelet

Gambar

Tabel 1 : Ramuan Makanan Buatan Untuk Ikan Dalam Proses Pembesaran Bahan Ramuan Takaran
Tabel 2 : Ramuan Makanan Buatan Untuk Pakan Ikan Lele
Tabel 4 : Ramuan Makanan Buatan Untuk Pakan Ikan Mas
Tabel 5. Data parameter yang diamati Kapasitas  Persentase Biaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ukuran perusahaan, tingkat hutang perusahaan, tingkat profitabilitas perusahaan, intensitas aset tetap perusahaan,

Strategi Komunikasi “Save Electri C ity”: Peningkatan kesadaran ( awareness ) masyarakat Surabaya untuk menghemat penggunaan listrik.. dan

Berdasarkan hasil pendugaan mortalitas anak perempuan menggunakan data anak yang lahir dan anak yang bertahan kemudian dikombinasikan dengan life table wanita dewasa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung ubi jalar ungu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas antioksidan, total antosianin dan penurunan

3 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi, Balok, Kolom dan Plat Lantai pada Proyek Pembangunan Toko Buku Gramedia Malang.. Laporan Praktek

Tenaga teknologi informasi yang dimaksud disini adalah tenaga yang mempunyai kemampuan tentang hardware dan software (pemrograman), tidak harus sarjana bidang komputer. Asal

Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa pola aktivitas pengayuh becak dengan menggunakan kekuatan otot kaki, disertai dengan semakin lamanya bekerja dan beban berat yang

Berdasarkan hasil konstruksi realitas berita serangan ISIS di Paris pada surat kabar harian Waspada, SIB dan Analisa dijeaskan bahwa konstruksi berita serangan