Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH TRANSFER PEMERINTAH PUSAT TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA
OLEH :
NAMA : GUNAWAN SIMANJUNTAK
NIM : 050503138
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Transfer
Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di
Sumatera Utara”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum
pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripsi untuk program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Univesitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 10 September 2009
Yang Membuat Pernyataan
Gunawan Simanjuntak
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kupanjatkan hanya bagiMu Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat yang tiada terkira yang telah Engkau berikan kepadaku dalam
menyelesaikan skripsi ini. Kasih dan penyertaanMu sungguh luar biasa dalam
setiap langkah kehidupanku yang tanpa campur tanganMu tak mungkin saya dapat
sendiri melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat
Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”, yang
ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan
keterbatasan dari kemampuan penulis. Oleh karena itulah penulis selalu berusaha
untuk memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Dengan keterbatasan yang penulis miliki selama menyusun skripsi ini, maka
skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
bersedia meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara
moril dan materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Erlina, MSi, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Narumondang, M.M, Ak, selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. M.
Zainul Bahri Torong, Msi, Ak. Selaku dosen penguji II yang telah banyak
membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis, M. Simanjuntak (Alm) dan E.br Manurung, terimah
kasih buat kasih sayang dan dukungan yang diberikan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karuniaNya. Amin.
Medan, 10 September 2009 Penulis,
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Transfer Pemerintah Pusat berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal di Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 16 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2005-2007. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (α=0.05).
Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal, Dana Bagi Hasil Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal, dan Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja Modal. Secara simultan, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang merupakan Transfer pemerintah Pusat berpengaruh secara signifkan terhadap Belanja Modal. Dimana 74% variasi dari perubahan Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 26% dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of Central Government Transfer to the Capital Expenditure in government of regency/city at North Sumatera.
The method of this scientific paper is a causal research design with 16 regency/city as a sample for every year from 33 regency/city at North Sumatera Province. This research is done for 2005-2007 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from Central Bureau of Statistics (BPS) on North Sumatera province. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linier regression, with t test and with F test on 5% level of significant (α=0.05).
The result of this research show that in partial, General Allocation Fund significantly impact the Capital Expenditure, Tax Product Share Fund unsignificantly impact the Capital Expenditure, and Natural Resources Product Share Fund unsignificantly impact the Capital Expenditure, as simultan General Allocation Fund, Tax Product Share Fund, and Natural Resources Product Share Fund are part of Central Government Transfer have a significant impact toward the Capital Expenditure. 74% variation from the Capital Expenditure change which can be explained by the three independent variable. Meanwhile, the remainder 26% explained by other variation or factor which not include in regression model.
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRAC ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 7
B. Penerimaan Daerah ... 10
C. Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan ... 11
1. Dana Alokasi Umum ... 12
2. Dana Bagi Hasil Pajak ... 14
3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam ... 16
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1. Pengertian Belanja Modal ... 20
2. Klasifikasi Belanja Modal ... 20
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 26
1. Kerangka Konseptual Penelitian... 26
2. Hipotesis penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
1. Populasi Penelitian ... 29
2. Sampel Penelitian ... 30
C. Jenis Data dan Sumber Data ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 32
F. Metode Analisis Data ... 34
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 34
2. Model dan Teknik Analisis Data ... 39
G. Jadwal Penelitian ... 42
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian... 43
B. Hasil Analisis Data Penelitian ... 45
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 45
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
3. Model dan Teknik Analisis Data ... 51
C. Pembahasan Hasil Analisis ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 59
B. Keterbatasan Penelitian ... 60
C. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.3
Kerangka Konseptual ………..
Grafik scatterplot……….. 25
50
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara ... 30
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian... 31
Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. 33
Tabel 3.4 Tabel Jadwal Penelitian ………. 42
Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota Sampel ... 44
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ……….. 45
Tabel 4.3 Uji Normalitas……….... 47
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas………... 48
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ………. 51
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi ……… 52
Tabel 4.7 Uji Statistik t ……….. 54
Tabel 4.8 Uji Statistik F ………. 55
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Realisasi Pendapatan Dana Alokasi Umum, Dana bagi
Hasil Pajak, dan dana Bagi Hasil Sumber Daya pada
Pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara
...
64
Lampiran ii Statistik Deskriptif ... 65
Lampiran iv Hasil Uji Normalitas ... 69
Lampiran v Hasil Uji Multikolinearitas ……… 71
Lampiran vi Hasil Uji Heterokedasitas ……….. 72
Lampiran vii Hasil Uji Autokorelasi ………... 73
Lampiran viii Regression ……….. 74
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belanja Modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan
konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
(Halim, 2004:73). Belanja Modal memiliki karakteristik spesifik yang
menunjukkan adanya berbagai pertimbangan dalam pengalokasianya.
Belanja Modal yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya Pembangunan
dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan/transportasi, sehingga masyarakat
juga memiliki manfaat dari pembangunan daerah. Tersedianya infrastruktur yang
baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas diberbagai sektor.
Produktivitas masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi.
Dalam era desentralisasi fiskal diharapakan terjadinya peningkatan pelayanan
diberbagai sektor terutama sektor publik. Konsekuesinya, pemerintah perlu untuk
memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Dalam penciptaan
kemandirian daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya
meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai sektor.
Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, Khususnya
pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2001).
Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga dituntut
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan pada
sektor-sektoryang produktif di daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya UU No.
22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Perimbangan keuangan tersebut tercermin dengan adanya dana perimbangan.
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dengan adanya hak otonomi daerah yang disertai
perimbangan keuangan pusat-daerah, diharapkan tiap daerah mampu mengelola
sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakatnya (dalam perkembangannya kedua regulasi ini
diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004 dan UU No 33 tahun 2004) menjadi
babak baru terkait dengan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Daerah (kabupaten dan kota) diberikan kewenangan yang lebih luas dalam
mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki.
Mardiasmo (2005) menyatakan bahwa daerah tidak lagi sekedar menjalankan
instruksi dari pemerintah pusat, tetapi dituntut untuk mengembangkan kreatifitas
dan inovasi dalam mengoptimalkan potensi yang selama ini (sebelum otonomi)
dapat dikatakan terpasung. Yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan derah. Gambaran
citra kemandirian daerah dalam berotonomi daerah dapat diketahui dari seberapa
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pemerintahan, pembangunan daerah, dan pelayanan kepada masyarakat daerah.
Disamping itu untuk menunjukkan kemampuan untuk bersaing secara sehat
dengan daerah lain.
Dalam UU No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan pemerintah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan
yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dan sumberdaya alam. Disamping
dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan
sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain
(Maimunah, 2006). Transfer Pemerintah Pusat berupa Dana Perimbangan dapat
digunakan oleh pemerintah daerah dalam pembangunan dan menjadi komponen
pendapatan daerah yang digunakan untuk menjalankan pemerintahan disamping
pendapatan daerah yang lain.
Kontribusi pendapatan asli daerah dalam memenuhi alokasi dana untuk
belanja daerah sebenarnya harus menjadi sumber dana utama untuk menjalankan
pembangunan daerahnya, namun pada kenyataanya pemerintah daerah belum
mampu mengoptimalkan potensi daerahnya untuk menggali sumber pendapatan
daerah. Pemerintah Daerah masih saja bergantung terhadap bantuan pusat dan
provinsi dalam menjalankan pemerintahan, ini berarti bahwa daerah otonom
belum sepenuhnya berhasil menjalankan tugasnya sebagai daerah otonomi.
Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan
pendanaan daerah yang cukup besar, pemerintah memberikan dana perimbangan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Kondisi pemerintahan kabupaten / kota di Provinsi Sumatera Utara juga
demikian. Transfer Pemerintah Pusat dioptimalkan sebagai potensi pendapatan
yang dimiliki untuk memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk
pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah. Bantuan pemerintah
pusat dan provinsi masih sangat diharapkan dalam menutupi sebagian besar
pengeluaran pemerintah daerah. Pemerintahan kabupaten/ kota di Sumatera Utara
masih harus bekerja keras dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah
yang dimiliki, untuk mewujudkan tujuan dari otonomi daerah, yaitu mampu
meningkatkan kemandirian daerah dalam menjalankan pemerintahannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Transfer
Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut: “apakah Transfer Pemerintah Pusat yang
terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap belanja Modal pemerintah
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?”
Dana Alokasi Khusus tidak termasuk kedalam variabel penelitian ini
walaupun dana alokasi khusus termasuk kedalam transfer pemerintah pusat.
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
khusus. Menurut Ham Widjaja (2004:43), “Dana Alokasi khusus adalah dana
yang disediakan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus”. Tiga kriteria
kebutuhan khusus yang ditetapkan dalam undang-undang yang berlaku:
1. kebutuhan tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus dana
alokasi umum (DAU),
2. kebutuhan merupakan komitmen atau prioritas nasioanal,
3. kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dalam penghijauan oleh daerah
penghasil.
Dana Alokasi Khusus pada dasarnya merupakan transfer yang bersifat
spesifik untuk tujuan-tujuan yang sudah digariskan. Jadi Dana Alokasi Khusus
tidak berhubungan dengan belanja modal.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah : untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil
Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja
Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1. Bagi Penulis, penelitian ini menjadi bahan masukan jika dikemudian hari
penulis diminta pendapat yang berkaitan dengan pengaruh dana alokasi
umum, dana bagi hasil pajak, dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
2. Bagi Pemerintah Pusat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan informasi dalam melakukan penilaian keberhasilan
implementasi otonomi daerah pada Pemerintah Kabupaten/ Kota di Sumatera
Utara dibandingkan dengan daerah lain.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota di Sumatera Utara, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan informasi berupa
bukti empiris tentang pengaruh dana alokasi umum, dana bagi hasil pajak, dan
dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal pada Pemerintah
Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara, dan sebagai bahan masukan dalam
penyusunan APBD Pemerintah Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara di
tahun-tahun yang akan datang,
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah didefenisikan sebagai rencana
operasional keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan perkiraan
pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek-proyek daerah dalam satu tahun aggaran serta menggambarkan juga perkiraan
penerimaan tertentu dan sumber-sumber penerimaan daerah yang menutupi
pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah juga diartikan sebagai sarana atau
alat untuk menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta
memberi isi dan arti tanggung jawab Pemerintah Daerah karena APBD itu
menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah.
Berbagai definisi dari para ahli dan undang-undang mengenai APBD:
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, “APBD adalah suatu rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara”.
Menurut Mamesah (1995:19) APBD adalah “Rencana operasional keuangan
daerah, dimana satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan
penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud”.
Menurut Halim (2002:24), “APBD merupakan rencana kegiatan pemerintah
daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukkan adanya sumber
penerimaan yang merupakan target minimal dan biaya yang merupakan batas
maksimal untuk suatu peiode anggaran”.
Menurut Mardiasmo (2002:9), “APBD merupakan instrumen kebijakan yang
utama bagi pemerintah daerah”. Sebagai instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki
posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas. Anggaran
daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan
pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan,
otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan
ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para
pegawai,dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.
Menurut Saragih (2003:122) “APBD adalah dasar dari pengelolaan keuangan
daerah dalam tahun anggaran tertentu umumnya satu tahun.”
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APBD adalah:
1. Rencana Operasional daerah yang menggambarkan bahwa adanya aktivitas
atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di mana aktivitas tersebut telah
diuraikan secara rinci,
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi
biaya-Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
biaya yang ada merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang
akan dilaksanakan,
3. Dituangkan dalam bentuk angka, jenis kegiatan dan jenis proyek,
4. Untuk keperluan satu tahun anggaran.
Bentuk dan susunan APBD berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri
(Kepmendagri) No. 29 Tahun 2002 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu
pendapatan, belanja dan pembiayaan. APBD sebagai bagian dari siklus anggaran
merupakan tahapan yang paling strategis. Dikatakan strategis karena pada tahapan
ini akan terlihat besarnya realisasi penerimaan dan pengeluaran yang telah
dicantumkan dalam APBD tahun anggaran berjalan, sehingga dari sisi keuangan
daerah dapat dilihat apakah kegiatan yang telah direncanakan pada tahap
penyusunan APBD telah dilaksanakan sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
Pemerintah daerah harus mampu menjawab tuntutan masyarakat melalui
berbagai program dan kegiatan APBD dalam upaya meningkatkan kualitas dan
kuantitas layanan jasa publik, seperti pendidikan, kesehatan, kebersihan,
ketertiban, dan lain sebagainya.
Kebijakan penyusunan APBD tidak saja bertujuan untuk mengembalikan
pertumbuhan ekonomi daerah dengan cepat, tetapi perlu dilakukan perbaikan
terhadap kesalahan-kesalahan dimasa lalu, baik pada tingkah laku individual para
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diatas, maka beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian pemerintah daerah dalam menyusun dan melaksanakan
APBD adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan pajak dan retribusi tanpa harus menambah beban
masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, efisiensi biaya
administrasi pungutan, memperkecil jumlah tunggakan, dan menegakkan
sanksi hukum bagi para penghindar pajak,
2. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan penghematan di bidang belanja
daerah sesuai prioritas,
3. Memprioritaskan anggaran untuk membiayai kegiatan/proyek pada dinas
teknis yang bertanggung jawab melayani masyarakat secara langsung,
4. Menciptakan pemerintahan daerah yang bersih dan berwibawa dengan
mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN).
B. Penerimaan Daerah
Menurut PP RI No. 58 Tahun 2005 tentang penerimaan daerah adalah:
Peneriman daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Secara umum sumber pendapatan daerah otonom adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
a. Dana Alokasi Umum (DAU), b. Dana Alokasi Khusus (DAK), c. Dana Bagi Hasil Pajak ,
d. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam,
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, terdiri dari hibah, dana darurat, dana otonomi khusus, serta bantuan dari Provinsi atau Daerah lain,
4. Penerimaan Pembangunan sebagai komponen yang bersumber dari pinjaman pemerintah daerah,
5. Dana sektoral, jenis dana ini tidak dimuat dalam APBD namun masih merupakan bagian dari sumber penerimaan daerah.
C. Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang
profesional, demokratis, adil, dan transparan berdasarkan atas pembagian
pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah, maka diundangkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Undang-Undang tersebut antara lain mengatur tentang dana
perimbangan yang merupakan aspek penting dalam sistem perimbangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan
daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah,
yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik.
Undang-Undang No 25 Tahun 1999 mengatur hal-hal yang berkenaan dengan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
dana dari pemerintah pusat (APBN) kepada pemerintah daerah (APBD). Transfer
Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan terdiri dari:
1. Dana Alokasi Umum (DAU),
2. Dana Alokasi Khusus (DAK),
3. Dana Bagi Hasil Pajak,
4. Dana Bagi Hasil Sumberdaya Alam.
1. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemeratan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi (UU No. 33 tahun 2004).
Dari definisi ini paling tidak dapat disimpulkan bahwa DAU merupakan
sarana untuk mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah dan disisi lain juga
sebagai sumber pembiayaan daerah. Hal ini berarti pemberian DAU lebih
diprioritaskan pada daerah yang mempunyai kapasitas fiskal rendah.Daerah yang
mempunyai kapasitas fiskal tinggi justru akan mendapat jumlah DAU yang lebih
kecil, sehingga diharapkan dapat mengurangi disparitas fiskal antar daerah dalam
memasuki era otonomi. Alokasi DAU untuk daerah dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
DAU = CF + AD
Dimana:
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
AD = Alokasi Dasar.
Proporsi DAU antar daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan
berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.
DAU antar daerah celah fiskal
DAU Provinsi =
∑
cf provinsi provinsi CfDimana:
CF Provinsi = Celah Fiskal suatu daerah Provinsi,
∑
CF Provinsi = Total celah fiskal seluruh Provinsi.DAU atas daerah celah fiskaluntuk suatu daerah kabupaten/kota
DAU kab/kota = bobot kab/kota x DAU kab/kota
Bobot DAU kab/kota =
∑
CF kab kotaAdapun cara menghitung dana alokasi umum menurut ketentuan adalah
sebagai berikut:
a. Dana alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari
penerimaan dalam negeri yang sitetapkan dalam APBN.
b. Dana alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi
umum sebagaimana ditetapkan diatas.
c. Dari dana alokasi (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu
ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah
kabupaten/kota yang ditetapkan APBN denga porsi daerah kabupaten/kota
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas merupakan
proporsi bobot daerah kabupaten/kota diseluruh indonesia.
Dana alokasi umum (DAU) dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan
memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk
dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan antara daerah
yang maju dengan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil.
2. Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak
Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan
Pajak Penghasilan Pasal 21.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenakan atas objek pajak bumi
dan bangunan adalah sebesar 0,5%. Dasar pengenaan pajaknya adalah Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP). Dasar perhitungan pajaknya adalah Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100%.
Ketentuan dalam peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2002:
a. Sebesar 40% dari NJOP untuk objek pajak perkebunan, pajak kehutanan, dan pertambangan,
b. Untuk objek pajak lainya sebesar 40% dari NJOPnya Rp1.000.000.000,00 atau lebih, dan 20% dari NJOP apabila NJOP kurang dari Rp1.000.000.000,00.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dan penyaluranya diatur sesuai dengan peraturan
perundang-Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
undangan yang berlaku adalah Peraturan Pemerintah tentang pembagian hasil
penerimaan PBB antara pusat dan daerah dan Keputusan Menteri keuangan yang
menindak lanjuti peraturan pemerintah tersebut.
Penerimaan negara dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dibagi
dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah. Dana Bagi
Hasil Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan (DBH BPHTB) untuk daerah
sebesar 80% dibagi untuk daerah dengan rincian:
a. 16% untuk provinsi yang bersangkutan
b. 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan
Selanjutnya bagian pemerintah sebesar 20% dialokasikan dengan porsi yang
sama besar untuk seluruh kabupaten/kota. Bagian pemerintah dari penerimaan
BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) dibagikan dengan porsi
yang sama besar untuk kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Alokasi pembagian
didasarkan atas realisasi penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penyaluran dan penerimaan BPHTB diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh pasal 21 dibagi dengan
imbangan 60% untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan pasal 8 PP Nomor 55 tahun 2005 tentang
dana perimbangan, “Penerimaan negara dari PPh WPOPDN (Wajib Pajak Orang
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
dengan rincian 8% untuk provinsi yang bersangkutan dan 12% untuk
kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan”.
3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Adalah bagian daerah yang berasal dari
penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas
bumi.
a. Pembagian penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam kehutanan
ditetapkan sebagai berikut:
1) 20% untuk pemerintah dan 80% untuk daerah. Yang diperoleh dari
penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan provisi Sumber Daya Hutan,
2) Bagian negara dari penerimaan negara iuran hak penguasaan hutan dibagi
dengan perincian 16% untuk daerah yang bersangkutan dan 64% untuk daerah
kabupaten/kota penghasil,
3) Bagian daerah dari penerimaan negara provisi sumber daya hutan dibagi
dengan perincian 16% untuk daerah yang bersangkutan, 32% untuk daerah
kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk daerah kabupaten/kota penghasil
lainya dalam provinsi yang bersangkutan,
4) penerimaan kehutanan yang berasal dari dana reboisasi dibagi dengan
imbangan sebesar 60% untuk pemerintah dan 40% untuk daerah.
b. Penerimaan pertambangan umum yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
daerah. Yang diperoleh dari penerimaan iuran tetap (Land-rent) dan penerimaan
iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (Royalti).
1) Bagian daerah dari penerimaan negara iuran tetap, dibagi dengan perincian
16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk daerah
kabupaten/kota penghasil,
2) Bagian daerah dari penerimaan negara iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi,
dibagi dengan perincian 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan, 32%
untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk daerah kabupaten/kota
penghasil lainya dalam provinsi yang bersangkutan,
3) Bagian kabupaten dalam provinsi yang bersangkutan, dibagikan dengan porsi
yang sama besar untuk semua kabupaten/kota dalam provinsi yang
bersangkutan.
Yang dimaksud dengan penerimaan iuran tetap (land-rent) adalah seluruh
penerimaan iuran yang diterima negara sebagai imbalan atas kesempatan
penyelidikan umum, eksplorasi atau eksploitasi pada suatu wilayah kuasa
pertambangan.
Yang dimakud dengan penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi
(royalti) adalah iuran produksi yang diterima negara dalam hal pemegang kuasa
pertambangan eksplorasi mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali atas
kesempatan eksplorasi yang diberikan kepadanya serta atas hasil yang diperoleh
dari usaha pertambangan eksploitasi (royalti) satu atau lebih bahan galian.
c. Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor perikanan terdiri dari:
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
2) Penerimaan pungutan hasil perikanan.
Dana bagi hasil perikanan untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan porsi yang
sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.Bagian daerah dari penerimaan negara
sektor perikanan dibagikan dengan sama besar kepada kabupaten/kota di seluruh
indonesia.
d. Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan
gas yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam
sektor pertambangan dan gas alam dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah
dikurangi komponen pajak dan pungutan lainya.
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi dibagi dengan imbangan:
1) 84,5% untuk pemerintah,
2) 15,5% untuk daerah.
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15% dibagi dengan rincian:
1) 3% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 6% untuk kabupaten/kota penghasil,
3) 6% untuk seluruh kabupaten/kota lainya dalam provinsi yang bersangkutan.
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 0,5% dibagi dengan rincian:
1) 0,1% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 0,2% untuk kabupaten/kota penghasil,
3) 0,2% untuk seluruh kabupaten/kota lainya dalam provinsi yang bersangkutan.
DBH Sumber Daya Alam Pertambangn Gas Bumi dibagi dengan imbangan:
1) 69,5% untuk pemerintah,
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30% dibagi dengan rincian:
1) 6% untuk povinsi yang bersangkutan,
2) 12% untuk kabupaten/kota penghasil,
3) 12% untuk seluruh kabupaten/kota lainya dalam provinsi yang bersangkutan.
DBH pertambangan Gas Bumi sebesar 0,5% dibagi dengan rincian:
1) 0,1% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 0,2% untuk kabupaten/kota penghasil,
3) 0,2% untuk seluruh kabupaten/kota lainya dalam provinsi yang bersangkutan.
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bimi dibagi dengan imbangan:
1) 20% untuk pemerintah,
2) 80% untuk daerah.
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi sebesar 80% dibagi dengan
rincian:
1) 16% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 32% untuk kabupaten/kota penghasil,
3) 32% untuk seluruh kabupaten/kota lainya dalam provinsi yang bersangkutan.
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan
gas alam berasal dari kegiatan operasi pertamina sendiri, kegiatan kontrak bagi
hasil (Production Sharing Contract) dan kontrak kerja sama selain Kontrak Bagi
Hasil.
Komponen pajak adalah pajak-pajak dalam kegiatan pertambangan minyak
dan gas alam dan pungutan-pungutan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
D. Belanja Modal
1. Pengertian Belanja Modal
Menurut Halim (2004: 73), “Belanja Modal merupakan pengeluaran
pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja
yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi
umum”.
Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya
pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga
masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Tersedianya
infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di
berbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi dan
pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang
masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh
fasilitas yang memadai selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena
fasilitas yang diberikan oleh daerah.
2. Klasifikasi Belanja Modal
Belanja Modal dibagi kedalam 5 bagian yang terdiri dari:
i. Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk
pengadaan, pembelian, pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pengeluaran lainya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
ii. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan peningkatan
kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberiakn manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
iii. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan termasuk
pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan pembangunan
gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
iv. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan
pembangunan, pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
v. Belanja Modal Fisik lainya
Belanja Modal fisik lainya adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan
untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan,
pembuatan, serta perawatan terhadap fisik lainya yang tidak dapat dikategorikan
kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung, dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja
modal modal kontrak sewa beli, pembelian, barang-barang kesenian, barang
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan
jurnal ilmiah.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan transfer pemerintah
pusat,dan belanja modal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
: Studi Kasus
Rochman (2007) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh Pendapatan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
sebanyak 29 Kabupaten dan 6 Kotamadya di Propinsi Jawa tengah. Pendapatan
Daerah terdiri dari DAU, PAD dan Pajak Daerah. Sementara Belanja Daerah
adalah jumlah total pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran yang terdapat
dalam APBD. Data yang dianalisis adalah data tahun 2001 samapi 2005. Statistik
yang digunakan dalam penelitian Rochman (2007) ini adalah regresi sederhana
dan regresi berganda. Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh jumlah
DAU, pajak daerah dan PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja. Regresi
berganda digunakan dengan tujuan untuk memprediksi apakah
komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara serentak mempengaruhi belanja
daerah Hasil penelitian Rochman (2007) menunjukkan, bahwa secara terpisah dan
atau bersama-sama DAU, PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja
daerah.
Priyo Hari Adi (2003) melakukan penelitian dengan mengangkat judul
Relevansi Transfer Pemerintah Pusat terhadap Uapaya Pajak Daerah pada
pemerintahan kabupaten/kota Se Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
transfer pemerintah pusat tidak memberikan pengaruh positif terhadap upaya
pajak daerah. DAU justru memberikan pengaruh negatif pada upaya pajak daerah
(pada taraf signifikansi 10%). Temuan penelitian ini memberikan implikasi
penting terkait dengan kebijakan pemberian DAU saat ini. Kebijakan pemberian
transfer diindikasikan tidak mendorong daerah untuk meningkatkan kapasitas
fiskal, tetapi justru sebaliknya. Daerah menunjukkan ketergantungan yang lebih
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
David Harianto Priyo Hariadi (2007) melakukan penelitian dengan
mengangkat judul Hubungan Belanja Modal, Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) , dan Pendapatan Perkapita pada Kabupaten/Kota
Se Jawa Bali.Data dalam penelitian tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Data yang dianalisis adalah data tahun 2001 samapi 2004. Alat Analisis yang
digunakan adalah Analisis Diskriptif, analisis ini menggunakan alat-alat seperti
rata-rata, nilai maksimum, minimum dan standar deviasi. Analisis ini ditujukan
untuk memberikan gambaran awal tentang DAU, Belanja Modal, PAD dan
pendapatan per Kapita. Analisis Jalur (Path Analysis). Analisis ini digunakan
untuk pengujian pengaruh simultan sebuah variabel terhadap variabel-variabel
lain. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum sangat
berpengaruh terhadap Belanja Modal. Sayangnya kontribusi dari DAU terhadap
Belanja Modal masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di
daerah kurang merata (masih banyak desa terbelakang di daerah Jawa dan Bali).
Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap
Pendapatan Per Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai
hubungan yang positif dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli
Daerah. Pendapatan Asli Daerah sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Per
Kapita, tetapi pertumbuhan yang terjadi masih kurang merata sehingga banyak
ketimpangan/jarak ekonomi antar daerah. Dana Alokasi Umum mempunyai
dampak yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Belanja Modal
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual Penelitian.
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas
yaitu dana alokasi umum, dana bagi hasil pajak, dan dana bagi hasil sumber daya
alam, serta satu variabel terikat yaitu belanja modal. Adapun yang menjadi
kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Dana Bagi Hasil SDA
merupakan bagian dari transfer pemerintah pusat yang merupakan salah satu
sumber penerimaan daerah disamping Pendapatan Asli Daerah (PAD).Transfer
pemerintah Pusat atau dana perimbangan kontribusinya sangat besar dalam
sumber penerimaan daerah dalam struktur APBD. Dana Bagi Hasil Pajak
(X2)
Dana Alokasi Umum (X1)
Dana Bagi Hasil SDA (X3)
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Usaha penciptaan kemandirian daerah sebagai tujuan dari otonomi daerah,
pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan
publik dan perbaikan dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk di kembangkan
menjadi sumber penerimaan daerah. Semakin besar penerimaan daerah, maka
akan semakin besar juga kemampuan daerah untuk menutupi alokasi belanja
daerahnya, sehingga Pemerintahan daerah tidak tergantung terhadap besarnya
kontribusi transfer pemerintah pusat. Pemerintahan daerah sebagai daerah
otonomi harus mampu untuk mengurus rumah tangganya sendiri terutama dalam
mengelola keuangan daerah sesuai dengan tujuan otonomi daerah yaitu untuk
mencapai kemandirian keuangan daerah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh David Harianto, PriyoHariadi (2007), yang menyimpulkan bahwa DAU yang
merupakan bagian dari transfer pemerintah pusat memiliki pengaruh yang
signifikan positif terhadap belanja Modal, artinya jika DAU meningkat maka
belanja modalnya juga akan meningkat. Gambaran dari kemampuan keuangan
pemerintahan daerah yang semakin kuat, ditentukan dari seberapa besar
penerimaan pemerintahan daerah yang bersumber dari daerah itu sendiri. Bantuan
dari pemerintahan pusat dan pemerintahan provinsi perlu untuk diminimalkan,
untuk mewujudkan kemandirian daerah otonomi.
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 41) “Hipotesis adalah proporsi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Berdasarkan kerangka
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
penelitian ini adalah : Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil Pajak, dan
Dana Bagi Hasil Sumber Daya berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. “Desain kausal berguna
untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk
menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.”Umar (2003
: 30). Penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu, variabel independen/ variabel yang
mempengaruhi dan variabel dependen/ dipengaruhi. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh Transfer Pemerintah Pusat sebagai
variabel bebas (independen) terhadap Belanja Modal sebagai variabel terikat
(dependen).
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2004 : 72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD Pemerintah
kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun 2005-2007, dimana di Sumatera Utara
terdapat 33 pemerintah daerah (25 pemerintahan kabupaten dan 8 pemerintahan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 3.1
Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota
1 Kabupaten Asahan 1 Kota Binjai
2 Kabupaten Batubara 2 Kota Gunung Sitoli
3 Kabupaten Dairi 3 Kota Medan
4 Kabupaten Deli Serdang 4 Kota Padang Sidempuan
5 Kabupaten Humbang Hasundutan 5 Kota Pematang Siantar
6 Kabupaten Karo 6 Kota Sibolga
7 Kabupaten Labuhan Batu 7 Kota Tanjung Balai
8 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 8 Kota Tebing Tinggi
9 Kabupaten Labuhan Batu Utara
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. (Sugiyono, 2004 : 73). Penelitian ini menggunakan Teknik pengambilan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang
ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang telah
menyerahkan laporan realisasi APBDnya ke Badan Pusat Statistika (BPS)
Provinsi Sumatera Utara,
2. pemerintahan kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara yang menyerahkan
laporan APBDnya dan lengkap dalam melaporkan jumlah realisasi Transfer
Pemerintah Pusatnya selama periode 2005-2007
Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan diatas, maka peneliti
menggunakan 4 (empat) Pemerintahan Kota dan 12 (dua belas) Pemerintahan
Kabupaten sebagai sampel penelitian yang disajikan di table berikut:
Tabel 3.2
Daftar sampel Penelitian
No Pemerintahan Kabupaten No Pemerintahan Kota
1 Kabupaten Asahan 1 Kota Medan
2 Kabupaten Deli Serdang 2 Kota Padang Sidempuan
3 Kabupaten Humbang Hasundutan 3 Kota Sibolga
4 Kabupaten Karo 4 Kota Tanjung Balai
5 Kabupaten Labuhan Batu 6 Kabupaten Mandailing Natal 7 Kabupaten Pakpak Barat
8 Kabupaten Simalungun
9 Kabupaten Tapanuli Selatan
10 Kabupaten Tapanuli Tengah
11 Kabupaten Tapanuli Utara
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Data penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah berupa data
sekunder dan bersifat kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data
time series, yaitu sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Data diperoleh dari
laporan Realisasi APBD pemerintah daerah kabupaten/ kota yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistika (BPS) Sumatera Utara. Data yang dibutuhkan adalah
informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu, transfer
pemerintah pusat berupa dana alokasi umum., dana bagi hasil pajak, dana bagi
hasil sumber daya alam dan realisasi belanja modal.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah,
Teknik Dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau
data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu Badan
Pusat Statistika (BPS) Provinsi Sumatera Utara.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum
(X1), Dana Bagi Hasil Pajak (X2),Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (X3) dan
variabel terikatnya adalah Belanja Modal (Y). Definisi Operasional dan
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Defenisi Operasional Skala
Pengukuran
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daeah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. (Wijaya, Ham, 2002).
Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan pajak bumu dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan pajak penghasilan pasal 21. (Wijaya, Ham, 2002).
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. (wijaya, Ham, 2002).
Belanja Modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yamg bersifat rutin seperti biaya pemeliharan. Belanja modal memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan adanya berbagai pertimbanagn dalam pengalokasianya. Pemerolehan aset tetap
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
juga memiliki konsekuensi pada beban operacional dan pemeliharaan pada masa yang akan datang. (Halim,2004: 73).
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis regresi dengan bantuan Software SPSS for windows. Penggunaan metode
analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model
tersebut memenuhi asusmsi klasik atau tidak.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model dari
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat
tersebut adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum
melakukan pengujian regresi linear berganda perlu dilakukan terlebih dahulu
pengujian asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 103), ”uji ini berguna untuk tahap awal
dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik
parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau
lakukan treatment agar data normal.” Menurut Ghozali (2005 : 110), ”uji
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji
t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil.”
Dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
menurut Ghozali (2005 : 110),
1) analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2) analisis statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau
merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat
dari :
a) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah
tidak normal,
b) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 168), “uji multikolinearitas
berhubungan dengan adanya korelasi antar variable independen. Sebuah
persamaan terjangkit penyakit ini bila dua atau lebih variabel independen
memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Sebuah persamaan regresi dikatakan baik
bila persamaan tersebut memiliki variabel independen yang saling tidak
berkorelasi.”
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
menurut Hadi (2006 : 168) dapat dilihat dari :
1) salah satu ciri regresi yang terjangkit multikolinear adalah persamaan tersebut memiliki nilai R2 yang sangat tinggi, tetapi hanya memiliki sedikit variabel independen yang signifikan (memiliki nilai t hitung tinggi). Keadaan yang paling ekstrim adalah bila model memiliki nilai R2 dan F hitung yang tinggi dan secara otomatis akan memiliki nilai signifikansi F yang sangat bagus tetapi tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai t cukup (signifikan). Bila hal ini terjadi maka bisa disimpulkan bahwa bagusnya F dan R2 karena adanya interaksi antar variabel independen yang cukup tinggi (multikolinear)
2) indikator lain yang bisa dipakai adalah CI (Condition Index) atau Eigenvalues. Bila CI berkisar antara10 sampai dengan 30 maka kita bisa mengatakan bahwa persamaan tersebut terjangkit multikolinear. Bila CI > 30 maka terjangkitnya semakin kecil.
3) VIF (Variable Inflation Factor) juga bisa digunakan sebagai indicator. Bila VIF > 10 maka variable tersebut memiliki kolinearitas yang tinggi.
Menurut Ghozali (2005 : 91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi,
1) nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Beberapa cara mengobati apabila terjadi multikolonieritas dalam data
penelitian adalah sebagai berikut:
a) menggabungkan data crossection dan time series (pooling data)
b) mengeluarkan satu atau lebih variable indevenden yang mempunyai korelasi
tinggi dari model regresi dan identifikasikan variable indevenden lainnya
untuk membantu prediksi.
c) transformasi variable merupakan salah satu cara mengurangi hubungan linear
di antara variable indevenden.
d) menggunakan model dengan variabel indevenden yang mempunyai korelasi
tinggi hanya semata-mata untuk prediksi (jangan mencoba untuk
menginterpretasikan koefisien regresinya).
e) menggunakan metode analisis yang lebih canggih seperti Bayesian regression
atau dalam kasus khusus ridge regression.
c. Uji Heterokedastisitas,
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians
berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heteroskedastisitas. Suatu model dikatakan terdapat gejala
heterokedesitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut
signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika parameter beta tidak signifikan secara
statisik, hal ini menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak
terdapat heterokedesitas (Erlina, 2007:108).
Menurut Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 172), “untuk mengetahui adanya
masalah heteroskesdatisitas ini kita bisa menggunakan korelasi jenjang Spearman,
tes Park, tes Goldfeld-Quandt, tes BPG, tes White atau tes Glejser.” Bila
menggunakan korelasi jenjang Spearman, maka kita harus menghitung nilai
korelasi untuk setiap variabel independen terhadap nilai residu, baru kemudian
dicari tingkat signifikansinya. Park dan Glejser test memiliki dasar test yang sama
yaitu meregresikan kembali nilai residu ke variabel independen.
Menurut Hadi (2006 : 174), salah satu cara untuk mengurangi masalah
heteroskesdatisitas adalah “menurunkan besarnya rentang (range) data. Salah satu
cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan rentang data adalah melakukan
transformasi (manipulasi) logaritma. Tindakan ini bisa dilakukan bila semua data
bertanda positif.”
d. Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data runtut
Gunawan Simanjuntak : Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2010.
fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi
dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat
tergantung pada tempat data tersebut terjadi.”(Hadi, 2006 : 175)
Menurut Singgih (2002 : 218) Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa
digunakan tes Durbin Watson (D-W). Panduan mengenai angka D-W untuk
mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku
statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil patokan:
1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Jika terjadi autokorelasi, maka dapat diatasi dengan cara:
a) melakukan transformasi data,
b) menambah data observasi.
2. Model dan Teknik Analisis Data
a. Model Regresi Berganda
Pada tahapan ini penulis akan membuat model regresi yang menggambarkan
hubungan antara dana alokasi umum, dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil
sumber daya alamas ebagai variabel indevenden terhadap variabel devenden yakni
belanja modal, sehingga dapat digunakan untuk menafsirkan nilai Y apabila
variable X diketahui.
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana : Y = Realisasi Belanja Modal