• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) Yang Dirawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) Yang Dirawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Oleh :

TRI AYU MELANI NIM. 051000046

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2004-2008

Yang telah dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

TRI AYU MELANI NIM.051000046

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Juni 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes dr.Achsan Harahap, MPH

NIP.131996168 NIP.130318031

Penguji II Penguji III

Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet, MPH drh.Rasmaliah, M.Kes

NIP. 130702002 NIP.390009523

Medan, Juli 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

(3)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung. Menurut WHO tahun 2001, dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler, terdapat 1,96% disebabkan oleh PJR. Menurut laporan Depkes RI tahun 2004, jumlah kematian akibat PJR sebesar 120 orang dari 1.604 penderita PJR yang dirawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 7,48%. Berdasarkan data dari rekam medik RSUP H.Adam Malik Medan dari tahun 2004-2008 tercatat 105 penderita PJR yang dirawat inap.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita PJR di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2004-2008. Populasi dan sampel sebanyak 105 orang (total sampling). Data dianalisa dengan uji Chi Square, dan Anova.

Ditemukan proporsi terbanyak pada kelompok umur 0-15 tahun (55,2%), perempuan (54,3%), suku Batak (41,0%), agama Islam (62,8%), pendidikan SD/sederajat dan SLTP/sederajat (33,3%), tidak bekerja (62,9%), berasal dari luar kota Medan (56,2%). Sensitivitas keluhan sesak napas (89,5%), riwayat penyakit infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A (100%), klasifikasi PJR dengan keadaan berat (37,1%), penatalaksanaan non bedah (100%), rata-rata lama rawatan 12,50 hari (13 hari), sumber pembiayaan Askes (60%), Pulang Berobat Jalan (78,1%). Klasifikasi PJR pada keadaan berat dengan CFR 23,1%, lama rawatan rata-rata 3 hari dengan (36,3%).

Hasil uji Chi-square diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan antara umur berdasarkan jenis kelamin (p=0,170), antara umur berdasarkan klasifikasi PJR (p=0,972), antara klasifikasi PJR berdasarkan jenis kelamin (p=0,272), antara klasifikasi PJR berdasarkan daerah asal (p=0,251), dan berdasarkan sumber pembiayaan (p=0,592). Hasil uji Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,068).

Pihak RSUP H.Adam Malik Medan khususnya para dokter disarankan agar memotivasi pasien agar tetap memeriksakan diri untuk terus mendapatkan pengobatan. Selain itu, pihak RSUP H. Adam Malik Medan diharapkan melengkapi sistem pencatatan pada rekam medis khususnya yang berkaitan dengan PJR, seperti riwayat penyakit keluarga, umur terdeteksi PJR, dan lama menderita PJR.

(4)

ABSTRACT

Rheumatic Heart Diseases (RHD) is a heart disease that caused by unfinished symptoms (sekuele) from rheumatic fever, which is marked by the occurrence of heart valve defects. According to WHO reports in 2001, of all deaths due to cardiovasculer disease, 1,96% of them are caused by RHD. According to the Health Department Republic of Indonesia in 2004, the number of deaths due to RHD is 120 people from 1.604 RHD patients hospital stay treated in all hospitals in Indonesia with a Case Fatality Rate (CFR) 7,48%. Based on data from medical record H. Adam Malik Central General Hospital Medan from years 2004-2008 recorded 105 people RHD hospital stay treated.

This research type is a descriptive with case series design which the aims is to find out the characteristics of RHD in RSUP H. Adam Malik Medan 2004-2008. The population and sample research is 105 people (total sampling). Data analyzed with the Chi Square test and Anova.

Highest proportion found in the age group 0-15 years (55,2%), women (54,3%), Batak tribe (41,0%), Moslem (62,8%), elementary education / equivalent and Junior High School / equal (33,3%), does not have occupation (62,9%), patients from outside of Medan city (56,2%). Sensitivity of Asphyxia symptom (89,5%), patients with hemolitycus beta Streptococcus group A disease infection history (100%), classification of RHD with a seriously condition (37,1%), non-surgical treatment (100%), average hospital stay treatment is 12,50 days (13 days), financing by Askes (60%), clinical recovery out patient (78,1%). Classification of RHD with a seriously condition with CFR 23,1%, average length of stay 3 days (36,3%).

Chi-square test shows that there is no significant differences of age based on gender (p=0,170), age based on classification of RHD (p=0,972), classification of RHD based on gender (p=0,272),classification of RHD based on original region (p=0,251), and based on financing (p=0,592). Anova test shows that there is no significant difference in average length of stay based on patient when back home condition ( p = 0,068).

H. Adam Malik Central General Hospital Medan, especially the doctors suggested that motivate patients to stay to continue to get the control treatment. In addition, H. Adam Malik Central General Hospital Medan is expected to complete the registration systems in the medical record, especially that related to RHD, such as family history of disease, age detected RHD, and how long the patients got RHD.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Ayu Melani

Tempat/Tanggal Lahir : Kedai Durian/18 Mei 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) Orang Bersaudara

Alamat : Jl. Perwira No.12 Medan 20355

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1994 – 1999 : SD Negeri No.101797

2. Tahun 1999 – 2002 : SMP Negeri 2 Delitua

3. Tahun 2002 – 2005 : SMA Negeri 13 Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, atas berkah dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Karakteristik Penderita Jantung Rematik (PJR) Yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. David H.Simanjuntak, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku ketua Departemen

Epidemiologi FKM USU.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan

bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan

(7)

6. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Penguji I yang

telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan

skripsi ini.

7. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan sumbangan pikiran dan masukan demi kesempurnaan penulisan

skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di FKM USU.

9. Kepala bagian Rekam Medik RSUP H.Adam Malik Medan dan seluruh staf

Litbang yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.

10.Kepada Ayahanda tercinta Senimin dan Ibunda tercinta Sumiasih, bang

Septian Hadi, Amd., kak Nining, dan keponakanku Rafa, serta seluruh

keluarga yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

11.Teman-temanku : Yunni, melinda, dewi, kiki, siska, welly, rahmi, ade, yuni

dan seluruh rekan peminatan epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas perhatian dan kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan... i

Abstrak... iia Abstract... iib Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel...x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Perumusan Masalah ...4

1.3.Tujuan ...4

1.3.1. Tujuan Umum ...4

1.3.2. Tujuan Khusus ...4

1.4.Manfaat Penelitian ...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Jantung ...7

2.2. Sifat-Sifat Otot Jantung...10

2.3. Denyut Jantung ...10

2.4.Penyakit Jantung Rematik (PJR)...10

2.4.1. Definisi PJR ...10

2.4.2. Klasifikasi PJR ...11

2.5.Epidemiologi PJR ...13

2.5.1. Distribusi Frekuensi ...13

2.5.2. Faktor Resiko ...14

2.6.Pencegahan PJR ...25

2.6.1. Pencegahan Primordial...25

2.6.2. Pencegahan Primer...25

2.6.3. Pencegahan Sekunder...26

2.6.4. Pencegahan Tertier...28

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ...29

(9)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian...34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...34

4.2.1. Lokasi Penelitian...34

4.2.2. Waktu Penelitian ...34

4.3. Populasi dan Sampel ...34

4.3.1. Populasi ...34

4.3.2. Sampel...35

4.4.Metode Pengumpulan Data ...35

4.5.Teknik Analisis Data...35

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Sosiodemografi Penderita PJR...36

5.5. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu ...39

5.6. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga ...39

5.11. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...42

5.11.1. CFR Penderita PJR Berdasarkan Tahun ...42

5.11.2. Umur Rata-Rata Penderita PJR yang Meninggal...43

5.11.3. CFR Penderita PJR Berdasarkan Umur ...44

5.11.4. CFR Penderita PJR Berdasarkan Jenis Kelamin...44

5.11.5. CFR Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR...45

(10)

5.12. Analisa Statistik ...46 Keadaan Sewaktu Pulang...52

5.12.8. Sumber Pembiayaan Penderita PJR Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...53

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Sosiodemografi ...54

6.1.1. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Umur ...54

6.1.2. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Jenis Kelamin ...55

6.1.3. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Suku...56

6.1.4. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Agama ...57

6.1.5. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Pendidikan...58

6.1.6. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Pekerjaan ....60

6.1.7. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Daerah Asal ...61

6.1.8. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keluhan Utama ...62

6.1.9. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu ...63

6.1.10.Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR ...64

6.1.11.Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ...65

6.1.12.Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata...65

6.1.13.Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sumber Pembiayaan ...66

6.1.14.Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...67

6.1.15.CFR Berdasarkan Tahun ...68

(11)

6.2. Analisa Statistik ...70

6.2.1. Umur Berdasarkan Jenis Kelamin...70

6.2.2. Umur Berdasarkan Klasifikasi PJR...71

6.2.3. Klasifikasi PJR Berdasarkan Jenis Kelamin ...72

6.2.4. Klasifikasi PJR Berdasarkan Daerah Asal ...73

6.2.5 Klasifikasi PJR Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ...74

6.2.6. Klasifikasi PJR Berdasarkan Sumber Pembiayaan ...75

6.2.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita PJR Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...76

6.2.8. Sumber Pembiayaan Penderita PJR Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...78

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ...79

7.2. Saran...81

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Jones (Update 1992) ... 20

Tabel 2.2. Pedoman Tirah Baring dan Rawat Jalan pada Pasien

Demam Rematik... 28

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sosiodemografi

di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 36

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Kelhuan Utama

di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 38

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR

di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 40

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Lama Rawatan

Rata-Rata di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 41

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sumber

Pembiayaan di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 41

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008.... 42

Tabel 5.7. CFR Penderita PJR Berdasarkan Tahun di RSUP H.Adam Malik

Medan Tahun 2004-2008 ... 42

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Umur Rata-Rata Penderita PJR yang

Meninggal di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 43

Tabel 5.9. CFR Penderita PJR yang Meninggal Berdasarkan Umur di RSUP

H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 44

Tabel 5.10. CFR Penderita PJR yang Meninggal Berdasarkan Jenis Kelamin

Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 44

Tabel 5.11. CFR Penderita PJR yang Meninggal Berdasarkan Klasifikasi PJR

Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 45

Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita PJR yang Meninggal di

(13)

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJR Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 46

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 47

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan Jenis Kelamin

di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 48

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan Daerah Asal

Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 49

Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008.... 50

Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan Sumber

Pembiayaan di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 51

Tabel 5.19. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita PJR Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2004-2008 ... 52

Tabel 5.20. Sumber Pembiayaan Penderita PJR Berdasarkan Keadaan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Jantung ... 9

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Umur yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 54 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Jenis

Kelamin yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 55 Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Suku

yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 56 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Agama

yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 57 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan

Pendidikan yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2004-2008 ... 59 Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan

Pekerjaan yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 60 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Daerah

Asal yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 61 Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan

Keluhan Utama yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 62 Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan

Klasifikasi PJR yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 64 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sumber

Pembiayaan yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 66 Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang yang di Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 67 Gambar 6.12. Diagram Line CFR Penderita PJR Berdasarkan Tahun yang Dirawat

Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 68 Gambar 6.13. Diagram Bar CFR Berdasarkan Klasifikasi PJR yang Dirawat Inap di

RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 69 Gambar 6.14. Diagram Bar Umur Penderita PJR Berdasarkan Jenis Kelamin yang

(15)

Gambar 6.15. Diagram Bar Umur Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008... 71 Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan Jenis

Kelamin yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 72 Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proorsi Klasifikasi PJR Berdasarkan Daerah

Asal yang dirawat Inap di RSUP H.adam Malik Medan

Tahun 2004-2008 ... 73 Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUP

H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 74 Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Klasifikasi PJR Berdasarkan

Sumber Pembiayaan yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 75 Gambar 6.20. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita PJR Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang yang di Rawat Inap di RSUP

H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 ... 77

Gambar 6.21. Diagram Bar Sumber Pembiayaan Penderita PJR Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang yang di Rawat Inap di RSUP

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kombinasi Keluhan Utama Penderita PJR Yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

Lampiran 2 Master Data Penderita PJR yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada beban ganda, di satu

pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

masih banyak kasus belum terselesaikan, bahkan beberapa penyakit menular yang

semula dapat dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak mengenal

batas-batas daerah maupun batas-batas antar negara. Di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus

penyakit tidak menular, yaitu penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit

degeneratif.1

Sejarah perkembangan epidemiologi diawali dengan perhatian yang lebih

besar terhadap penyakit menular daripada penyakit tidak menular. Namun perubahan

pola struktur masyarakat agraris beralih ke masyarakat industri banyak memberi andil

terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang pada gilirannya

dapat memacu semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Oleh karena itu

epidemiologi dituntut untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular

karena penyakit tersebut mulai meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat.2

Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 terjadi 55.694.000 kematian di dunia, 59% di antaranya akibat penyakit tidak menular dan sisanya oleh

penyakit menular. Di Asia Tenggara pada tahun 2001 terdapat 49,7% kematian akibat

(18)

Laporan WHO tahun 2001 menunjukkan bahwa Proportional Mortality Ratio

(PMR) akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 29,3% dari seluruh kematian di dunia.

Perincian PMR akibat penyakit kardiovaskuler tersebut adalah penyakit jantung

koroner (43,08%), stroke (32,92%), penyakit jantung hipertensi (5,44%), penyakit

radang jantung (2,41%), penyakit jantung rematik (1,96%), dan penyakit jantung

lainnya (14,19%)4

Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat

adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR), yang ditandai dengan

terjadinya cacat katup jantung.Prevalens DR di negara berkembang pada tahun 1992

berkisar antara 7,9 sampai 12,6 per 1.000 anak sekolah (dengan umur 5-15 tahun).

Data insidens DR di Amerika Tengah tahun 1992 terdapat 1 per 100.000 penduduk

dan di Cina terdapat 150 per 100.000 penduduk.5

Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva pada tahun 2001, angka kematian untuk PJR sebesar 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju dan 8,2 per

100.000 penduduk di negara berkembang. Pada tahun 2001 di Asia Tenggara, angka

kematian akibat PJR sebesar 7,6 per 100.000 penduduk. Di India pada tahun

1992-1993, prevalens PJR sebesar 1,9-4,8 per 1.000 anak sekolah (dengan umur 5-15

tahun). Sedangkan di Nepal (1997) dan Sri Lanka (1998) prevalens PJR

masing-masing sebesar 1,2 per 1000 anak sekolah dan 6 per 1000 anak sekolah.5

Menurut laporan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular

(Dit PPTM) Depkes RI tahun 2004, dari 1.604 penderita PJR yang dirawat inap di

seluruh rumah sakit di Indonesia, terdapat 120 orang yang meninggal akibat PJR

(19)

Berdasarkan penelitian Prasodo (1993), 15% dari 5.210 penderita jantung

yang berobat di Poli Jantung Anak RSU Dr. Soetomo pada periode tahun 1969-1992

didiagnosis sebagai PJR. Penelitian Ramli (1993) memperoleh kasus PJR sebesar

21,5% dari semua penyakit jantung yang dirawat inap pada tahun 1988-1992 di RSU

Dr. Soetomo, Surabaya.7 Pada dokumen medis RSUP Dr. Sardjito tahun 1993,

ditemukan kasus PJR sebesar 8,3% dari seluruh penderita kelainan jantung.8

Penelitian Hendry (1995) menemukan kasus PJR sebesar 13,18% dari seluruh

penderita penyakit jantung yang berobat jalan di Poli Kardiologi Dewasa RSU Dr.

Soetomo pada tahun 1995. Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, data pada

tahun 1996 selama periode Januari-Juli terdapat 22% dari seluruh penderita yang

dirawat di ruang kardiologi RSU Dr. Soetomo adalah penderita PJR.7

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di RSUP H.Adam Malik

Medan dari tahun 2004-2008 tercatat 105 penderita PJR yang dirawat inap dengan

rincian, pada tahun 2004 sebanyak 12 orang, tahun 2005 sebanyak 8 orang, tahun

2006 sebanyak 30 orang, tahun 2007 sebanyak 31 orang, dan tahun 2008 sebanyak

24 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

karakteristik penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2004-2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2004-2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,

daerah asal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan keluhan

utama.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan umur

terdeteksi PJR.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan lama

menderita PJR.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan riwayat

penyakit terdahulu.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan riwayat

(21)

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan klasifikasi

PJR.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan

penatalaksanaan medis.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan lama

rawatan rata-rata.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR sumber pembiayaan

penderita PJR.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJR berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

l. Untuk mengetahui CFR penderita PJR berdasarkan tahun.

m. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita PJR yang meninggal.

n. Untuk mengetahui CFR penderita PJR berdasarkan umur.

o. Untuk mengetahui CFR penderita PJR berdasarkan jenis kelamin.

p. Untuk mengetahui CFR penderita PJR berdasarkan klasifikasi PJR.

q. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita PJR yang meninggal.

r. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis kelamin

penderita PJR.

s. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita PJR berdasarkan

klasifikasi PJR.

t. Untuk mengetahui perbedaan proporsi klasifikasi PJR berdasarkan jenis

(22)

u. Untuk mengetahui perbedaan proporsi klasifikasi PJR berdasarkan daerah

asal.

v. Untuk mengetahui perbedaan proporsi klasifikasi PJR berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

w. Untuk mengetahui perbedaan proporsi klasifikasi PJR berdasarkan sumber

pembiayaan.

x. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

y. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber pembiayaan berdasarkan

keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUP H. Adam Malik Medan tentang

karakteristik penderita PJR yang dirawat inap tahun 2004-2008 sehingga

dapat berguna dalam menyediakan fasilitas pengobatan yang lebih baik

bagi penderita PJR.

1.4.2. Sebagai sumber informasi atau referensi bagi pihak lain yang ingin

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Jantung

Jantung adalah organ muskular yang berlubang yang berfungsi sebagai pompa

ganda sistem kardiovaskuler. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru sedangkan

sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh tubuh.9

Jantung merupakan organ yang terdiri atas beberapa lapisan, seperti

perikardium, miokardium, dan endokardium. Perikardium terdiri atas lapisan viseral

bagian dalam yang menutupi jantung dan lapisan parietal luar yang membentuk

kantung perikardium.10 Permukaan jantung yang diliputi oleh lapisan viseral disebut

dengan epikardium, yang meluas sampai beberapa sentimeter di atas pangkal aorta

dan arteri pulmonal yang selanjutnya akan berefleksi menjadi lapisan parietal.11

Miokardium terdiri atas serat otot lurik mengandung miofibril yang terdiri

dari unit kontraktil berulang secara serial yang disebut sarkomer.10 Lapisan ini

merupakan otot utama jantung yang melaksanakan pemompaan untuk mensirkulasi

darah.9 Endokardium merupakan lapisan yang membatasi permukaan dalam ruang

jantung dan katup jantung.10

Jantung mempunyai 4 ruang yang terdiri dari atrium kanan, ventrikel kanan,

atrium kiri, dan ventrikel kiri. Atrium kanan adalah tempat mengalirnya darah vena

(24)

Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur

keluar. Ruang alur masuk ventrikel kanan dibatasi oleh katup trikuspid trabekel

naterior dan dinding inferior ventrikel kanan berbentuk corong yang disebut dengan

infundibulum atau kanus arteiosus.11 Ventrikel kanan ini memiliki ketebalan dinding

kurang dari 0,5 cm.10

Atrium kiri memiliki tebal dinding 3 mm, sedikit lebih tebal daripada dinding

atrium kanan dan menerima darah dari 4 vena pulmonal yang bermuara pada dinding

postero superior atau postero lateral. Ventrikel kiri berbentuk lonjong dan tebalnya

adalah 2-3 kali lipat dinding ventrikel kanan, sehingga menempati 75 % massa otot

jantung seluruhnya.11

Jantung mempunyai empat katup utama yang terbuat dari jaringan

endokardium. Katup merupakan bangunan mirip penutup yang membuka dan

menutup sebagai respon terhadap pemompaan jantung. Katup terletak pada daerah

jantung, seperti katup bikuspidal (antara atrium kanan dan ventrikel kanan), katup

pulmonal (antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal), katup mitral (antara atrium

(25)

a. Gambar jantung bagian dalam

b. Gambar jantung bagian luar

(26)

2.2. Sifat-Sifat Otot Jantung

Otot jantung mempunyai sifat-sifat khas, seperti ritme, konduktivitas (daya

shantar), dan kontraksi. Ritme merupakan kesanggupan otot jantung secara otomatis

dan periodik untuk mengadakan rangsangan. Konduktivitas (daya hantar) adalah

kesanggupan otot jantung menghantarkan rangsang melalui jaringan khusus maupun

miokard. Kontraksi merupakan kesanggupan otot jantung memompa darah yang

masuk sewaktu diastol keluar dari ruang jantung.11

2.3. Denyut Jantung

Pada orang dewasa denyut jantung rata-rata 70 kali per menit dan memompa

darah 70 mililiter setiap denyut. Denyut jantung tersebut dapat menurun pada waktu

tidur sebanyak 10-20 kali per menit dan dapat meningkat dalam keadaan emosi

sampai mencapai di atas 100 kali. Sedangkan pada waktu banyak bergerak kecepatan

jantung dapat menjadi 150 kali per menit dengan volume denyutan lebih dari 150

mililiter yang membuat daya pompa jantung sampai 10-20 liter setiap menit.13

2.4. Penyakit Jantung Rematik (PJR) 2.4.1. Definisi PJR

Menurut WHO, Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah cacat jantung akibat

karditis rematik.14 Menurut Afif. A (2008), Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah

penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik

(27)

Definisi lain mengatakan bahwa Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah hasil

dari DR, yang merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi 2-3 minggu setelah infeksi

streptococcus beta hemolitycus grup A pada saluran nafas bagian atas.15

2.4.2. Klasifikasi PJR

PJR lebih sering terjadi pada penderita yang menderita keterlibatan jantung

yang berat pada serangan DR akut.16 PJR kronik dapat ditemukan tanpa adanya

riwayat DR akut. Hal ini terutama didapatkan pada penderita dewasa dengan

ditemukannya kelainan katup. Kemungkinan sebelumnya penderita tersebut

mengalami serangan karditis rematik subklinis, sehingga tidak berobat dan tidak

didiagnosis pada stadium akut.10 Kelainan katup yang paling sering ditemukan adalah

pada katup mitral, kira-kira tiga kali lebih banyak daripada katup aorta.16

Klasifikasi PJR memiliki 4 (empat) bagian, di antaranya insufisiensi mitral,

stenosis mitral, insufisiensi aorta, dan stenosis aorta.

a. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi Mitral)

Insufisiensi mitral merupakan lesi yang paling sering ditemukan pada masa

anak-anak dan remaja dengan PJR kronik. Pada keadaan ini bisa juga terjadi

pemendekan katup, sehingga daun katup tidak dapat tertutup dengan sempurna.16

Penutupan katup mitral yang tidak sempurna menyebabkan terjadinya regurgitasi

darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri selama fase sistol. Pada kelainan ringan tidak

terdapat kardiomegali, karena beban volume maupun kerja jantung kiri tidak

bertambah secara bermakna. Hal ini bisa dikatakan bahwa insufisiensi mitral

merupakan klasifikasi ringan, karena tidak terdapat kardiomegali yang merupakan

(28)

Tanda-tanda fisik insufisiensi mitral utama tergantung pada keparahannya.

Pada penyakit ringan, tanda-tanda gagal jantung tidak akan ada. Pada insufisiensi

berat, terdapat tanda-tanda gagal jantung kongestif kronis, meliputi kelelahan, lemah,

berat badan turun, pucat.18

b. Stenosis Mitral

Stenosis mitral merupakan kelainan katup yang paling sering diakibatkan oleh

PJR.8 Perlekatan antar daun-daun katup, selain dapat menimbulkan insufisiensi mitral

(tidak dapat menutup sempurna) juga dapat menyebabkan stenosis mitral (tidak dapat

membuka sempurna). Ini akan menyebabkan beban jantung kanan akan bertambah,

sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan yang dapat menyebabkan gagal jantung

kanan. Dengan terjadinya gagal jantung kanan, stenosis mitral termasuk ke dalam

kondisi yang berat.17

c. Insufisiensi Aorta (Regurgitasi Aorta)

PJR menyebabkan sekitar 50% kasus regurgitasi aorta. Pada sebagian besar

kasus ini terdapat penyakit katup mitralis serta stenosis aorta.10 Regurgitasi aorta

dapat disebabkan oleh dilatasi aorta, yaitu penyakit pangkal aorta.19 Kelainan ini

dapat terjadi sejak awal perjalanan penyakit akibat perubahan-perubahan yang terjadi

setelah proses radang rematik pada katup aorta. Insufisiensi aorta ringan bersifat

asimtomatik. Oleh karena itu, insufisiensi aorta juga bisa dikatakan sebagai

klasifikasi PJR yang ringan. Tetapi apabila penderita PJR memiliki insufisiensi mitral

dan insufisiensi aorta, maka klasifikasi tersebut dapat dikatakan sebagai klasifikasi

(29)

aorta memiliki peluang untuk menjadi klasifikasi berat, karena dapat menyebabkan

gagal jantung.17

d. Stenosis aorta

Stenosis aorta adalah obstruksi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta di

mana lokasi obstruksi dapat terjadi di valvuler, supravalvuler, dan subvalvuler.

Gejala-gejala stenosis aorta akan dirasakan penderita setelah penyakit berjalan lanjut

termasuk gagal jantung dan kematian mendadak. Pemeriksaan fisik pada stenosis

aorta yang berat didapatkan tekanan nadi menyempit dan lonjakan denyut arteri

melambat.7

2.5. Epidemiologi PJR 2.5.1. Distribusi Frekuensi

Angka kesakitan Penyakit Jantung dan pembuluh Darah (PJPD) di Amerika

Serikat pada tahun 1996, dilaporkan hampir mencapai 60 juta penderita, di mana 1,8

juta di antaranya menderita PJR.20 Statistik rumah sakit di negara berkembang pada

tahun 1992 menunjukkan sekitar 10-35% dari penderita penyakit jantung yang masuk

ke rumah sakit adalah penderita DR dan PJR.5

Insidens PJR tertinggi dilaporkan terjadi pada suku Samoan di Kepulauan

Hawaii sebesar 206 penderita per 100.000 penduduk pada periode tahun 1980-1984.7

Prevalens PJR di Ethiopia (Addis Ababa) tahun 1999 adalah 6,4 per 100.000

penduduk pada kelompok usia 5-15 tahun.19 Dari klasifikasi PJR, yakni stenosis

mitral, ditemukan perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki dengan

(30)

2.5.2. Faktor Risiko

Faktor risiko yang berpengaruh pada timbulnya PJR dibagi menjadi faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, antara lain :

a. Demam Rematik (DR) a.1. Definisi DR

Menurut WHO, definisi DR adalah sindrom klinis sebagai salah satu

akibat infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A, yang ditandai oleh satu atau lebih manifestasi mayor (karditis, poliartritis, chorea, nodul subkutan, dan

eritema marginatum) dan mempunyai ciri khas untuk kambuh kembali.14

Menurut Stollerman, DR adalah penyakit radang yang terjadi akibat

sekuele akhir infeksi faring dengan Streptococcus beta hemolitycus grup A. Penyakit ini terutama mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, kulit, dan jaringan

subkutan.19

a.2. Etiologi DR

Infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya DR, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.

Untuk menyebabkan serangan DR, Streptococcus beta hemolitycus grup A harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superfisial.16 Strain

tertentu dari Streptococcus beta hemolitycus grup A terdiri dari antigen membran sel yang mengadakan reaksi silang dengan antigen jaringan jantung manusia. Serum dari

(31)

a.3. Patogenesis

Beberapa penelitian berpendapat bahwa DR yang mengakibatkan PJR

terjadi akibat sensitisasi dari antigen Streptococcus beta hemolitycus grup A sesudah 1-4 minggu infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A di faring.17Streptococcus

adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, berdiameter 0,5-1 mikron dan

mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama

pertumbuhannya. 21,22

Streptococcus beta hemolitycus grup A ini terdiri dari dua jenis, yaitu

hemolitik dan non hemolitik. Yang menginfeksi manusia pada umumnya jenis

hemolitik.22

Lebih kurang 95% pasien menunjukkan peninggian titer antistreptolisin O

(ASTO), antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B) yang merupakan dua jenis tes yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A.18

DR merupakan manifestasi yang timbul akibat kepekaan tubuh yang

berlebihan (hipersensitivas) terhadap beberapa produk yang dihasilkan oleh

Streptococcus beta hemolitycus grup A. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang adanya reaksi silang antibodi terhadap Streptococcus beta hemolitycus grup Adengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen Streptococcus beta hemolitycus grup A. Hal inilah yang menyebabkan reaksi autoimun.17

Dalam keadaan normal, sistem imun dapat membedakan antigen tubuh sendiri

dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self antigen, tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi autoimun.

(32)

Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibodi yang dibentuk disebut

autoantibodi.

Reaksi autoantibodi dan autoantigen yang menimbulkan kerusakan jaringan

dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidak disertai

gejala klinis disebut fenomena autoimun.23 Oleh karena itu pada umumnya para ahli

sependapat bahwa DR termasuk dalam panyakit autoimun.17

a.4. Manifestasi Klinis DR

Demam Rematik (DR) akut terdiri dari sejumlah manifestasi klinis, di

antaranya artritis, karditis, chorea, nodulus subkutan, dan eritema marginatum.

Berbagai manifestasi ini cenderung terjadi bersama-sama dan dapat dipandang

sebagai sindrom, yaitu manifestasi ini terjadi pada pasien yang sama, pada saat yang

sama atau dalam urutan yang berdekatan.

Manifestasi klinis ini dapat dibagi menjadi manifestasi klinis mayor dan

manifestasi klinis minor, yaitu :

a.4.1. Manifestasi Klinis Mayor

Manifestasi klinis mayor terdiri dari artritis, karditis, chorea, eritema

marginatum, dan nodul subkutan. Artritis adalah gejala mayor yang sering ditemukan

pada DR akut. Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat 12-24 jam

yang diikuti dengan reaksi radang.18

Biasanya mengenai sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku,

pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala-gejala radang seperti

(33)

Kelainan pada tiap sendi akan menghilang sendiri tanpa pengobatan dalam

beberapa hari sampai 1 minggu dan seluruh gejala sendi biasanya hilang dalam waktu

5 minggu, tanpa gejala sisa apapun.17

Karditis merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokardium,

miokardium, dan perikardium. Dapat salah satu saja, seperti endokarditis,

miokarditis, dan perikarditis. Endokarditis dapat menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan pada daun katup menyebabkan terdengarnya bising yang berubah-ubah.

Ini menandakan bahwa kelainan yang ditimbulkan pada katup belum menetap.

Miokarditis ditandai oleh adanya pembesaran jantung dan tanda-tanda gagal jantung.

Sedangkan perikarditis adalah nyeri pada perikardial. Bila mengenai ketiga lapisan

sekaligus disebut pankarditis.

Karditis ditemukan pada sekitar 50% pasien DR akut. Gejala dini karditis

adalah rasa lelah, pucat, tidak bergairah, dan anak tampak sakit meskipun belum ada

gejala-gejala spesifik. Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada DR akut,

dan dapat menyebabkan kematian selama stadium akut penyakit. Diagnosis klinis

karditis yang pasti dapat dilakukan jika satu atau lebih tanda berikut ini dapat

ditemukan, seperti adanya perubahan sifat bising jantung organik, ukuran jantung

yang bertambah besar, terdapat tanda perikarditis, dan adanya tanda gagal jantung

kongestif.16,17,19,24

Chorea merupakan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai oleh

gerakan tiba-tiba, tanpa tujuan, dan tidak teratur, seringkali disertai kelemahan otot

dan emosi yang tidak stabil. Gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah dan

(34)

Chorea biasanya muncul setelah periode laten yang panjang, yaitu 2-6

bulan setelah infeksi streptococcus dan pada waktu seluruh manifestasi demam rematik lainnya mereda. Chorea ini merupakan satu-satunya manifestasi klinis yang

memilih jenis kelamin, yakni dua kali lebih sering pada anak perempuan

dibandingkan pada laki-laki.16,18,19

Eritema marginatum merupakan manifestasi DR pada kulit, berupa

bercak-bercak merah muda dengan bagian tengahnya pucat sedangkan tepinya

berbatas tegas, berbentuk bulat atau bergelombang, tidak nyeri, dan tidak gatal.

Tempatnya dapat berpindah-pindah, di kulit dada dan bagian dalam lengan atas atau

paha, tetapi tidak pernah terdapat di kulit muka. Eritema marginatum ini ditemukan

kira-kira 5% dari penderita DR dan merupakan manifestasi mayor yang sukar

didagnosis.17,18,25

Nodul subkutan merupakan manifestasi mayor DR yang terletak di bawah

kulit, keras, tidak terasa sakit, mudah digerakkan, berukuran antara 3-10 mm. Kulit di

atasnya dapat bergerak bebas. Biasanya terdapat di bagian ekstensor persendian

terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. Nodul ini timbul selama 6-10

minggu setelah serangan DR akut.10,17,19

a.4.2. Manifestasi Klinis Minor

Manifestasi klinis minor merupakan manifestasi yang kurang spesifik tetapi

diperlukan untuk memperkuat diagnosis demam rematik. Manifestasi klinis minor ini

(35)

Demam hampir selalu ada pada poliartritis rematik. Suhunya jarang melebihi

39°C dan biasanya kembali normal dalam waktu 2 atau 3 minggu, walau tanpa

pengobatan. Artralgia adalah nyeri sendi tanpa tanda objektif pada sendi, seperti

nyeri, merah, hangat, yang terjadi selama beberapa hari/minggu. Rasa sakit akan

bertambah bila penderita melakukan latihan fisik. Gejala lain adalah nyeri perut dan

epistaksis, nyeri perut kadang-kadang menyerupai appendisitis akut. Sedangkan

epistaksis ini membuat penderita kelihatan pucat dan epistaksis berulang merupakan

tanda subklinis dari DR.16,17,26

a.5. Prognosis

Morbiditas DR akut berhubungan erat dengan derajat keterlibatan jantung.

Mortalitas sebagian besar juga akibat karditis berat. Profilaksis sekunder yang efektif

mencegah kambuhnya DR akut hingga mencegah jantung semakin memburuk.

Dengan kata lain, profilaksis dapat memberikan prognosis yang baik, bahkan pada

penderita penyakit jantung yang berat.16

Oleh karena itu, prognosis demam rematik ditentukan oleh (1) beratnya

penyakit akut; (2) persebaran ke jantung; (3) usia pasien DR akut, pada anak berusia

< 5 tahun memiliki resiko tertinggi terhadap timbulnya karditis; (4) rekurensi,

semakin besar jumlah rekurensi semakin tinggi insidens PJR kronis yang terjadi.10

Hal ini merupakan alasan pemberian terapi profilaktik penisilin jangka

(36)

a.6. Diagnosis

DR akut ditandai oleh berbagai manifestasi klinis dan uji laboratorium.

Oleh karena itu diagnosis DR didasarkan pada gabungan gejala dan tanda klinis serta

kelainan laboratorium. Diagnosis DR tersebut ditetapkan pada tahun 1944 oleh Dr. T.

Duchett Jones, yang disebut dengan Kriteria Jones. Beliau menyusun kriteria

sistematik untuk menegakkan diagnosis DR.17

Setelah itu, kriteria ini dimodifikasi pada tahun 1955, selanjutnya direvisi

tahun 1965, kemudian diedit tahun 1984, dan terakhir tahun 1992 oleh “Special Writing Group of the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki Disease of the Council on Cardiovascular Disease in the Young of the American Heart Association” melakukan updateKriteria Jones yang telah dimodifikasi, direvisi dan diedit selama beberapa tahun dan disebut sebagai Kriteria Jones Update dan

digunakan untukmenegakkan diagnosis DR sampai saat ini.5

Tabel 2.1. Kriteria Jones (Update 1992)

Manifestasi Mayor Manifestasi Minor

Karditis

Riwayat pernah menderita DR

Laboratorium : Reaksi fase akut :

- Laju Endapan Darah (LED)

meninggi

(37)

Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus beta hemolitycus

grup A sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes

serologi ASTO dan anti DNA-ase B. Bila terdapat adanya infeksi streptococcus beta hemolitycus grup A sebelumnya maka diagnosis DR didasarkan atas adanya : (1) Dua gejala mayor; dan (2) Satu gejala mayor dengan dua gejala minor.18

a.7. Pemeriksaan Laboratorium

Terdapat tiga golongan uji laboratorium yang berguna untuk diagnosis

DR apabila digunakan dengan manifestasi klinis. Golongan pertama meliputi uji

radang jaringan akut, yakni reaktan fase akut. Golongan kedua adalah uji

bakteriologis dan serologis yang membuktikan infeksi streptococcus beta hemolitycus

grup A sebelumnya. Golongan ketiga adalah pemeriksaan radiologis,

elektrokardiologis, dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.16

Pada golongan pertama (reaktan fase akut), uji yang biasa digunakan adalah

leukosit perifer, Laju Endapan Darah (LED), dan Protein C-reaktif (PCR). Uji

leukosit perifer merupakan uji yang berubah-ubah dan tidak bisa diandalkan, karena

sebagian besar penderita DR akut mempunyai jumlah leukosit yang normal. Uji LED

berguna dalam memantau perjalanan penyakit. Namun pada gagal ginjal LED dapat

menurun sampai normal. Sedangkan uji PCR merupakan protein yang muncul dalam

serum selama proses radang tertentu. PCR tidak dipengaruhi oleh gagal jantung,

sehingga merupakan tanda yang lebih tepat untuk adanya jaringan radang dan tingkat

(38)

Pada golongan kedua, yaitu uji untuk diagnosis infeksi streptococcus. Uji yang sering digunakan adalah uji antistreptolisin O (ASTO) dan uji

antideoksiribonuklease B (anti-DNAse B).16

Pada uji ASTO dan anti-DNAse B dapat ditunjukkan adanya infeksi

streptococcus beta hemolitycus grup A, bila terjadi peningkatan titer ASTO dan anti-DNAse B. Titer ASTO positif bila besarnya 210 Todd pada orang dewasa dan 320

Todd pada anak-anak. Sedangkan titer pada anti-DNAse B 120 Todd untuk orang

dewasa dan 240 Todd untuk anak-anak.18

Pada golongan ketiga terdapat pemeriksaan radiologis, elektrokardiologis, dan

ekokardiogafi. Pada pemeriksaan foto dada polos tidak menunjukkan adanya suatu

kelainan, akan tetapi dapat dijumpai pembesaran jantung, yang menunjukkan

kemungkinan adanya efusi perikardial.25

Pada pemeriksaan elektrokardiografi berguna dalam diagnosis dan tata

laksana karditis rematik akut. Pemanjangan interval P-R pada DR akut terjadi pada

28-40% penderita, sehingga berguna untuk diagnosis DR.

Sedangkan pada pemeriksaan ekokardiografi dapat membantu penilaian jenis

dan derajat kelainan jantung. Pada penderita DR akut, ekokardiografi dapat

(39)

Faktor DR tersebut juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

di antaranya faktor genetik, umur, dan jenis kelamin.

Faktor genetik memiliki hubungan dengan kejadian DR yaitu dengan

terdapatnya beberapa orang dalam satu keluarga yang menderita penyakit ini, serta

fakta bahwa DR lebih sering mengenai saudara kembar monozigotik daripada kembar

dizigotik.14 Selain itu, PJR termasuk ke dalam penyakit yang disebabkan oleh reaksi

hipersensitivitas dari produk-produk yang dihasilkan oleh Streptococcus beta hemolitycus grup A.22 Konsep genetika ini diperkuat oleh penemuan yang mempergunakan teknologi yang canggih, yaitu bahwa pada penderita DR ditemukan

antigen HLA (Human Leucocyte Antygen) tertentu.14

Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya DR. Penyakit

ini paling sering mengenai anak berumur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar

umur 8 tahun. Distribusi ini sesuai dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah.14Prevalensi penyakit jantung rematik di Indonesia sebesar 0,3-0,8 per 100.000

penduduk usia 5-15 tahun.27

DR lebih sering didapatkan pada anak perempuan daripada laki-laki. Begitu

juga dengan kelainan katup sebagai gejala sisa PJR juga menunjukkan perbedaan

jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih sering

didapatkan pada perempuan, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan

(40)

Faktor ekstrinsik, antara lain :

a. Keadaan Sosial Ekonomi yang Buruk

Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor penting dalam terjadinya DR.

Golongan masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah dengan

segala manifestasinya, seperti ketidaktahuan, perumahan dan lingkungan yang buruk,

tempat tinggal yang berdesakan, dan pelayanan kesehatan yang kurang baik,

merupakan golongan yang paling rawan. Pengalaman di negara-negara yang sudah

maju menunjukkan bahwa angka kejadian DR akan menurun seiring dengan

perbaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat negara tersebut.21 Menurut penelitian

Mbeza, masyarakat yang hidup dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki

resiko 2,68 kali menderita DR (RR=2.68).28

b. Iklim dan Geografi

Penyakit DR ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi

daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi. Di daerah yang letaknya tinggi

mempunyai insidens DR lebih tinggi daripada di dataran rendah. Perubahan cuaca

yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas

meningkat, sehingga insidens DR juga meningkat.18 Pada musim hujan kemungkinan

(41)

2.6. Pencegahan PJR

2.6.1. Pencegahan Primordial

Tahap pencegahan ini bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang

sehat supaya tetap sehat dan terhindar dari segala macam penyakit termasuk penyakit

jantung. Untuk mengembangkan tubuh maupun jiwa serta memelihara kesehatan dan

kekuatan, maka diperlukan bimbingan dan latihan supaya dapat mempergunakan

tubuh dan jiwa dengan baik untuk melangsungkan hidupnya sehari-hari.

Cara tersebut adalah dengan menganut suatu cara hidup sehat yang mencakup,

memakan makanan dan minuman yang menyehatkan, gerak badan sesuai dengan

pekerjaan sehari-hari dan berolahraga, usaha menghindari dan mencegah terjadinya

stres, dan memelihara lingkungan hidup yang sehat.29

2.6.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ini ditujukan pada penderita DR. Terjadinya DR seringkali

disertai pula dengan adanya PJR akut sekaligus. Maka usaha pencegahan primer

terhadap PJR akut sebaiknya dimulai terutama pada pasien anak-anak yang menderita

penyakit radang oleh streptococcus beta hemolitycus grup A pada pemeriksaan THT (telinga, hidung, tenggorokan), di antaranya dengan melakukan pemeriksaan radang

pada anak-anak yang menderita radang THT, yang biasanya menyebabkan batuk,

(42)

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kuman apa yang menyebabkan radang

pada THT tersebut. Selain itu, dapat juga diberikan obat antiinfeksi, termasuk

golongan sulfa untuk mencegah berlanjutnya radang dan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya DR. Pengobatan antistreptokokus dan antirematik perlu

dilanjutkan sebagai usaha pencegahan primer terhadap terjadinya PJR akut.29

2.6.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ini dilakukan untuk mencegah menetapnya infeksi

streptococcus beta hemolitycus grup A pada bekas pasien DR. Pencegahan tersebut dilakukan dengan cara, di antaranya :

1. Eradikasi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A

Pemusnahan kuman Streptococcus harus segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan, yakni dengan pemberian penisilin dengan dosis 1,2 juta unit selama 10

hari. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin, dapat diganti dengan eritromisin

dengan dosis maksimum 250 mg yang diberikan selama 10 hari.

Hal ini harus tetap dilakukan meskipun biakan usap tenggorok negatif, karena

kuman masih ada dalam jumlah sedikit di dalam jaringan faring dan tonsil.16,17

2. Obat anti radang

Pengobatan anti radang cukup efektif dalam menekan manifestasi radang akut

demam reumatik, seperti salisilat dan steroid. Kedua obat tersebut efektif untuk

mengurangi gejala demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Lebih khusus lagi,

salisilat digunakan untuk demam rematik tanpa karditis dan steroid digunakan untuk

(43)

darah cepat menurun. Dosis dan lamanya pengobatan disesuaikan dengan beratnya

penyakit.17

3. Diet

Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada

sebagian besar kasus diberikan makanan dengan kalori dan protein yang cukup.

Selain itu diberikan juga makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas, dan serat

untuk menghindari konstipasi. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui

makanan dapat diberikan tambahan berupa vitamin atau suplemen gizi.17

4. Tirah baring

Semua pasien demam rematik akut harus tirah baring di rumah sakit. Pasien

harus diperiksa tiap hari untuk pengobatan bila terdapat gagal jantung. Karditis

hampir selalu terjadi dalam 2-3 minggu sejak dari awal serangan, sehingga

(44)

Tabel 2.2. Pedoman Tirah Baring dan Rawat Jalan Pada Pasien Demam Rematik.16

Status Karditis Penatalaksanaan

Tidak ada karditis

Karditis, tidak ada kardiomegali

Karditis dengan kardiomegali

Karditis dengan gagal jantung

Tirah baring selama 2 minggu dan selanjutnya rawat jalan selama 2 minggu dengan pemberian salisilat

Tirah baring selama 4 minggu dan selanjutnya rawat jalan selama 4 minggu

Tirah Baring selama 6 minggu dan selanjutnya rawat jalan selama 6 minggu

Tirah baring ketat selama masih ada gejala gagal jantung dan selanjutnya rawat jalan selama 3 bulan

2.6.4. Pencegahan Tertier

Pencegahan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, di mana

penderita akan mengalami klasifikasi dari PJR, seperti stenosis mitral, insufisiensi

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Untuk lebih mempermudah penulis dalam penelitian, maka dibuat kerangka

konsep penelitian yang mencakup semua variabel penelitian, seperti di bawah ini :

Karakteristik Penderita PJR

1. Sosiodemografi Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan

Daerah asal 2. Keluhan Utama 3. Umur terdeteksi PJR 4. Lama menderita PJR 5. Riwayat penyakit terdahulu 6. Riwayat penyakit keluarga 7. Klasifikasi PJR

8. Penatalaksanaan medis 9. Lama rawatan rata-rata 10.Sumber pembiayaan 11.Keadaan sewaktu pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1 Karakteristik penderita PJR adalah keadaan atau ciri-ciri seluruh penderita

(46)

3.2.2 Sosiodemografi penderita PJR, dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita sesuai yang tertulis di kartu status dan

dikategorikan sebagai berikut :19

1. 0-15 tahun 2. >15 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita PJR seperti yang tertulis

pada kartu status dengan kategori :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah etnik penderita PJR seperti yang tertulis pada kartu status

dengan kategori :

1. Jawa 2. Batak 3. Mandailing 4. Melayu 5. Aceh 6. Lain-lain

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita PJR seperti yang

tertulis pada kartu status dengan kategori :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha

(47)

e. Pendidikan adalah pendidikan terakhir penderita PJR seperti yang tertulis

pada kartu status dengan kategori :

1. Belum Sekolah 2. SD/sederajat 3. SLTP/sederajat 4. SLTA/sederajat 5. Akademik/PT

f. Pekerjaan adalah aktifitas utama penderita PJR sehari-hari seperti yang

tertulis pada kartu status dengan kategori :

1. Tidak Bekerja 2. PNS/TNI/Pensiunan 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga 6. Petani

g. Daerah asal adalah tempat tinggal PJR yang tertulis pada kartu status

dengan kategori :

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.2.3 Keluhan utama adalah keluhan yang paling banyak dirasakan penderita PJR

pada waktu datang ke rumah sakit yang tertulis pada kartu status dengan

kategori :24

1. Sesak napas 2. Nyeri dada 3. Cyanosis 4. Gagal Jantung

(48)

3.2.4 Umur terdeteksi PJR adalah usia penderita PJR ketika mendapatkan vonis

menderita PJR sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dengan kategori :

1. 0-15 tahun 2. >15 tahun

3.2.5 Lama menderita PJR adalah lama penderita PJR menderita PJR sesuai dengan

yang tertulis pada kartu status dengan kategori :

1. ≤ 1 tahun 2. > 1 tahun

3.2.6 Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita sebelumnya

yang berisiko untuk menimbulkan PJR berupa infeksi Streptococcus beta

hemolitycus grup A seperti yang tertulis pada kartu status dengan kategori :24

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.7 Riwayat penyakit keluarga adalah penyakit yang pernah diderita oleh anggota

keluarga penderita PJR yang tertulis pada kartu status dengan kategori :24

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.8 Klasifikasi PJR adalah komplikasi PJR yang diderita oleh penderita PJR yang

disesuaikan dengan keluhan utama penderita PJR yang tertulis pada kartu

status dengan kategori :

1. Ringan (Sesak napas/nyeri dada/cyanosis) 2. Sedang (Sesak napas + nyeri dada)

(49)

3.2.9 Penatalaksanaan medis adalah tindakan pengobatan yang diberikan kepada

penderita PJR pada saat dirawat sesuai dengan yang tertulis pada kartu status

dengan kategori :7

1. Bedah 2. Non bedah

3.2.10 Lama rawatan adalah lama hari rawatan penderita PJR, dihitung dari tanggal

mulai masuk sampai dengan keluar (baik dengan izin dokter maupun

meninggal dunia) sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan selanjutnya

ditentukan lama rawatan rata-rata.

3.2.11 Sumber pembiayaan adalah asal biaya yang dikeluarkan pasien untuk

membiayai perawatannya seperti yang tertulis pada kartu status dengan

kategori :

1. Biaya sendiri 2. Askes

3. Jamkesmas

3.2.12 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita PJR sewaktu keluar dari

RSUP H. Adam Malik Medan seperti yang tertulis pada kartu status dengan

kategori :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan

pertimbangan tersedianya data pasien PJR dan belum pernah dilakukan penelitian

mengenai karakteristik penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik

Medan tahun 2004-2008.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai Juni 2009, dengan

kegiatan survei pendahuluan pada bulan Januari, seminar proposal pada bulan Maret,

dan ujian skripsi pada bulan Juni 2009.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data penderita PJR yang dirawat

(51)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah data penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik

Medan tahun 2004-2008. Besar sampel yang dibutuhkan adalah sama dengan

populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita PJR di bagian rekam medik

RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2004-2008 kemudian dilakukan pencatatan

sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS.

Analisis univariat secara deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji Chi square,

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Sosiodemografi Penderita PJR

Proporsi penderita PJR berdasarkan sosiodemografi di RSUP H.Adam Malik

Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

(53)

No Lanjutan f %

6 Pekerjaan

Tidak Bekerja 66 62,9

PNS/TNI/Pensiunan 6 5,7

Pegawai Swasta 3 2,9

Wiraswasta 11 10,5

Ibu Rumah Tangga 17 16,2

Petani 2 1,9

Jumlah 105 100

7 Daerah Asal

Kota Medan 46 43,8

Luar Kota Medan 59 56,2

Jumlah 105 100

Pada tabel 5.1. di atas dapat dilihat proporsi penderita PJR berdasarkan umur

yang tertinggi adalah 0-15 tahun 55,2%, dan yang terendah adalah >15 tahun 44,8%.

Berdasarkan jenis kelamin yang lebih tinggi adalah perempuan 54,3%, dan yang lebih

rendah laki-laki 45,7%.

Berdasarkan agama yang tertinggi adalah Islam 62,8%, diikuti oleh Kristen

Protestan 21,9%, Kristen Katolik 13,3%, dan yang terendah Budha 1,0%, Hindu

1,0%. Berdasarkan suku yang tertinggi adalah Batak 41,0%, diikuti oleh Jawa 27,6%,

Mandailing 11,4%, Melayu 7,6%, Aceh 6,7%, dan yang terendah adalah suku lainnya

meliputi Nias, Tamil, Minang, Banjar, dan Tionghoa 5,7%.

Berdasarkan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SD/sederajat dan

SLTP/sederajat 33,3%, diikuti SLTA/sederajat 26,7%, belum sekolah 4,8%, dan yang

(54)

Berdasarkan pekerjaan yang tertinggi adalah tidak bekerja 62,9%, diikuti oleh

Ibu Rumah Tangga 16,2%, Wiraswasta 10,5%, PNS/TNI/Pensiunan 5,7%, Pegawai

Swasta 2,9%, dan yang terendah Petani 1,9%. Berdasarkan tempat tinggal yang

tertinggi adalah luar Kota Medan yaitu 56,2%, dan yang terendah adalah Kota Medan

43,8%.

5.2. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keluhan Utama

Proporsi penderita PJR berdasarkan keluhan utama di RSUP H.Adam Malik

Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

No Keluhan Utama (Jumlah penderita = 105) f %

1 Sesak Napas 94 89,5

2 Nyeri Dada 37 35,2

3 Cyanosis 13 12,4

4 Gagal Jantung 12 11,4

Pada tabel 5.2. proporsi penderita PJR tertinggi berdasarkan keluhan utama

adalah sesak napas 89,5%, diikuti oleh nyeri dada 35,2%, cyanosis 12,4%, dan yang

terendah gagal jantung 11,4%. Kombinasi keluhan utama penderita PJR yang dirawat

(55)

5.3. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Umur Terdeteksi PJR

Proporsi penderita PJR berdasarkan umur terdeteksi PJR di RSUP H.Adam

Malik Medan Tahun 2004-2008 tidak dapat disajikan karena data umur terdeteksi

PJR tidak terdapat pada kartu status.

5.4. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Lama Menderita PJR

Proporsi penderita PJR berdasarkan lama menderita PJR di RSUP H.Adam

Malik Medan Tahun 2004-2008 tidak dapat disajikan karena data lama menderita PJR

tidak terdapat pada kartu status.

5.5. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu

Seluruh penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan

memiliki riwayat penyakit terdahulu berupa infeksi Streptococcus beta hemolitycus

grup A (100%).

5.6. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga

Proporsi penderita PJR berdasarkan riwayat penyakit keluarga di RSUP

H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008 tidak dapat disajikan karena data riwayat

(56)

5.7. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR

Proporsi penderita PJR berdasarkan klasifikasi PJR di RSUP H.Adam Malik

Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Klasifikasi PJR di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

No Klasifikasi PJR f %

1 Ringan 36 34,3

2 Sedang 30 28,6

3 Berat 39 37,1

Jumlah 105 100

Pada tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita PJR berdasarkan

klasifikasi PJR yang tertinggi adalah berat 37,1%, diikuti oleh klasifikasi ringan

34,3%, dan sedang 28,6%.

5.8. Distribusi Proporsi Penderita PJR Penatalakasanaan Medis

Seluruh penderita PJR yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan

mendapat penatalaksanaan medis non bedah (100%), seperti elektrokardiografi

(57)

5.9. Lama Rawatan Rata-Rata

Proporsi penderita PJR berdasarkan lama rawatan rata-rata di RSUP H.Adam

Malik Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

Mean 12,50

Standart Deviasi (SD) 8,98

95% Confidence Interval (CI) 10,76-14,23

Coefisien of Variation 71,84%

Minimum 1 Maximum 48

Pada tabel 5.4. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita PJR di

RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2004-2008 adalah 12,50 hari (13 hari), Standar

Deviasi 8,98. Dari Confidence Interval (CI) dapat diartikan 95% diyakini bahwa lama rawatan rata-rata penderita PJR adalah 10,76-14,23 hari. Coefisien of Variation

sebesar 71,84% (CoV>10%), artinya lama rawatan penderita PJR bervariasi di mana

lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 48 hari.

5.10. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Proporsi penderita PJR berdasarkan sumber pembiayaan di RSUP H.Adam

Malik Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2008

No Sumber Pembiayaan f %

1 Biaya Sendiri 23 21,9

2 Askes 63 60,0

3 Jamkesmas 19 18,1

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Jones (Update 1992)
Tabel 2.2. Pedoman Tirah Baring dan Rawat Jalan Pada Pasien Demam Rematik.16
Tabel 5.1.       Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Sosiodemografi di
Tabel 5.2.   Distribusi Proporsi Penderita PJR Berdasarkan Keluhan Utama di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah Melalui teknik tell me what you see kemampuan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Temboro IV

[r]

Penjadwalan produksi dengan model dinamis lebih menekankan sejauh mana perubahan peubah atau kondisi i suatu sistem yang diamati terhadap perubahan watu Metode

TREND COMPETITIONS MA PLUS AL-AQSHA TAHUN 2017 ANTAR SMP/MTs SE-KECAMATAN CIKALONG DAN SEKITARNYA SMP N 3 CIKALONG MTs

Hipotesis atau alternatifnya dirumuskan secara singkat, lugas dan jelas yang dinyatakan dalam kalimat pernyataan. Dikatakan demikian agar hipotesis dapat diuji atau dijawab

Pasal 17 ayat (2) huruf g angka 2) huruf a) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH..

Dari berita tersebut, siswa diminta memodelkan masalah tersebut ke dalam pemodelan matematika dan dikembangkan pertanyaannya untuk memprediksi jumlah kantong plastik