• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

YONA FANI DEBRITO LIMBONG

110100280

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN PENINGKATAN TEKANAN

INTRAOKULAR PADA PASIEN DI POLIKLINIK MATA

RSUP HAJI ADAM MALIK

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

YONA FANI DEBRITO LIMBONG

110100280

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Nama : Yona Fani Debrito Limbong

NIM : 110100280

__________________________________________________________________

Pembimbing

(Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, Sp.M) NIP 19760417 200501 2 002

Penguji I

(dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG (K)) NIP 140139768

Penguji II

(dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K)) NIP 400048403

Medan, 12 Januari 2015

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Pengukuran tekanan intraokuli merupakan hal yang penting pada pemeriksaan mata, karena peningkatan tekanan intraokuli dapat merusak lapangan pandang sehingga menimbulkan kebutaan. Berat badan lebih khususnya obesitas merupakan salah satu faktor risiko peningkatan tekanan intraokuli.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diperoleh adalah 40 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapat dengan cara non probability sampling

dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Berat badan dan tinggi badan diukur menggunakan timbangan orang dewasa. Tekanan intraokuli diukur dengan menggunakan tonometer non-kontak.

Dari hasil analisis penelitian, didapatkan 62,5% responden wanita dan 37,5% responden pria. Rata-rata IMT adalah 29,88 (SD 4,49), rata-rata tekanan intraokuli pada mata kanan 15,20 (SD 3,19) dan pada mata kiri 14,65 (SD 2,80). Didapatkan sebanyak 38 orang (95%) memiliki tekanan intraokuli yang normal dan 2 orang (5%) mengalami peningkatan tekanan intraokuli. Berdasarkan hasil olah data dari SPSS didapatkan koefisien korelasi Pearson pada mata kanan dan kiri r=0,133; r=0,211 dan diperoleh nilai p untuk mata kanan dan mata kiri p= 0,413 dan p=0,192.

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah sampel, mengubah metode pengumpulan data dan memperluas jangka waktu pengambilan data.

(5)

ABSTRACT

Measurement of intraocular pressure is so important during the eye examination, because the increase of intraocular pressure can make a visual field impairment and causing blindness. Overweight especially obesity has been known as a risk factor for the increase of intraocular pressure.

The purpose of this study was to investigate the correlation between obesity and intraocular pressure. This was an analytic study with a cross-sectional approach. Samples obtained is 40 people. The sampling technique carried out is consecutive sampling. Height and weight was measured with a adult scale. Intraocular pressure was measured with non-contact tonometer.

From the analysis, they were 62,5% women and 37,5% men. The mean BMI was 29,88 (4,49), the mean of intraocular pressure of the right eye was 15,20 (3,19) and the left eye was 14,65 (2,80). From the analysis was obtained 38 people (95%) within normal limits and 2 people (5%) who showed an increase in intraocular pressure. From SPSS analysis the Pearson coefficient correlation of the right eye and the left eye r=0,133; r=0,211 and p value of the right eye and the left eye was p= 0,413 dan p=0,192.

From this study there is no significant correlation between obesity and the increase of intraocular pressure. It is recommended for further research in order to increase the number of samples, changing the method of data collection and expand the data collection period.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya yang luar biasa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan bimbingan, arahan, dan semangat dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, Sp.M, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Kepada dosen penguji, dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG(K) dan dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K) yang telah memberikan saran-saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

3. Orang tua tercinta serta adik-adik yang selalu memberikan dukungan, semangat, perhatian, doa dan cinta.

4. Teman-teman penulis yang telah membantu memberikan saran dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan KTI ini. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan KTI ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Demikian saya ucapkan terima kasih.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Anatomi ... 5

2.2. Fisiologi ... 6

2.3. Tekanan Intraokular ... 8

2.4. Indeks Massa Tubuh ... 9

2.5. Obesitas ... 12

2.5.1. Definisi ... 12

2.5.2. Etiologi ... 12

2.5.3. Prevalensi dan Epidemiologi ... 14

2.5.4. Manajemen Berat Badan ... 15

(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 19

3.1. Kerangka Konsep ... 19

3.2. Definisi Operasional ... 19

3.3. Hipotesis... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel ... 21

4.3.1.Populasi ... 21

4.3.2.Sampel ... 22

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 22

4.4.1. Kriteria Inklusi ... 22

4.4.2. Kriteria Eksklusi ... 22

4.5. Besar Sampel Penelitian ... 22

4.6. Metode Pengumpulan Data ... 23

4.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 24

4.8. Ethical Clearance ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 25

5.1.3. Tabulasi Silang Obesitas dengan Tekanan Intraokuli ... 27

5.1.4. Hasil Analisis Statistik ... 28

(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh menurut kriteria Asia

Pasifik ... ... 11

5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

5.2. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Umur Responden ... 26

5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas... 26

5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Intraokuli Dextra ... 26

5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Intraokuli Sinistra ... 27

5.6. Tabulasi Silang Obesitas dan Tekanan Intraokuli Dextra ... 27

5.7. Tabulasi Silang Obesitas dan Tekanan Intraokuli Sinistra ... 28

5.8. Hubungan antara Obesitas dengan Tekanan Intraokuli Dextra ... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 35

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 36

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek ... 38

Lampiran 4 Lembar Pengamatan ... 39

Lampiran 5 Data Sampel Penelitian ... 40

Lampiran 6 Hasil Output SPSS ... 41

Lampiran 7 Ethical Clearance ... 44

(13)

ABSTRAK

Pengukuran tekanan intraokuli merupakan hal yang penting pada pemeriksaan mata, karena peningkatan tekanan intraokuli dapat merusak lapangan pandang sehingga menimbulkan kebutaan. Berat badan lebih khususnya obesitas merupakan salah satu faktor risiko peningkatan tekanan intraokuli.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diperoleh adalah 40 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapat dengan cara non probability sampling

dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Berat badan dan tinggi badan diukur menggunakan timbangan orang dewasa. Tekanan intraokuli diukur dengan menggunakan tonometer non-kontak.

Dari hasil analisis penelitian, didapatkan 62,5% responden wanita dan 37,5% responden pria. Rata-rata IMT adalah 29,88 (SD 4,49), rata-rata tekanan intraokuli pada mata kanan 15,20 (SD 3,19) dan pada mata kiri 14,65 (SD 2,80). Didapatkan sebanyak 38 orang (95%) memiliki tekanan intraokuli yang normal dan 2 orang (5%) mengalami peningkatan tekanan intraokuli. Berdasarkan hasil olah data dari SPSS didapatkan koefisien korelasi Pearson pada mata kanan dan kiri r=0,133; r=0,211 dan diperoleh nilai p untuk mata kanan dan mata kiri p= 0,413 dan p=0,192.

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah sampel, mengubah metode pengumpulan data dan memperluas jangka waktu pengambilan data.

(14)

ABSTRACT

Measurement of intraocular pressure is so important during the eye examination, because the increase of intraocular pressure can make a visual field impairment and causing blindness. Overweight especially obesity has been known as a risk factor for the increase of intraocular pressure.

The purpose of this study was to investigate the correlation between obesity and intraocular pressure. This was an analytic study with a cross-sectional approach. Samples obtained is 40 people. The sampling technique carried out is consecutive sampling. Height and weight was measured with a adult scale. Intraocular pressure was measured with non-contact tonometer.

From the analysis, they were 62,5% women and 37,5% men. The mean BMI was 29,88 (4,49), the mean of intraocular pressure of the right eye was 15,20 (3,19) and the left eye was 14,65 (2,80). From the analysis was obtained 38 people (95%) within normal limits and 2 people (5%) who showed an increase in intraocular pressure. From SPSS analysis the Pearson coefficient correlation of the right eye and the left eye r=0,133; r=0,211 and p value of the right eye and the left eye was p= 0,413 dan p=0,192.

From this study there is no significant correlation between obesity and the increase of intraocular pressure. It is recommended for further research in order to increase the number of samples, changing the method of data collection and expand the data collection period.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengukuran tekanan intraokuli merupakan hal yang penting pada pemeriksaan mata, karena peningkatan tekanan intraokuli dapat merusak ganglion sel dan berakibat rusaknya papil dan lapangan pandang sehingga menimbulkan kebutaan. Tekanan intraokuli merupakan tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata. Tekanan ini dipengaruhi oleh lapisan dinding bola mata dan volume bola mata yang terdiri dari: aqueous humor, corpus vitreous, pembuluh darah intraokuli dan isinya (Tanjung, 2003). Rentang tekanan intraokuler normal adalah 10 – 21 mmHg (Salmon, 2012).

Tekanan intraokuler yang lebih tinggi dari normal yaitu lebih dari 21 mmHg dan tidak disertai kerusakan saraf optik atau hilangnya lapangan pandang disebut sebagai hipertensi okuler, yang mana merupakan salah satu faktor risiko utama untuk perkembangan penyakit glaukoma (Yoshida et al., 2014).

Diperkirakan jumlah orang yang menderita glaukoma akan meningkat dari 60,5 juta orang pada 2010 menjadi 79,6 juta orang pada 2020 (Sitompul dan Nora, 2011). Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan. Berdasarkan hasil survei World Health Organization (WHO), penyebab kebutaan utama pada 2010 adalah katarak (51%), glaukoma (8%), penyakit yang berhubungan dengan degenerasi makula (5%), kebutaan sejak kecil dan kekeruhan kornea (4%), gangguan refraksi yang tidak dikoreksi dan trakoma (3%), diabetik retinopati (1%), dan penyebab lain-lain (21%) (Mariotti, 2010).

(16)

2

intraokuler yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko untuk menjadi glaukoma sudut terbuka (9% per mmHg dalam lima tahun) (Gianggiacomo et al., 2007).

Berat badan lebih khususnya obesitas merupakan salah satu faktor risiko meningkatnya TIO. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2008, di dunia ada sekitar 35% orang dewasa di atas 20 tahun mengalami overweight (= 25 kg/m), sedang sekitar 10% laki-laki dan 14% perempuan di dunia menderita obesitas (= 30 kg/m) (WHO, 2013).

Pengaruh berat badan lebih khususnya obesitas terhadap kesehatan sangat luas dan merupakan faktor risiko penting untuk beberapa penyakit seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, stroke , osteoartrtis, dan sleep apnea syndrome. Beberapa penyakit mata dihubungkan dengan berat badan lebih (obesitas) seperti katarak, glaukoma, retinopati diabetik, age related maculopathy, retinopati diabetic. Obesitas meningkatkan risiko peningkatan tekanan intraokular dan penyakit abnormalitas pembuluh darah seperti hipertensi dan arteriosklerosis (Karadag et al., 2012).

Pemaparan yang jelas tentang patofisiologi hubungan obesitas dengan tekanan intraokuli saat ini masih kurang. Kedua teori etiologi ‘mekanik’ dan ‘vaskular’ dari glaukoma dapat berhubungan dengan obesitas. Berdasarkan teori mekanik, obesitas telah dikatakan memberi pengaruh terhadap peningkatan tekanan intraokuli dengan menyebabkan peningkatan jaringan adiposa intraorbital, meningkatkan viskositas darah, meningkatkan tekanan vena episklera, dan mengganggu fasilitas aliran keluar aqueous humor. Teori vaskular menyatakan bahwa mata, dengan suplai vaskular yang buruk ke nervus optik akan lebih rentan mengalami kerusakan. Obesitas dikatakan mengubah fungsi autonom dan endotelial sehingga mengganggu suplai vaskular (Cheung et al., 2009).

(17)

Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tekanan intraokuli dan obesitas baik secara cross-sectional maupun secara longitudinal. Obesitas merupakan faktor risiko independen terhadap peningkatan tekanan intraokuli (Mori et al., 2000).

Penelitian di Nigeria menunjukkan tidak ada hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan intraokuli yang signifikan secara statistik, tetapi ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan umur yang signifikan secara statistik (Pedro-Egbe et al., 2013).

Penelitian di Turki menunjukkan tidak ada pengaruh indeks massa tubuh terhadap tekanan intraokuli yang signifikan (Karadag et al., 2012).

Penelitian di Makassar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara klasifikasi pengukuran tekanan intraokuli pada kelompok berat badan berlebih dan kelompok berat badan normal (Indrayanti, 2012).

Sejauh ini masih jarang penelitian yang dilakukan di Indonesia yang mencari dan meneliti pengaruh obesitas terhadap peningkatan tekanan intraokuli sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh berat badan terhadap nilai tekanan intraokular. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan obesitas terhadap nilai tekanan intraokular.

1.2. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan satu pertanyaan pada penelitian ini, yaitu: “Apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan ?”

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

(18)

4

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai rata-rata indeks massa tubuh pasien obese di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan

2. Untuk mengetahui rata-rata tekanan intraokuli pada pasien obesitas di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan

3. Untuk mengetahui kejadian peningkatan tekanan intraokuli pada pasien obesitas di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1. Responden

a) Mengetahui indeks massa tubuhnya b) Mengetahui tekanan intraokulinya

c) Memiliki pemahaman tentang hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan intraokuli

2. Peneliti

a) Mengoptimalkan tindakan pencegahan terjadinya peningkatan tekanan intraokuli pada pasien berat badan berlebih dalam upaya pencegahan kebutaan

b) Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya 3.Masyarakat

a.)Agar masyarakat dapat memahami makna dan kepentingan tekanan intraokuli

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang (Salmon, 2012). Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan (Riordan-Eva, 2007).

Corpus ciliare, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4mm). Processus ciliares berasal dari pars plicata (Riordan-eva, 2007).

Processus ciliares terdiri dari dua lapis epitelium yaitu lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam tidak berpigmen, yang mana kedua permukaan apikalnya dihubungkan oleh tight junctions. Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen, yang menonjol ke bilik mata belakang, mengandung banyak mitokondria dan mikrovilli; sel ini diduga berfungsi sebagai tempat produksi

aqueous humor (Simmons et al., 2007-2008).

Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis Schwalbe, trabecular meshwork (yang terletak di atas kanal Schlemm) dan sclera spur (Riordan-Eva, 2007).

Trabecular meshwork disusun atas tiga bagian, yaitu uveal meshwork,

corneoscleral meshwork, dan juxtacanalicular meshwork. Uveal meshwork

(20)

6

berpori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm (Goel et al., 2010). Juxtacanalicular meshwork berdekatan dengan kanal Schlemm dan membentuk bagian dalam kanal Schelmm (Simmons et al., 2007-2008).

Gambar 2.1. Struktur trabecular meshwork

Sumber : Simmons et al., 2007-2008

Kanal Schlemm dilapisi oleh endotelium. Dinding bagian dalamnya mengandung giant vacuoles yang berhubungan langsung dengan intertrabecular spaces. Dinding bagian luarnya merupakan selapis sel endotel yang tidak berpori (Simmons et al., 2007-2008).

2.2. Fisiologi

Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi dan membantu membentuk bilik mata depan dan belakang. Aqueous humor sebagai pengganti darah, menyediakan nutrisi bagi lensa dan cornea, membuang zat sisa metabolisme, mengangkut neurotransmitters, menjaga kestabilan dan regulasi homeostasis struktur mata (Goel et al., 2010).

(21)

Komposisi utama dari aqueous humor adalah ion-ion organik dan inorganik, karbohidrat, glutation, urea, asam amino dan protein, oksigen, karbon dioksida dan air (Goel et al., 2010). Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma (Salmon, 2007).

Aqueous humor dibentuk melalui tiga mekanisme yaitu difusi, ultrafiltrasi dan transport aktif (Goel et al., 2010). Transport aktif di sel epitel yang tidak berpigmen memegang peranan penting dalam produksi aqueous humor dan melibatkan Na+/K+-ATPase. Proses ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat larut air ke dalam membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses ini berkaitan dengan pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris. Sedangkan proses difusi adalah proses yang menyebabkan pertukaran ion melewati membran melalui perbedaan gradien elektron (Simmons et al., 2007-2008).

Aqueous humor dari bilik anterior akan didrainase dengan dua rute yaitu aliran trabekular/konvensional dan aliran uveoskleral/nonkonvensional. Aliran trabekular merupakan jalur utama keluar aqueous humor dari bilik anterior, sekitar 90% dari total. Aliran aqueous dari anyaman trabekular masuk ke dalam kanal Schlemm yang menyebabkan resistensi aliran keluar. Teori vakuolisasi merupakan mekanisme transport aqueous humor melewati dinding dalam dari kanal Schlemm. Teori ini menyatakan bahwa jarak transelular yang ada di sel endotel membentuk dinding dalam kanal Schlemm sehingga berbentuk seperti vakuola dan pori- pori yang respon terhadap tekanan dan mentransport aqueous humor melalui jaringan ikat jukstakanalikular ke kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm, aqueous ditransport melalui 25- 35 kanal - kanal pengumpul ke vena episklera melalui jalur direk maupun indirek. [(Khurana, 2007) dalam Ongko 2012 ]

(22)

8

suprakoroidal dan kemudian didrainase oleh sirkulasi vena di badan siliar, koroid dan sklera.

Gambar 2.2 Trabecular Outflow (kiri) dan Uveoscleral Outflow (kanan)

Sumber : Goel et al., 2010

Aliran aqueous humor lebih tinggi pada pagi hari dibanding saat malam hari. Aliran aqueous humor normal adalah sekitar 3.0 �L/menit pada pagi hari, 2.4

�L/menit saat sore hari, dan turun menjadi 1.5 �L/menit saat malam hari (Goel et al., 2010).

2.3. Tekanan Intraokular

Tekanan intraokular merupakan tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata (Tanjung, 2003).

Tekanan intraokular secara fisiologis ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor, tahanan aliran keluar melalui jalur konvensional dan jalur nonkonvensional, dan tekanan vena episklera (Rhee, 2003).

Rentang tekanan intraokular normal adalah 10 – 21 mmHg (Salmon, 2008). Pengumpulan data dari studi epidemiologi yang luas menunjukkan bahwa rata-rata tekanan intraokular adalah sekitar 16 mmHg, dengan standar deviasi 3 mmHg (Simmons et al., 2007-2008).

Tekanan intraokular dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk diantaranya :

(23)

• Denyut jantung

• Respirasi

• Latihan

• Asupan cairan

• Pengobatan sistemik

• Obat-obatan topikal

(Simmons et al., 2007-2008)

Menurut Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular adalah umur, genetik, jenis kelamin, kesalahan refraksi, ras, variasi diurnal, dan posisi tubuh. (Solomon, 2002).

Tekanan intraokular lebih tinggi pada waktu pasien berbaring daripada waktu berdiri ( Simmons et al., 2007-2008).

2.4. Indeks Massa Tubuh

Tubuh manusia dibagi menjadi 2 bagian yang saling berhubungan, yaitu bahan yang diperlukan untuk energi (lemak dan glikogen) dan air. Sebenarnya komposisi tubuh manusia jauh lebih kompleks dan terdiri dari 4 macam komposisi :

Komposisi atomik. Dari sudut pandang komposisi atomik, berat badan merupakan akumulasi dari 6 elemen utama, yaitu: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium, dan fosfor.

Komposisi molekular. Elemen terbagi dalam komponen molekular yang dapat dikelompokkan dalam 5 kategori besar, yaitu: lemak, protein, glikogen, air, dan mineral. Tingkat molekular ini secara praktis seringkali dibagi atas: lemak dan massa bebas lemak.

Komposisi selular. Komposisi selular terdiri dari 3 komponen: sel, cairan ekstrasel, dan bagian padat ekstrasel.

(24)

10

Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia yang mencakup body weight dan body dimension/build. Ada beberapa teknik yang lazim digunakan: tinggi badan/berat badan, lingkar, dan tebal lipatan kulit. Berbagai teknik pengukuran antropometri dilakukan pada berbagai lokasi pengukuran yang berbeda dengan instrumen yang berbeda-beda pula. Beberapa teknik (seperti penilaian tebal lipatan kulit) adalah untuk mengestimasi komposisi tubuh atau lemak tubuh, sementara teknik lain (seperti IMT) adalah penilaian untuk body build (Thang et al., 2006).

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorespondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2013).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2009) berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi obesitas

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang Kisaran normal Berat badan lebih Beresiko Obese I Obese II <18,5 18,5-22,9 >23,0 23,0-24,9 25,0-29,9 >30,0

(25)

epidemiologi. Namun kelemahannya, IMT tidak dapat menjelaskan tentang distribusi lemak dalam tubuh seperti pada obesitas sentral maupu n obesitas abdominal maupun menggambarkan jaringan lemak viseral. Nilai IMT berbeda dalam ras/etnis tertentu dan tidak membedakan antara laki-laki maupun perempuan. Nilai IMT yang tinggi belum tentu karena jaringan lemak tapi dapat juga karena jaringan otot (Thang et al., 2006).

2.5. Obesitas

2.5.1. Definisi

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologis dan spesifik. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

2.5.2. Etiologi

Berat badan bergantung pada keseimbangan antara asupan kalori dan pemakaiannya. Obesitas terjadi jika asupan kalori melebihi pemakaiannya (Ganong, 2008). Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak (Sugondo, 2009).

Hal lain yang berperan dalam meningkatkan kejadian obesitas adalah :

2.5.2.1 Faktor Genetik

Obesitas cenderung berlaku dalam keluarga. Ini disebabkan oleh faktor genetik, pola makan keluarga, dan kebiasaan gaya hidup. Walaupun begitu, mempunyai anggota keluarga yang obesitas tidak menjamin sesorang itu juga akan mengalami obesitas (Galletta, 2012).

(26)

12

Sebagian masyarakat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak karena depresi, putus asa, marah, bosan, dan banyak alasan lain yang tidak ada hubungannya dengan rasa lapar. Ini tidak berarti bahwa penderita obesitas mengalami lebih banyak masalah emosional daripada orang normal yang lain. Tetapi hanya berarti bahwa perasaan seseorang mempengaruhi kebiasaan makan dan membuat seseorang makan terlalu banyak (Galletta, 2012).

2.5.2.3 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah gaya hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Makan terlalu banyak dan aktivitas yang pasif (tidak aktif) merupakan faktor resiko utama terjadinya obesitas (Galletta, 2012).

2.5.2.4 Faktor Jenis Kelamin

Secara rata-rata, lelaki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari wanita. Lelaki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan saat istirahat karena otot membakar kalori lebih banyak berbanding tipe-tipe jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama (Galletta, 2012).

2.5.2.5 Faktor Usia

Semakin bertambah usia seseorang, mereka cenderung kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Kadar metabolisme juga akan menurun menyebabkan kebutuhan kalori yang diperlukan lebih rendah (Galletta, 2012).

(27)

Pada wanita, berat badannya cenderung bertambah 4 – 6 kilogram setelah kehamilan dibandingkan dengan berat sebelum kehamilan. Hal ini bisa terjadi setiap dari kehamilan dan kenaikan berat badan ini mungkin akan menyebabkan obesitas pada wanita (Galletta, 2012).

2.5.3. Prevalensi dan Epidemiologi

Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan lebih dan obesitas sudah menjadi suatu epidemi, dengan dugaan bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara – negara maju (Sugondo, 2009).

Prevalensi obesitas di Indonesia sebesar 15,4% dengan prevalensi terendah di provinsi Nusa tenggara Timur (6,2%) dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%). Prevalensi obesitas penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Prevalensi terendah di Nusa Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (34,7%). Prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi terendah di Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (19,5%). (RISKESDAS, 2013)

Di dunia ada diperkirakan sekitar 35% orang dewasa di atas 20 tahun mengalami overweight (= 25 kg/m), sedang sekitar 10% laki-laki dan 14% perempuan di dunia menderita obesitas (= 30 kg/m) pada tahun 2008 (WHO, 2013)

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara – negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara – negara ini, termasuk di Indonesia (Sugondo, 2009).

2.5.4. Manajemen Berat Badan

(28)

14

dari berat badan awal dapat mengakibatkan perbaikan kesehatan secara signifikan (Sugondo, 2009).

Walaupun belum ada penelitian retrospektif yang menunjukkan perubahan pada angka kematian dengan penurunan berat badan pada pasien obese, dengan penurunan berat badan, pengurangan pada faktor risiko ini dianggap akan menurunkan perkembangan diabetes tipe 2 serta kardiovaskular (Sugondo, 2009).

Tidak ada terapi tunggal yang efektif untuk orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas, dan masalah cenderung muncul setelah penurunan berat badan. Harapan penurunan berat badan dari seseorang seringkali melebihi kemampuan dari program yang ada sehingga untuk mencapai keberhasilan semakin sulit (Sugondo, 2009).

Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi empat pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku dan obat-obatan/bedah.

Terapi diet. Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan kedalam status pasien overwight. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000kcal/hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program penurunan berat badan apapun. Sebelum menganjurkan defisit kalori sebesar 500 hingga 100 kcal/hari sebaiknya diukur kebutuhan energi basal pasien terlebih dahulu. Disamping itu pengurangan lemak jenuh, total lemak seharusnya kurang dan sama dengan 30 persen dari total kalori (Sugondo, 2009).

(29)

Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dalm jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatintensitasnya selama 45 menit dalam jangka 5 kali seminggu. Dengan regimen ini, pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per hari dapt dicapai (Sugondo, 2009).

Terapi perilaku. Terapi perilaku kognitif telah dipakai untuk membantu perubahan dan menyokong terapi diet dan aktivitas fisik. Strategi terapi antara lain pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, mengontrol stimulus (contohnya : makan dengan menggunakan piring yang kecil, tidak makan di depan televisi), pemecahan masalah, contigency management,cognitive restructuring dan dukungan sosial (Flier dan Maratos-Flier, 2008).

Farmakoterapi :

Sibutramine ditambah diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti efektif menurunkan berat badan dan mempartahankannya. Dengan pemberian sibutramine dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.

Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlitas, dubutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial. Semua pasien harus dipantau untuk efek samping yang timbul (Sugondo, 2009).

Terapi bedah. Terapi bedah merupakan salah satu pilihan untuk menurunkan berat badan. Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI ≥40 atau ≥35 dengan kondisi komorbid. Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrim (Sugondo, 2009).

(30)

16

ini menunjukkan efektivitas yang rendah pada long-term trials. Saat ini VBG telah digantikan oleh laparoscopic adjustable silicone gastric banding (LASGB) (Flier dan Maratos-Flier, 2008).

Ketiga prosedur restriksi-malabsorpsi bypass menggabungkan elemen dari restriksi gastrik dan malabsorpsi selektif. Prosedur itu antara lain Roux-en-Y gastric bypass (RYGB), biliopancreatic diversion (BPD), dan biliopancreatic diversion with duodenal switch (BPDDS). RYGB merupakan pilihan terapi yang paling sering dilakukan (Flier dan Maratos-Flier, 2008).

2.6. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli

The Beaver Dam Eye Study melaporkan hubungan positif yang signifikan antara tekanan intraokuli dengan beberapa faktor termasuk indeks massa tubuh. Hal ini sesuai dengan penemuan dari studi sebuah hospital-based yang menyatakan bahwa risiko terjadinya hipertensi okuli secara signifikan lebih besar pada orang dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih, dan tidak tergantung umur dan jenis kelamin (Cheung et al., 2009).

Pemaparan yang jelas tentang patofisiologi untuk hubungan obesitas dengan tekanan intraokuli saat ini masih kurang. Kedua teori etiologi ‘mekanik’ dan ‘vaskular’ dari glaukoma dapat berhubungan dengan obesitas. Berdasarkan teori mekanik, obesitas telah dikatakan memberi pengaruh terhadap peningkatan tekanan intraokuli dengan menyebabkan peningkatan jaringan adiposa intraorbital, meningkatkan viskositas darah, meningkatkan tekanan vena episklera (Cheung et al., 2009). Penimbunan lemak pada obesitas menyebabkan penurunan fasilitas aliran keluar aqueous humor (Pedro-Egbe et al., 2013).

Obesitas meningkatkan viskositas darah dengan meningkatkan jumlah sel darah merah, haemoglobin, dan hematokrit, sehingga meningkatkan tahanan aliran keluar vena episklera. Lebih jauh, obesitas juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Peningkatan tekanan darah dapat meningkatkan tekanan intraokuli dengan meningkatkan tekanan arteri siliaris dan ultrafiltrasi dari

(31)

Pada sisi lain, teori vaskular menyatakan bahwa mata, dengan suplai vaskular yang buruk ke nervus optik akan lebih rentan mengalami kerusakan dengan tekanan intraokuli yang meningkat ataupun yang normal. Perubahan fungsi autonom dan endotelial dapat mengkibatkan aliran darah ke mata yang abnormal dan perfusi yang tidak stabil sehingga mengganggu suplai vaskular. Obesitas dikatakan sebagai penyebab dari disfungsi endotel vaskular dan disfungsi autonom, terutama pada pasien diabetes (Cheung et al., 2009).

Beberapa faktor seperti tonus simpatis, hormon, atau perubahan sklera mungkin juga mempengaruhi hubungan antara obesitas dengan tekanan intraokuli (Lee et al., 2002).

Tetapi bagi beberapa penulis, obesitas dapat meningkatkan tekanan intraokuli hanya apabila hal itu berhubungan dengan resistensi insulin. Disfungsi autonom dan osmotic gradient yang diinduksi oleh hiperglikemia sehingga menyebabkan perpindahan cairan ke ruang intraokuli telah dikatakan sebagai penyebab hubungan antara tekanan intraokuli dan resistensi insulin (Albuquerque

et al., 2013).

(32)
(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : : tidak diteliti

3.2. Definisi Operasional

1. Obesitas

• Definisi Operasional : Suatu kondisi dimana lemak didalam tubuh berlebihan akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas dapat dinyatakan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT).

• Cara Ukur : cara mengukur obesitas adalah dengan menghitung IMT tubuh yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu. Hasil pengukuran berat badan dinyatakan dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter. Kemudian kedua nilai tersebut dimasukkan dalam rumus menghitung IMT :

Obesitas Tekanan Intraokuli

Faktor Perancu : Diabetes Melitus Hipertensi Glauko ma

(34)

20

Berat Badan (Kg) IMT =

{Tinggi Badan (m)}2

• Alat Ukur : timbangan berat badan dan tinggi badan

• Hasil Ukur : dikatakan berat badan lebih jika IMT >23,0, obese I jika IMT 25,0-29,9, obese II jika IMT >30,0

• Skala Pengukuran : rasio

2. Tekanan Intraokuli

• Definisi Operasional : Tekanan intraokular merupakan tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata.

• Cara Ukur : observasi

• Alat Ukur : Tonometri Schiotz

• Hasil Ukur : dikatakan meningkat bila >21 mmHg, normal bila <21 mmHg

• Skala Pengukuran : rasio

3.3. Hipotesis

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli dengan cara observasi atau pengukuran variabel yang akan diteliti dilakukan hanya satu kali tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan terhadap pengukuran yang dilakukan (Sastroasmoro dan Ismael, 2013).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan pada pasien di RSUP H. Adam Malik. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan, pusat rujukan dan kunjungan pasien ke RSUP H. Adam Malik juga banyak sehingga diharapkan progresi yang cepat dalam pelaksanaan penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan pada September 2014 sampai dengan November 2014. Pemilihan waktu penelitian ini dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana dan sumberdaya.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(36)

22

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi unsur-unsur kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.4.1. Kriteria Inklusi

• Berusia 17-45 tahun

• Menderita berat badan berlebih/obes

• Bersedia ikut serta dalam penelitian

4.4.2. Kriteria Eksklusi

• Penderita yang memiliki riwayat glaukoma

• Penderita yang memiliki riwayat hipertensi

• Penderita yang memiliki riwayat diabetes melitus

• Penderita miopia sedang-berat

4.5. Besar Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapat dengan cara non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara

consecutive sampling dimana semua sampel yang didapat memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan teori dan pertimbangan para ahli (Wahyuni, 2007). Estimasi besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

n = � (�∝ +��)

0,5 ln(1 +�) (1⁄ − �)�

2

+ 3

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

Zα = Nilai distribusi normal baku (tableZ) pada α tertentu

(37)

Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi (r) adalah 0,5. Bila α (2 arah) = 0,05 maka Zα= 1.960, power penelitian 90%, Zβ = 1,282, maka besar sampel minimum yang diperlukan adalah:

n = � 1,960 + 1,282

0,5 ln (1−0,5) (1⁄ −0,5)�

2

+ 3

n = 37,81 (dibulatkan menjadi 38)

Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 38 orang.

4.6. Metode Pengumpulan Data

Pertama, peneliti mengobservasi pasien-pasien yang datang ke poliklinik mata RSUP H. Adam Malik, kemudian apabila pasien kira-kira memenuhi kriteria penelitian, peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian dan cara penelitian dilakukan dan meminta kesediaan pasien untuk menjadi subyek penelitian. Apabila pasien bersedia maka peneliti memberikan lembar persetujuan/informed consent kepada pasien untuk ditandatangani sebagai tanda kesediaan menjadi responden. Setelah itu peneliti melakukan pengukuran indeks massa tubuh responden dengan cara :

• Berat Badan

Pasien diminta untuk mengeluarkan semua barang yang ada di kantongnya, melepas alat yang akan mempengaruhi berat badannya seperti jam tangan, alas kaki, dan lain-lain. Setelah itu, responden diminta untuk berdiri di atas timbangan yang sudah disediakan peneliti, berdiri dalam posisi tegak dan tidak bergerak-gerak. Lalu peneliti mencatat hasil berat badan responden yang didapat.

• Tinggi Badan

(38)

24

(vertex) responden. Lalu, peneliti melihat dan mencatat hasil tinggi badan responden yang didapat.

Setelah itu, nilai berat badan dan tinggi badan dimasukkan ke dalam rumus untuk mencari indeks massa tubuh, yaitu

Berat Badan (Kg) IMT =

{Tinggi Badan (m)}2

Kemudian mengukur tekanan intraokuli yang dilakukan oleh staf ahli di RSUP H. Adam Malik, dengan cara :

• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan

• Mengatur ketinggian alat sehingga posisi pasien tepat

• Pasien dilarang berkedip atau menghindar apabila ada hembusan udara mengenai matanya

• Dapat dioperasikan oleh personil non-medis

4.7. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data untuk menganalisis hubungan variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, yaitu menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science) for windows, yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Analisis hubungan variabel berupa uji hipotesis yang dihitung dengan menggunakan kaidah statistik uji korelasi untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan intraokuli.

4.8. Ethical Clearance

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A yang juga merupakan rumah sakit rujukan dan telah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa. Poliklinik Mata terletak di lantai 4 Gedung P.

5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dikumpulkan selama periode September sampai November 2014 dan diperoleh sebanyak 40 sampel. Semua data yang diperoleh adalah data primer, yaitu berasal dari pengukuran langsung terhadap responden penelitian.

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:39.595.107.516.522.587.2]

Dari hasil penelitian diperoleh distribusi jenis kelamin responden sebagai berikut

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-Laki 15 37,5

Perempuan 25 62,5

(40)

26

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur

[image:40.595.108.517.154.275.2]

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi usia responden sebagai berikut

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Umur Responden Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

18 – 20 8 20

21 - 30 11 27,5

31 – 40 11 27,5

41 – 45 10 25

Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah sampel terbanyak ada pada rentang usia 21-40 tahun.

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tingkat Obesitas

[image:40.595.107.514.383.477.2]

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi tingkat obesitas sebagai berikut

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas

Tingkat Obesitas Jumlah (Orang) Persentase (%)

Overweight 3 7,5

Obese I 20 50,0

Obese II 17 42,5

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden obesitas I merupakan jumlah terbanyak (50,0%) dan responden obesitas II menempati urutan kedua (42,5%).

5.1.2.4.Deskripsi Sampel Berdasarkan Tekanan Intraokuli

[image:40.595.104.517.587.680.2]

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi tekanan intraokuli sebagai berikut

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Intraokuli Dextra Tekanan Intraokuli

Dextra (mmHg)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

<21 38 95,0

>21 2 5,0

(41)

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Intraokuli Sinistra Tekanan Intraokuli

Sinistra (mmHg)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

<21 38 95,0

>21 2 5,0

Dari tabel 5.5. terlihat bahwa responden yang memiliki tekanan intraokuli sinistra yang normal (<21 mmHg) adalah sebanyak 38 orang (95%) dan yang mengalami peningkatan tekanan intraokuli sinistra (>21 mmHg) adalah sebanyak 2 orang (5%).

[image:41.595.128.491.316.572.2]

5.1.3. Tabulasi Silang Obesitas dengan Tekanan Intraokuli

Tabel 5.6. Tabulasi Silang Obesitas dan Tekanan Intraokuli Dextra Tekanan Intraokuli

Dextra

Total

<21 >21

Tingkat

Obesitas

Overweight 3 0 3 100,0% 0,0% 100,0% Obese I 18 2 20

90,0% 10,0% 100,0% Obese II 17 0 17

100,0% 0,0% 100,0%

Total 38 2 40

95,0% 5,0% 100,0%

(42)
[image:42.595.125.493.111.356.2]

28

Tabel 5.7. Tabulasi Silang Obesitas dan Tekanan Intraokuli Sinistra Tekanan Intraokuli

Sinistra

Total

<21 >21

Tingkat

Obesitas

Overweight 3 0 3 100,0% 0,0% 100,0% Obese I 19 1 20

95,0% 5,0% 100,0% Obese II 16 1 17

94,1% 5,9% 100,0%

Total 38 2 40

95,0% 5,0% 100,0%

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh responden yang IMT overweight memiliki tekanan intraokuli <21 mmHg. Sedangkan pada responden yang IMT obese I persentase terbanyak mempunyai tekanan intraokuli <21 mmHg, dan responden yang IMT obese II persentase terbanyak memiliki tekanan intraokuli <21 mmHg

5.1.4. Hasil Analisis Statistik

[image:42.595.106.518.610.721.2]

Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara obesitas dengan tekanan intraokuli yang dapat dievaluasi menggunakan tonometer nonkontak. Untuk mengetahui kekuatan hubungan diantara kedua variabel tersebut dilakukan uji Korelasi Pearson. Adapun hasil uji Korelasi Pearson pada kedua variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan melalui tabel berikut:

Tabel 5.8. Analisis Uji Korelasi Pearson

Hubungan antara Obesitas dengan Tekanan Intra Okuli Dextra

Variabel Rata-rata Korelasi Pearson

(r)

P value

Obesitas 29,88 (SD 4,49) 0,133 0,413

(43)
[image:43.595.111.516.112.227.2]

Tabel 5.9. Analisis Uji Korelasi Rangking Spearman

Hubungan antara Obesitas dengan Tekanan Intra Okuli Sinistra

Variabel Rata-rata Korelasi

Spearman (r)

P value

Obesitas 29,88 (SD 4,49) 0,211 0,192

TIO S 14,65 (SD 2,80)

Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari uji ini adalah 0,133 untuk hubungan obesitas tekanan intraokuli dextra dan 0,211 untuk hubungan IMT dengan tekanan intraokuli sinistra. Nilai sebesar 0,133 ini menunjukkan bahwa hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007), sementara nilai 0,211 menunjukkan bahwa hubungan itu lemah.

Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah (two-tailed) dengan tingkat kepercayaan 95%, yang berarti jika didapati nilai p< 0,05 berarti Ho penelitian ditolak. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah p=0.413 untuk hubungan tekanan intraokuli dextra dengan obesitas dan p=0.192 untuk hubungan tekanan intraokuli sinistra dengan obesitas. Nilai p yang lebih besar dari 0.05 menyebabkan Ho dalam penelitian ini gagal ditolak. Ini berarti bahwa kemungkinan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli.

5.2. Pembahasan

(44)

30

Berdasarkan umur, jumlah responden terbanyak berada pada rentang 21-30 tahun (27,5%) dan 31-40 tahun (27,5%). Hal ini berbeda dengan Mori et al. (2000) yang mendapatkan responden terbanyak pada rentang 35-44 tahun dan 45-54 tahun karena dalam penelitiannya Mori dkk memasukkan responden dengan rentang usia 14-94 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata umur adalah 31,10 tahun. Hal ini berbeda dengan Pedro-Egbe et al. (2013) yang mendapatkan rata-rata umur 35 tahun, Karadag et al. (2012) dengan rata-rata umur 43,4 tahun, Jong Soo Lee et al. (2002) dengan rata-rata umur 47,1 tahun, dan Mori et al. (2000) dengan rata-rata umur 46,6 tahun. Hal ini dikarenakan perbedaan kriteria inklusi dan eksklusi peneliti yang mana peneliti membuat batasan umur 17-45 tahun.

Berdasarkan nilai rata-rata indeks massa tubuh, rata-rata responden memiliki IMT obese I sebesar 92,5% sementara 7,5% adalah overweight. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Pedro-Egbe et al. (2013), yang menilai hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan intraokuli pada populasi di Nigeria, dan Karadag et al. (2012), yang melihat efek indeks massa tubuh terhadap tekanan intraokuli dan ocular pulse amplitude, memiliki responden dengan IMT overweight lebih banyak daripada yang obese. Hal ini dapat disebabkan oleh karena perbedaan besar sampel.

Responden yang mengalami peningkatan tekanan intraokuli saat pengambilan data hanya sebesar 5% dan yang normal sebesar 95%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pedro-Egbe et al. (2013) yang mendapatkan responden dengan peningkatan tekanan intraokuli lebih sedikit daripada yang memiliki tekanan intraokuli yang normal.

Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan IMT obesitas I mengalami peningkatan tekanan inraokuli pada mata kanan (10%) lebih sedikit daripada yang tidak, responden dengan IMT obesitas I dan II mengalami peningkatan tekanan intraokuli (5% dan 5,9%) pada mata kiri lebih sedikit daripada yang tidak.

(45)

intraokuli. Sama halnya dengan penelitian Pedro-Egbe et al. (2013) dan Albuquerque et al. (2013) dengan nilai p masing-masing adalah 0,47 dan 0,496.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrayanti (2012), yang melihat tekanan intraokuli pada obesitas, didapati nilai p=0,002 pada mata kanan dan p=0,014 pada mata kiri. Pada penelitian Mori et al., (2000) didapatkan nilai p <0,001 hasil yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tekanan intraokuli dan obesitas dan obesitas merupakan faktor risiko independen terhadap peningkatan tekanan intraokuli. Pada penelitian Jong Soo Lee et al. (2002), yang menilai hubungan tekanan intraokuli dengan parameter kesehatan sistemik, dan Yoshida et al. (2014), yang menilai hubungan tekanan intraokuli dengan indeks massa tubuh pada usia paruh baya dan lansia jepang, didapatkan nilai p <0,05. Nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli.

(46)

32

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan peningkatan tekanan intraokuli (r=0,133 dan r=0,211 ; p= 0,413 dan p=0,192).

2. Rata-rata nilai IMT pasien obesitas dalam penelitian ini adalah 29,88 kg/m2.

3. Rata-rata TIO dalam penelitian ini adalah 15,20 (dextra) dan 14,65mmHg (sinistra).

4. Terdapat peningkatan TIO dextra pada pasien obesitas I sebanyak 10% dan peningkatan TIO sinistra pada pasien obesitas I dan II masing-masing sebanyak 5%.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada kalangan medis agar lebih aktif mensosialisasikan dampak obesitas bagi kesehatan, menghimbau masyarakat untuk bergaya hidup sehat sejak dini, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setinggi-tingginya dan memberikan promosi kesehatan sebagai usaha preventif.

2. Kepada masyarakat agar rutin memeriksakan kesehatan meskipun tidak memiliki keluhan-keluhan mengenai kesehatannya.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, H., Karyomanggolo, W.T., Musa, D.A., Boediarso, A., Oesman, I.N., 2013.

Desain Penelitian, In: Sastroasmoro, S., ed. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 112-113.

Albuquerque, L.L., Gaete, M.I.L., Figueiroa, J.N., Alves, J.G.B., 2013. The

Correlation Between Body Mass Index and Intraocular Pressure in Children.Arq Bras Oftalmol. 76 (1):10-2

C. N.Pedro-Egbe, C.N., Awoyesuku, E.A., Nathaniel, G.I., Komolafe, R.O., 2013. The Relationship Between Body Mass Index and Intraocular Pressure in Port Harcourt Nigeria. British Journal of Medicine & Medical Research. 3(3):589-595.

Cheung, N., Wong, T., 2007. Obesity and Eye Diseases. Surv Opthalmol.52(2): 180–195.doi:10.1016

Flier, JS., Flier EM., 2008. Biology of Obesity. In : Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th. New York: McGraw- Hill, 462-473.

Galletta, G.M., 2012. Obesity: Obesity Causes. Available from:

[Accesed 13

May 2014].

Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. Giangiacomo, A., Coleman, A.L., 2008. The Epidemiology of Glaucoma.

In :Krieglstein, G.K., Weinreb, R.N., ed Glaucoma. USA: Springer, 13-21.

Goel, M., Picciani R.G., Lee, R.K., Bhattacharya, S.K., 2010. Aqueous Humor Dynamics: A Review. Op. Ophthalmol J. 4: 52-59.

(48)

34

Karadag, R., Arslanyilmaz, Z., Aydin, B., Hepsen,I.F., 2012. Effects of Body Mass

Index on Intraocular Pressure and Ocular Pulse Amplitude. Int. J. Ophthalmol. 5(5):605-608.

Khurana, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International (P) Limited, 205 -231.

Lee, J.S., Choi, Y.R., Lee, J.E., Choi, H.Y., Lee, S.H., Oum, B.S., 2002. Relationship Between Intraocular Pressure and Systemic Health Parameters in the Korean Population. Korean J. Ophthalmol. 16(1):13-9.

Mariotti, S.P., 2010. Global Data on Visual Impairment. World Health Organization. Switzerland.

Mori, K., Ando, F., Nomura, H., Sato, Y., Shimokata, H., 2000. Relationship Between Intraocular Pressure and Obesity in Japan. Int. J. Epidemiol.

29(4):661-6.

Paul, R., 2007. Anatomy & Embryology of Eye: The Anterior Chamber Angle. In: Paul, R., Whitcher, J.P., ed. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. USA: McGraw-Hill, 12-13.

Rhee, D.J., 2003. Basics of Aqueous Flow and Optic Nerve. In : ed. Color Atlas and Synopsis of Clinical Ophthalmology.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Salmon, J.R., 2007. Glaucoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. USA: McGraw-Hill, 212-228.

Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics.

In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 17-29.

Sitompul, R., Nora, R.L., 2011. Glaucoma and Dry Eye Diseases: The Role of Preservatives in Glaucoma Medications. Med. J. Indones. 20:302-5.

(49)

http://www.nyee.edu/pdf/solomonaqhumor.pdf [Accesed 3 May 2014].

Sugondo, S., 2009. Obesitas. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,

Simadibrata, MK., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing 1973-1982.

Tanjung, H., 2003. Perbedaan Rata-rata Regiditas Okuler pad a Miopia dan Hipermetropia di RSUP H. Adam Malik Medan. Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Thang, S.H., Sattar, N. & Lean, M., 2006. Assesment of Obesity and Its Clinical Implication, ABC of Obesity. BMJ. 333: 696-698.

World Health Organization, 2013. Obesity: Sitation and Trend. Geneva: Global Health Observatory (GHO). Available

from 27 March2014].

World Health Organization, 2013. BMI Classification: Global Data Base on Body Mass Index. Available from:

[Accessed 5

April 2014].

Yoshida, M., et al., (2014). Association of Blood Pressure and Body Mass Index withIntraocular Pressure in Middle-aged and Older Japanese Residents: A Cross- sectional and Longitudinal Study. Acta Med.Okayama, 68 (1) :27-34.

(50)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Yona Fani Debrito Limbong Tempat/Tanggal Lahir : Pangkal Pinang, 25 Juli 1993 Agama : Katolik

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Setia Negara No. 1, P. Brayan

II. Riwayat Pendidikan

1. TK Xaverius, Bengkulu 2. SD Methodist-8, Medan 3. SMP Methodist-8, Medan 4. SMA Methodist-8, Medan III. Riwayat Organisasi

(51)

Lampiran 2

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Salam sejahtera,

Saya, Yona Fani Debrito Limbong, yang sedang menjalani

Pendidikan Kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Saya sedang

mengadakan penelitian yang berjudul “

Hubungan Obesitas dengan

Peningkatan Tekanan Intraokular pada Pasien di Poliklinik Mata

RSUP Haji Adam Malik

”.

Dalam penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara akan diwawancarai

selama kira-kira 5-10 menit mengenai identitas (nama, jenis kelamin,

usia, dan pendidikan) dan seputar riwayat penyakit (diabetes melitus/

penyakit gula, hipertensi/ darah tinggi, glaukoma, miopia/ rabun jauh).

Kemudian Bapak/Ibu/Saudara akan diukur tinggi badan dan

berat badannya. Bapak/Ibu/Saudara melepas alas kaki dan segala

sesuatu yang dipakai di kepala. Berdiri dengan tegak, diatas

timbangan dan pandangan ke depan. Lalu alat pengukur tinggi akan

digeser oleh pemeriksa sampai

mencapai

puncak kepala

Bapak/Ibu/Saudara untuk menentukan tinggi badan

Bapak/Ibu/Saudara.

Pada saat menimbang berat badan, Bapak/Ibu/Saudara akan

naik ke atas timbangan, kedua kaki seluruhnya berada di atas

timbangan dan pandangan ke depan. Pemeriksa akan melihat angka

yang ditunjuk jarum timbangan yang menandakan berat badan

(52)

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan

Bapak/Ibu/Saudara akan digunakan untuk menghitung nilai Indeks

Massa Tubuh (IMT). Setelah itu, Bapak/Ibu/Saudara akan diukur

tekanan intraokulinya oleh staf ahli di RSUP H. Adam Malik Medan

dan dicatat hasilnya.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini bersifat

sukarela. Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu/Saudara akan

disamarkan atau dirahasiakan dan hanya untuk kepentingan penelitian

ini. Data yang dipublikasikan pun disamarkan dari identitas

Bapak/Ibu/Saudara.

Kerahasiaan Bapak/Ibu/Saudara dijamin sepenuhnya.

Apabila Bapak/Ibu/Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut,

maka dapat menghubungi saya:

Nama : Yona Fani Debrito Limbong

Alamat : Jl Setia Negara, No 1 Asrama Ki-Angmor P.Brayan, Medan

20239

No. HP: 085296096089

Terima kasih atas keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara pada penelitian ini.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara sangat saya hargai dan akan

menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, ... 2014

Peneliti,

(53)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK (INFORMED CONSENT)

Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul "Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan Intraokular pada Pasien di Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik”.

Dalam tahap ini, saya paham bahwa saya akan menjawab pertanyaan wawancara sebagai skrining awal dalam memilih sampel untuk penelitian ini. Selanjutnya, bila saya terpilih menjadi sampel untuk penelitian ini, saya akan diukur berat badan dan tinggi badan untuk menentukan indeks massa tubuh dan diukur tekanan intraokuli oleh staf ahli di RSUP H. Adam Malik Medan.

Saya menyadari bahwa partisipasi ini bersifat sukarela dan saya bisa mundur setiap saat tanpa ada sanksi apa pun. Saya paham bahwa semua data akan dirahasiakan. Publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini tidak akan disertai nama sehingga kerahasiaannya tetap akan terjamin.

Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini. Saya menyatakan bahwa bentuk dan tujuan penelitian telah dijelaskan pada saya dan saya mengerti tentang risiko, manfaat, dan prosedur secara keseluruhan dari penelitian ini.

Saya telah membaca dan memahami formulir persetujuan. Semua pertanyaan telah saya jawab dan saya setuju untuk berpartisipasi. Jika saya membutuhkan informasi lebih lanjut, saya dapat menghubungi peneliti,

Yona Fani Debrito Limbong.

Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan menandatangani dan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Nama : ... Alamat : ... Jenis kelamin : ... Umur : ...(tahun)

Medan, ... 2014

Responden, Saksi,

(54)

Lampiran 4

Lembar Pengamatan

Nama Responden

: ...

Jenis Kelamin Responden

: ...

Usia Responden

: ...

Tekanan Intraokuli

: ...

Riwayat Glaukoma

: + / -

Riwayat Hipertensi

: + / -

(55)

Lampiran 5

NAMA Umur L/P Berat Badan Tinggi Badan TIO D TIO S BMI

KH 40 P 61 153 11 14 26

MR 18 P 63 164,5 12 12 23,28

ARM 45 L 85 163 16 14 31,99

AS 45 P 60 138 11 13 31,5

DBTR 45 L 65 154 16 13 27,4

YHN 23 P 75 170 10 11 25,95

WIML 24 L 75 168 18 16 26,57

RTM 36 L 118 173 18 19 39,42

TMSTJ 24 L 82 168 16 16 29,03

SM 45 P 66 150 16 13 29,33

EL 20 P 65,5 155 16 15 27,26

PSM 20 P 60 154 14 14 25,29

HLF 21 P 80 155 15 14 33,29

MST 22 L 77 169 15 15 26,95

VTN 20 L 77,5 165 21 19 28,48

ST 45 P 65 146 16 14 30,49

IBR 20 P 88 154 15 16 37,1

SLV 20 P 75 165 20 20 27,54

IID 32 P 77,5 155 11 12 32,25

RSS 45 P 71 152 18 22 30,73

SSD 44 P 72 160 13 12 28,12

ICI 45 P 79 157 14 14 32,11

YD 33 P 71,5 157,5 13 12 28,83

RSR 45 P 61 152 11 13 26,4

ERN 32 P 85 154 18 16 35,84

RST 34 P 89 148 14 13 40,63

NVA 35 P 77 158 15 15 30,84

SNT 33 P 66 148 18 15 30,13

SDW 39 L 87 173 11 13 29,06

AND 30 P 89 160 17 16 34,76

IY 33 P 90 148 14 12 41,08

LHSB 20 L 110 175 17 17 35,91

CLMT 22 L 70 162 15 12 26,67

BTT 20 P 67 154 26 23 28,25

AGG 21 P 65 158,5 16 14 25,87

IRR 22 L 62 160 13 13 24,21

RH 21 L 85 168 13 11 30,11

NK 22 L 68 160 19 17 26,56

BMB 45 L 65 155 13 13 27,05

(56)

Lampiran 6

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 15 37,5 37,5 37,5

P 25 62,5 62,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

umurkelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-20 8 20,0 20,0 20,0

21-30 11 27,5 27,5 47,5

31-40 11 27,5 27,5 75,0

41-45 10 25,0 25,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

BMI Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Overweight 3 7,5 7,5 7,5

Obese I 20 50,0 50,0 57,5

Obese II 17 42,5 42,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

TIOD kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <21 38 95,0 95,0 95,0

>21 2 5,0 5,0 100,0

(57)

TIOS Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <21 38 95,0 95,0 95,0

>21 2 5,0 5,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

BMI Kelompok * TIOD kelompok Crosstabulation

TIOD kelompok

Total <20 >20

BMI Kelompok Overweight Count 3 0 3

% within BMI Kelompok 100,0% 0,0% 100,0%

Obese I Count 18 2 20

% within BMI Kelompok 90,0% 10,0% 100,0%

Obese II Count 17 0 17

% within BMI Kelompok 100,0% 0,0% 100,0%

Total Count 38 2 40

% within BMI Kelompok 95,0% 5,0% 100,0%

BMI Kelompok * TIOS Kelompok Crosstabulation

TIOS Kelompok

Total <20 >20

BMI Kelompok Overweight Count 3 0 3

% within BMI Kelompok 100,0% 0,0% 100,0%

Obese I Count 19 1 20

% within BMI Kelompok 95,0% 5,0% 100,0%

Obese II Count 16 1 17

% within BMI Kelompok 94,1% 5,9% 100,0%

Total Count 38 2 40

(58)

Correlations

BMI TIOD

BMI Pearson Correlation 1 ,133

Sig. (2-tailed) ,413

N 40 40

TIOD Pearson Correlation ,133 1

Sig. (2-tailed) ,413

N 40 40

Correlations

BMI TIOS

Spearman's rho BMI Correlation Coefficient 1,000 ,211

Sig. (2-tailed) . ,192

N 40 40

TIOS Correlation Coefficient ,211 1,000

Sig. (2-tailed) ,192 .

N 40 40

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TIOD ,126 40 ,109 ,938 40 ,029

TIOS ,192 40 ,001 ,876 40 ,000

BMI ,124 40 ,120 ,921 40 ,008

Gambar

Gambar 2.1. Struktur trabecular meshwork
Gambar 2.2 Trabecular Outflow (kiri) dan Uveoscleral Outflow (kanan)
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Menurut Kriteria Asia Pasifik
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
+5

Referensi

Dokumen terkait

BKSP sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah organisasi non struktural yang bersifat independen yang bertanggungjawab atas koordinasi manajemen dan pelatihan

meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman inang dari.. pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stress kekeringan, c) mikoriza dapat. beradaptasi dengan

Tersedianya data dan informasi di bidang kesehatan yang berdasarkan hasil penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan akan dijadikan

Nama Lengkap dan

Program studi adalah unit terkecil dalam sistem pendidikan di perguruan tinggi, yang menangani satu bidang ilmu dan keahlian. Program studi D3 teknik otomotif merupakan

Salah satu kegiatan yang telah diprogramkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat.. tahun 2009 adalah kegiatan Diklat Standarisasi Peralatzn Praktek SMK di

Universitas Negeri

Masalah yang akan dipecahkan adalah bagaimana bagian keuangan pada Unit Pelayanan Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan Kuala dapat memanfaatkan aplikasi penggajian ini,