Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SP-36, KCl, KIESERIT DAN KOTORAN
SAPI TERHADAP JUMLAH MIKROORGANISME PADA ANDISOL
TONGKOH KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Oleh :
ARIF IRFAN
010303023/ ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SP-36, KCl, KIESERIT DAN
KOTORAN SAPI TERHADAP JUMLAH MIKROORGANISME
PADA ANDISOL TONGKOH KABUPATEN
KARO
SKRIPSI
Oleh :
ARIF IRFAN 0103030023 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, Kcl, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo
Nama : Arif Irfan
Nim : 010303023
Departemen : Ilmu Tanah
Minat Studi : Bioteknologi Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. Hardy Guchi, MP Ir. Alida Lubis, MS Ketua Anggota
Mengetahui
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
The research was aimed at studying the effect of manure application and fertilizers to the sum of bacteria, actinomycetes and fungi. The experiment used a factorial randomized block design with two factors and three replications. First factor is manure application : C0: without manure ; C1: manure application 20 ton hectare-1. Second factor is application of fertilizer : M0: no fertilizer ; M1: 85 kg SP-36 hectare-1, 1316 kg KCl hectare-1, 875 kg Mg hectare-1 ; M2: two fold of M1 dosage ; M3: three fold of M1 dosage.
Manure was given at the first time, after a week application of fertilizer was done. Four weeks latter sum of bacteria, actinomycetes and fungi was counted.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk anorganik terhadap jumlah bakteri, actinomycetes dan jamur. Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan RAK faktorial dengan 2 faktor 3 ulangan. Faktor 1 adalah pemberian pupuk kandang yaitu C0: tanpa pemberian dan C1 pemberian pupuk kandang 20 ton/ha. Faktor 2 adalah M0: tanpa pemberian pupuk; M1: 85 kg SP-36/ha, 1316 kg KCl/ha, 875 kg Mg/ha ; M2: dua kali dosis M1 dan M3: tiga kali dosis M1.
Pertama sekali diberikan pupuk kandang sapi, setelah 1 minggu kemudian diberikan pupuk anorganik. Empat minggu setelah pemberian pupuk anorganik, dilakukan analisa jumlah mikroorganisme.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 25 Nopember 1982 dari Ayahanda Alm. H. Iman Riady dan Ibunda Hj. Zulaikha. Penulis merupakan putra ke empat dari empat bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Medan dan pada tahun yang sama diterima masuk di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui jalur UMPTN. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi pengajian Al-Bayan pada tahun 2001 sampai 2006 dan organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah pada tahun ajaran 2002 sampai 2006.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Tanjung Pasir kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Melaksanakan penelitian untuk skripsi di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Medan, Nopember 2007
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah menunjukkan kita kepada jalan kebenaran.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Hardy Guchi. MP dan Ibu Ir. Alida Lubis , MS sebagai dosen pembimbing
dalam penelitian ini dan Ibu Ir. T. Sabrina, Magr. Sc yang telah banyak memberikan saran.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibunda tercinta serta abang dan kakak tersayang serta seluruh keluarga yang telah memberikan semangat kepada penulis. Dan tidak lupa pula kepada semua teman-temanku di Pertanian USU Departemen Ilmu Tanah khususnya angkatan 2001 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan baik dari segi isi maupun redaksi. Oleh karena itu, kritik dan Saran sangat diharapkan guna melengkapi penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Desember 2007
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Mikroorganisme Tanah ... 8
Peranan Bahan Organik dan Pupuk Anorganik Terhadap Jumlah Mikroorganisme Tanah ... 11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 15
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Pengambilan sampel tanah ... 17
Aplikasi perlakuan ... 17
Penghitungan Mikroorganisme Tanah Setelah Inkubasi ... 18
Pengambilan sampel tanah untuk analisa ... 18
Pembuatan seri pengenceran ... 18
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 27
Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
1. Nilai Rataan Jumlah Bakteri (105) Pada Masing-Masing Perlakuan Kotoran Sapi dan Pupuk Anorganik ... 16 2. Nilai Rataan Jumlah Actinomycetes (105) Pada Masing-Masing
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisa Awal Tanah ... 30
2. Analisa Kotoran Sapi ... 30
3. Bagan Penelitian ... 31
4. Data Jumlah Bakteri (105) ... 32
5. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl, Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Bakteri... 32
6. Data Jumlah Actinomycetes (105) ... 33
7. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl, Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Actinomycetes ... 33
8. Data Jumlah Jamur (105) ... 34
9. Data Jumlah Total Mikroorganisme ... 35 10. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl,
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semula kondisi tanah yang tidak subur biasa diatasi dengan penggunaan pupuk organik. Namun setelah diperkenalkan pupuk kimia, para petani berubah haluan meninggalkan pupuk organiknya dan berganti menggunakan pupuk kimia. Dalam kurun waktu tertentu hasil panen yang lebih banyak memang dapat dirasakan dan meningkat cukup tajam. Sehingga muncul pemikiran “semakin banyak pupuk kimia yang diberikan maka hasil panen akan semakin meningkat”.
Pemikiran yang seperti inilah yang sedang mempengaruhi kebanyakan para petani di Kabupaten Karo. Jumlah input akan mempengaruhi output. Sehingga menyebabkan pemberian pupuk, penggunaan pestisida dan herbisida secara berlebihan ke dalam tanah. Tanah dipaksa untuk menghasilkan suatu hasil komoditi yang memuaskan bagi petani. Kualitas yang dihasilkan serta kehidupan mikroorganisme jadi terabaikan demi meraup keuntungan dari hasil panen untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimianya melainkan juga pada ciri alami mikroorganisme yang menghuninya. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, aktinomysetes, jamur, alga dan protozoa.
Andisol merupakan salah satu tanah yang tergolong subur di Sumatera Utara dan biasanya terletak di daerah vulkanik. Meskipun Andisol potensial untuk dijadikan lahan pertanian tetapi lahan ini mempunyai banyak kendala. Kendala yang utama adalah tingginya retensi fosfat hingga dapat mencapai 90%, ketersediaan hara P yang rendah. Akibat kendala tersebut maka tanah Andisol tidak dapat berproduksi secara optimal tanpa ada masukan teknologi.
Peran mikroorganisme demikian besarnya dalam menyediakan lingkungan yang baik bagi tanaman antara lain dapat membantu ketersediaan hara.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian tentang pemberian pupuk anorganik dan kotoran sapi dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme dalam tanah.
Tujuan Penelitian
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
2. Pemberian bahan organik (Kotoran sapi) dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
3. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit serta bahan organik (kotoran sapi) dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Andisol
Nama Andisol juga diberi nama tanah Debu Hitam (Indonesia), tanah Kurobuku, Kurotsuchi dan tanah Humik-Alofan (Jepang), tanah Trumao (Amerika Selatan), tanah Talpetate (Nicaragua), tanah Alvic dan Subalvic atau tanah Lempung Kuning-Coklat (Yellow Brown Loam, Selandia Baru), tanah Coklat (Antiles), kemudian Dudal, 1969 memakai nama resmi tanah ini sebagai Andosol setelah melihat perbedaan-perbedaan yang timbul dari beberapa negara. Nama Andosol juga dipergunakan secara resmi didalam peta tanah dunia dari FAO-UN sementara Guy D. Smith tahun 1979 memakai nama Andisol menggantikan nama Andosol karena Andosol bukan bahasa Inggris yang benar dan nama Andisol dipakai sampai saat ini (Tan, 1998).
Tanah Andisol baik untuk pertanian, sering merupakan tanah terbaik di tropika, khususnya jika terbentuk dalam bahan volkan intermedier atau basa, Andisol dapat menyerap air banyak, KPK tinggi (35-54 mmol tiap 100 g) dan mengandung bahan organik banyak (5-20 %) sehingga memiliki kesuburan alamiah yang tinggi (Buringh, 1983).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Andisol dicirikan dengan sifat “andik” dari kelas tanah yang dibentuk dari bahan induk abu vulkanik yang mengandung mineral alofan tinggi. Sifat andik yang digunakan sebagai penciri antara lain (Soil Taxonomy, 2003) :
1.Persentase Al + ½ Fe (dengan amonium oxalat) jumlahnya 2,0 % atau lebih; 2.Bulk Density pada kapasitas lapang (1/3 bar) yaitu 0,90 g/ cm3;
3.Mengandung bahan amorf (alofan) tinggi; 4.Retensi fosfat tinggi (>25%)
5.Mengandung bahan piroklastik vitrik (bahan vulkanik) lebih dari 5%
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu vulkan, batu apung, sinder, lava dan bahan volkaniklastik, yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “short-range order” (alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan lingkungan tertentu, pelapukan aluminosilikat primer dalam bahan induk non vulkanik dapat juga menghasilkan mineral “short-range order”. Andisol dapat mempunyai sembarang epipedon, asalkan persyaratan minimum untuk ordo Andisol dapat dipenuhi pada dan/atau di bawah epipedon. Andisol juga mempunyai sembarang regim / kelembaban dan regim temperatur tanah dan dapat ditemukan di sembarang posisi landscape maupun ketinggian (Hardjowigeno, 1993).
Andisol mengadsorpsi fosfat dalam jumlah besar, beberapa peneliti mengungkapkan bahwa P diadsorpsi sebesar 200-600 µ mol P/g oleh Alofan dan 120 µ mol P/g untuk imogolit pada konsentrasi P 1,15 x 10-4 M (Wada, 1980).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
juga tidak tetap. Kandungan C dan N tinggi tetapi C/N rasionya rendah, kadar P rendah karena terfiksasi kuat dan sukar mengalami peptisasi. Karena itu Andisol disebut dengan tanah-tanah yang bermuatan tidak tetap. Kapasitas tukar kation Andisol adalah tinggi dan bervariasi dengan pH. Sifat ini dkenal sebagai pH dependent charge atau variable tinggi mempunyai KTA rendah (Munir,1996).
Mikroorganisme Tanah
Dipandang dari sudut tanaman ada dua kelompok besar jasad hidup (organisme) tanah yaitu yang menguntungkan dan merugikan. Kedua kelompok ini tidak dapat diabaikan dari perhatian. Hasil tanaman yang kita pungut kurang lebih merupakan cerminan dari hasil kerja sama kedua kelompok ini. Kelompok yang menguntungkan meliputi seluruh organisme yang melakukan pelapukan bahan organik, perubahan ke anorganik, dan penambahan nitrogen. Sedangkan kelompok yang merugikan adalah yang melakukan persaingan hara dengan tanaman pokok dan / atau menyebabkan tanaman kena hama dan penyakit (Nyakpa, dkk, 1986).
Di antara sekian banyak kelompok mikroorganisme, bakteri merupakan kelompok yang paling dominan dan pada umumnya berkembang di dekat mintakat (zone) perakaran tanaman. Kebanyakan mikroorganisme lebih banyak dijumpai pada tanah-tanah yang ditanami daripada yang tidak ditanami. Bakteri yang umum dijumpai adalah Rhizobium, Azotobacter, Azospirilium,
Nitrosomonas, Pseudomonas, dan Bacilus yang berperanan dalam menambat
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
tergantung pada kegiatan mikroba. Bakteri penambat nitrogen, baik yang non-simbiosis maupun yang bersimbiose dengan tanaman mampu mengikat 69% N2 udara ( Sutanto, 2002 ).
Bakteri bersel tunggal, bagian terkecil dari organisme dan meliputi semua organisme tanah dalam jumlah dan macamnya. Satu gram tanah subur dapat mengandung bakteri lebih dari 1.000.000.000. Bakteri pada keadaan normal memperbanyak dengan membelah diri menjadi dua bagian. Pembelahan tersebut sering kali setiap 20 menit dan dapat memperbanyak dengan sangat cepat pada kondisi yang baik. Telah dihitung jika bakteri bersel satu membelah setiap jam dan demikiannya seterusnya, maka 17.000.000 sel akan dihasilkan dalam satu hari. Massa sebesar bumi akan dihasilkan dalam waktu 6 hari. Tingkat pertumbuhan yang sangat cepat tersebut tidak dapat dipertahankan selamanya karena nutrien dan faktor pertumbuhan lainnya menjadi pembatas dan terjadi akumulasi sisa hasil (Foth, 1991).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
dengan makin meningkatnya kedalaman tanah dan actinomycetes dapat dipisahkan dalam jumlah cukup bahkan dari sampel tanah yang diperoleh dari horizon C profil ( Rao, 1994 ).
Actinomycetes banyak terdapat di tanah. Mereka membuat koloni sebanyak 50 persen yang dikembangkan di tempat yang mengandung media buatan yang diinokulasikan dengan ekstrak tanah. Jumlah actinomycetes antara 1.000.000 sampai 36.000.000 per gram tanah. Berat substansi hidup per are melampaui bakteri, tetapi kenyataannya mereka tidak akan sama dengan jaringan jamur (Foth, 1991).
Jamur secara khas tumbuh dari spora dengan struktur seperti benang yang mungkin mempunyai dinding melintang atau tidak. Masing-masing benang adalah
hifa dan massa benang yang meluas disebut miselium. Sukar untuk menentukan
secara akurat jumlah fungi per gram tanah, karena miselium mudah terfragmentasi. Telah diamati bahwa satu gram tanah biasanya berisi 10 sampai 100 meter hifa. Berdasarkan jumlah filamen, peneliti menyimpulkan bahwa bobot hidup jaringan fungi melampaui atau sama dengan bobot hidup jaringan bakteri di sebagian besar tanah ( Foth, 1994 ).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Mikroorganisme Tanah
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Secara umum aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain adalah :
1. Iklim (curah hujan, suhu dan lain-lain)
2. Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara dan lain-lain) 3. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar dan lain-lain) (Nyakpa, dkk, 1986).
Bakteri
Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena banyak persyaratan yang sangat mempengaruhi perkembangan mereka. Pada umumnya populasi bakteri terbanyak terdapat pada horizon permukaan karena syarat-syarat berupa aerasi dan sumber makanan disini lebih baik (Buckman dan Brady, 1982).
Bakteri dapat bertahan hidup pada kondisi iklim yang ekstrem walaupun temperatur dan kelembaban mempengaruhi populasinya. Di daerah Arktika yang temperaturnya di bawah titik beku, bakteri dapat tumbuh dengan subur sesubur hidupnya di tanah gurun yang kering yang temperaturnya sangat tinggi. Kemampuan yang menjadi sifat dari banyak bakteri untuk membentuk spora yang memiliki pembungkus luar yang kokoh, mempermudah pelestarian bakteri dalam seluruh lingkungan yang ganas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi populasi bakteri dalam tanah adalah pH, praktik pertanian, pemupukan dan pemakaian pestisida dan penambahan bahan organik (Rao, 1994).
Actinomycetes
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
cukup berbeda yang membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda. Jumlah actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami dekomposisi lazimnya, actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok adalah antara 6,5 dan 8,0. Tanah yang penuh berisi air tidak cocok untuk pertumbuhan actinomycetes sedangkan tanah gurun di daerah kering dan setengah kering mempertahankan populasi yang cukup besar, mungkin karena adanya ketahanan spora terhadap kekeringan. Persentase actinomycetes dalam populasi mikroba total meningkat dengan makin meningkatnya kedalaman tanah dan actinomycetes dapat dipisahkan dalam jumlah cukup bahkan dari sampel tanah yang diperoleh dari horizon C profil (Rao, 1994).
Jamur
Fungi (jamur) penting dalam semua tanah. Toleransi fungi terhadap keasaman menjadikan amat penting pada tanah hutan yang asam. Residu berkayu pada lantai hutan menyediakan hara yang berlimpah untuk fungi tertentu yang merupakan pengurai lignin yang efektif (Foth, 1994).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
atau bersifat basa dan beberapa dapat tetap hidup dalam pH di atas 9,0. tanah yang baik untuk ditanami mengandung banyak jamur karena jamur bersifat aerobik dan pada kelembaban tanah yang terlalu tinggi jumlahnya menurun (Rao, 1994).
Secara ekologis penggunaan Organisme Hasil Modifikasi Genetika dikhawatirkan akan mengganggu tekstur dan struktur tanah. Seperti gen tanaman yang ditransfer menggunakan beberapa jenis mikroorganisme, sehingga tanaman transgenik akan menghasilkan bahan kimia maupun endotoksin yang dapat mencegah serangan hama dalam tanah. Maka sisa tanaman transgenik itu masih mengandung toksin yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme di dalam tanah, sehingga terjadi degradasi bakteri (mikroorganisme) maupun organisme di dalam tanah, yang akan mengubah struktur dan tekstur tanah dalam jangka waktu tertentu (Jahrin, 2007).
Peranan Bahan Organik Dan Pupuk Anorganik Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Tanah
Fungi atau jamur memerlukan senyawa organik sebagai nutrisinya bila jamur hidup pada bahan organik mati yang terlarut, mereka di sebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburan (Pelczar, 1986).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
jumlahnya di dalam tanah. Bahan organik juga sebagai sumber dari dua unsur hara yaitu P dan S dan sebagai satu-satunya sumber N.
Jika ditinjau dari cara hidupnya, sebagian besar jamur hidup sebagai saprob. Jamur yang hidup sebagai saprob memperoleh nutrisi atau makanan dari bahan organik yang tidak hidup, yaitu bahan organik yang telah mengalami pelapukan atau penguraian. Sebagai makhluk hidup, jamur memerlukan nutrisi untukpertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisi tersebut dapat langsung di peroleh dari media yang ada disekitarnya secara langsung dalam bentuk unsur ion dan molekul sederhana (Gunawan, 2000).
Hakim, dkk, (1986) menyatakan bahwa hasil-hasil dekomposisi bahan organaik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah antara lain : (a) kemampuan menahan air meningkat, (b) warna tanah menjadi coklat hingga hitam, (c) merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, (d) menurunkan plastisitas dan sifat buruk lainnya dari liat.
Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa karbon merupakan bahan organik yang utama yang ditangkap oleh tanaman dari CO2 udara. Bahan organik akan didekomposisikan kembali dan melepaskan sejumlah karbon. CO2 yang dilepaskan akan bereaksi di dalam tanah membentuk asam karbonat, Ca, Mg, K karbonat atau bikarbonat. Garam-garam ini mudah larut dan hilang atau diserap tanaman. Sebagian besar CO2 yang dihasilkan akan dilepaskan kembali ke udara.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
terpenting adalah perubahan C/N yang tinggi ke C/N yang optimal yang dapat digunakan oleh tanaman. Perbandingan C/N di dalam tanah perlu diketahui untuk mengetahui tingkat pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta tersedianya unsur hara N di dalam tanah. Bahan organik yang mempunyai
perbandingan C / N 10-12 adalah merupakan optimal untuk pertumbuhan tanaman (Ginting, 1975; Hasibuan dan Ritonga, 1980).
Penggunaan pupuk kimia berlebih hingga puluhan tahun menyebabkan unsur mikroorganisme di dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi ini menyebabkan suplai nutrisi dari dalam tanah sangat kurang dan bahkan tidak ada. Di sisi lain, tanaman hanya menunggu suplai makanan dari unsur anorganik (pupuk kimia) yang diberikan petani (Khaerudin, 2006).
Pemberian bahan organik kedalam tanah berpengaruh terhadap ketersediaan fosfor dalam tanah. Al dan Mn dalam tanah akan menurun bila bahan organik meningkat sebab bahan organik akan mengikat / mengkhelat Al dan Mn oleh asam-asam organik, sehingga dapat memperbaiki lingkungan pertumbuhan perakaran tanaman (Hairiah, dkk, 2002).
Menurunnya kandungan BOT mudah dikenali dilapangan, antara lain dengan melihat warna tanah yang pucat dan padat diakibatkan erosi. Selain itu, perubahan alih fungsi lahan menjadi pemukiman juga menurunkan kadar BOT. Aktivitas mikroorganisme dan fauna tanah dapat membantu terjadinya agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air tanah dan mengurangi terjadinya erosi dalam skala luas (Hairiah, dkk, 2002).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2007 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Andisol sebagai media tanam yang diambil secara komposit, kotoran sapi sebagai bahan organik, pupuk SP-36 sebagai sumber Fosfat, KCl (60% K2O) sebagai sumber Kalium, CaMg(CO3)2 sebagai sumber Magnesium, pupuk ZA (21% N) sebagai pupuk dasar, dan bahan-bahan kimia lainnya untuk keperluan analisis.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, sekop, plastik dan goni untuk pengambilan tanah, polybag sebagai wadah tanah, timbangan, dan alat-alat laboratorium untuk keperluan analisis.
Metode Penelitian
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Perlakuan I : Pemberian bahan organik yang terdiri dari 2 taraf yaitu : C0 : tanpa pemberian kotoran sapi
C1 : 20 ton kotoran sapi / Ha
Perlakuan II : Pemberian SP-36, KCl dan MgO yang terdiri dari 4 taraf yaitu : M0 : tanpa pemberian pupuk anorganik
M1 : 85 kg SP-36 / Ha, 1316 kg KCl / Ha, 875 kg MgO / Ha M2 : 190 kg SP-36 / Ha, 2632 kg KCl / Ha, 1750 kg MgO / Ha M3 : 255 kg SP-36 / Ha, 3948 kg KCl / Ha, 2625 kg MgO / Ha.
Sehingga diperoleh 2 x 4 x 3 = 24 unit percobaan dengan kombinasi perlakuan sebagai berikut :
C0M0 C1M0 C0M1 C1M1 C0M2 C1M2 C0M3 C1M3
Model linier rancangan acak kelompok
Yijk = µ + i + j + ( )ij + k + ijk
Dimana:
Yijk = Hasil pengamatan µ = Nilai tengah umum
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
( )ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor C dan taraf j dari faktor M
k = Pengaruh blok
ijk = Pengaruh galat taraf ke-i, dari faktor C dan taraf j dari faktor M pada blok ke-k
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Sampel Tanah dan Persiapan Media Tanam
Pengambilan contoh tanah dilakuan secara acak pada kedalaman 0-20 cm lalu Dikompositkan, kemudian tanah dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Tanah yang telah kering udara kemudian di ayak lalu di analisis % kapasitas lapang dan % kadar airnya untuk menentukan berat tanah yang dimasukkan ke dalam polybag setara dengan 5 kg berat tanah kering oven (BTKO). Selanjutnya polybag-polybag tersebut disusun di rumah kaca secara acak sesuai dengan bagan penelitian yang terdapat pada Lampiran 1.
Aplikasi Perlakuan
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Penghitungan Mikroorganisme Tanah Setelah Inkubasi
• Pengambilan Sampel Tanah Untuk Analisa
Sampel tanah diambil dari tiap-tiap polybag. • Pembuatan Seri Pengenceran
- Dimasukkan 10 g tanah ke dalam erlenmeyer 250 mL yang telah berisi 90 mL larutan fisiologis steril, kemudian dikocok dengan shaker selama 30 menit (ini disebut pengenceran 10-1).
- Disiapkan 5 tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan fisiologis steril. - Dituliskan kode 10-2, 10-3...,10-6 pada tabung nomor 1 sampai 5.
- Dipipet 1 mL biakan murni kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi nomor 1, dikocok hingga campuran homogen dengan menggunakan rotamixer.
- Dari tabung reaksi nomor 1 dipipet 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi nomor 2, kocoklah hingga campuran homogen.
- Dilakukan hal yang sama untuk tabung nomor 3, 4 dan 5. - Dipipet 1 mL dari tabung nomor 5, kemudian dibuang. • Penuangan
- Dipipet 1 mL dari pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6, dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
- Diletakkan cawan petri tersebut di atas meja yang rata, kemudian digerakkan memutar ke kiri dan ke kanan supaya suspensi mikroba dan media NA bercampur rata.
- Setelah agar mengental, diinkubasikan biakan tersebut dengan posisi terbalik pada suhu kamar selama 3 hari.
• Penghitungan
- Setelah 3 hari, dihitung koloni yang terbentuk secara manual dengan menghitung jumlah koloni yang tampak pada permukaan cawan petri yang dilihat secara terbalik.
- Dihitung koloni yang terbentuk pada tiap cawan petri dengan rumus :
Parameter Yang Diamati
- Jumlah bakteri
- Jumlah actinomycetes - Jumlah jamur
- Jumlah total bakteri, actinomycetes dan jamur
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Bakteri
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 4 diketahui bahwa pemberian pupuk kandang (pukan) sapi dan interaksi antara pukan sapi dan pupuk anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bakteri dalam tanah, sedangkan pemberian pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bakteri dalam tanah. Jumlah bakteri pada masing-masing perlakuan pukan sapi dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rataan Jumlah Bakteri (105) Pada Masing-masing Perlakuan Pukan Sapi dan Pupuk Anorganik.
Keterangan: 1. C adalah pemberian pukan sapi dan M adalah pemberian pupuk anorganik dimana : C0 :Tanpa pukan sapi, C1: 20 ton pukan sapi / ha BTKO, M0 : Tanpa pupuk, M1: 212,5 mg SP-36, 3290 mg KCl, 2187.5 mg Mg/ 5 Kg BTKO, M2 :425 mg SP-36, 6580 mg KCl, 4375 mg Mg/ 5 Kg BTKO, M3: 637.5 mg SP-36, 9870 mg KCl, 6562.5 mg Mg/ 5 Kg BTKO
2. Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama (a, b) tidak berbeda nyata pada taraf 5% dalam uji BNT (BNT0,05 =5,94)
Kelihatan bahwa jumlah bakteri tertinggi pada perlakuan C0M1 yang berbeda nyata dengan perlakuan C1M0, C1M1, dan C1M2 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan C0M0, C0M2, C0M3 dan C1M3.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 7 diketahui bahwa pemberian kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah aktinomycetes dalam tanah, dan pemberian pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah aktinomycetes dalam tanah. Sedangkan interaksi antara kotoran sapi dan pupuk anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah aktinomycetes dalam tanah. Jumlah aktinomycetes pada masing-masing perlakuan kotoran sapi dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rataan Jumlah Aktinomycetes (105) Pada Masing-masing Perlakuan Pukan Sapi dan Pupuk Anorganik.
Pukan
Sapi Pupuk Anorganik
M0 M1 M2 M3
C0 5,3 b 4,0 b 3,0 b 3,7 b
C1 3,0 b 6,0 b 11,0 a 4,0 b
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama (a, b) tidak berbeda nyata pada taraf 5% dalam uji BNT (BNT0,05 =3,83)
Kelihatan bahwa jumlah aktinomycetes tertinggi pada perlakuan C1M2 yang berbeda nyata dengan perlakuan C0M0, C0M1, C0M2 , C0M3, C1M0, C1M1 dan C1M3.
Jumlah Jamur
Dari hasil analisa yang diperoleh, bahwa jamur hanya terdapat pada perlakuan pemberian kotoran sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf dosis pupuk terendah (C1M1).
Tabel 3. Nilai Rataan Jumlah Jamur (105) Pada Masing-Masing Perlakuan Pukan Sapi Dan Pupuk Anorganik
Pukan
Sapi Pupuk Anorganik
M0 M1 M2 M3
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
C1 0 0,7 0 0
Jumlah Total Mikroorgansime
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 9 diketahui bahwa pemberian pukan sapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme dalam tanah, dan pemberian pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme dalam tanah. Interaksi antara pukan sapi dan pupuk anorganik juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme dalam tanah. Jumlah total mikroorganisme pada masing-masing perlakuan pukan sapi dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai Rataan Jumlah Total Mikroorganisme (105) Pada Masing-masing Perlakuan Pukan Sapi dan Pupuk Anorganik.
Pukan
Sapi Pupuk Anorganik
M0 M1 M2 M3
C0 23,6abc 28,3a 24,0abc 21,3bc
C1 19,3c 24,7ab 19,3c 21,3bc
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Pembahasan
Jumlah Bakteri
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah bakteri tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pukan sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf dosis pupuk terendah (C0M1) yaitu 24,3x105 dan yang terendah pada perlakuan pemberian pukan sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf dosis ke-2 (C1M2) yaitu 8,3x105. Tingginya jumlah bakteri pada perlakuan C0M1 walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan C0M0, C0M2 dan C0M3, disebabkan karena pada kondisi tersebut bakteri merespon baik pemberian M1. Dimana bakteri juga membutuhkan unsur hara yang juga dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan teori Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa Dipandang dari sudut tanaman ada dua kelompok besar jasad hidup (organisme) tanah yaitu yang menguntungkan dan merugikan. Kelompok yang menguntungkan meliputi seluruh organisme yang melakukan pelapukan bahan organik, perubahan ke anorganik, dan penambahan nitrogen. Sedangkan kelompok yang merugikan adalah yang melakukan persaingan hara dengan tanaman pokok.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Untuk perlakuan kontrol, jumlah bakteri tercatat pada nilai 20x105 atau 2.000.000 sel/g tanah. Ini menandakan bahwa kondisi tanah andisol tongkoh yang menjadi objek percobaan tidak bersahabat lagi untuk kondisi perkembangan bakteri. Berdasarkan teori yang diungkapkan Foth (1991) bahwa satu gram tanah subur dapat mengandung bakteri lebih dari 1.000.000.000.
Pada perlakuan tanpa pemberian pukan dan tanpa pupuk anorganik, jumlah bakteri tercatat pada jumlah 20x105. Kemudian perlakuan tanpa pemberian pukan dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik dosis taraf terendah, terjadi peningkatan jumlah bakteri yaitu pada jumlah 24,3x105. Namun ketika pupuk anorganik yang diberikan ditingkatkan dosisnya pada taraf ke-2 terjadi penurunan jumlah bakteri yang tercatat pada nilai 23,3x105. Begitu juga halnya ketika taraf pupuk ditingkatkan hingga pada level tertinggi juga terjadi penurunan, yaitu 19,3x105. Meskipun penurunan nilai ini tidak berbeda nyata Keadaan ini menggambarkan bahwa dosis M1 tidak mengganggu perkembangan bakteri.
Jumlah Aktinomycetes
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah aktinomycetes tertinggi pada perlakuan C1M2 yaitu 11x105 dan yang terendah pada perlakuan C0M2 dan C1M0 yaitu 3x105. Tingginya jumlah aktinomycetes pada perlakuan C1M2 disebabkan karena adanya interaksi antara pupuk anorganik dan kotoran sapi yang dapat memberikan sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Dan rendahnya aktinomycetes pada perlakuan C1M0 adalah karena kurangnya sumber makanan bagi mikroorganisme.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
dikombinasikan terhadap tanpa pemberian pukan sapi ditingkatkan hingga pada taraf M3. Jumlah actinomycetes mengalami penurunan yang tidak nyata hingga 3,7x105. adanya penambahan dosis pupuk hingga pada taraf tertinggi juga dapat menurunkan jumlah actinomycetes di dalam tanah.
Untuk perlakuan kontrol tercatat jumlah actinomycetes pada nilai 530.000, sedangkan dalam satu gram tanah biasanya mengandung 1.000.000-6.000.000. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi tanah andisol tongkoh lagi-lagi bermasalah sebagai tempat berkembang biaknya actinomycetes. Ini sesuai dengan teori Foth (1991) yang menyatakan bahwa jumlah actinomycetes antara 1.000.000 sampai 36.000.000 per gram tanah. Berat substansi hidup per are melampaui bakteri, tetapi kenyataannya mereka tidak akan sama dengan jaringan jamur.
Jumlah Jamur
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa untuk semua perlakuan yang diaplikasikan ke andisol tongkoh hampir semuanya menyebabkan tidak terdapatnya jamur. Jamur hanya terdapat pada perlakuan C1M1. Ini juga menggambarkan bahwa andisol tongkoh yang dijadikan objek penelitian tidak terdapat jamur di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan perlakuan C0M0, jumlah nilai jamur yang di dapat adalah 0 (nol).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
menyebabkan ketiadaan jamur di dalamnya. Jamur hanya toleran terhadap perlakuan dosis pupuk anorganik yang terendah yaitu M1.
Bila dilihat pada perlakuan kontrol maka yang ada pada tabel jumlah jamur hanyalah nilai 0. Hal ini dengan jelas menggambarkan kondisi sebenarnya andisol tongkoh, yang memang tidak mengandung jamur yang mempunyai peran baik di dalam tanah
Jumlah Total Mikroorganisme
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah total mikroorganisme tertinggi pada perlakuan C0M1 yaitu sebesar 28,3x105 dan yang terendah pada perlakuan C1M0 dan C1M2 yaitu sebesar 19,3x105.
Pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah total mikroorganisme. Namun interaksi pupuk kandang dan pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
2. Pemberian bahan organik berupa kotoran sapi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
3. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit serta bahan organik berupa kotoran sapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh. Namun berpengaruh sangat nyata terhadap bakteri dan actinomycetes.
Saran
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bumi Aksara, Jakarta.
Buringh, P. 1983. Pengantar Pengajian Tanah-Tanah Wilayah Tropika dan Sub
Tropika. Terjemahan Tejoyuwono N. Gadjah Mada Univ. Press,
Yogyakarta.
Darmawijaya, M. I. 1992. M. I., 1997. Klasifiksi Tanah. Dasar Teori Bagi
Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press,
Yogyakarta.
Foth, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E. D. Purbayanti, D. W. Lukiwati, R. Trimulatsih. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
______.1994. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Edisi Pertama. Terjemahan S. Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.
Ginting, J., 1975. Diktat Ilmu Memupuk. S. P. M. A Negri, Medan.
Gunawan, A. W., 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Jakarta. Hairiah, K; S. R. Utami; B. Lusiana; M van Noordwijk., 2002. Neraca Hara dan
Karbon Dalam Sistem Agroforestri. http://www.yahoo.com.
Hakim, N. M. Y. Nyakpa; A. M. Lubis; S. G. Nugroho; M. R. Saul; G. B. Hong;
dan H. H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Universitas Lampung,
Lampung.
Hardianto, R., 2003. Dukungan Teknologi Organik Dalam Pengembangan
Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kawasan Selatan Jawa Timur.
Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademika Pressindo, Jakarta.
Hasibuan, B. E dan M. D. Ritonga., 1980. Ilmu Tanah Umum Jilid 2. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Jahrin, S. T., 2007. Produk Transgenik di Tengah Kekhawatiran Risiko
Negatifnya.
Khaerudin, 2006. Petani Deli Serdang Arif Mengolah Tanah Dengan Pupuk
Organik.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta.
Nurida, N. L., 2001. Permukaan Lahan Tebas Bakar, Hubungannya Dengan
Tingkat Populasi Dan Aktivitas Organisme Tanah.
http://www.mma.ipb.ac.id
Pelczar, M. J. Chan. E. C. S, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Hadioetomo, R. S, dkk. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Rao, NSS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI-Press, Jakarta.
Soil Survey Staff. 2003. Keys To Soil Taxonomy. Ninth Edition. USDA Natural
Resources Conservation Service. US Govern, Printing Office, Washington
D.C.
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Tan, K. H., 1998. Andosol, Kapita Selekta Program Studi Ilmu Tanah. Program Pasca Sarjana USU, Medan.
Wada, K., 1980. Mineralogical Characteristics of Andosols in B. K. G Theng (ed)
Soils with Variable Charge, Soil burear. Dept of Science and Industrial
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisa Awal Tanah
Ciri Kimia Tanah Satuan Nilai Kriteria*
C-Organik
Kriteria Berdasarkan Hasil Analisa Tanah Untuk Tanaman perkebunan
Lampiran 2. Analisa Kotoran Sapi
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Lampiran 4. Data Jumlah Bakteri (105)
Perlakuan Blok Total Rataan
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Lampiran 6. Data Jumlah Aktinomycetes (105)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl, Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Aktinomycetes
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Lampiran 8. Data Jumlah Jamur (105)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
C0M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C0M1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C0M2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C0M3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C1M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C1M1 0,30 1,50 0,30 2,10 0,70
C1M2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C1M3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 0,30 1,50 0,30 2,10 0,70
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Lampiran 9. Data Jumlah Total Mikroorganisme
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl, Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Total Mikroorganisme