• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap (Studi Kasus Pada Mahasiswa Yang Kost Di Lingkungan Kampus USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap (Studi Kasus Pada Mahasiswa Yang Kost Di Lingkungan Kampus USU)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA I MEDAN

PENGARUH FAKTOR BUDAYA, SOSIAL, PRIBADI, DAN

PSIKOLOGIS TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN MIE INSTAN MEREK SEDAAP

(STUDI KASUS MAHASISWA YANG KOST

DI LINGKUNGAN KAMPUS USU)

DRAFT SKRIPSI

OLEH

PUTRA SAGUH PRAYOGA 050502148

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

2009 ABSTRAK

Putra Saguh Prayoga (2009) “Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap. (Studi Kasus Pada Mahasiswa Yang Kost Di Lingkungan Kampus USU)”,dibawah bimbingan Dra. Ulfah MSi, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi. (Ketua Departemen Manajemen), Drs. Ami Dilham, MSi. (Penguji I), dan Drs. Raja Bongsu Hutagalung, MSi. (Penguji II).

Proses pengambilan keputusan seseorang untuk membeli suatu produk biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor perilaku konsumen diantaranya adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Salah satu dari faktor tersebut dapat memberikan pengaruh lebih besar dari faktor yang lain. Mengetahui faktor mana saja yang berpengaruh dan bentuk pengaruh yang diberikan, akan sangat membantu manajemen dalam melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran terutama strategi promosi yang sudah dijalankan, dan kemudian dapat menyusun strategi pemasaran atau strategi promosi yang lebih efektif dari sebelumnya

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisis bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial serta pengujian koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiwa yang kost di lingkungan kampus USU. Hasil ini dapat dilihat pada analisis Regresi Berganda dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 45,8% yang berarti bahwa pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU sebesar 45,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapakan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap (Studi Kasus Mahasiswa Yang Kost Di Lingkungan Kampus USU)”.

Skripsi ini dibuat guna melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan program Strata-1 pada Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama proses studi dan pengerjaan penelitian ini telah banyak menerima saran, motivasi, dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Jhon Tafbu Ritonga. M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Dra. Ulfah M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membimbing dan memberi pengarahan dengan penuh kesabaran dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Drs. Ami Dilham, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan, petunjuk serta nasehat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini 6. Drs. Raja Bongsu Hutagalung M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan, petunjuk serta nasehat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Kepada seluruh Dosen-dosen Departemen Manajemen yang selama ini mengajar penulis dengan sangat baik.

8. Seluruh Staff dan Pegawai di Fakulatas Ekonomi Sumatera Utara untuk semua pemberitahuan dan bantuan selama perkuliahan.

9. Kepada seluruh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU, terima kasih karena telah memberikan waktunya guna membantu penelitian ini. 10.Kepada Papa Ir. H. Nurachman dan Mama Hj. Supriyawati, terima kasih atas

segala kasih sayang, do’a dan dukungan, serta kesabarannya.

11.Kepada Mas Dhani dan Mas Dika, terima kasih karena sudah menjadi saudara yang selalu siap membantu. Adikku Yoga, kami selalu menyayangimu.

12.Kepada Nadhila Fairuz Izzaty, terima kasih atas semua dukungan, bantuan, do’a, dan perhatiannya selama ini.

(5)

14.Kepada Mamanya Teguh, terima kasih atas saran dan masukan skripsinya. 15.Kepada Suri, Winda Putri, Dinda Kedondong, dan Hari Rapilo terima kasih

atas koreksi dan bantuannya.

16.Kepada semua pengurus HMM periode 2008/2009, atas kenangan teriindah dalam hidupku. Jangan ada dusta di antara kita.

17.Kepada anak-anak manajemen 2005 lainnya, Ucha, Titin, Vira, Bombom, Topek Geboy, Kiput, Afif, Fly, Bang Apunk, Aad, Bobby, Andri, Aris, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

18.Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Untuk itu penulis dengan kerendahan hati menerima saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan di masayang akan datang.

Medan, Juni 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ……... 19

D. Peran Pembelian ……… 26

E. Tipe-tipe Perilaku Pembelian ……… 27

F. Tahap-tahap Proses Pembelian ………. 28

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……….. 31

A. Sejarah Perusahaan ………... 31

B. Latar Belakang Mie Sedaap ……….. 33

(7)

A. Analisis Deskriftif ………... 42

1. Analisis Deskriftif Responden ……….. 42

2. Analisis Deskriftif Variabel ……….. 42

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 49

1. Uji Validitas ………. 50

2. Uji Reliabilitas ……….. 51

C. Uji Asumsi Klasik ………. 52

1. Uji Normalitas ………... 52

2. Uji Heteroskedastisitas ……….. 54

3. Uji Multikolinieritas ……….. 55

D. Analisis Regresi Linear Berganda ………. 56

1. Uji Secara Serempak / Simultan (Uji F) atau Anova ………. 56

2. Uji Secara Parsial (Uji t) ……… 57

3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ………... 59

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………. 60

A. Kesimpulan ……… 60

B. Saran ……….. 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia ... 3

Tabel 1.2 Pengetahuan Tentang Mie Sedaap ... 4

Tabel 1.3 Pendapat Tentang Mie Sedaap ... 4

Tabel 1.4 Pengkonsumsian Mie Sedaap ... 5

Tabel 1.5 Prioritas Pemilihan Konsumsi Mie Sedaap ... 5

Tabel 1.6 Operasional Variabel... 10

Tabel 1.7 Instrumen Skala Likert ... 11

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Budaya ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Faktor Sosial ... 44

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Pribadi ... 45

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Psikologis ... 46

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Keputusan Pembelian ... 48

Tabel 4.7 Validitas Instrumen ... 50

Tabel 4.8 Validitas Instrumen ... 51

Tabel 4.9 Reliability Statistics ... 52

Tabel 4.10 Uji Kolmogorov-Sminorv One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 53

Tabel 4.11 Uji Glejser ... 55

Tabel 4.12 Uji Multikolinieritas ... 56

Tabel 4.13 Uji Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F) ... 56

Tabel 4.14 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 57

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Penelitian ... 7

Gambar 2.1 : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen ... 20

Gambar 3.1 : Urutan Konsumsi Mie Sedaap ... 34

Gambar 3.2 : Konsumsi Mie Instan Setiap Minggu ... 35

Gambar 3.3 : Konsumsi Varian Mie Sedaap ... 37

Gambar 3.4 : Logo Mie Sedaap ... 38

Gambar 4.1 : Pengujian Normalitas P-P Plot ... 53

(10)

2009 ABSTRAK

Putra Saguh Prayoga (2009) “Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap. (Studi Kasus Pada Mahasiswa Yang Kost Di Lingkungan Kampus USU)”,dibawah bimbingan Dra. Ulfah MSi, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi. (Ketua Departemen Manajemen), Drs. Ami Dilham, MSi. (Penguji I), dan Drs. Raja Bongsu Hutagalung, MSi. (Penguji II).

Proses pengambilan keputusan seseorang untuk membeli suatu produk biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor perilaku konsumen diantaranya adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Salah satu dari faktor tersebut dapat memberikan pengaruh lebih besar dari faktor yang lain. Mengetahui faktor mana saja yang berpengaruh dan bentuk pengaruh yang diberikan, akan sangat membantu manajemen dalam melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran terutama strategi promosi yang sudah dijalankan, dan kemudian dapat menyusun strategi pemasaran atau strategi promosi yang lebih efektif dari sebelumnya

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisis bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial serta pengujian koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiwa yang kost di lingkungan kampus USU. Hasil ini dapat dilihat pada analisis Regresi Berganda dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 45,8% yang berarti bahwa pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU sebesar 45,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau gaya hidup masyarakat yang sudah semakin dinamis dikarenakan tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi, juga menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola konsumsi. Misalnya, orang-orang sekarang ini semakin sibuk dengan jam kerjanya yang lebih panjang, sehingga mendorong mereka untuk memilih makanan yang penyajiannya lebih praktis. Selain itu, di saat turunnya daya beli masyarakat seperti sekarang ini, makanan instan kini banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pengganti lauk dan nasi.

Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif terhadap industri makanan instan, terutama industri mie instan. Produk mie instan sebagaimana diketahui adalah salah satu produk makanan cepat saji yang semakin lama semakin banyak digemari masyarakat karena kemudahan dalam hal penyajiannya.

(12)

besar dari faktor yang lain. Mengetahui faktor mana saja yang berpengaruh dan bentuk pengaruh yang diberikan, akan sangat membantu manajemen dalam melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran terutama strategi promosi yang sudah dijalankan, dan kemudian dapat menyusun strategi pemasaran atau strategi promosi yang lebih efektif dari sebelumnya.

Pada umumnya perusahaan mengalami kesulitan dalam memonitor, memahami dan menganalisis perilaku konsumen secara tepat dan benar, mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan adanya perbedaan perilaku untuk masing-masing individu. Dengan demikian perusahaan dituntut untuk dapat memantau perubahan-perubahan perilaku konsumennya, termasuk perilaku konsumen untuk mendapatkan atau memilih produk.

Banyaknya merek mie instan yang ada di pasaran akan mendorong perusahaan bersaing mendapatkan konsumen melalui berbagai strategi yang tepat. Lebih jauh lagi produsen dalam mendistribusikan produknya ke pasar konsumen harus senantiasa berusaha agar produknya dapat diterima sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.

(13)

Tabel 1.1

Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia

Merek Pangsa Pasar (%)

Indomie 62,9

Mie Sedaap 25,9

Supermi 4,2

Sarimi 1,9

Kare 1,4

Lainnya 3,7

Sumber : www.swa.co.id, diakses pada 10 April 2009

Tabel 1.1 tersebut menunjukkan pangsa pasar Mie Sedaap kini sudah mencapai 25,9%. Ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan di awal kemunculannya pada tahun 2003 yaitu hanya 12% (www.swa.co.id, diakses pada 10 April 2009). Mie Sedaap masih dapat bertahan hingga saat ini karena memiliki rasa yang enak. Selain itu, Mie Sedaap juga mendiferensiasi produknya dengan menawarkan bawang goreng renyah dan serbuk gurih (koya).

(14)

Mie Sedaap (Grup Wings) yang terjun kedalam bisnis mie instan harus bersaing dengan berbagai merek mie instan lainnya, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi (Indofood), Kare, Selera Rakyat (GOT), ABC (PT ABC President), Gaga 100 (PT Jakarana Tama), Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri), dan sebagainya. Ketatnya persaingan dalam bisnis mie instan membuat para produsen mie instan berlomba-lomba menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan menerapkan strategi pemasaran yang dapat meningkatkan penjualannya.

Kondisi ini memberikan keuntungan bagi konsumen karena menjadi memiliki banyak alternatif sehingga dapat memilih merek mie instan yang sesuai dengan keinginannya. Demikian juga bagi mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU dikarenakan berdomisili jauh dari orang tua, sehingga Mie Sedaap merupakan makanan cepat saji yang menjadi pilihan karena kepraktisan penyajiannya, harganya yang terjangkau, porsinya yang lebih banyak, rasanya yang enak, mudah didapatkan dan sifatnya yang tahan lama.

Tabel 1.2

Pengetahuan tentang Mie Sedaap

Mengetahui Mie Sedaap Jawaban Persentase

Ya 28 100%

Tidak 0 0%

Sumber : Survei pada empat kost mahasiswa di lingkungan kampus USU, data diolah

Tabel 1.3

Pendapat tentang Mie Sedaap

Pendapat tentang Mie Sedaap Jumlah Persentase

Mie Instan 10 36%

Murah 7 26%

Enak 4 15%

(15)

Sumber : Survei pada empat kost mahasiswa di lingkungan kampus USU, data diolah

Tabel 1.4

Pengkonsumsian Mie Sedaap

Pengkonsumsian Mie Sedaap Jumlah Persentase

Pernah 20 71%

Tidak 8 29%

Sumber : Survei pada empat kost mahasiswa di lingkungan kampus USU, data diolah

Tabel 1.5

Prioritas Pemilihan Konsumsi Mie Sedaap

Prioritas Pengkonsumsian Mie Sedaap Jumlah Persentase

Sebagai prioritas kedua 10 50%

Sebagai prioritas pertama 8 40%

Sebagai prioritas ketiga 2 10%

Sumber : Survei pada empat kost mahasiswa di lingkungan kampus USU, data diolah

Berdasarkan survei yang dilakukan di empat kost mahasiswa diperoleh bahwa mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU pernah mengkonsumsi Mie Sedaap karena dipersepsikan sebagai mie instan yang enak, walaupun sebagian besar mahasiswa kost di lingkungan kampus USU menjadikan Mie Sedaap sebagai mie instan pilihan kedua.

Penulis guna mengetahui lebih mendalam tentang perilaku konsumen dalam membeli produk mie instan merek Sedaap, maka penulis menetapkan judul penelitian ini adalah :

“Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Pengambilan

Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap. (Studi Kasus Pada Mahasiswa

(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU dalam membeli mie instan merek Sedaap?

C. Kerangka Konseptual

Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Engel et. al. (1994: 3) adalah “Tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini”. Keputusan pembelian menurut Semuel (2007) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang sebelum membuat keputusan haruslah memiliki beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut dilakukan.

Menurut Kotler (2002: 183), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk tiap produk yang berbeda. Dengan kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor lain kurang berpengaruh.

(17)

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber : Kotler (2002: 183), data diolah

D. Hipotesis

Menurut Kuncoro (2003: 47), hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU.

E . Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

Untuk mengetahui dan menganalisis bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiwa yang kost di lingkungan kampus USU.

Budaya (X1)

Sosial (X2)

Pribadi (X3)

Psikologis (X4)

Keputusan pembelian mie instan merek Sedaap

(18)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dominan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk yang ditawarkannya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian untuk permasalahan yang sama.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dengan menerapkan teori-teori yang diperoleh dalam perkuliahan dan menghubungkannya dengan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dapat menambah pemahaman penulis dalam bidang pemasaran khususnya perilaku konsumen.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas atau independent variable dalam penelitian ini adalah Budaya (X1), Sosial (X2), Pribadi (X3), Psikologis (X4).

(19)

2. Definisi Operasional Variabel

1) Variabel Bebas (X)

Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung dari variabel lain, terdiri dari :

a. Budaya (X1)

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar yang dipengaruhi kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu. Komponen budaya mencakup budaya, sub-budaya, dan kelas sosial.

b. Sosial (X2)

Perilaku seorang konsumen dalam pembelian juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yaitu merupakan faktor yang dipengaruhi oleh orang-orang disekitar kita, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.

c. Pribadi (X3)

Keputusan pembelian turut dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

d. Psikologis (X4)

(20)

mempengaruhi pilihan-pilihan seseorang dalam membeli.

2) Variabel Terikat (Y)

Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keputusan pembelian mie instan merek Sedaap. Menurut Engel et.all, (1994: 31) : “Keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian”.

Pengukuran yang digunakan penulis dalam proses pengolahan data adalah dengan menggunakan Skala Likert, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju

Variabel Indikator Skala Ukur

Budaya (X1) a. Pergeseran budaya b. Daerah geografis c. Kelas sosial

Skala Likert

Sosial (X2) a. Pengaruh lingkungan kelompok b. Pengaruh anggota keluarga c. Pengaruh teman

d. Keyakinan dan sikap

Skala Likert

Keputusan pembelian mie instan merek Sedaap (Y)

a. Menjatuhkan pilihan atau alternatif pada produk yang terbaik

b. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar dan terencana.

c. Pembelian kembali

(21)

mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku, obyek, orang atau kejadian. Responden memilih salah satu dari jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor. Skor responden kemudian dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang ditafsirkan sebagai posisi responden dalam Skala Likert.

Kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.7

Instrumen Skala Likert

No. Pernyataan Skor

1. Sangat setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang setuju 3 4. Tidak setuju 2 5. Sangat tidak setuju 1 Sumber : (Sugiyono, 2003 : 86)

4. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2009 yang berlokasi pada tempat kost mahasiswa yang berada di lingkungan kampus USU.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

(22)

209 orang. b. Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2003: 103). Dalam menentukan kriteria sampel peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003: 78). Kriteria sampel adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa yang pernah mengkonsumsi Mie Sedaap; (2) Mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU. Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi mahasiswa yang pernah mengkonsumsi Mie Sedaap, peneliti melakukan pra survei, maka diperoleh 209 orang yang mengkonsumsi Mie Sedaap. Kemudian untuk menentukan sampel penelitian digunakan metode Slovin dan Sevila (Ginting et. al., 2008 :132), yaitu menentukan sampel dari suatu populasi dengan rumus :

N n =

1 + Ne 2

dimana :

n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi e = Batas kesalahan

Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel dapat ditentukan dengan cara :

209

n =

1 + 209(0,12)

(23)

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni : a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro, 2003: 127). Data primer diperoleh dengan memberikan daftar kuesioner dan melakukan wawancara (interview).

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui buku, jurnal, majalah, internet, dan dokumen yang mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kuesioner

Dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada seluruh responden yang terdiri dari mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan secara langsung kepada mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU guna mendapatkan data-data yang diperlukan.

c. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan memperoleh data melalui buku-buku, dokumen, internet dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

(24)

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ginting et. al., 2008 :176). Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap 30 responden di luar sampel dan menggunakan bantuan program SPSS versi 15.00 untuk menguji validitas dan reliabilitas.

9. Metode Analisis Data

Metode yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah merupakan metode analisis dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis seberapa besar hubungan dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 15.00. Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan menurut Sugiyono (2003: 211), adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian a = Konstanta

(25)

X1 = Budaya X2 = Sosial X3 = Pribadi X4 = Psikologis e = Standar error

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut :

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Uji Multikolinieritas

(26)

Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Uji Signifikansi Individual (Uji – t)

Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5 % Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5 % 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji – F)

Uji – F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria Pengambilan Keputusan :

(27)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R²) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini

(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Hatane Semuel (2007) melakukan penelitian tentang “Perilaku dan Keputusan Pembelian Konsumen Restoran Melalui Stimulus 50% Discount di Surabaya”. Penelitian ini mencoba melihat pengaruh stimulus tersebut terhadap perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen restoran di Surabaya. Perilaku konsumen diamati melalui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut, yaitu faktor sosial, faktor personal, faktor psychological, dan faktor cultural, sedangkan keputusan pembelian diamati melalui bentuk proses pengambilan keputusan pembelian, dan digolongkan dalam Fully

Planned Purchase, Partially Planned Purchase, dan Unplanned Purchase. Hasil

penelitian dari 100 responden menunjukan bahwa stimulus “50% Discount”yang diberikan melalui faktor sosial dan psychological berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku pengambilan keputusan, sedangkan faktor culture dan faktor personal tidak berpengaruh terhadap perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen.

(29)

(R2) sebesar 31,6% yang berarti bahwa pengaruh faktor pribadi dan faktor psikologis terhadap proses keputusan konsumen sebesar 31,6% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

B. Pengertian Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen Menurut Schifman dan Kanuk (2000 : 86) adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi prduk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.

The American Marketing Association, seperti dikutip Setiadi (2003 :3) mengatakan

perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.

Dari pengertian di atas terdapat tiga ide penting, yaitu : (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; serta (3) hal tersebut melibatkan pertukaran.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda.

(30)

mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian konsumen.

Gambar 2.1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen. Sumber : (Kotler, 2002: 183) data diolah

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh paling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran dari tiap komponen yang ada, yaitu : a. Budaya

Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel et. al., 1994: 69). Seseorang biasanya perilakunya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, keinginan dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang

(31)

diinginkan konsumen.

b. Sub-budaya

Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkhis dan memiliki anggota dengan nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa (Kotler, 2002). Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lainnya.

2. Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status konsumen. Faktor-faktor ini berpengaruh pada tanggapan konsumen.

a. Kelompok Acuan

(32)

formal dan kurang reguler, contohnya adalah organisasi. b. Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi objek penelitian yang ekstensif (Kotler, 2002). Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.

c. Peran dan Status

Posisi seseorang dalam tiap-tiap kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukkan peran dan statusnya dalam masyarakat.

3. Faktor pribadi

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu: a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Seseorang membeli barang dan jasa yang berbeda selama hidupnya. Kebutuhan dan selera seseorang akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali memberikan perhatian yang besar terhadap perubahan minat pembelian yang terjadi dan dampaknya terhadap perilaku konsumsi.

(33)

Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya untuk kelompok pekerjaan tertentu.

c. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang akan dibelinya. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau menabung. Pemasar produk yang peka terhadap harga terus-menerus mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan mengubah harga produknya.

d. Gaya Hidup

Orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.

e. Kepribadian dan Konsep Diri

(34)

yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen terhadap pemilihan produk atau merek tertentu.

4. Faktor Psikologis

Pilihan barang yang dibeli oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologi yang utama, yaitu:

a. Motivasi

Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, yaitu muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman. Kebutuhan lainnya bersifat psikogenis, yaitu mucul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki.

Menurut Engel et. al. (1994: 285): “Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang diharapkan yaitu : 1) manfaat utilitarian dan 2) Manfaat hedonik/pengalaman”.

“Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang obyektif. Manfaat hedonik, sebaliknya mencakup respon emosional, kesenangan panca indera, mimpi dan pertimbangan-pertimbangan estetis (Engel et. al., 1994: 285)”.

b. Persepsi

(35)

memiliki arti.

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Orang dapat memiliki persepsi berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu:

1) Perhatian selektif

Orang pada umumnya dihadapkan pada jumlah rangsangan yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, di mana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar untuk produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut.

2) Distorsi selektif

Rangsangan yang diperhatikan konsumen juga tidak selalu seperti apa yang dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan informasi yang masuk dengan pandangannya. Distorsi selektif menggambarkan kecenderungan orang untuk meramu informasi ke dalam pengertian pribadi.

3) Ingatan selektif

Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, namun cenderung akan mengingat informasi yang menyokong pandangan dan keyakinan mereka. Karena adanya ingatan selektif.

c. Pembelajaran

(36)

seseorang yang timbul dari pengalaman. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan.

d. Keyakinan dan sikap

Melalui tindakan dan proses belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang mempengaruhi perilaku membeli. Keyakinan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan pendapat atau keyakinan yang keseluruhannya mungkin mengandung faktor emosional. Sikap merupakan evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap menuntun orang untuk berperilaku secara relatif konsisten terhadap objek yang sama.

D. Peran Pembelian

Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Oleh karena itu pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang dalam banyak produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan.

Menurut Engel et. al. (1994: 45) beberapa peran dalam keputusan membeli: a. Inisiator (initiator), merupakan orang yang pertama kali menyarankan untuk

(37)

di dalam pilihan yang dievaluasi dan dipilih.

c. Pengambil keputusan (decider) adalah orang yang memiliki wewenang keuangan atau kekuasaan untuk menentukan keputusan pembelian.

d. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian.

e. Pemakai (user), merupakan orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.

E. Tipe-tipe Perilaku Pembelian

Pengambilan keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Assael, seperti dikutip Kotler (2002), membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara merek, yaitu :

a. Perilaku Pembelian yang Rumit

Perilaku pembelian yang rumit melibatkan konsumen dalam sebuah pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang signifikan di antara berbagai merek yang ada. Hal ini biasanya terjadi pada saat membeli produk-produk yang mahal, jarang dibeli, berisiko, dan sangat mengekspresikan pribadi.

Pembeli ini akan melewati beberapa proses, yang pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kedua membangun pendirian tentang produk tersebut, dan ketiga membuat pilihan pembelian yang cermat.

b. Perilaku Pembelian Pengurang Disonansi

(38)

sering dibeli, beresiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat.

c. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan

Perilaku pembelian karena kebiasaan terjadi apabila konsumen membeli suatu produk karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merek. Perilaku ini terjadi pada kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Setelah membeli produk tersebut, konsumen tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk.

d. Perilaku Pembelian yang Mencari Variasi

Perilaku pembelian ini memiliki keterlibatan konsumen yang rendah, namun terdapat perbedaan merek yang signifikan. Pada situasi ini konsumen sering melakukan perpindahan merek. Konsumen berperilaku mencari keragaman bukan kepuasan. Jadi dalam perilaku ini merek bukan merupakan suatu yang mutlak.

F. Tahap-tahap Proses Pembelian

Menurut (Kotler, 2002) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli terdiri dari lima tahap, yaitu:

a. Pengenalan masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan.

b. Pencarian informasi

(39)

tersebut dapat dijangkau, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja.

c. Evaluasi alternatif

Tahap ketika konsumen memproses informasi tentang pemilihan merek untuk membuat keputusan akhir. Sulit untuk mengetahui bagaimana terjadinya proses evaluasi pembeli hingga menjadi suatu keputusan. Namun ada beberpa asumsi yang bisa dijelaskan dalam pemasaran. Pertama, asumsikan bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui beberapa prosedur evaluasi. Beberapa konsumen ada yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.

d. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat preferensi atas merek-merek dalam sekumpulan pilihan serta membuat niat pembelian. Biasanya konsumen akan memilih merek yang disukai. Namun ada dua faktor yang mempengaruhinya, seperti pendirian orang lain dan faktor situasi yang tidak diantisipasi.

e. Perilaku Pasca Pembelian

(40)
(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Sejarah grup Wings dimulai pada tahun 1948, ketika Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto mendirikan Fa Wings dan memproduksi sabun colek skala industri rumah tangga. Pada saat itu penjualan dilakukan dengan sistem door to door. Pada tahun 1950 sabun mandi Wings pun mulai dipasarkan. Sejak tahun 1971, perusahaan ini mulai mengembangkan diri dengan membangun beberapa perusahaan sabun dan detergent. Salah satunya adalah detergent krim dengan merek Ekonomi.

Pada tahun 1980, detergent krim dengan merek Wings Biru dan Dangdut dilepas ke pasaran. Wings tidak berhenti sampai di sini saja. Bersama dengan sejumlah investor (termasuk Grup Salim), Wings mendirikan PT Unggul Indah Cahaya, satu-satunya produsen alkybenzene, yaitu bahan baku dasar produk-produk detergent, di Indonesia. Tahun 1983 Wings mendirikan PT Multipack yang mempunyai pabrik di Jakarta, yaitu perusahaan kemasan yang menghasilkan plastic container dan kemasan sachet. Sementara pabrik kemasan di Surabaya memproduksi kemasan dalam bentuk corrugated

card boxes. Wings menyadari pentingnya untuk menguasai industri hulu. Karena itu

(42)

Adyabuana Persada, Wings mengeluarkan keramik dengan merek Milan dan Hercules. Selain itu, Wings juga mendirikan Bank Ekonomi yang melayani sektor korporat. Bank ini berfungsi untuk menyediakan kredit bagi para distributor dan agen grup Wings. Pada tahun 1989 juga, Wings berpatungan dengan Lion Corporation mendirikan PT Lionindo Jaya. Pada tahun 1990, Wings kembali memasarkan detergent batangan dengan merek Extra Aktif dan detergent merek So Klin. Pada tahun 1991, Fa Wings berganti nama menjadi PT Wings Surya.

Pada tahun 1995, Wings membeli lahan plantation PT Damit Mitra Sekawan dan PT Gawi Makmur Kalimantan. Hasil dari lahan perkebunan ini dijadikan minyak kelapa sawit yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri oleochemical. Pada tahun 1995 ini juga, Wings berpatungan dengan Siam Cement memasuki bisnis gypsum dan semen fiber melalui PT Siam-Indo Gypsum Industry. Merek yang dikembangkan adalah Elephant. Karena ada kejadian krisis moneter di Indonesia yang mengakibatkan harga detergent naik, Wings dengan mulusnya memasarkan Daia yang sukses di pasaran. Pada tahun 1998, Wings juga mengakuisisi proyek perumahan Raffles Hill dari pemilik PT Gunung Subur Sentosa.

(43)

Wings mendirikan perusahaan sekuritas, EkoKapital Sekuritas yang menawarkan jasa

equity brokerage, financial advisory, serta layanan perdagangan fixed income. Tahun

2002 Wings kembali merambah dunia properti dengan membangun Pulogadung Trade Center bersama Djarum. Pada tahun 2002 ini juga, Wings kembali mendirikan perusahaan kemasan, PT Unipack yang memfokuskan diri di kemasan fleksibel untuk produk personal care dan makanan. Pada tahun 2003, Wings menantang Indofood dengan meliuncurkan produk mie instannya yaitu Mie Sedaap yang cukup sukses di pasaran.

Sampai saat ini Wings telah menjadi raksasa bisnis toiletries yang disegani dan ditakuti. Bahkan Wings diperkirakan akan terus berkembang dan melebarkan sayapnya. Saat ini Wings mempunyai 200 produk yang tersedia dengan berbagai ukuran, bungkusan, dan wewangian.

B. Latar Belakang Mie Sedaap

(44)

0

Gambar 3.1 : Urutan Konsumsi Mie Sedaap

Sumber : www.digilib.petra.ac.id, diakses 22 Mei 2009

Mie Sedaap ternyata menduduki peringkat kedua dalam konsumsi sehari-hari untuk kategori mie instan, hanya 3 orang yang menilai mie Sedaap sebagai mie instan merek pertama yang mereka cari di saat ingin mengkonsumsi mie instan.

Melalui Mie Sedaap, Wings mencoba menyasar pasar makanan siap saji ini melalui aksi promosi yang terhitung gencar. Gaung promosi Mie Sedaap seolah menjadi fenomena baru bagi para penikmat mie agar berkesempatan mencicipi produk mie keluaran Sayap Mas Utama. Menurut Rudy Bonardi, manajer promosi Wings Group menjelaskan terjunnya Wings ke produk mie instan didasari dua hal, yaitu :

1. Sebagai perusahaan consumer good maka pihaknya merasa perlu mengembangkan produk makanan dan bukan makanan.

(45)

0 2 4 6 8 10 12 14 16

<1 1 atau 2 3 sampai 5 >6 Jumlah orang

Jumlah orang

Gambar 3.2 : Konsumsi Mie Instan Setiap Minggu

Sumber : www.digilib.petra.ac.id, diakses 22 Mei 2009

Tabel di atas menggambarkan, minimal satu kali di saat pagi hari di tengah kesibukan orang menyempatkan diri untuk membuat mie instan. Di urutan pertama mie instan dikonsumsi lebih dari enam kali setiap minggunya. Sedangkan pada urutan kedua dikonsumsi 3-5 kali seminggu. Meski saat ini hampir 75% pasar mie didominasi produk dari Indofood, namun pasar mie di Indonesia saat ini baru sekitar 50 bungkus per orang per tahunnya dan sekitar satu bungkus per minggu celah inilah yang dimanfaatkan Wings dengan mengeluarkan produk Mie Sedaap.

(46)

Jurus lainnya karena mampu memberikan varian rasa yang berbeda, misalnya dengan menambahkan bawang goreng dan pemberian hadiah. Selain itu, juga memiliki jaringan distribusi yang kuat dan napas panjang untuk aktifitas promosi.

Langkah promosi yang gencar, memang dilakukan Mie Sedaap. Rudy Bonardy, manajer promosi Group Wings pernah menyebutkan untuk iklan saja Mie Sedaap mengalokasikan dana sekitar 15 Milliar setahun. Menurut data dari Nielsen Media Research (berdasarkan harga standar iklan tanpa potongan) dalam periode Januari-Mei 2004 saja, Mie Sedaap sudah mengeluarkan belanja iklan sebesar Rp.33,8 milliar, hampir seluruhnya di media TV dan sedikit di majalah/tabloid.

Debut Mie Sedaap yang melesat tinggi memang diluar perkiraan. Belum setahun diluncurkan (April 2003), sudah berhasil mengambil 12% pangsa pasar pesaingnya. Jika total pangsa pasar mie instan Rp. 8 triliun/tahun, dimana 80% dikuasai oleh pesaing utamanya yaitu indofood maka Mie Sedaap telah menguasai Rp. 960 milliar.

(47)

12,4 12,6 12,8 13 13,2 13,4 13,6 13,8 14

Goreng Rebus Jumlah orang

Jumlah orang

Gambar 3.3 : Konsumsi Varian Mie Sedaap

Sumber : www.digilib.petra.ac.id, diakses 22 Mei 2009

Mie Sedaap jenis rebus maupun goreng sama-sama disukai oleh konsumennya. Untuk kategori varian mie goreng lebih laku keras dibandingkan dengan sambal goreng, sedangkan untuk varian rebus yang paling laku adalah varian Soto dan menyusul Kari dibawahnya.

Mie Sedaap membaca peluang dengan penawaran rasa mie instan yng tidak “biasa” dalam arti benar-benar terasa sedap dan ternyata dapat diterima masyarakat karena rasanya yang khas dan bumbu bawang gorengnya yang khas dengan keunggulan “kriuk-kriuk bawangnya”. Hingga saat ini Mie Sedaap mampu membuktikan produknya sebagai salah satu pilihan konsumen dalam membeli produk mie instan.

a. Produk

(48)

Colour image warna kuning, merah, putih cukup mendominasi terkesan

mengungkapkan warna hangat yang cocok sekali untuk warna makanan. b. Logo Produk

Gambar 3.4 : Logo Mie Sedaap

Sumber :

Tulisan Sedaap dengan warna biru untuk menyeimbangkan warna putih yang menjadi

background dasar cukup sesuai. Dalam logo ini juga terdapat logo Wings Food, yang

berarti Mie Sedaap merupakan salah satu produk dari Wings Food. c. Harga produk

Produk Mie Sedaap dijual dengan harga berkisar Rp.650 - Rp.1200 per bungkus bergantung dari jenisnya.

d. Bahan pembentuknya

Bahan pembentuknya terbuat dari gandum yang berprotein tinggi. e. Target/Pasar yang dituju

Sasaran yang akan dituju adalah masyarakat luas karena mie instan biasa dikonsumsi siapa saja tanpa memandang generasi mereka. Mengenai tingkat ekonominya, mereka yang menjadi sasaran produk ini adalah mereka yang berada di tingkatan ekonomi menengah ke bawah. Namun akhir-akhir ini Mie Sedaap lebih fokus kepada kalangan muda. Hal ini terlihat dari setiap iklannya yang menampilkan kalangan muda dengan istilah-istilah yang lebih ke kalangan muda.

(49)

Mie Sedaap berani mengeluarkan belanja iklan yang cukup tinggi, melihat besarnya nama perusahaan Wings yang memproduksinya. Perusahaan ternama ini pastilah mengeluarkan produk yang berkualitas dan brand-nya sudah diketahui masyarakat. Promosinya dilakukan lewat billboard, koran, televisi, dan event-event yang diadakan.

g. Distribusi

Pada awal kemuculan produk Mie Sedaap, ada sedikit keterlambatan proses pendistribusian terutama untuk produk Mie sedaap jenis mie goreng. Sehingga peluang ini sempat dibaca oleh pesaing untuk menggaet konsumen dengan mengeluarkan produk Supermi Sedaaap, dengan pembedaan tulisa “a” diulang 3 kali pada kata “Sedaap”. Terlihat jelas dengan nama yang hampir sama akan dapat mengelabui konsumen untuk membedakan nama produk Mie Sedaap yang diproduksi Wings Food dan nama yang diproduksi pesaing lainnya, sehingga ketika iklan Mie Sedaap muncul sempat terjadi “miss consume” karena produk yang diinginkan konsumen tidak ada di pasaran dan bias, sehingga konsumen justru membeli produk yang salah.

h. Kekhasan produk

Mie Sedaap memiliki bumbu yang khas dengan bumbunya yang lezat hampir menyerupai aroma masakan aslinya. Keunggulan sangat terasa pada produk mie goreng dan mie sotonya.

i. Tagline

(50)

C. Gambaran Umum Mahasiswa Konsumen Produk Mie Sedaap

Saat ini ada kecenderungan pada sebagian masyarakat terutama di kalangan mahasiswa dalam kebutuhan akan karbohidrat tidak hanya terpenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Adanya tuntutan bahwa segala sesuatu harus serba cepat dan praktis, maka mie instan menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan tersebut. Hal ini terjadi karena selain praktis, harga mie instan relatif lebih murah dan tersedia dalam berbagai macam pilihan rasa.

Mie instan merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia Timur dan di Asia Tenggara. Dengan berkembangnya produk mie dan teknologi pembuatan mie, salah satunya adalah mie instan yang merupakan mie yang tiap helainya telah mengalami pengerasan serta dilengkapi dengan bumbu, minyak sayur serta sayur kering yang terpisah kemasannya. Mie instan bisa langsung dikonsumsi setelah dituangi air panas (untuk mie instan yang ada dalam kemasan stereofoam) atau dimasak dahulu kurang lebih 3 menit untuk mie instan yang berada dalam kemasan plastik.

Di Indonesia, saat ini telah beredar berbagai macam mie instan dengan berbagai macam rasa. Satiap merek memiliki karakteristik tersendiri. Biasanya setiap merek menawarkan dua jenis mie instan yaitu mie rebus dan mie goreng, dan masing-masing jenis memiliki rasa yang berbeda. Harga dari setiap merek bervariasi.

Mie instan bisa jadi merupakan menu tetap saat mengalami kelaparan di tengah malam. Selain murah dan mudah penyajiannya, mie juga mengandung gizi yang diperlukan tubuh, apalagi kalau diramu dengan sayur-sayuran.

(51)

Indomie (Indofood) dan Mie Sedaap Goreng (Wings food). Mie Sedaap yang fenomenal berhasil menggebrak dan sempat merebut pasar mie instan Indonesia, karena dengan rasa yang enak dan porsi yang bisa dibilang lebih banyak sedikit daripada merek mie yang lain. Hal ini membuat produk mie sedaap bukan cuma makanan favorit mahasiswa USU, tetapi juga mahasiswa dari hampir semua negara Asia.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriftif

(52)

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU yang pernah mengkonsumsi mie instan merek Sedaap sebanyak 209 orang, sehingga diperoleh sampel 68 responden.

1. Analisis Deskriptif Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Jumlah Responden % Jenis Kelamin

Laki-Laki 34 50

Perempuan 34 50

Total 68 100

Sumber : Hasil penelitian (2009), data diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 34 responden dan responden perempuan berjumlah 34 responden maka total responden keseluruhan berjumlah 68 responden.

2. Analisis Deskriptif Variabel

Kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

Likert untuk menanyakan tanggapan responden terhadap Variabel Faktor Budaya, Sosial,

Pribadi, Psikologis dan Variabel Dependen Yaitu Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Sedaap.

a. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Budaya

Tabel 4.2

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Budaya

(53)

3 0 0 0 0 11 16,2 40 58,8 17 25,0 68 100

Sumber : Hasil penelitian (2009), data diolah

1) Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena sudah terbiasa mengkonsumsinya sebagai pengganti nasi. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Tidak ada responden menyatakan tidak setuju. 5 responden menyatakan kurang setuju. 46 responden menyatakan setuju. 17 responden menyatakan sangat setuju.

2) Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena mudah diperoleh di daerah tempat tinggal Saya. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 2 responden menyatakan tidak setuju. 9 responden menyatakan kurang setuju. 41 responden menyatakan setuju. 16 responden menyatakan sangat setuju.

3) Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena sesuai dengan status Saya sebagai mahasiswa yang kost. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Tidak ada responden menyatakan tidak setuju. 11 responden menyatakan kurang setuju. 40 responden menyatakan setuju. 17 responden menyatakan sangat setuju.

b. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Sosial

Tabel 4.3

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Faktor Sosial

No Item

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % F %

(54)

2 0 0 3 4,4 10 14,7 34 50,0 21 30,9 68 100 3 0 0 0 0 11 16,2 39 57,8 18 26,5 68 100

Sumber : Hasil penelitian (2009), data diolah

1) Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan Mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena mengikuti kebiasaan mengkonsumsi mie instan di sekitar lingkungan saya saat ini. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden menyatakan tidak setuju. 12 responden menyatakan kurang setuju. 42 responden menyatakan setuju. 11 responden menyatakan sangat setuju.

2) Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena keluarga Saya terbiasa mengkonsumsinya. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden menyatakan tidak setuju. 10 responden menyatakan kurang setuju. 34 responden menyatakan setuju. 21 responden menyatakan sangat setuju.

3) Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena adanya pengaruh dari teman. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Tidak ada responden menyatakan tidak setuju. 11 responden menyatakan kurang setuju. 39 responden menyatakan setuju. 18 responden menyatakan sangat setuju.

c. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Pribadi

Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Pribadi

No Item

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % F %

(55)

2 0 0 5 7,4 7 10,3 41 60,3 15 22,1 68 100 3 0 0 0 0 5 7,4 49 72,1 14 20,6 68 100

Sumber : Hasil penelitian (2009), data diolah

1) Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena disesuaikan dengan uang saku yang Saya peroleh dari orang tua. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 2 responden menyatakan tidak setuju. 9 responden menyatakan kurang setuju. 43 responden menyatakan setuju. 14 responden menyatakan sangat setuju.

2) Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena harganya murah, sehingga dapat menghemat uang saku saya. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 5 responden menyatakan tidak setuju. 7 responden menyatakan kurang setuju. 41 responden menyatakan setuju. 15 responden menyatakan sangat setuju.

3) Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya hanya dapat mengkonsumsi mie instan merek Sedaap karena kegiatan Saya yang sangat padat. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Tidak ada responden menyatakan tidak setuju. 5 responden menyatakan kurang setuju. 49 responden menyatakan setuju. 14 responden menyatakan sangat setuju.

d. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Psikologis

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Psikologis

No Item

STS TS KS S SS TOTAL

(56)

1 0 0 3 4,4 9 13,2 46 67,6 10 14,7 68 100 2 0 0 1 1,5 9 13,2 41 60,3 17 25,0 68 100 3 0 0 2 2,9 3 4,4 49 72,1 14 20,6 68 100 4 0 0 0 0 4 5,9 47 69,1 17 25,0 68 100 5 0 0 1 1,5 3 4,4 47 69,1 17 25,0 68 100

Sumber : Hasil penelitian (2009), data diolah

1) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena kepraktisan dalam penyajiannya. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden menyatakan tidak setuju. 9 responden menyatakan kurang setuju. 46 responden menyatakan setuju. 10 responden menyatakan sangat setuju.

2) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena mudah diperoleh. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 1 responden menyatakan tidak setuju. 9 responden menytatakan kurang setuju. 41 respnden menyatakan setuju. 17 responden menyatakan sangat setuju.

3) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi produk mie instan merek Sedaap karena terpengaruh oleh iklan produk tersebut. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 2 responden menyatakan tidak setuju. 3 responden menyatakan kurang setuju. 49 responden menyatakan setuju. 14 responden menyatakan sangat setuju.

(57)

setuju. 4 responden menyatakan kurang setuju. 47 responden menyatakan setuju. 17 responden menyatakan sangat setuju.

5) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya mengkonsumsi mie instan merek Sedaap karena rasanya lebih enak dibandingkan mie instan merek lain. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 1 responden menyatakan tidak setuju. 3 responden menyatakan kurang setuju. 47 responden menyatakan setuju. 17 responden menyatakan sangat setuju.

e. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai Keputusan Pembelian

No Item

STS TS KS S SS Total

F % F % F % F % F % F %

1 0 0 4 5,9 13 19,1 37 54,4 14 20,6 86 100 2 0 0 1 1,5 4 5,9 47 69,1 16 23,5 86 100 3 0 0 0 0 1 1,5 47 69,1 20 29,4 86 100 4 0 0 1 1,5 4 5,9 47 69,1 16 23,5 86 100 5 0 0 0 0 1 1,5 47 69,1 20 29,4 86 100

(58)

1) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan Saya telah menjatuhkan pilihan pada alternatif produk terbaik dengan membeli mie instan merek Sedaap. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 4 responden menyatakan tidak setuju. 13 responden menyatakan kurang setuju. 37 responden menyatakan setuju. 14 responden menyatakan sangat setuju.

2) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya merasa puas dengan produk mie instan merek Sedaap. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 1 responden menyatakan tidak setuju. 4 responden menytatakan kurang setuju. 47 respnden menyatakan setuju. 16 responden menyatakan sangat setuju.

3) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya membeli mie instan merek Sedaap secara sadar atas kemauan Saya sendiri. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Tidak ada responden menyatakan tidak setuju. 1 responden menyatakan kurang setuju. 47 responden menyatakan setuju. 20 responden menyatakan sangat setuju.

4) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat distribusi responden yang menyatakan Saya selalu membeli mie instan merek Sedaap sesuai dengan rencana awal Saya untuk membelinya. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. 1 responden menyatakan tidak setuju. 4 responden menyatakan kurang setuju. 47 responden menyatakan setuju. 16 responden menyatakan sangat setuju.

(59)

responden menyatakan tidak setuju. 1 responden menyatakan kurang setuju. 47 responden menyatakan setuju. 20 responden menyatakan sangat setuju.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 15.0

for windows. Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 19 pernyataan yang menyangkut

variabel independen yaitu variabel faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis dan variabel dependen yaitu keputusan pembelian kepada 30 responden untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Dalam uji validitas menggunakan kriteria sebagai berikut: a. Jika rhitung > rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid b. Jika rhitung < rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid

(60)

VAR00016 69,3333 60,713 ,530 ,900

VAR00017 69,0667 60,754 ,510 ,900

VAR00018 69,3667 59,344 ,565 ,899

VAR00019 69,0667 59,720 ,566 ,899

Sumber : Hasil olahan SPSS 15.0 For Windows (Juni, 2009)

CoKSected item total coKSelation menunjukkan korelasi antara skor item dengan

skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas pada setiap pertanyaan, maka nilai pada colom coKSected item total

coKSelation yang merupakan nilai rhitu ng dibandingkan dengan rta bel. Adapun pada α = 0,05 dengan derajat bebas df = 30, sehingga r (0,05:30), diperoleh rta bel adalah 0,361.

Tabel 4.7 juga menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan valid, yang dapat dilihat dari rhitung pada coKSected item total coKSelation yang pada keseluruhan butir lebih besar dari rtabel (0,361), sehingga diperoleh 19 pertanyaan valid yang digunakan untuk melakukan penelitian seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

CoKSelation rtabel Validitas

(61)

VAR00014 ,527 0.361 Valid

VAR00015 ,497 0.361 Valid

VAR00016 ,530 0.361 Valid

VAR00017 ,510 0.361 Valid

VAR00018 ,565 0.361 Valid

VAR00019 ,566 0.361 Valid

Sumber : Hasil olahan SPSS 15.0 For Windows (Juni, 2009)

2. Uji Reliabilitas

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,6 atau nilai Cronbach Alpha > 0,8. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk

uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.9 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,904 19

Sumber : Hasil olahan SPSS 15.0 For Windows (Juni, 2009)

Hasil pengolahan data pada Tabel 4.9 dapat dilihat nilai cronbach alpha 0,904 lebih besar dari 0,8 berarti data telah reliabel.

C. UJI ASUMSI KLASIK

1. Uji Normalitas

(62)

tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.

1.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.1 : Pengujian Normalitas P-P Plot

Sumber : Hasil olahan SPSS 15.0 For Windows (Juni, 2009)

Gambar 4.1 memperlihatkan titik-titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorov

Smirnov.

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 1,56241980

Most Extreme Differences

Absolute ,072

Positive ,072

Negative -,060

Kolmogorov-Smirnov Z ,590

Gambar

Tabel 1.1 tersebut menunjukkan pangsa pasar Mie Sedaap kini sudah mencapai
Tabel 1.2 Pengetahuan tentang Mie Sedaap
Tabel 1.4 Pengkonsumsian Mie Sedaap
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual  Sumber : Kotler (2002: 183), data diolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian yang dilakukan dalam sistem game adalah interaksi karakter player dalam game , sedangkan pengujian yang dilakukan dalam sistem backpropagation adalah hasil

ah rai.h s?pankns

Schumpeter (1954) mengatakan, terdapat suatu great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun, yaitu pada masa yang dikenal dengan dark ages oleh

Biasanya bank tidak bersedia untuk membiayai suatu usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya

Penulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Pelita III Bidang Pertanian untuk Produksi Beras: Studi Kasus Pada Masyarakat Konsumen Thiwul di Gunungkidul (1979-1984)” ini

Pada hari ini, Kamis tanggal Sebelas bulan Oktober tahun dua ribu dua belas, pada pukul 14.30 WIB yang merupakan batas akhir waktu penyampaian dokumen penawaran

[r]

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang digunakan untuk membina manusia dari kecil sampai mati. Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan seumur hidup, maka perlu