PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH
AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN HUTAN DENGAN
TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN
TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING
Oleh:
DONNY PRAMA YUDHA A24102096
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN
TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Donny Prama Yudha A24102096
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
i
SUMMARY
DONNY PRAMA YUDHA. Soil Physical and Chemical Denaturing of Deforestation Activity with Reduced Impact Logging Technique and Conventional Logging Technique. Supervised by Dwi Putra Tejo Baskoro and Hidayat Wiranegara.
Forest is a natural environment that could not be evaded from continuous interactions with humans who lived around. The interactions is one way of human to use forest potention. Human activity to use forest is very often result in forest and enviromental degradation. One solution that could keep forest sustainability is a sustainable forestry management which put forward the conservation aspects. In this forest management, soil as a vital resources for plants growth needs to have sufficient attention because soil is one of the most important habitat besides climate and which is examined from physical and chemical analysis then statistically analyzed with Test of Between Subjects Effects, and continued by Duncan Test with p < 0,05 to view the relationship between RIL, CNV, and Control plot conditions.
Results from physical analysis showed that bulk density on CNV plot is higher than that on RIL and Control plot. Meanwhile, the values of porosity, available water, and permeability on CNV are less than those on RIL and Control plot. Results from chemical analysis showed that C-Organic, Total-N, available P, K, and Cation Exchange Capacity (CEC) values on CNV plot are less than those on RIL and Control values. Statistics analysis showed that the values of bulk density, porosity, available water, C-Organic, Total-N, available P, K, and KTK on CNV, RIL, and Control plot are not significantly different. Meanwhile, the values of permeability on CNV plot is significantly different from RIL and Control plot.
RINGKASAN
DONNY PRAMA YUDHA. Perubahan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan dengan Teknik Reduced Impact Logging dan Teknik Conventional Logging. Dibawah bimbingan Dwi Putra Tejo Baskoro dan Hidayat Wiranegara.
Hutan merupakan lingkungan hidup manusia yang tidak akan terhindar dari berlangsungnya interaksi berkelanjutan dengan manusia yang hidup disekitarnya. Interaksi tersebut merupakan usaha manusia untuk memanfaatkan potensi yang terkandung dalam hutan. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hasil hutan ini menyebabkan rusaknya lingkungan hutan. Salah satu hal yang mungkin dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian hutan beserta isinya adalah dengan pengelolaan hutan lestari (sustainable forestry management) yang mengedepankan aspek-aspek konservasi. Dalam pengelolaan hutan, maka tanah sebagai sumberdaya yang vital untuk pertumbuhan tanaman perlu mendapatkan perhatian yang layak. Hal ini karena tanah merupakan faktor tempat tumbuh (habitat) yang penting bagi tanaman yang diusahakan disamping faktor iklim dan topografi.
Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat kegiatan penebangan hutan dengan teknik Reduced Impact Logging dan teknik Conventional Logging yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah yang dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Kimia Tanah. Data analisis sifat fisik dan kimia tanah yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Tests of Between Subjects Effects sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p < 0,05 untuk melihat hubungan antara kondisi plot RIL, CNV, dan Kontrol.
Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa nilai bobot isi pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai porositas, air tersedia dan permeabilitas lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot CNV memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi, porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol.
Judul Penelitian : Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan Dengan Teknik Reduced Impact Logging dan
Teknik Conventional Logging
Nama Mahasiswa : Donny Prama Yudha
Nomor Pokok : A24102096
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. D. P. Tejo Baskoro, MSc. Ir. Hidayat Wiranegara NIP. 19630126 198703 1 001 NIP. 19470102 197603 1 002
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 4
September 1984 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak
M. Husein Kadir dan Ibu Yenti Sriyani.
Penulis memulai pendidikan dari Sekolah Dasar Madrasah Ibtida’iyah
(MI) Teluk Betung pada Tahun 1990, Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 04 Kota Karang, Teluk Betung pada tahun 1991 sampai tahun 1995.
Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Way Kandis pada tahun
1995 sampai lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di
SLTP Al-Azhar 03 Way Halim pada tahun 1996 sampai lulus pada tahun 1999.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 05 Bandar Lampung pada tahun 1999 sampai lulus pada tahun 2002.
Penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB pada Tahun 2002 di Program
Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt atas karunia dan rahmat-Nya kepada saya selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro, Msc sebagai Pembimbing yang telah membantu saya selama penyusunan skripsi dan juga atas saran-sarannya.
2. Ir. Hidayat Wiranegara atas bimbingannya selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. 3. Bapak Haris Iskandar sebagai staf CIFOR atas bantuan dan data yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Papa, Mama, adek Sari, adek Iyan dan adek Novi atas doa, dorongan semangat dan kasih sayang kepada saya.
5. Keluarga Besar M. Kadir: Nyaik, Ayah, Bunda, Uwak, Bibi Ila, Papi, Mami, Daeng Aldan, Kak Ida, Wanglun, Abang Arif, Abang Rodi, Emak, Aak, Lilis, Yani, dan yang lainnya.
6. Temen-temen kosan Pajar: Bapak dan Ibu kost, Dantowa, Mas Cepi, Coywa, Coro, Mianwa, Rudiwa, Jodiwa, Rahmatwa, Bayuwa, Bobiwa, dan yang lainnya.
7. Teman-temanku Tanah 39: Dimaz, Dhany, Kusril, Diko, Herna, Nene, Indri, Ahmad, Oka, Firman, Ikul, Awal, David, Wendi, Prima, dan lain-lainnya. Terimakasih atas saran dan kritik hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, Semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2008
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penelitian... 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reduced Impact Logging (RIL) dan Conventional Logging (CNV)... 3
2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah... 5
a. Bobot Isi (Bulk Density)... 5
b. Porositas... 5
c. Air Tersedia... 5
d. Permeabilitas... 6
2.3 Sifat-Sifat Kimia Tanah... 7
a. C-Organik... 7
b. Nitrogen Tanah... 7
c. Fosfor Tanah... 8
d. Kalium Tanah... 9
e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 10
KONDISI UMUM PLOT PENELITIAN CIFOR 3.1 Letak dan Luas... 11
3.2 Topografi... 11
3.3 Tanah... 11
3.4 Iklim... 12
vii
BAHAN DAN METODE
4.1 Waktu dan Tempat... 13
4.2 Bahan dan Alat... 13
4.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan... 14
4.3.1 Pengambilan Sample Tanah... 14
4.3.2 Analisis Sifat Tanah... 15
4.3.3 Analisis Data... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah... 17
5.1.1 Bobot Isi (Bulk Density)... 17
5.1.2 Porositas Total... 19
5.1.3 Air Tersedia... 21
5.1.4 Permeabilitas... 23
5.2 Sifat Kimia Tanah... 25
5.2.1 C-Organik... 26
5.2.2 N-Total... 27
5.2.3 P Tersedia... 29
5.2.4 Kalium... 30
5.2.5 Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 31
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33
6.2 Saran... 33
DAFTAR PUSTAKA... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah... 15
2. Grafik Bobot Isi... 19
3. Grafik Porositas Total ..………... 21
4. Grafik Air Tersedia... 23
5. Grafik Permeabilitas... 25
6. Grafik C-Organik... 27
7. Grafik N-Total... 28
8. Grafik P Tersedia... 30
9. Grafik K... 31
10. Grafik KTK... 32
11. Lampiran 16. Gambar peta jenis tanah plot penelitian CIFOR ... 51
PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH
AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN HUTAN DENGAN
TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN
TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING
Oleh:
DONNY PRAMA YUDHA A24102096
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DAN
TEKNIK CONVENTIONAL LOGGING
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Donny Prama Yudha A24102096
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
i
SUMMARY
DONNY PRAMA YUDHA. Soil Physical and Chemical Denaturing of Deforestation Activity with Reduced Impact Logging Technique and Conventional Logging Technique. Supervised by Dwi Putra Tejo Baskoro and Hidayat Wiranegara.
Forest is a natural environment that could not be evaded from continuous interactions with humans who lived around. The interactions is one way of human to use forest potention. Human activity to use forest is very often result in forest and enviromental degradation. One solution that could keep forest sustainability is a sustainable forestry management which put forward the conservation aspects. In this forest management, soil as a vital resources for plants growth needs to have sufficient attention because soil is one of the most important habitat besides climate and which is examined from physical and chemical analysis then statistically analyzed with Test of Between Subjects Effects, and continued by Duncan Test with p < 0,05 to view the relationship between RIL, CNV, and Control plot conditions.
Results from physical analysis showed that bulk density on CNV plot is higher than that on RIL and Control plot. Meanwhile, the values of porosity, available water, and permeability on CNV are less than those on RIL and Control plot. Results from chemical analysis showed that C-Organic, Total-N, available P, K, and Cation Exchange Capacity (CEC) values on CNV plot are less than those on RIL and Control values. Statistics analysis showed that the values of bulk density, porosity, available water, C-Organic, Total-N, available P, K, and KTK on CNV, RIL, and Control plot are not significantly different. Meanwhile, the values of permeability on CNV plot is significantly different from RIL and Control plot.
RINGKASAN
DONNY PRAMA YUDHA. Perubahan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan dengan Teknik Reduced Impact Logging dan Teknik Conventional Logging. Dibawah bimbingan Dwi Putra Tejo Baskoro dan Hidayat Wiranegara.
Hutan merupakan lingkungan hidup manusia yang tidak akan terhindar dari berlangsungnya interaksi berkelanjutan dengan manusia yang hidup disekitarnya. Interaksi tersebut merupakan usaha manusia untuk memanfaatkan potensi yang terkandung dalam hutan. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hasil hutan ini menyebabkan rusaknya lingkungan hutan. Salah satu hal yang mungkin dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian hutan beserta isinya adalah dengan pengelolaan hutan lestari (sustainable forestry management) yang mengedepankan aspek-aspek konservasi. Dalam pengelolaan hutan, maka tanah sebagai sumberdaya yang vital untuk pertumbuhan tanaman perlu mendapatkan perhatian yang layak. Hal ini karena tanah merupakan faktor tempat tumbuh (habitat) yang penting bagi tanaman yang diusahakan disamping faktor iklim dan topografi.
Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat kegiatan penebangan hutan dengan teknik Reduced Impact Logging dan teknik Conventional Logging yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah yang dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Kimia Tanah. Data analisis sifat fisik dan kimia tanah yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Tests of Between Subjects Effects sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p < 0,05 untuk melihat hubungan antara kondisi plot RIL, CNV, dan Kontrol.
Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa nilai bobot isi pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai porositas, air tersedia dan permeabilitas lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot CNV memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi, porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P tersedia, K, dan KTK pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol.
Judul Penelitian : Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Akibat Kegiatan Penebangan Hutan Dengan Teknik Reduced Impact Logging dan
Teknik Conventional Logging
Nama Mahasiswa : Donny Prama Yudha
Nomor Pokok : A24102096
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. D. P. Tejo Baskoro, MSc. Ir. Hidayat Wiranegara NIP. 19630126 198703 1 001 NIP. 19470102 197603 1 002
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 4
September 1984 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak
M. Husein Kadir dan Ibu Yenti Sriyani.
Penulis memulai pendidikan dari Sekolah Dasar Madrasah Ibtida’iyah
(MI) Teluk Betung pada Tahun 1990, Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 04 Kota Karang, Teluk Betung pada tahun 1991 sampai tahun 1995.
Kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Way Kandis pada tahun
1995 sampai lulus pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di
SLTP Al-Azhar 03 Way Halim pada tahun 1996 sampai lulus pada tahun 1999.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 05 Bandar Lampung pada tahun 1999 sampai lulus pada tahun 2002.
Penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB pada Tahun 2002 di Program
Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt atas karunia dan rahmat-Nya kepada saya selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro, Msc sebagai Pembimbing yang telah membantu saya selama penyusunan skripsi dan juga atas saran-sarannya.
2. Ir. Hidayat Wiranegara atas bimbingannya selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. 3. Bapak Haris Iskandar sebagai staf CIFOR atas bantuan dan data yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Papa, Mama, adek Sari, adek Iyan dan adek Novi atas doa, dorongan semangat dan kasih sayang kepada saya.
5. Keluarga Besar M. Kadir: Nyaik, Ayah, Bunda, Uwak, Bibi Ila, Papi, Mami, Daeng Aldan, Kak Ida, Wanglun, Abang Arif, Abang Rodi, Emak, Aak, Lilis, Yani, dan yang lainnya.
6. Temen-temen kosan Pajar: Bapak dan Ibu kost, Dantowa, Mas Cepi, Coywa, Coro, Mianwa, Rudiwa, Jodiwa, Rahmatwa, Bayuwa, Bobiwa, dan yang lainnya.
7. Teman-temanku Tanah 39: Dimaz, Dhany, Kusril, Diko, Herna, Nene, Indri, Ahmad, Oka, Firman, Ikul, Awal, David, Wendi, Prima, dan lain-lainnya. Terimakasih atas saran dan kritik hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, Semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2008
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penelitian... 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reduced Impact Logging (RIL) dan Conventional Logging (CNV)... 3
2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah... 5
a. Bobot Isi (Bulk Density)... 5
b. Porositas... 5
c. Air Tersedia... 5
d. Permeabilitas... 6
2.3 Sifat-Sifat Kimia Tanah... 7
a. C-Organik... 7
b. Nitrogen Tanah... 7
c. Fosfor Tanah... 8
d. Kalium Tanah... 9
e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 10
KONDISI UMUM PLOT PENELITIAN CIFOR 3.1 Letak dan Luas... 11
3.2 Topografi... 11
3.3 Tanah... 11
3.4 Iklim... 12
vii
BAHAN DAN METODE
4.1 Waktu dan Tempat... 13
4.2 Bahan dan Alat... 13
4.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan... 14
4.3.1 Pengambilan Sample Tanah... 14
4.3.2 Analisis Sifat Tanah... 15
4.3.3 Analisis Data... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah... 17
5.1.1 Bobot Isi (Bulk Density)... 17
5.1.2 Porositas Total... 19
5.1.3 Air Tersedia... 21
5.1.4 Permeabilitas... 23
5.2 Sifat Kimia Tanah... 25
5.2.1 C-Organik... 26
5.2.2 N-Total... 27
5.2.3 P Tersedia... 29
5.2.4 Kalium... 30
5.2.5 Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 31
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33
6.2 Saran... 33
DAFTAR PUSTAKA... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah... 15
2. Grafik Bobot Isi... 19
3. Grafik Porositas Total ..………... 21
4. Grafik Air Tersedia... 23
5. Grafik Permeabilitas... 25
6. Grafik C-Organik... 27
7. Grafik N-Total... 28
8. Grafik P Tersedia... 30
9. Grafik K... 31
10. Grafik KTK... 32
11. Lampiran 16. Gambar peta jenis tanah plot penelitian CIFOR ... 51
ix
4. Lampiran 11. Tabel Klasifikasi Permeabilitas Menurut Uhland dan O’Neal (1951)... 43
11. Hasil analisis statistik sifat fisik tanah di lantai hutan pada plot penelitian CIFOR... 44
12. Hasil analisis statistik sifat kimia tanah di lantai hutan pada plot penelitian CIFOR... 46
13. Hasil analisis statistik sifat fisik tanah di jalan sarad pada plot penelitian CIFOR... 48
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan merupakan lingkungan hidup manusia yang tidak akan terhindar
dari interaksi dengan manusia yang hidup di sekitarnya. Jika ditinjau dari segi
kepentingan manusia, proses interaksi itu merupakan daya upaya aktif manusia
memanfaatkan potensi yang terkandung dalam lingkungan hutan baik hasil hutan
kayu maupun nonkayu. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hasil hutan ini
menyebabkan rusaknya lingkungan hutan.
Salah satu hal yang mungkin dilakukan dalam rangka mencegah kerusakan
hutan beserta isinya adalah dengan pengelolaan hutan lestari (sustainable forestry
management) yang mengedepankan aspek-aspek konservasi. Pengelolaan hutan
tergantung pada berbagai hal mulai dari sistem sisvikultur yang digunakan sampai
proses penebangan yang efektif dan menguntungkan. Konservasi sumberdaya
hutan sangatlah penting untuk menjaga kelangsungan ekosistem hutan yang
lestari. Tanggung jawab kelestarian hutan melalui konservasi sumberdaya hutan
bukanlah dipegang oleh salah satu pihak saja, melainkan oleh seluruh pihak yang
berkepentingan terhadap hutan, karena hutan menyediakan banyak manfaat,
seperti daerah resapan air untuk daerah sekitarnya yang menjaga keseimbangan
sehingga tidak terjadi banjir dan kekeringan, menyediakan kebutuhan primer
penduduk seperti makanan dan kayu untuk kayu bakar dan perumahan, hasil hutan
berupa kayu atau non kayu seperti rotan, resin dan lain sebagainya.
Dalam pengelolaan hutan, maka tanah sebagai sumberdaya yang vital
2
karena tanah merupakan faktor tempat tumbuh (habitat) yang penting bagi
tanaman yang menyediakan sumber kehidupan yaitu udara, air, bahan mineral dan
bahan organik. Untuk itu perlu adanya kajian/penelitian mengenai keadaan tanah
tersebut baik sifat fisik, kimia dan biologinya..
Pada umumnya kegiatan penebangan hutan dapat menyebabkan tanah
menjadi kurus dan kehilangan daya menahan air, sehingga limpasan permukaan
dan erosi meningkat, lebih sering terjadi banjir dan kekeringan (Soerianegara,
1990).
Peralatan berat yang melintasi areal penebangan menyebabkan tanah
menjadi padat, struktur tanah memburuk, dan aerasi tanah menurun.
Memburuknya sifat-sifat fisik tanah, berpengaruh buruk pula pada fungsi
hidrologis (Hamzah, 1975).
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat fisik
dan kimia tanah akibat kegiatan penebangan hutan dengan teknik Reduced Impact
Logging dan teknik Conventional Logging pada plot penelitian Center For
International Forestry Research (CIFOR) di Kabupaten Malinau, Kalimantan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reduced Impact Logging (RIL) dan Conventional Logging (CNV) Salah satu alternatif sistem pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan
adalah pemanenan dengan teknik Reduced Impact Timber Harvesting (RITH) atau
lebih dikenal dengan nama Reduced Impact Logging (RIL) yaitu suatu teknik
yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada tanah dan tegakan tinggal serta
dampaknya terhadap kehidupan satwa liar (Elias, 2001).
Hardiansyah (2000) menjelaskan bahwa RIL bukanlah sesuatu terminologi
yang baru dalam ilmu kehutanan dan mempunyai banyak sinonim seperti RIH
(Reduced Impact Harvesting), LIWH (Low Impact Wood Harvesting) dan DCL
(Damage Controlled Logging). Istilah-istilah tersebut pada prinsipnya
memberikan motivasi dan perspektif yang kurang lebih sama, yaitu serangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan pembalakan kayu (logging) mulai dari
persiapan, perencanaan, operasional dan pasca operasional di unit kerja sehingga
minimal dampak negatifnya dan sekaligus menguntungkan secara ekonomis.
Menurut Elias (2001), teknik RIL adalah suatu pendekatan sistematis
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pemanenan
kayu, merupakan penyempurnaan praktek pembuatan jalan, penebangan dan
penyaradan serta memerlukan wawasan ke depan dan berketerampilan yang baik
dari operatornya serta adanya kebijakan tentang lingkungan yang mendukungnya.
Menurut Sularso (1996), perbedaan Reduced Impact Logging (RIL) dan
Conventional Logging (CNV) adalah pada teknik Reduced Impact Logging
4
pada takik rebah, arah rebah dan pembagian batang. Akibatnya produktivitas
rendah tetapi kualitas kayu yang dihasilkan lebih baik. Tingkat kerusakan dapat
diperkecil, kualitas tegakan tinggal lebih baik dan keterbukaan lantai hutan dapat
diperkecil. Teknik Reduced Impact Logging merupakan teknik penebangan hutan
dengan memilih tanaman yang mempunyai diameter batang yang telah layak
ditebang, dengan kata lain tanaman yang akan ditebang dipilih berdasarkan
ukuran diameter batangnya. Sebelum proses penebangan dilaksanakan, terlebih
dahulu dilakukan perencanaan pembuatan jalan sarad, pembuatan tempat
pengumpulan, arah rebah, teknik penebangan dan lain-lain. Alat-alat berat yang
digunakan pada teknik Reduced Impact Logging relatif lebih kecil dibandingkan
dengan alat-alat berat yang digunakan pada teknik Conventional Logging, hal ini
dikarenakan jumlah kayu yang akan ditebang lebih sedikit. Batang-batang kayu
yang telah ditebang ditarik keluar melalui jalan sarad yang telah dibuat
sebelumnya dengan menggunakan traktor kecil menuju tempat pengumpulan.
Pada pemanenan teknik Conventional Logging kegiatan penebangan
berlangsung lebih cepat dan teknik penebangan tidak dilakukan seperti pada
teknik Reduced Impact Logging, sehingga produktivitasnya tinggi tetapi kualitas
kayu rendah, kerusakan tegakan tinggal besar, dan keterbukaan lantai hutan lebih
luas. Alat-alat berat yang digunakan pada teknik Conventional Logging lebih
besar dan lebih berat dibandingkan dengan alat-alat berat yang digunakan pada
teknik Reduced Impact Logging, karena jumlah kayu yang ditebang lebih banyak.
Pada teknik Conventional Logging hampir semua tanaman kayu ditebang, tetapi
proses penebangan yang berlangsung tidak seperti proses land clearing
2.2. Sifat-Sifat Fisik Tanah a. Bobot Isi (Bulk Density)
Bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume
tanah utuh. Dan biasanya ditunjukkan dalam satuan gram per sentimeter kubik.
Bobot isi pada tanah dengan tekstur halus berkisar antara 1,0 – 1,3 g/cc,
sedangkan pada tanah dengan tekstur kasar berkisar antara 1,3 – 1,8 g/cc.
Perkembangan struktur yang lebih baik pada tanah dengan tekstur halus membuat
bobot isi pada tanah ini lebih rendah dibandingkan dengan tanah berpasir. Bobot
isi dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah terutama kandungan liat dalam
tanah (Foth dan Turk, 1972).
b. Porositas
Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Ruang pori total adalah
volume ruang tanah yang ditempati oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat
dibedakan menjadi pori-pori makro dan pori-pori mikro (Foth, 1988). Pori makro
berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori mikro berisi air kapiler atau udara.
Tanah berpasir mempunyai pori-pori makro lebih banyak dibanding tanah liat.
Tanah dengan banyak pori-pori makro sulit menahan air sehingga tanaman mudah
kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dibanding tanah
pasir. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah,
dan tekstur tanah (Hardjowigeno, 1985).
c. Air Tersedia
Air tersedia adalah kandungan air yang dapat diambil tanaman dari dalam
6
kelayuan tanaman (Russel, 1963). Menurut Towsend (1973), air tersedia
merupakan air yang tersedia bagi tanaman yang merupakan selisih antara
kapasitas lapang dan koefisien layu (titik layu permanen).
Hillel (1980), berpendapat bahwa kapasitas lapang merupakan batas
maksimum air yang tersedia bagi tanaman, setara dengan kandungan air pada
tegangan 1/3 atmosfir pF (2,54), sedangkan menurut Brady (1990) kapasitas
lapang adalah jumlah air yang ditahan setelah air gravitasi habis. Titik layu
permanen merupakan kandungan air tanah dimana tanaman tidak mampu
menyerap air yang cukup untuk mempertahankan turgor sehingga tanaman layu
permanen, sering ditentukan pada tegangan 15 bar (Baver et al., 1972).
Faktor yang mempengaruhi air tersedia antara lain: (1) sifat tanah, diantaranya
(a) hubungan hisapan dan kelengasan (matriks dan osmotik), (b) kedalaman tanah
dan, (c) pelapisan tanah; (2) iklim, diantaranya suhu udara dan temperatur; (3)
tanaman, diantaranya (a) bentuk perakaran, (b) daya tahan terhadap kekeringan,
(c) tingkat dan stadia pertumbuhan (Brady, 1990).
d. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu
media dalam keadaan jenuh. Permeabilitas ini sangat penting peranannya dalam
pengelolaan tanah dan air (Haridjaja et al., 1983). Menurut Russel (1956),
menyatakan bahwa permeabilitas tanah sebagai kecepatan air melalui tanah dalam
keadaan jenuh pada periode tertentu dan dinyatakan dalam satuan cm/jam.
Permeabilitas merupakan sifat fisik tanah yang langsung dipengaruhi oleh
pengolahan tanah, tanah dengan permeabilitas lambat lebih mudah tererosi
secara vertikal maupun horizontal sangat penting peranannya dalam pengelolaan
tanah dan air (Baver, 1972).
Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain: tekstur,
porositas tanah serta distribusi ukuran pori, stabilitas agregat, struktur tanah dan
kandungan bahan organik (Hillel, 1980).
2.3. Sifat-Sifat Kimia Tanah a. C-Organik
C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo (1994)
bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah
terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Banyak sifat-sifat tanah baik
fisik, kimia, dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi
oleh bahan organik.
Bahan organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari biomassa
tanah dan biomassa luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora dan fauna
tanah hidup serta bagian vegetasi yang hidup dalam tanah (akar). Biomassa luar
tanah adalah massa bagian vegetasi yang hidup diluar tanah (cabang, daun,
batang, ranting, bunga, biji, dan buah). Kadar bahan organik tanah dipengaruhi
oleh iklim, kedalaman, drainase, dan pengelolaan dari tanah tersebut (Hakim, et
al., 1986).
b. Nitrogen Tanah
Sumber N adalah bahan organik sisa tumbuhan dan hewan, serta hasil fiksasi
8
tanaman kacang-kacangan (Leguminase). Nitrogen dapat diambil oleh tanaman
dalam bentuk ion NH4+ atau NO3- (Setyamidjaja, 1986).
Secara alamiah N yang terdapat di dalam tanah berasal dari air hujan, bahan
organik dari tumbuhan dan fiksasi jasad renik seperti yang telah dikemukakan di
atas. Air hujan diperkirakan memberikan 22,4 kg N/ha/tahun tergantung lokasi
dan dari fiksasi diperkirakan antara 16,8 – 50,4 kg N/ha/tahun. Dengan laju
dekomposisi bahan organik 2% per tahun, sumber tersebut diperkirakan
memberikan 22 -54 kg N/ha/tahun. Dengan menghitung jumlah yang hilang,
ketiga sumber yang dikemukakan di atas tidak mencukupi kebutuhan tanaman
(Leiwakabessy, 1998).
Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N
organik merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman. Pelapukan
merupakan proses biokimia kompleks yang membebaskan karbondioksida.
Akhirnya nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik
ammonium ini dioksidasikan menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat. Kedua
proses terakhir disebut nitrifikasi, sedangkan yang pertama disebut mineralisasi
(Soepardi, 1983).
c. Fosfor Tanah
Mobilitas unsur ini dalam tanah sangat rendah karena reaksi dengan
komponen tanah maupun dengan ion-ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe,
dan lain-lain membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan
berbeda-beda. Reaksi tanah (pH) memegang peranan sangat penting dalam
Sumber fosfor dalam tanah adalah bahan organik dan mineral (batuan) fosfat,
seperti apatit dan kalsium-fosfat (Ca3(PO4)2). Batuan fosfat yang menjadi sumber
fosfat alam di Indonesia terdapat di pulau Jawa, dan dibedakan sebagai fosfat
gula, fosfat sinter dan fosfat pulau karang. Fosfat dapat diambil oleh tanaman
dalam bentuk HPO42- atau H2PO4- (Setyamidjaja, 1986).
Unsur ini berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi,
penyimpanan, dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP.
Tanpa fosfor proses-proses tersebut tidak dapat berlangsung. Unsur ini juga
menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan
biji (Leiwakabessy, 1998). Fosfor dalam bentuk mineral yang kompleks biasanya
sangat lambat tersedia, maka ada keuntungannya fosfor berasosiasi dengan
senyawa organik. Meskipun demikian, fosfor organik menjadi tersedia tidak
semudah seperti belerang dan nitrogen organik (Soepardi, 1983).
d. Kalium Tanah
Sumber K dalam tanah adalah mineral ortoklas (KalSi3O8), leucit
(Kal(SiO3)2), muskovit (KH2Al3(SiO4)3) dan biotit (HK)2)MgFe)2(AlFe)2Si4O12.
Kalium dapat diambil oleh tanaman dalam bentuk ion K+ (Setyamidjaja, 1986).
Kalium dalam tanaman tidak ditemukan dalam hasil-hasil metabolisme dalam
senyawa-senyawa organik tertentu seperti halnya N, P dan lain-lain, tetapi
umumnya terdapat dalam ikatan yang mudah sekali larut. Sekitar 99% dari K
dalam bagian tanaman yang kering diduga dapat terbilas oleh air hujan. Oleh
sebab itu, sukar untuk menetapkan peranannya dalam metabolisme anorganik.
Kalium sering disebut sebagai katalisator dalam proses hidup ini karena menjamin
10
Jumlah kalium dalam tanah jauh lebih banyak dari fosfor. Masalah utama
ialah ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia.
Jumlah kalium yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak
melebihi 1 persen dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983).
e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Pertukaran kation merupakan reaksi yang umum terjadi dan merupakan salah
satu reaksi terpenting di dalam tanah. Pertukaran kation pada kebanyakan tanah
dapat berubah dengan pH. Pada nilai pH sangat rendah, hanya muatan permanen
liat dan sebagian kecil dari muatan koloid organik memegang ion yang dapat
digantikan melalui pertukaran kation (Soepardi, 1983)
Kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat
serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula. Keragaman KTK
antar tanah yang mempunyai tekstur yang berbeda akan sangat jelas. Akan tetapi,
kita juga akan menjumpai perbedaan-perbedaan yang menarik antara tanah yang
mempunyai tekstur yang sama. Tanah yang mengandung koloid-koloid berbeda
dengan sendirinya akan berbeda pula dalam kapasitas tukar kationnya. Hal ini
bukan hanya disebabkan oleh koloid yang berbeda jumlahnya, tetapi juga oleh
sebab macam koloid yang terdapat dalam tanah tersebut berbeda pula. Dengan
demikian tidak dapat disangkal lagi bahwa ketidakseragaman liat dan humus
merupakan faktor yang sangat penting dalam kesuburan tanah (Soepardi, 1983).
Tanah yang mempunyai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan
unsur hara lebih tinggi dari pada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan
kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK tinggi
KONDISI UMUM PLOT PENELITIAN CIFOR
3.1. Letak dan Luas
Plot penelitian CIFOR dibangun di hutan campuran bekas HPH P.T.
Inhutani II di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur yang terletak pada koordinat
(2° 58’ - 3° 3’ Lintang Utara, 116° 29’ - 116º 32’ Bujur Timur). Plot penelitian
Reduced Impact Logging (RIL) dibangun pada bulan Maret - Mei tahun 1999 di
lokasi HPH P.T. Inhutani II dengan luasan ± 188 Ha, sedangkan plot penelitian
Conventional Logging (CNV) dengan luasan ± 251 Ha dan plot Kontrol dengan
luasan ± 138 Ha dibangun pada bulan Juni - September tahun 1999 di lokasi HPH
P.T. Inhutani II. Pada plot Reduced Impact Logging (RIL) dibangun 9 blok
pengamatan dan Conventional Logging (CNV) dibangun 9 blok pengamatan,
sedangkan pada plot Kontrol dibangun 6 blok pengamatan.
3.2. Topografi
Lokasi plot penelitian CIFOR adalah di dalam area Wanariset Malinau
yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Malinau. Area Wanariset
Malinau terletak di ketinggian 100 – 300 meter di atas permukaan laut, yang
mempunyai relief berbukit dengan kemiringan lereng 10 – 30%.
3.3. Tanah
Menurut peta landsistem lembar Malinau 1819 dengan skala 1:250.000,
tanah pada plot penelitian CIFOR ini termasuk jenis tanah Typic Tropudult
12
Typic Tropudult merupakan tanah lembab dan terbentuk di bawah iklim
panas hingga tropik. Jenis tanah ini mempunyai horizon argilik (liat) dengan
kejenuhan basa lebih rendah dari 35 persen. Horizon dalam umumnya berwarna
merah atau kuning, sebagai petunjuk penimbunan oksida besi bebas. Typic
Tropudult terbentuk di atas permukaan tanah yang tua, biasanya di bawah vegetasi
hutan. Liat tanah ini tergolong tipe 1:1 bersama dengan oksida besi dan
alumunium, yang menjamin daya olah yang baik.
3.4. Iklim
Menurut Kuswata (2006), plot penelitian CIFOR mempunyai curah hujan
rata-rata tahunan 3790 mm/tahun dengan jumlah bulan basah lebih dari 9 bulan
per tahun.
3.5. Vegetasi
Plot penelitian CIFOR merupakan hutan campuran yang ditumbuhi
vegetasi dari family tanaman, antara lain: Anacardiaceae, Apocynaceae,
Arecaceae, Bombacaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae,
BAHAN DAN METODE
4.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2007.
Pengamatan lapang meliputi pengukuran dan inventarisasi serta pengamatan
karakteristik tanah yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR di Kabupaten
Malinau, Kalimantan Timur. Pengamatan karakteristik tanah meliputi deskripsi
sifat tanah di setiap horison melalui pengeboran seperti warna tanah, drainase,
tekstur tanah, kedalaman solum tanah, ketahanan penetrasi tanah, kondisi serasah,
kemiringan lereng dan melihat erosi tanah yang terjadi. Sedangkan analisis tanah
dilakukan oleh laboran di Laboratorium Fisika Tanah dan Kimia Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
4.2. Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan karakteristik tanah di lapang
antara lain: Munsell Soil Color Chart, cangkul, bor tanah (bor Belgi), pisau
lapang, Penetrometer saku, kompas dan Abney Level.
Bahan yang digunakan dalam analisis tanah di laboratorium antara lain:
NH4OAc, NaOH, H2SO4, HCl, HF, K2Cr2O7, FeSO4, H3BO3, Na2SO4, aquades
dan bahan kimia lainnya. Sedangkan alat yang digunakan dalam analisis tanah
antara lain: timbangan, tabung Sentrifuse, alat Sentrifuse, labu takar, labu didih,
14
(AAS), Erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, cawan porselin, labu destilasi, labu
ekstraksi, pipet, buret, kertas saring, Hidrometer, oven dan alat-alat lainnya.
4.3. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian ini dilakukan di plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau,
Kalimantan Timur. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk
analisis sifat fisik dan kimia tanah.
4.3.1. Pengambilan Sample Tanah
Pada penelitian ini diambil sample tanah secara acak di setiap plot
penelitian CIFOR. Ada 3 plot yang diambil sample tanahnya yaitu:
1. Plot Conventional Logging (CNV) yaitu plot yang menggunakan teknik
tebang habis. Pada plot ini diambil sample tanah di 9 blok pengamatan
sebanyak 27 sample pada lantai hutan dan 9 sample pada jalan sarad.
2. Plot Reduced Impact Logging (RIL) yaitu plot yang menggunakan teknik
tebang pilih. Pada plot ini diambil sample tanah di 9 blok pengamatan
sebanyak 27 sample pada lantai hutan dan 12 sample pada jalan sarad.
3. Plot Kontrol yaitu plot yang tanamannya tidak ditebang. Pada plot ini
diambil sample tanah di 6 blok pengamatan sebanyak 18 sample pada
Gambar 1 Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah
4.3.2. Analisis Sifat Tanah
1. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang di analisis antara lain bobot isi, porositas, air tersedia
dan permeabilitas.
2. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang di analisis berupa C-organik, N-total, Fosfor, Kalium,
16
Sifat-sifat tanah tersebut diatas dianalisis dengan metode seperti pada table
berikut:
Tabel 1. Metode analisis sifat fisik dan kimia tanah
No Sifat Tanah Metode Analisis
1 Sifat Fisik
Data-data sifat fisik dan kimia tanah yang telah diperoleh dianalisis secara
statistik dengan analisis ragam (Test of Between Subjects Effects dalam program
SPSS 13), sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p <
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang diukur pada penelitian ini antara lain bobot isi,
porositas total, air tersedia, dan permeabilitas tanah. Kegiatan pemanenan hasil
hutan telah menyebabkan terjadi perubahan pada sifat fisik tanah yang lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai rata-rata sifat fisik tanah pada plot penelitian CIFOR
RIL CNV Kontrol
5.1.1. Bobot Isi (Bulk Density)
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi tanah di lantai
hutan pada plot CNV, RIL dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai
bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada
Tabel 2 terlihat bahwa plot CNV di lantai hutan memiliki nilai rata-rata bobot isi
tanah paling tinggi yaitu sebesar 1,19 g/cc dibandingkan dengan nilai rata-rata
bobot isi tanah di lantai hutan pada plot RIL dan Kontrol. Hal ini disebabkan
karena pada plot CNV digunakan teknik Conventional Logging atau yang lebih
18
ditebang. Oleh karena hampir semua tanaman berkayu ditebang, maka
penggunaan alat-alat berat lebih intensif. Alat-alat berat tersebut melintasi hampir
seluruh areal plot CNV untuk menarik atau mengangkat kayu yang sudah
ditebang, dikarenakan alat-alat berat tersebut mempunyai bobot yang sangat berat
menyebabkan tanah menjadi tertekan dan memadat sehingga nilai rata-rata bobot
isi tanah di lantai hutan pada plot CNV menjadi tinggi.
Sementara itu pada plot RIL digunakan teknik Reduced Impact Logging
atau yang lebih dikenal dengan teknik tebang pilih, dimana tanaman berkayu yang
akan ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameternya sehingga tidak semua
tanaman berkayu ditebang seperti pada plot CNV. Alat-alat berat yang digunakan
pada plot RIL relatif lebih kecil dan lebih ringan serta tidak melintasi seluruh areal
plot RIL sehingga tanah tidak mendapatkan tekanan atau gesekan yang dapat
merusak atau memadatkan tanah.
Sedangkan nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot CNV
lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada
plot RIL. Hal ini disebabkan karena alat-alat berat yang digunakan untuk
membuat jalan sarad pada plot CNV lebih besar dan lebih berat daripada alat-alat
berat yang digunakan pada plot RIL, sehingga bobot isi tanah di jalan sarad pada
plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL.
Pengaruh alat-alat berat dalam proses pemadatan tanah dapat terlihat dari
nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL dan CNV yang lebih
Bobot Isi (g/cc)
Gambar 2. Grafik Bobot Isi
5.1.2. Porositas Total
Porositas atau ruang pori tanah yaitu bagian tanah yang ditempati oleh air
dan udara. Berdasarkan analisis statistik nilai porositas total di lantai hutan pada
plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai porositas
total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata porositas total di lantai hutan
pada plot CNV adalah yang paling kecil yaitu sebesar 55,26% dibandingkan
dengan nilai rata-rata porositas total di lantai hutan pada plot RIL dan Kontrol.
Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di lantai hutan pada plot CNV lebih
tinggi dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Kepadatan tanah dapat terlihat
dari nilai bobot isi tanah yang tinggi, dimana nilai bobot isi tanah di lantai hutan
pada plot CNV paling tinggi dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol.
Pemadatan tanah telah menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga
20
banyak telah hancur menjadi pori-pori mikro akibat dari pemadatan tanah yang
disebabkan oleh alat-alat berat yang digunakan pada kegiatan penebangan
sehingga porositas total tanah menjadi menurun.
Selain itu, porositas total juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik.
Dimana pengaruh bahan organik dalam memperbaiki struktur tanah yang akan
berakibat terhadap membaiknya porositas total tanah. Pada Tabel 3 dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan pada plot CNV.
Sehingga porositas total di lantai hutan pada plot RIL lebih besar dibandingkan
dengan porositas total di lantai hutan pada plot CNV.
Sedangkan nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot CNV lebih
rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot
RIL. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di jalan sarad pada plot CNV
lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan tanah di jalan sarad pada plot RIL.
Pengaruh pemadatan tanah terhadap porositas total tanah dapat dilihat dari
nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV yang lebih
Porositas Total (% )
Gambar 3. Grafik Porositas Total
5.1.3. Air Tersedia
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata air tersedia di
lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian pula
dengan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak
berbeda nyata. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata air tersedia di
lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling rendah yaitu sebesar 7,93%. Hal
ini disebabkan karena kepadatan tanah pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan
dengan kepadatan tanah pada plot RIL yang mengakibatkan porositas total tanah
lebih banyak pori mikronya daripada pori makro, sehingga air tersedia yang
terjerap di dalam pori mikro lebih banyak.
Banyaknya tanaman yang hilang akibat penebangan menyebabkan
menurunnya kandungan bahan organik pada plot CNV, dimana kita ketahui
bahwa bahan organik mempunyai kemampuan menahan air (water holding
22
ketersediaan air. Hal inilah yang menyebabkan air tersedia pada plot CNV lebih
rendah dibandingkan dengan plot RIL karena kandungan bahan organik pada plot
CNV lebih sedikit daripada kandungan bahan organik pada plot RIL.
Sedangkan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot
CNV. Ini dikarenakan kandungan bahan organik di jalan sarad pada plot RIL lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan bahan organik di jalan sarad pada plot
CNV. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai C-Organik di jalan sarad pada plot
RIL lebih besar yaitu sebesar 2,01% dibandingkan dengan nilai C-Organik di
jalan sarad pada plot CNV yaitu sebesar 1,96%.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada
plot RIL dan CNV lebih besar dibandingkan nilai rata-rata air tersedia di lantai
hutan. Hal ini disebabkan karena ketinggian tanah di jalan sarad lebih rendah
dibandingkan dengan ketinggian tanah di lantai hutan akibat pengkikisan dari
alat-alat berat sehingga air hujan yang jatuh di lantai hutan bergerak menuju jalan
sarad yang lebih rendah dan menimbulkan genangan air diatas permukaan tanah di
jalan sarad. Air yang menggenangi permukaan tanah di jalan sarad perlahan-lahan
masuk kedalam tanah dan mengisi pori-pori mikro serta pada akhirnya
meningkatkan ketersediaan air didalam tanah. Inilah yang menyebabkan air
tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV lebih besar dibandingkan dengan di
Air Tersedia (% )
Gambar 4. Grafik Air Tersedia
5.1.4. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media
dalam keadaan jenuh. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai rata-rata
permeabilitas di lantai hutan pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan
Kontrol. Sementara itu nilai rata-rata permeabilitas di jalan sarad pada plot RIL
dan CNV tidak berbeda nyata.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata permeabilitas di lantai hutan
pada plot CNV adalah yang paling kecil yaitu sebesar 2,86 cm/jam. Hal ini
disebabkan karena porositas total di lantai hutan pada plot CNV paling kecil yaitu
sebesar 55,26% dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol. Dimana porositas
memiliki pori-pori makro dan pori-pori mikro yang ditempati oleh air serta udara.
Pada pori makro air bergerak lebih cepat dibandingkan dengan pori mikro dan
porositas total yang lebih tinggi artinya memiliki pori-pori makro lebih banyak
24
tanah yang memiliki porositas tinggi mampu menyerap air lebih cepat
dibandingkan dengan tanah yang memiliki porositas lebih rendah. Atau dengan
kata lain semakin tinggi porositas totalnya maka akan semakin tinggi pula
permeabilitasnya.
Selain itu, kepadatan tanah di lantai hutan pada plot CNV paling tinggi
yaitu sebesar 1,19 g/cm dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol. Kepadatan
tanah menyebabkan menurunnya porositas total karena pori-pori makro banyak
yang hancur menjadi pori-pori mikro sehingga air lebih lambat bergerak kedalam
tanah. Hal ini berarti kepadatan tanah berpengaruh terhadap permeabilitas tanah.
Kandungan bahan organik juga mempengaruhi permeabilitas tanah,
dimana bahan organik mampu memperbaiki struktur tanah yang pada akhirnya
akan meningkatkan porositas tanah. Pada Tabel 3 terlihat bahwa kandungan
C-Organik pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Tetapi pada
plot CNV kandungan C-Organik di lantai hutan lebih rendah dibandingkan
dengan di jalan sarad. Perlu diingat bahwa pengaruh bahan organik kaitannya
dengan permeabilitas tanah adalah kemampuan bahan organik dalam
memperbaiki struktur tanah bukan kemampuan bahan organik dalam penyerapan
air. Hal ini berarti bahwa bahan organik mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap permeabilitas tanah.
Sedangkan nilai rata-rata permeabilitas di jalan sarad pada plot RIL lebih
tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah
di jalan sarad pada plot RIL lebih rendah dibandingkan dengan plot CNV dan
porositas total di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot
Permeabilitas (cm/jam)
Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah
Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan
sample tanah komposit. Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada plot penelitian CIFOR
26
5.2.1. C-Organik
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai C-Organik di lantai hutan
pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai
C-Organik di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan
Tabel 3 terlihat bahwa pada plot CNV memiliki nilai rata-rata C-Organik di lantai
hutan paling rendah yaitu sebesar 1,89%. Hal ini disebabkan karena pada plot
CNV digunakan teknik Conventional Logging atau teknik tebang habis, dimana
hampir semua tanaman berkayu ditebang sehingga bahan organik yang hilang
akibat penebangan lebih banyak. Sedangkan pada plot RIL digunakan teknik
Reduced Impact Logging atau teknik tebang pilih, dimana tanaman yang akan
ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameter batangnya sehingga jumlah tanaman
yang ditebang lebih sedikit dan bahan organik yang hilang akibat penebangan
lebih sedikit.
Pada plot CNV bahan organik yang tertinggal setelah kegiatan penebangan
dilakukan, mulanya berada diatas permukaan tanah di lantai hutan yang kemudian
melapuk menjadi bagian yang lebih kecil dan akhirnya terbawa oleh air hujan
menuju kedaerah yang lebih rendah yaitu di jalan sarad. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa kandungan C-Organik di jalan sarad pada plot CNV lebih
tinggi dibandingkan dengan di lantai hutan. Berbeda dengan plot RIL sisa bahan
organik dari kegiatan penebangan lebih sedikit terbawa oleh air karena tertahan
oleh tanaman lain yang tidak ditebang sehingga kandungan C-Organik di lantai
hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan di jalan sarad.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata kandungan C-Organik
kegiatan penebangan hutan telah menyebabkan penurunan kandungan C-Organik,
dimana kegiatan penebangan hutan dengan menggunakan teknik reduced Impact
Logging atau teknik tebang pilih lebih baik dibandingkan dengan teknik
Conventional Logging atau teknik tebang habis karena penurunan kandungan
Organik pada plot RIL lebih kecil dibandingkan dengan penurunan kandungan
C-Organik pada plot CNV.
C-Organik (%)
Hasil analisis kandungan N-Total pada plot penelitian CIFOR dapat dilihat
pada Gambar 7. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai N-Total di lantai hutan
pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan
nilai N-Total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada
Gambar 7 plot CNV memiliki nilai rata-rata N-Total di lantai hutan paling rendah
28
jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini
disebabkan karena pada plot CNV mempunyai kandungan bahan organik paling
rendah dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol, sehingga kandungan N-Total
pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol.
Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa pada plot RIL dan CNV memiliki
nilai rata-rata N-Total di lantai hutan sama dengan nilai rata-rata N-Total di jalan
sarad. Hal ini disebabkan karena bahan organik yang terangkut oleh air dan
dideposisikan di jalan sarad lebih cepat melapuk akibat pengaruh iklim sehingga
N organik lebih cepat tersedia, tetapi lebih mudah hilang juga. Meskipun
kandungan bahan organik pada plot CNV di jalan sarad lebih tinggi dan mampu
menyumbang N organik lebih banyak, tapi banyak N organik yang hilang akibat
penguapan atau pencucian sehingga N-Total di jalan sarad sama dengan di lantai
5.2.3. P Tersedia
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai P tersedia di lantai hutan
pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan
nilai P tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata P tersedia di lantai hutan pada
plot CNV paling rendah yaitu sebesar 4,94 ppm. Sedangkan nilai rata-rata P
tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV.
Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik di lantai hutan pada plot RIL
lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Seperti yang telah diketahui bahwa
sumber P dalam tanah adalah bahan organik dan batuan (mineral) fosfat. Jadi
pelapukan bahan organik akan memberikan penambahan P kedalam tanah.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata P tersedia di jalan sarad
pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Hal ini disebabkan oleh
adanya penambahan dari P di lantai hutan yang tererosi atau tercuci oleh air dan
dideposisikan di jalan sarad sehingga kandungan P tersedia di jalan sarad pada
plot RIL lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Sedangkan pada plot CNV
jumlah P yang tererosi atau tercuci oleh air sangat sedikit karena kandungan
30
Gambar 8. Grafik P Tersedia
5.2.4. Kalium
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai K di lantai hutan pada
plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan nilai K di
jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3
terlihat bahwa nilai rata-rata K di lantai hutan pada plot CNV paling rendah yaitu
sebesar 0,10 me/100g. Sedangkan nilai rata-rata K di jalan sarad pada plot RIL
lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena
kandungan bahan organik pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot
CNV. Seperti halnya dengan P sumber K dalam tanah adalah bahan organik dan
batuan (mineral) kalium. Jadi pelapukan bahan organik akan memberikan
penambahan K kedalam tanah, tapi perlu diingat bahwa K didalam tanah mudah
Pada plot CNV karena kandungan bahan organiknya lebih rendah dari plot
RIL maka kandugan K dalam tanahnya pun lebih rendah dibandingkan dengan
plot RIL. Selain itu proses pencucian K oleh air pada plot CNV lebih tinggi
karena tanaman yang menutupi permukaan tanah jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan plot RIL sehingga kandungan K dalam tanah pada plot CNV lebih banyak
hilang akibat pencucian oleh air.
K (me/100g)
5.2.5. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai KTK di lantai hutan pada
plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai KTK di jalan
sarad pada plot RIL dan CNV berbeda nyata. Berdasarkan Gambar 10 dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata KTK di lantai hutan pada plot CNV paling rendah
dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai rata-rata KTK di
32
disebabkan karena kandungan bahan organik pada plot CNV paling rendah
dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol, sehingga KTK pada plot CNV paling
rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai KTK di jalan sarad pada plot
CNV lebih rendah dibandingkan di lantai hutan, sedangkan nilai C-Organik di
jalan sarad lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Hal ini mungkin dikarenakan
oleh perbedaan tekstur dan macam koloid anorganik, sehingga KTK di jalan sarad
pada plot CNV lebih rendah meskipun memiliki kandungan C-Organik lebih
tinggi dibandingkan di lantai hutan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi KTK antara lain: (1) tekstur, (2) macam koloid
anorganik, dan (3) kadar bahan organik. Jadi kandungan bahan organik yang lebih
tinggi belum tentu KTK-nya lebih tinggi pula, apabila tekstur dan macam koloid
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1) Kegiatan penebangan hutan pada plot penelitian CIFOR di Kabupaten
Malinau Kalimantan Timur dengan teknik Reduced Impact Logging (RIL)
dan teknik Conventional Logging (CNV) telah menyebabkan perubahan
sifat fisik dan kimia tanah, meskipun perubahan tersebut tidak berbeda
nyata menurut analisis statistik yang telah dilakukan.
2) Perubahan pada sifat fisik antara lain: peningkatan nilai bobot isi,
penurunan nilai porositas, penurunan nilai air tersedia, serta penurunan
nilai permeabilitas. Perubahan pada sifat kimia antara lain: penurunan nilai
C-Organik, N-Total, P tersedia, K, serta KTK.
3) Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi,
porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P Bray, K dan KTK pada plot
RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai
permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol.
4) Perubahan sifat fisik dan kimia tanah pada plot RIL lebih kecil
dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini berarti bahwa teknik Reduced
Impact Logging (RIL) lebih baik dibandingkan dengan teknik
Conventional Logging (CNV).
6.2. Saran
Kegiatan penebangan hutan sebaiknya menggunakan teknik Reduced
Impact Logging (RIL) karena mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia
tanah yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan teknik Conventional
34
DAFTAR PUSTAKA
Baver, L.D., W.H. Gardner and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. 4th ed. Wiley Eastern Ltd., New Delhi.
Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soils 10th. Macmilan Publishing Company. New York.
Elias, K. 2001. Pedoman Reduced Impact Logging (RIL) Indonesia. Center For International Forestry Research (CIFOR). Bogor.
Foth, H.D., L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science Fifth edition. New York. John Wiley & Son, Inc.
Foth, H.D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. S.A.B. Hudoyo (Eds). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim, N.A.M. Yusuf, Lubis, S.G. Nugraha, D. Amin, B.H. Go & H.M. Baley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hamzah, Z. 1975. Ilmu Tanah Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardiansyah, G. 2000. RIL di Hutan Alam Tropika Indonesia. Proseeding Workshop Reduced Impact Logging (RIL). Evaluasi Penerapan RIL di HPH Guna Meningkatkan Efisiensi Pemanenan Kayu yang Ramah Lingkungan. Departemen Pengusahaan Hutan PT. Suka Jaya Makmur & PT. Sari Bumi Kusuma.
Hardjowigeno, G. 1985. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.
Haridjaja, O.S.R.P. Sitorus dan K.R. Brata. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hillel, D. 1980. Fundamental of Soil Physics. Academic Press. New York, London, Toronto, Sydney, San Fransisco.
Istomo. 1994. Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekosistem Hutan: Proses dan Struktur Tanah. Laboratorium Ekologi Hutan. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kartawinata, K. 2006. A Field Guide To the Permanent Sample Plots in the Reduced-Impact Logging Block 27 at CIFOR Malinau Research Forest East Kalimantan. Bogor.