• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEK DALAM PE DI PT. BOEH

FAKU

KNIK PENENTUAN UKURAN LOT PEM ENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN B EHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BO

Oleh :

LUTHFAN LUTHFIR RAHMAN H24052637

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

ANALISIS TEKNIK PENENTUAN UKURAN LOT PEMESANAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Luthfan Luthfir Rahman H24052637

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ANALISIS PENENTUAN UKURAN LOT PEMESANAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Luthfan Luthfir Rahman H24052637

Menyetujui, September 2009

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl, Ing., DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(4)

ABSTRAK

Luthfan Luthfir Rahman. H24052637. Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot

Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, sehingga perusahaan perlu melakukan pengendalian persediaan bahan baku yang baik, agar produksi perusahaan menjadi lebih efisien.

Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui dan menganalisis kondisi PT. BII dalam menerapkan teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku, (2) Membandingkan dan menganalisis teknik penentuan ukuran lot pememesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku di PT. BII dengan teknik Lot for Lot (LFL) dan teknik Eqonomic Order Quantity (EOQ) dalam sistem Material Requirement Planning (MRP), serta (3) Menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. BII dalam melaksanakan pengendalian persediaan bahan baku beserta upaya-upaya untuk mengatasinya.

Penelitian ini dilakukan di PT. BII, Bogor mulai April sampai dengan Juli 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif berupa data pemakaian bahan baku, waktu tunggu dan biaya-biaya persediaan. Data kualitatif berupa gambaran umum perusahaan, jenis dan asal bahan baku, prosedur pembelian, penerimaan dan penyimpanan bahan baku, pengawasan mutu dan kebijakan pengendalian persediaan di PT. BII, Bogor.

Data kuantitatif yang telah diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel

2007 untuk mendapatkan jumlah pemesanan ekonomis dan total biaya persediaan yang ditimbulkan. Setelah itu dilakukan analisis uraian deskriptif dan interpretasi untuk menjelaskan hasil yang didapatkan tersebut dengan memperhitungkan biaya variabel yang bersifat tidak tetap untuk setiap periode, dengan teknik LFL dan teknik EOQ sistem MRP.

Berdasarkan analisis perbandingan biaya, didapatkan biaya pemesanan tertinggi pada kedua bahan baku terjadi pada teknik LFL, yaitu Rp 3.186.562,50 pada bahan baku x dan Rp 4.252.500,00 pada bahan baku y. Sedangkan biaya pemesanan terendah pada kedua bahan baku dihasilkan oleh teknik EOQ yang menghasilkan biaya Rp 1.738.125,00 pada bahan baku x dan Rp 1.771.875,00 pada bahan baku y.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 November 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan H. Eman Sulaeman dan Hj. Neneng Nurhasanah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisiyah Bustanul Athfal pada Tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Leuwiliang. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Leuwiliang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Leuwiliang dan masuk dalam program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada Tahun 2002. Pada Tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl, Ing, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Heti Mulyati, S.TP, MT dan R. Dikky Indrawan, SP, MM atas kesediaannya meluangkan waktu menjadi dosen penguji.

3. Bapak Sumardi Saji, Mba Dona, Bapak Julian Mulya, Bapak Dwi, Mas Sigit, Mba Tiur dan Bapak Fauzul yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar dalam mempelajari sistem pengendalian

persediaan bahan baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor.

4. Staf dan karyawan di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua, adik dan kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang serta doa yang tulus.

6. Siti Solihat Nurjanah yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi kepada penulis.

(7)

8. Seluruh FEM Badminton Team (FBT), Aji, Rara, Rani, Patar dan Tia yang telah bersama-sama berjuang untuk mempertahankan juara 1 tiga tahun berturut-turut dalam acara pertandingan Badminton SPORTAKULER FEM. 9. Seluruh sahabat yang selama ini selalu bersama-sama : Boy, Aji, Iswi, Didit,

Konde, Irfan, Diki, Feri, Gema, Irsam, Dyo, Nda, Neila, Rima, Juliet, Lonik, Maya, Ovie, Mami, Nceq, dan seluruh sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu. You all are my BEST FRIENDS.

10. Teman-teman satu bimbingan : Nda, Faris, Epe, Nina, Uti, Weni, Furi dan seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi dan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan skripsi ini yang masih banyak kekurangannya, maka kritik dan saran konstruktif diperlukan, agar skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amien.

Bogor, 24 Agustus 2009

(8)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian dan Peranan Persediaan ... 4

2.1.2. Fungsi Persediaan ... 5

2.1.3. Jenis–jenis Persediaan ... 5

2.1.4. Biaya Persediaan ... 7

2.2.Pengendalian Persediaan ... 7

2.2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan ... 7

2.2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan ... 8

2.2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan ... 8

2.3.Bahan Baku ... 11

2.3.1. Pengertian Bahan Baku ... 11

2.3.2. Jenis-jenis Bahan Baku ... 11

2.4.Model Pengendalian Persediaan ... 11

2.4.1. Teknik Lot for Lot ... 13

2.4.2. Teknik Eqonomic Order Quantity ... 14

2.5.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3.Pengumpulan Data ... 23

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1.Gambaran umum perusahaan ... 27

4.1.1. Sejarah Umum PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 27

4.1.2. Visi dan Budaya Perusahaan ... 28

4.1.3. Jenis Produk PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor ... 29

4.1.4. Struktur Organisasi ... 30

4.1.5. Sumber Daya Manusia ... 33

4.1.6. Unit Bisnis Produksi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 34

4.2.Sistem Persediaan Bahan Baku PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 35

4.2.1. Jenis dan Asal Bahan Baku ... 35

4.2.2. Perencanaan Pengadaan Bahan Baku ... 36

4.2.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku ... 40

4.2.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 40

4.2.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku ... 41

4.2.6. Biaya Persediaan ... 42

4.2.7. Pemakaian Bahan Baku ... 44

4.2.8. Waktu Tenggang Pengadaan Bahan Baku ... 46

4.3.Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 46

4.3.1. Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 47

4.3.2. Teknik LFL dan EOQ Sistem MRP dalam Penentuan Ukuran Lot Pemesanan ... 51

4.3.2.1. Teknik LFL ... 52

4.3.2.2. Teknik EOQ ... 56

4.3.3. Analisis Perbandingan Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan ... 59

4.3.4. Alternatif Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan ... 63

4.4.Implikasi Manajerial ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

1. Kesimpulan ... 67

2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 FormatMRP ... 12 2 Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data ... 24 3 Jadwal kerja PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 33 4 Komponen biaya pemesanan bahan baku x dan y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 43 5 Komponen biaya penyimpanan bahan baku x dan y PT. Boehringer

Ingelheim Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 44 6 Perkembangan pemakaian persediaan bahan baku x dan y periode Maret

2008 – Februari 2009 ... 45 7 Waktu tenggang pengadaan bahan baku x dan y pada tahun 2008 - 2009 ... 46 8 Pengawasan persediaan berdasarkan metode analisis ABC ... 47 9 Perkembangan persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingleheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 48 10 Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 49 11 Biaya persediaan bahan baku x dan y, periode Maret 2008 – Februari 2009

dengan metode perusahaan ... 51 12 Perkembangan persediaan bahan baku x, PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik LFL ... 52 13 Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik LFL ... 54 14 Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan teknik LFL ... 55 15 Perkembangan persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 teknik EOQ ... 56 16 Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik EOQ ... 57 17 Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan MRP teknik EOQ ... 59 18 Perbandingan biaya persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia ... 60 19 Perbandingan biaya persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia ... 60 20 Perbandingan penghematan biaya pemesanan pada bahan baku x dan y

antara teknik LFL dan teknik EOQ terhadap teknik perusahaan ... 62 21 Perbandingan penghematan biaya penyimpanan pada bahan baku x dan y

antara teknik LFL dan teknik EOQ terhadap teknik perusahaan ... 63 22 Perbandingan penghematan total biaya persediaan pada bahan baku x dan y

(11)

ANALISIS TEK DALAM PE DI PT. BOEH

FAKU

KNIK PENENTUAN UKURAN LOT PEM ENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN B EHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BO

Oleh :

LUTHFAN LUTHFIR RAHMAN H24052637

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(12)

ANALISIS TEKNIK PENENTUAN UKURAN LOT PEMESANAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Luthfan Luthfir Rahman H24052637

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

ANALISIS PENENTUAN UKURAN LOT PEMESANAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA, BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Luthfan Luthfir Rahman H24052637

Menyetujui, September 2009

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl, Ing., DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(14)

ABSTRAK

Luthfan Luthfir Rahman. H24052637. Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot

Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, sehingga perusahaan perlu melakukan pengendalian persediaan bahan baku yang baik, agar produksi perusahaan menjadi lebih efisien.

Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui dan menganalisis kondisi PT. BII dalam menerapkan teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku, (2) Membandingkan dan menganalisis teknik penentuan ukuran lot pememesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku di PT. BII dengan teknik Lot for Lot (LFL) dan teknik Eqonomic Order Quantity (EOQ) dalam sistem Material Requirement Planning (MRP), serta (3) Menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. BII dalam melaksanakan pengendalian persediaan bahan baku beserta upaya-upaya untuk mengatasinya.

Penelitian ini dilakukan di PT. BII, Bogor mulai April sampai dengan Juli 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif berupa data pemakaian bahan baku, waktu tunggu dan biaya-biaya persediaan. Data kualitatif berupa gambaran umum perusahaan, jenis dan asal bahan baku, prosedur pembelian, penerimaan dan penyimpanan bahan baku, pengawasan mutu dan kebijakan pengendalian persediaan di PT. BII, Bogor.

Data kuantitatif yang telah diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel

2007 untuk mendapatkan jumlah pemesanan ekonomis dan total biaya persediaan yang ditimbulkan. Setelah itu dilakukan analisis uraian deskriptif dan interpretasi untuk menjelaskan hasil yang didapatkan tersebut dengan memperhitungkan biaya variabel yang bersifat tidak tetap untuk setiap periode, dengan teknik LFL dan teknik EOQ sistem MRP.

Berdasarkan analisis perbandingan biaya, didapatkan biaya pemesanan tertinggi pada kedua bahan baku terjadi pada teknik LFL, yaitu Rp 3.186.562,50 pada bahan baku x dan Rp 4.252.500,00 pada bahan baku y. Sedangkan biaya pemesanan terendah pada kedua bahan baku dihasilkan oleh teknik EOQ yang menghasilkan biaya Rp 1.738.125,00 pada bahan baku x dan Rp 1.771.875,00 pada bahan baku y.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 November 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan H. Eman Sulaeman dan Hj. Neneng Nurhasanah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisiyah Bustanul Athfal pada Tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Leuwiliang. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Leuwiliang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Leuwiliang dan masuk dalam program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada Tahun 2002. Pada Tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).

(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl, Ing, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Heti Mulyati, S.TP, MT dan R. Dikky Indrawan, SP, MM atas kesediaannya meluangkan waktu menjadi dosen penguji.

3. Bapak Sumardi Saji, Mba Dona, Bapak Julian Mulya, Bapak Dwi, Mas Sigit, Mba Tiur dan Bapak Fauzul yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar dalam mempelajari sistem pengendalian

persediaan bahan baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor.

4. Staf dan karyawan di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua, adik dan kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang serta doa yang tulus.

6. Siti Solihat Nurjanah yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi kepada penulis.

(17)

8. Seluruh FEM Badminton Team (FBT), Aji, Rara, Rani, Patar dan Tia yang telah bersama-sama berjuang untuk mempertahankan juara 1 tiga tahun berturut-turut dalam acara pertandingan Badminton SPORTAKULER FEM. 9. Seluruh sahabat yang selama ini selalu bersama-sama : Boy, Aji, Iswi, Didit,

Konde, Irfan, Diki, Feri, Gema, Irsam, Dyo, Nda, Neila, Rima, Juliet, Lonik, Maya, Ovie, Mami, Nceq, dan seluruh sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu. You all are my BEST FRIENDS.

10. Teman-teman satu bimbingan : Nda, Faris, Epe, Nina, Uti, Weni, Furi dan seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi dan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan skripsi ini yang masih banyak kekurangannya, maka kritik dan saran konstruktif diperlukan, agar skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amien.

Bogor, 24 Agustus 2009

(18)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian dan Peranan Persediaan ... 4

2.1.2. Fungsi Persediaan ... 5

2.1.3. Jenis–jenis Persediaan ... 5

2.1.4. Biaya Persediaan ... 7

2.2.Pengendalian Persediaan ... 7

2.2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan ... 7

2.2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan ... 8

2.2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan ... 8

2.3.Bahan Baku ... 11

2.3.1. Pengertian Bahan Baku ... 11

2.3.2. Jenis-jenis Bahan Baku ... 11

2.4.Model Pengendalian Persediaan ... 11

2.4.1. Teknik Lot for Lot ... 13

2.4.2. Teknik Eqonomic Order Quantity ... 14

2.5.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3.Pengumpulan Data ... 23

(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1.Gambaran umum perusahaan ... 27

4.1.1. Sejarah Umum PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 27

4.1.2. Visi dan Budaya Perusahaan ... 28

4.1.3. Jenis Produk PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor ... 29

4.1.4. Struktur Organisasi ... 30

4.1.5. Sumber Daya Manusia ... 33

4.1.6. Unit Bisnis Produksi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 34

4.2.Sistem Persediaan Bahan Baku PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 35

4.2.1. Jenis dan Asal Bahan Baku ... 35

4.2.2. Perencanaan Pengadaan Bahan Baku ... 36

4.2.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku ... 40

4.2.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 40

4.2.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku ... 41

4.2.6. Biaya Persediaan ... 42

4.2.7. Pemakaian Bahan Baku ... 44

4.2.8. Waktu Tenggang Pengadaan Bahan Baku ... 46

4.3.Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 46

4.3.1. Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 47

4.3.2. Teknik LFL dan EOQ Sistem MRP dalam Penentuan Ukuran Lot Pemesanan ... 51

4.3.2.1. Teknik LFL ... 52

4.3.2.2. Teknik EOQ ... 56

4.3.3. Analisis Perbandingan Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan ... 59

4.3.4. Alternatif Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan ... 63

4.4.Implikasi Manajerial ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

1. Kesimpulan ... 67

2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(20)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 FormatMRP ... 12 2 Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data ... 24 3 Jadwal kerja PT. Boehringer Ingelheim Indonesia ... 33 4 Komponen biaya pemesanan bahan baku x dan y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 43 5 Komponen biaya penyimpanan bahan baku x dan y PT. Boehringer

Ingelheim Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 44 6 Perkembangan pemakaian persediaan bahan baku x dan y periode Maret

2008 – Februari 2009 ... 45 7 Waktu tenggang pengadaan bahan baku x dan y pada tahun 2008 - 2009 ... 46 8 Pengawasan persediaan berdasarkan metode analisis ABC ... 47 9 Perkembangan persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingleheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 48 10 Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 ... 49 11 Biaya persediaan bahan baku x dan y, periode Maret 2008 – Februari 2009

dengan metode perusahaan ... 51 12 Perkembangan persediaan bahan baku x, PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik LFL ... 52 13 Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik LFL ... 54 14 Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan teknik LFL ... 55 15 Perkembangan persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 teknik EOQ ... 56 16 Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik EOQ ... 57 17 Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan MRP teknik EOQ ... 59 18 Perbandingan biaya persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia ... 60 19 Perbandingan biaya persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia ... 60 20 Perbandingan penghematan biaya pemesanan pada bahan baku x dan y

antara teknik LFL dan teknik EOQ terhadap teknik perusahaan ... 62 21 Perbandingan penghematan biaya penyimpanan pada bahan baku x dan y

antara teknik LFL dan teknik EOQ terhadap teknik perusahaan ... 63 22 Perbandingan penghematan total biaya persediaan pada bahan baku x dan y

(21)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Total biaya persediaan ... 15

2 Grafik analisis ABC... 18

3 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian ... 22

4 Struktur organisasi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, pada tahun 2009 ... 32

(22)

LAMPIRAN

No. Halaman

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring meningkatnya kebutuhan manusia yang diikuti oleh perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telah menyebabkan industri-industri semakin berkembang, mulai dari industri kecil, sedang, hingga industri besar. Banyaknya industri yang muncul membuat persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk selalu melakukan perbaikan agar dapat bersaing.

Salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan pengendalian persediaan melalui penentuan ukuran lot pemesanan yang tepat. Penentuan ukuran lot pemesanan yang tepat dapat menghasilkan tingkat persediaan yang optimum yang dapat menurunkan biaya operasional perusahaan sehingga daya saing perusahaan meningkat. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Assauri, 2008).

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku memegang peranan penting dan sangat berpengaruh terhadap jalannya operasi perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Yamit (1998) yang menyatakan bahwa “Persediaan bahan baku sebagai kekayaan perusahaan memiliki peranan penting di dalam operasi bisnis dalam pabrik”. Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, baik dalam perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

(24)

persediaan, sehingga dapat mengurangi dana investasi di bidang lainnya. Selain itu, persediaan yang terlalu banyak akan meningkatkan biaya penyimpanan atau pergudangan.

Perusahaan yang memiliki persediaan bahan baku yang terlalu sedikit dapat menyebabkan perusahaan terancam dan suatu saat akan mengalami kehabisan persediaan (out of stock) ketika terdapat jumlah permintaan produksi yang melonjak. Hal ini dapat mengurangi kepuasan konsumen atau bahkan membuat konsumen kecewa dan beralih kepada merek atau perusahaan lain, maka perusahaan perlu melakukan pengendalian atas persediaan bahan baku untuk membuat suatu persediaan yang benilai optimum, dimana nilai persediaan tersebut tidak terlalu kecil, sehingga tetap dapat menunjang kelancaran produksi dan juga tidak terlalu besar, sehingga tidak banyak dana yang menganggur dalam persediaan.

Menurut Tampubolon (2004), berdasarkan sifatnya, bahan baku dikelompokkan ke dalam permintaan terikat, dimana tanpa adanya bahan baku proses konversi perusahaan tidak dapat dilakukan. Model pengendalian persediaan untuk jenis barang-barang permintaan terikat lebih sesuai menggunakan Sistem Rencana Kebutuhan Bahan (MRP System), dimana sistem MRP menggunakan teknik LFL dan teknik EOQ dalam menentukan

ukuran lot pemesanannya. Sistem MRP merupakan metode atau teknik perencanaan dan penjadwalan yang digunakan oleh perusahaan manufaktur sebagai sarana bagaimana setiap pekerja yang terkait melakukan komunikasi perihal aliran barang dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2005).

(25)

PT. Boehringer Ingelheim Indonesia adalah salah satu perusahaan global yang bergerak di bidang farmasi dan kesehatan manusia dan hewan. PT. Boehringer Ingelheim Indonesia adalah anak perusahaan dari Boehringer Ingelheim yang merupakan perusahaan keluarga yang didirikan oleh Albert Boehringer di Ingelheim am Rhein, Jerman. Sebagai perusahaan global, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia memiliki sistem manajemen pengendalian persediaan yang terencana ( http://ndahquw.wordpress.com/category/job-opportunities/, 2009).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku yang telah dilakukan di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor ?

2. Bagaimana efisiensi biaya persediaan yang dihasilkan teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor dibandingkan dengan teknik Lot for Lot (LFL) dan teknik Economic Order Quality (EOQ) sistem Rencana Kebutuhan Bahan (Material Requirement Planning atau MRP) ? 3. Bagaimana masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. Boehringer

Ingelheim Indonesia, Bogor dalam melaksanakan pengendalian persediaan bahan baku beserta upaya-upaya untuk mengatasinya ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sampai sejauhmana PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor dalam menerapkan pengendalian persediaan bahan baku.

(26)
(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persediaan

2.1.1. Pengertian dan Peranan Persediaan

Persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan (Indrajit dan Djokopranoto, 2005). Menurut Assauri (2008), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi.

Menurut Sumayang dalam Anggraeni (2007), terdapat tiga alasan mengapa persediaan diperlukan oleh suatu perusahaan, yaitu :

a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian

Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan persediaan

pengaman (safety stock).

b. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.

Tujuan ini memberikan kemudahan berikut :

1) Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk. 2) Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk

menghasilkan bermacam-macam jenis produk.

(28)

1) Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.

2) Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.

3) Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output

yang tetap, akan mengalami kelebihan produk pada kondisi permintaan yang rendah atau pada kondisi yang lesu atau

low season. Kelebihan produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti, apabila produksi

output tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan, yaitu pada musim ramai atau pada peak season.

2.1.2. Fungsi Persediaan

Menurut Tampubolon (2004), yang dimaksud fungsi persediaan adalah :

a. Fungsi Decoupling

Hal ini merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah. Fungsi ini mempertahankan tingkat persediaan sebagai keputusan untuk menghadapi penawaran atau

permintaan terhadap persediaan yang tidak teratur. b. Fungsi Economic Size

Perusahaan melakukan penyimpanan persediaan dalam jumlah besar, dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas mutu yang digunakan dalam proses konversi, dan didukung kapasitas gudang yang memadai.

c. Fungsi Antisipasi

(29)

2.1.3. Jenis-jenis Persediaan

Menurut Assauri (2008), persediaan sangat penting artinya bagi perusahaan, karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang kepada konsumen. Berdasarkan fungsinya, persediaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Batch Stock atau Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

b. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak diramalkan.

c. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan/permintaan yang meningkat.

Berdasarkan jenis dan posisi barang dalam urutan mengerjakan produk, persediaan dikelompokkan menjadi 5 kelompok (Rangkuti, 2002), yaitu :

a. Persediaan bahan baku (raw materials stocks), yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased

parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana dapat dirakit secara langsung menjadi suatu produk. c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu

(30)

d. Persediaan barang dalam proses (work in proccess), yaitu barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

e. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.1.4. Biaya Persediaan

Menurut Rangkuti (2002), dalam pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah persediaan, umumnya biaya-biaya variabel yang perlu diperhitungkan meliputi :

a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)

Biaya ini merupakan biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas perseidaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar jika kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rataan persediaan semakin tinggi. Biaya penyimpanan merupakan biaya variabel jika bervariasi terhadap tingkat persediaan. Jika biaya fasilitas penyimpanan tidak variabel, maka tidak dimasukkan dalah biaya penyimpanan per

unit.

b. Biaya Pemesanan (ordering cost atau procurement cost)

(31)

2.2. Pengendalian Persediaan

2.2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan (Assauri, 2008).

2.2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan

Dalam menjalankan suatu pengendalian persediaan, sebaiknya perusahaan memiliki tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan (Assauri, 2008) adalah :

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan, sehingga mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

b. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.

c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena hal ini akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi

lebih besar.

2.2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan

Pada dasarnya kebijakan pengendalian persediaan meliputi dua aspek, yaitu (1) pada saat kapan atau pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan dan (2) berapa banyak yang harus dipesan atau diadakan. Konsekuensi dari kedua aspek tersebut akan menentukan tingkat persediaan pada waktu tertentu dan rata-rata tingkat persediaan (Machfud, 1999).

(32)

Kebijakan pengendalian persediaan bahan baku meliputi peramalan permintaan, penentuan jumlah pemesanan ekonomis, lead time (LT),

safety stock (SS) dan reorder point (ROP).

a. Peramalan Permintaan

Dalam lingkungan perusahaan, peramalan banyak digunakan untuk memprediksi atau mengestimasi permintaan pada masa mendatang. Peramalan permintaan adalah istilah yang sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan masa lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu (Indrajit dan Pranoto, 2005).

b. Jumlah Pemesanan Ekonomis

Menurut Assauri (2008), jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan yang diadakan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal.

Dalam menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, harus diupayakan agar biaya-biaya penyimpanan, kekurangan bahan dan pemesanan diperkecil.

c. Waktu Tunggu

Menurut Assauri (2008), LT adalah lamanya waktu antara

mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan.

d. Persediaan Pengaman

Menurut Assauri (2008), persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu :

(33)

2) Keragaman permintaan pada masa tenggang 3) Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan

Besarnya persediaan pengaman untuk permintaan tidak tetap dengan lead time yang bersifat konstan, dan diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

(

d L Z

SS= σ ... (1)

Dimana

SS = Safety Stock

Z = Service Level

L = LT

d

σ

= Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari.

Simpangan baku digunaan untuk menentukan besarnya persediaan pengaman dengan pendekatan service level. Service

level merupakan peluang tidak terjadi kekurangan persediaan selama waktu tunggu yangdigambarkan dalam bentuk persentase (%).

e. ROP

Menurut Assauri (2008), ROP (titik pemesanan kembali) merupakan suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang pada

suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. ROP merupakan titik dimana pesanan baru dilakukan (Hansen, D.R. dan Maryanne M.M., 2000).

(34)

Umumnya model ROP ditentukan oleh sifat pemakaian, yaitu :

1. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tetap

Dalam model ini, besarnya permintaan tetap, sehingga tidak ada penambahan persediaan. Rumus matematiknya adalah :

ROP = d x L ... (4)

ROP = reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja per tahun

L = LT untuk pemesanan baru (hari)

2. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tidak Tetap Dalam model ini, besarnya permintaan tidak tetap. Besarnya ROP pada model ini merupakan penjumlahan antara besarnya permintaan yang diharapkan selama masa tenggang dan persediaan tambahan atau disebut dengan SS. Maka rumusnya menjadi :

ROP = d x L + SS ... (5)

ROP = reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja per tahun

L = LT untuk pemesanan baru (hari)

(35)

2.3. Bahan Baku

2.3.1. Pengertian Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu komponen pokok dalam kegiatan produksi. Menurut Assauri (2008), bahan baku merupakan bagian menyeluruh dari produk jadi.

2.3.2. Jenis-jenis Bahan Baku

Menurut Manullang dalam Hatiarsih (2007), bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Bahan langsung (direct materials) adalah bahan yang menjadi bagian dari barang-barang jadi dan merupakan bagian pengeluaran yang besar dalam memproduksi sesuatu.

b. Bahan tidak langsung (indirect materials) merupakan bagian dari produk jadi yang digunakan dalam jumlah kecil, sehingga biaya bahan tidak besar dibandingkan dengan biaya langsung.

c. Perlengkapan (supplies) merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak mengambil bagian dalam barang jadi.

2.4. Model Pengendalian Persediaan

Analisis persediaan bahan baku merupakan analisis kuantitatif untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan optimal dan berapa total biaya

persediaan yang muncul juga untuk mengetahui berapa stok yang aman. Berdasarkan sifatnya, bahan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permintaan bebas dan permintaan terikat, dimana model persediaan sangat tergantung pada kedua sifat bahan tersebut.

(36)

kejadian spesifik. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengendalian persediaan bahan baku yang memiliki jenis persediaan terikat.

Model untuk jenis-jenis barang permintaan terikat lebih sesuai menggunakan Sistem Rencana Kebutuhan Bahan (MRP System). Sistem MRP dirancang dan dikembangkan sebagai sistem pengendalian bahan dan komponen yang mempunyai sifat ”ketergantungan” (dependent) kepada permintaan (Tampubolon, 2004). Menurut Stevenson dalam Adam (2003), sistem MRP merupakan suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak pesanan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat.

Sistem MRP merencanakan ukuran lot, sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan, sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Teknik penentuan ukuran lot yang biasa digunakan dalam sistem MRP adalah teknik Lot for Lot (LFL) dan teknik Eqonomic Order Quantity (EOQ). Format yang digunakan pada sistem MRP seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. FormatMRP

Keterangan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persediaan awal

Kebutuhan kotor

Kebutuhan bersih

(37)

Pemesanan yang direncanakan

Persediaan akhir

Keterangan :

1. Persediaan awal adalah persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan di awal periode.

2. Kebutuhan kotor adalah total kebutuhan bahan baku pada suatu periode pemesanan.

3. Kebutuhan bersih adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi dipenuhi oleh persediaan perusahaan dan merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan awal.

4. Penerimaan terjadwal adalah besarnya pesanan yang direncanakan akan diterima untuk suatu periode tertentu.

5. Pesanan yang direncanakan adalah besarnya pesanan yang direncanakan

akan dipesan pada suatu periode dengan harapan akan diterima oleh perusahaan pada saat yang tepat.

Dalam analisis ini digunakan teknik LFL dan teknik EOQ sistem MRP, serta metode yang digunakan oleh perusahaan.

2.4.1. Teknik LFL

Dalam kebijakan ini, ukuran lot untuk satu batch dipilih untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Perusahaan memesan tepat sebesar yang dibutuhan tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Teknik ini dapat menekan biaya yang ditanamkan dalam persediaan barang-barang terikat.

(38)

kebutuhan kotor adalah sama dengan kebutuhan bersih, yang kemudian dipesan sebelumnya dengan harapan akan diterima tepat pada waktunya.

Teknik LFL ini memberikan penghematan pada biaya penyimpanan, karena bahan baku dipesan sebesar kebutuhan bersih produksinya. Oleh karena itu, penumpukan bahan baku di gudang dalam jumlah yang melimpah dapat dihindari. Kekurangan dari teknik LFL adalah teknik ini tidak dapat digunakan apabila bahan baku yang digunakan jumlahnya sedikit di pasaran, sehingga permintaan tepat pada waktunya tidak dapat dilakukan.

2.4.2. Teknik EOQ

Model EOQ digunakan untuk menentukan mutu pesanan optimal yang akan meminimalkan biaya pemesanan persediaan tahunan dan biaya penyimpanan tahunan. Setelah diperoleh nilai kuantitas pesanan optimal dengan teknik EOQ, maka dilakukan pengolahan data dalam tabel MRP seperti yang dilakukan dengan

teknik LFL. Besar pesanan adalah sebesar kelipatan dari EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan bersih. Apabila terdapat pesediaan awal yang cukup besar, maka perusahaan tidak perlu

melakukan rencana penerimaan bahan baku sampai persediaan awal tersebut tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan.

Keuntungan penggunaan teknik EOQ adalah pemesanan yang dilakukan lebih besar dari kebutuhan bersihnya, sehingga apabila terjadi perubahan kuantitas produksi menjadi lebih besar, maka persediaan bahan baku tersedia. Kekurangan teknik ini adalah biaya penyimpanan menjadi lebih besar, jika dibandingkan dengan teknik LFL.

(39)

bahan baku dan lead time konstan serta tidak terjadi kekurangan barang, maka biaya-biaya yang nyata adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sehingga dengan meminimalkan jumlah pemesanan dan penyimpanan, dapat berarti meminimalkan biaya total. Penjelasan mengenai hubungan antara biaya-biaya tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.

Q D S Q H

TC = +

2

... (6)

2

Q H

THC=

Q D S

TOC =

Dimana :

TC = Total biaya persediaan setahun total (Rp)

TOC = Total biaya pemesanan setahun (Rp) THC = Total biaya penyimpanan setahun (Rp) Q/2 = Persediaan rataan

(40)

Rumusan EOQ dari biaya total

Berdasarkan Gambar 1 tersebut, terlihat hubungan antara biaya persediaan dengan kuantitas pesanan. Biaya persediaan tersebut terdiri atas biaya pemesanan (S.D/Q) dan biaya penyimpanan (H.Q/2). Jika Q naik, komponen biaya pemesanan menurun karena lebih sedikit pesanan ditempatkan per tahun. Pada waktu yang sama

komponen biaya penyimpanan meningkat, karena lebih banyak biaya pemesanan rataan yang tertahan.

(41)

Kondisi di atas titik EOQ menunjukkan biaya penyimpanan yang lebih tinggi dibandingkan biaya pemesanan. Biaya penyimpanan cenderung tinggi, karena semakin banyak jumlah bahan baku yang disimpan, maka biaya yang dikeluarkan juga semakin besar. Sedangkan untuk biaya pesanan, semakin banyak jumlah yang dipesan, maka biaya pemesanan cenderung menurun.

Kondisi kuantitas pesanan di bawah titik EOQ menunjukkan biaya pesanan yang lebih tinggi dibandingkan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan cenderung besar, karena semakin kecil jumlah bahan baku yang dipesan, maka biaya pesanan semakin tinggi. Sedangkan biaya penyimpanan cenderung kecil, karena semakin sedikit jumlah bahan baku yang dipesan, maka biaya penyimpanan menjadi semakin kecil.

Metode pengendalian persediaan lainnya adalah model analisis ABC. Menurut Herjanto (2003), analisis ABC bertujuan untuk mengklasifikasikan persediaan, biasanya berdasarkan jumlah rupiah yang tertanam pada barang-barang tersebut. Pada analisis ini persediaan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu A (sangat penting), B (penting) dan C (kurang penting). Secara umum kelompok A tersedia

(42)

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian Adam (2003) mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Nata de Coco pada PT. Halilintar Bahana Prima, Jakarta. Penelititan yang dilakukan oleh Adam menggunakan pendekatan analisa atau MRP dengan teknik LFL, teknik EOQ dan teknik PPB. Dari ketiga teknik yang digunakan, penghematan rataan terbesar pada tiap jenis bahan baku Nata de coco dan gula pasir diperoleh berturut-turut adalah teknik LFL dan PPB. Penghematan biaya persediaan tertinggi pada nata dan gula pasir, terdapat pada teknik LFL (35,62%) dan (68,75%). Penghematan biaya pemesanan tertinggi untuk bahan baku nata dan gula pasir, terdapat pada teknik PPB (65%) dan (38,8%). Sementara itu, penghematan biaya penyimpanan tertinggi pada nata dan gula pasir terdapat pada teknik LFL (100%), maka direkomendasikan sebagai alternatif metode pengendalian persediaan bahan baku bagi perusahaan.

Anggraeni (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instant di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Dalam penelitiannya, digunakan metode simulasi, yaitu model simulasi skenario 1 dan skenario 2. Model simulasi skenario 1

(43)

persediaan bahan baku yang paling optimal menggunakan model simulasi skenario 1 (Rp 790.594.896), dengan total penghematan biaya persediaan bahan baku perusahaan 35%. Total biaya persediaan bahan baku yang paling optimal menggunakan model simulasi skenario 2 (Rp 831.4430496), dengan total penghematan biaya persediaan bahan baku perusahaan 33%. Dengan hasil yang didapatkan, direkomendasikan metode simulasi skenario 1 yang didasarkan pada ROP sebagai alternatif metode pengendalian persediaan bahan baku bagi perusahaan.

Dalam penelitian Widyastuti (2005) mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Es Krim pada PT. Indomeiji Dairy Foods (PT. IDF), Sukabumi, Jawa Barat. Dalam penelititannya, dibandingkan metode perusahaan dengan metode MRP (teknik LFL, EOQ dan PPB). Analisis yang dilakukan meliputi analisis perbandingan antar metode terhadap jenis bahan baku, yaitu Skimmed Milk Powdered (SMP) dan gula dengan kriteria frekuensi pemesanan, kuantitas pemesanan, biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan. Selanjutnya, dilakukan analisis penghematan antar metode pada keseluruhan bahan baku yang diteliti dengan kriteria : biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan. Berdasarkan hasil perhitungan, metode MRP teknik LFL mengalami penghematan pada semua kriteria, kecuali pada biaya pemesanan

bahan baku. Teknik LFL mengalami penghematan biaya persediaan Rp. 43.816.554,25 (81,25%), yang diperoleh dari biaya penyimpanan variabel dan biaya pemesanan. Sedangkan teknik EOQ dan PPB tidak mengalami penghematan pada biaya persediaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka teknik LFL direkomendasikan sebagai metode alternatif dalam pengendalian persediaan perusahaan.

(44)
(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, baik dalam perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak meningkatkan biaya penyimpanan dan mengurangi dana investasi di bidang lainnya. Sedangkan kekurangan dalam persediaan bahan baku dapat mengganggu kelancaran operasional perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan pengendalian atas persediaan bahan baku untuk membuat suatu persediaan benilai optimal.

PT Boehringer Ingelheim Indonesia adalah salah satu perusahaan global di bidang farmasi. Dalam operasionalnya, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia memiliki sistem manajemen pengendalian persediaan yang terencana. Oleh karena itu, dipelajari sistem pengendalian persediaan yang dilakukan oleh PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor, khususnya teknik penentuan ukuran lot pemesanan dan membandingkannya dengan teknik LFL dan teknik EOQ yang ada di teori, sehingga dapat memberikan alternatif teknik penentuan ukuran lot pemesanan paling optimal bagi sistem pengendalian persediaan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor.

(46)

Bahan baku merupakan faktor utama Penunjang kelancaran proses produksi di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia

Kelebihan persediaan bahan baku meningkatkan biaya

Kekurangan persediaan bahan baku mengganggu kelancaran operasional

perusahaan

Identifikasi teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam sistem pengendalian persediaan bahan baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia

Analisis persediaan bahan baku

Analisis teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku

Metode perusahaan (Teknik EOS*)

Metode MRP : 1. Teknik LFL 2. Teknik EOQ

Analisis perbandingan dan analisis penghematan antar teknik penentuan ukuran lot pemesanan

Tingkat persediaan dan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku optimal

Gambar 3.Diagram alir kerangka pemikiran penelitian

(47)

Dari Gambar 3, penelitian ini dibatasi dengan asumsi berikut :

1. Analisis pengendalian persediaan bahan baku difokuskan kepada teknik penentuan ukuran lot pemesanan.

2. Teknik penentuan ukuran lot pemesanan dilakukan berdasarkan kebijakan peramalan permintaan, safety stock, ROP dan lead time

perusahaan.

3. Teknik penentuan ukuran lot pemesanan yang dibandingkan meliputi teknik perusahaan serta teknik LFL dan teknik EOQ dengan kriteria pembanding meliputi frekuensi pemesanan, kuantitas pemesanan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan secara keseluruhan. 4. Produk A yang diteliti termasuk dalam produk Prescription Medicine

(PM), dimana produk PM tidak dapat diperjualbelikan secara bebas, harus dengan resep dokter. Sedangkan bahan baku yang diteliti ditentukan berdasarkan bahan aktif penyusun produk, dimana bahan baku x dan y merupakan bahan aktif yang menentukan khasiat produk A.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Boehringer Ingelheim Indonesia yang terletak di Jl. Lawang Gintung No. 89, Sukasari - Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif, dengan pertimbangan bahwa PT. Boehringer Ingelheim Indonesia merupakan salah satu perusahaan global yang bergerak di bidang farmasi dengan persediaan bahan baku berkuantitas

besar. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2009.

3.3. Pengumpulan Data

(48)

literatur, hasil penelitian terdahulu dan bahan pustaka. Secara ringkas, kebutuhan, jenis, metode, dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data

Data umum perusahaan : • Sejarah dan perkembangan

perusahaan

• Visi dan misi perusahaan • Lokasi perusahaan • Data pemesanan bahan

baku

• Data pemakaian bahan baku • Data laporan persediaan

bahan baku

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang terkumpul akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menyusun data kuantitatif yang diperoleh ke dalam tabel MRP. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan alat bantu software komputer Microsoft Excel, dimana hasil pembahasannya ditampilkan dalam bentuk tabel. Setelah itu dilakukan analisis uraian deskriptif dan interpretasi untuk menjelaskan hasil yang telah

didapatkan.

Tahapan-tahapan pengolahan dan analisis data adalah :

(49)

Identifikasi ini meliputi proses pengumpulan informasi tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan produksi, cara pembelian dan cara perusahaan menangani dan teknik penentuan ukuran lot pemesanan selama ini. Selain itu, juga mengenai fasilitas-fasilitas penyimpanan yang dimiliki perusahaan dan perjanjian pesanan pembelian antara perusahaan dengan pemasok.

2. Penentuan jenis bahan baku yang akan diteliti

Penentuan bahan baku yang diteliti, didasarkan pada bahan aktif suatu produk utama yang mempengaruhi khasiat produk tersebut.

3. Pendugaan dan penentuan biaya persediaan

Biaya persediaan yang akan dianalisis meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Hal ini dilakukan untuk menentukan kuantitas optimal pesanan pada analisis berikutnya.

4. Identifikasi volume pemakaian persediaan bahan baku

Identifikasi volume pemakaian didasarkan pada data historis perusahaan atau dilakukan pendugaan berdasarkan informasi yang relevan. Volume pemakaian bahan baku dapat menunjukkan besarnya permintaan bahan baku yang termasuk salah satu peubah penentu kuantitas pesanan optimal.

5. Identifikasi waktu tunggu (LT)

Waktu tunggu adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tunggu ditentukan dari rataan lamanya waktu tunggu periode-periode sebelumnya.

6. Analisis kuantitatif teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku

(50)

LFL dan teknik EOQ yang dibandingkan dengan teknik pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan.

Ukuran lot (pesanan) adalah jumlah kuantitas yang dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas minimum. Ukuran lot dihitung dengan cara :

a. Teknik LFL

Q = jumlah pesanan bahan baku sebesar kebutuhan bersih. b. Teknik EOQ

S = biaya pemesanan bahan baku per pesanan (Rp/pesanan) D = permintaan bahan baku per tahun (kg)

H = Biaya penyimpanan bahan baku per unit per tahun (Rp/kg) c. Metode perusahaan

Metode perusahaan disesuaikan dengan kondisi yang ada di perusahaan. PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor menggunakan teknik Economic Order System (EOS), dimana ukuran lot adalah sebesar kelipatan EOQ yang lebih besar dan paling mendekati kebutuhan bersihnya dengan tetap memperhitungkan besarnya minimum balance.

7. Analisis perbandingan dan penghematan biaya persediaan

Analisis ini meliputi perbandingan antar teknik penentuan ukuran

lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku, meliputi perbandingan kuantitas pesanan, frekuensi pesanan dan biaya persediaan yang timbul. Analisis penghematan biaya dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai pada metode alternatif dengan nilai pada metode

perusahaan.

8. Menentukan teknik alternatif bagi perusahaan

(51)
(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

5.1.1. Sejarah Umum PT. Boehringer Ingelheim Indonesia

PT. Boehringer Ingelheim Indonesia adalah anak perusahaan dari Boehringer Ingelheim yang merupakan perusahaan keluarga yang didirikan oleh Albert Boehringer di Ingelheim am Rhein, Jerman pada tahun 1885. Boehringer Ingelheim bergerak di bidang farmasi dan kesehatan. Saat ini, Boehringer Ingelheim secara global beroperasi dengan 138 afiliasi di 47 negara dan memiliki 41.300 karyawan.

Boehringer Ingelheim mulai memasuki pasar Indonesia sejak Juni, 1969 dan tahun 1974, Boehringer Ingelheim Indonesia memulai kegiatan produksi dan pemasaran melalui joint venture dengan PT. Schering Indonesia hingga tahun 2001.

Pada tahun 2001, kantor pusat Boehringer Ingelheim menyetujui pembelian pabrik Rhone Pholenc Rorer dan persetujuan

toll manufacturing dengan PT. Aventis Pharma. Setelah itu PT. Boehringer Ingelheim Indonesia melakukan sejumlah investasi dalam

proyek renovasi pabrik dan selesai pada Maret 2003. Toll manufacturing merupakan suatu bentuk kerjasama bisnis dimana PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor memproduksi produk PT. Aventis Pharma sesuai permintaan dan formula yang diberikan.

(53)

ke Korea, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina dan Afrika Selatan.

5.1.2. Visi dan Budaya Perusahaan

Visi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Pharmaceutical Production Bogor, adalah “We will be the best pharmaceutical production site to achieve 5 by 10”. PT. Boehringer Ingelheim Indonesia berusaha untuk menjadi tempat memproduksi produk farmasi terbaik. Sedangkan visi PT. Boehringer Ingelheim corporate

adalah value through innovation, dimana PT. Boehringer Ingelheim berusaha untuk selalu meningkatkan nilai produknya melalui inovasi.

Dalam aktivitasnya, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia menerapkan suatu budaya universal yang dijalankan oleh semua karyawan Boehringer Ingelheim di seluruh dunia, yaitu budaya Me-We dan Lead and Learn, yaitu :

a. Dalam budaya Me-We, kata We mencerminkan suatu tim yang bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang baik dan menunjang tercapainya visi perusahaan. Untuk mencapai tim yang demikian, maka harus dimulai dengan Me sebagai individu yang melakukan segala sesuatu dengan baik

b. Budaya Lead and Learn harus menjiwai seluruh aktivitas kerja karyawan Boehringer Ingelheim. Seluruh karyawan perlu terus melakukan segala sesuatu yang terbaik dan membawa orang lain untuk melakukan yang baik pula. Para karyawan diharapkan dapat menemukan cara yang baru dan lebih baik dalam melakukan pekerjaan dengan melihat orang lain untuk mendapatkan pengetahuan dan inspirasi.

Di sudut-sudut strategik perusahaan, terdapat poster berisi empat pertanyaan, yaitu :

(54)

2. Are we connected?

3. Are we growing together?

4. Are we getting results?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bertujuan agar setiap karyawan yang bekerja di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia senantiasa mengambil inisiatif dan berkomunikasi aktif dengan rekan kerjanya sehingga dapat berkembang bersama-sama dan memperoleh hasil yang optimal.

5.1.3. Jenis Produk PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor

Produk yang dihasilkan oleh PT. Boehringer Ingelheim Indonesia adalah produk-produk non steril, baik berupa sediaan padat (tablet), sediaan setengah padat (suppositoria), sediaan cair, dan sediaan aerosol. Contoh produk yang dihasilkan oleh PT. Boehringer Ingelheim Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Produk Lokal

1) Sediaan padat : Movicox 15mg Tablet, Mucopect 30mg Tablet, Bisolvon 8mg Tablet, Spiropent 20mcg Tablet dan Pharmaton Formula Kapsul.

2) Sediaan setengah padat : Movicox 15mg Suppositoria, Dulcolax 10mg Suppositoria Adult dan

Dulcolax 5mg Suppositoria Infant

3) Sediaan cair : Mucopect 15mg/5ml Drop, Bisotulsin 10mg/5ml Syrup, Bisolvon 10mg/5ml Solution dan Bisolvon 4mg/5ml Elixir. 4) Sediaan aerosol : Alupent 750mcg MDI, Atrovent 20mcg

MDI dan Inflammide 200mcg MDI

b. Produk Impor

(55)

2) Sediaan steril : Buscopan 20mg/ml Ampul, Catapres 150mcg/ml Ampul dan Bisolvon 4mg/2ml Ampul.

c . Produk Ekspor

1) Dulcolax 10mg Supositoria Adult – Supositoria Korea 2) Dulcolax 10mg Supositoria Adult – Supositoria

Malaysia/Singapura

3) Buscopan Plus FCT – Tablet Filipina

d. Produk ICB

1) Sediaan padat : Sirdalud Tablet, Zaditen Tablet dan Hydergin Tablet

2) Sediaan cair : Flagyl OS, Toplexil Syrup dan Novalgin Drops

3) Sediaan setengah padat : Flagyl Suppositoria dan Flagystatin Ovule

5.1.4. Struktur Organisasi

Demi kelancaran kerja, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia membuat suatu struktur organisasi yang dapat menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan

yang lain, serta bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Struktur organisasi ini menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.

Pengelolaan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang membawahi 5 divisi, yaitu

Consumer Health Care (CHC), Prescription Medicine (PM), Human Resource (HR), Finance dan Pharmaceutical Production (PhP).

Pabrik yang berada di Bogor berada di bawah divisi

(56)

departemen, yaitu departemen produksi, Supply Chain Management

(SCM), Quality Management (QM) dan Technical Management (TM). Struktur organisasi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia dan divisi

Plant Bogor dapat dilihat pada Gambar 4.

Departemen Produksi meliputi seksi Manufacturing dan

Packaging. Departemen Supply Chain Management (SCM) meliputi seksi Production Plan and Inventory Control (PPIC), Supply Chain Process dan Warehouse. Departemen Quality Management (QM) meliputi seksi Quality Assurance (QA), Quality Control (QC) dan

(57)

Gambar 4.Struktur organisasi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia pada tahun 2009 President Director

PT. Boehringer Ingelheim Indonesia

CH PM HR FINANCE PhP

Produksi

Manufacturing Packaging

SCM

PPIC SC

Proces

WHS

QM

QA QC EHS

TM

(58)

5.1.5. Sumber Daya Manusia

Saat ini PT. Boehringer Ingelheim Indonesia memiliki lebih dari 582 karyawan di seluruh Indonesia. Di Pabrik PT. Boehringer Ingelheim Indonesia yang terletak di Bogor, jumlah tenaga kerja per Maret 2009 adalah 189 orang. Dalam merekrut tenaga kerja, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia mempunyai kualifikasi khusus sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan perusahaan.

Karyawan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia bekerja selama 8 jam per hari dengan lima hari kerja per minggu. Jam kerja normal karyawan kantor dimulai dari pukul 07.30 – 16.30 WIB. Jam kerja karyawan produksi dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift 1, 2 dan shift 3. Jadwal kerja karyawan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jadwal kerja PT. Boehringer Ingelheim Indonesia Tenaga Kerja Shift Jam kerja Jam Istirahat

Karyawan kantor - 07.30 – 16.30 12.00 – 13.00

Sumber : PT. Boehringer Ingelheim GmbH, 2008 Keterangan : a = karyawan bagian produksi

b = karyawan bagian pengemasan

Karyawan yang ingin mengambil waktu lembur harus mengisi formulir lembur dan meminta persetujuan dari atasannya. Jadwal lembur

Gambar

Tabel 1. Format MRP
Gambar 3. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data
Gambar 4. Struktur organisasi PT. Boehringer Ingelheim Indonesia pada tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Endang Kurniati: Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada PT... Endang Kurniati: Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku

Pengendalian internal atas persediaan bahan baku diharapkan dapat menciptakan aktivitas pengendalian terhadap perusahaan yang efektif dalam menentukan jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengendalian persediaan bahan baku yang efisien, sehingga diperoleh biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimum dengan jumlah

Melakukan pengendalian bahan baku dengan menggunakan metode lot sizing untuk menurunkan ongkos persediaan bahan baku. Memilih dari ke tiga metode lot sizing yang

Untuk bahan baku pig skin, dengan kebijakan non safety stock lebih tepat digunakan dengan teknik LUC yang memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 40,59%, sedangkan

Untuk bahan baku pig skin, dengan kebijakan non safety stock lebih tepat digunakan dengan teknik LUC yang memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 40,59%, sedangkan

Makalah ini membahas mengenai penentuan ukuran lot produksi yang mempergunakan model persediaan terintegrasi, dengan total ongkos persediaan melibatkan sistem persediaan

Sriwijaya Palm Oil Indonesia yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku tandan buah segar bahwa dalam proses penerimaan persediaan bahan baku perusahaan tidak pernah