• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Daya Gabung Tetua dan Nilai Heterosis Hasil Persilangan Half Diallel Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran Naungan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Daya Gabung Tetua dan Nilai Heterosis Hasil Persilangan Half Diallel Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran Naungan."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN DAYA GABUNG TETUA DAN NILAI

HETEROSIS HASIL PERSILANGAN

HALF DIALLEL

CABAI

(Capsicum annuum

L.

)

TOLERAN NAUNGAN

Oleh

Dyna Janulia

A24052368

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENDUGAAN DAYA GABUNG TETUA DAN NILAI

HETEROSIS HASIL PERSILANGAN

HALF DIALLEL

CABAI

(Capsicum annuum

L.

)

TOLERAN NAUNGAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Dyna Janulia

A24052368

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

DYNA JANULIA. Pendugaan Daya Gabung Tetua dan Nilai Heterosis Hasil Persilangan Half Diallel Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran Naungan. (Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan MUHAMAD SYUKUR).

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga pada bulan Desember 2008-Juni 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menduga daya gabung tetua dan nilai heterosis genotipe cabai hasil persilangan half diallel dalam rangka perakitan varietas cabai hibrida toleran naungan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 21 genotipe cabai yaitu enam (6) galur cabai koleksi dan hasil pemuliaan Bagian Genetika-Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yaitu genotipe IPB C2, IPB C5, IPB C10, IPB C15, IPB C20, IPB C110, dan 15 hibrida cabai hasil persilangan half diallel. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan dua ulangan sehingga total terdapat 42 satuan percobaan.

Secara umum, terdapat dua genotipe cabai besar yaitu IPB C2 x IPB C15 dan IPB C15 x IPB C10 dan dua genotipe cabai tipe rawit yaitu IPB C20 x IPB110 dan IPB C20 x IPB C10 yang memiliki nilai heterosis, heterobeltiosis, serta Daya Gabung Khusus (DGK) yang diharapkan pada karakter-karakter yang diamati. Terdapat dua hibrida yang memiliki potensi hasil tinggi yaitu genotipe IPB C5 x IPB C15 dan IPB C110 x IPB C5. Genotipe tetua yang memiliki nilai Daya Gabung Umum (DGU) positif pada semua karakter yang diamati (kecuali umur berbunga dan umur panen) adalah IPB C5. Genotipe-genotipe lainnya yaitu IPB C110, IPB C15, dan IPB C2 juga memiliki nilai DGU positif pada banyak karakter yang diamati.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:

PENDUGAAN DAYA GABUNG TETUA DAN NILAI

HETEROSIS HASIL PERSILANGAN HALF DIALLEL

CABAI (Capsicum annuum L.) TOLERAN NAUNGAN

Nama : Dyna Janulia NIM : A24052368

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Dr. Muhamad Syukur SP, MSi

NIP. 19551028 198303 2 002 NIP. 19720102 200003 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 Januari 1987. Penulis adalah anak ke-tiga dari tiga bersaudara putri Bapak Danu dan Ibu Komariah.

Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Tajur 3, kemudian pada tahun 2002 penulis mnyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI di Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan organisasi kampus dan non-kampus. Tahun 2005-2006 penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Uni Konservasi Fauna dan FORCES (Forum for Scientific Studies) serta menjadi staf divisi Dana dan Wirausaha FORKOM ALIMS SMANSA (Forum Komunikasi Alumni Muslim-Smansa), tahun 2006-2007 penulis menjadi staf Divisi Kewirausahaan Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD-A) dan bendahara bidang Bina Ukhuwah FORKOM ALIMS SMANSA, tahun 2007-2008 menjadi staf divisi perpustakaan Rohis AGH 42 (RAGHA) dan bendahara umum FORKOM ALIMS SMANSA, dan tahun 2008-2009 menjadi tim Fund Rising FORKOM ALIMS SMANSA.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, hidayah, dan kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Pendugaan Daya Gabung Tetua dan Nilai Heterosis Hasil Persilangan Half Diallel Cabai (Capsicum annuumL.) Toleran Naungan.

Penelitian yang saya lakukan adalah pendugaan nilai heterosis dan daya gabung tetua pada genotipe-genotipe cabai di bawah naungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai genotipe-genotipe yang dapat beradaptasi di bawah intensitas cahaya rendah yang menggambarkan tingkat cekaman naungan di bawah tegakan tanaman perkebunan. Adanya genotipe-genotipe yang toleran ini diharapkan dapat menjadi alternatif varietas cabai yang dapat ditanam di daerah-daerah non-sentra penanaman cabai, terutama wilayah Pulau Sumatera, di bawah tegakan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tugas akhir terutama kepada Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati MS. dan Dr. M. Syukur SP, MSi selaku dosen pembimbing saya yang telah memberi saran, masukan, serta bimbingan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir, Juang Gema Kartika SP. selaku dosen penguji yang memberi saran-saran untuk perbaikan tugas akhir saya, Diah, Tiara, Ady, Mba Cici, Mba Nita, Mba Endah, Mba Purwati, Mas Undang dan Bapak Anas yang telah bekerjasama dalam kegiatan di lapangan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi seluruh civitas akademika IPB khususnya rekan-rekan di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bogor, November 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani dan Morfologi Cabai ... 3

Lingkungan Tumbuh ... 3

Pemuliaan Tanaman Cabai ... 4

Heterosis ... 5

Persilangan Diallel dan Daya Gabung ... 5

Cahaya dan Tanaman ... 6

BAHAN DAN METODE ... 8

Waktu dan Tempat ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan ... 9

Pengamatan ... 11

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum ... 14

Karakter Kuantitatif ... 14

Heterosis ... 15

Daya Gabung ... 33

Karakter Kualitatif ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Deskripsi 6 Genotipe Tetua Persilangan ... 8 2. Bagan Persilangan Half Diallel... 9 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif Tetua dan Hibrida

Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 15 4. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Tajuk Hibrida

Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 16 5. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot Brangkasan Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 17 6. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tinggi Tanaman

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 18 7. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tinggi Dikotomus

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 19 8. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Diameter Batang

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 20 9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Daun

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 21 10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Daun Hibrida

Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 22 11. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot per Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 23 12. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot Buah per

Tanaman Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 24 13. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 26 14. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Tangkai

Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 27 15. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Diameter Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 29 16. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tebal Kulit Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 30 17. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Umur Berbunga

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 31 18. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Karakter Umur

(9)

19. Analisis Keragaman Karakter Vegetatif Hasil Persilangan Half

Diallel Cabai di Bawah Naungan... 35 20. Analisis Keragaman Karakter Generatif Hasil Persilangan Half

Diallel Cabai di Bawah Naungan... 35 21. Daya Gabung Karakter Vegetatif Tetua dan Hibrida Cabai

Hasil Persilangan Half Diallel ... 37 22. Daya Gabung Karakter Generatif Tetua dan Hibrida Cabai

Hasil Persilangan Half Diallel ... 40 23. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 44 24. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 46 25. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 47 26. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 49

Lampiran

1. Rata-rata Nilai Heterosis 15 Hibrida Cabai Hasil Persilangan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tipe Posisi Bunga Tanaman Cabai ... 43

2. Tipe Tajuk Tanaman Cabai ... 45

3. Bentuk Daun Cabai ... 45

4. Variasi Bentuk Buah Cabai ... 47

5. Bentuk Pangkal Buah Cabai ... 48

6. Tipe Ujung Buah Cabai ... 48

7. Tepi Kelopak Buah Cabai ... 48

Lampiran 1. Tipe Bunga Cabai ... 53

2. Gulma pada Pertanaman Cabai ... 53

3. Hama yang Menyerang Pertanaman Cabai ... 53

4. Penyakit yang Menyerang Buah dan Tanaman Cabai ... 53

5. Penampilan Buah Beberapa Hibrida Cabai di Bawah Naungan ... 54

6. Genotipe Hibrida Berpotensi Heterosis Tinggi ... 55

7. Genotipe Hibrida Berpotensi Hasil Tinggi ... 56

8. Genotipe Hibrida Berpotensi Heterosis Sedang ... 57

9. Genotipe Hibrida Berpotensi Hasil Sedang ... 58

10. Genotipe Hibrida Berpotensi Heterosis dan Hasil Sedang ... 59

(11)

PENDUGAAN DAYA GABUNG TETUA DAN NILAI

HETEROSIS HASIL PERSILANGAN

HALF DIALLEL

CABAI

(Capsicum annuum

L.

)

TOLERAN NAUNGAN

Oleh

Dyna Janulia

A24052368

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PENDUGAAN DAYA GABUNG TETUA DAN NILAI

HETEROSIS HASIL PERSILANGAN

HALF DIALLEL

CABAI

(Capsicum annuum

L.

)

TOLERAN NAUNGAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Dyna Janulia

A24052368

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

DYNA JANULIA. Pendugaan Daya Gabung Tetua dan Nilai Heterosis Hasil Persilangan Half Diallel Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran Naungan. (Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan MUHAMAD SYUKUR).

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga pada bulan Desember 2008-Juni 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menduga daya gabung tetua dan nilai heterosis genotipe cabai hasil persilangan half diallel dalam rangka perakitan varietas cabai hibrida toleran naungan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 21 genotipe cabai yaitu enam (6) galur cabai koleksi dan hasil pemuliaan Bagian Genetika-Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yaitu genotipe IPB C2, IPB C5, IPB C10, IPB C15, IPB C20, IPB C110, dan 15 hibrida cabai hasil persilangan half diallel. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan dua ulangan sehingga total terdapat 42 satuan percobaan.

Secara umum, terdapat dua genotipe cabai besar yaitu IPB C2 x IPB C15 dan IPB C15 x IPB C10 dan dua genotipe cabai tipe rawit yaitu IPB C20 x IPB110 dan IPB C20 x IPB C10 yang memiliki nilai heterosis, heterobeltiosis, serta Daya Gabung Khusus (DGK) yang diharapkan pada karakter-karakter yang diamati. Terdapat dua hibrida yang memiliki potensi hasil tinggi yaitu genotipe IPB C5 x IPB C15 dan IPB C110 x IPB C5. Genotipe tetua yang memiliki nilai Daya Gabung Umum (DGU) positif pada semua karakter yang diamati (kecuali umur berbunga dan umur panen) adalah IPB C5. Genotipe-genotipe lainnya yaitu IPB C110, IPB C15, dan IPB C2 juga memiliki nilai DGU positif pada banyak karakter yang diamati.

(14)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:

PENDUGAAN DAYA GABUNG TETUA DAN NILAI

HETEROSIS HASIL PERSILANGAN HALF DIALLEL

CABAI (Capsicum annuum L.) TOLERAN NAUNGAN

Nama : Dyna Janulia NIM : A24052368

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Dr. Muhamad Syukur SP, MSi

NIP. 19551028 198303 2 002 NIP. 19720102 200003 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 Januari 1987. Penulis adalah anak ke-tiga dari tiga bersaudara putri Bapak Danu dan Ibu Komariah.

Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Tajur 3, kemudian pada tahun 2002 penulis mnyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI di Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan organisasi kampus dan non-kampus. Tahun 2005-2006 penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Uni Konservasi Fauna dan FORCES (Forum for Scientific Studies) serta menjadi staf divisi Dana dan Wirausaha FORKOM ALIMS SMANSA (Forum Komunikasi Alumni Muslim-Smansa), tahun 2006-2007 penulis menjadi staf Divisi Kewirausahaan Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD-A) dan bendahara bidang Bina Ukhuwah FORKOM ALIMS SMANSA, tahun 2007-2008 menjadi staf divisi perpustakaan Rohis AGH 42 (RAGHA) dan bendahara umum FORKOM ALIMS SMANSA, dan tahun 2008-2009 menjadi tim Fund Rising FORKOM ALIMS SMANSA.

(16)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, hidayah, dan kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Pendugaan Daya Gabung Tetua dan Nilai Heterosis Hasil Persilangan Half Diallel Cabai (Capsicum annuumL.) Toleran Naungan.

Penelitian yang saya lakukan adalah pendugaan nilai heterosis dan daya gabung tetua pada genotipe-genotipe cabai di bawah naungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai genotipe-genotipe yang dapat beradaptasi di bawah intensitas cahaya rendah yang menggambarkan tingkat cekaman naungan di bawah tegakan tanaman perkebunan. Adanya genotipe-genotipe yang toleran ini diharapkan dapat menjadi alternatif varietas cabai yang dapat ditanam di daerah-daerah non-sentra penanaman cabai, terutama wilayah Pulau Sumatera, di bawah tegakan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tugas akhir terutama kepada Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati MS. dan Dr. M. Syukur SP, MSi selaku dosen pembimbing saya yang telah memberi saran, masukan, serta bimbingan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir, Juang Gema Kartika SP. selaku dosen penguji yang memberi saran-saran untuk perbaikan tugas akhir saya, Diah, Tiara, Ady, Mba Cici, Mba Nita, Mba Endah, Mba Purwati, Mas Undang dan Bapak Anas yang telah bekerjasama dalam kegiatan di lapangan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi seluruh civitas akademika IPB khususnya rekan-rekan di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bogor, November 2009

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani dan Morfologi Cabai ... 3

Lingkungan Tumbuh ... 3

Pemuliaan Tanaman Cabai ... 4

Heterosis ... 5

Persilangan Diallel dan Daya Gabung ... 5

Cahaya dan Tanaman ... 6

BAHAN DAN METODE ... 8

Waktu dan Tempat ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan ... 9

Pengamatan ... 11

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum ... 14

Karakter Kuantitatif ... 14

Heterosis ... 15

Daya Gabung ... 33

Karakter Kualitatif ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Deskripsi 6 Genotipe Tetua Persilangan ... 8 2. Bagan Persilangan Half Diallel... 9 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif Tetua dan Hibrida

Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 15 4. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Tajuk Hibrida

Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 16 5. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot Brangkasan Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 17 6. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tinggi Tanaman

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 18 7. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tinggi Dikotomus

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 19 8. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Diameter Batang

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 20 9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Daun

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 21 10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Daun Hibrida

Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 22 11. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot per Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 23 12. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot Buah per

Tanaman Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 24 13. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel ... 26 14. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Tangkai

Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 27 15. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Diameter Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 29 16. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tebal Kulit Buah

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 30 17. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Umur Berbunga

Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel... 31 18. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Karakter Umur

(19)

19. Analisis Keragaman Karakter Vegetatif Hasil Persilangan Half

Diallel Cabai di Bawah Naungan... 35 20. Analisis Keragaman Karakter Generatif Hasil Persilangan Half

Diallel Cabai di Bawah Naungan... 35 21. Daya Gabung Karakter Vegetatif Tetua dan Hibrida Cabai

Hasil Persilangan Half Diallel ... 37 22. Daya Gabung Karakter Generatif Tetua dan Hibrida Cabai

Hasil Persilangan Half Diallel ... 40 23. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 44 24. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 46 25. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 47 26. Karakter Kualitatif 21 Genotipe Cabai yang Diuji di Bawah

Naungan ... 49

Lampiran

1. Rata-rata Nilai Heterosis 15 Hibrida Cabai Hasil Persilangan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tipe Posisi Bunga Tanaman Cabai ... 43

2. Tipe Tajuk Tanaman Cabai ... 45

3. Bentuk Daun Cabai ... 45

4. Variasi Bentuk Buah Cabai ... 47

5. Bentuk Pangkal Buah Cabai ... 48

6. Tipe Ujung Buah Cabai ... 48

7. Tepi Kelopak Buah Cabai ... 48

Lampiran 1. Tipe Bunga Cabai ... 53

2. Gulma pada Pertanaman Cabai ... 53

3. Hama yang Menyerang Pertanaman Cabai ... 53

4. Penyakit yang Menyerang Buah dan Tanaman Cabai ... 53

5. Penampilan Buah Beberapa Hibrida Cabai di Bawah Naungan ... 54

6. Genotipe Hibrida Berpotensi Heterosis Tinggi ... 55

7. Genotipe Hibrida Berpotensi Hasil Tinggi ... 56

8. Genotipe Hibrida Berpotensi Heterosis Sedang ... 57

9. Genotipe Hibrida Berpotensi Hasil Sedang ... 58

10. Genotipe Hibrida Berpotensi Heterosis dan Hasil Sedang ... 59

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi cabai merah segar akhir-akhir ini terus mengalami peningkatan hingga daerah-daerah yang merupakan sentra penanaman cabai merah lokal tidak mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional yang terus bertambah dari tahun ke tahun (Agroindonesia, 2009). Pada tahun 2008, produktivitas cabai merah besar adalah 6.44 ton/ha sedangkan cabai rawit 4.28 ton/ha (Ditjen Hortikultura, 2009).

Saat ini banyak kultivar hibrida yang mulai ditanam petani dalam skala luas seperti Wonder Hot, Hot Chili, Hot Beauty, TM99, TM88, dan CTH-01 yang diimpor dari Korea Selatan dan Thailand. Sekalipun potensi produksinya lebih tinggi dibanding kultivar yang banyak ditanam petani pada umumnya, benih impor tersebut memiliki beberapa aspek negatif antara lain harga benih sangat mahal, memerlukan input produksi yang tinggi, menimbulkan ketergantungan terhadap benih impor, dan sebagian besar rentan terhadap cekaman biotik dan abiotik yang ada di Indonesia (Herison et al., 2001).

Ketergantungan terhadap benih impor harus dikurangi karena dapat merugikan petani dan produsen benih dalam negeri. Permasalahan ini dapat diatasi melalui perakitan varietas cabai yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan keadaan di Indonesia. Lahan-lahan bercekaman yang terdapat di Indonesia di antaranya adalah tanah masam (cekaman Al), tanah salin, lahan kering, lahan ternaungi, lahan gambut, dan lahan yang kurang subur. Adanya varietas yang toleran cekaman lingkungan diharapkan dapat meningkatkan pemerataan produksi dan produkstivitas cabai merah dalam negeri melalui pemanfaatan lahan-lahan marginal/sub-optimum.

(22)

dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman abiotik. Ketersediaan lahan subur yang terbatas menyebabkan perluasan lahan pertanian akan mencakup lahan-lahan sub-optimum.

Salah satu tipe lahan marginal/sub-optimum yang dapat dimanfaatkan untuk areal penanaman cabai adalah lahan yang ternaungi tegakan tanaman tahunan atau tanaman perkebunan dalam fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Penanaman cabai berfungsi untuk pemanfaatan lahan kosong di bawah tegakan tanaman perkebunan sekaligus sebagai pemberi nilai tambah bagi para petani yang menanam cabai sebagai tanaman sela di antara tanaman perkebunan pada masa TBM. Menurut Sunarto (2001), varietas tanaman yang toleran sangat cocok bila ditanam di antara tanaman perkebunan atau kehutanan pada saat peremajaan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menduga daya gabung tetua dan nilai heterosis genotipe cabai hasil persilangan half diallel dalam rangka perakitan varietas cabai hibrida toleran naungan.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Terdapat nilai heterosis yang tinggi pada karakter hibrida cabai yang

diuji di bawah naungan

2. Terdapat genotipe tetua yang memiliki daya gabung umum terbaik pada kondisi di bawah naungan

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Cabai

Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang. Tanaman cabai memiliki batang berkayu dengan tipe percabangan tegak atau menyebar, diameter batang mencapai 1 cm, berwarna hijau sampai hijau kecoklatan dan umumnya terdapat bercak ungu di dekat node. Daun berbentuk ovate dengan ukuran 10x5 cm hingga 16x8 cm, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Mahkota bunga berbentuk campanulate hingga rotate dengan 5-7 helai, dan berwarna putih. Memiliki 5-7 benangsari berwarna biru hingga keunguan. Panjang buah mencapai 30 cm, berwarna hijau, kuning, krim, atau keunguan ketika muda dan berwarna merah, oranye, kuning, hingga cokelat ketika tua (Siemonsma dan Piluek, 1994).

Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan anggota dari famili Solanaceae. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang, agak kaku, daun tunggal dengan helai daun berbentuk ovate atau lanceolate, berwarna hijau sampai hijau tua dengan tepi rata. Daun tumbuh pada tunas-tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tunggal tersebut tersusun secara spiral. Daun berbulu lebat atau jarang tergantung spesiesnya. Bunga tunggal pada setiap ruas, kadang-kadang fasciculate dan berkelompok pada setiap ruas. Saat anthesis umumnya tangkai bunga merunduk. Setiap bunga memiliki lima helai daun buah dan lima atau enam helai mahkota bunga yang berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu tergantung kultivarnya. Tidak terdapat bintik kuning pada dasar cuping, cuping pada helai bunga umumnya tegak. Bunga cabai memiliki satu kepala putik berbentuk bulat dan benangsari berjumlah enam buah berbentuk lonjong. Daging buah umumnya renyah, kadang-kadang lunak pada kultivar tertentu. Biji cabai berwarna kuning jerami (Kusandriani, 1996).

Lingkungan Tumbuh

(24)

600-1250 mm/tahun. Cabai mencapai produksi optimum pada suhu 18-300C dan pada suhu malam 150C. Bunga akan gugur jika suhu rata-rata malam hari mencapai lebih dari 300C.

Cabai dapat ditanam 0-13 000 m dpl. Tanaman peka terhadap bunga es dan memerlukan cuaca panas dan periode pertumbuhan panjang untuk menjadi produktif. Suhu siang yang ideal rata-rata 20-250C. Pertumbuhan meningkat ketika suhu malam tidak melebihi 200C. Tanaman dan buah rentan terhadap suhu dingin. Suhu rendah cenderung membatasi perkembangan aroma dan warna buah. Cabai lebih toleran terhadap suhu tinggi dibanding tomat, namun bunga tidak terbuahi pada suhu di bawah 160C atau di atas 320C karena produksi tepung sari yang tidak baik. Penyerbukan dan pembuahan optimum pada suhu antara 20-250C. Cabai harus ditanam dalam keadaan tanah berdrainase baik karena tanaman cabai sangat peka terhadap genangan. Tanaman yang tergenang cenderung mengalami kerontokan daun dan terserang penyakit akar. Keasaman tanah yang sesuai berkisar antara 6.5-7.0 (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Menurut Bosland dan Votava (2000), tipe tanah yang sesuai untuk cabai adalah tanah dalam berdrainase baik, tanah liat berpasir yang dapat menjaga kelembaban tanah dan bahan organik tanah, serta pH antara 7.0-8.5. Hasil yang tinggi akan diperoleh jika suhu rata-rata harian antara 18-320C sejak pembentukan buah.

Cabai merah tidak menghendaki curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah karena pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah sekitar 600-1250 mm/tahun.

Pemuliaan Cabai

(25)

umumnya untuk memperbaiki daya dan kualitas hasil, perbaikan daya resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, maupun perbaikan terhadap kemampuan untuk mengatasi cekaman lingkungan tertentu.

Heterosis

Langkah awal dalam perakitan kultivar hibrida adalah mempelajari dan mencari pasangan-pasangan tetua yang mampu menghasilkan hibrida berdaya hasil tinggi. Potensi heterobeltiosis sangat penting dalam perakitan kultivar hibrida karena merupakan indikator diperolehnya daya hasil hibrida yang lebih tinggi dari tetuanya (Herison et al., 2001).

Heterosis (hybrid vigor) adalah perbaikan karakter F1 dibanding dengan karakter induk terbaiknya. Heterosis terjadi karena adanya akumulasi alela dominan yang baik pada F1 dan sebagian alela tersebut berasal dari induk-induknya (Welsh, 1981).

Menurut Crowder (1986), hybrid vigor terjadi apabila galur inbred tanaman disilangkan untuk menghasilkan individu atau populasi F1. Heterosis adalah peningkatan yang terlihat apabila dua galur inbred atau varietas disilangkan. Heterosis diukur dengan menghitung perbedaan F1 dari Mid Parent atau dari nilai tetua superior (heterobeltiosis).

Persilangan Diallel dan Daya Gabung

Menurut Setiamiharja (2000), persilangan diallel merupakan rancangan persilangan yang memungkinkan semua kombinasi persilangan genotipe dilakukan, atau semua persilangan yang memungkinkan di antara genotipe termasuk persilangan resiproknya tetapi tidak termasuk persilangan sendiri (selfing). Tujuan utama persilangan adalah untuk menggabungkan karakter baik, memperluas variabilitas genetik, dan memanfaatkan vigor hibrida.

(26)

Kemampuan berkombinasi adalah suatu ekspresi heterosis yang berasal dari setiap individu induk inbred pada hibridanya (Brewbaker, 1993). Kemampuan bergabung umum (Daya Gabung Umum) dari suatu galur inbred atau galur murni (galur silang dalam) yang disilangkan dengan berbagai galur lainnya, terutama merupakan hasil dari aksi gen aditif. Kemampuan bergabung spesifik (Daya Gabung Khusus) merupakan penampilan ekspresi antara dua galur inbred, ini merupakan aksi gen dominan, epistasi, dan aditif. Kedua kemampuan bergabung ini penting untuk mengidentifikasi galur murni yang akan digunakan sebagai tetua untuk membentuk hibrida. Identifikasi kemampuan bergabung berbagai galur murni ini merupakan suatu tahapan penting dalam program pemuliaan membentuk varietas hibrida (Welsh, 1981).

Menurut Setiamiharja (2000), evaluasi daya gabung merupakan uji keturunan (progeny test), untuk menilai kemampuan hibrida dalam menghasilkan tanaman yang unggul. Evaluasi daya gabung penting dilakukan terutama dalam pembentukan varietas hibrida F1, untuk memilih tetua-tetua atau genotipe-genotipe yang akan dijadikan tetua hibrida. Daya gabung umum adalah nilai rata-rata dari galur-galur dalam kombinasi persilangannya. Daya gabung khusus adalah penampilan suatu kombinasi persilangan galur tertentu. Nilai daya gabung umum yang baik adalah nilai rata-rata semua kombinasi persilangan yang mendekati nilai rata-rata persilangan yang tertentu. Daya gabung khusus yang baik apabila dalam persilangan dari genotipe tertentu hasilnya lebih baik dibandingkan dengan keseluruhan kombinasi persilangan.

Cahaya dan Tanaman

Intensitas cahaya di bawah optimum akan menyebabkan pertumbuhan, perkembanngan dan hasil panen tanaman relatif kecil. Kurangnya intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan CO2 dan

H2O sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat yang digunakan untuk

(27)

Laju fotosintesis berbanding lurus dengan intensitas cahaya sampai kira-kira 1200 footcandle (fc). Klorofil hanya dapat menggunakan sebagian saja dari energi cahaya secara efisien pada hari-hari cerah yang dapat mencapai lebih dari 10 000 fc. Akan tetapi karena efek naungan, diperlukan jumlah maksimal dari intensitas cahaya untuk memberikan jumlah energi optimum pada semua daun dalam satu tanaman. Laju fotosintesis sangat berkurang selama cahaya suram pada waktu langit mendung (Harjadi, 2005).

Menurut Sunarto (2001), energi matahari sangat diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis, oleh karena itu tanaman yang terkena naungan selama proses tumbuhnya akan mengalami penurunan produksi yang cukup nyata. Terdapat keragaman respon varietas tanaman terhadap naungan, ada varietas yang peka dan ada varietas yang toleran. Tanaman toleran cekaman lingkungan yaitu tanaman yang masih mampu berproduksi dengan baik walaupun ditanam pada kondisi tercekam, sedangkan tanaman peka adalah tanaman yang mengalami stress bila ditanam pada kondisi tercekam sehingga produksinya sangat menurun.

(28)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan berlangsung pada bulan Desember 2008 sampai dengan Juni 2009. Lokasi percobaan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), serta di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 190 m dpl.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah enam (6) galur cabai koleksi Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yaitu IPB C2, IPB C5, IPB C10, IPB C15, IPB C20, IPB C110 (Tabel 1), dan 15 hasil persilangan half diallel (Tabel 2).

Tabel 1. Deskripsi 6 Genotipe Tetua Persilangan Genotipe

(IPB C-)

Kode

Genotipe Asal Tipe Karakteristik

2 PSPT C-11 AGH IPB cabe besar

Produksi tinggi, tahan Phytopthora ras 1, toleran naungan

5 PSPT C-05 Malaysia cabe besar

toleran anthraknosa, CVMV dan Phytopthora ras 1, toleran naungan

10 PBC 495 AVRDC cabe rawit tahan CMV dan geminivirus, agak toleran naungan

15 0209-4 AVRDC cabe

besar

tahan anthraknosa dan layu bakteri, agak toleran naungan 20 CA-MAZ Eksplorasi cabe rawit cabe hias, kadar capsaicin

tinggi 110 Keriting

Sumatera

Surya Mentari

cabe

keriting cabe keriting

(29)

Tabel 2. Bagan Persilangan Half Diallel Genotipe

(IPB C-) 10 15 5 2 110 20

10

-15 15 x 10

-5 5 x 10 5 x 15

-2 2 x 10 2 x 15 2 x 5

-110 110 x 10 110 x 15 110 x 5 110 x 2

-20 20 x 10 20 x 15 20 x 5 20 x 2 20 x 110

-Pestisida yang digunakan antara lain insektisida Curacron, Canon, Kelthane, dan Winder dengan dosis aplikasi 2 cc/liter air, Fungisida Antrachol dan Dithane sebanyak 2 g/liter air, dan bakterisida Agrept. Alat yang digunakan meliputi alat budidaya pertanian, jangka sorong, timbangan analitik, timbangan bobot, meteran, paranet 50%, cemplongan (alat pelubang mulsa), dan mulsa plastik hitam perak.

Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan 21 genotipe cabai sebagai perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak dua (2) kali sehingga terdapat 42 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 16 tanaman sehingga total terdapat 672 tanaman. Setiap satuan percobaan diambil maksimal 10 tanaman contoh.

Analisis statistik yang digunakan adalah Rancanngan Acak Kelompok dengan persamaan linear sebagai berikut :

(30)

terdiri dari campuran humus, tanah, dan pupuk kandang. Sebelum digunakan, media tanam disterilisasi terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 600C selama 3-4 jam untuk membersihkan media dari penyakit.

Sebelum ditanami, lahan diberakan selama satu (1) bulan untuk mencegah penularan penyakit dari penanaman sebelumnya. Tanah diolah dan dibuat dalam bentuk bedengan-bedengan dengan panjang 4 m dan lebar 1 m. Tinggi bedengan 30-40 cm dengan lebar parit 50 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 50 cm. Kapur pertanian diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah, sedangkan pupuk kandang dan pupuk kimia diaplikasikan setelah lubang tanam dibuat.

Pemasangan mulsa dilakukan pada siang hari agar mulsa terpasang kuat. Mulsa yang digunakan adalah mulsa hitam perak dengan panjang 1.2 m. Pembuatan lubang tanam dilakukan menggunakan alat cemplongan dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm. Pupuk kandang dan pupuk kimia diaplikasikan pada lubang tanam sesuai dosis yang dibutuhkan tanaman.

Penanaman di lapangan dilakukan setelah bibit berumur 5-6 minggu setelah semai di tray atau saat bibit telah memiliki minimal dua helai daun. Penanaman dilakukan sebanyak satu bibit/lubang tanam. Penanaman dilakukan pada pagi dan sore hari agar bibit tanaman cabai tidak mengalami stress.

Pemupukan susulan dilakukan satu minggu setelah pindah tanam (1 MST). Pemupukan dengan menggunakan pupuk kocor (NPK Mutiara) diaplikasikan sebanyak 250 ml/tanaman. Untuk mencegah jamur/cendawan, pupuk kocor dicampur dengan fungisida Antrachol dan Dithane secara bergantian. Pada masa vegetatif, tanaman disemprot dengan Gandasil D sebanyak 2 g/liter air, sedangkan pada masa generatif tanaman disemprot dengan Gandasil B sebanyak 2 g/liter air. Penyemprotan Gandasil dapat dilakukan bersamaan dengan pestisida jika dibutuhkan.

(31)

Aplikasi insektisida dan fungisisda dilakukan dengan pencampuran dan secara bergantian, misalnya Curacron + Antrachol atau Canon + Dithane, dan sebaliknya tergantung kondisi hama dan penyakit di lapangan. Jika terjadi hujan saat penyemprotan, aplikasi pestisida ditambah dengan perekat agar pestisida merekat pada tanaman dan tidak terbawa air hujan.

Panen dilakukan ketika buah telah 50-100% berwarna merah. Umur panen pada beberapa genotipe yang ditanam berbeda-beda, berkisar antara 70-100 hari setelah tanam (HST). Tanaman cabai dipanen setiap satu minggu.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter kualitatif yang diamati meliputi posisi bunga, tipe tajuk, warna mahkota bunga, warna putik, warna anther, bentuk buah, orientasi buah, warna buah muda dan buah masak, dan bentuk daun.

Karakter kuantitatif yang diamati antara lain :

1. Umur berbunga (HST) dihitung ketika 50% populasi tanaman telah berbunga

2. Tinggi dikotomus (cm), diukur dari pangkal batang sampai percabangan utama setelah panen kedua

3. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi setelah panen pertama

4. Lebar tajuk (cm), diukur dari ujung tajuk yang saling berseberangan dan membentuk kanopi tanaman

5. Diameter batang (mm) diukur pada bagian terlebar batang setelah tanaman dewasa

6. Bobot brangkasan (g), ditimbang setelah panen 8 minggu

7. Panjang daun (cm), diukur pada daun-daun yang berada pada buku pertama setelah dikotomus

8. Lebar daun (cm), diukur pada daun-daun yang sama pada karakter panjang daun

(32)

10. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah

11. Panjang tangkai buah (cm) diukur dari pangkal buah hingga ujung tangkai buah

12. Diameter buah (mm) diukur pada bagian terlebar buah

13. Tebal kulit buah (mm) diukur dengan cara memotong buah secara membujur untuk kemudian diukur menggunakan mikrometer sekrup 14. Umur panen (HST) dihitung ketika 50% populasi telah memiliki buah

merah

15. Bobot buah per tanaman (g), ditimbang buah yang dipanen masak selama 8 minggu panen

Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap nilai heterosis, heterobeltiosis, daya gabung umum dan daya gabung khusus. Dilakukan uji F untuk melihat adanya perbedaan nilai tengah pada genotipe-genotipe yang diuji, jika terdapat perbedaan yang nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

(33)

Keterangan :

gi = daya gabung umum galur ke-i

sij = daya gabung khusus dari hibrida persilangan galur ke-I dan ke-j Yij = nilai rataan dari hibrida persilangan galur ke-I dan ke-j

n = jumlah galur

(34)

H

ASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lahan penanaman cabai diberi naungan 50%. Intensitas radiasi matahari selama penelitian berlangsung berkisar antara 203.2 kal/cm2pada bulan Januari 2009 (terendah) dan 306.7 kal/cm2pada bulan Maret (tertinggi). Suhu udara rata-rata per bulan saat penelitian berlangsung adalah 25.70C, curah hujan rata-rata 338 mm/bulan, dan kelembaban udara rata-rata 88% per bulan (Stasiun Klimatologi Darmaga, 2009).

Gulma yang ditemukan pada lahan percobaan antara lain Axonopus compresus, Melastoma malabatricum, Ageratum conyzoides, Cleome rutidospermae, Phylanthus niruri, Graminae, talas-talasan dan teki (Gambar Lampiran 2). Hama yang ditemukan antara lain belalang, kepik, kumbang badak, keong, ulat, kutu daun, lalat buah, dan thrips (Gambar Lampiran 3).

Penyakit pada tanaman cabai yang ditemukan antara lain layu bakteri, layu fusarium, busuk buah, dan antrkanosa (Gambar Lampiran 4). Pertanaman cabai banyak mengalami layu disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sangat lembab. Lingkungan yang lembab disebabkan oleh lebarnya tajuk tanaman sehingga saling berhimpitan dan kondisi cuaca yang didominasi oleh hujan sehingga lahan selalu becek.

Pada awal penanaman, bibit-bibit muda banyak mengalami patah batang yang disebabkan oleh serangan hama keong, penyakit layu, dan serangan terhadap daun oleh hama belalang. Genotipe yang mengalami intensitas serangan penyakit antraknosa cukup tinggi adalah genotipe 5x15 dan genotipe 20, sedangkan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh lalat buah dialami oleh hampir semua genotipe.

Karakter Kuantitatif

(35)

Perlakuan berpengaruh nyata pada karakter diameter batang, tebal kulit buah, dan hari berbunga.

Karakter vegetatif dan generatif tanaman dalam naungan dapat menunjukkan tingkat toleransi genotipe tanaman terhadap kondisi naungan. Berdasarkan penelitian Wahyuningrum (2009), naungan atau intensitas cahaya rendah dapat meningkatkan tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang tajuk, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, bobot buah, tebal kulit buah, dan bobot brangkasan serta menyebabkan penurunan produksi buah per tanaman dan panjang buah. Efek naungan tidak nyata meningkatkan panjang tangkai buah dan diameter buah.

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif Tetua dan Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Karakter KK (%) F Hitung

Lebar Tajuk 17.18 6.37**

Tinggi Tanaman 10.29 10.27**

Bobot Brangkasan 10.65 11.77**

Tinggi Dikotomus 9.01 11.99**

Diameter Batang 7.27 3.69*

Panjang Daun 4.32 15.81**

Lebar Daun 5.39 11.17**

Diameter Buah 11.88 9.98**

Panjang Buah 6.54 78.38**

Bobot per tanaman 20.08 10.36**

Bobot per buah 18.07 16.93**

Tebal kulit buah 25.91 2.23*

Panjang Tangkai Buah 9.80 10.59**

Hari Panen 6.33 8.58**

Hari Berbunga 13.59 2.59*

Keterangan : ** berpengaruh nyata pada taraf 1%, * berpengaruh nyata pada taraf 5%

Heterosis

[image:35.612.130.511.317.530.2]
(36)

Karakter Lebar Tajuk dan Bobot Brangkasan

Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter lebar tajuk disajikan pada Tabel 4. Nilai tengah tetuanya berkisar antara 69.82-132.02 cm sedangkan nilai tengah hibrida berkisar antara 77.09-210.50 cm.

Tabel 4. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Tajuk Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

110x10 126.50 69.28 210.50a 115.05 66.41

2x15 104.83 111.02 167.15a-c 54.88 50.57 110x15 126.50 111.02 188.48ab 58.71 49.00 15x10 111.02 69.28 156.58bc 73.70 41.04 2x5 104.83 132.02 146.35b-d 23.59 10.80 110x5 126.50 132.02 145.40b-d 12.49 10.14 110x2 126.50 104.83 136.98cd 18.43 8.29 20x10 73.85 69.28 79.24f 10.73 7.30 2x10 104.83 69.28 103.96d-f 19.43 -0.83 5x15 132.02 111.02 129.00c-e 6.16 -2.28 20x110 73.85 126.50 121.06c-f 20.85 -4.30 20x15 73.85 111.02 103.05d-f 11.48 -7.18 20x5 73.85 132.02 120.20c-f 16.78 -8.95 20x2 73.85 104.83 77.09f -13.71 -26.46 5x10 132.02 69.28 83.64e-f -16.90 -36.65 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Kisaran nilai heterosis positif yaitu antara 6.16-115.5% sedangkan kisaran heterobeltiosis positif yaitu antara 7.30-66.41%. Terdapat 13 hibrida yang memiliki nilai heterosis yang positif, namun hanya 8 hibrida yang memiliki nilai heterobeltiosis positif. Ini berarti terjadi peningkatan lebar tajuk terhadap rata-rata lebar tajuk tetua pada sebagian besar hibrida yang ditanam, namun peningkatan lebar tajuk terhadap tetua yang memiliki lebar tajuk terlebar hanya terjadi pada 8 hibrida yang ditanam.

[image:36.612.133.506.201.457.2]
(37)

karakter bobot brangkasan berkisar antara 207.33-470.21 g dan nilai tengah hibrida berkisar antara 351.4-727.835 g.

Tabel 5. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot Brangkasan Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (g) P2 (g) F1 (g)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%) 110x15 436.43 470.21 727.84a 60.56 54.79 110x10 436.43 207.33 655.44ab 103.63 50.18 15x10 470.21 207.33 656.60ab 93.82 39.64 20x2 335.00 358.43 453.75c-f 30.87 26.59 2x15 358.43 470.21 541.78bc 30.76 15.22

2x5 358.43 465.85 529.45cd 28.46 13.65

20x110 335.00 436.43 495.13c-e 28.37 13.45 2x10 358.43 207.33 405.63d-f 43.39 13.17 20x5 335.00 465.85 504.45c-e 25.98 8.29 5x15 465.85 470.21 499.50c-e 6.72 6.23

20x10 335.00 207.33 351.40f 29.59 4.90

110x2 436.43 358.43 433.75c-f 9.14 -0.61 110x5 436.43 465.85 453.11c-f 0.44 -2.73 20x15 335.00 470.21 384.65ef -4.46 -18.20 5x10 465.85 207.33 361.00f 7.25 -22.51 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Heterosis positif berkisar antara 0.44-103.63% dan heterobeltiosis positif pada kisaran 4.90-54.79%. Hibrida-hibrida yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif pada kedua karakter ini antara lain genotipe IPB C110 x IPB C10, IPB C110 x IPB C15, IPB C15 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C2x IPB C5, dan IPB C20 x IPB C110.

Karakter Tinggi Tanaman dan Tinggi Dikotomus

(38)

Tabel 6. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tinggi Tanaman Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%) 2x15 103.91 115.17 171.07a-c 56.17 48.54 15x10 115.17 110.38 158.77a-c 40.78 37.86 2x10 103.91 110.38 126.10de 17.69 14.24 110x10 168.34 110.38 184.20a 32.18 9.42 110x15 168.34 115.17 173.64ab 22.49 3.15 2x5 103.91 153.44 152.27b-d 18.34 -0.76 5x15 153.44 115.17 142.35b-d 5.99 -7.22

20x5 72.80 153.44 141.02cd 24.67 -8.09

20x10 72.80 110.38 97.87ef 6.86 -11.33 110x5 168.34 153.44 148.65b-d -7.60 -11.69 20x15 72.80 115.17 101.46ef 7.95 -11.90 20x2 72.80 103.91 91.03f 3.03 -12.39 110x2 168.34 103.91 145.45b-d 6.85 -13.60 20x110 72.80 168.34 139.06cd 15.33 -17.39 5x10 153.44 110.38 101.85ef -22.79 -33.62 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6, nilai heterosis pada karakter ini berkisar antara -22.79-56.175% sedangkan nilai heterobeltiosis berkisar antara -33.62-48.54%. Karakter tinggi tanaman penting pada tanaman cabai terkait dengan kondisi lingkungan. Menurut Kirana dan Sofari (2007), karakter tinggi berhubungan dengan ketahanan terhadap penyakit busuk buah (antraknosa). Buah-buah dari tanaman yang lebih tinggi tidak menyentuh tana sehingga dapat mengurangi percikan air dari tanah ke buah yang merupakan sumber infeksi jamur. Fenomena ini memang terjadi di lapangan, genotipe IPB C20 dan IPB C20 x IPB C15 merupakan genotipe yang paling banyak mengalami busuk buah anthraknosa karena memiliki tinggi tanaman yang relatif lebih rendah di antara genotipe lainnya.

(39)

rendah. Sementara heterosis dan heterobeltiosis tertinggi, berturut-turut hanya mencapai 26.93% dan 14.43%.

Tabel 7. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tinggi Dikotomus Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

2x5 22.53 21.73 25.78a-c 16.49 14.43

20x15 12.73 13.70 14.21e 7.57 3.76

2x15 22.53 13.70 22.99a-d 26.93 2.04

5x15 21.73 13.70 21.97a-d 24.01 1.08

2x10 22.53 26.21 26.02a-c 6.78 -0.71

20x2 12.73 22.53 21.22cd 20.35 -5.84

20x5 12.73 21.73 19.71d 14.41 -9.30

5x10 21.73 26.21 22.84a-d -4.70 -12.84

20x110 12.73 32.64 27.31a 20.40 -16.33

110x10 32.64 26.21 27.11ab -7.86 -16.94

110x5 32.64 21.73 25.94a-c -4.60 -20.54

15x10 13.70 26.21 19.33d -3.13 -26.25

20x10 12.73 26.21 18.04de -7.32 -31.16

110x2 32.64 22.53 21.75b-d -21.15 -33.36

110x15 32.64 13.70 21.32cd -8.00 -34.70 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 7, hibrida-hibrida cabai yang ditanam lebih banyak yang memiliki nilai heterobeltiosis negatif pada kedua karakter ini. Menurut Sulistyo (2006), nilai heterobeltiosis yang cenderung negatif menunjukkan bahwa hibrida-hibrida tersebut belum mampu memperbaiki karakter-karakter dari tetua-tetua terbaik yang digunakan.

(40)

Karakter Diameter Batang

Nilai tengah karakter diameter batang tetua berkisar antara 8.52-12.04 mm sedangkan nilai tengah hibrida berkisar antara 9.42-12.10 mm (Tabel 8). Sebagian besar hibrida mengalami peningkatan diameter batang terhadap rataan diameter batang kedua tetuanya, tetapi peningkatan yang terjadi relatif kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai heterosisnya yang kecil. Peningkatan diameter batang hibrida terhadap tetua superiornya pun relatif kecil dengan nilai heterobeltiosis tertinggi hanya mencapai 14.28%.

Hibrida-hibrida yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif antara lain IPB C110 x IPB C15, IPB C110 x IPB C10, IPB C20 x IPB C10, IPB C 20 x IPB C2, dan IPB C2 x IPB C10. Tanaman yang memiliki diameter batang yang besar akan menyebabkan penampilan tanaman lebih kokoh dengan asumsi bahwa diameter batang yang besar dapat menopang tanaman lebih baik.

Tabel 8. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Diameter Batang Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (mm) P2 (mm) F1 (mm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

20x10 8.86 8.52 10.13b-e 16.55 14.28

20x2 8.86 9.09 10.03c-e 11.75 10.34

2x10 9.09 8.52 9.59de 8.95 5.50

110x10 11.15 8.52 11.72a-c 19.20 5.11

110Xx15 11.15 12.04 12.10a 4.31 0.46

20x5 8.86 11.04 10.93a-e 9.88 -0.95

15x10 12.04 8.52 11.87ab 15.45 -1.45

20x110 8.86 11.15 10.77a-e 7.60 -3.45

2x5 9.09 11.04 10.40a-e 3.30 -5.80

2x15 9.09 12.04 11.31a-d 7.05 -6.06

110x5 11.15 11.04 10.40a-e -6.29 -6.77

5x15 11.04 12.04 11.12a-e -3.66 -7.68

5x10 11.04 8.52 9.96c-e 1.84 -9.79

20x15 8.86 12.04 10.35a-e -0.96 -14.04 110x2 11.15 9.09 9.42e -6.92 -15.52

(41)

Karakter Panjang dan Lebar Daun

Panjang dan lebar daun (luas daun) merupakan indikator adaptasi tanaman di bawah kondisi naungan. Menurut Nobel (2005) bentuk dan ukuran daun bervariasi tergantung kondisi di mana daun mengalami perkembangan. Daun pada tanaman di bawah cahaya penuh memiliki luas daun yang lebih kecil dibanding daun pada tanaman di bawah kondisi naungan. Daun pada kondisi cahaya penuh mengalami penurunan luas daun sebesar 20-80% dibanding luas daun pada tanaman ternaungi sehingga luas daunnya lebih besar daripada daun pada kondisi cahaya penuh.

Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter panjang daun disajikan dalam Tabel 9. Sebagian besar hibrida memiliki panjang daun yang melebihi rataan panjang daun kedua tetuanya sehingga heterosisnya bernilai positif. Kisaran nilai heterosis panjang daun berada antara -3.5-24.20% sedangkan heterobeltiosisnya berada pada kisaran -18.72-17.05%. Berdasarkan nilai ini terlihat bahwa peningkatan panjang daun hibrida terhadap tetuanya relatif kecil.

Tabel 9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Daun Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

15x10 9.53 10.38 12.15a-d 22.08 17.05

110x10 11.54 10.38 12.49a-c 13.92 8.20

2x15 12.26 9.53 12.98a 19.19 5.92

20x110 8.00 11.54 12.13a-d 24.20 5.12

20x10 8.00 10.38 10.61e 15.43 2.17

110x15 11.54 9.53 11.39c-e 8.15 -1.29

2x5 12.26 13.71 13.24a 1.96 -3.43

20x15 8.00 9.53 9.06f 3.42 -4.88

110x2 11.54 12.26 11.48c-e -3.50 -6.32

20x2 8.00 12.26 11.45c-e 13.04 -6.61

110x5 11.54 13.71 12.70ab 0.58 -7.37

2x10 12.26 10.38 11.12d-e -1.75 -9.26

5x10 13.71 10.38 12.30a-c 2.10 -10.29

5x15 13.71 9.53 11.69b-e 0.60 -14.74

20x5 8.00 13.71 11.14d-e 2.67 -18.72

[image:41.612.129.510.415.671.2]
(42)

Pendugaan nilai heterosis lebar daun disajikan pada Tabel 10. Nilai tengah tetua berkisar antara 3.53-5.63 cm sedangkan nilai tengah hibridanya berkisar antara 4.16-6.19 cm. Berdasarkan nilai tengah dan nilai heterosis serta heterobeltiosisnya, dapat disimpulkan bahwa peningkatan lebar daun hibrida terhadap tetua-tetuanya relatif kecil. Nilai heterosis tertinggi hanya mencapai 22.05% yaitu yang dimiliki genotipe IPB C20 x IPB C110 dan heterobeltiosis tertinggi hanya mencapai 9.96% pada genotipe IPB C5 x IPB C10.

Terdapat beberapa genotipe yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif pada karakter panjang daun antara lain IPB C15 x IPB C10, IPB C110 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C20 x IPB C110 dan IPB C20 x IPB C10 (Tabel 9). Genotipe yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif pada karakter lebar daun antara lain IPB C5 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C15 x IPB C10, IPB C20 x IPB C110, dan IPB C5 x IPB C15 (Tabel 10). Genotipe yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif pada kedua karakter ini adalah IPB C2 x IPB C15, IPB C15 x IPB C10, IPB C20 x IPB C110.

Tabel 10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Daun Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

5x10 5.28 5.63 6.19a 13.43 9.96

2x15 4.65 4.31 5.02de 12.18 8.07

15x10 4.31 5.63 5.97ab 20.24 6.13

20x110 3.53 4.91 5.15c-e 22.05 4.87

5x15 5.28 4.31 5.38cd 12.26 1.89

110x10 4.91 5.63 5.60bc 6.35 -0.44

2x5 4.65 5.28 5.24c-e 5.49 -0.85

20x5 3.53 5.28 5.12c-e 16.18 -3.13

2x10 4.65 5.63 5.44cd 5.94 -3.29

20x15 3.53 4.31 4.16h 6.13 -3.48

20x2 3.53 4.65 4.46f-h 9.18 -3.98

110x15 4.91 4.31 4.71e-g 2.27 -4.00

110x5 4.91 5.28 5.01de -1.63 -5.11

110x2 4.91 4.65 4.26gh -10.80 -13.17

20x10 3.53 5.63 4.81ef 5.14 -14.49

[image:42.612.135.505.413.668.2]
(43)

Karakter Bobot per Buah dan Bobot Buah per Tanaman

Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter bobot per buah dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai tengah tetua berkisar antara 0.99-11.64 g sedangkan nilai tengah hibrida berkisar antara 2.70-8.02 g. Nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi dimiliki oleh genotipe IPB C110 x IPB C10 sebesar 290.58 dan 210.48%, lalu berturut-turut genotipe IPB C20 x IPB C10 dan IPB C20 x IPB C110.

Pada genotipe IPB C110 x IPB C10, nilai heterosis dan heterobeltiosis yang sangat tinggi terkait dengan nilai tengah bobot per buah kedua tetuanya yang relatif lebih kecil terutama genotipe IPB C10 (0.985 g). Genotipe IPB C5 x IPB C15 memiliki nilai tengah terbesar untuk bobot per buahnya. Nilai heterosis genotipe ini bernilai positif namun hanya 1.68% karena peningkatan bobot per buah terhadap rataan bobot per buah kedua tetuanya relatif kecil, sedangkan nilai heterobeltiosisnya negatif karena bobot per buahya lebih kecil dibanding bobot per buah tetua superiornya yaitu genotipe IPB C5.

Tabel 11. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot per Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (g) P2 (g) F1 (g)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

110x10 1.67 0.99 5.19b-d 290.58 210.48

20x10 2.08 0.99 3.76c-e 145.35 80.77

20x110 2.08 1.67 3.76c-e 100.53 80.77

2x15 7.53 4.14 7.95a 36.22 5.51

110x2 1.67 7.53 6.13ab 33.26 -18.59

20x2 2.08 7.53 5.83a-c 21.23 -22.64

15x10 4.14 0.99 3.09de 20.70 -25.27

110x15 1.67 4.14 2.93de 0.95 -29.14

5x15 11.64 4.14 8.02a 1.68 -31.10

20x15 2.08 4.14 2.75e -11.50 -33.49

110x5 1.67 11.64 7.46a 12.02 -35.95

20x5 2.08 11.64 6.78ab -1.17 -41.75

2x5 7.53 11.64 6.03ab -37.14 -48.24

5x10 11.64 0.99 4.71b-e -25.47 -59.58

2x10 7.53 0.99 2.70e -36.58 -64.14

[image:43.612.128.513.415.671.2]
(44)

Tabel 12 menunjukkan nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter bobot buah per tanaman dari hibrida-hibrida cabai yang ditanam di bawah naungan paranet 50%. Nilai tengah tetua berkisar antara 80.75-655.55 g, sedangkan nilai tengah hibrida berada pada kisaran 142.22-553.91 g.

[image:44.612.126.513.317.575.2]

Genotipe IPB C20 x IPB C10 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang besar karena kedua tetuanya adalah tipe cabai rawit yang memiliki bobot buah per tanaman relatif kecil dibanding genotipe lainnya. Jika dilihat dari nilai tengahnya, genotipe IPB C2 x IPB C15 dan IPB C15x IPB C10 memiliki bobot buah per tanaman lebih besar daripada genotipe IPB C20 x IPB C10 yang merupakan tipe rawit dengan penampilan buah yang berukuran lebih kecil.

Tabel 12. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Bobot Buah per Tanaman Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (g) P2 (g) F1 (g)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

20x10 80.75 110.67 305.61c-g 219.30 176.14

15x10 181.78 110.67 430.32a-d 194.29 136.73 2x15 379.52 181.78 481.20a-c 71.46 26.79 110x15 269.64 181.78 266.55d-g 18.10 -1.14 20x110 80.75 269.64 265.65d-g 51.63 -1.48 110x2 269.64 379.52 366.21b-e 12.83 -3.51

20x2 80.75 379.52 338.05b-f 46.89 -10.93

110x5 269.64 655.55 553.91a 19.74 -15.50

20x15 80.75 181.78 142.22g 8.34 -21.76

5x15 655.55 181.78 507.84ab 21.30 -22.53

110x10 269.64 110.67 184.41f-g -3.02 -31.61

20x5 80.75 655.55 443.64a-c 20.50 -32.33

2x5 379.52 655.55 433.38a-d -16.26 -33.89

2x10 379.52 110.67 228.39e-g -6.82 -39.82

5x10 655.55 110.67 339.28b-f -11.44 -48.25 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

(45)

pula. Jika dilihat dari aspek bobot buah total per tanaman, maka genotipe IPB C110 x IPB C5 dan IPB C5 x IPB C15 akan lebih disukai petani karena bobot total per tanamannya yang besar meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan genotipe IPB C2 x IPB C15 dan IPB C15 x IPB C10.

Berdasarkan Tabel 11 dan Tabel 12, beberapa genotipe memiliki nilai heterosis di atas 20%. Menurut Kirana dan Sofari (2007), adanya nilai heterosis di atas 20% pada komponen hasil merupakan peluang besar untuk merakit varietas hibrida. Hibrida-hibrida yang ditanam umumnya memiliki nilai heterobeltiosis yang negatif dan hanya sebagian kecil yang memiliki nilai heterobeltiosis positif baik pada karakter bobot per buah maupun pada karakter bobot buah per tanaman. Fenomena ini menggambarkan sempitnya nilai variabilitas genetik tetua untuk kedua karakter ini.

Genotipe IPB C110 x IPB C10, IPB C20 x IPB C10, IPB C20 x IPB C110 dan IPB C2 x IPB C15 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif untuk karakter bobot per buah (Tabel 11). Genotipe IPB C15 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15 dan IPB C20 x IPB C10 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif untuk karakter bobot buah per tanaman (Tabel 12). Genotipe IPB C2 x IPB C15 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif pada kedua karakter hasil ini. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitaresmi (2007) yang menunjukkan bahwa genotipe IPB C2 x IPB C15 memiliki nilai heterosis tertinggi karakter bobot per buah sebesar 7.81% meskipun bobot per buahnya bukan yang tertinggi di antara hibrida lainnya dan memiliki nilai heterobeltiosis tertinggi karakter bobot buah per tanaman sebesar 25.60%.

Karakter Panjang Buah dan Panjang Tangkai Buah

(46)

Genotipe IPB C15 x IPB C10, IPB C5 x IPB C15, IPB C2 x IPB C15, dan IPB C110 x IPB C10 memiliki nilai heterosis positif untuk karakter panjang buah, namun memiliki nilai heterobeltiosis negatif. Terlihat dari Tabel 13 bahwa nilai tengah hibrida lebih rendah dibanding tetua terbaiknya. Genotipe IPB C110 x IPB C10 memiliki nilai heterosis positif karena salah satu tetuanya merupakan cabe dengan tipe buah rawit yang pendek. Tetua IPB C10 menyebabkan rataan nilai tengah tetuanya menjadi lebih rendah dibanding nilai tengah hibridanya sehingga meningkatkan nilai heterosis. Nilai heterobeltiosis IPB C110 x IPB C10 yang rendah disebabkan oleh nilai tengah tetua superiornya (IPB C110) yang jauh lebih besar yaitu 14.74 cm dibanding nilai tengah hibridanya yang hanya 10.91 cm.

Tabel 13. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

20x10 2.89 3.53 4.99e 55.45 41.36

15x10 7.80 3.53 7.50d 32.39 -3.85

110x2 14.74 14.31 13.06a -10.12 -11.43

110x5 14.74 12.77 13.03a -5.29 -11.64

5x15 12.77 7.80 11.25b 9.36 -11.91

2x15 14.31 7.80 11.51b 4.07 -19.60

2x5 14.31 12.77 11.05b -18.41 -22.82

110x10 14.74 3.53 10.91bc 19.38 -26.02

110x15 14.74 7.80 9.53c -15.48 -35.38

20x15 2.89 7.80 4.85e -9.35 -37.88

5x10 12.77 3.53 7.41d -9.11 -41.99

20x5 2.89 12.77 6.70d -14.47 -47.55

20x2 2.89 14.31 7.30d -15.17 -49.02

2x10 14.31 3.53 6.96d -22.03 -51.40

20x110 2.89 14.74 4.65e -47.25 -68.45

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

(47)

sedangkan genotipe IPB C2 x IPB C5, IPB C2 x IPB C15, IPB C5 x IPB C15 memiliki kriteria panjang buah Mutu II untuk kategori cabai merah besar yaitu pada interval 9-11 cm (Badan Standar Nasional, 2008).

Hibrida-hibrida yang ditanam memiliki sedikit nilai heterosis positif dan banyak nilai heterobeltiosis yang negatif. Menurut Sulistyo (2006), nilai heterobeltiosis yang cenderung negatif menunjukkan bahwa hibrida-hibrida tersebut belum mampu memperbaiki karakter-karakter dari tetua-tetua terbaik yang digunakan. Pada penelitian Kirana dan Sofari (2007), heterosis dan heterobeltiosis positif yang hanya dimiliki oleh 2 genotipe hibrida cabai menggambarkan sempitnya nilai variabilitas genetik tetua untuk karakter tersebut.

Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter panjang tangkai buah disajikan pada Tabel 14. Nilai tengah tetua berkisar antara 1.98-4.58 cm sedangkan nilai tengah hibrida berkisar antara 2.38-4.53 cm. Terjadi peningkatan panjang tangkai buah pada delapan (8) hibrida, tetapi peningkatan terhadap tetua superiornya hanya terjadi pada empat (4) hibrida yang ditanam.

Tabel 14. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Tangkai Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (cm) P2 (cm) F1 (cm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

20x10 2.15 2.70 3.19d-g 31.55 18.15

20x15 2.15 1.98 2.38g 15.01 10.47

2x15 4.04 1.98 4.43ab 47.13 9.67

15x10 1.98 2.70 2.93e-g 25.00 8.33

2x5 4.04 4.58 4.53a 5.23 -0.98

110x5 4.23 4.58 4.35a-c -1.19 -4.92

20x2 2.15 4.04 3.79a-e 22.39 -6.20

110x2 4.23 4.04 3.86a-d -6.72 -8.87

110x10 4.23 2.70 3.76a-f 8.37 -11.23

5x10 4.58 2.70 3.58b-f -1.72 -21.86

20x5 2.15 4.58 3.55c-f 5.58 -22.40

2x10 4.04 2.70 3.10d-g -8.09 -23.30

20x110 2.15 4.23 3.16d-g -0.94 -25.30

5x15 4.58 1.98 3.17d-g -3.43 -30.82

110x15 4.23 1.98 2.89e-g -7.09 -31.80

(48)

Karakter panjang tangkai buah akan berarti bagi petani jika panjangnya tidak melebihi panjang buahnya. Tangkai buah yang terlalu panjang menyebabkan kerugian dalam penanganan pascapanen terutama untuk petani yang bermitra dengan perusahaan produsen saus yang menghendaki cabai tanpa tangkai. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka heterosis yang diharapkan untuk karakter panjang tangkai buah adalah yang bernilai negatif. Bagi konsumen sendiri, tangkai buah tidak menjadi masalah selama kualitas yang diharapkan terpenuhi yaitu penampilan buah yang menarik (berwarna merah mengkilap dan buah berukuran panjang).

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar hibrida yang ditanam memiliki panjang tangkai buah yang lebih pendek dibanding tetua superiornya. Genotipe hibrida yang memiliki buah relatif panjang, nilai heterosis dan heterobeltiosis yang negatif memberikan peluang bagi petani untuk mendapatkan keuntungan yang besar karena proporsi panjang tangkai buah lebih kecil dibanding panjang buahnya. Genotipe yang memiliki kriteria ini antara lain genotipe IPB C110 x IPB C2, IPB C5 x IPB C15, IPB C2 x IPB C15, IPB C110 x IPB C10, IPB C110 x IPB C5, IPB C2 x IPB C5 dan IPB C110 x IPB C15.

Karakter Diameter Buah dan Tebal Kulit Buah

Peningkatan diameter buah dapat memperbaiki penampilan buah karena umumnya konsumen menyukai diameter buah yang cukup besar. Nilai tengah diameter buah tetua berkisar antara 5.19-16.52 mm sedangkan nilai tengah hibridanya berkisar antara 9.28-18.80 mm (Tabel 15). Hampir semua hibrida mengalami peningkatan diameter buah terhadap rataan kedua tetuanya (-14.52-67.07%) tetapi hanya enam (6) genotipe hibrida yang mengalami peningkatan diameter buah terhadap tetua superiornya (-31.19-42.76%).

(49)
[image:49.612.129.509.259.517.2]

Genotipe IPB C5 x IPB C15 memiliki diameter buah paling besar dibanding 14 hibrida lainnya, juga memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang positif. Besarnya diameter buah genotipe ini diduga karena merupakan hasil persilangan antara dua tetua yang sama-sama memiliki diameter buah yang besar yaitu genotipe IPB C5 dan IPB C15. Hal ini seperti dinyatakan oleh Welsh (1981) bahwa heterosis terjadi karena adanya akumulasi alela dominan yang baik pada F1 dan sebagian alela tersebut berasal dari induk-induknya.

Tabel 15. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Diameter Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (mm) P2 (mm) F1 (mm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

110x10 5.19 7.32 10.45fg 67.07 42.76

20x2 13.90 12.39 17.63ab 34.08 26.80

5x15 16.52 15.54 18.80a 17.27 13.77

20x110 13.90 5.19 15.65a-d 63.96 12.59

2x15 12.39 15.54 16.85a-c 20.64 8.43

20x10 13.90 7.32 14.66b-d 38.12 5.43 20x5 13.90 16.52 16.39a-c 7.76 -0.79

5x10 16.52 7.32 13.41c-f 12.50 -18.83

20x15 13.90 15.54 12.58d-g -14.52 -19.02

110x2 5.19 12.39 10.00fg 13.71 -19.33

2x5 12.39 16.52 13.31c-f -7.96 -19.46

110x5 5.19 16.52 12.56d-g 15.66 -24.00

15x10 15.54 7.32 11.67e-g 2.12 -24.88

2x10 12.39 7.32 9.28g -5.89 -25.14

110x15 5.19 15.54 10.69fg 3.16 -31.19

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

(50)
[image:50.612.136.505.110.367.2]

Tabel 16. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Tebal Kulit Buah Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel

Rataan Genotipe

(IPB C-) P1 (mm) P2 (mm) F1 (mm)

Heterosis (%)

Heterobeltiosis (%)

110x10 0.65 0.53 1.21ab 104.24 85.38

2x15 1.50 1.29 1.88a 34.41 25.00

110x5 0.65 1.59 1.73ab 54.02 8.49

20x2 1.38 1.50 1.62ab 12.50 8.00

20x5 1.38 1.59 1.65ab 11.11 3.77

2x5 1.50 1.59 1.63ab 5.18 2.20

5x15 1.59 1.29 1.48ab 2.78 -6.92

15x10 1.29 0.53 1.10ab 20.33 -15.12

20x10 1.38 0.53 1.17ab 21.99 -15.58

20x110 1.38 0.65 1.14ab 12.32 -17.39

5x10 1.59 0.53 1.27ab 19.81 -20.13

110x2 0.65 1.50 1.18ab 9.77 -21.33

20x15 1.38 1.29 1.02ab -23.60 -26.09

110x15 0.65 1.29 0.91b -6.19 -29.46

2x10 1.50 0.53 0.99ab -2.46 -34.00

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Genotipe-genotipe yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif pada karakter diameter buah adalah IPB C110 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C20 x IPB C2, IPB C5 x IPB C15, IPB C20 x IPB C110, dan IPB C20 x IPB C10 (Tabel 15). Genotipe yang memiliki heterosis dan heterobeltiosis positif untuk karakter tebal kulit buah antara lain genotipe IPB C110 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C110 x IPB C5, IP

Gambar

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif Tetua dan Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel
Tabel 4. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar TajukHibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel
Tabel 9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Panjang Daun Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel
Tabel 10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Lebar Daun Hibrida Cabai Hasil Persilangan Half Diallel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi mahasiswa kegiatan ini diharapkan dapat menarik minat (memotivasi dan aktif) serta memudahkan memahami dan menyerap mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro,

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI , UPAH MINIMUM DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP.. TINGKAT PENGANGGURANDI PROVINSI JAWA TIMUR

Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam organisasi proyek tim khusus yakni tim akan terbentuk dengan bagian-bagian yang lengkap dan memiliki susunan

Jadi klimatologi didefinisikan sebagai ilmu yang memberi gambaran dan penjelasan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat berbeda dan bagaimana

Sanksi tindak pidana pencemaran nama baik ditinjau dari hukum pidana Indonesia, tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh korban pencemaran nama baik melalui

Hasil dari pada penelitian ini adalah bahwa anak melakukan kejahatan seksual dikarenakan faktor dorongan atau dukungan teman sebaya, dorongan seksual remaja

Hasil dari pengolahan data menggunakan analisis time series adalah suatu model time series yang dapat digunakan untuk meramalkan nilai data time series pada masa

Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik deskriptif dalam bentuk prosentase. Rata-rata skor setiap siklusnya dibahas berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan. Membuat