• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan kelompok tani untuk meningkatakan kecukupan pangan petani: studi kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan kelompok tani untuk meningkatakan kecukupan pangan petani: studi kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAKSI

FJ d

n p p g

h W Q

a

3 2

g

2

2

g 0

3 " " 3 I YAKS1 BELANING PRATI WI, Pernberdayaan Ketornpok Tani Untuk

2 X X m .

a a a d Meningkatkan Kecukupan Pangan Petani (Studi Kasus di Long Midang r " 5 5 Q

3 $ 9 5 Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kaiimantan Timur). Di bimbing

;;as: oleh SOERYO ADIWIBOWO dan SAHARUDDIN

a m

5

."g

a 2 " P. -*

Q P . 5 9

g

2

g r o ( D - 5 Kabupaten Nunukan merupakan daerah perbatasan dan lnenjadi pintu

gerbang yang menghubungkan antar Negara baik dalam bidang ekonomi maupun B ; P e g

3 ,

L

;s

5

O s o s i a l budaya. Mayoritas sumber rnata pencaharian penduduk adalah pertanian.

*

s z a

9

2

2 Q

=

Surnberdaya pertanian rnerupakan modal sangat berharga dan dapat diandalkan Q a s 5 3

0

,

,4 untuk menopang ketahanan pangan. ' C Q = ' Q C C )

8 ' 2 2 s

.o Sejak tahun 2004 pemerintah rnempunyai program meningkatkan

"

'

b s

9

kesejahteraan petani rnelalui program " Peningkatan Produktivitas Padi dan b'z s g z

4.

-5

:.

3.

Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)", secara umum

2

8..

2.

- 2 C program ini mernberikan bantuan modal secara bergulir kepada kelompok.

$ i j g s f

r P E Z m Tujuan utama kajian ini adalah menganaiisa kinerja kelompok tani,

g 9 3 .=? mengidentifikasi masalah yang dihadapi kelompok tani dan menyusun strategi

5

i $

pemberdayaan klornpok tani. Dalam kajian ini yang diteliti adalah lima

5 S Q

a

5 3

kelompok di Long Midang yaitu kefompok tani Apa Kubilang, Mandiri, Masa.

2

.-,. 9 3

r a

Tunas Muda dan Maju Jaya dijadikan unit analisa kajjan dengan rneode kualitatif

=

$ 3

a

melalui studi kasus. Data primer dan sekunder dikumpulkan. rnetode yang "'

x g

-.

2. = s P) 2. dilakukan adalah wawancara, diskusi kelompok terfokus, survei, pengamatan

Q

I.

3 J langsung terhadap kelompok tani dan individu rumah tangga. Data dianalisa

9 2

dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

id

5

(CI Hasil kajian tnenunjukkan bahwa: 1) motivasi dalam memajukan

4

a 3 5

g

z $

kelompok masih rendah 2) kurangnya pemahaman terhadap pentingnya ketompok

.T

Q Z E 3) pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang 4) belum rnemanfaatkan

w Q

;$

teknologi pertanian modem 5) rendahnya sumberdaya manusia yang dimiliki 6)

z

B J belum memahami tugas dan fungsi dalam kelompok 7) dana bergulir belum

g

.$

dikelola dengan baik

X

-.

P

Permasalahan yang ada dari hasil kajian terhadap lima kelompok tani di

3

%

L Long Midang terhadap motivasi, keterampilan, pengetahuan dan partisipasi

B

g

pengurus dan anggota kelompok menunjukkan bahwa: 1) kepentingan pribadi

m 1.

e. masih dominan 2) pengelolaan administ~asi kelompok belum transparansi 3)

r anggota kurang disiplin daiam pengembalian bantuan 4) kepercayaan anggota

3

s terhadap pengurus kelompok rnasih kurang 5) kurang efektifnya kornunikasi antar

g

-. anggota 6) keiompok tani baru dibentuk karena adanya bantuan pinjaman

0

langsung rnasyarakat 7) penyelenggaraan pelatihanlpenyuluhan tidak disesuaikan

9 -5 dengan kebutuhan peserta 8) pendampingan dan monitoring terhadap kegiatan

E

4 yang hanya dilakukan di atas meja tanpa ada peninjauan langsung kelapangan.

r

ca

3 1. Program pemberdayaan kelompok tani disusun berdasarkan kebutuhan: 1)

i

O

keberlan-jutan kelompok tani 2) dapa? meningkatkan jejaring keiompok baik

h

7 secara vrnikal maupun horizontal dan 3) meningkatkan komunikasi antar anggota

kelom pok.

i

i

!

(2)

S E K O U H

PASCASARJANA

lNSTlTUT

PERTANlAN

BOGOR

BOGOR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir kajian pengembangan

masyarakat dengan judul "Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan

Ketahanan Pangan Petani Studi kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten

Nunukan Propinsi Kalimantan Timur", adalah karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan daiam Daftar Pustaka di bagian

aM~ir tugas akhir kajian ini.

Bogor, Desember 2006

(4)

ABSTRAKSI

YAKS1 BELANING PRATIWI, Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan Kecukupan Pangan Petani (Studi Kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur). Di bimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO dan SAHARUDDIN

Kabupaten Nunukan merupakan daerah perbatasan dan ~nenjadi pintu gerbang yang menghubungkan antar Negara baik dalam bidang ekonomi rnaupun sosial budaya. Mayoritas sumber mata pencaharian penduduk adalah pertanian. Sumberdaya pertanian merupakan modal sangat berharga dan dapat diandalkan untuk menopang ketahanan pangan.

Sejak tahun 2004 pemerintah mempunyai program meningkatkan kesejahteraan petani melalui program " Peningkatan Produktivitas Padi dan

Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)", secara umum program ini memberikan bantuan modal secara bergulir kepada kelompok.

Tujuan utama kajian ini adalah menganalisa kinerja kelompok tani, mengidentifikasi masalah yang dihadapi kelompok tani dan menyusun strategi pemberdayaan kelompok tani. Dalam kajian ini yang diteliti adalah lima kelompok di Long Midang yaitu kelompok tani Apa Kubilang, Mandiri, Masa. Tunas Muda dan Maju Jaya dijadikan unit analisa kajian dengan meode kualitatif melalui studi kasus. Data primer dan sekunder dikumpulkan. metode yang dilakukan adalah wawancara, diskusi kelompok terfokus, survei, pengamatan langsung terhadap kelompok tani dan individu rumah tangga. Data dianalisa dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Hasil kajian tnenunjukkan bahwa: I) motivasi dalam memajukan kelompok masih rendah 2) kurangnya pemahaman terhadap pentingnya kelompok 3) pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang 4) belum memanfaatkan teknologi pertanian modern 5) rendahnya sumberdaya manusia yang dimiliki 6 )

belum memahami tugas dan fungsi dalam kelompok 7) dana bergulir belum dikelola dengan baik

Permasalahan yang ada dari hasil kajian terhadap lima kelompok tani di Long Midang terhadap motivasi, keterampilan, pengetahuan dan partisipasi pengurus dan anggota kelompok menunjukkan bahwa: 1) kepentingan pribadi masih dominan 2) pengelolaan administrasi kelompok belum transparansi 3) anggota kurang disiplin dalam pengembalian bantuan 4) kepercayaan anggota terhadap pengurus kelompok masih kurang 5) kurang efektifnya komunikasi antar anggota 6) kelompok tani baru dibentuk karena adanya bantuan pinjaman langsung masyarakat 7) penyelenggaraan pelatihan/penyuluhan tidak disesuaikan dengan kebutuhan peserta 8) pendampingan dan monitoring terhadap kegiatan yang hanya dilakukan di atas meja tanpa ada peninjauan langsung kelapangan.

(5)

ABSTRAC

YAKS1 BELANING PRATIWI, Making eficient use of the group of farmers to raise adequate supply food for Farmer (Case Study in Long Midang Krayan Subdistrict Nunukan Regency East Borneo Province). Guidance by SOERYO ADlWlBOWO and SAHARUDDiN

Located in the border o f Indonesia and Malaysia, Nunukan Regency linking both countries in terms o f economic, social a s well a s cultural aspects. Agriculture is the livelihood of most of the people in rural areas of Nunukan Regency. Therefore, agriculture became the important pillar for food security for rural peoples.

Since 2004, the local government o f Regency initiated the "Intensification and Extensification of Paddy Rice Field and Potato Development" (Peningkalan Produkrivi~as Padi dun Perluasan Areal Tanant dun Pengen~bangan Ubi Kayu

-

P3PATPU). The objective of the program is to increase the agriculture productivity by revolving agriculture fund and intensifying agriculture extension to farmer groups.

The objective of this study is, first to identity to problems and to analyze the performance of farmer groups, and, second, to develop the strategy for empowering them. Five farmer groups were observed i.e the group o f Apa Kuhilang, Mandiri. Masu, Tunas Mztdn and Maju JUJJU. The primary data were collected through survey (structured interview), focus group discussion, direct observations. The secondary data collected from various local government agencies ofNunukan. Data, then. computed, analyzed, inferred, and verified.

The results show that eiyht types o f problems are contributed to the performance o f t h e farmer groups. First, individual interest o f t h e farmer leaders is dominance. Second. weak transparency of the management o f the farmer groups. Third, low sustainability of the revolving fund due to not properly managed. Fourth. low trust rise between farmer members and its leader. Fifth, low intensity of communication among farmer members in regards to agriculture intensification. Sixth, most the groups were established not because o f the need of the farmers, but due to the delivery o f revolving fund. Seven, agriculture extension were not design appropriate to the need and problems of the farmers. Eight, the last, technical assistance and monitoring by agriculture o f i c e of Nunukan are conducted from the office rather than in the field.

(6)

O Hak cipta milik Institut Pcrtanian Bogor, tahun 2006 Hak Cipta dilindungi

Dilurung mengufi/~ dun nte?npel-hanjlak lunpu izin ler1~ili.~. durj

Ins~itzrf Perlanian Bogor, sebagiun aluu seluruhnya dalam

(7)

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TAN1 UNTUK

MENINGKATKAN KECUKUPAN PANGAN PETANI

(STUD1 KASUS

DI

LONG MIDANG KECAMATAN KRAYAN KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR)

YAKS1 BELANING PRATIWI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

iNSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tugas Akhir : Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Petani

(Studi Kasus di Long Midang Kecarnatan Krayan Kabupaten Nunukan Propiilsi Kalimantan Timur)

Narna : Yaksi Belaning Pratiwi NRP : A. 154050235

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Ketua

Ir. Saharuddin. MS Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Magister Profesional pengembangan Mas

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih adalah pemberdayaan kelompok tani, dengan judul Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan Kecukupan Pangan Petani, Studi Kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. Sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasajana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kcpada Bapak Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS sebagai ketua komisi pembimbing, Bapak Ir. Saharuddin, MS sebagai anggota komisi pembimbing, Bapak Mu'man Nuryana, MSc, PhD, Bapak Drs. Tommy Narun, MSi Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Nunukan, Bapak Ir. Suwono Thalib, M.Si Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan, Bapak Servianus, S.Ip Camat Krayan yang banyak memberikan saran dan masukan. Serta Gerald, Dodo, Melda dan rekan-rekan yang banyak memberikan dikungan bagi penyelesaian tugas akhir ini.

Bogor, Desember 2006

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang Jaws Timur pada tanggal 1 Agustus 1968 dari ayah Soeryadi dan ibu Suci Rahayu. Penulis mempakan putri ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1987 penulis lulus SMA Katolik Cor Jesu Malang dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Universitas Widya Gama Malang Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Keuangan dan lulus pada taun 1992.

Tahun 1998 Penulis diangkat menjadi CPNS Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur. Tahun 1999 Penulis di n~utasi ke Kabupaten Nunukan sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bulungan. Tahun 2000 penulis diangkat sebagai Kepala Sub Bagian Mutasi dan Kepangkatan pada Bagian Kepegawaian. Tahun 2003 penulis diangakat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa.

(11)

Halaman

DAFTAR TABEL

...

xii

DAFTAR GAMBAR

...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

...

xiv

PEDAHULUAN Latar Belakang

. . .

.

.

.

. . .

. .

.

.

.

.

.

. .

. . .

. .

. . . .

.

.

. . .

.

.

.

.

. . .

. . .

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

I Rumusan Kajian

. . .

.

.

.

.

. . .

.

.

.

. .

. . .

.

.

.

. . .

.

. . .

.

.

.

.

.

. . . .

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

. . .

.

. . .

.

.

. .

.

.

.

.

3

Tujuan dan Kajian

...

4

Kagunaan Kajian

. . .

.

.

.

. . . .

.

.

.

.

. . . .

. . .

.

. . .

.

.

. . . .

.

.

.

. . .

.

.

.

.

. .

.

.

.

.

.

.

.

. . .

.

. . . .

.

.

. . .

.

. . . .

.

4

KERANGKA KAJIAN Pemberdayaan Masyarakat

...

5

Kapital Sosial

...

6

Kelompok Tani Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat

...

8

Konsep Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat

...

9

Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)

...

10

Kerangka Pemikiran

...

I I METODE KAJIAN Batas-batas Kajian

...

14

. ..

Strategl Kaj Ian

...

14

Tempat dan Waktu Kajian

...

14

Metode Pengumpulan Data

...

16

Analis8 Data

...

18
(12)

PETA SOSIAL LONG MIDANG

Lokasi

...

...

Kependudukan

Perekonomian

...

...

Struktur Komunitas

...

Kelembagaan dan Organisasi Sosial

...

Sumber Daya Lokal

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PAD1 DAN

PERLUASAN AREAL TANAM DAN PENGEMBANGAN UBI KAYU (P3PATPU) DI LONG MIDANG

Diskripsi Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal

Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)

...

...

Tujuan Program P3PATPU dalam Aspek Ekonomi dan Sosial

Pengembangan Modal Sosial

...

ANALISA KELOMPOK TANI

Kapasitas Kelompok Tani

Kinerja Kelompok Tani

...

...

Harapan yang diinginkan anggota Kelompok Tani

PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI

Penyusunan Rencana Program

...

Latar Belakang

...

Proses Penyusunan Program

...

Program Pemberdayaan Kelompok Tani

...

Tujuan

...

...

Sasaran

Kagiatan Perencanaan Program

...

...

(13)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

...

Kesirnpulan 73

...

Rekornendasi 74

DAETAR PUSTAKA

...

76

...

(14)

DAFTAR

TABEL

Halaman

...

1 Jadwal Pelaksanaan Kajian

...

2 Topik. Sub Topik. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3 Kornposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

...

...

4 Penggunaan Tanah di Long Midang

...

5

Pengembalian Bantuan Pinjarnan Langsung Masyarakat

...

6 Tingkat Pendidikan Pengurus Kelompok Tani

...

7 Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani

...

8 Kepemilikan Lahan Anggota Kelompok Tani di Long Midang

...

9

Jumlah. Lokasi dan Alokasi Dana Kelompok Tani di Long Midang

...

10 Rencana Program Penguatan Struktur Kelompok

...

11 Rencana Program Penguatan Ekonomi Kelompok
(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran Kajian

...

13

2 Piramida Penduduk Long Midang

...

24

3 Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

...

25
(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta Kabupaten Nunukan

...

78

...

2 Peta Lokasi Kajian 79

...

3

Pedoman Pengamatan Berperanserta 80

...

4 Pedoman Pelaksanaan FGD 81

...

5 Pelaksanaan Kegiatan 82

...

6 Wawancara Responden 85

(17)

PENDAHULUAN

D i era reformasi, peran pemerintah telah bergeser dari fungsi sebagai

penggerak menjadi penyeimbang dan fasilitator pembangunan. Di sisi lain, peran masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan menjadi ha1 penting untuk

mencapai keberlanjutan. Pentingnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku

utama dalam pembangunan menunjukkan pergeseran perubahan paradigma

pembangunan dari pendekatan pertumbuhan kepada pendekatan kemandirian

(Adi: 2001).

Pembangunan yang sentralistik berdampak pada ketergantungan masyarakat

yang sangat besar terhadap pemeritah. Perencanaan, pengawasaan serta

pengcndalian program-program pembangunan yang selalu ditentukan pemerintah

pusat menyebabkan masyarakat tidak dapat berpartisipasi aktif dalam peran yang

bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai

sekaligus pemelihara keberlanjutan pembangunan. lmplikasi dari ha1 ini adalah

pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah untuk merencanakan dan

melaksanakan pembangunan.

Kabupatcn Nunukan merupakan daerah perbatasan yang masih terting~al.

Daerah perbatasan merupakan prioritas pembangunan karena menjadi pintu

gerbang yang menghubungkan antar negara baik dalam bidang ekonomi maupun

dalam sosial budaya. Di Kabupaten Nunukan terdapat issu yang kompleks dan

kmsial. Issu-issu tersebut adalah: 1) kesenjangan ekonomi dengan negara

tetangga, 2) arus tenaga kerja Indonesia ilegal, 3) kerusakan hutan lindung, 4)

penggeseran patok perbatasan di wilayah Indonesia, 5 ) lemahnya sarana dan

prasarana pengawasan kepabeanan (penyelundupan kayu, ilegal logging, tenaga

kerja dan kendaraan bermotor) dan 6) lemahnya prasarana wilayah yang mengakibatkan terisolirnya daerah-daerah perbatasan. Dalani rangka

menzantisipasi issu-issu tersebut pemerintah Kabupaten Nunukan

(18)

Kabupaten Nunukan sebagai kawasan pengembangan ekonomi terpadu perbatasan

atau lebih dikenal dengan KAPET perbatasan.

Krisis ekonomi pada tahun 1997 membawa dampak terhadap

perekonomian, terutama pada sektor industri. Sementara sektor pertanian masih

tetap mengalami pertumbuhan positif rata-rata diatas 3 %. Sumber daya pertanian

merupakan modal yang sangat berharga dan dapat diandalkan untuk menopang

ketahanan pangan. Seringkali kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kurang

menguntungkan petani sebagai komunitas terbesar dalam negara agraris.

(Mangunwidjaja, 2005)

Kabupaten Nunukan mempunyai tujuh kecamatan, enam kecamatan yang

berbatasan dengan Sabah dan Serawak Malaysia Timur yaitu Kecamatan Nunukan

Sebatik, Lumbis, Sebuku, Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan. Mayoritas

sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Krayan adalah sektor

pertanian. Fungsi mendasar dalam sektor pertanian dalam arti luas mencakup

pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan

adalah sebagai pendukung ketahanan pangan dan penyerapan tenaga kerja.

Di Long Midang, sektor pertanian mempunyai potensi yang besar untuk

meningkatkan kecukupan pangan keluarga. Lahan pertanian masih terbuka luas

dan tingkat kesuburannya juga memungkinkan untuk pengembangan tanaman

pangan, selain itu masih kuatnya hubungan kekerabatan pada masyarakat. Namun

demikian, keterbatasan kemampuan penduduk untuk mengelola lahan pertanian

dengan teknologi pertanian, serta kurang kesungguhan pemerintah dalam

menangani sektor pertanian menyebabkan potensi tersebut belum dapat

dimanfaatkan. Hal ini terlihat dari pengelolaan pertanian yang tradisional dan

dilakukan secara turun temurun, seperti tidak melakukan pengolahan lahan,

pemupukan dan pemeliharaan tanaman, kurangnya petugas PPL pertanian yang

ditempatkan, serta kesulitan petani dalam memperoleh modal. Maka hasil-hasil

pertanian juga masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan pangan penduduk

setempat.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Pemerintah

Kabupaten Nunukan mengembangkan program Peningkatan Produktivitas Padi

(19)

ini secara umum memberikan bantuan modal bergulir kepada kelompok tani. Di

Long Midang, terdapat lima kelompok tani yang mendapatkan bantuan modal dari

program tersebut. Kenyataannya, program ini belum dapat berfungsi secara

maksimal. Kendala yang dihadapi adalah rendahnya motivasi anggota kelompok,

kurangnya kesadoran bahwa program tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan

petani, keterbatasan informasi tentang program P3PATPU dan keterbatasan

manejemen pengelolaan kelompok, sosialisai terhadap program P3PATPU kurang

dilakukan, pendampingan terhadap kelompok tani yang masih kurang, serta

kerjasama antar instansi yang masih kurang sehingga menyebabkan program-

program pemeberdayaan masyarakat tidak saling mendukung.

Peranan kelompok tani dalam meningkatkan kecukupan pangan di Long

Midang sangat diharapkan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

keberadaan kelompok ini kurang berperan dalam meningkatkan produktivitas

padi. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji agar dapat diketahui pennasalahan dan

faktor penyebabnya. Harapannya adalah dapat disusun strategi pengembangan

kelo~npok sebagai upaya meningkatkan kecukupan pangan keluarga. Sehubungan

dengan ha1 tersebut maka kajian pengembangan masyarakat di fokuskan kepada

pemberdayaan kelompok tani yang berorientasi kepada pemberdayaan

masyarakat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang kajian

terhadap pemberdayaan kelompok tani dibatasi dengan pertanyaan kajian sebagai

berikut :

I . Bagaimana kinerja Kelompok Tani Long Midang untuk meningkatkan

kecukupan pangan keluarga ?

2. Masalah apa saja yang dihadapi kelompok tani untuk meningkatkan kecukupan

pangan keluarga ?

(20)

Tujuan Kajian

Tujuan kajian ini adalah mengembangkan strategi melalui perencanaan aksi

program pemberdayaan kelompok tani, yang mencakup :

1. Menganalisa kinerja kelompok tani untuk meningkatkan kecukupan pangan

keluarga.

2. Mengidentifikasi masalah yang diliadapi kelompok tani untuk meningkatkan kecukupan pangan keluarga.

3. Menyusun strategi pemberdayaan kelompok tani untuk meningkatkan kecukupan pangan keluarga.

Kegunaan Kajian

Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah :

1 . Memberikan masukan tentang model pengembangan kelompok tani kepada

pemerintah desa di Long Midang dan Kantor Kecamatan Krayan.

2. Memberikan masukan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan tentang model dan strategi penguatan

(21)

Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan dalam pengembangan pembangunan masyarakat

seringkali dihubungkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja,

dan keadilan (Adimihardja, 2004). Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada

kekuatan tingkat individu dan sosial. Pemberdayaan juga diartikan sebagai

pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial,

kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang (Rappopont,l987)

dalam Suharto (2005). Dengan demikian, pemberdayaan mencakup upaya untuk

meningkatkan kemandirian, partisipasi, memperbaiki jaringan kerja, dengan

tujuan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan praktis (ekonomi) dan

menentukan pilihan (melakukan kontrol).

Pemberdayaan menunjuk pada upaya peningkatan kemampuan orang atau

kelompok yang lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan dasar, melalui peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sumber-sumber lain untuk mencapai kemandirian. Dengan

kemampuan dan kekuatannya mereka mampu menjangkau sumber-sumber

produksi yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan

memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang mereka inginkan.

Berdasarkan Jim Ife (1995), pemberdayaan mempunyai tujuan yaitu

menambah kekuasaan bagi yang tidak beruntung. Strategi pemberian kekuasaan

yang ada dalam pemberdayaan adalah :

1. Kekuasaan terhadap piiihan pribadi dan kesempatan untuk hidup

2. Kekuasaan terhadap kebutuhan

3. Kekuasaan terhadap pemikiran 4. Kekuasaan terhadap lembaga

5. Kekuasaan terhadap sumber

(22)

Pemberdayan mempakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat melalui partisipasi aktif atas dasar prakarsa komunitas.

Strategi pemberdayaan masyarakat secara partisipatif merupakan strategi yang

menjadi pusat perhatian dalam pembangunan karena kegagalan pembangunan

seringkali terkait dengan kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam kondisi yang

demikian itu maka upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas masyarakat

merupakan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mereka

dapat berpartisipasi aktif dalam peran yang tidak hanya terbatas sebagai penerima

manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan

pembangunan.

Dalam pemberdayan masyarakat, pendekatan kelompok merupakan

pendekatan yang lazim digunakan. Kelompok dapat berperan dalam mengontrol

suatu keputusan maupun kebijakan yang berpengaruh langsung kepada kehidupan

komunitas. Pendekatan kelompok mempunyai kelebihan antara lain dapat

mempercepat proses adopsi, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok

dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain (Vitayala 1986). Sedangkan

Soekanto (2005), mengemukakan bahwa dalam kelompok terjadi hubungan

timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling

tolong-menolong berdasarkan kesamaan nasib, kepentingan, dan tujuan sehingga

hubungan antara anggota bertambah erat.

Kapital Sosial

Di dalam pembahasan tentang pemberdayaan masyarakat dikenal suatu

konsep modal sosial, yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi,

dan n o m a - n o m a yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial

dalam masyarakat.

Kapital sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil

dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world view),

kepercayaan (trust). pertukaran timbal balik (reciprocity). pertukaran ekonomi dan

informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal

(23)

melengkapi modal-modal lainnya (fjsik, manusiawi, budaya) sehingga

memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan

pembangunan (Colletta dan Cullen, 2000).

Pandangan tersebut memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat

dilihat dari organisasi sosial ekonomi yang dapat mewujudkan pengembangan

kapasitas lokal (locality capacity). Suatu kelompok akan menjadi modal sosial

suatu komunitas yang dapat diandalkan sebagai suatu kekuatan sosial dalam

bentuk energi yang tidak pernah habis dalam suatu komunitas (Rubin dan Rubin,

1992). Modal sosial yang merupakan suatu kesatuan sisten dalam organisasi atau

kelompok mengandung empat dimensi sebagai berikut : Pertama, interaksi (integration) yaitu merupakan ikatan yang kuat antar anggota komunitas. Kedua,

pertalian (linkage) merupakan ikatan dengan komunitas di luar komunitas asal.

Ketiga, integrasi organisasional (organizational integrity) yang merupakan

keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya.

termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat

adalah sinergi (sinergy) yang merupakan relasi antara pemimpin dan institusi

pemerintah dengan komunitas (state community relations).

Dengan demikian modal sosial merujuk pada seperangkat norma, jaringan,

dan organisasi yang orang akan memperoleh akses pada kekuasaan (power) dan

sumber daya yang merupakan sarana yang memungkinkan pegambilan keputusan

dan formulasi kebijakan. Coleman dalam Dasgupta (2000) mengatakan bahwa

modal sosial menekankan pada adanya struktur sosial yang ada pada masyarakat

tersebut.

Coleman dalam Dasgupta (2002) membagi modal sosial menjadi tiga

bentuk yaitu modal finansial, modal fisik, dan modal manusia. Sementara

Serageldin dan Grootraert dalam Dasgupta juga menyebutkan ada tingkatan

modal sosial yaitu pertama, semua hubungan kerjasama informal dan asosiasi

horizontal. Kedua. Asosiasi-asosiasi yang bersifat hurarki yang mencakup

berbagai entitas yang berlainan. Ketiga, mencakup lingkungan sosial dan politik

\ang memungkinkan norma-norma berkembang dan membentuk struktur sosial.

Tingkatan-tingkatan modal sosial memiliki karakteristik ?ang sama

(24)

serta memiliki kepercayaan yang sama bahwa relasi sosial mempengaruhi dan

dipengaruhi produk-produk ekonomis. Modal sosial memfokuskan pada relasi

antar agen-agen ekonomi dan cara-cara di mana organisasi formal dan informal

tersebut dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Modal sosial mengimplikasikan

bahwa relasi-relasi dan institusi-institusi sosial memiliki pengaruh ekstemal yang

bersifat positif.

Kelompok Tani Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Kelompok dalam suatu komunitas mencerminkan adanya dinamika tindakan

kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Darmajanti (2004) menjelaskan bahwa

kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas merupakan

refleksi dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama,

termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga di komunitas.

Pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika dilakukan dengan

pendekatan kelompok karena dalam kelompok ada kebersamaan. kesamaan

kepcntingan serta tujuan sehingga keinginan yang diharapkan lebih cepat tercapai.

Adanya kekuatan dalam menolak keputusan serta kebijakan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat akan lebih baik jika dilakukan dalam kelompok.

Keputusan yang diambil akan lebih menyeluruh sehingga mengurangi tingkat

kesenjangan antara masyarakat dengan pengambil kebijakan. Salah satu

kelompok yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat terutama

masyarakat petani adalah kelompok tani

Kelompok diartikan sebagai suatu sistem yang diorganisasikan dari dua

orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan

beberapa fungsi, memiliki seperangkat standar hukum, peranan antara anggotanya

dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-

masing anggotanya (Mc. David dan Karari dalam Effendi, 2001). Di dalam

kelompok terjadi suatu diulogicul encounrer yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas

(25)

Pemahaman terhadap kelompok bila diterapkan kepada kelompok tani

memberikan pengertian bahwa kelompok tani adalah sejumlah petani yang

mempunyai kaitan antar hubungan satu dengan yang lainnya atas dasar keserasian

dan kebutuhan yang sama, terikat secara informal dalam suatu wadah kelompok.

Pemberdayaan masyarakat petani adalah dengan pendekatan kelompok tani

sebagai forum interaksi petani.

Kelompok tani merupakan wujud konkrit kelembagaan ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi, distribusi

dan pcngolahan hasil. Walaupun aspek distribusi dan pengolahan hasil biasanya

dilakukan oleh pihak lain, namun untuk melnperkuat posisi tawar petani di dalatn

mengembangkan kemandirian petani maka kedua aspek tersebut selayaknya

dikelola petani dalam kelompoknya.

Dalam pemberdayaan kelompok tani kelembagaan masyarakat seperti

lembaga kemasyarakatan desa, kelembagaan pasar, kelembagaan permodalan.

maupun kelembagaan pemerintah akan berperan penting dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. lronisnya ada beberapa variabel yang mempengaruhi

ketidakberdayaan petani sehingga menghambat produktivitas lahan penanian

yaitu keterbatasan modal, keterbatasan produksi, latar belakang pendidikan petani,

serta kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani.

Konsepsi Ketahanan Pangan d a n Ekonomi Masyarakat

World Bank memberikan pengertian ketahanan pangan (fbod security) sebagi akses semua orang pada setiap saat terhadap pangan yang cukup. Hal ini

memberikan batasan bahwa kunci utama ketahanan pangan adalah ketersediaan

pangan sepanjang waktu. Sementara itu dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun

1996 tentang Pangan, diartikan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi

terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutunya, aman. merata dan

terjangkau. Berdasarkan pengertian tersebut pangan bukan berarti hanya beras

(26)

berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan, baik produk primer maupun

turunannya.

Walaupun demikian istilah pangan dalam ha1 ini adalah sebagai bahan

pangan pokok (staple food). Bahan pangan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat Long Midang adalah beras. Pada kerawanan pangan sementara,

konsistensi ketahanan pangan masyarakat dapat dibedakan kerawanan pangan

secara siklikal dan secara temporer. Kerawanan pangan dalam ha1 ini melekat erat

dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan, sehingga dalam program

pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari pengembangan ekonomi masyarakat

itu sendiri.

Ekonomi Masyarakat dimaksudkan sebagai kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat baik dalam bentuk koperasi, usaha menengah, kecil

maupun gurem. Sebagai pelaku ekonomi, masyarakat menjaiankan usahanya

dalam bentuk usaha tradisional yang bersifat informal dan dalam skala usaha

kecil. Kelembagan pangan yang dibangun oleh masyarakat pada dasarnya

merupakan usaha ekonomi bersama.

Program Peningkatan Produktivitas Padi d a n Perluasan Areal T a n a m dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)

Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal Tanam dan

Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU) merupakan komitmen pemerintah dalam

mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah perbatasan salah satunya dilakukan

dengan penguatan kelembagaan kelompok tani. Dewasa ini daerah perbatasan

merupakan tujuan pembangunan yang diprioritaskan, agar jarak ketertinggalan

antara daerah pantai dengan daerah pedalaman dapat dipersempit. Percepatan

pembangunan daerah perbatasan dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang

ditunjang dengan pembangunan sumber daya manusia, infrastruktural, sehingga

sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara bijaksana.

Program P3PATPU diarahkan untuk mendorong peningkatan produksi padi

dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. dengan pertimbangan lahan

untuk perluasan areal tanam masih sangat luas, banyaknya lahan tidur serta masih

(27)

Persiapan pemberdayaan ditujukan untuk mempersiapkan kondisi yang

kondusif bagi masyarakat Long Midang untuk melakukan transformasi teknologi

dan informasi sosial yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan

masyarakat. Tahap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan antara lain :

I . Persiapan pemberdayaan yaitu pemetaan sosial, penjajakan awal, studi

kelayakan, perencanaan dan penyusunan program

2. Pelaksanaan pemberdayaan yaitu pemberdayaan sumber daya m a n u s i ~ dan

lingkungan sosial

3. Monitoring dan evaluasi

Sumber dana kegiatan program P3PATPU dibebankan kepada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara. Lingkup program P3PATPU adalah pemberian

bantuan berguiir kepada kelompok tani dimana dana tersebut akan digunakan

untuk :

I . Pembelian alat-alat pertanian

2. Pembelian bibit tanaman

3. Pembelian obat-obatan hama tanaman

4. Perbaikan pematang 5. Perluasan lahan pertanian

6. Pembelian mesin giling padi

7. Pembayaran upah pekerja

Kerangka Pemikiran

Pemberdayaan merupakan bagian dari strategi program pembangunan

kesejahteraan sosial. Pembanguan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak

mungkin dapat dipisahkan dari arena dan konteks di mana ia berada. Untuk

meningkatkan kelompok tani menjadi berkembang, maju atau mandiri,

dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar. Di samping itu faktor dari dalam

juga sangat berpengaruh dalam pengembangan kelompok tani antara lain terdiri

dari kepengurusan/manajemen. nilai-nilai dan norma kepemimpinan. x n a

(28)

Kelompok akan baik jika dapat melaksanakan fungsi sesuai dengan tujuan

bersama. Keberfungsian kelompok dapat dilihat dari kinerja kelompok yang

mencakup kemampuan dalam penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai

tujuan, pelaksanaan kegiatan kelompok dan dukungan finansial untuk operasional

sehari-hari. Dengan demikian, kinerja kelompok tani mencakup unsur

perencanaan partisipatif, pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana bergulir.

Kelompok akan berfungsi jika didukung oleh kapasitas dan partisipasi baik

pengurus maupun anggota. Dalam kelompok tani, kapasitas pengurus mencakup

pengctahuan, keterampilan dan kematnpuan menjalin kerjasama. Eade dalam

Nasdian (2005) menyatakan bahwa bahwa pengembangan kapasitas mencakup

pengembangan pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerja

kelompok dan pengembangan jejaring. Tidak jauh berbeda, Sumpeno (2002)

mengemukakan bahwa pengembangan kapasitas mencakup peningkatan

pengetahuan dan kemampuan individu dan organisasi agar terbangun sinergi antar

pelaku kelembagaan, sehingga tujuan dapat dicapai lebih efektif dan efisien. Dari

konsepsi tersebut dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur kapasitas sang harus

dimiliki pengurus sebagai pengelola kelompok meiiputi pengetahuan dan

keterampilan dalam manajemen dan pengembangan kemampuan membangun

kerjasama baik kerjasama dalam kelompok maupun pengembangan jejaring

dengan pihak luar.

Meskipun terdapat sumberdaya berupa luas dan kesuburan lahan pertanian.

hubungan kekerabatan yang masih kuat dan dukungan keuangan dari program

P3PATPU, tetapi kelompok tani belum memanfaatkan sumberdaya tersebut untuk

peningkatan kapasitas kelompok. Hal ini mengindikasikan ada faktor-faktor yang

mempengaruhi arah perilaku pengurus dan anggota. Faktor penting yang

mempengaruhi perilaku seseorang adalah motivasi, yaitu dorongan untuk

melakukan suatu tindakan. Motivasi menurut Gray dan Starke sebagaimana

dikutip oleh Pandjaitan. dkk (2005) menunjuk pada proses sang menimbulkan

antusiasme dan kemantapan untuk melakukan tindakan tertentu. Lebih lanjut

Pandjaitan (2005) menyatakan bahwa orang akan tcrmotivasi unruk menghasilkan

a h h i t a s )ang baik jika mereka dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan

(29)

pengurus akan berpengaruh terhadap antusiasrne untuk melakukan perubahan

tindakan dalam rneningkatkan kinerja kelompok tani.

Keberhasilan kelompok tani dapat dilihat dari kinerja kelompok yang dapat

dicapai melalui strategi pemberdayaan yaitu dengan melakukan penguatan

kapasitas pengurus dan anggota yang dapat dilakukan antara lain dengan

meningkatkan pendidikan dan keterampilan baik teknis maupun menejerial,

sehingga kebutuhan akan infonnasi serta pengetahuan yang diperlukan dalam

meningkatkan produktivitas padi dapat diperoleh.

Selain ha1 tersebut yang sangat menunjang keberhasilan sebuah kelompok

tani dalam meningkatkan produktivitas padi tersebut adalah adanya potensi lokal.

Potensi lokal ini sangat berpengaruh karena masih tersedianya lahan yang masih

luas, hubungan kekerabatan yang masih kental (masih mengadakan senguyun

-

gotong royong). Dengan strategi pemberdayaan tersebut diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan

kecukupan pangan keluarga. Secara lebih ringkas, alur pemikiran disajikan pada

Gambar I .

Gambar I Skema Kerangka Pemikiran Kajian Kapasitas Kelompok Tani:

Kepengurusan:

-

Motivasi

-

Pengetahuan

-

Keterampilan

-

Anggota:

-

Motivasi pemberdayaan:

-

Partisipasi dalam

-

Penguatan pengelolaan kelompok Kinerja

Kecukupan pengurus

-

Penguatan Kinerja anggota Kinerja Kelompok Tani:

-

Perencanaan

- Pelaksanaan Kegiatan

-

Pengeiolaan bantuan [image:29.559.77.464.242.686.2]
(30)

METODE KAJLAN

Batas-batas Kajian

Batas-batas kajian atau pemelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005)

terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social siluation) sampai

masyarakat luas yang paling kompleks. Adapun yang menjadi batas-batas kajian

ini adalah sekelompok masyarakat, yaitu kelompok petani yang tinggal di Long

Midang Kecamatan Krayan.

Tipe kajian ini adalah kajian terapan deskriptif, yaitu berupaya untuk memahami

ciri-ciri dan sumber-sumber masalah manusia dan masyarakat, menyumbang

kepada teori yang dapat digunakan untuk merumuskan program dan intervensi

penanganan masalah. Adapun aras kajian yang digunakan adalah obyektif mikro,

yaitu membahas tentang pola perilaku, tindakan interaksi langsung antara praktek

dan anggota komunitas dalam suatu lingkungan masyarakat dalam rangka

pemberdayaan kelompok tani.

Strategi Kajian

Strategi yang digunakan pada kajian ini adalah berupa studi kasus instrumental

yang besifat deskreptif terhadap pennasalahan kelompok tani yang tinggal di

daerah perbatasan di Long Midang Kecamatan Krayan dan upaya untuk

memberdayakan mereka. Strategi ini dipilih karena dibandingkan dengan strategi

lainnya hasilnya lebih mudah dipahami dan bersifat lebih mendalam. Kajian ini

merupakiin penelitian yang dilakukan secara partisipatif dengan metode PRA

(Participatory Rural Appraisal).

Tempat dan Waktu Kajian

Kajian pengembangan masyarakat dilakukan di Long Midang Kecamatan

Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. merupakan daerah

(31)

perbatasan dengan pertimbanganpertanla mempunyai komoditas unggulan kedua

merupakan kategori desa terpencil keliga lokasi merupakan daerah penerima

program P3PATPU yang sekarang telah berjalan selama dua tahun keenzpat lokasi

merupakan daerah hinterland.

Waktu kajian dilakukan secara bertahap dan telah diawali dengan pemetaan

sosial masyarakat Long Midang pada bulan Nopember 2005 dilanjutkan dengan

kegiatan evaluasi program pengembangan masyarakat yang berkenaan dengan

pemberdayaan kelompok tani pada bulan Pebruari 2006. Sedangkan kajian

mendalam tcntang pemberdayaan kelompok tani serta penyusunan program

kegiatan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2006 dengan jadwal

pelaksanaan kajian pengembangan masyarakat Long Midang Kecamatan Krayan

Kahupaten Nunukan (lihat tabel 1)

(32)

Metode Pengumpulan Data

Dalam kajian pengembangan masyarakat yang dilakukan dilokasi Long

Midang sebagai wilayah perbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia,

penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan cara diskusi kelompok,

wawancara disamping itu dilakukan juga pengumpulan data sekunder dengan

studi dokumentasi dan observasi lokasi. Pengumpulan data dilakukan memakai

pendekatan partisipatif yaitu melibatkan responden dan informan dalam

pcngumpulan dan analisis data. Dalam pengumpulan data ini, pengkaji

berinteraksi dengan masyarakat Long Midang sehingga dapat terkumpul data

sesuai dengan kondisi nyata lapangan.

Wawancara dilakukan kepada responden, yaitu pengurus dan anggota

kelompok tani dan informan yang terdiri dari ketua adat, masyarakat bukan

anggota, Camat Krayan, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian. dan

Pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak). Peneliti

juga melakukan pengamatan berperan serta mengamati perilaku anggota

kelompok tani dalam melakukan kegiatan pertanian. Tujuannya adalah untuk

rnengetahui kapasitas kelompok dan kinerja kelompok tani.

Data yang dikumpuikan mencakup :

I . Kapasitas kelompok tani, meliputi kapasitas pengurus dan kapasitas anggota.

Kapasitas pengurus mencakup motivasi, pengetahuan dan keterampilan

pengelolaan kelompok. Kapasitas anggota, mencakup motivasi dan partisipasi

dalam pengelolaan kelompok.

2. Kinerja kelompok tani, meliputi penyusunan rencana secara partisipatif,

pelaksanaan kegiatan kelompok dan kemampuan mengelola dana bergulir.

3. Strategi pemberdayaan, mencakup penguatan kapasitas pengurus dan penguatan kapasitas anggota. Lebih rinci, data yang dikumpulkan dan teknik

(33)

Tabel 2 Topik, S u b Topik, Sumber Data d a n Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Sub Topik Surnber Data Wawancara

rnendalarn FGD

K a w i t a s Kapasitas Pengurus : Pengurus

I

I

Kinerja Kelompok Tani

Data dikumpulkan pada kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Merumuskan stntegi pcrnberda?aan rnasyarakat

primer dikumpulkan dengan cara :

Rencana

I'elaksanaan Kegiatan Pengelolaan dana bcrgulir

a. Wawancara dengan tokoh masyarakat (formal dan informal), kelompok

tani, Penyuluh Pertanian, Pimpinan proyek P3PATPU, serta beberapa

pengualan kapasitas pengurus

pengualan kapasitas anggola

anggota kelompok yang mengetahui tentang stmktur kelompok, dinamika

Anggota kelompok PI'L Aparat Kecamatan Ketua adat

ekonomi dan sosial dan program-program pengembangan masyarakat.

b. Melaksanakan Focus Group Discution dari permasalahan hasil analisa

Masyarakat Anggota kelornpok PPL Aparat Kecamatan Ketua adat

data wawancara sebelumnya dnegan anggota-anggota kelompok tani yang d

\'

menjadi subyek penelitian. Kegiatan ini di tingkat kelompok tani

responden dan dilanjutkan di tingkat lokasi (gabungan desa). d

c. Melaksanakan suwei terhadap 15 anggota kelompok tani dari 5 kelompok

tani yang ada di Long Midang. Hal ini dilakukan karena banyak anggota

kelompok yang tidak berada di tempat, berdasarkan kepemilikan lahan.

tingkat pendidikan. kriteria anggota kelompok. Suwei ini dilakukan untuk

[image:33.564.83.477.48.353.2]
(34)

tentang h a i l panen, struktur nafkah ganda serta berapa yang dapat

disisihkan untuk dijual

d. Pengamatan lapang yang ditujukan untuk mengumpulkan datadata

lainnya antara lain potensi ekonomi, lingkungan fisik dan dinamika

kelompok tani.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisa. Data kuantitatif

(primer dan sekunder) disajikan dalam bentuk grafik, tabel. Data tersebut

selanjutnya diintreprestasikan untuk dapat menunjang dan saling melengkapi

dengan data kualitatif guna menjawab permasalahan-permasalahan dalam kajian.

Wawancara dilakukan secara terbuka, dimana para responden tahu bahwa

mereka sedang diwawancara dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu

serta sudah ditetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan

Seiuruh data primer dan sekunder beserta maknanya menurut subyek

penelitian atau informan dicatat dalam catatan lapangan. Selajutnya data disunting

untuk menentukan kelengkapan dan keabsahan data yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian.

Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu melakukan kategorisasi data. Kegiatan dalam reduksi data

ini adalah pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data. Pengkaji

menyeleksi data yang telah dikumpulkan, membuat ringkasan dan

mengkategorikan data berdasarkan tujuannya. Hasil katagori data tentang

permasalahan yang dikaji diljadikan konsep awal dalam diskusi kelompok.

Selanjutnya dilakukan tukar pendapat dengan anggota kelompok tani dan

informan untuk memperoleh katagori data yang sesuai dengan kondisi nyata

kelompok.

2. Penyajian data, yaitu mengkonstmksikan data dalam bentuk namsi dan gratik

atau bagan. sehingga memudahkan dalam analisis masalah. Data yang telah

(35)

3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan suatu pernasalahan dengan

pernasalahan lain secara kualitatif melalui diskusi, sehingga ditemukan

pernasalahan yang sesuai dengan kondisi nyata kelompok. Alur penarikan

kesimpulan dimulai dari analisis perrnasalahan dalam program P3PATPU

yang mencakup kepengurusan, motivasi anggota dan kemitraan usaha. Hasil

analisis program P3PATPU dihubungkan dengan peluang-peluang kemajuan

dan dukungan pihak luar sebagai landasan penyusunan program. Pada tahap

akhir, analisis dilakukan dengan menghubungkan program pengembangan

pemberdayaan masyarakat dengan pemberdayaan kelompok tani yang

mencakup aspek ekonomi dan sosial.

4. Verifikasi kesimpulan, yaitu pengkaji meninjau kembali kesimpulan yang

telah diperoleh, kemudian bertukar pendapat dengan anggota kelompok tani

dan informan.

Penyusunan Program

Perancangan strategi dan program dilakukan secara pertisipatif bersama

anggota kelompok tani dan masyarakat dengan menggunakan metode PRA.

Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) menurut Daniel (2005) merupakan

suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program yang operasional

dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan mobilisasikan

sumber daya manusia dan alam setempat, lembaga lokal guna mempercepat

peningkatan produktivitas pertanian, menstabilkan dan meningkatkan pendapatan

kelompok tani serta mampu pula melestarikan sumber daya setempat.

Pelaksanaan PRA di Long Midang dilakukan dengan Focus Grolrp

Discussion (FGD) yang melibatkan pengurus, anggota, pemuka adat, PPL, dan

pihak kecamatan. Program yang disusun mencakup program peningkatan

kapasitas pengurus dan program peningkatan kapasitas anggota dalam

pengelolaan kelompok tani. FGD dilakukan melalui tahapan penentuan masalah.

identifikasi sumber-sumber dan penyusunan rencana kegiatan. Secara teknis

(36)

a. Persiapan bahan perencanaan

Seluruh informasi hasil kajian dengan teknik-teknik partisipatif dikumpulkan

oleh peneliti dan dikaji bersama di masing-masing kelompok. lnformasi hasil

kajian yang disiapkan meliputi kapasitas pengurus dan anggota kelompok

meliputi motivasi, pengetahuan, keterampilan dan partisipasi dalam

pengelolaan kelompok.

b. Penyampaian seluruh hasil informasi

Semua hasil informasi disajikan oleh masing-masing kelompok tani dalam

bentuk rangkuman dan masaiah-masalah utama yang ditemukan dalam

kelompoknya serta potensi yang ada. Setiap penyajian didiskusikan bersama

oleh para peserta.

c. Pengorganisasian masalah

Masalah yang muncul sangat beragam topiknya. Untuk menangani masalah

yang berkaitan dengan kelembagaan pangan masyarakat maka dilakukan

seleksi dengan proses pengorganisasian masalah. Setelah penyampaian seluruh

kajian, masalah-masalah yang muncul pada masing-masing kelompok dan

individu rumahtangga petani dikumpulkan dan dikelompokkan menurut aspek

kajian. Masalah yang kurang ada kaitannya dengan pengembangan

kelembagaan diabaikan dalam kajian ini.

d. Penyusunan hubungan sebab akibat dan prioritas masalah

Setelah pengelompokan masalah, dilakukan kajian secara bersama terhadap

masalah-masalah mana yang menjadi penyebab masalah tersebut atau dari

masalah lain sehingga masyarakat dapat melihat permasalahan yang dihadapi

secara menyeluruh. Dalam penyusunan program maka disepakati beberapa

masalah yang paling utama yang meliputi kebutuhan mendesak, kepentingan

bersama, ada potensi lokal maupun lembaga. Masalah lain di luar kelompok

tetap dipertimbangkan dalam memilih prioritas.

e. Pembahasan alternatif kegiatan sesuai prioritas masalah

Berdasarkan prioritas masalah, penemuan diskusi mengembangkan gagasan

kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut selanjutnya

(37)

kebutuhan alat, keterampilan, pelatihan, pendanaan, sumberdaya yang ada,

tenaga kerja yang tersedia, waktu dan tempat.

f, Penyusunan rencana kegiatan program

Alternatif -alternatif kegiatan yang dipilih secara bersama. Rencana kegiatan

disusun dalam bentuk tabel program yang mencakup aspek-aspek masalah,

tujuan yang ingin diwujudkan bila masalah teratasi, kegiatan untuk mengatasi

masalah, pelaksana kegiatan, instansi pendukung, waktu dan tempat

pelaksanaan, mekanisme dan metode pelaksanaan serta fokus kelompok yang

(38)

PETA SOSIAL LONG MIDANG

Kondisi peta sosial Long Midang menggambarkan potensi sosial ekonomi

yang dimiliki sehingga dapat digunakan untuk mendukung upaya pemberdayaan

kelompok tani. Dalam kajian ini, kondisi peta sosial dijadikan sebagai bahan

untuk menganalisis aspek-aspek kehidupan yang mempengaruhi tingkah laku

masyarakat dalam pemberdayaan kelompok tani. Aspek-aspek yang dimaksud

meliputi lokasi desa, kependudukan, perekonomian, struktur komunitas,

organisasi dan kelembagaan dan sumber daya lokal.

Lokasi

Long Midang merupakan salah satu lokasi dari 28 lokasi yang ada di

Kecamatan Krayan. Penyebutan lokasi adalah hasil dari regrouping (penataan

desa) tahun 1970, dalam upaya penataan desa-desa terpencil dan terisolasi

menjadi satu kumpulan desa. Di dalam pelaksanaan regrouping penduduk dari

kampung atau desa lama umumnya tetap menjadi satu kesatuan administrasi di

lokasi baru tersebut, tetapi ada juga yang bergabung dengan penduduk kampung

atau desa lainnya. Long Midang sebagai salah satu lokasi yang berbatasan darat

antam Indonesia dengan Serawak

-

Malaysia, memiliki luas wilayah 141.24 Km2. Keadaan topografi bergelombang karena merupakan daerah perbukitan terjal yang

merupakan jalur pengunungan lban dan berada pada ketinggian 800 m

-

1.500 m di atas permukaan iaut, suhu udara berkisar antara 14O

-

23O C dengan curah hujan merata sepanjang tahun.

Batas wilayah sebelah utara adalah Serawak Malaysia, sebelah timur

berbatasan dengan Buduk Tumu, sebelah selatan berbatasan dengan Long Pasia,

dan sebelah barat berbatasan dengan Serawak Malaysia. Jarak Long Midang

dengan Ibukota Kecamatan adalah 7 km, lbukota Kabupaten 250 Km dan lbukota

Propinsi 530 Km.

Untuk mencapai Long Midang dari lbukota Kabupaten hanya dapat

dilakukan dengan jalur udara. Sedangkan untuk jalur damt sampai sekarang belum

(39)

penerbangan yaitu Dirgantara Air Service (DAS), Mission Avision Fellowship

(MAF) dan Borneo Air Transport (BAT), dimana setiap hari kecuali hari minggu

terdapat satu kali penerbangan dari Ibukota Kabupaten Nunukan serta dari Kota

Tarakan yang memakan waktu tempuh selama 1 sampai 1,5 jam. Sedangkan dari

lbukota Kecamatan (Long Bawan) ke Long Midang dapat dilakukan dengan jalan

kaki, ojek motor atau mobil angkutan umum. Pada musim kemarau dapat

ditempuh selama 1,5 jam sampai 2 jam, namun dalam musim penghujan hanya

dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 6 jam.

Pada saat musim hujan kondisi jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan

bemotor karena menjadi berlumpur dan licin. Hal ini sangat menyulitkan warga

yang akan menjual hasil pertanian dan industri rumah tangga, bahkan juga untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dibanding daerah perbatasan lain, Long Midang

masih tergolong beruntung, karena untuk menjual hasil pertanian ke pasar Distrik

Bakalalan

-

Serawak hanya diperlukan waktu 4 jam berjalan kaki.

Kependudukan

Penduduk Long Midang termasuk suku Dayak Londayeh yang tersebar di

Sabah dan Sarawak. Long Midang terdiri dari 5 Desa yaitu Pa' Rupai terdiri dari

20 KK, Pa' Nado terdiri dari 17 KK, Ba' Sikor terdiri dari 22 KK, Buduk

Kinangan terdiri dari 15 KK, dan Desa Liang Tuer terdiri dari 22 KK yang dihuni

oleh 231 laki-laki dan 167 perempuan, jumlah jiwa di Lokasi Long Midang adalah

398 jiwa dengan total kepala keluarga 95 KK.

Dalam satu wilayah desa, tidak semua penduduk adalah warga dimana

mereka bertempat tinggal tetapi mereka dapat menjadi warga desa yang lain. Hal

ini disebabkan batas wilayah antara satu desa dengan desa lain tidak jelas, serta

adanya kelompok-kelompok yang berdasarkan keturunan keluarga.

Jumlah tanggungan keluarga di Long Midang termasuk kategori besar.

Rata-rata keluarga mempunyai 2 sampai 4 orang anak, dan sebagian keluarga

masih menanggung orang tua atau saudara. Jumlah Penduduk Lokasi Lon2

Midang sampai dengan bulan Oktober 2005 tercatat sebagai berikut :

(40)

b. Jumlah Penduduk Laki-laki : 23 1 Jiwa c. Jumlah Penduduk perempuan : 167 Jiwa d. Total jumlah Penduduk : 398 Jiwa

Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin digambarkan dala~n

bentuk piramida penduduk pada Garnbar 2:

Jumlah Penduduk

Ga~nbar 2 Pira~nida Penduduk Long Midang per 31 Oktober 2005

Dari Gambar 2 terlihat bahwa jurnlah usia muda (0 - 14 tahun keatas + 55

tahun keatas) adalah 190 jiwa. Kurangnya data kependudukan menyebabkan

analisa ko~nposisi penduduk sulit dilakukan, selain it11 data ~nengenai mortalitas,

fertilitas serta migrasi penduduk tidak terdapat di Puskesmas, Kantor Desa

maupun di Kantor Kecamatan. Berdasarkan bentuk piramida penduduk tersebut

dapat dijelaskan bahwa kelo~npok umur produktif yang relatif rata

menggalnbarkan ~nelilnpahnya tenaga kerja. Adapun jumlah penduduk pada usia

15 - 19 tahun menyusut. Disebabkan banyak yang melanjutkan sekolah di luar

(41)

Penduduk kelompok usia 20 - 24 jumlahnya meningkat. Faktor

penyebabnya adalah lnereka yang sudah lulus sekolah maupun yang tidak

menyelesaikan pendidikannya kembali ke kampung. Penduduk Long Midang

banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, karena

keterbatasan biaya.

Jumlah penduduk kelompok umur 25 - 29 mulai menurun baik perempnan

maupun laki-laki. I-lal ini disebabkan banyak penduduk yang melakukan migrasi

ke luar, karena menikah dengan penduduk dari luar Long Midang, mencari

pekerjaan, atau bekerja di luar Long Midang. Migrasi non perlnanen umumnya

dilakukan saat menunggu lnasa panen padi, dengan motif ~nendapatkan uang tunai

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Sumber : Laporan Kependudukan Lokasi Long Midang Nopember 2005

Gambar 3 Kornposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Dari Tabel 3 dan Gambar 3 terlihat bahwa struktur penduduk berdasarkan

mata pencaharian. Walau ada yang bekerja sebagai Pegawai Negeri SipilIABRI

dan lainnya, natnun dapal dikatakan hampir selnua penduduk juga melakukan

kegiatan pertanian. Dari jumlah penduduk 398 orang yang memiliki mata

pencaharian sejumlah 146 orang. Penduduk yang sepenuhnya sebagai petani

Jumlah 120 - 100 - 80 -

60

-

40 -

20

-

0 7

Jenls Pekerjailn

PNSirNl 'Paw Dagang I'emak Laln-la~n

7

[image:41.556.84.480.238.589.2]
(42)

mencapai 97 orang atau 66.44 persen. Sedangkan sebanyak 33.56 persen lainnya

mernpunyai sumber penghasilan lain yaitu sebagai pedagang, peternak, membuka

bengkel dan sopir mobil angkutan umum.

Produktivitas padi relatif rendah dan beduktuasi karena ada beberapa

sebab yaitu luas sawah tidak konstan yang sangat trergantung dari penyediaan

bibit dari hasil panen tahun sebelumnya, dan petani hanya memanfaatkan tanah

rawa untuk dijadikan sawah tanpa menggunakan teknologi pertanian. Sehingga

produktivitas padi hanya mencapai 3 samapi 4 ton perhektar pertahun. Upaya warga untuk meningkatkan produktivitas padi dilakukan dengan membentuk

kelompok-kelompok tani.

Perekonornian

Perekonomian di Long Midang masih tergolong tradisional karena masih

menggunakan cara barter. Belum ada organisasi yang mengatur masalah distribusi

atau pemasaran. Demikian pula belum ada pasar desa sebagai media transaksi

beras adan dan garani gunung. Produksi garam gunung dilakukan ketika menunggu masa panen. Hasil panen pad; pada tahun 2005 meningkatan dari 3.2

tonha pada tahun 2004 menjadi 3.8 tonlha. Peningkatan produksi padi disebabkan oleh pembukaan lahan baru serta adanya program pemerintah bempa bantuan

bergulir untuk meningkatkan produktivitas padi.

Hasil pertanian d i Long Midang masih berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan pangan keluarga. Namun demikian, apabila mereka memerlukan uang

tunai atau memenuhi kebutuhan lain mereka menukar padi dengan barang

kebutuhan sehari-hari atau bahan bangunan, d i Sub Distrik Bakalalan. Selain

sebagai petani sawah, penduduk Long Midang juga memanfaatkan hasil hutan

non kayu, berburu, menambang garam serta beternak kerbau dan babi. Selama ini

penduduk Long Midang mencoba untuk beternak unggas tetapi tidak pemah

berhasil. Dalam mengisi waktu luang untuk menambah pendapatan keluarga

sebagian masyarakat membuat hasil kerajinan.

Sistem pertanian di Long Midang tidak seperti yang umumnya dijumpai di

(43)

pertanian menetap seperti di Jawa dan Bali. Pertanian di Long Midang tidak

menggunakan irigasiltadah hujan, tetapi memanfaatkan tanah rawa. Masa tanam

bulan Juli sampai Januari (6 bulan). Setelah panen sawah digunakan sebagai kolam ikan.

Alat-alat tradisional masih tetap digunakan misalnya parang, cangkul,

sedangkan dalam ha1 pemanfaatan teknologi pertanian belum dilakukan. Mereka

menggunakan chainsaw untuk menebang kayu sebagai bahan bakar dan

bangunan.

Sistem pengupahan tenaga kerja untuk mengerjakan sawah dibayar dengan

uang tunai atau padi. Pengupahan dihitung berdasarkan luas lahan yang

dikerjakan. Sistem tata niaga perdagangan hasil pertanian di Long Midang sangat

sederhana. Petani bertransaksi dengan melakukan pertukaran langsung atau barrer

dengan pedagang yang ada di pasar Sub Distrik Bakalalan. Hal ini dilakukan

karena jarak ke Distrik Bakalalan lebih dekat di banding ke lbukota Kecamatan.

Pendapatan penduduk Long Midang termasuk tinggi karena setiap kali

membawa hasil pertanian untuk dijual di 'pasar' Distrik Bakalalan akan diperhitungkan dengan Ringgit Malaysia (RM). Untuk 1 kaieng beras adan (12,5

-

15 kg) seharga Rp. 150.000ikaleng - Rp. 200.000ikaleng. Tingginya harga jual dikarenakan adanya perbedaan musim. Semakin mendekati musim tanam periode

berikutnya semakin mahal harga jual komoditas tersebut. Sedangkan jika

langsung menjual ke Brunai Darussalam harga yang diperolehnya jauh lebih

tinggi yaitu Rp. 40.000kg - Rp 60.000ikg. Biaya angkut dari Bakalalan ke Brunai

Darussalam adalah I 1 RM ( I RM = Rp.2300,-).

Struktur komunitas

Struktur komunitas sosial masyarakat dapat dapat dilihat dari pelapisan

sosial. Pelapisan sosial di Long Midang didasarkan pada keturunan dan kekayaan.

Warga yang dihormati di dalam masyarakat adalah yang masih mempunyai garis

turunan bangsawan dan orang kaya (Luticlok) dan bukan turunan budak

(44)

Midang tingkat pendidikan serta kekayaan tidak berpengaruh pada kedudukan

seseorang. Hal ini tampak ketika terjadi ikatan perkawinan. Punrr (denda atau mas

kawin) yang dibayar akan tinggi jika perkawinan tersebut dilakukan antara

Demulun dengan Lundok.

Masyarakat Long Midang membentuk berbagai lembaga sosial berdasarkan

pada kesamaan agama, profesi, pendidikan, kekayaan serta kesamaan sukulras,

serta rasa senasib sebagai warga pendatang (penduduk hasil regrouping).

Penduduk asli Long Midang adalah di Desa Pa' Nado dan Buduk Kinangan.

Kedua desa tersebut tidak mau membentuk kelompok dengan warga desa-des

Gambar

Gambar I .
Tabel 2 Topik, Sub Topik, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4 : Penggunaan Tanah Long Midang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi sekolah; dperlukan usaha membentuk anak menjadi pribadi yang bermoral yang dapat dilakukan dengan: (a) Memperlakukan siswa dengan kasih sayang, adil, dan hormat, (b)

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

• Teori ini mengatakan bahwa perusahaan cenderung lebih memilih menerbitkan hutang baru dibandingkan saham baru jika dana internal yang ada tidak mencukupi.. – Aturan 1:

• Kebijakan pendanaan jangka pendek yang restriktif akan menjaga rasio asset lancar terhadap penjualan tetap rendah. – Menjaga kas dalam jumlah lebih sedikit dan tidak ada

Bintang Garuda (Lembaran-Negara tahun 1959 No. bahwa peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang- undang.. Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai

 sistim komisi penjualan murni sebaiknya digunakan ketika pasar maupun produk sudah mapan.  Sistim gaji pokok

– Dengan demikian Tuhan (ilah) adalah segala sesuatu yang dipentingkan, dianggap mutlak oleh manusia sedemikian rupa sehingga mereka merelakan dirinya untuk dikuasai

Keunt ungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok t ersedia unt uk.