• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pembentukan word graph kata kerja menggunakan metode knowledge graph

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pembentukan word graph kata kerja menggunakan metode knowledge graph"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA

MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH

AKHMAD MUSLIK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja Menggunakan Metode Knowledge Graph” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

Akhmad Muslik

(3)

ABSTRACT

AKHMAD MUSLIK. An Analysis On Word Graph Formation Of Verb Using Knowledge Graph Method. Under supervision of SRI NURDIATI and FARIDA HANUM.

Knowledge graph is a method which used to understand a natural language. Knowledge graph method systematically represents relations of words that explain many objects to be constructed in a graph pattern. In knowledge graph every word has a corresponding word graph, expressing the meaning of the word. The aim of this research is to analyze the structure of Indonesian verbs, to construct the formation rule of word graph of verb, and to test its rule. In this research, verbs had been analyzed using Indonesian grammar. The result of this project shows that every Indonesian verb has different systematic pattern, which represented in word graph. Finally, the systematic pattern that had been tested was used to produce a kind of a word graph for any Indonesian verb .

(4)

RINGKASAN

AKHMAD MUSLIK. Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja Menggunakan Metode Knowledge Graph. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan FARIDA HANUM.

Pada saat ini telah berkembang cabang ilmu bahasa komputasi berupa teknologi Natural Language Processing (NLP). Teknologi NLP adalah teknologi yang memungkinkan untuk melakukan transaksi bahasa alami, yaitu bahasa yang biasa disampaikan oleh manusia.

Salah satu metode baru dalam NLP yang sedang diteliti adalah knowledge graph (KG). Metode ini mencoba melakukan tinjauan dalam menggambarkan atau menjelaskan bahasa dengan cara menganalisis teks secara harfiah dan diperkaya dengan latar belakang pengetahuannya sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan baru (Zhang 2002).

Pada penelitian selanjutnya, metode knowledge graph menjadi objek pembahasan yang penting, karena cara menganalisisnya memperhatikan teks berdasarkan semantik (arti kata).

Beberapa penelitian tentang KG terutama yang berkaitan dengan bahasa Indonesia sudah pernah dilakukan tetapi belum sepenuhnya menyentuh secara spesifik aturan bagaimana kata benda, kata kerja, kata sifat, maupun preposisi dirumuskan word graphnya. Perancangan aturan untuk semua jenis kata agar terbangun word graph bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang relatif lama dan kerja keras. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang KG dan membatasinya pada aturan pembentukan word graph kata kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, menganalisis struktur kata kerja dalam bahasa Indonesia, kedua merancang aturan pembentukan word graph kata kerja, dan ketiga menguji aturan pembentukan word graph kata kerja

Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang dikaji dalam tulisan ini adalah kata kerja (verba). Kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") atau verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Menurut Keraf (1984), kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.

(5)

informasi umum dan bersifat objektif karena ada kesepakatan sebelumnya, sedangkan name adalah sesuatu yang bersifat individual.

Dalam teori KG terdapat aspek ontologi sebagai gambaran beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang dimaksudkan untuk mendefinisikan ide-ide yang merepresentasikan konsep, relasi, dan logikanya. Dengan cara seperti ini sebuah model dapat dibangun untuk memahami bahasa alami.

Teori KG memperkenalkan ontologi word graph berupa token yang dinyatakan dengan node, 9 binary relationships, dan 4 frame relationships. Sembilan relasi itu adalah relasi kesamaan (ALIKENESS/ALI), relasi kausalitas (CAUSALITY/CAU), relasi kesederajatan (EQUALITY/EQU), relasi yang bertautan (SUBSET/SUB), relasi perbedaan (DISPARATENESS/DIS), relasi yang berurutan (ORDERING/ORD), relasi atribut (ATTRIBUTE/PAR), relasi ketergantungan informasi (SKOLEM/SKO), dan ontologi FOCUS (F). Kemudian 4 frame relationshipnya yaitu: FPAR, NEGPAR, POSPAR, dan NECPAR.

Pada penelitian ini awalnya penulis melakukan kajian literatur bahasa Indonesia, yakni mengumpulkan teks-teks yang menitikberatkan pada tema pertanian, kemudian melakukan kodifikasi kata kerja yang digunakan dalam penulisan teks tersebut. Tahap selanjutnya penulis menganalisis struktur kata kerja tersebut dengan melakukan tinjauan menggunakan kamus dan tata bahasa Indonesia. Dari hasil analisis itu, ada beberapa aturan struktur kata kerja yang masing-masing memiliki perbedaan pola. Dari sini, dimulai membuat aturan pembentukan word graph kata kerja. Pembentukan word graph kata kerja ini berdasarkan pada pola-pola yang sudah dianalisis di atas. Hasil pembentukan word graph ini diakhiri dengan melakukan pengujian atas word graph yang sudah dibentuk agar didapat aturan word graph yang umum. Langkah ini sebagai langkah terakhir pada penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kata kerja mempunyai aturan tersendiri dalam merumuskan pembentukan word graph meskipun tidak menutup kemungkinan hasilnya ada yang sama, pembentukan word graph kata kerja bertolak pada aturan afiksasi yang melingkupinya, pada proses pembentukan word graph kata kerja dapat dibuat pola umum pembentukan word graph kata kerja tersebut berdasarkan kelompok afiksasinya yang berjumlah 10 pola. Dari hasil pengujian didapat pola umum pembentukan word graph kata kerja yang menjadi dasar pembentukan word graph kata kerja lain yang strukturnya sama.

(6)

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA

MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH

AKHMAD MUSLIK

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Departemen Matematika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2009 ini adalah masalah Pembentukan Word Graph Kata Kerja dengan Menggunakan Metode Knowledge Graph.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Nurdati, M.Sc dan Ibu Dra. Farida Hanum, M.Si, atas bimbingannya dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom yang telah memberikan banyak saran selaku penguji luar komisi. Tidak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa. Akhirnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu tercinta atas doa yang tak letih, keluarga, serta pihak lain yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(8)

Metode Knowledge Graph Nama : Akhmad Muslik

NRM : G551070561

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. Dra. Farida Hanum, M.Si. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Matematika Terapan

Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Akhmad Muslik, lahir di Brebes 27 tahun lalu, tepatnya 16 Mei 1981, adalah putra bungsu dari pasangan Bapak Murdi (alm) dan Ibu Hasanah. Menyelesaikan studinya pada tingkat dasar (SD) di SDN 01 Kaligangsa Kulon Brebes tahun 1994, kemudian MTs RU Tegal lulus 1998, dan melanjutkan MA (SMA) di Kaliwungu Semarang tamat tahun 2000. Rampung dari MA, hijrah ke Jakarta untuk kuliah di jurusan pendidikan matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Selesai dari UIN Jakarta (2004), mengajar di MTs Nurul Hidayah Cilandak Timur Jakarta Selatan hingga sekarang.

Pada tahun 2006, melanjutkan studi Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana UHAMKA, lulus 2008. Selain itu, di tahun 2007 mendapatkan beasiswa Departemen Agama melanjutkan studi S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada departemen Matematika, FMIPA, lulus 2009.

(10)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

(11)

Kupersembahkan tesis ini untuk

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR……… x

I PENDAHULUAN……….……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 2

1.3 Ruang Lingkup Penelitian……….…… 3

II TINJAUAN PUSTAKA ………..…….. 4

2.1 Kata Kerja .……….……… 4

2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Kerja ………. 4

2.1.2 Kata Kerja dari Segi Perilaku Semantisnya ………. 5

2.1.3 Kata Kerja dari Segi Perilaku Sintaksisnya ………. 6

2.1.4 Kata Kerja dari Segi Bentuknya ……… 9

2.1.4.1 Kata Kerja Asal ………. 9

2.1.4.2 Kata Kerja Turunan ……….. 9

2.1.5 Morfologi dan Semantik Kata Kerja Transitif …………... 17

2.1.6 Morfologi dan Semantik Kata Kerja Intransitif …………. 17

2.1.7 Kata Kerja Majemuk ……… 22

2.1.8 Hubungan Ketransitifan dengan Afiksasi ……….. 23

2.2 Graf, Subgraf, dan Graf Berarah ………..…. 24

2.2.1 Pengertian Graf ……… 24

2.2.2 Graf Berarah ……… 25

2.3 Knowledge Graph ………...……….. 26

2.3.1 Konsep ………. 26

2.3.2 Word Graph ………. 27

2.3.3 Relasi dan Aspek-Aspek Ontologi ………. 27

2.3.4 Kata Kerja dan Relasinya dalam KG ………. 31

III METODE PENELITIAN ……… 33

3.1 Studi Literatur Awal ...…………... 33

3.2 Kodifikasi Kata Kerja ……… 33

3.3 Analisis Kata Kerja ……… 34

3.4 Membuat Aturan Word Graph Kata Kerja ……….. 34

3.5 Pengujian Hasil Aturan Word Graph Kata Kerja …..………….. 35

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 35

4.1 Hasil Analisis Struktur Kata Kerja ………. 4.2 Pembentukan Word Graph Kata Kerja ……….. 35

4.2.1 Kata Kerja Dasar ………. 35

4.2.2 Kata Kerja Turunan ………. 36

4.2.2.1 Kata Kerja Transitif ……….………….. 36

(14)

4.4 Pengujian Hasil Aturan Pembentukan Word Graph Kata Kerja …… V SIMPULAN DAN SARAN ……… 77

DAFTAR PUSTAKA ..………..……… 78

(15)

xiii   

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Contoh word graph kata kerja dasar ……….. 35

2 Contoh kata kerja dasar ……… 3 Contoh kata kerja prefiks meng- ………. 38

4 Contoh kata kerja afiks meng--kan dengan dasar kata kerja ………...… 39

5 Contoh kata kerja afiks memper--kan/i dengan dasar kata sifat ………. 51

6 Contoh kata kerja prefiks di- ………... 52

7 Contoh kata kerja prefiks ter- ………. 53

8 Contoh kata kerja prefiks ber- KB ……….. 59

9 Contoh kata kerja konfiks ber--an ……….. 63

10 Contoh kata kerja konfiks ber--an (dasar ber -an) ……….. 64

11 Contoh kata kerja prefiks meng- (dasar kata benda) ………... 65

12 Contoh kata kerja prefiks meng- (dasar kata sifat) ……….. 67

13 Ringkasan pola aturan word graph kata kerja ………. 73 14 Hasil pengujian aturan pembentukan word graph kata kerja ………..

(16)

xiv  

Halaman

1 Penggabungan prefiks dan sufiks ……… 24

2 Pembentukan text graph ……….. 27

3 Contoh penggunaan relasi ALI ……….. 3

4 Contoh penggunaan relasi CAU ………. 31

5 Contoh penggunaan relasi EQU ……….. 28

6 Contoh penggunaan relasi SUB ……….. 28

7 Contoh penggunaan relasi DIS ……… 29

8 Contoh penggunaan relasi ORD ………. 29

9 Contoh penggunaan relasi PAR ……….. 29

10 Contoh penggunaan relasi SKO ……….. 30

11 Contoh penggunaan ontologi F ……….……….. 30

12 Contoh penggunaan 4 frame relationships ……….……….... 30

13 Contoh word graph kata mencangkul ………. 31

14 Contoh word graph kata dicangkul ……… 31

15 Contoh word graph kata berangkat ……… 32

16 Flowchart metode penelitian………. 17 Bentuk umum word graph kata kerja dasar ……….………. 36

18 Word graph kata kerja mengambil ………. 37

19 Word graph kata kerja membawa ……….. 37

20 Word graph kata kerja menanam ………... 37

21 Bentuk umum word graph kata kerja meng- ………. 38

22 Word graph kata kerja membelikan ………... 39

23 Word graph lain kata kerja membelikan ……… 39

24 Word graph kata kerja membinasakan ………... 39

(17)

xv   

26 Word graph kata kerja mengakibatkan ……….. 40

27 Word graph kata kerja meminggirkan ………..40

28 Word graph kata kerja melupakan ………. 41

29 Word graph kata kerja menghancurkan ………41

30 Word graph kata kerja menguningkan ………... 41

31 Word graph kata kerja mengemukakan ……….. 42

32 Word graph kata kerja meng--kan ……….. 42

33 Word graph kata kerja menduduki ………. 43

34 Word graph kata kerja mendatangi ………... 43

35 Word graph kata kerja memasuki ………... 44

36 Word graph kata kerja meng--i dengan KKD ……… 44

37 Word graph kata kerja menggulai ……….. 45

38 Word graph kata kerja menggarami ……….. 45

39 Word graph kata kerja meng--i dasar KB ……….. 45

40 Word graph kata kerja memanasi ………... 46

41 Word graph kata kerja mengotori ……….. 46

42 Word graph kata kerja meng--i dasar KS ……….. 47

43 Word graph kata kerja mempertemukan ……… 47

44 Word graph kata kerja mempersatukan ………. 48

45 Word graph kata kerja memper--kan/-i dasar berKKD ……….. 48

46 Word graph kata kerja memperalat ………... 49

47 Word graph kata kerja memperbudak ……… 49

48 Word graph kata kerja memper--kan/-i dasar KB ………. 50

49 Word graph kata kerja memperkecil ……….. 50

50 Word graph kata kerja mempersulit ………... 50

51 Word graph kata kerja memper--kan/-i dasar KS ……….. 51

52 Word graph kata kerja dipakai ………... 51

(18)

xvi   

54 Word graph kata kerja terbawa ……….. 53 

55 Word graph kata kerja tidak terjangkau ……… 53

56 Word graph kata kerja di- dan ter- ………. 54

57 Word graph kata kerja menyobek-nyobek ……….. 54

58 Word graph kata kerja reduplikasi ………. 54

59 Word graph kata kerja prefiks ber- dari kata kerja ………... 55

60 Word raph kata kerja berjalan ………. 55

61 Sentence graph kata kerja berjalan ……… 56

62 Word graph kata kerja bekerja ………... 56

63 Sentence graph kata kerja bekerja ... 56

64 Word graph kata kerja bergerak ……… 57

65 Word graph kata kerja bermalam ……….. 57

66 Word graph kata kerja berbunga ………... 58

67 Word graph kata kerja beranak ……….. 58

68 Word graph kata kerja ber- KB ……….. 58

69 Word graph kata kerja bergembira ……… 59

70 Word graph kata kerja bersedih ………. 59

71 Word graph kata kerja ber-KS ………... 60

72 Word graph kata kerja berdasarkan ………... 60

73 Word graph kata kerja beratapkan ………. 61

74 Word graph kata kerja berdua ………... 61

75 Word graph kata kerja ber-KB-kan ……… 61

76 Word graph kata kerja bepergian ………... 62

77 Word graph kata kerja berjauhan ……….. 62

78 Word graph kata kerja ber-KKD-an ………... 62

79 Word graph kata kerja berpukulan ………. 63

80 Word graph kata kerja resiprokal ……….. 63

(19)

xvii   

82 Word graph kata kerja membatu ……….. 64

83 Word graph kata kerja membukit ………. 65

84 Word graph kata kerja mendarat ………. 65

85 Word graph kata kerja meng-KB ……….. 66

86 Word graph kata kerja menguning ………... 66

87 Word graph kata kerja membisu ………... 66

88 Word graph kata kerja meng-KS ……….. 67

89 Word graph kata kerja mengalir ……….. 67

90 Word graph kata kerja membaur ……….. 68

91 Word graph kata kerja meng-DT ………. 68

92 Word graph kata kerja terduduk ………... 68

93 Word graph kata kerja terbenam ……….. 68

94 Word graph kata kerja ter-KD ………. 69

95 Word graph kata kerja kelaparan ………. 69

96 Word graph kata kerja kedinginan ………... 69

97 Word graph kata kerja kejatuhan ………. 70

98 Word graph kata kerja kebanjiran ………... 70

99 Word graph kata kerja intransitif reduplikasi1 ………….………. 71

100 Word graph kata kerja makan-makan ……….. 71

101 Word graph kata kerja pukul-memukul ……… 71

102 Word graph kata kerja intransitif reduplikasi2 ……… 72

103 Word graph kata kerja berjalan-jalan ……….. 72

104 Word graph kata kerja intransitif reduplikasi3 ……… 72 105 Word graph kata membeli ……….. 106 Word graph pola 2……… 107 Word graph kata membeli pola 2 ………. 

(20)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini telah berkembang cabang ilmu bahasa komputasi berupa teknologi Natural Language Processing (NLP). Teknologi NLP adalah teknologi yang memungkinkan untuk melakukan transaksi bahasa alami, yaitu bahasa yang biasa disampaikan oleh manusia. Beberapa di antara kategori aplikasi NLP adalah natural language translator, translator, dan text summarization (Arman 2004). Kategori terakhir telah menghasilkan suatu sistem yang melakukan ringkasan dari puluhan bahkan ratusan teks dengan tema yang sama untuk kemudian menjadi rangkuman sehingga dihasilkan pengetahuan baru.

Salah satu metode baru NLP yang sedang diteliti adalah knowledge graph (KG). Metode ini mencoba melakukan tinjauan dalam menggambarkan atau menjelaskan bahasa dengan cara menganalisis teks secara harfiah dan diperkaya dengan latar belakang pengetahuannya sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan baru (Zhang 2002). Setiap orang dalam menganalisis teks pasti berbeda-beda dan bersifat subjektif. Perbedaan inilah yang menyebabkan ambiguitas dalam memahami sebuah naskah, oleh karenanya diperlukan kejelasan dalam penggunaan bahasa. Menurut Zhang, sudut pandang suatu masalah bagi setiap orang sangat subjektif, orang yang berbeda akan menggambarkan pengalaman yang ditemui ke dalam konsep secara berbeda; artinya, satu konsep dengan bahasa yang sama belum tentu diinterpretasikan dengan pemahaman yang sama pula.

(21)

2  

yang banyak. Salah satu metode yang digunakan pada proses pemangkasan teks tersebut adalah text summarization yang lebih dulu diteliti.

Pada penelitian selanjutnya, metode knowledge graph menjadi objek pembahasan yang penting, karena cara menganalisisnya memperhatikan teks berdasarkan semantik (arti kata). Meskipun pada prinsipnya metode knowledge graph hampir sama dengan text summarization, namun sudut pandang dan dasar analisisnya berbeda.

Penelitian tentang KG telah dilakukan oleh beberapa orang, di antaranya: Hulliyah (2007) yang menganalisis teks dengan tema pendidikan nasional, Ikhwati (2007) menganalisis teks dengan tema kemiskinan, Berri (2008) memodifikasi kalimat sembarang menjadi kalimat efektif kemudian menransformasi menjadi text graph dan merancang algoritme dari text graph tersebut, Wulandari (2008) meneliti perancangan algoritme dari combined graph dan simplified graph, serta Rusiyamti (2008) yang membangun prosedur chunk indicator kemudian membuat chunk graph dan menggabungkan beberapa chunk graph menjadi sentence graph.

Masing-masing penelitian di atas, belum sepenuhnya menyentuh secara spesifik aturan bagaimana merumuskan word graph kata benda, kata kerja, kata sifat, maupun preposisi. Perancangan aturan untuk semua jenis kata agar terbangun word graph bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang relatif lama dan kerja keras. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang KG dan membatasinya pada aturan pembentukan word graph kata kerja.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan

Penelitian ini bertujuan:

(22)

 

Manfaat

Penelitian ini bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya sebagai salah satu pelengkap untuk penelitian yang panjang yaitu terciptanya satu software yang berfungsi sebagai pembaca sembarang dokumen berbahasa Indonesia serta menghasilkan informasi dalam bentuk graf.

1.3 Ruang Lingkup

(23)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

2.1 Kata Kerja

Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah kata kerja (verba). Kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") atau verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya (Anonim 1990). Menurut Keraf (1984), kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari. Kata kerja lebih lanjut dapat dijelaskan melalui beberapa bagian berikut ini.

2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Kerja

Ada beberapa ciri kata kerja yang dapat diketahui, di antaranya dengan mengamati perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologinya. Namun demikian, secara umum kata kerja dapat diidentifikasi dan dibedakan terutama melalui bentuk kata sifat, karena beberapa hal berikut (Alwi et al. 2003).

1) Kata kerja memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat. Contoh: pencuri itu lari, mereka sedang belajar di kamar, dan bom itu seharusnya tidak meledak. Kata lari merupakan predikat sedangkan

sedang belajar dan tidak meledak merupakan inti predikat.

2) Ada makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

(24)

 

4) Secara umum, kata kerja tidak dapat bersatu dengan kata-kata yang maknanya kesangatan, seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali.

2.1.2 Kata Kerja dari Segi Perilaku Semantisnya

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang di sini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis: signé linguistique). Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri atas:

1) komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.

Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai acuan/ hal yang ditunjuk.

Dalam konteks ini, setiap kata kerja mengandung makna inheren. Kata lari

dan belajar memiliki makna inheren perbuatan. Kata-kata tersebut dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang dilakukan subjek? Misalnya Apa yang dilakukan siswa itu?, jawabannya belajar. Selain kata lari dan belajar, juga termasuk dalam kata kerja perbuatan adalah mendekat, mencuri, membelikan, memukuli, mandi, memberhentikan, menakut-nakuti, naik haji, dan sebagainya.

Selain makna inheren perbuatan, kata kerja juga mengandung makna inheren proses. Kata kerja ini biasanya untuk menjawab pertanyaan Apa yang terjadi pada subjek? Pertanyaan Apa yang terjadi pada bom itu?, dapat dijawab dengan meledak. Kata membesar juga merupakan inheren proses perubahan dari kecil ke keadaan yang tidak kecil lagi. Contoh lain dari makna ini adalah mati, jatuh, mengering, mengecil, kebanjiran, terbakar, terdampar, dan sebagainya.

(25)

6  

kontras makna dengan kata sifat jumlahnya juga sedikit. Ada satu ciri yang umumnya dapat membedakan kata kerja keadaan dan kata sifat yaitu prefiks

ter-yang berarti paling, prefiks ini hanya untuk kata sifat. Misalnya kata sulit dan

dingin, dapat berubah menjadi tersulit dan terdingin (paling sulit dan paling dingin), tapi tidak dapat mengubah suka menjadi tersuka.

Makna inheren yang disebutkan di atas tidak terpengaruhi dan tidak terikat dengan wujud kata kerjanya, baik itu berwujud kata dasar maupun berafiks. Makna inheren juga tidak selalu terikat dengan ketransitifan suatu kata kerja, sebagai contoh kata kerja pergi (intransitif) memiliki makna inheren perbuatan. Adapun kata kerja transitif umumnya memiliki makna inheren perbuatan meskipun ada juga yang tidak demikian misalnya mendengar dan melihat. Kata

mendengar dan melihat dinamakan kata kerja pengalaman. Mendengar dan

mendengarkan memiliki perbedaan arti, kata pertama merujuk pada peristiwa begitu saja tanpa ada unsur kesengajaan sementara kata kedua terkandung pengertian kesengajaan.

Afiksasi juga dapat memunculkan makna yang berbeda bagi kata kerja. Penambahan afiks me- dalam kata beli menjadi membeli mempunyai makna kata kerja perbuatan, tetapi ketika diberikan sufiks kan pada kata kerja ini sehingga menjadi membelikan memiliki arti perbuatan itu dilakukan untuk orang lain. Tambahan –i menjadi membeli bermakna tambahan perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali, kemudian awalan ter- pada kata terbawa juga memiliki arti tidak sengaja, dan seterusnya.

2.1.3 Kata kerja dari Segi Perilaku Sintaktis

Sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuan yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat. Contoh kata kerja mendekat

(26)

 

Ketransitifan

Ketransitifan kata kerja dapat ditentukan oleh adanya nomina yang terletak di belakang kata kerja sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu kemungkinannya menjadi subjek dalam kalimat pasif.

a) Kata kerja Transitif

Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh:

(1) Ibu sedang membersihkan kamar itu.

(2) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.

(3) Pemerintah akan memberlakukan peraturan itu segera. Contoh di atas dapat dibentuk menjadi kalimat pasif yaitu

(1) Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu.

(2) Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.

(3) Peraturan itu akan segera diberlakukan oleh pemerintah segera. Kata kerja transitif terbagi menjadi tiga sebagai berikut.

(a) Kata kerja ekatransitif adalah kata kerja transitif yang diikuti oleh satu objek. Sebagai contoh: saya sedang mencari pekerjaan, ibu akan membeli baju baru, dan sebagainya. Pada contoh tersebut kata kerja mencari dan

membeli hanya membutuhkan satu objek.

(b) Kata kerja dwitransitif adalah kata kerja yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. Contoh: saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan, ibu akan membelikan kakak baju baru, dan sebagainya.

(c) Kata kerja semitransitif adalah kata kerja yang objeknya boleh ada dan boleh juga tidak ada. Contoh kata kerja membaca dalam kalimat ayah sedang membaca koran, boleh juga ayah sedang membaca.

b) Kata Kerja Intransitif

Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak mempunyai nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh:

(1) Maaf, Pak, Ayah sedang mandi.

(27)

8  

(3) Petani itu sedang bertanam jagung.

Kata kerja mandi dan bekerja tidak dapat diikuti nomina, sedangkan kata kerja bertanam memang diikuti nomina tetapi tidak berfungsi sebagai objek melainkan pelengkap. Dalam kata kerja intransitif terdapat tiga kemungkinan yaitu kata kerja intransitif berpelengkap wajib, kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, dan kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Perhatikan contoh berikut.

(1) Rumah orang itu berjumlah dua puluh buah.

(2) Yang dikemukakannya adalah suatu dugaan.

(3) Dia sudah mulai bekerja.

(4) Anak itu kedapatan merokok.

(5) Dia berpendapat bahwa kondisi ekonomi kita akan membaik.

(6) Nasi telah menjadi bubur.

(7) Kekayaannya bernilai seratus miliar rupiah.

(8) Bajunya berwarna kuning.

(9) Gadis itu tersipu-sipu.

(10)Bibit kelapa itu sudah tumbuh.

Kata kerja berjumlah, adalah, mulai, berpendapat, dan kedapatan

merupakan kata kerja intransitif berpelengkap wajib. Kata kerja menjadi, bernilai, dan berwarna merupakan kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, karena bisa saja dibuat kalimat makin tua makin menjadi, ide-idenya sangat bernilai, dan

film itu berwarna. Kata kerja tersipu-sipu dan tumbuh adalah kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Contoh Bibit itu tumbuh subur; kata subur tersebut bukanlah pelengkap melainkan keterangan.

c) Kata Kerja Berpreposisi

Kata kerja ini merupakan kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu, misalnya beberapa kalimat berikut.

(1) Kami belum tahuakan hal itu. (2) Saya sering berbicara tentang hal ini. (3) Hasil ini bergantungpada pelaksanaannya.

(28)

 

Ada beberapa kata kerja berpreposisi yang dapat berubah menjadi kata kerja transitif sehingga preposisinya harus dihilangkan. Contoh:

berbicara tentang = membicarakan cinta akan/ pada = mencintai

suka akan = menyukai

tahu akan/ tentang = mengetahui bertemu dengan = menemui

2.1.4 Kata Kerja dari Segi Bentuknya

Pada tataran ini, kata kerja terdiri atas kata kerja dasar dan kata kerja turunan.

2.1.4.1Kata Kerja Dasar

Kata kerja dasar merupakan kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Kata kerja ini dapat mengetahui makna leksikal, artinya makna yang melekat pada kata. Contoh kata kerja asal sebagai berikut:

ada jatuh naik tamat

bangun kalah paham tenggelam

cinta lahir pecah terbit

datang lari pergi tiba

duduk makan pulang tidur

gugur mandi rasa tinggal

hancur mati sadar tumbang

hidup menang suka tumbuh

hilang minum tahan turun

ikut muak tahu yakin

2.1.4.2Kata Kerja Turunan

Kata kerja ini dibentuk dari transposisi, pengafiksan, pengulangan (reduplikasi), atau pemaduan. Transposisi merupakan suatu proses penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah bentuknya (Alwi et al. 2003).

Contoh transposisi dari nomina ke kata kerja:

(29)

10  

cangkul → cangkul

sikat → sikat

Pengafiksan adalah penambahan afiks pada kata dasar. Kata dasar dapat berupa kata kerja, kata benda, maupun kata sifat. Selanjutnya kata dasar cukup ditulis dengan dasar. Adapun reduplikasi adalah pengulangan suatu kata dasar. Contoh pengafiksan:

beli → membeli

darat → mendarat

temu → bertemu

restu → merestui

besar → memperbesar

Pada reduplikasi, kata-kata yang mengalami proses ini dinamakan kata berulang, artinya kata kerja yang telah direduplikasi juga disebut kata kerja berulang.

Contoh reduplikasi:

lari → lari-lari

makan → makan-makan

tembak → tembak-menembak (pengafiksan pada reduplikasi) terka → menerka-nerka (pengafiksan pada reduplikasi) Berbeda dengan reduplikasi, pemaduan merupakan penggabungan dua kata dasar atau lebih sehingga menjadi satu kata yang memiliki satu makna.

Contoh pemaduan:

jual, beli → jual beli

jatuh, bangun → jatuh bangun salah, sangka → salah sangka

Pengafiksan dapat juga terjadi pada kata kerja pemaduan, contoh

memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan sebagainya. (a) Proses Penurunan Kata kerja

(30)

 

Dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks untuk kata kerja meng-, per-, ber-, di-, dan ter-. Kemudian ada sufiks -kan, -i, dan -an, serta konfiks ke--an dan ber--an. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar prefiks dan sufiks dapat terbentuk menjadi konfiks. Pertama, perpaduan itu bersifat mutlak, artinya antara prefiks dan sufiks langsung diapitkan ke dasar. Contoh: berdatangan, kejatuhan. Kedua, pemisahan dari salah satu afiks itu tidak meninggalkan bentuk kata dan hubungan maknanya masih dapat ditelusuri. Contoh: kata kerja kecurian dan berhalangan, meskipun seolah nampak bahwa kata kerja kecurian berasal dari prefiks ke- dan dasar curian, karena ada dalam bahasa Indonesia dasar curian, namun maknanya tidak dibenarkan dalam bahasa. Oleh karena itu, kecurian adalah konfiks dari

ke-dan -an. Kata kerja berhalangan bukan berasal dari konfiks ber- dan -an tetapi dari prefiks ber- dengan dasar yang sudah bersufiks.

(b) Penggabungan Prefiks dan sufiks

Dalam kenyataannya tidak setiap prefiks dapat bergabung dengan sufiks. Berikut ini adalah bagan kemungkinan penggabungan prefiks dan sufiks.

Contoh:

meng-kan: ter-kan:

menidurkan terselesaikan

membelikan terabaikan

mendekatkan terlemparkan

meng-i: ter-i:

merestui terpenuhi

membohongi teratasi

mendekati tersaingi

Gambar 1 Penggabungan prefiks dan sufiks. Prefiks

meng- per- ber- ter- di- ke-

Sufiks

-kan -i

(31)

12  

per-kan: di-kan:

permainkan ditentukan

peristrikan dihabiskan

peringatkan dituliskan

per-i: di-i:

perbaiki didatangi

perlengkapi dibatasi

peringati diulangi

ber-kan: ke-an:

berdasarkan kelaparan

berisikan kejatuhan

berpedomankan kecurian

ber-an: ke-i

berjatuhan ketahui

bepergian berdatangan (c) Morfofonemik

Morfofonemik adalah proses perubahan suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem yang mendahuluinya.

Morfofonemik Prefiks meng-

(1) Bentuk meng- akan tetap jika setelahnya berupa kata dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, atau /x/.

Contoh:

ambil → mengambil

ikat → mengikat

ukur → mengukur

elak → mengelak

olah → mengolah

erat → mengerat

kalah → mengalah

garap → menggarap

(32)

 

(2) Bentuk meng- berubah menjadi me- jika setelahnya berupa dasar yang diawali dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, atau /w/.

Contoh:

latih → melatih

makan → memakan

namai → menamai

nyatakan → menyatakan

nganga → menganga

ramaikan → meramaikan

yakinkan → meyakinkan

wajibkan → mewajibkan

(3) Bentuk meng- menjadi men- jika setelahnya berupa dasar yang dimulai dengan fonem /d/ atau /t/.

Contoh:

tanam → menanam

tuduh → menuduh

duga → menduga

Jika diperhatikan fonem /t/ pada contoh di atas luluh ke dalam fonem /n/. Tetapi ada juga fonem /t/ yang bisa luluh juga bisa tidak ke dalam /n/ seperti contoh:

tertawa → menertawakan

terjemah → menerjemahkan

(4) Jika dasar itu bermula dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuk meng- menjadi

mem-. Contoh:

babat → membabat

patuhi → mematuhi

fokuskan → memfokuskan

Fonem /p/ pada contoh di atas juga mengalami peluluhan menjadi /m/. Tetapi peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- atau pe- tertentu. Contoh: pertinggi → mempertinggi

(33)

14  

pedulikan → mempedulikan

(5) Jika dasarnya bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/, bentuk

meng-berubah menjadi meny-. Dalam ejaan baku bentuk meny- yang bergabung dengan fonem /c/, /j/, /sy/ dimodifikasi menjadi men-.

Contoh:

satukan → menyatukan

sucikan → menyucikan

syaratkan → mensyaratkan

jatuhkan → menjatuhkan

cari → mencari

(6) Jika dasarnya bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-, meskipun ada bentuk tidak baku seperti beberapa contoh di atas, yaitu tanpa adanya peluluhan. Contoh:

tik → mengetik

bom → mengebom

cek → mengecek

(7) Jika kata itu berasal dari bahasa asing maka perlakuannya berbeda-beda, bergantung pada seberapa lama kata itu terpakai. Jika relatif masih baru, maka peluluhan tidak berlaku. Di sini ada perubahan dari meng- menjadi

men- jika dasar itu diawali dengan /s/. Kalau kata asing itu sudah melekat maka perubahan morfofonemiknya mengikuti kaidah umum.

Contoh:

produksi → memproduksi

klasifikasi → menglasifikasi

survei → mensurvei

(8) Jika kata kerja tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu unsur nge- yang di depan dasar dipertahankan. Contoh:

tulis → menulis → menulis-nulis

cek → mengecek → mengecek-ngecek

(34)

 

Morfofonemik Prefiks per-

(1) Prefiks per- berubah menjadi pe- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau akhir suku pertama dari dasar itu berupa /er/.

Contoh:

rendah → perendah

runcing → peruncing

kerjakan → pekerjakan

(2) Prefiks per- berubah menjadi pel- jika bertemu dengan bentuk dasar ajar. Contoh:

ajari → pelajari

(3) Selain kaidah di atas maka bentuk per- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Contoh:

lebar → perlebar

luas → perluas

Morfofonemik Prefiks ber-

(1) Jika dasar berawal dengan fonem /r/ dan akhir suku pertama dari dasar berupa /er/ maka prefiks ber- berubah menjadi be-. Contoh:

rantai → berantai

runding → berunding

kerja → bekerja

pergian → bepergian

Ber- pada kata berkarya tidak berubah menjadi bekarya karena akhir suku pertamanya berupa ar.

(2) Bentuk ber- berubah menjadi bel- jika bertemu dengan dasar-dasar tertentu. Contoh:

ajar → belajar

unjur → belunjur

(3) Di luar kaidah di atas bentuk ber- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Contoh:

layar → berlayar

(35)

16  

Morfofonemik Prefiks ter-

(1) Prefiks ter- berubah menjadi te- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan fonem /r/. Contoh:

rasa → terasa

raba → teraba

(2) Jika ter- bertemu dengan dasar yang akhir suku pertamanya berupa /er/, maka fonem /r/ nya ada yang muncul dan ada juga yang tidak. Contoh:

percaya → terpercaya

percik → tepercik

(3) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Contoh:

pilih → terpilih

bawa → terbawa

Morfofonemik Prefiks di-

Prefiks di- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu dibedakan penulisannya antara di- sebagai kata depan dan di- sebagai prefiks. Contoh:

ambil → diambil

pukul → dipukul

Morfofonemik Sufiks -kan

Sufiks –kan tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu dibedakan antara –kan dan –an apabila bertemu dengan dasar yang fonem akhirnya /k/, keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Jika sebagai kata kerja maka k-nya dobel sementara jika berupa nomina maka k-nya satu. Contoh:

letak → letakkan

tarik → tarikkan

tembak → tembakkan (kata kerja) tembak → tembakan (nomina)

Morfofonemik Sufiks –i

(36)

 

Morfofonemik Sufiks –an

Sufiks -an juga tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Jika akhir dasar berupa fonem /a/, maka penulisannya dijejerkan. Contoh:

dua → berduaan

mesra → bermesraan

2.1.5 Morfologi dan Semantik Kata Kerja Transitif

Kata kerja transitif juga ada yang terbentuk dengan proses penurunan kata. Penurunan ini dapat pula mengubah bentuk asal kata kerja serta arti dari kata kerja itu.

2.1.5.1Penurunan Kata Kerja Transitif

Kata kerja transitif dapat diturunkan melalui transposisi, afiksasi, dan reduplikasi. Berikut penjelasan masing-masing;

Transposisi

Dalam bahasa Indonesia ada kelompok kata yang memiliki kelas kata nomina sekaligus kata kerja, seperti jalan, telepon, dan cangkul. Untuk membedakan penggunaan keduanya, dalam bahasa formal, harus ditambah afiks jika kata itu menjadi kata kerja. Contoh:

jalan → berjalan

cangkul → mencangkul

sendok → menyendok

Afiksasi

a. Penurunan dengan meng-

Penambahan prefiks meng- hanya bisa dilakukan pada kata kerja dasar, bukan dari nomina maupun adjektif. Penambahan ini tidak merusak kelas kata dan maknanya, melainkan hanya membedakan formal dan tidak formal. Contoh:

beli → membeli

lihat → melihat

ambil → mengambil

(37)

18  

b. Penurunan dengan -kan

Bentuk aktif dari kata kerja dasar yang bersufiks -kan dapat bergabung dengan prefiks meng- sehingga menjadi afiks meng-kan. Dasar yang dipakai dapat berupa kata kerja asal, kata kerja ber-, nomina, kata sifat, kata tugas, atau frasa preposisional. Contoh:

bicara → membicarakan mandi → memandikan ke muka → mengemukakan kuning → menguningkan

kecil → mengecilkan satu → menyatukan

ke depan → mengedepankan bangkit→ membangkitkan Indonesia → mengindonesiakan hancur → menghancurkan anak tiri → menganaktirikan akibat → mengakibatkan cita-cita → mencita-citakan rumah → merumahkan

pojok → memojokkan peti es → memetieskan

c. Penurunan dengan -i

Bentuk turunan dengan sufiks -i dapat bergabung dengan prefiks meng-, bahkan ada dasar yang diharuskan menjadi berafiks meng-i seperti merestui,

mengadili, menangani, dan sebagainya. Pada bentuk lain, status sufiks -i dapat memengaruhi ketransitifan suatu kata kerja seperti mengalir-mengaliri. Mengalir

merupakan kata kerja transitif sedangkan mengaliri kata kerja intransitif. Ada pula dasar dengan meng-i tetapi memiliki status yang sama dengan meng- seperti

mencium-menciumi, keduanya berstatus sama yakni kata kerja transitif. d. Penurunan dengan per- dan -kan/-i

Bentuk aktif turunan per- dan -kan/i dengan menambahkan meng- dan

per-saja meskipun ada juga yang mengharuskan menambah sufiks -kan. Contoh:

memperbanyak memperbudak

mempermudah mempersulit

memperbincangkan mempersembahkan mempertimbangkan mempermasalahkan

Selain contoh di atas, ada juga bentuk sufiks -kan yang bersifat manasuka, ada yang bersufiks wajib -i, serta ada juga yang bisa -kan juga bisa -i. Contoh:

(38)

 

memperingati memperingatkan e. Penurunan dengan di- dan ter-

Kata kerja aktif transitif yang diberi prefiks meng- dapat diubah ke dalam bentuk pasif dengan cara mengganti prefiks meng- menjadi di-. Jika ada sufiks lain dalam kata kerja aktif maka sufiks itu tidak memengaruhi bentuk pasifnya (sufiksnya dibiarkan). Contoh:

memakai → dipakai

memandikan → dimandikan

meninggalkan → ditinggalkan

Prefiks di- juga dapat diganti dengan ter-, meskipun sifatnya ada yang tanpa sufiks, wajib sufiks, maupun sufiksnya manasuka. Contoh:

membawa → dibawa → terbawa

Contoh di atas menunjukkan perubahan pergantian prefiks di- menjadi ter-.

termasuk terselesaikan terlempar(kan)

termakan terabaikan terpikir(kan)

terjual teratasi ternoda(i)

Pada umumnya makna dari prefiks ter- menyatakan ‘ketidaksengajaan’ dan ‘dapat di’.

f. Penurunan melalui reduplikasi

Kata kerja transitif juga dapat diturunkan melalui pengulangan kata dasar, umumnya dengan afiksasi dan bahkan perubahan vokal. Contoh:

menyobek-nyobek menerka-nerka mengutak-atik

Makna umum dari kata kerja ini adalah bahwa perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali dan tanpa tujuan khusus.

2.1.6 Morfologi dan Semantik Kata Kerja Intransitif

(39)

20  

dapat dibentuk menjadi majemuk. Misalnya, naik banding, naik haji, masuk angin, dan sebagainya.

2.1.6.1Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Afiksasi

Penurunan dengan afiksasi meliputi prefiks meng-, prefiks ber-, afiks ber--kan, afiks ber--an, prefiks ter-, afiks ke--an.

a. Penurunan dengan meng-

Pada umumnya kata kerja intransitif dan berprefiks meng- diturunkan dari nomina dan kata sifat. Contoh:

darat → mendarat

batu → membatu

kecil → mengecil

Ada juga yang diturunkan dari dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata tanpa ada afiksasi. Contoh:

alir → mengalir inap → menginap

baur → membaur gigil → menggigil

Demikian juga untuk kata kerja intransitif yang diturunkan dari kelas kata yang lain. Contoh:

satu (numeralia) → menyatu dua (numeralia) → mendua jadi (kata tugas) → menjadi

Ada beberapa hubungan semantis yang umum dari kata kerja intransitif, yaitu: menjadi…, misalnya membatu, berfungsi sebagai/menyerupai…, misalnya

membukit, makan/minum…, misalnya mengopi, mencari/mengumpulkan…, misalnya merumput, menuju…, misalnya menepi, dan mengeluarkan bunyi…misalnya meraung.

b. Penurunan dengan ber-

Kata kerja yang dibentuk oleh ber- hanya ada tiga macam, yaitu;

ber-dengan kata dasar, ber- yang diikuti -kan (manasuka), dan ber- yang harus diikuti oleh -an. Prefiks ber- tidak dapat bergandengan dengan sufiks -i. Contoh:

beragama berdasar(kan) berjatuhan

(40)

 

bergegas bermandi(kan) berdatangan

Beberapa makna dari prefiks ber- adalah sebagai berikut; i. mempunyai

Contoh : beratap, beristri, beranak ii. menggunakan

Contoh : bersepeda, berladang, berlayar iii. menghasilkan

Contoh : bertelur, berbunyi, bersuara iv. dalam jumlah

Contoh : berdua, bertiga, berpuluh-puluh c. Penurunan dengan ber-kan

Perilaku sintaksis pada kata kerja ber- dengan kata kerja ber-kan umumnya berbeda. Contoh:

bersenjata − bersenjatakan berdasar − berdasarkan

berasas − berasaskan

Dalam sebuah kalimat, jika sufiks -kan pada kata kerja digunakan maka harus ada nomina di belakangnya. Meskipun ada beberapa contoh yang menyimpang, misalnya bermandi - bermandikan tetap memerlukan nomina setelahnya.

d. Penurunan dengan ber-an

Kata kerja dengan turunan dari konfiks ber-an kurang banyak digunakan dan jumlahnya terbatas, misalnya bepergian, berjatuhan, berguguran, berdatangan, bermunculan, berlarian, dan sebagainya. Tetapi kata kerja yang diturunkan dari ber- dengan dasar yang sudah bersufiks -an jauh lebih banyak. Contohnya berhalangan, bercucuran, berhubungan, bersentuhan, bergandengan, berpacaran, bermusuhan, berbatasan, dan sebagainya.

Beberapa makna dari prefiks ber-an adalah sebagai berikut.

i. Melakukan kegiatan, mengalami peristiwa, dan menyatakan pengalaman lebih dari satu (jika dasarnya intransitif)

(41)

22  

ii. Resiprokal, peristiwa yang terjadi secara timbal balik (jika dasarnya transitif)

Contoh: bersentuhan, bersahutan, berpukulan iii. Berelasi (jika dasarnya kata sifat)

Contoh: berdekatan, berjauhan, berseberangan iv. Posesif (jika dasarnya nomina)

Contoh: beralasan, berbatasan, berlumuran e. Penurunan dengan

ter-Makna kata kerja intransitif ter- umumnya adalah menjadi dalam keadaan

dan ada pula makna yang menyatakan bahwa perbuatan itu dilakukan karena ketidaksengajaan. Misalnya terduduk, terbangun, terjatuh.

f. Penurunan dengan ke-an

Makna umum dari bentukan ini adalah malafektif atau adversatif, yakni keadaan yang menyatakan segi-segi negatif, hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya, kelaparan, kedinginan, ketiduran, kemalaman, dan sebagainya. Ada juga beberapa contoh yang mengandung makna ‘dapat di’, misalnya, kelihatan, kedengaran, dan sebagainya.

2.1.6.2Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Reduplikasi

Dalam penurunan kata kerja ini ada beberapa makna yang terkandung; a. Perulangan itu menunjukkan perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan khusus.

Contoh: duduk-duduk, mandi-mandi, makan-makan, dan lain-lain. b. Perbuatan dilakukan secara terus-menerus dengan variasi.

Contoh: bersalam-salaman, tersendat-sendat, berputar-putar, dan lain-lain. c. Resiprokal atau kesalingan, perbuatan yang berbalasan.

Contoh: berpeluk-pelukan, tembak-menembak, tolong-menolong, dan lain-lain.

d. Adanya intensitas yang tinggi sehingga diperoleh hasil perbuatan yang superlatif.

Contoh: cerai-berai, pontang-panting, porak-poranda, dan lain-lain. e. Posesif, menyatakan milik.

(42)

 

2.1.7 Kata Kerja Majemuk

Kata kerja majemuk adalah kata kerja yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain (Alwi et al. 2003).

Berbeda dengan idiom, kata kerja majemuk tidak mengubah makna setelah digabungkan meskipun melalui penelusuran dari setiap kata yang digabungkan. Uraian berikut, menyangkut kata kerja majemuk dari segi bentuknya.

2.1.7.1 Kata Kerja Majemuk Dasar

Kata kerja majemuk ini tidak berafiks dan tidak berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, dan kalimat. Contoh; temu wicara, jumpa pers, tatap muka, salah hitung, hancur lebur, jual beli, dan sebagainya.

2.1.7.2Kata Kerja Majemuk Berafiks

Merupakan kata kerja majemuk yang mengandung afiks tertentu. Contoh:

menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan, mengambil alih, dan sebagainya. Kata kerja ini terbagi menjadi tiga, yaitu kata kerja majemuk terikat (pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri), misalnya

beriba hati, berkembang biak, kata kerja majemuk bebas (pangkalnya berupa bentuk jamak yang dapat berdiri sendiri), misalnya melipatgandakan, menaikturunkan, dan kata kerja majemuk yang komponennya sudah berafiks, misalnya haus kekuasaan, hilang ingatan.

2.1.7.3Kata Kerja Majemuk Berulang

Kata kerja ini berlaku jika kemajemukannya bertingkat dan intinya adalah yang dapat direduplikasi. Contoh: naik-naik pangkat, pulang-pulang kampung, goyang-goyang kaki, dan sebagainya.

2.1.8 Hubungan Ketransitifan dengan Afiksasi

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara ketransitifan dengan afiksasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiksasi dapat bersifat transitif dapat pula intransitif. Contoh: makan, minum, mandi, tidur.

(43)

24  

3. Kata kerja yang berprefiks meng- tanpa sufiks dapat bersifat transitif maupun intransitif. Contoh: membeli, membaca, mendarat, merakyat. 4. Semua kata kerja yang bersufiks –i, kecuali kata kerja tertentu seperti

menyerupai dan memadai, bersifat transitif. Contoh: merestui, memukuli, menugasi, mendekati.

5. Kata kerja yang berprefiks meng- dan bersufiks –kan, kecuali merupakan, selalu bersifat transitif. Contoh: mengerjakan, membelikan, menidurkan, menyerahkan. Ada kata kerja tertentu yang objeknya tidak dinyatakan secara eksplisit. Misalnya, menggembirakan, menyedihkan, merugikan, menguntungkan.

6. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja intransitif, maka pasangannya dengan sufiks –kan atau –i merupakan kata kerja ekatransitif. Contoh:

menguning, mengeras (intransitif), sedangkan menguningkan dan

mengerasi adalah kata kerja ekatransitif. Ada pengecualian pada

menyerah (intransitif), menyerahi (dwitransitif).

7. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja ekatransitif, maka pasangannya dengan sufiks –kan sering tergolong kata kerja dwitransitif. Contoh:

membeli, mengambil, mencari (ekatransitif), sedangkan membelikan, mengambilkan, mencarikan (dwitransitif).

8. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja ekatransitif, maka penambahan sufiks -i, tetap menjadi ekatransitif.

2.2 Graf dan Graf Berarah 2.2.1 Pengertian Graf

Graf adalah pasangan terurut (V, E) dengan V adalah himpunan berhingga dan takkosong dari elemen-elemen graf yang disebut simpul (node, vertex) dan E

adalah himpunan pasangan takterurut dari simpul-simpul berbeda di V. Setiap

{ }

p,qE(dengan p,qV)disebut sisi (edge) dan dikatakan menghubungkan
(44)

 

2.2.2 Graf Berarah

Graf berarah (directed graph, digraf) dapat didefinisikan sebagai suatu pasangan terurut (V,A) dengan V himpunan takkosong dan berhingga dan A adalah himpunan pasangan terurut dari elemen-elemen berbeda di V. Elemen di A biasa disebut sisi bearah (arc).

(Foulds 1992)

Arc merupakan sisi yang menghubungkan satu simpul dengan simpul lainnya, dilambangkan dengan tanda panah berarah maupun tidak berarah.

2.3 Knowledge Graph (KG)

Salah satu metode yang berguna untuk meringkas teks yang saat ini sedang berkembang adalah knowledge graph atau KG. Metode ini pertama kali muncul pada tahun 1982 di Department of Sociology, Groningen, Belanda. Penelitian ini kemudian diteruskan oleh Prof. Dr. C. Hoede di Universitas Twente. KG adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikan teks tersebut ke dalam bentuk graf (Zhang & Hoede 2000).

(45)

26  

2.3.1 Konsep

Dalam graf, konsep diinterpretasikan dengan node. Menurut van den Berg (1993), konsep dapat dinyatakan sebagai token (simbol, tanda, karakteristik, dsb),

type, dan name.

Token adalah konsep yang dipahami oleh seseorang menurut cara pandangnya masing-masing, hal ini berakibat adanya unsur subjektivitas. Misalnya ketika berhadapan dengan kata rambutan maka akan muncul dalam pikiran tiap-tiap orang bisa rasa, bentuk, warna, dan sebagainya. Token dalam KG dinyatakan dengan , yang menandakan adanya sebuah konsep dan dapat disejajarkan dengan fungsi argumen dalam logika. Adapun type dan name

memiliki kondisi yang hampir sama, keduanya dapat dibedakan dari relasi yang menghubungkannya dengan token. Type merupakan konsep yang berupa informasi umum dan bersifat objektif karena ada kesepakatan sebelumnya, sedangkan name adalah sesuatu yang bersifat individual.

2.3.2 Word graph

Word graph adalah konsep dan relasi yang direpresentasikan dalam bentuk graf (Zhang & Hoede 2000). Dalam teori KG, pengetahuan baru akan terkandung dalam sebuah teks yang diringkas dari dokumen tertentu dan dinyatakan dengan

text graph. Text graph adalah gabungan beberapa sentence graph. Di bawah

sentence graph terdapat word graph yang merupakan graf kata dan menyatakan arti dari kata.

2.3.3 Relasi dan Aspek-aspek Ontologi

Relasi adalah suatu hubungan yang menghubungkan antara konsep yang satu dengan yang lain. Dalam teori KG terdapat aspek ontologi sebagai gambaran

Text graph

Sentence graph

[image:45.612.248.359.514.614.2]

Word graph

(46)

 

beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang dimaksudkan untuk mendefinisikan ide-ide yang merepresentasikan konsep, relasi, dan logikanya. Dengan cara seperti ini sebuah model dapat dibangun untuk memahami bahasa alami.

Teori KG memperkenalkan ontologi word graph berupa token yang dinyatakan dengan node dengan simbol , 9 binary relationships, dan 4 frame relationships yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Zhang 2002):

1. Relasi kesamaan (ALIKENESS/ALI)

Relasi ini digunakan untuk menghubungkan sebuah type dengan token. Contoh : “padi” adalah type

2. Relasi kausalitas (CAUSALITY/CAU)

Relasi ini menggambarkan hubungan sebab dan akibat antara sesuatu yang saling memengaruhi. Relasi ini dapat digunakan dalam menghubungkan dua konsep yang terdiri atas kata benda dan kata kerja, antara subjek

petani dan predikat (kata kerja tanam) maupun predikat dengan objek

padi. Contoh: Petani menanam padi.

3. Relasi kesederajatan (EQUALITY/EQU)

Relasi ini digunakan untuk menunjukkan konsep yang sederajat, mengungkapkan dua hal yang identik. Dapat pula dikatakan bahwa relasi ini untuk menghubungkan sebuah name dengan token. Kalimat yang menyatakan relasi EQU biasanya menggunakan kata adalah, merupakan, dan sebagainya. Contoh: Montong adalah nama duren, karena adalah

dapat direpresentasikan dengan relasi EQU maka gambar montong

sebagaimana terlihat pada Gambar 5 (kiri). Relasi EQU juga dapat digambarkan dengan tanda hubung seperti Gambar 5 (kanan) jika menunjukkan dua buah konsep yang sama.

padi ALI

Gambar 3 Contoh penggunaan relasi ALI.

CAU

CAU ALI

ALI

ALI

petani padi

tanam

(47)

28  

4. Relasi yang bertautan (SUBSET/SUB)

Relasi ini menggambarkan dua buah token yang mengekspresikan rangkaian secara bertautan, maksudnya sesuatu merupakan bagian dari sesuatu yang lain. Dalam relasi, jika diberikan dua buah konsep A dan B, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu konsep A lebih luas dari B atau sebaliknya konsep B lebih luas dari A. Dasar relasi ini menggambarkan satu bagian dari sebuah konsep yang utuh sehingga fungsi SUB erat kaitannya dengan konsep kepemilikan. Contoh: Daun bagian dari pohon. Karena bagian merepresentasikan relasi SUB maka word graphnya sebagai berikut.

5. Relasi perbedaan (DISPARATNESS/DIS)

Relasi ini menggambarkan bahwa antara dua token tidak ada hubungannya. Logika matematikanya jika A DIS B, maka A B = . Contoh: Padi berbeda dengan ubi. berbeda merupakan satu contoh relasi DIS sehingga word graphnya sebagai berikut.

6. Relasi yang berurutan (ORDERING/ORD)

Relasi ini menjelaskan bahwa dua benda memiliki urutan satu sama lain, bisa urutan waktu maupun urutan tempat. Contoh: dari awal sampai akhir.

dari dan sampai menggambarkan relasi ORD sehingga contoh di atas dapat dibuat word graphya sebagai berikut.

montong EQU EQU

Gambar 5 Contoh penggunaan relasi EQU

daun ALI SUB ALI pohon

Gambar 6 Contoh penggunaan relasi SUB.

padi ALI DIS ALI ubi

Gambar 7 Contoh penggunaan relasi DIS.

awal ALI ORD ALI akhir

(48)

 

7. Relasi atribut (ATTRIBUTE/PAR)

Relasi PAR digunakan untuk menjelaskan satu elemen berkaitan dan memiliki sifat elemen lainnya. Misalnya daun hijau, kata hijau merupakan atribut dari daun. Karena hijau merupakan atribut dan merepresentasikan relasi PAR maka dapat dibuat word graph sebagai berikut.

8. Relasi kebergantungan informasi (SKOLEM/SKO)

Relasi ini berlaku jika konsep yang satu informasinya bergantung pada konsep yang lain. Relasi SKO dalam KG menyatakan informasi bergantung dan mampu menggambarkan kuantifikasi. Selain itu, digunakan juga dalam logika predikat yang memuat existential quantifiers

maupun universal quantifiers (van den Berg, 1993). Contoh: nilai a bergantung b

9. Ontologi FOCUS (F)

Ontologi F, di sini disimbolkan dengan , digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graf. Contoh: Petani menanam padi, fokus dalam kalimat tersebut adalah tokenpetani yang digambarkan dengan token berarsir.

Kemudian 4 frame relationships, yaitu; 1) Focusing on a situation : FPAR 2) Negation of a situation : NEGPAR 3) Possibility of a situation : POSPAR 4) Necessity of a situation : NECPAR

CAU

CAU ALI

ALI

ALI

petani padi

tanam

hijau ALI PAR ALI daun

Gambar 9 Contoh penggunaan relasi PAR.

a ALI SKO ALI b

Gambar 10 Contoh penggunaan relasi SKO.

(49)

30  

Empat frame di atas dapat merepresentasikan sebuah pernyataan yang dibentuk dalam graf, misalnya p = bulan ini panen, dinyatakan dengan frame. Maka negasi dari p dapat dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame

dengan relasi NEGPAR. Frame dengan relasi POSPAR dapat ditambahkan dalam graf p jika menjadi modal preposisi, hal itu juga berlaku untuk NECPAR. Berikut adalah gambarnya.

Gambar di atas secara berturut-turut dapat diartikan sebagai bulan ini panen, bulan ini tidak panen, mungkin bulan ini panen, dan seharusnya bulan ini panen.

2.3.4 Kata Kerja dan Ekspresinya dalam KG

Sebagaimana diuraikan pada bagian awal Bab 2, kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Secara umum berdasarkan relasi predikatnya, kata kerja terbagi

menjadi dua yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif.

Hoede dan Nurdiati (2008a) memberi acuan contoh sentence graph kalimat aktif dan pasif yang dapat ditransformasi sebagai berikut: Petani mencangkul sawah dan Sawah dicangkul petani. Sentence graph kalimat tersebut adalah:

Gambar 13 menunjukkan bahwa kata kerja mencangkul merupakan proses pekerjaan sehingga word graphnya sebagaimana dibatasi garis putus-putus. Letak fokus (token berarsir) berada pada kata kerja yang satu frame dengan subjek

petani. Hal ini berbeda dengan kata kerja dicangkul yang fokusnya satu frame

p p p p

NEG POS NEC

Gambar 12 Contoh penggunaan 4 frame relationships.

sawah petani

mencangkul Cangkul

ALI CAU CAU ALI

ALI ALI

(50)

 

dengan objek sawah. Perbedaan ini karena posisi subjek memiliki makna tidak sama dalam kalimat aktif dan pasif. Berikut adalah word graph yang terbangun.

Contoh berikut juga memberikan penjelasan word graph kata kerja dengan penambahan prefiks ber-, misalnya kata berangkat yang berupa kata kerja aktif intransitif dan menggambarkan sebuah proses serta bermakna meninggalkan. Berikut adalah word graph dari kata kerja berangkat.

sawah petani

dicangkul cangkul

ALI CAU CAU ALI

ALI ALI

Gambar 14 Contoh word graph kata dicangkul.

angkat

ALI berangkat

ALI

(51)

   

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini disajikan beberapa tahapan yang dilaksanakan pada penelitian ini :

3.1 Studi literatur awal dokumen berbahasa Indonesia

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan bahan pustaka yang relevan dengan tema yang dibahas. Studi yang dilakukan penulis yaitu dengan mencari teks yang dititikberatkan pada dunia pertanian untuk kemudian dipilih kata kerja yang nanti akan dianalisis.

3.2 Kodifikasi kata kerja

Setelah dilakukan studi literatur, penulis melakukan kodifikasi kata kerja yang sudah dipilih melalui beberapa teks. Di samping itu juga, untuk melengkapi kodifikasi, dilakukan penulusuran atas kata kerja di dalam kamus bahasa Indonesia agar didapatkan model kata kerja yang lebih variatif.

3.3 Analisis kata kerja

Sebagaimana dijelaskan dalam kajian pustaka, struktur bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris. Pada bagian ini, penulis melakukan analisis terhadap kata kerja yang sudah terkumpul dengan cara melakukan analisis aturan dan struktur pembentukan kata kerja yang bersangkutan sehingga didapatkan pembentukan kata kerja dari sudut pandang bahasa Indonesia yang baku. Pengklasifikasian kata kerja tersebut berdasarkan bentuk dan kedudukan objek pada kata kerja itu. Dari sinilah didapat kata kerja dasar dan kata kerja turunan serta kata kerja transitif dan kata kerja intransitif.

3.4 Membuat aturan pembentukan word graph kata kerja

(52)

33   

dengan aturan word graph yang sudah ada. Dari tahapan ini juga dicari pola umum yang menjadi patokan dalam pembentukan word graph kata kerja lain.

3.5 Pengujian hasil aturan word graph

Hasil word graph yang sudah terbangun kemudian diuji untuk kata kerja lain yang struktur dan aturan pembentukannya sama sehingga akan didapat word graph yang umum.

Langkah-langkah metode penelitian di atas dapat dibuat flowchart sebagai berikut.

Gambar 16 Flowchart metode penelitian. Start

  Literatur teks bahasa Indonesia

Kodifikasi kata kerja

Analisis kata kerja

Aturan pembentukan word graph

Pengujian aturan pembentukan word graph

(53)

34   

RENCANA KEGIATAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi H, Dardjowidjojo S, Lapoliwa H, Moeliono AM. 2003.

Gambar

Gambar 2  Pembentukan text graph.
Gambar 42  Word graph kata kerja meng--i dasar KS.
Gambar 64 Word graph kata kerja bergerak.
Gambar 65  Word graph kata kerja bermalam.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pencegahan awal yang dapat dilakukan untuk menghindari kecacingan pada murid Sekolah Dasar di Kelurahan Tanjung Johor yakni dengan meningkatkan

MASHUR Qur'an Hadist MI Swasta Darul Hikmah Sawahan KAB.. MANBA'UL

Berdasarkan pengujian aturan pembentukan word graph frasa keterangan pada bahasa Indonesia, disimpulkan bahwa aturan pembentukan word graph frasa keterangan dapat

Lampiran 2 Diagram alir pembuatan modul word graph kata benda pada sistem KG_EDITOR.. Lampiran 3 Class diagram modul word graph kata benda 1 Class diagram

Hal ini terjadi karena sistem modul word graph kata benda belum dapat menampilkan word graph dari sejumlah kata yang tidak terdapat di dalam KBBI dan merupakan

Dari penelitian ini diperoleh dua puluh pola pembentukan word graph kata benda yang terdiri atas delapan belas pola pembentukan word graph berdasarkan afiksasi dan

Dalam hal ini perlu adanya objek karena bentuk menduduki juga transitif sehingga diperlukan token tambahan sebagai objek (meja). Contoh lain adalah kata mendatangi. Word graph

Hal ini terjadi karena sistem modul word graph kata benda belum dapat menampilkan word graph dari sejumlah kata yang tidak terdapat di dalam KBBI dan merupakan