KELENTURAN FENOTIPIK (PHENOTYPIC
PUS77Cl7Y)
SPAT PERTUMBUHAN
DAN REPRODUKSI UDANG GALAH
(Mambachiurn mienberg#]
STRAIN SUNGAI MUSI,
BARITO, DAN
GlMhcm
PADA
BERBAGAI TINGKAT
SAL1NlfAS SEBAGAI KANDIDAT PEMBENTUKAN
VARIETAS BARU
- . --.
- 'ABSTRAK
Wartono Hadie, Kelenturan Fenotipik (phenotypic plasticity) Sifat
Pertumbuhan dan Reproduksi Udang Galah (Macrobrachiurn
rosenbergil)
Strain Sungai Musi, Barito, dan GlMacm Pada Berbagai Tingkat Salinitas
Sebagai Kandidat Pembentukan Varietas Baru. Dibimbing oleh : Komar
Sumantadinata sebagai ketua; Ronny Rachman Nmr, Subandriyo, dan
Odang Carman masing-masing sebagai anggota.
Penelitian kelenturan fenotipik dilakukan untuk mengatasi masalah
pertumbuhan udang galah yang tidak optimal pada lingkungan
bersalinitas. Ekspresi gen yang rnengatur kelenturan karakter
pertumbuhan tersebut diharapkan dapat memperbaiki keragaan
pertumbuhan udang galah yang dipelihara di air payau. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pola faktorial. Faktor pertarna adalah strain yang terdiri dari tiga yaitu Sungai Musi (MM), Barito (BB), dan GIMacro (GG). Faktor kedua adalah tiga level salinitas yaitu O%O, lO%, dan 15%. Perkawinan untuk memperoleh generasi pertama (Gl)
dilakukan secara fullsib sebanyak lima pasang pada masing-masing
strain. Pada generasi kedua (G2) dilakukan secara full diallele crosses
pada tiga level salinitas dan menghasilkan 27 genotipe. Larva hasil dari
persitangan tersebut dipelihara pada bak kerucut dengan menggunakan
sistem air jemih dengar! satinitas 12-1 5%0. Pascalarva yang di hasilkan dari masing-masing persilangan dibesarkan di tambak pada tiga salinitas kontrol, l a , 15% selama lima bulan. Selanjutnya
udang
yang sudah dewasa diseleksi dan pelihara pada level salinitas masing-masing. Hasilyang diperoleh pada generasi pertarna (GI) mempedihatkan keragaan
bobot yang bervariasi pada 3 level salinitas. Genotipe GG tumbuh dengan baik pada salinitas O%O, genotipe MM tumbuh lebih baik pada salinjtas
la,
namun pada saOnitas 15%0 genotipe BB memiliki pertumbuhan yang paling baik. Pada generasi kedua diperoleh 27 genotipe dari hasil fulldiallele crosses. Setela h melalui program sele ksi, keragaan generasi
kedua (G2) menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada ketiga level
salinitas. Pada salinitas 15% genotipe MM mencapai pertumbuhan
tertinggi. Genotik MG dan BB tumbuh dengan baik pada salinitas 10%.
ABSTRACT
Wartono Hadie, Phenotypic plasticrty growth and reproduction traits of
Macrobrachiurn rosenbergji from Musi, Barito and GlMacro strains in different salinity levels for producing
new
variety candidates. Supervisor :Kornar Sumantadinata, Ronny Rachman Noor, Subandriyo. and Odang Carman.
A phenotypic plasticity study was conducted in order to overcome such
non
optimal growth rate of giant freshwater prawn in the brackish water. The expression of phenotypic plasticity genes of growth rate cant>e
expected to improve their growth rate. This study was conducted using a factorial design. The first factor was strain consist of three levels, i.e. Musi (MM) Barito (BB and GlMacro (GG). The second factor was salinity consist of three levels, i.e. 0, 10 and
t
5%. For each strain, five fullsib mating were conducted in order to produce the first generation (GI). At the second generation, full diallele crosses were conducted at three different salinity levels and produced 27 genotypes. Larvae were maintained at cone containerusing
fresh water system contained 12-15s salinity level. The post larvae then were reared at growing pond that contained three different salinity levels (0, 10 and 15%0) for five months. The adults prawn then were selected and maintained at the same salinity level. There was high variation in body weight in three different salinity levels. GG straingrows
well at 0% salinity. On the other hand, MM grow better at 1%salin'w level. However, at 15%0 salinlty level, the BB stains grow the best. In the second generation, 27
genotypes
were produced from full diallele crosses. After selection, the body weight increase at all salinity levels. At15%0 salinity level, the hAM
reaches
the highest growth. On the other hand,PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan
dalam disertasi saya yang be judul :
KELENTURAN FENOTlPlK (PHENOTYPIC PLASTICITY) SlFAT
PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSl UDANG GALAH (Macrobrachiurn rosenbergio STRAIN SUNGAl MUSI, BARITO, DAN GIMacm PADA
BERBAGAI TINGKAT SALlNlTAS SEBAGAI KANDIDAT
PEMBENTUKAN VARIETAS BARU
Adalah gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan
bimbingan Komisi Pembimbing kecuali yang dengan
jelas
ditunjukkanrujukannya.
Disertdsi ini belum perhah diajukan untuk memperoleh gelar pdda
progtah sejenis di Perguman
f
inggi lain. Sernua data dan informasi yangdigunakan klah dinyatakan dengan
jelas
dan dapat diperiksakebenarannya.
Bogor, Januari, ?005
KELENTURAN
FENOTlPlK
(PHENOTYPIC
PLASTICIP/)SlFAT
PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI UDANG GALAH
(Macrobrachiurn rosenbergio
STRAIN
SUNGAI MUSI,
BARITO, DAN
GIMacm
PADA BERBAGAI
TINGKAT
SALINITAS SEBAGAI KANDIDAT PEMBENTUKAN
VARlETAS
BARU
Oleh
Wartono Hadie
AIR P i 9600005DISERTASI
Sebagai
salah
satu syaratuntuk memperoleh
Gelar Doktor
pada
Sekolah
Pascasajana
lnstitut
Pertanian 8ogor
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Disertasi : Kelent uran Fenoti pi k (Phenotypic Plasticity) Sifat
Pertumbuhan dan Reproduksi Udang Galah
(Macmbrachium rosenbergii) Strain Sungai Musi, Barito, Dan GlMacro Pada Berbagai Tingkat Salinitas Sebagai Kandidat Pembentukan Varietas Baru
Nama Mahasiswa : Wartono Hadie Nomor Pokok : P19600005
Program Studi : llmu Perairan
Menyetujui
p r a . - K o m a r Sumantadinata MSc
etua
d
. r. Ronny achman Noor. MRur.Sc Dr. Ir. Subandrivo, MSc. APU
Ang g ota Anggota
Dr. Ir. Odana Caman. MSc.
Anggota
2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana llmu Perairan
RIWAYAT HIDUP
Wartono Hadie, adalah generasi pertama dari pasangan bahagia Tomo Sentono Hadi dengan Diyani, dilahirkan pada tanggal 13 Mei 1958 di Wonosari Yogyakarta. Penulis menikah dengan ljes
Emmawati,
rekanseprofesi dan mewariskan seperangkat gen kepada Dyah Rhetno Wardhanni dan Adhityo Kuncoro Hadie.
Pada usia sekolah penulis dapat menikmati pendidikan SD di Sawahan dan lulus pada tahun 1971. Pendidikan SMP Negeri di Playen diselesaikan pada tahun 1974. Sekoiah Usaha Perikanan Menengah Negeri di Bogor diselesaikan pada tahun 1977. Pada tahun 1979 menjadi mahasiswa Universitas Nasional Jakarta pada fakultas Biologi, Bachelor of Science (BSc) diperoleh pada tahun 1984, dan sarjana penuh (Drs) diperoleh t 986. Pada tahun 1995 rnelanjutkan pada Program Studi Biologi Konservasi, Universitas Indonesia clan tutus sebagai Magister Sains (MSI) pada tahun 1997. Akhirnya pada tahun 2000 pemerintah melalui Program
Pembinaan Sumberdaya Manusia Badan Litbang Pertanian
mengalokasikan dana melalui Proyek PAATP untuk melanjutkan studi pada Program Studi llmu Perairan lnstitut Pertanian Bogor.
Karier sebagai peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (sekarang Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar) diawali dari tahun 1986 dan mengkhususkan pada komoditas udang galah. Karena keja tirn
yang bagus, maka sebagai puncaknya pada tahun 2001 Departernen
di beri nama GlMacro (Genetic improvement of Macrobrachiurn
rosenbergit). Hasil ini merupakan karya terbesar saya yang dapat kami
persembahkan kepada Negara.
...
KATA PENGANTAR
Hasil penelitian yang dituangkan dalam disertasi ini dirnaksudkan
untuk membentuk galur udang galah yang mempunyai kelenturan
fenatipik terhadap salinitas. Galur tahan salinitas ini diharapkan dapat dilanjutkan untuk membentuk suatu varietas udang galah yang mampu
tumbuh dengan baik pada kedua lingkungan perairan tawar maupur;
lingkungan payau (tambak). Dengan menggunakan tiga strain dari Sungai
Barito, Musi dan GIMacro, dan persilangannya dihasilkan kandidat galur unggulan pembentuk varietas lentur terhadap salinitas.
Berhasilnya penelitian dalam
membentuk populasi
dasar sebagaikandidat pembentukan varietas baru udang galah ini adalah atas
kerja
keras dari Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc, sebagai Ketua
Komisi Pernbimbrng, Dr. Ir. Ronny Rachman
Noor,
M.Rur,Sc., Dr.Ir.
Subandriyo MSc, APU., Dr. Ir. Odang Caman, MSc, masing-masing
sebagai anggota komisi pernbimbing. Hanya ucapan terima kasih tidak
terhingga yang dapat saya sampaikan atas kerja keras, dalam
membimbing, mengarahkan, rnengoreksi, memberikan nasehat,
mengasuh dan membekali ilmu sehingga saya telah tayak menyusun
disertasi ini.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada mendiang ayahanda
pemilik gen kerendahan hati, kelemahlernbutan, dan ketegaran, dan
lbunda yang terus menerus rnemberikan senyum semangat kepada saya, dan sernua ha1 baik yang sangat saya butuhkan
yang
semuanya
tersedia,kepada Dra. Lies Emmawati Hadie, MSi, APMd, wanita cantik nan tangguh yang saya cintai, dan penerus gen-gen saya Dyah Rhetno Wardhanni, S.Kom. dan Adhityo Kuncoro Hadie yang dengan sukarela dail ceria
yang
selalu membantu saya dalam seluruh proses studi ini.Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Pemerintah melalui Proyek PAATP, Pimpinan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk
mendapat Beasiswa. Saya juga mengucapkan banyak terirna kasih kepada Pimpinan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar karena memberi kesempatan untuk rnenempuh studi tersebut baik secara rnoril maupun materiil. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pimpinan PT Cahaya Windu yang telah memberi fasilitas yang cukup kepada saya untuk melakukan penelitian hingga selesai. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Johan K. Wdaya, Bpk. Hengky, Bpk. H. Kaswandi, Bpk. Ir Eko Satrio, semua staff dan Teknisi PT Cahaya Windu di Betok Mati.
Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada rekan satu Tim Udang galah Dra. lrin lriana Kusmini dan Setiyadi yang secara tulus membantu saya lahir batin. Akhirnya atas bantlran ddh rasa simpati yang telah diberikan berbagai kalangan bagi terlaksananya penelitian dan sampai selesainya tulisan ini, saya hanya dapat mengucapkan banyak terima kasih
KELENTURAN FENOTIPIK (PHENOTYPIC
PUS77Cl7Y)
SPAT PERTUMBUHAN
DAN REPRODUKSI UDANG GALAH
(Mambachiurn mienberg#]
STRAIN SUNGAI MUSI,
BARITO, DAN
GlMhcm
PADA
BERBAGAI TINGKAT
SAL1NlfAS SEBAGAI KANDIDAT PEMBENTUKAN
VARIETAS BARU
- . --.
- 'Wartono Hadie, Kelenturan Fenotipik (phenotypic plasticity) Sifat
Pertumbuhan dan Reproduksi Udang Gala h (Macrobrachiurn
rosenbergil)
Strain Sungai Musi, Barito, dan GlMacro Pada Berbagai Tingkat Salinitas Sebagai Kandidat Pembentukan Varietas Baru. Dibimbing oleh : Komar
Sumantadinata sebagai ketua; Ronny Rachman Nmr, Subandriyo, dan
Odang Carman masing-masing sebagai anggota.
Penelitian kelenturan fenotipik dilakukan untuk mengatasi masalah pertumbuhan udang galah yang tidak optimal pada lingkungan
bersalinitas. Ekspresi
gen
yang rnengatur kelenturan karakterpertumbuhan tersebut diharapkan dapat memperbaiki keragaan
pertumbuhan udang galah yang dipelihara di air payau. Penelitian ini
dirancang dengan menggunakan pola faktorial. Faktor pertama adalah
strain yang terdiri dari tiga yaitu Sungai Musi (MM), Barito (8B), dan GlMacro (GG). Faktor kedua adalah tiga level salinitas yaitu &, 10960, dan 15%0. Perkawinan untuk memperoleh generasi pertama (Gl)
dilakukan secara fullsib
sebanyak
lima pasang pada masing-masingstrain. Pada generasi kedua (G2) dilakukan secara full diallele crosses pada tiga level salinitas dan menghasilkan 27 genotipe. Larva hasil dari
persilangan tersebut dipelihara pada bak kerucut dengan menggunakan
sistem air jernih dengar! satinitas 12-15%0. Pascalarva yang dihasilkan dari masing-masing persilangan dibesarkan di tambak pada tiga salinitas kontrol, I&, 15% selama lima bulan. Selanjutnya
udang
yang sudah dewasa diseleksi dan pelihara pada level salinitas masing-masing. Hasil yang diperoleh pada generasi pertarna (GI) memperlihatkan keragaanbobot yang bervariasi pada 3 level salinitas. Genotipe GG tumbuh dengan baik pada salinitas O%O, genotipe MM tumbuh lebih baik pada salinitas I%, namun pada saiinitas 15%0 genotipe BB memitiki pertumbuhan yang paling baik. Pada generasi kedua diperoleh 27 genotipe dari hasil full
diallele crosses. Setelah melalui program seleksi, keragaan generasi
kedua (G2) menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada ketiga level
salinitas. Pada salinitas 15% genotipe MM mencapai pertumbuhan
tertinggi. Genotik MG dan BB tumbuh dengan baik pada salinitas 10%.
Heritabilitas kelenturan untuk genotipe BB adalah 0.057% 0.8, GG adalah
0.069% 0.53, dan genotipe MM sebesar 0.1242 Q52. Daya gabung
khusus
(SCA) maupun resiproknya yang tertinggi ditunjukkan oleh genotipe GM dengan nilai 0.57 dan 3.99. Persilangan Musi betina dan Barito jantan (MB) menghasilkan heterosis terbaik pada salinitas 3 5%ABSTRACT
Wartono Hadie, Phenotypic plasticrty growth and reproduction traits of
Macrobrachiurn rosenbergi from Musi, Barito and GlMacro strains in different salinity levels for producing
new
variety candidates. Supervisor :Kornar Sumantadinata, Ronny Rachman Noor, Subandriyo. and Odang
Carrnan.
A phenotypic plasticity study was conducted in order to overcome such
non
optimal growth rate of giant freshwater prawn in the brackish water. The expression of phenotypic plasticity genes of growth rate can be expected to improve their growth rate. This study was conducted using a factorial design. The first factor was strain consist of three levels, i.e. Musi (MM) Barito (BB and GlMacro (GG). The second factor was salinityconsist of three levels, i.e. 0, 10 and
t
5%. For each strain, five fullsib mating were conducted in order to produce the first generation (GI). At thesecond generation, full diallele crosses were conducted at three different
salinity levels and produced 27 genotypes. Larvae were maintained at cone container
using
fresh water system contained 12-15s salinity level. The post larvae then were reared at growing pond that contained threedifferent salinity levels (0, 10 and 15%0) for five months. The adults prawn then were selected and maintained at the same salinity level. There was high variation in body weight in three different salinity levels. GG strain
grows
well at 0% salinity. On the other hand, MM grow better at 1% salin'w level. However, at 15%0 salinlty level, the BB stains grow the best. In the second generation, 27genotypes
were produced from full diallelecrosses. After selection, the body weight increase at all salinity levels. At
15%0 salinity level, the
hAM
reaches
the highest growth. On the other hand,the MG and BB can grdw well at 10% salinity level. Estimated heritability
of phenotypic plasticity of M y weight of BB genotype was 0.057
+
0.8; GG was0.069
2 0.53 and MM was 0. 1242
0.52. The highest specific cornbihlng ability (SCA) and reciprocalcrosses
were showed by GM with the values of 0.57 and 3.99, respectively. The cross of female of Musi andPERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan
dalam disertasi saya yang be judul :
KELENTURAN FENOTlPlK (PHENOTYPIC PfASTiC/TY) SlFAT PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI UDANG GALAH {Macrobrachiurn
rosenbergi~) STRAIN SUNGAl MUSI, BARITO, DAN GIMacm PADA BERBAGAI TINGKAT SALlNlTAS SEBAGAI KANDl DAT
PEMBENTUKAN VARIETAS BARU
Adalah gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan
bimbingan Komisi Pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya.
Disertdsi ini belum perhah diajukan untuk memperoleh gelar pdda
progtahl sejenis di Perguruan
f
inggi lain. SernLla data dan informasi yangdigunakan klah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.
Bogor, Januari, ?005
KELENTURAN
FENOTlPlK
(PHENOTYPIC
PLASTIC/P/)SIFAT
PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI UDANG GALAH
(Macrobrachiurn rosenbergiI)
STRAIN
SUNGAI
MUSI,
BARITO,
DAN
GlMacm
PADA BERBAGAI TINGKAT
SALINITAS SEBAGAI KANOIDAT PEMBENTUKAN
VARlETAS BARU
Oleh
Wartono
Hadie
AIR P i 9600005DISERTASI
Sebagai
salah
satusyarat
untu k memperoleh
Gelar
Doktor
pada Sekolah Pascasa jana
lnstitut
Pertanian 8ugor
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Disertasi : Kelent uran Fenoti pi k (Phenotypic Plasticity) Sifat
Pertumbuhan dan Reproduksi Udang Galah
(Macmbrachium rosenbergii) Strain Sungai Musi, Barito, Dan GlMacro Pada Berbagai Tingkat
Salinitas Sebagai Kandidat Pembentukan Varietas Baru
Nama Mahasiswa : Wartono Hadie
Nomor Pokok : P19600005
Program Studi : llmu Perairan
Menyetujui
Pr-omar Sumantadinata MSc etua
d
-
. r. Ronnv achman Noor. MRur.Sc Dr. Ir. Subandriyo, MSc. APU
Ang g ota Anggota
Dr. Ir. Odang Caman. MSc.
Anggota
2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana llmu Perairan
RIWAYAT HIDUP
Wartono Hadie, adaiah generasi pertama dari pasangan bahagia Tomo
Sentono Hadi dengan Diyani, dilahirkan pada tanggal 13 Mei 1958 di
Wonosari Yogyakarta. Penulis menikah dengan Lies Emmawati, rekan
seprofesi dan mewariskan seperangkat gen kepada Dyah Rhetno
Wardhanni dan Adhityo Kuncoro Hadie.
Pada usia sekolah penulis dapat menikmati pendidikan SO di Sawahan dan lulus pada tahun 1971. Pendidikan SMP Negeri di Playen
diselesaikan pada tahun 1974. Sekoiah Usaha Perikanan Menengah
Negeri di Bogor diselesaikan pada tahun 1977. Pada tahun 1979 menjadi mahasiswa Universitas Nasional Jakarta pada fakultas Biologi, Bachelor of Science (BSc) diperoleh pada tahun 1984, dan sarjana penuh (Drs) diperoleh t 986. Pada tahun 1995 melanjutkan pada Program Studi Biologi Konservasi, U niversitas l ndonesia dan lulus sebagai Magister Sains (MSL) pada tahun 1997. Akhirnya pada tahun 2000 pemerintah melalui Program
Pembinaan Sumberdaya Manusia Badan Litbang Pertanian
mengalokasikan dana melalui Proyek PAATP untuk melanjutkan studi
pada Program Studi llmu Perairan lnstitut Pertanian Bogor.
Karier sebagai peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (sekarang Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar) diawali dari tahun 1986 dan mengkhususkan pada komoditas udang galah. Karena keja tim
yang bagus, maka sebagai puncaknya pada tahun 2001 Departernen
Kelautan dan Perikanan mengesahkan hasil karya tim ini sebagai suatu penemuan baru di bidang perikanan yakni varietas baru udang galah yang
di beri nama GlMacro (Genetic Improvement of Macrobrachiurn
rosenbergiij. Hasil ini merupakan karya terbesar saya yang dapat kami
persembahkan kepada Negara.
...
KATA PENGANTAR
Hasil penelitian yang dituangkan daiam disertasi ini dimaksudkan
untuk membentuk galur udang galah yang mempunyai kelenturan
fenotipik tehadap salinitas. Galur tahan salinitas ini diharapkan dapat
dilanjutkan untuk membentuk suatu varietas udang galah yang mampu
klmbuh dengan baik pada kedua lingkungan perairan tawar maupuri lingkungan payau (tambak). Oengan menggunakan tiga strain dari Sungai
Batito, Musi dan GIMacro, dan persilangannya dihasilkan kandidat galur unggulan pembentuk varietas lentur terhadap salinitas.
Berhasilnya penelitian dalam membentuk populasi dasar sebagai
kandidat pembentukan varietas baru udang galah ini adalah atas kerja
keras dari 8apak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc, sebagai Ketua
Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Ronny Rachman
Noor,
M.Rur,Sc., Dr. It.Subandriyo MSc, APU., Dr. Ir. Odang Carman, MSc, masing-masing
sebagai anggota komisi pembimbing. Hanya ucapan terima kasih tidak
terhingga yang dapat saya sampaikan atas kerja keras, dalam
membimbing, mengarahkan, mengweksi, memberikan nasehat,
mengasuh dan membekali ilmu sehingga saya telah layak menyusun
disertasi ini.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada mendiang ayahanda pemilik gen kerendahan hati, kelemahlembutan, dan ketegaran, dan
kepada Dra. Lies Emmawati Hadie, MSi, APMd, wanita cantik nan tangguh yang saya cintai, dan penerus gen-gen saya Dyah Rhetno Wardhanni, S.Kom. dan Adhityo Kuncoro Hadie yang dengan sukarela dail ceria yang selalu membantu saya dalam seluruh proses studi ini.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Pemerintah melaiui Proyek PAATP, Pirnpinan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk mendapat Beasiswa. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada Pimpinan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar karena
memberi kesempatan untuk menempuh studi tersebut baik secara moril
maupun rnateriil. Saya juga mengucapkan terirna kasih kepada pimpinan PT Cahaya Windu yang telah memberi fasilitas yang cukup kepada saya untuk melakukan penelitian hingga selesai. Saya ucapkan terirna kasih kepada Bapak Johan K. Wgaya, 8pk. Hengky, Bpk. H. Kaswandi, Bpk. Ir Eko Satt-io, semua staff dan Teknisi PT Cahaya Windu di Betok Mati. Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada rekan satu Tim Udang galah Dra. lrin lriana Kusmini dan Setiyadi yang secara tulus membantu saya lahir batin. Akhirnya atas bantdan ddh rasa simpati yang telah diberikan berbagai kalangan bagi terlaksananya penelitian dan sampai selesainya tulisan ini, saya hanya dapat mengucapkan banyak terima kasih
...
LV
.
HASlL DAN PEMBAHASAN 444.1. Generasi Pertama (GI) ...
.
.
... 444.2. Generasi Kedua (G2j
...
46 4.2.1. Kelenturan fenotipik...
47...
4.2.1.1. Norma Reaksi(Reaction
Noms) 47...
4.2.1 .2.
Koefisien Variasi Bobot Badan 52...
4.2.1.3. lnteraksi Genotipe Lingkungan 56...
4.2.1 .4.
Pola Kelenturan Fenotipik 63...
4.2.1.5. Heritabilitas Kelenturan Fenotipik 66 4.2.1.6. Biaya Kelenturan Fenotipik danIrnplementasi~ya
...
69...
4.2.2. Keragaan Produksi dan Respons Seleksi 76...
4.2.2.1. Keragaan Produksi 76
...
4.2.2.2. Sintasan 78
...
4.2.2.3. Respons Seleksi 81
...
4.2.3. Daya Gabung Gen dan Heterosis 84...
4.2.3.1.
Daya GabungGen
84...
4.2.3.2. Heterosis 87
4.3. Kualitas Air
...
90V
.
SIMPULAN DAN SARAN...
91...
...
5.1. Sirnpulan
.-.
91...
5.2. Saran 92
...
DAFTAR TABEL
Teks
Perkawinan Udang Galah untuk Memperoleh Gj, Pemeliharaan Larva, dan Pembesaran pada Salinitas
O%O,
la,
dan 15%0 Masing Masing Menunjukkan Nomor Penanda, Nomor Bak Perneliharaan Larva dan...
Nomor Petak Pembesaran PL. 32
Variabel Kerja dan Cara Pengukuran untuk
...
Memperoleh Data Selama Penelitian Berlangsung 39 Rataan Bobot Badan Udang Galah GI Terseleksi dari
Strain Barito, Musi, dan GlMacro pada Salinitas
...
0% 1 a n 5 45
Hasil Analisis Sidik Ragam Dua Arah Koefisien Variasi (CV) dan Nilai Korelasi Spearman Antar
Genotipe Berpasangan pada Rataan Sifat Bobot Badan Udang Galah
G p
....
.
.
...
55Analisis Varian untuk Bobot Badan Udang Galah
Gp.
...
57 Heritabilitas Kelenturan h;/, dan Ragam Kelenturan...
Fenotipik Udang Galah G2
.
.
.
.
...
67Penurunan Bobot Badan Udang Galah G2 Sebagai
...
Respons Terhadap Salinitas 71
Jumlah Telur Udang Galah
G2
yang Dipelihara pada...
Salinitas
a,
la,
dan
1 5%0. 72Penurunan Bobot Udang Galah G2 Sebagai Respons Terhadap Penyimpanan lnduk pada
Salintas Berkda
...
74Rataan Eobot Badan Genotipe Udang Galah Gq dari Sembilan Genotipe
yang
Dipelihara pada Salinitas...
O%O, 10%, dan 45% 77
Sintasan Udang Galah
G2
(%) pada Salinitas...
1 2 Rataan Terseleksi, Heritabilitas, dan Respons
Seleksi dengan lntensitas Seleksi (i= 1.16) dari Karakter Bobot Badan pada 27 Genotipe yang Dipelihara dalam Media Salinitas O%,
10%0, dan 1 5%
...
8213 Nilai GCA (Diagonal), SCA (Matriks Atas), dan
Resiprok (Matriks Bawah) dari Rataan Genotipe
yang Dipelihara pada Semua Salinitas
...
.'...
8514 Nilai GCA (Diagonal), SCA (Matriks Atas), dan Resiprok
(Matriks Bawah) dari Genotipe yang Dipelihara pada
Salinitas O%, lo%, dan 1 5%
...
86 15 Nilai Heterosis (%H) dari Sembilan PersilanganAntar Strain pada Tiga Tingkat Salinitas
O%, lo%, dan 15%0
...
89DAFTAR GAMBAR
Halaman Teks
Diagram Aiir Permasatahan pada Program Seleksi
...
Udang Galah dan PengujiannyaDaur Hidup t l d a ~ g Galah dari Larva, Pasca Larva,
dan Dewasa. Garis Tidak Terputus Adalah 8atas Salinitas Optimum dan Garis Terputus Menunjukkan
...
Batas Toleransi di AlarnPenanda Lempeng Plastik Bemomor (Whxxx) dengan Benang Elastik yang Dilengkapi Jarum untuk
Memasukkan ke Dalam Otot Daging Udang Galah
...
Cara Pemasangan Penanda pada Tubuh Udang Galah,
Benang Oimasukkan
ke
Dalam Otot Daging dan...
PosisiNomor
Ada di Punggung.Petakan Tambak yang Disekat dengan Polinet
Menjadi 54 Petak yang Digunakan untuk Pembesaran Udang Galah. A: Petakan untuk Plot Salinitas, 8 : Satu Petak yang Dibagi menjadi 54 plot ... Skema Seleksi untuk Membentuk Populasi Dasar
Udang Galah dengan Sifat Kelenturan Terbadap
Salinitas. 1-5 Adalah Pasangan, % Adalah Pool untuk lndividu Terseleksi pada Kelompok Salinitas,
O-($, Adalah Ulangan
...
Bak Perkawinan Udang Galah untuk Membentuk GI...
Bak Kerucut untuk Pemeliharaan Larva Udang Galahyang Digunakan untuk Mcnghasilkan Pascalanra (PL) ... Petakan untuk Pembesaran Jwenil Udang Galah
...
di Tambak dalam Salinitas 0%, 10% dan 15%Perkawinan lnduk Hasil Seleksi yang Dilakukan dalam Hapa di Tambak untuk Membentuk
11 Norma Reaksi Rataan Bobot Badan Jantan dan Betina Sembilan Genotipe Udang Galah G2 pada Salinitas
O%o, I&, dan 15%0 ...
.
.
...
4812 Koefisien Variasi Bobot Badan Udang Galah G2
pada Salinitas O%Q,
lo%,
dan 15%0...
5313 Bobot Badan Udang Galah G2 Keturunan dari Induk yang Disimpan pada Saiinitas O%O, 10%; dan 15% yang
...
Dipeli hara pada Salinitas O%O 58
14 Bobot Badan Udang Galah G2 Keturunan dad lnduk yang Disimpan pada Salinitas O%o, 10%0; dan 15%0
yang Dipelihara pada Salinitas 10%
...
60 15 Bobot Badan Udang GalahG2
Keturunan dari lndukyang
Disimpan pada Salinitas O%O, 10%; dan 15%0 yang...
Dipelihara pada Salinitas 15% 61
16 Pola Kelenturan Bobot Badan dan Kematangan
Gonad Pertama Udang Galah G2 pada Tiga
Salinitas yang Berbeda
...
..
..
...
65 17 Perbandingan lndividu Udang Galah G2 JantanTerbesar pada Umur Lima Bulan yang Dipelihara
...
Pada Salinitas
a,
1 O%, 1 5%078
-
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman Teks
1 Komposisi Nuttisi Pakan Udang Gafah yang
Digunakan dalam Penelitian
...
1002 Rataan Populasi Udang Galah yang Berasal dari Tiga Strain Musi (MM), Barito (BB), dan GlMacro (GG)
...
pada Salinitas O%,lo%,
dan 15% 101 3 Data Rataan Bobot Udang Galah dari 27 Genotipe...
pada Populasi G2 103
4 Analisis Ragam Interaksi Genotipe dan tingkungan Sebagai Sumber Keragaman dalam Penghitungan
...
Heritabilitas Kelenturan hi,, Udang Galah. 108
5 Rataan Bobot Udang Galah Hasil Persilangan
...
Dua Arah. 109
6 ANOVA untuk Mengestimasi GCA, SCA, dan Resiprok
dad Rataan Bobot Udang Galah Berdasar Genotipe
...
...
I.
PENDAHULUAN
Fhecotypic plasticiiy (kelenturan fenotipi k) adala h kemampuan
individu untuk menghasilkan lebih dari satu macam performa (keragaan)
sebagai reaksi terhadap perubahan lingkungan. Keragaan ini dapat
berupa penrbahan morfologi, tingkah laku, dan atau status fisiologi. Sedangkan fenotipe didefinisikan sebagai keragaan suatu individu akibat ekspresi gen-gen yang dimilikinya pada lingkungan tertentu (Scheiner dan Lyman, 1989).
Ketika Schmalhausen tahun 1949 pertama kali memperkenakan
istilah kelenturan fenotipik banyak ilmuwan yang skeptis. Menurut
Schmalhausen, kelenturan fenotipik suatu individu dikendalikan oleh gen.
Pada era tersebut lebih
banyak
ilmuwan yang berpendapat bahwakelenturan fenotipik hanyalah bentuk ekspresi gen individu pada
lingkungan yang berbeda dan tidak ada gen khusus yang mengaturnya.
Namun, pada konferensi internasional genetika di Cold Spring Harbour 1965, Bradshaw dengan hasil penelitiannya pada tanaman mendukung
pendapat Schmalhausen (Noor, 2004).
Agar tidak te qadi perubahan ekstrim dan mengarah kepada evolusi yang independen, maka gen-gen kelentufan fenotipik bekeja merelokasi
sumber daya
yang
dimiliki individu tersebut,yang
mengakibatkanterjadinya perubahan keragaan atau &ngan kata lain individu tersebut
makhluk hidup termasuk manusia. Contoh paling mudah dari bentuk
kelenturan adalah perubahan tingkah laku seperti perubahan pola makan ternak dan ikan, apabila pakan yang diperlukan tidak tersedia, akan
mengurangi laju pertunbuhan dan menunda kematangan gonad atau
bentuk tubuh berubah sebagai strategi tehadap predator (Parson, 1997).
Di bidang petikanan fenomena kelenturan fenotipik membuka
peluang untuk mengembangkan kberapa komoditas yang mempunyai
potensi genetik yang has
untuk
dikembangkan di beberapa ekosistemyang ada yaitu ekosistem tawar, payau dan laut. Momentum dilepasnya
varietas baru udang galah (Hadie et al. 2001) dengan nama GIMacro
(genetic
improvement
of Macrobrachiurnrosen
bergiq di harapkan dapatmeningkatkan produksi udang galah hasil budidaya secara signifikan.
Habitat alami udang galah pada stadium pascalarva (PL) hingga dewasa adalah perairan tawar, sedsngkan pada stadia larva da berada di air payau. Stadium pascalarva hingga juvenil menempati habitat peralihan antara air payau ke air tawar. Hal ini berarti bahwa udang galah
mempunyai potensi genetik untuk hidup di air payau yang kemungkinan
besar bahkan seluruh siklus hidupnya. Potensi demikian perlu
dimanfaatkan secara baik dengan n~ernpertimbangkan potensi dan faktor-
faktor pendukung terekspresinya gen yang mengontrol ketahanan
terhadap salinitas.
Dengan terekspresinya gen kelenturan fenotipik terhadap salinitas, maka udang galah dapat secara bertahap dipelihara di tambak air payau
membantu manajemen budidaya udang galah yang efisien. Menurut New dan Singholkha (1985) manajernen budidaya akan lebih baik jika
menggunakan luasan kolam 2 1000 m2, sedangkan lahan demikian
merupakan kara kteristik pertam bakan air payau. Pertumbuhan udang
galah di air payau belum optimal dan masih berada di bawah rataan
pertumbuhan udang galah yang dipelihara di air
tawar.
Walaupundemikian budidaya di tambak dapat dilakukan (Hadie dan Hadie, 2003). Ketahanan udang galah pada salinitas yang relatif tinggi pada
umumnya kurang baik sehingga mengakibatkan kematian bahkan
mencapai 50% (Sandifer et a/. 1975 ). Demikian pula dengan
pertumbuhannya juga lebih rendah dibanding dengan udang yang
dipelihara di kolam air tawar (Hadie et al. 2001). Hal ini karena kemampuan gen yang mengatur regulasi osrnotik M u m terekspresi,
sehingga regulasi osmotiknya memerlukan cadangan energi yang tinggi
dan alokasi energi untuk pertumbuhan menjadi kurang. Masalah demikian akan teratasi jika gen kelenturan telah terekspresi, sehingga perubahan
salinitas yang dihadapi di habitatnya tidak lagi menjadi stresor lingkungan.
1.2. Permasalahan
Masalah
yang
teridentifikasi pada sistem budidaya udang galah di air payau adalah belum terekspresinya gen kelenturan fenotipik terhadapsalinitas sehingga pertumbuhan larnbat dan
sintasan
yang rendah.Terekspresinya gen kelenturan terhadap salinitas diharapkan dapat
payau. Hal ini dikarenakan kemampuan
gen
yang mengatur regulasiosrnotik dalam salinitas belum terekspresi, sehingga regulasi osmotiknya
memerlukan cadangan energi yang tinggi dan alokasi energi untuk
pertumbuhan menjadi kurang. Masalah demikian akan
teratasi
jika genkelenturan dapat terekspresi. sehingga perubahan salinitas yang dihadapi di habitatnya tidak tagi menjadi stresor lingkungan.
Domestikasi udang galah yang sudah berlangsung hingga saat ini dilakukan dengan tujuan untuk pengem bangan di perairan tawar. Namun demikian udang galah dalam siklus hidupnya mempunyai stadium lawa yang hidup pada air payau dan ini diduga sebagai potensi gen toleran salinitas. Tingkat adaptasi terhadap salinitas pada stadium pascalarva
untuk pembesaran di tambak air payau merupakan masalah bagi
budidaya (Sandifer et al. 1975) karena kematian juvenil selama adaptasi dari tawar ke payau tersebut cukup tinggi.
Potensi lahan untuk budidaya ikan di kolam air tawar mencapai 83.526 ha untuk berbagai jenis ikan air tawar, termasuk di antaranya adalah
udang galah. Oleh karena ihr, lahan pengembangan udang galah dapat
diarahkan ke perairan payau (tambak) yang luas perairannya mencapai 360.239 ha (Ditjen Perikanan, 2004). Jika 5% saja dari luas tambak dapat digunakan untuk budidaya udang galah maka tersedia lahan 18.01 1 ha. Dengan demikian varietas baru udang galah ini akan besar sekali
kontribusinya terhadap produksi nasional. Agar dapat berkembang
dengan baik pada perairan payau.
maka
gengen yang mengaturKeberhasilan dalam mengekspresikan
gen
dan keberhasilan dalampemuliaan udang galah menjadi varietas baru yang lebih lentur terhadap salinitas ini akan mendukung keberhasilan budidaya udang galah di
perairan payau. Hal ini merupakan terobosan besar dalam meningkatkan
prduksi udang nasional khususnya udang galah.
1.3. Perurnusan Masalah
Permasalahan yang perlu dipecahkan untuk pengembangan
udang galah di tambak adalah pertumbuhan dan sintasan udang galah
yang belum optimal di perairan payau. Dengan demikian dipertukan
variebs baru udang galah yang tahan terhadap salinitas dengan laju
pertumbuhan dan sintasan yang tinggi. Diagram alir permasalahan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1
Fungsi dari pembentukan varietas baru udang galah adalah :
y
=
f(X,
X2 X3.1 X3.2X4
)
di mana : X I
=
populasilstrainX2
=
pakanX3.1
=
salinitasX3.2 = kualitas air lainnya X4
=
populasi dasarTahap I
+
Y1=
f (X3.11X1, X2, X3.2)X3.1. = salinitas (O%O; 10%; 2%)
Tahap II
+
Y2 =f
(X3,,1&, XI, XZ, X3.2)Tahap l :
5
Populasi- strain
SR
Seleksi GR Pop. Dasar
Kual itas air GI
Tahap ll :
m
Populasi
1
2;.
1
Populasi
lentur
G2
!
-
R e s p s seleksi1
-
Laju perturnbuhani
-
Heritabililas KelenturanI
-
HeritabilitasGambar 1. Diagram Alir Permasatahan pada Program Sdeksi
Udang Galah dan Pengujiannya
1 A.Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk membentuk populasi kandidat udang
galah yang memiliki kelenturan fenotipik yang tinggi terhadap salinitas dan
mengevaluasi potensi genetik pada populasi dasar. Sedangkan manfaat
[image:156.582.99.512.73.460.2]dan sasaran penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menyediakan varietas baru udang galah dengan kelenturan yang tinggi terhadap salinitas.
1.5. Kerangka Pemikiran
(1). Konse~si. Kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan udang galah yang rendah dalam media air payau adalah karena belum terekspresinya gen kelenturan fenotipik terhadap salinitas. Hal ini akan mengakibatkan penggunaan energi yang cukup tinggi untuk regulasi osmotik pada saat
udang galah berada di dalam media yang tidak isotonis tersebut. Dengan demikian maka alokasi energi untuk perturnbuhan dan bertahan hidup
menjadi rendah. Keadaan yang tidak homeostatik (hipertonik atau
hipotonik) yang
melampaui
batas toleransi ini akan menjadi faktorpsmbatas atau sumber stres.
Konsep dasarnya adalah berdasarkan sikius hidupnya, udang galah yang sudah teradaptasi pada lingkungan perairan tawar ini masih mempunyai potensi kelenturan fenotipik pada salinitas tertentu dan dapat
dieksploitasi sehingga dapat rnengekspresikan gen-gen kelenturan yang
tahan terhadap salinitas. Apabila gengen kelenturan yang terekspresi dan
ditunrnkan kepada generasi berikutnya dan mempunyai respons seleksi,
maka ha1 ini dapat dimanfaatkan untuk rnembentuk populasi dasar udang galah. Populasi dasar yang mempunyai kelenturan ini dapat
Guna menstimulasi terekspresinya gen kelenturan, maka perlu
dilakukan pendekatan masalah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
Pertama, penggunaan salinitas berbeda sebagai media pemeliharaan
yaitu 0%,
lo%,
dan 15% untuk seluruh siklus dari larva hingga dewasa.Kedua, seleksi dilakukan terhadap udang galah yang bertahan hidup
dengan kriteria seleksi bobot badan pada salinitas yang berbeda. Ketiga, evaluasi heritabilitas (hZ) dad rataan sifat kelenturan terhadap sahnitas dilakukan dengan target kelenturan sifat pertumbuhan dalam salinitas pada generasi berikutnya yang juga membawa gen tersebut. Keempat,
kemajuan seleksi dari sifat yang telah diseleksi dibandingkan dengan
genotipe yang belum diseleksi yang meliputi : pertumbuhan, sintasan,
dan reproduksi.
(2). Prinsi~ dasar. Kemampuan adapbsi genotipe dikontrol oleh seperangkat gen yang kemudian dianggap sebagai potensi genetik setiap individu. Gen kelenturan dapat terekspresi setelah konbk lingkungan
secara permanen dalam seluruh siklus hidupnya. Munculnya gen
kelenturan ini juga akan diekspresikan pada generasi berikutnya yang
tercermin dalam nilai heritabilitas (h2). Seperangkat gen yang mengatur kelenturan ini akan terekspresi dengan adanya stimulasi salinitas, yaitu
jika udang galah
secara
terus menerus dipelihara dalam mediabersalinitas. Oengan demikian akan menjadi keunggulan galur udang
galah tersebut sebagai produk akhir dari penelitian ini. Penampaka11
1.6. Perurnusan Hipotesis
Jika seperangkat
gen yang
mengaturkelenturan
fenotipik terhadapsalinitas dapat terekspresi dalam populasi dasar dan mempunyai nilai
heritabilitas tinggi, maka respons seleksi kelenturan fenotipik secara
langsung akan memberikan
respons
yang positif, sehingga udang galahII TlNJAUAN PUSTAKA
2.1
.
Kelenturan Fenoti pik
(Phenotypic Plasticity)Kelenturan fenotipik adalah kemampuan suatu individu atau
genotipe untuk menghasilkan lebih dari satu atternatif bentuk morfologi,
status fisiologis dan atau tingkah laku sebagai respons terhadap
perubahan kondisi ling kungan (West-Ebehard, 1989; Noor, 2004). Sultan (1987) serta Taylor dan Aarssen (1988) mendefinisikan kelenturan fenotipjk sebagai variasi ekspresi fenotipe dari suatu genotipe sebagai respons terhadap kondisi lingkungan tertentu, dan dapat meningkatkan
kemampuan individu untuk tetap bertahan hidup dan bereproduksi pada
kondisi lingkungan tersebut. Seianjutn ya kelenturan fenotipik
menunjukkan seberapa besar variasi fenotipe suatu genotipe berdasarkan kondisi lingkungan yang berbeda.
Da!am kaitannya dengan aspek genetik, terdapat tiga teori utama
berkenaan dengan kelenturan fenotipik. Teori pertama menggambarkan
kelenturan fenotipik sebagai suatu sifat
yang
dikontrol deh gen-gen yangterletak
pada lokus yang k M a dengan gen-gen yang mengontrol rataan sifat pada lingkungan tertentu (Scheiner danLyman,
1989 dan 1991 ). Teori kedua menggambarkan kelenturan fenotipik sebagai suatu fenomena seleksi, untuk rataan sifat yang berbeda pada lingkungan yang berbeda (Via dan Lande, 1985; Via, 1993). Teori ketiga menggambarkan kelenturan fenotipik sebagai fungsi homosigositas dan mengasumsi kanmerupakan suatu fungsi menurun dari jumlah lokus heterosigositas (Gillespte dan Turrelli, 1989).
Kelenturan fenotipik sebagai salah satu rnekanisme adaptasi suatu organisme terhadap lingkungan yang beragam, hrgantung kepada :
(1) Genotipe yang mengontrol perkembangan organisme dan
mempengamhi norma reaksi. Ada dua kategori kontrol genetik dari kelenturan (Sclichting, 1986; Schlichting dan Levin, 1986, Jink dan Pooni, 1988; Scheiner dan Lyman 1989). (a) Sebagai kepekaan ale1 dimana
seluruh lokus gen diekspresikan datam setiap lingkungan. Setiap individu
mempunyai kepekaan ale1 yang berbeda yang merupakan penganrh
Langsung dari lingkungan (b) Kontrol regulator yaitu suatu kontrol dimana tidak semua lokus gen diekspresikan dalam setiap lingkungan. Ekspresi gen diatur melalui lokus regulator yang mengontrol ekspresi sejumlah
besar gen struktural melalui gen operator.
(2) Tekanan-tekanan yang dapat mempengaruhi arah evolusi dalam
lingkungan yang berbeda (Schlichting dan Piglim', 1995).
Pada umumnya suatu spesies hidup pada lingkungan yang berbeda sepanjang waktu dan atau tempat. Untuk tetap hidup pada
tingkungan yang benrariasi, suatu spesies harus secara fenotipe hams
fleksibel atau secara genetik bervariasi (Scheiner dan Goodnight, 1984).
Fleksibilitas individu adalah keadaan dimana individu tersebut dapat bertahan hidup dan bereproduksi pada lingkungan betvariasi
dengan
cararnengubah fenotipenya atau mempertahankan fenotipenya agar tetap
2.2. Heritabilitas
Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian
dari keragaman total yang diukur dengan ragam dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Heritabilitas dapat diperhitungkan
dalam dua konteks yakni dalam arb' luas dan daiarn arti sempit. Secara
luas, pengaruh genetik secara keseluruhan termasuk
semua
pengaruhgen, yaitu aditif, dominan dan epistasis.
Taksiran pengamh genetik aditif biasanya lebih penting dibanding pengaruh genetik total. Karena itu sekarang dalam pustaka dan penelitian tentang pemuliaan, istilah hen'tabilitas biasanya menunjukkan taksiran
bagian aditif dari ragam total fenotipik dan dituliskan sebagai
h2.
lstilah ini disebut heritabilitas dalam arti sempit. Untuk banyak tujuan dalam kegiatan genetik, nilai ini merupakan dugaan yang paling berguna karenamenunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dari seleksi untuk sifat tersebut dalam popuiasi dan antar generasi (Wawick et al. 1995).
Pengetahuan tentang besamya heritabil itas penting dalam
mengembangkan program seleksi d ~ n rnendesain perkawinan untuk ikan.
Pengetahuan ini mernberikan dasar untuk menduga besamya kernajuan
program seleksi. Wain itu mkmungkinkan para pemulia untuk membuat
suatu keputusan yang penting apakah biaya program seleksi sepadan dengan hasil
yang
diharapkan. Hal yang sangat erat dengan manfaatpenaksiran heritabilitas dalam membuat rencana pemuliaan ini adalah
kegunaannya untuk menaksir kemajuan genetik dalam bentuk respons
value) dari suatu individu. Nilai ini sangat praktis untuk membuat ranking calonalon induk yang akan diseleksi. Nilai pemuliaan secara definitif
diartikan sebagai kelipatan dua dari selisih antara perhrrnans anak yang be rjumlah banyak terhadap rataan populasinya apabila individu tersebut
dikawinkan secara -acak dan
semua
keturunannya dipelihara secaraseragam (Hardjosubroto, 1994; WaWck et al. 1995).
2.3. Heterosis
Heterosis adalah perbedaan antara rataan hasil keturunan dari suatu persilangan dengan rataan dari hasil tetuanya (Warwick et a/. 1995). Oalam suatu keadaan keturunan dapat melebihi rataan kedua tipe tetuanya dan dalam keadaan lain keturunan dapat melebihi rataan dari salah satu tetuanya, tetapi bukan kedua tipe tetuanya.
Pada umumnya heterosis dipenganrhi oleh efek dominan.
Pengaruh demi kian dapat digunakan untuk menjelaskan keragaan fenotipe dari hibrida yang dikontrol oieh beberapa faktor genetik. Faktor
tersebut adalah pengaruh gen matemallpaternal, heterosis individu
(specific combining abilrty), dan pengamh epistasis (Mukhe jee, 200 1 ;Tave, 1 986).
2.4. Daya Gabung Gen (combining ability)
menurut Falconer dan Mackay (1996) adalah suatu simpangan dad rataan semua persilangan yang dibentuk, sedangkan daya gabung khusus (specific combining ability / SCA) adalah i nteraksi antar persilangannya.
Untuk dapat menghitung daya gabung tersebut dapat digunakan desain
perkawinan dua ara h (diallele crossing) ataupun perkawinan terpola antara satu strain dengan sejumlah strain lainnya (top crossing).
Dengan hasil perhitungan demikian akan dlperoleh pendugaan
hasil suatu pola perkawinan tertentu. Dengan silang dua arah menurut
Singh dan Chaudhary (19771, dapat diperoleh dugaan potensi gen
masing-rnasing strain, kecendenrngan hasil persilangan antar strain
tertentu (SCA), maupun hasil dari persilangan antar strain secara umum (GCA).
2.5. Seleksi
Seleksi adalah suatu tindakan untuk mernilih ikan yang dianggap
rnempunyai mutu geneti k baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut serta
memilih ikan yang dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan tidak dikembangbiakkan lebih lanjut. Adapun dasar pemilihan dan penyingkiran yang dipakai adalah nilai pemuliaannya. Nilai pemuliaan ikan tidak tampak dari luar, yang tampak dan dapat diukur dari luar adalah fenotipenya. Sedang kan fenotipe sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, harus dilakukan
suatu pendugaan atau penaksiran terlebih dahutu terhadap nilai
Tepat tidaknya suatu program seleksi sangat bergantung kepada kecermatan dalam melakukan pendugaan atau penaksiran nilai pemuliaan. Kecermatan dari suatu seleksi bergantung kepada cara atau
metode yang digunakan. Oleh karena itu, hams dicari cam atau metode
yang paling baik agar kecermatan yang diperoleh sangat tinggi, sehingga
walaupun seleksi dilakukan atas dasar pendugaan, namun karena
pendugaan tersebut mendekati kebenaran maka hasilnya dapat
memenuhi sasaran (Warwick ef at. 1995).
Seleksi yang paling sederhana adalah seleksi massa atau seleksi individu, yaitu individu diseleksi atas dasar keragaannya sendiir. Pada
seieksi individu, dilakukan pemilihan terhadap individu-individu yang
mempunyai keragaan terbaik sesuai kriteria yang diinginkan. Untuk dapat rnelakukannya, biasanya keragaan dari ikan-ikan yang sedang di pilih disusun dan diurwtkan dari keragaan terbaik sampai yang tejelek atau
sebaliknya. Dengan demikian akan menjadi sangat mudah untuk memilih
ikan mana yang akan dipilih dan mana yang akan disingkirkan, yaitu
dengan mengambil suatu keputusan bahwa ikan dengan keragaan di atas
nilai tertentu adalah ikan yang terpilih, sedang yang berada di bawah nilai
tadi merupakan ikan yang hams disingkirkan (Hardjosubroto, 1 994).
Seleksi
keluarga adalah seleksi berdasarkan rataan suatu keluarga. Dalam seleksi keluarga ini dikenal dua macam metode seleksi yakni didalam keluarga (within
family)
dan d iantara keluarga(between family).
Seleksi antara keluarga adalah seleksi yang didasarkan pada rataanberikutnya. Sebaliknya seleksi di dalam keluarga didasarkan pada rataan sifat dari masing-masing individu dalam setiap kelompok keluarga. Pada metode seleksi ini setiap keluarga terwakili oleh individu terbaiknya untuk membentuk generasi berikutnya (Pane, 1993; Warwick et a/, 1995).
Kelenturan fenotipik merupakan fenomena yang relatif baru di bidang perikanan, baru dalam taraf pengetahuan tingkah laku dan belum mengarah kepada produk biologi, misalnya pada gastropods laut (Parsons, 1997), atau terhadap kerang air tawar (Jokela
dan
Mutikainen, 19951, dan sebagai biomonitoring pada udang tingkat rendah (Clarke, 1995) Jika kelenturan fenotipik dapat diasumsikan sebagai mekanisme adaptasi genotipe terhadap lingkungan yang beragam, maka ini dapat dianggap sebagai kepekaan alet sehingga seluruh lokus dapat diekspresikan dalam setiap lingkungan. ltulah mungkin yang mendasari Bachman dan Reolfs (1 995) untuk menyatakan bahwa kelenturan fenotipik ini menentukan efektivitas seleksi alam terhadap perbedaan sifat fenotipe yang dapat menyebabkan