• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan bungkil biji jarak pagar sebagai sumber protein pada ayam kampung dan kajian senyawa aktifnya terhadap Salmonella typhimurium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan bungkil biji jarak pagar sebagai sumber protein pada ayam kampung dan kajian senyawa aktifnya terhadap Salmonella typhimurium"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

SENYAWA AKTIFNYA TERHADAP

SALMONELLA

TYPHIMURIUM

YENNI YUSRIANI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Mayor Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak Pagar sebagai Sumber Protein pada Ayam Kampung dan Kajian Senyawa Aktifnya terhadap Salmonella typhimurium. Berdasarkan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2012

(3)

chicken and evaluation of its bioactive compounds on Salmonella typhimurium. Under Supervisor TOTO TOHARMAT, SUMIATI, ELIZABETH WINA and AGUS SETIYONO.

Source of vegetable protein for poultry feed is very limited and still rely on soybean meal. Therefore, alternative sources to replace soybean meal are required. One such ingredient is jatropha seed meal (JSM). The use of JSM in poultry ration is still limited since it is associated with the presence of anti nutritive and toxic compounds also the presence of shells that can not be digested by monogastric animals. The were 4 kinds of research theme which conducted to overcome the problem of JSM. The aim of first theme was to determine the best method of detoxification of JSM and to test the active compound in JSM as Salmonella typhimurium anti bacteria. From the research results it can be concluded that the detoxification JSM through both the autoclave heating or steaming can increase the nutritional value and lower the antinutrive a compund. However, it was found that JSM did not show any inhibition activity in vitro on Salmonella typhimurium. Phase II study was conducted to measure improving of the nutritional value of feed containing JSM was fermented. The study used twenty five chickens of 10 weeks old (20 chickens were given 5 test rations, 5 chickens to measure endogenous energy). It is concluded that the supplementation of fermented JSM with phytase and a mixture of cellulase and phytase gives a better effect in increasing metabolyzable energy. Phase III study was conducted to determine the performance, blood profile and histopathology of liver and kidney. One hundred sixty chickens of 3 weeks old were used in this experiment arranged in a Complete Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. It can be concluded that the fermented treatment JSM supplemented with cellulase and phytase produced performance, blood profil and liver and kidney histopathology similar to the control treatment JSM unfermented. The objective of phase 1V study was to determine the best level of fermented JSM in the ration that supplemented by cellulase and phytase to produce the highest performance of chicken. Two hundred seventy chickens of 3 week old were used in this experiment arranged in a Complete Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 6 replications. The results showed that body weight gains of chicken fed fermented JSM (7.5; 10 and 12.5%) with enzyme supplementation were more pronounced, (23.10%, 41.52% and 23.83%, respectively) compared those fed unfermented JSM. Up to level of 10%, fermented JSM did not show any negative effect on organ weight, blood profile, histopathology. Based on the research results, it can be concluded that fermented JSM with enzyme supplemented can be used up to 10% in the diet. The protein of fermented JSM with enzyme supplementation can replace protein of soybean up to 32.17% in chicken diet.

(4)
(5)

pada Ayam Kampung dan Kajian Senyawa Aktifnya terhadap

Salmonella

typhimurium.

Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT, SUMIATI, ELIZABETH WINA

dan AGUS SETIYONO

.

Sumber protein nabati untuk pakan unggas sangat terbatas dan masih

mengandalkan bungkil kedelai. Perlu dicarikan upaya sebagai alternatif bungkil

kedelai. Salah satu bahan tersebut adalah bungkil jarak pagar (BBJP). Penggunaan

BBJP pada ransum unggas masih sangat rendah, hal ini terkait dengan kandungan

serat dan keberadaan cangkang yang tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik

serta kandungan racun dan antinutrisi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1). mendapatkan metode detoksifikasi BBJP

terbaik yang dapat diaplikasi di tingkat peternak, (2). menguji senyawa aktif yang

terkandung dalam BBJP sebagai anti bakteri

Salmonella typhimurium,

(3).

meningkatkan nilai nutrisi pakan yang mengandung BBJP fermentasi dan 4).

mengetahui taraf optimum bungkil biji jarak hasil detoksifikasi dalam pakan yang

disuplementasi enzim terhadap performa ayam kampung.

Empat tahapan penelitian yang saling terkait telah dilakukan meliputi; 1)

Kandungan Nutrisi dan Antinutrisi serta Sifat Anti Bakteri BBJP yang Mendapat

Perlakuan Pemanasan sebelum Fermentasi, 2) Kombinasi Perlakuan Penggunaan

Bungkil Biji Jarak Pagar fermentasi dan Penambahan Enzim terhadap Energi

Termetabolis, Retensi N, P, Ca dan Serat Kasar Tercerna, 3) Pengaruh Pemberian

Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi yang Disuplementasi Enzim terhadap Performa,

Gambaran Darah serta Histopatologi Hati dan Ginjal Ayam Kampung, 4)

Penggunaan Berbagai Level Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi yang

Disuplementasi Selulase dan Fitase Terhadap Performa, Gambaran Darah serta

Histopatologi Hati, Ginjal dan Usus Ayam Kampung.

Penelitian tahap I untuk mengetahui metode detoksifikasi BBJP terbaik dan

menguji senyawa aktif yang terkandung dalam BBJP sebagai anti bakteri

Salmonella

typhimurium

. Penelitian terbagi tiga kegiatan. Kegiatan pertama yaitu: proses

detoksifikasi BBJP dengan autoklaf. Kegiatan kedua yaitu proses detoksifikasi BBJP

dengan pengukusan dalam waktu yang berbeda, yaitu 30; 45 dan 60 menit. Setelah

proses pemanasan dengan autoklaf atau pengukusan, dilanjutkan dengan proses

fermentasi menggunakan

Rhizopus oligosporus

. Kegiatan ketiga yaitu menguji

senyawa aktif BBJP segar secara

in vitro

. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa detoksifikasi BBJP melalui pemanasan baik secara autoklaf maupun

pengukusan dapat meningkatkan nilai nutrisi dan menurunkan antinutrisi serta tidak

ditemukan aktivitas anti

Salmonella typhimurium

pada BBJP secara

in vitro

.

(6)

fermentasi 5% + fitase 1000 FTU/kg; R4 = ransum + BBJP fermentasi 5% + selulase

20.000 U/kg + fitase 1000 FTU/kg. Peubah yang diamati meliputi EMS, EMSn,

EMM, EMMn, retensi Ca, P, N dan tercerna serat kasar. Dapat disimpulkan bahwa

BBJP fermentasi yang disuplementasi enzim fitase atau campuran selulase + fitase

memberikan efek yang lebih baik dalam meningkatkan energi termetabolis.

Penelitian tahap III bertujuan untuk mengetahui performa, gambaran darah

dan histopatologi hati dan ginjal yang mengandung BBJP fermentasi dan

suplementasi enzim selulase dan fitase pada ayam kampung. Sebanyak 160 ekor

ayam kampung umur 3 minggu digunakan dalam penelitian yang menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Ransum yang

digunakan sama seperti pada tahap 1. Peubah yang diamati meliputi performa, bobot

dan persentase karkas serta persentase berat organ dalam, gambaran darah,

histopatologi hati dan ginjal. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan BBJP fermentasi

yang disuplementasi selulase dan fitase menghasilkan performa, gambaran darah dan

histopatologi hati dan ginjal yang sama dengan perlakuan BBJP tanpa diolah dan

kontrol.

Tahap kegiatan 1V untuk mengetahui taraf BBJP fermentasi yang di

suplementasi enzim selulase dan fitase yang menghasilkan performans terbaik pada

ayam kampung. Penelitian menggunakan ayam berumur 3 minggu sebanyak 270

ekor. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan

dan 6 ulangan. Penelitian menggunakan ayam berumur 3 minggu sebanyak 270 ekor.

Ransum perlakuan yaitu : R0 = ransum tanpa BBJP + selulase 3200 U/kg + fitase

1000 FTU/kg; R1= ransum + BBJP 7,5 % tanpa diolah ; R2 = ransum + BBJP

fermentasi 7,5% + selulase 3200 U/kg + fitase 1000 FTU/kg; R3 = ransum + BBJP

fermentasi 10 % + selulase 3200 U/kg + fitase 1000 FTU/kg ; R4 = ransum + BBJP

fermentasi 12,5% + selulase 3200 U/kg + fitase 1000 FTU/kg. Pakan perlakuan

diberikan mulai ayam berumur 3 sampai 10 minggu. Peubah yang diamati meliputi

konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi, mortalitas, bobot dan persentase

karkas, organ dalam, gambaran darah, histopatologi hati, ginjal dan usus. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pertambahan bobot badan ayam yaitu

perlakuan BBJP fermentasi (7.5; 10 dan 12.5%) dan suplementasi enzim menjadi

lebih tinggi yaitu berturut-turut 23.10%, 41.52% dan 23.83% dibandingkan dengan

perlakuan tanpa diolah. Pemberian BBJP fermentasi sampai 10 % tidak menunjukkan

efek negatif terhadap organ dalam, gambaran darah dan histopatologi. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa BBJP fermentasi yang suplementasi enzim

dapat digunakan sampai taraf 10% dalam ransum. Protein BBJP bisa menggantikan

protein bungkil kedelai sampai 32.17%.

(7)

PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR SEBAGAI

SUMBER PROTEIN PADA AYAM KAMPUNG DAN KAJIAN

SENYAWA AKTIFNYA TERHADAP

SALMONELLA

TYPHIMURIUM

YENNI YUSRIANI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(9)

Judul Disertasi : Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak Pagar sebagai Sumber Protein pada Ayam Kampung dan Kajian Senyawa Aktifnya terhadap Salmonella typhimurium.

Nama : Yenni Yusriani

NRP : D162080061

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc Dr. Ir. Sumiati,M.Sc

Ketua Anggota

Dr. Elizabeth Wina, M.Sc drh. Agus Setiyono, MS,PhD

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc

(10)

PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR SEBAGAI

SUMBER PROTEIN PADA AYAM KAMPUNG DAN KAJIAN

SENYAWA AKTIFNYA TERHADAP

SALMONELLA

TYPHIMURIUM

YENNI YUSRIANI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Mayor Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(11)

dan kehendak- Nya disertasi ini dapat terselesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan terobosan baru mengenai diversifikasi produk dari bungkil biji jarak pagar sebagai sumber protein pengganti bungkil kedelai pada ransum ayam kampung. Disertasi ini memuat beberapa tahap penelitian yang saling terkait dan telah diterbitkan sebagian pada jurnal dengan judul artikel “ Kombinasi Perlakuan Penggunaan Bungkil Biji jarak pagar Terfermentasi dan Penambahan Enzim terhadap Energi Termetabolis, Retensi N, P, Ca dan Serat Kasar Tercerna “ telah diterbitkan pada Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Volume 16 Nomor 3 tahun 2011 hal 163-172.

Penelitian dan penulisan disertasi diselesaikan di bawah bimbingan, arahan, saran dan kerjasama yang sangat baik dari komisi pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Komisi Pembimbing yang terdiri dari : Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat M.Sc Agr, Dr. Ir. Sumiati, M.Sc, Dr. Elizabeth Wina, M.Sc dan drh. Agus Setiyono, M.S, Ph.D atas sumbangan pemikiran, waktu dan pengertian yang telah diberikan kepada saya. Semoga menjadi ilmu yang bisa bermanfaat bagi pengembangan karir saya selanjutnya dan berguna bagi para pembaca. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir Komang Gede Wiryawan dan Prof Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc, sebagai penguji pada Ujian Kualifikasi Tertulis dan Lisan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Pius Ketaren, M.Agr.Sc, Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr sebagai penguji pada Ujian Tertutup dan Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A. M.S, M.Sc sebagai Koordinator Program Studi Mayor INP. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Dadang, M.Sc, Dr. Ir. Maradoli Hutasuhut, M.Sc. MEc sebagai penguji pada ujian terbuka dan Dr. Idat Galih Permana, M.Sc Agr sebagai Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.

(12)

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Yayasan Toyota Astra atas bantuan dana penelitian.

Bantuan yang cukup banyak juga penulis rasakan selama pelaksanaan penelitian ini, oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan Staf Laboratorium Ilmu dan Nutrisi Unggas, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Terpadu serta Bagian Patologi FKH IPB atas dukungan dalam pelaksanaan penelitian. Secara pribadi penulis mengucapkan terima kasih kepada Triani Adelina, SPt, MP; Simel Sowmen, SPt, MP; Rusdimansyah, SPt, MSi; Ir. Widya Hermana, MP; Iwan Prihantoro, SPt, MP; Ir. Iwan Herdiawan, MSi; Ir. Irma Badarina, MP; Ir. Ermin Widjaja, MP; Dwi sisriyenni, S.Pt; Sari, SPt, Afni, SPt, MSi; Rahmanita; Mas Supri; Bu Lanjarsih; Mas Bangkit; Mbak Nila; Mbak Eka yang telah memberi dorongan dan semangat untuk penyelesaian studi. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman petugas belajar Litbang atas bantuan dan kebersamaannya, khususnya teman-teman dari BPTP NAD.

Dorongan moril dan materiil sangat penulis rasakan dari keluarga, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada Ayahnda H. Yakub Hasan, SH (Alm) dan Ibunda tercinta Hj. Sawiyah serta Bapak dan Ibu mertua H. Razali (Alm) dan Hj. Nuraini serta saudaraku ( Mariani, SPd/Drs. Anwar (Alm); Dra. Nuraini/Drs. Imran Daud; Ir. Hasan Basri, Sp 1, MT, MSi/Ir. Setyo Budi Rahayu, Sp 1,MT; Sofiati, SPd/Ben Yamin, SE; Nurlali, SH,SP/Samsul Bahri, SE, Rahmad Fadli, SE, MSi/Idawanni, SP; Dr. drh. Mustafa Sabri, MP/Ir. Safrida, MSc; Ir. Fauzi, MT/ Ir. Rosmayanti; Bambang Yusri, ST, MT/Cut Sinta Mayasari, SE; Nyak Dewan/Liswati; Nyak Mukhlis; Nyak Husnizar (Alm)/Herlis).

(13)

yang akan datang.

Bogor, Oktober 2012

(14)

Aceh Darussalam, anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara pasangan dari (Alm) Bapak H. Yakub Hasan, SH dan Ibu Hj. Sawiyah. Menikah dengan Muhibbuddin, S. Hut, M.P dan Alhamdulillah dikaruniai dua orang putra; Nasywa Marchia Nathania dan Muhammad Abqary Zaky.

(15)

xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Balakang... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Ruang Lingkup Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Klasifikasi Jarak Pagar ... 5

Potensi Bungkil Biji Jarak untuk Pakan ... 6

Upaya Penurunan Racun dan Antinutrisi Bungkil Biji Jarak Pagar 11

Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak sebagai Bahan Pakan Ternak .... 15

Kendala Pemanfaatan Bungkil Jarak di Indonesia ... 19

Ayam Kampung ... 19

KANDUNGAN NUTRISI DAN ANTINUTRISI SERTA SIFAT ANTI BAKTERI BBJP YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN SEBELUM FERMENTASI ... 22

Abstrak ... 22

Abstract ... 22

Pendahuluan ... 23

Bahan dan Metode ... 24

Hasil dan Pembahasan ... 26

Simpulan ... 32

Daftar Pustaka ... 33

KOMBINASI PERLAKUAN PENGGUNAAN BUNGKIL BIJI JARAKPAGAR TERFERMENTASI DAN PENAMBAHAN ENERGI TERMETABOLIS, RETENSI N, P, Ca DAN SERAT KASAR TERCERNA ... 36

Abstrak ... 36

Abstract ... 36

Pendahuluan ... 37

Bahan dan Metode ... 39

Hasil dan Pembahasan ... 43

Simpulan ... 52

(16)

xiii

HATI DAN GINJAL AYAM KAMPUNG ... 56

Abstrak ... 56

Abstract ... 56

Pendahuluan ... 57

Bahan dan Metode ... 58

Hasil dan Pembahasan ... 62

Simpulan ... 76

Daftar Pustaka ... 76

PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR FERMENTASI YANG DISUPLEMENTASI SELULASE DAN FITASE TERHADAP PERFORMA, GAMBARAN DARAH SERTA HISTOPALOGI HATI, GINJAL DAN USUS AYAM KAMPUNG ... 79

Abstrak ... 79

Abstract ... 79

Pendahuluan ... 80

Bahan dan Metode ... 81

Hasil dan Pembahasan ... 84

Simpulan ... 98

Daftar Pustaka ... 98

PEMBAHASAN UMUM ... 102

SIMPULAN DAN SARAN ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(17)

xiv

1 Potensi jarak pagar beberapa daerah di Indonesia ... 6

2 Komposisi senyawa anti nutrisi/racun pada bungkil ... 11

3 Perkembangan penelitian Detoksifikasi bungkil jarak pagar ... 13

4 Perkembangan penelitian bungkil biji jarak pagar pada ternak ... 17

5 Komposisi kimia BBJP tanpa diolah dan diproses dengan autoklaf dan difermentasi ... 27

6 Hasil analisis BBJP kontrol dan fermentasi melalui proses pengukusan ... 29

7 Kandungan asam amino BBJP kontrol dan yang diolah melalui pengukusan ... 30

8 Kandungan antinutrisi BBJP kontrol dan yang diolah melalui proses pengukusan ... 31

9 Aktivitas penghambat Salmonella dengan menggunakan metode sumur dan metode cakram ... 32

10 Kompisisi dan kandungan nutrisi pakan ayam kampung selama Penelitian ... 39

11 Komposisi premix setiap 1 Kg ... 41

12 Rataan energi termetabolis ( EMS, EMSn, EMM, dan EMMn) ransum yang di uji pada ayam kampung umur 10 minggu ... 45

13 Rataan retensi nitrogen pada ayam kampung umur 10 minggu 47

14 Rataan retensi fosfor pada ayam kampung umur 10 minggu ... 49

15 Rataan retensi kalsium pada ayam kampung umur 10 minggu ... 50

16 Rataan kecernaan serat kasar pada ayam kampung umur 10 minggu ... 51

17 Komposisi multivitamin vitastress (dalam 1 Kg) ... 60

18 Kandungan nutrien ransum komersil yang diberikan pada ayam (umur 0-3 minggu) ... 60

(18)

xv

21 Rataan persentase bobot organ dalam umur 7 dan 10 minggu ... 66

22 Rataan bobot hidup, bobot dan persentase karkas umur 7 dan 10 minggu ... 67

23 Gambaran darah ayam kampung umur 7 dan 10 minggu ... 70

24 Skor lesio organ dalam ayam kampung umur 10 minggu ... 73

25 Komposisi dan kandungan nutrien ransum ayam kampung selama penelitian... 83

26 Performa ayam kampung selama penelitian (umur 3-10 minggu) 85

27 Kandungan antinutrisi dalam ransum penelitian yang diberikan pada ayam ( umur 3-10 minggu)... 87

28 Rataan bobot hidup, bobot dan persentase karkas ayam kampung umur 10 minggu ... 88

29 Rataan persentase bobot organ dalam ayam kampung umur 10 minggu ... 90

30 Gambaran darah ayam kampung umur 3 dan 10 minggu ... 91

31 Skor lesio organ dalam ayam kampung umur 10 minggu ... 94

(19)

xvi

1 Lingkup dan rencana penelitian ... 4

2 Manfaat tanaman jarak pagar ... 7

3 Persentase buah jarak pagar ... 8

4 Struktur asam fitat ... 9

5 Struktur tetradecanoyl phorbol-13-acetate (TPA) ... 10

6 Gambaran histopatologis hati umur 10 minggu (perbesaran obyektif 20x). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) ... 74

7 Gambaran histopatologis ginjal umur 10 minggu (perbesaran obyektif 20x). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) 75

8 Korelasi konsumsi phorbolester dan mortalitas ... 87

9 Gambaran histopatologis hati umur 10 minggu (perbesaran obyektif 20x). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) ... 95

10 Gambaran histopatologis ginjal umur 10 minggu (perbesaran obyektif 20x). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) ... 96

(20)

xvii

Halaman

1 Histopatologi hati dan ginjal ... 115

2 Metode agar berlubang (Bintang, 1993) ... 115

3 Eksraksi BBJP segar ... 116

4 Analisis kandungan nutrien ... 117

5 Analisis aktivitas Tripsin Inhibitor , metode Smith et al , (1980) 117

6 Analisis Kadar fitat, metode yang dilakukan dimodifikasi di Balitnak ... 119

7 Total fenolik dan total tanin dengan metode Folin-Ciocalteu (Makkar, 2003). ... 119

8 Metode vanillin +H2SO4, Metode: Hiai (1976) ... 120

9 Analisis ragam Energi Metabolis Semu (EMS) umur 10 minggu ... 120

10 Analisis ragam Energi Metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) umur 10 minggu ... 120

11 Analisis ragam Energi Metabolis Murni (EMM) umur 10 minggu ... 120

12 Analisis ragam Energi Metabolis Murni terkoreksi nitrogen (EMMn) umur 10 minggu ... 121

13 Analisis ragam konsumsi Nitrogen umur 10 minggu ... 121

14 Analisis ragam ekskresi Nitrogen umur 10 minggu ... 121

15 Analisis ragam retensi Nitrogen (gram) umur 10 minggu ... 121

16 Analisis ragam retensi Nitrogen (%) umur 10 minggu ... 121

17 Analisis agam konsumsi P umur 10 minggu ... 122

18 Analisis ragam ekskresi P umur 10 minggu ... 122

19 Analisis ragam retensi P (gram) umur 10 minggu ... 122

20 Analisis ragam retensi P (%) umur 10 minggu ... 122

21 Analisis ragam konsumsi Ca umur 10 minggu ... 122

22 Analisis ragam ekskresi Ca umur 10 minggu ... 123

(21)

xviii

26 Analisis ragam ekskresi SK umur 10 minggu ... 123

27 Analisis ragam retensi SK (gram) umur 10 minggu ... 124

28 Analisis ragam retensi SK (%) umur 10 minggu ... 124

29 Analisis ragam konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian ... 124

30 Analisis ragam bobot awal ayam kampung umur 3 minggu ... 124

31 Analisis ragam bobot akhir ayam kampung umur 10 minggu .... 124

32 Analisis ragam pertambahan bobot badan selama penelitian 125

33 Analisis ragam konversi ransum selama penelitian ... 125

34 Analisis ragam organ dalam bobot jantung umur 7 minggu ... 125

35 Analisis ragam organ dalam bobot hati umur 7 minggu ... 125

36 Analisis ragam organ dalam bobot limfa umur 7 minggu ... 125

37 Analisis ragam organ dalam bobot ginjal umur 7 minggu ... 126

38 Analisis ragam organ dalam bobot gizzard umur 7 minggu 126

39 Analisis ragam organ dalam bobot pankreas umur 7 minggu ... 126

40 Analisis ragam organ dalam bobot jantung umur 10 minggu ... 126

41 Analisis ragam organ dalam bobot hati umur 10 minggu ... 126

42 Analisis ragam organ dalam bobot limfa umur 10 minggu... 127

43 Analisis ragam organ dalam bobot ginjal umur 10 minggu ... 127

44 Analisis ragam organ dalam bobot gizzard umur 10 minggu .... 127

45 Analisis ragam organ dalam bobot pankreas umur 10 minggu ... 127

46 Analisis ragam bobot hidup umur 7 minggu ... 127

47 Analisis ragam bobot karkas umur 7 minggu ... 128

48 Analisis ragam persentase karkas umur 7 minggu ... 128

49 Analisis ragam bobot hidup umur 10 minggu ... 128

50 Analisis ragam bobot karkas umur 10 minggu ... 128

51 Analisis ragam persentase karkas umur 10 minggu ... 128

52 Analisis ragam gambaran darah eritrosit umur 7 minggu ... 129

(22)

xix

56 Analisis ragam gambaran darah limfosit umur 7 minggu ... 129 57 Analisis ragam gambaran darah heterofil umur 7 minggu ... 130 58 Analisis ragam gambaran darah monosit umur 7 minggu ... 130 59 Analisis ragam gambaran darah eosinofil umur 7 minggu ... 130 60 Analisis ragam gambaran darah eritrosit umur 10 minggu ... 130 61 Analisis ragam gambaran darah hematokrit/PCV

umur 10 minggu... 130 62 Analisis ragam gambaran darah hemoglobin umur

10 minggu... 131 63 Analisis ragam gambaran darah leukosit umur 10 minggu ... 131 64 Analisis ragam gambaran darah limfosit umur 10 minggu ... 131 65 Analisis ragam gambaran darah heterofil umur 10 minggu ... 131 66 Analisis ragam gambaran darah monosit umur 10 minggu... 131 67 Analisis ragam gambaran darah eosinofil umur 10 minggu ... 132 68 Analisis ragam skor lesio hispatologis organ hati

umur 7 minggu ... 132 69 Analisis ragam skor lesio hispatologis organ ginjal

umur 7 minggu ... 132 70 Analisis ragam skor lesio histopatologis organ hati

umur 10 minggu... 132 71 Analisis ragam skor lesio histopatologis organ ginjal

(23)

xx

82 Analisis ragam organ dalam bobot limfa umur 10 minggu... 135 83 Analisis ragam organ dalam bobot ginjal umur 10 minggu ... 135 84 Analisis ragam organ dalam bobot gizzard umur

10 minggu... 135 85 Analisis ragam organ dalam bobot pankreas umur

10 minggu... 135 86 Analisis ragam eritrosit umur 10 minggu ... 135 87 Analisis ragam hematokrit/PCV umur 10 minggu ... 136 88 Analisis ragam hemoglobin umur 10 minggu ... 136 89 Analisis ragam leukosit umur 10 minggu ... 136 90 Analisis ragam limfosit umur 10 minggu ... 136 91 Analisis ragam heterofil umur 10 minggu ... 136 92 Analisis ragam monosit umur 10 minggu ... 137 93 Analisis ragam eosinofil umur 10 minggu ... 137 94 Analisis ragam skor lesio histopatologis organ

ginjal umur 10 minggu ... 137 95 Analisis ragam skor lesio histopatologis

organ hati umur 10 minggu ... 137 96 Analisis ragam skor lesio histopatologis

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sub sektor peternakan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan perbaikan gizi masyarakat dan meningkatkan pendapatan peternak. Salah satu usaha peternakan yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah peternakan ayam kampung. Peningkatan produksi peternakan harus didukung dengan pengadaan pakan ternak yang berkualitas tinggi, tersedia dalam jumlah yang cukup, memiliki kontinuitas dan harga yang relative murah serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

Penyediaan pakan ternak unggas di Indonesia saat ini masih mengalami kendala, salah satunya adalah masih tingginya komponen bahan pakan import sebagai penyusun pakan.Hal ini secara langsung berimplikasi terhadap tingginya harga pakan pada peternak. Beberapa bahan baku pakan dapat dipenuhi dari dalam negeri, namun beberapa bahan lainnya terpaksa masih harus diimpor. Pada tahun 2010 impor kedelai sebanyak 4,61 juta ton, naik sekitar 970.000 ton dibanding 2009. Dari total impor itu, impor kedelai dalam bentuk bungkil kedelai 62,25persen (BPS, 2011).

(25)

berasal dari wilayah di Indonesia memiliki potensi yang setara dengan bungkil kedelai dan tidak ada kendala penggunaan secara in vitro.

Masalah pemanfaatan bungkil biji jarak pagar (BBJP) untuk pakan adalah penghilangan senyawa antinutrisi melalui detoksifikasi, biayanya cukup mahal dan belum tentu dapat diaplikasikan oleh petani/peternak di pedesaan. Diperlukan suatu cara untuk mengatasi efek racun dari BBJP agar aman dikonsumsi oleh ternak.

Proses detoksifikasi dengan pemanasan dapat menurunkan aktivitas curcin dan antitripsin (Makkar dan Becker, 1997;Aderibigbe et al. 1997; Aregheore et al 1998). Pengolahan dengan ekstraksi alkohol 92 % yang diikuti dengan pemanasan dapat menurunkan kadar phorbolester ke taraf yang dapat di toleransi ternak (0,09 mg/g) ( Aregheore et al, 2003). Upaya detoksifikasi BBJP yang dilakukan Despal et al. (2009) dengan pemanasan, pengolahan kimia mengunakan NaOH dan NaOCl dan penambahan anti tumor menggunakan kunyit berhasil mempertahankan kandungan nutrisi bungkil biji jarak dan menurunkan kandungan curcin. Detoksifikasi dapat juga dilakukan secara biologis diantaranya fermentasi yang merupakan kegiatan pengolahan bahan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai pemeran utama dalam suatu proses (Fardiaz, 1988). Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan nutrisi suatu bahan melalui biosintesis vitamin, asam amino esensial dan protein serta meningkatkan kualitas protein dan kecernaan serat yaitu dengan menurunkan kandungan serat kasar (Oboh, 2006).

Pengolahan secara biologis dengan cara menggunakan Rhizopus oligosporus dapat meningkatkan nilai nutrisi BBJP fermentasi, diharapkan dapat menurunkan racun curcin dan phorbolester (Sumiati et al. 2008).Rhizopus oligosporus mampu menghasilkan enzim protease yaitu enzim yang mampu merombak protein menjadi asam amino, sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi bungkil biji jarak pagar dan menjadi bahan baku yang bernilai tinggi

(26)

enzim selulase dan fitase diharapkan bisa menurunkan senyawa tersebut. Dengan demikian diperlukan teknologi tepat guna sehingga nilai nutrisinya yang ada dalam BBJP fermentasi akan meningkat.

Disamping mengandung racun, terdapat senyawa aktif yang terkandung dalam bungkil biji jarak yang potensial sebagai anti Salmonella, diantaranya saponin. Dalam jumlah tertentu, saponin tidak menjadi anti nutrisi bagi ternak, tetapi sebaliknya akan menjadi anti mikroba seperti Salmonella. Bakteri Salmonella ini sangat sering menyerang ternak unggas dan menyebabkan penyakit Salmonellosis, sehingga akan merugikan peternak. Di samping itu perlu pemanfaatan senyawa yang terkandung dalam bungkil biji jarak. Harapannya adalah, produktivitas ternak unggas meningkat dan terbebas dari bakteri Salmonella tanpa menggunakan antibiotic sintetis dalam pakannya, sehingga akan dihasilkan daging unggas yang sehat tanpa residu antibiotika dan aman dikonsumsi manusia.

Dengan ditemukannya metode detoksifikasi BBJP yang tepat, akan meningkatkan nilai guna dari BBJP, sehingga hasil ikutan yang awalnya sangat murah menjadi bahan pakan sumber protein bernilai tinggi. Disamping itu permasalahan penyakit Salmonella typhimurium yang sering terjadi sekaligus teratasi dengan pemberian BBJP dalam pakan.

Tujuan Penelitian

1.Menguji pakan perlakuan yang mengandung BBJP hasil detoksifikasi sebagai sumber protein

2. Mendapatkan metode detoksifikasi BBJP terbaik yang dapat diaplikasikan di tingkat peternak

3. Mengetahui taraf optimum dalam pakan yang disuplementasi enzim terhadap performa ayam kampung

(27)

Gambar 1 Lingkup dan Rencana Penelitian HASIL/KESIMPULAN

ANTI Salmonella typhimurium SUMBER PROTEIN

Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP)

Tujuan : Mengujisenyawa aktif yang terkandung dalam BBJP sebagai anti bakteri

Salmonella typhimurium Kombinasi perlakuan penggunaan

BBJPfermentasidan penambahan energi termetabolis, Retensi N, P, Cadan SeratKasarTercerna

Pengaruh Pemberian Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Yang Disuplementasi Enzim Terhadap Performa, Gambaran Darah Serta Histopatologi Hati Dan Ginjal

Ayam Kampung KandunganNutrisidan

Antinutrisi Serta Sifat Anti Bakteri BBJP

yangMendapatPerlakuanPeman asanSebelumFermentasi

Tujuan : meningkatkan nilai nutrisi pakan yang mengandung BBJP fermentasi

Tujuan : Mendapatkan metode detoksifikasi BBJP terbaik yang dapat diaplikasikan di tingkat peternak

Tujuan: Mengetahui taraf optimum BBJP fermentasi dalam

pakan yang disuplementasi enzim terhadap performa ayam kampung

Penggunaan Berbagai Level Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Yang Disuplementasi Selulase Dan Fitase Terhadap Performa, Gambaran Darah Serta Histopalogi Hati, Ginjal Dan Usus

Ayam Kampung

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Jarak Pagar

Jarak pagar (Jatropha curcas) telah lama dikenal masyarakat berbagai daerah di Indonesia.Tanaman ini mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5,0 – 6,5. Untuk tumbuh optimal, tanaman jarak memerlukan suhu berkisar antara 18°C - 30°C, ketinggian 0 - 2000 m diatas permukaan laut (dpl), curah hujan antara 300 mm - 1200 mm (Hariyadi, 2005).

Jatropha curcas Linn(jarak pagar) adalah tanaman multiguna yang berasaldari Meksiko dan Amerika Tengah, dan telah ditanam di daerah tropis Amerika,Afrika, dan Asia. Madagaskar, Dahomey (Benini) dan Kepulauan Tanjung Verde(Cape Verde Island) merupakan negara pengekspor produk tanaman jarak pagar.Tanaman ini dapat ditanam di daerah tropis, terutama di daerah lahan kritis.Tanaman ini membutuhkan curah hujan hingga 900-1.200 mm/tahun. Tanaman inidapat tumbuh hingga mencapai tinggi 8 m, dengan biji sebagai produk utamanyamengandung 55-60% minyak (Becker dan Makkar 2000).

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak ulung (Jatropha gossypifolia) dan jarak pagar (Jatrophacurcas). Klasifikasi jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) adalah :

(29)

Potensi Bungkil Biji Jarak untuk Pakan

Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti inilah yang menjadi bahan pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Hasil ekstraksi dari inti biji akan dihasilkan minyak jarak pagar dan bungkil sisa ekstraksi. Bungkil sisa ekstraksi bisa menghasilkan pupuk dan sebagai bahan pembangkit biogas yang produk akhirnya berupa biogas pengganti minyak tanah. Bungkil sisa ekstraksi ini juga setelah didetoksifikasi dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Berdasarkan catatan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Timnas BBN), tanaman jarak pagar dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Irian Jaya Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Produksi jarak pagar beberapa daerah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1Potensijarak pagar beberapa daerah di Indonesia

Daerah Penghasil Utama

Luas tanam (ha)

Produksi (pohon)

(ribu)

Produksi Biji(kg/poho

n/ tahun)

Bungkil Jarak/tahun*

Jawa Barat 3.374 8.435 29.522,5 19.189,63

Jawa Timur 3.465,5 8.663,75 30.323,13 19.710,03

Nusa Tenggara 2.677 6.692,5 23.423,75 15.225,44

Sumbawa 15.000 37.500 131.250 85.312,5

Kalimantan Tengah 10.025 25.062,5 87.718,75 57.017,19

Sulawesi Tengah 3.000 7.500 26.250 17.062,5

Total 37.541,5 93.853,75 328.488,1 213.517,3

Sumber: Kementerian Pertanian (2008), sudah diolah

(30)
[image:30.612.114.526.82.559.2]

Gambar 2 Manfaat tanaman jarak pagar (Guibitz et al.1998) Biji jarak mengandung protein dan minyak yangtinggi, cangkang pada umumnya terdiri dariserat dan lignin yang cukup tinggi. Oleh sebab itu,bungkil yang tercampur cangkang akan mempunyai nilai nutrisi yang lebih rendah karenakandungan lignin dan serat di dalam bungkil menjaditinggi. Bila cangkang dipisahkan dan minyakdikeluarkan, bungkil biji yang tersisa akan mengandung

Jarak pagar (Jatropha curcas Linn)

- Pengendalian erosi - Tanaman pagar

Kayu bakar

Pelindung tanaman

Daun

- Pengembangan ulat sutra - Obat obatan

- Zat anti radang

Lateks

- Protease penyembuh luka (Kurkina)

- Obat - obatan

Buah

Biji

- Insektisida - Pakan ternak

Kulit buah

- Material bakaran - Pupuk hijau - Produksi biogas

Cangkang biji - Material bakaran - Biogas

- Pupuk

Bungkil biji - Pakan ternak

(varietas non toksik)

(31)

protein yang tinggi (hingga 54%), sehingga memungkinkan bungkil biji digunakansebagai sumber protein (Makkaret al.1997).

Produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3,5- 4,5 kg biji/pohon/tahun. Pada tingkat populasi tanaman antara 2500-3300 pohon/ha,tingkat produktivitasnya antara 8-15 ton biji/ha.Apabila rendemen minyak sebesar 35% maka tiap hektar lahan dapat dihasilkan 2,5 ton/minyak/ha/tahun (Hariyadi 2005) dan bungkil biji jarak sekitar 5,2 – 9,75 ton/ha/tahun.Persentase dari buah jarak dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase buah jarak pagar Sumber : aMakkar dan Becker, 1997

b.Hariyadi, 2005

c. Becker dan Makkar, 2000

Ada beberapa senyawa anti nutrisi dalam bungkil biji yaitulektin, anti tripsin (trypsin inhibitor), saponin, fitat,phorbolester dan sebagainya (Makkaret al., 1998;Makkar dan Becker, 1998). Selain itu, ditemukan senyawa tanin yang dapat mengikat protein pakan atauenzim-enzim pencernaan sehingga kecernaan proteinpakan dan sistem pencernaan terganggu (Makkar 2003). Senyawa lektin adalah senyawa glikoproteinyang memiliki kemampuan untuk mengikat molekulyang mengandung karbohidrat pada lapisan epiteliumdari mukosa usus sehingga, lektin akan merusak viliusus, menghambat absorpsi nutrien, meningkatkankehilangan nitrogen endogenous (Fasinaet al. 2004).

Kulit luar (Husk) 28.9%a

Cangkang(Shell) 28.44 %a

Inti buah (Kernel) 42.66 %a

Minyak 23.43 %b Bungkil tanpacangkang

19.17c%b - Minyak

24.85 %c

(32)

Senyawa anti tripsin atau trypsin inhibitor dapatmenghambat kerja tripsin sehinggaakan mempengaruhi pencernaan protein di dalamternak. Senyawa lektin yang sudah diisolasi dari bungkil jaraksalah satunya disebut kursin (curcin) yang termasukkelompok toksalbumin. Saponin dapatmembentuk busa sehingga menyebabkan kembung.Saponin juga bersifat menghemolisis darah sehinggamerusak darah apabila terserap ke dalam peredarandarah (Winaet al.2005).

[image:32.612.168.475.467.660.2]

Selleet al. (2000) melaporkan ada senyawalain yaitu fitat yang dapat mengikat fosfor (unsur P)sehingga mengurangi ketersediaan mineral P.Menurut Ravindran et al. (1999), asam fitat adalah bentuk simpan utama dari fosfor dalam biji-bijian tanaman, terhitung sekitar 60-80% dari total fosfor. Molekul asam fitat mengandung mineral P yang tinggi, yaitu sekitar 28,8%. Karena pakan unggas sebagian besar terdiri atas bahan pakan nabati (terutama serealia), maka asam fitat sangat penting ditinjau dari segi nutrisi. Ravindran (1999) melaporkan bahwa di bawah kondisi pakan normal, P-asam fitat tidak tersedia untuk unggas, karena unggas miskin dengan enzim fitase untuk menghidrolisis asam fitat. Asam fitat juga mempunyai kemampuan untuk mengikat kation multivalen, termasuk Ca, Zn, Fe, Mg, Mn dan Cu. Kornegay et al. (1999) melaporkan bahwa asam fitat berpotensi untuk membentuk komplek dengan berbagai kation seperti Ca, Mg, Zn dan Cu. Struktur asam fitat disajikan pada Gambar 4.

(33)
[image:33.612.203.387.437.673.2]

Senyawa lainnya adalah phorbolester, yaitu senyawa dalamkelompok diterpenoid yang mempunyai ikatan esterdengan asam-asam lemak. Menurut Aregheore et al. (1998), phorbolester sebagai racun utama yang tidak mudah rusak oleh pemanasan, sehingga diduga penggunaannya dalam pakan ternak dapat menyebabkan kematian. Pemanasan sampai 160˚C selama 30 menit tidak dapat merusak phorbolester karena phorbolester merupakan racun yang stabil, akan tetapi phorbolester dapat dihilangkan dengan pengolahan secara kimiawi (Makkar dan Becker, 1997 b).Phorbolesterjuga mempunyai sifat sebagai pencahar, dan mengakibatkan iritasi kulit, mabuk, muntah serta diare yang dapat menyebabkan kematian pada tikus, ayam dan domba (Goel et al.2007). Struktur kimia phorbolester dapat dilihat pada Gambar 5. Phorbol ester merupakan ester dari tigliane diterpen. Komponen penting dari kelompoksenyawa ini adalah tiglian, suatu diterpen tetrasiklik yang memiliki gugus alkohol. Hidroksilasisenyawa ini dengan berbagai posisi dan jenis asam melalui ikatan ester menghasilkan sejumlah besar senyawa yang disebut phorbol ester (Goel et al. 2007). Terdapat dua kelompok phorbolyaitu α dan β yang dibedakan berdasarkan gugus OH pada cincin C. Yang termasuk β phorbolaktif yaitu TPA (4ß-12-O -tetradecanoylphorbol-13-acetate) dan PDBU (4ß-phorbol-12,13-dibutyrate).

(34)
[image:34.612.128.507.148.360.2]

Tabel 2 Komposisi senyawa anti nutrisi/racun pada bungkil

Senyawa anti nutrisi/racun

Jatropha curcas beracun (Nicaragua)

Jatropha curcas tidak beracun (Mexico) Bungkil

(minyak diekstrak)

Cangkang Bungkil (minyak diekstrak)

Cangkang

Total fenol (%)a 0,29 2,8 0,22 4,4

Tanin (%)a 0,03 2,0 0,02 2,9

Tripsin inhibitor (mg/g bungkil)

21,1 - 26,5 -

Lektin (dalam

bungkil)b 102 - 51 -

Saponin (% dalam bungkil) c

2,0 - 3,4 -

Fitat (% dalam bungkil )

10,1 - 8,9 -

Forbolester (mg/g biji) 2,17 - 0,11 -

Sumber: Makkar et al. (1998)

a = ekuivalen dengan asam tanat sebagai standar

b = jumlah minimum bungkil yang dibutuhkan untuk mengaglutinasi butir darah merah, semakin tinggi nilai artinya semakinrendah aktivitas lektin

c = ekuivalen dengan diosgenin sebagai standar - = tidak ada data

Nilai kosong berarti senyawa tersebut tidak ditemukan dalam bungkil atau cangkang

Upaya Penurunan Racun dan Antinutrisi Bungkil Biji Jarak Pagar Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar

Bungkil biji jarak pagar tanpa adanya pengolahan tidak dapat diberikan pada ternak. Oleh karena itu diperlukan pengolahan bungkil biji jarak terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak ( Aregheore et al. 2003). Ada beberapa cara detoksifikasi yang telah di lakukan peneliti di berbagai negara.

Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Secara Fisik

(35)

menghilangkan racun bungkil, tetapi tidak berhasil menurunkan kandungan senyawa antinutrisi dan racun bungkil biji jarak pagar (Martinez-Herrera et al,. 2006)

Phorbolester stabil terhadap pemanasan, dapat bertahan pada pemanasan diatas suhu 1600C selama 30 menit (Makkar dan Becker, 1997b). Phorbolesterdengan protein 68% dapat direduksi dari level 1,78 menjadi 0,09 mg/g dengan pemanasan 1210C selama 30 menit diikuti dengan pencucian 4 kali dengan metanol 92% (Aregheore et al., 2003). Curcin dapat dinonaktifkan dengan pemanasan basah pada suhu 1210C selama 30 menit dengan kadar air 66% (Aderibigbe et al, 1997; Aregheore et al, 1997). Lebih lanjut Aderibigbe et al, (1997) melaporkan, perlakuan pemanasan selain dapat mengurangi antinutrisi labil dapat pula meningkatkan kecernaan protein

Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Secara Kimiawi

Proses detoksifikasi bungkil biji jarak secara kimiawi dapat digunakan larutan basa seperti natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)

2) atau kombinasi larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan natrium hipoklorit (NaOCl). Penggunaan larutan NaOH 4% atau kombinasi dengan larutan natrium hipoklorit 10-25% dapat menghilangkan aktivitas lektin tetapi tidak mampu menurunkan kadar phorbolester(Aregheore et al, 2003). Ekstraksi lanjutan dengan metanol atau etanol dapat mengurangi kadar phorbolester dari 3,85 menjadi 0,08 mg/gram sampel ( Martinez – Herrera et al., 2006)

Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Secara Biologis

(36)

karena menurut Wink (1993),phorbolester terdapat pada lemak yang masih berada dalam bungkil biji jarak. Wina et al. (2009) melaporkan detoksifikasiBBJP dengan cara fermentasi menggunakan A. oryzae, mampu menguraikan lemak dan mengurangi senyawa antinutrisi asam fitat.

Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Kombinasi Secara Fisik dan Kimiawi Proses detoksifikasi secara fisik dan kimiawi tidak mampu menghilangkan senyawa antinutrisi bungkil biji jarak pagar, sehingga di perlukan kombinasi fisik dan kimiawi agar proses detoksifikasi menjadi efektif.Menurut Wina et al. (2009), detoksifikasi bungkil biji jarak dengan cara fisik dan kimiawi, hasilnya adalah perlakuan gabungan ekstrak heksan-metanol dan autoklaf merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain terhadap performan ayam dan tidak menyebabkan kematian.

Inhibitor tripsin dan lectin dalam BBJP bersifat tidak stabil dengan panas, sehingga racun tersebut dapat dihilangkan dengan perlakuan pemanasan. Sementara phorbolester tidak dapat dirusak dengan perlakuan pemanasan, karena racun ini bersifat stabil dalam panas dan tidak rusak dalam suhu pemanggangan (roasting) sekitar 160oC selama 30 menit. Racun dalam bungkil tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan kimiawi (Makkar dan Becker, 1997).

[image:36.612.133.514.546.712.2]

Rangkuman perkembangan penelitian yang sudah dilakukan dengan proses detoksifikasi terhadap bungkil biji jarak pagar (BBJP) dapat dilihat pada Tabel 3, topik perkembangan penelitian bungkil biji jarak pagar (BBJP) pada Ternak disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3 Perkembangan penelitian detoksifikasi bungkil biji jarak pagar No Jenis

detoksifikasi Jenis perlakuan Hasil penelitian Peneliti 1 Proses fisik Pemanasan 1000 C

selama 30 menit; pemasakan (disertai penguapan panas) selama 5 menit

Belum mampu menurunkan aktifitas lectin; namun pemasakan selama 5 menit mampu mendeaktivasi lectin

Wink (1993)

2 Proses fisik Pemanasan basah pada suhu 1210C selama 30

menit dengan kadar air 66%

Curcin dapat dinonaktifkan

Aregheore et al. (1997).

(37)

antinutrisi labil dapat pula meningkatkan kecernaan protein

et al. (1997)

4 Proses fisik Pemanasan diatas suhu 1600C selama 30

menit Phorbolesterstabil terhadap pemanasan Makkar dan Becker. (1997b). 5 Proses fisik Kombinasi tekanan

pada autoklaf 121°C dan kadar air tinggi 66% dalam waktu 30 menit

Sangat efektif menurunkan kadar lektin menjadi tidak terdeteksi

Areghore et al. (1998).

6 Proses kimia Larutan NaOH 4% dan 10% NaOCl disertai pemanasan

Dapat menurunkan kadar phorbolester bungkil biji jarak pagar

Aregheore et al. ( 2003)

7 Proses fisik Pemanasan 1210C

selama 30 menit diikuti dengan pencucian 4 kali metanol 92%

Phorbolester dengan protein 68% dapat direduksi dari level 1,78 menjadi 0,09 mg/g

Aregheore et al. (2003).

8 Proses kimia Larutan (NaOH), (Ca(OH)

2) atau

kombinasi larutan (NaOH) dengan (NaOCl).

Dapat

menghilangkan aktivitas lektin tetapi tidak mampu menurunkan kadar phorbolester Aregheore etal. (2003). 9 Proses kimia Ekstraksi

lanjutandengan metanol atau etanol

Mengurangi kadar phorbolester dari 3,85 menjadi 0,08 mg/gram sampel

Martinez – Herrera et al. (2006) 10 Proses

biologis

FermentasiRhizopus sp. Menghilangkan kandungan curcin dan phorbolester BBJP

Tjakradidjaja et al. (2007) 11 Proses

biologis

Fermentasi R. oligosporus.

Efektif menurunkan kadar lemak dan antitripsin

Sumiati et al. (2008) 12 Proses

biologis

Fermentasi A. oryzae Mampu

menguraikan lemak dan mengurangi senyawa antinutrisi asam fitat.

Wina et al . (2009)

13 Proses fisik dan kimiawi kimia

Pemanasan dan mengunakan NaOH dan NaOCl dan penambahan anti tumor menggunakan kunyit

Berhasil

mempertahankan kandungan nutrisi bungkil biji jarak dan menurunkan

kandungan curcin.

Despal et al. (2009)

14 Proses fisik dan kimiawi

Gabungan ekstrak heksan-metanol dan autoklaf; BBJP diekstrak heksan-metanol; autoklaf

Perlakuan gabungan ekstrak heksan-metanol dan autoklaf merupakan perlakuan terbaik dibandingkan

(38)

dengan perlakuan lain

15 Proses fisik Proses secara autoklaf Tingginya angka kematian ayam tanpa perlakuan (34,29%) atau yang diautoklaf (25,71%)

Pasaribu et al. (2009)

Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Bahan Pakan Ternak

Unggas

Makkar dan Becker (1997), melaporkan bahwa kematian anak ayam yang diberi pakan campuran yaitu 70% pakan kontrol dan 30% pakan yang mengandung l6% bungkil biji jarak beracun yang sudah dipanaskan. Menurut Sumiati (2007), pemberian bungkil biji jarak dalam pakanpada ayam broiler menyebabkan penurunan pertumbuhan dan mortalitas yang tinggi. Semakin tinggi taraf (5,10,15 %) pemberian bungkil biji jarak dalam pakan pertumbuhan semakin menurun dan kematian semakin cepat.

Uji in vitro menggunakan campuran enzim pencernaan unggas terhadap bungkil jarak beracun tanpa cangkang dan bebas lemak (defatted meal) menghasilkan nilai kecernaan protein yang cukup tinggi, yaitu 78,6 - 80,60% (Martinez-Herrera et al. 2006). Hal ini berarti bungkil jarak tanpa cangkang dan bebas lemak mempunyai kualitas protein yang cukup baik dan senyawa anti nutrisi yang masih tertinggal di dalam bungkil tidak mempengaruhi kerja enzim-enzim pencernaan secara in vitro.

(39)

diberikan kepada ayam, timbul efeknegatif yang lebih kuat sehingga meningkatkankematian ternak.

Ruminansia

Makkar et al.(1998), melaporkan bahwa uji in vitro terhadap bungkil jarak beracun tanpa cangkang dan bebas lemak menghasilkan kecernaan bahan organik yang cukup tinggi 77,3 -78,0 % tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan bungkil kedelai sebesar 87,9%. Nitrogen dapat dipecah di dalam rumen selama 24 jam hanya 28,9 -43,3 % , lebih rendah daripada nitrogen bungkil kedelai sebesar 80,9% total nitrogen. Hal ini menunjukkan bahwa protein dalam bungkil jarak tidak mudah terpecah di dalam rumen atau menjadi protein by pass yang sangat berguna bagi temak ruminansia. Anak sapi yang diberi biji jarak beracun sebanyak 0,25 g/kg/hari setelah l0 hari menyebabkan kematian (Ahmed dan Adam, 1979b). Kematian disebabkan terjadinya kerusakan dan nekrosis hati, ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, sistem saraf dan sumsum tulang belakang.

Hewan lain

(40)
[image:40.612.129.513.155.711.2]

menurunkan serat kasar dan anti nutrisi curcin. Penggunaan bungkil biji jarak produk fermentasi sampai 15 % dalam pakan tidak membahayakan kelinci.

Tabel 4 Perkembangan Penelitian Bungkil Biji Jarak Pagar pada Ternak

No Jenis ternak Jenis perlakuan Hasil penelitian Peneliti 1 Domba ; kambing Biji jarak

beracun mengandung minyak 0,5 – 1,0 g/kg/hari

Domba mengalami kematian 3 – 10 hari. Kambing mengalami kematian 6 – 25 hari.

Ahmed dan Adam (1979a)

2 Anak sapi Biji jarak beracun 0,25 g/kg/hari

Setelah l0 hari

menyebabkan kematian, disebabkan terjadinya kerusakan dan nekrosis hati, ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, sistem saraf dan sumsum tulang belakang.

Ahmed dan Adam (1979b).

3 Ayam Hissex Brown 0,5% (Jatropha curcas dicampur dengan 0,5% Ricinus communis) Meningkatkan kematian ternak El Badwi dan Adam .(1992)

4 Anak ayam Hissex Brown Biji jarak beracun mengandung minyak dimasukkan 0,5% ke dalam pakan

Tidak memberikan efek yang mematikan, setelah pemberian pakan selama 3minggu, muncul efek negatif berupa

penghambatan

pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan.

El Badwi dan Adam .(1992)

5 Mencit Biji jarak

beracun mengandung minyak 40 – 50%

Menyebabkan kematian dalam waktu 3 – 16 hari.

Makkar dan Becker (1997)

6 Anak ayam Pakan campuran (70% kontrol dan 30% yang mengandung 16% BBJP beracun yang sudah dipanaskan) Menyebabkan kematian anak ayam Makkar dan Becker (1997)

(41)

BBJP dengan dosis 0,05; 0,5 : 1g/kg/hari

klinis dan luka pada organ saluran pencernaan

et al. (2003)

8 Ayam broiler Taraf (5,10,15 %) pemberian BBJP

Semakin tinggi taraf 15% pemberian BBJP dalam pakan pertumbuhan semakin menurun dan akan mempercepat kematian.

Sumiati et al .(2007)

9 Kelinci (5: 10% dalam ransum)

Fermentasi A. oryzae

Kelinci tidak mau mengkonsumsi ransum yang mengandung BBJP fermentasi dan diikuti dengan kematian

Wina, unpublished

10 Kambing

(7,5% dalam ransum)

FermentasiA. oryzae

Kambing lebih sedikit mengkonsumsi ransum yang mengandung BBJP fermentasi dan diikuti kematian

Wina, unpublished

11 Ayam broiler (satu ; 2 minggu ; 4% dalam ransum)

Fermentasi

A. oryzae

1) Tidak ada kematian selama penelitian 2) PBB lebih tinggi

dibandingkan ayam yang diberi BBJP tanpa fermentasi

3)Berat badan lebih rendah dibandingkan ayam kombinasi perlakuan fisik +kimia

Wina et al. (2010)

12 Ayam broiler (20%

dalam pakan) Fermentasi R. oligosporus

1) Meningkatkan efisiensi protein dari

12,05%tanpa fermentasi menjadi 48,16 % (fermentasi)

2) Meningkatkan retensi Ca, P dan energi metabolis

Sumiati et al. (2010)

13 Ayam broiler (3-9 % dalam ransum)

Fermentasi R.oligosporus

1) Menurunkan konsumsi dan performa seiring dengan peningkatan level BBJP fermentasi 2) Mortalitas 50% pada

pemberian 9% BBJP fermentasi

Sumiati et al. (2011)

14 Kelinci (6;12% dalam ransum)

FermentasiBifi dobacterium spp

1) Tidak ada kematian sampai 12% level BBJP fermentasi

2)Pada level 12% kelinci mengalami anemia

Indradji dan Widyastuti (2011)

15 Ayam broiler (9-15% BBJP fermentasi dan 0,5;1,0;1,5% fructo Fermentasi Lactobacillus spp and Bifidobacteriu

Perlakuan terbaik BBJP fermentasi 12% dan 1,55 prebiotik

(42)

oligosakarida) m spp 16 Domba (6;12%

BBJP fermentasi dalam ransum konsentrat)

Fermentasi R.oligosporus

1) BBJP fermentasi 12,% meningkatkan konsumsi dan kecernaan bahan organik

2). 12% BBJP fermentasi tidak mengubah aspek fisiologi domba dan memiliki PBB harian tertinggi dalam satu bulan

Fatmawati (2011)

Kendala pemanfaatan bungkil jarak di Indonesia

Bungkil biji jarak (Jatropha curcas L.) merupakan produk sampinganyang dihasilkan pada proses ekstraksi biji jarak pagar untuk memproduksiminyak jarak (jatropha oil) (Hambali et al. 2006). Menurut Makkar danBecker (1998), bungkil biji jarak pagar memiliki kandungan nutrisi yangtinggi yaitu sekitar 53-58%, sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein untuk pakan ternak jika racun dan antinutrisi telah dihilangkan. Zat antinutrisi dan racun yang terkandung dalam bungkilbiji jarak meliputi curcin, phorbolester, tanin, saponin, asam fitat dan trypsininhibitor (Makkar et al. 1997).

Tanpa proses detoksifikasi, bungkil jarak sulit dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Kendala pertama yaitu biaya transportasi akan sangat mahal untuk pengangkutan dan pengumpulan bungkil jarak ini ke suatu tempat untuk proses detoksifikasi. Kendala kedua, adalah berbagai cara detoksifikasi sudah dilakukan, tetapi masih membutuhkan biaya yang mahal dan sulit untuk diaplikasi di tingkat peternak. Kedua kendala ini akan mempersulit pemanfaatan bungkil jarak sebagai bahan pakan alternatif. Teknologi detoksifikasi yang murah dan mudah harus terus diupayakan sehingga bungkil jarak dapat dipakai sebagai sumber protein yang baik bagi ternak dan kemudian bagi manusia yang mengkonsumsi ternaknya.

(43)

Ayam kampung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, terutama di pedesaan, karena mampu memanfaatkan hasil ikutan pertanian dan hasil ikutan rumah tangga. Ayam kampung merupakan bagian dari usaha tani di pedesaan,sehingga dapat membuka lapangan kerja dan dikembangkan dengan modal kecil (Gunawan 2002). Ayam kampung merupakan salah satu unggas lokal sebagai penghasil telur tetas, telur konsumsi, dan daging.Pangsa pasar nasional untuk daging dan telur ayam kampung masing-masing mencapai 40% dan 30%.Hal ini dapat mendorong peternak kecil dan menengah untuk mengusahakan ayam buras sebagai penghasil daging (Iskandar et al.1998) telur (Rohaeniet al.2004)dan sewaktu-waktu dapat dijual untuk keperluan mendesak ( Mardiningsihet al.2004), unggas ini mempunyai prospek yang menjanjikan, baik secara ekonomi maupun sosial, karena merupakan bahan pangan bergizi tinggi (Gunawan dan Sundari .2003)serta permintaannya cukup tinggi (Bakrieet al. 2003). .

Produktivitas ayam kampung yang dipelihara secara tradisional masih rendah,antara lain karena tingkat mortalitas tinggi, pertumbuhan lambat, produksi telurrendah, dan biaya pakan tinggi (Zakaria 2004a). Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usahatani ayam kampung, pemeliharaannya perlu ditingkatkan dari tradisional ke arah agribisnis (Zakaria, 2004b).

Banyak dugaan bahwa ayam kampung dari Indonesia mempunyai jarak genetik yang paling dekat dengan ayam hutan merah Sumatera ( Gallus-gallus-gallus) dan ayam hutan merah Jawa (Gallus-gallus-javanicus). Menurut Sartika et al. (2004), ayam kampung memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan ayam Pelung, ayam Sentul, dan ayam Kedu Hitam. Mansjoer (1985), melaporkan bahwa ayam kampung termasuk dalam kingdom Animal; fillum Chordata; subfillum Vertebrata; kelas Aves; subkelas Neornithes; subordo Neognatae; ordo Galliformes; famili Phasianidae; genus Gallus dan spesies Gallus domesticus.

(44)
(45)

KANDUNGAN NUTRISI DAN ANTINUTRISI SERTA SIFAT BAKTERI BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (BBJP) YANG MENDAPAT

PERLAKUAN PEMANASAN SEBELUM FERMENTASI

ABSTRAK

Bungkil biji jarak pagar (BBJP) sangat potensial untuk dijadikan pakan ternak, tetapi terkendalakarenamengandung senyawaantinutrisi danracun yang menghambatperformansternakbila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses detoksifikasi yang terbaik terhadap bungkil biji jarak pagar. Penelitian terbagi tiga kegiatan. Kegiatanpertama yaitu: proses detoksifikasi BBJPdengan autoklaf.Kegiatan kedua yaitu proses detoksifikasi BBJP dengan pengukusan dalamwaktu yang berbeda,

yaitu 30; 45 dan 60 menit.Setelah proses

pemanasandenganautoklafataupengukusan, dilanjutkandengan proses fermentasimenggunakanRhizopusoligosporus.Kegiatan ketiga yaitu menguji senyawa aktif BBJP secara in vitro. Hasilanalisisditampilkansecara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan proses detoksifikasi BBJP dengan autoklafdanfermentasi dapat menurunkan lemaksebesar93,3% danaktivitassenyawa anti tripsindarisebesar67,5%. Proses detoksifikasi BBJPdenganpengukusan selama 60 menit danfermentasidapat meningkatkan kandungan protein dari 24,71% menjadi 25,09%, menurunkankandunganlemakdari 5,16 menjadi 1,76%. Terjadijugapenurunankandungansenyawa-senyawa anti nutrisidanracunserta tidak ditemukan aktivitas anti Salmonella typhimurium pada BBJP secara in vitro.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa detoksifikasi BBJP melaluipemanasanbaiksecaraautoklafmaupunpengukusan dapat meningkatkan nilai nutrisi dan menurunkan antinutrisi.

Kata kunci: Bungkilbijijarak pagar, detoksifikasi, R. oligosporus, antinutrisi NUTRITIVE AND ANTINUTRITIVE CONTENT ANTIBACTERIAOF JATROPHA SEED MEAL RECEIVEDHEATINGTREATMENTBEFORE

FERMENTATION

ABSTRACT

(46)

was presented descriptively. The results showed that the detoxification process of JSM by autoclaving reducedfat content by 93.3% and trypsin inhibitor by 67.5%. Steaming process for 60 minutes and fermentation increased protein content of JSM from 24.71% to 25.09%, reduced of fat content from 5.16 to 1.76% and also reduced the concentration of anti nutritive and toxic compounds.However it was found that JSM did not show any inhibition activity againts Salmonella typhimuriumin vitro. In conclusion, detoxification of JSM by heating process either autoclave or steaming process followed by fermentation improved the nutritive values and reduced the concentration of anti nutritive compounds ofJSM. Key words: JSM, detoxification, R. oligosporus, antinutrive

PENDAHULUAN

Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan limbah dari industri biodisel yang ketersediaannya cukup melimpah. Produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3,5- 4,5 kg biji/pohon/tahun. Produksi stabil setelah tanaman berumur lebih dari satu tahun, tanaman pagar dapat berumur 20 tahun.Pada tingkat populasi tanaman antara 2500-3300 pohon/ha, tingkat produktivitasnya antara 8-15 ton biji/ha. Apabila rendemen minyak sebesar 35% maka tiap hektar lahan dapat dihasilkan 2,5 ton/minyak/ha/tahun (Hariyadi, 2005) dan bungkil biji jarak sekitar 5,2 – 9,75 ton/ha/tahun.

Ketersediaan bungkil biji jarak pagar yang melimpah tersebut memberikan peluang yang baik sebagai bahan pakan terutama sebagai bahan pakan sumber protein. Makkar dan Becker (1998) melaporkan bahwa bungkil biji jarak pagar memiliki kandungan protein yaitu sekitar 53-58%, Sumiati et al. (2008) 22,39-31,41 % (berkulit), tetapi terdapat beberapa antinutrisi yang dapat menghambat penggunaannya. Senyawa tersebut meliputi :phorbolester, curcin atau lectin, phytat, saponin dan antitripsin (Makkar et al, 1998; Makkar dan Becker, 1998).

(47)

antitripsin dan lektin. Penggunaan larutan NaOH 4% atau kombinasi dengan larutan natrium hipoklorit 10-25% dapat menghilangkan aktivitas lektin tetapi tidak mampu menurunkan kadar forbolester (Aregheore et al, 2003). Wina et al (2010) menambahkanbahwa perlakuan BBJP 4% dengan fermentasi mampu menekan mortalitas ayam broiler. Trabi et al. (1997), fermentasi dengan menggunakan Rhizopus oryzae dapat digunakan untuk mendegradasi zat toksik pada bungkil biji jarak.

Bungkil biji jarak mengandung senyawa antinutrisi saponin dan tanin. Menurut Robinson (1995), saponin bisa bekerja sebagai anti mikroba dan sebagai penghambat perkembangan bakteri patogen (Dalcon, 2001) seperti Salmonellatyphimurium(Rukmana, 2002). Pada makalah ini akan diuraikan dua proses detoksifikasi dengan cara autoklaf dan pengukusan dan dilanjutkan terhadap kandungan nutrisi dan antinutrisi serta aktivitas Salmonella typhimurium pada BBJP secara in vitro. Penelitian ini bertujuan melihat nilai nutrisi dan antinutrisi sebelum dan sesudah fermentasi dan aktivitas BBJP terhadap Salmonella typhimurium secara in vitro.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Laboratorium Kimia Terpadu Baranangsiang, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Analisis Pakan, Balai Besar Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Alat –alat yang digunakan adalah autoklaf, kukusan, kompor, nampan, plastik tahan panas dan oven. Bahan-bahan yang digunakan meliputi bungkil biji jarak pagar (BBJP) berkulit yang sudah digiling yang didapatkan dari PT Indocement Jawa Barat, ragi tempe, aquades, spritus dan alkohol 70%.

Metode

(48)

dalam dua kegiatan proses pemanasan dengan menggunakan autoklaf dan pengukusan.

Kegiatan 1 : Prosedur dengan menggunakan autoklaf

Penelitian ini diawali dengan mempersiapkan BBJP. Bungkil yang sudah digiling, kemudian diautoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 oC dengan kadar air 60%. Bungkil dibiarkan hingga dingin dan ditambah ragi tempe sebanyak 7 gram, setelah 24 jam inkubasi terus dibiarkan sampai 3 hari dan tempe BBJP siap dipanen. Bungkil hasil fermentasi tersebut kemudian dikeringkan, digiling dan dicampur dengan bahan lain untuk pakan ayam kampung. Hasil fermentasi dengan menggunakan autoklaf akan ditambahkan ke dalam pakan penelitian tahap II dan III.

Kegiatan 2 : Prosedur dengan menggunakan pengukusan

Tidak berbeda dengan proses autoklaf, kegiatan kedua dilakukan dengan cara pengukusan. Sebelum difermentasi dilakukan pengukusan terhadap bungkil biji jarak pagar (BBJP). Perlakuan dalam tahap ini adalah waktu pengukusan yang akan terdiri atas 3 waktu, yaitu 30, 45 dan 60 menit. Waktu pengukusan dihitung dari mulai air di dalam alat pengukus mendidih. Setelah itu, bungkil dibiarkan hingga dingin. Bungkil kemudian diletakkan pada nampan dan ditambah dengan ragi tempe sebanyak 7 g/kg bungkil. Kemudian disimpan di atas anyaman bambu yang sudah dialasi plastik yang sudah ditusuk-tusuk, diratakan dan ditutup plastik yang sama dengan alas, selanjutnya di atasnya ditutup dengan keramik sampai tidak ada celah. Bungkil tersebut siap diinkubasi. Setelah 24 jam inkubasi, keramik dilepas, tetapi plastik tetap digunakan, dibiarkan sampai 3 hari dan tempe BBJP siap dipanen. Bungkil hasil fermentasi tersebut kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC sampai kering, bungkil tersebut siap digiling dan dianalisis.Hasil fermentasi ini digunakan sebagai penyusun pakanpenelitian tahap 1V.

(49)

Rancangan Percobaan

Data yang diperoleh disajikan dan dibahas secara deskriptif (Hasan, 2003), karena data yang diperoleh berupa data tunggal maka hanya dianalisis dengan membandingkan data satu dengan data yang lainnya tanpa dilakukan uji lanjut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Nutrien BBJP Hasil Perlakuan Autoklaf dan Fermentasi Hasil analisis BBJP tanpa pengolahan dan yang didetoksifikasi dengan menggunakan autoklaf difermentasi disajikan pada Tabel5. Fermentasi BBJP menyebabkan perubahan kandungan beberapa nutrien. Peningkatan kadar abu sebanding dengan peningkatan bahan kering. Kadar abu dengan fermentasi R. oligosporus meningkat sebesar 5,68% yaitu dari 5,63% menjadi 5,95%. Fermentasi R. oligosporusmenurunkan protein sebesar 9,3% yaitu dari 24,71 menjadi 22, 39%, hal ini diduga karena protein digunakan untuk pertumbuhan kapang, tetapi tidak diimbangi dengan sumbangan protein oleh kapang kepada bahan. Menurut Wang et al. (1979) menyatakan bahwa selama proses fermentasi berlangsung kandungan protein substrat dapat menurun karena proteolitik, namun dapat juga meningkat karena terjadi perombakan bahan kering dan terbentuknya protein tubuh kapang. Protein kasar BBJP hasil pengolahan dinilai masih cukup tinggi, yaitu sebesar 22,39%. Hal tersebut menjadikan BBJP hasil pengolahan baikbiologis dapat digunakan sebagai bahan pakan sumberprotein. Menurut Sumiati et al. (2008), melaporkan bahwa penggunaan bungkil biji jarak hasil fermentasi kapang R. oligosporussebanyak 20% dalam pakan broiler menunjukkan adanya efisiensi penggunaanprotein pakan dibandingkan dengan penggunaan bungkil tanpa pengolahan sertapengolahan secara fisika dan kimiawi NRC (1984), melaporkan bahwa nilai protein kasarBBJP bahkan lebih tinggi dari beberapa bahan seperti jagung (8,8%), bungkil kelapa(19,2%), dedak gandum (15,7%).

(50)

disebabkan karena adanya kapang yang menghidrolisis lemak dengan bantuan enzim lipase menjadi mono dan digliserida dan juga asam lemak bebas (Tillman et al, 1989). Bersamaan dengan turunnya kandungan lemak diduga phorbolester ikut turun, karena enzim lipase kemungkinan menghidrolisis phorbolester. Wink (1993), melaporkan bahwa phorbolester terdapat pada lemak yang masih berada dalam BBJP.

Tabel 5 Komposisi kimia BB

Gambar

Gambar 2 Manfaat  tanaman jarak  pagar (Guibitz
Gambar 4 Struktur asam fitat ( Coelho 1999)
Gambar 5  Struktur tetradecanoyl phorbol-13-acetate (TPA)
Tabel 2 Komposisi senyawa anti nutrisi/racun pada bungkil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dampak keseriusan dalam menangani limbah yang berasal dari 3 (tiga) unit pabrik tersebut diputuskan untuk melakukan investasi dalam proyek pembangunan bangunan Incinerator

[r]

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara langsung dengan pengurus KSP Sarana Aneka Jasa, observasi dengan mengamati langsung

Pengetahuan pada sistem ini berasal dari dua sumber, yaitu sumber pengetahuan yang ada di organisasi dan sumber pengetahuan yang tidak terstruktur.

Dalam rekayasa pemanfaatan ball clay untuk industri keramik, ball clay yang ada pada daerah penelitian yaitu BC2 mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang baik

Lannoituksella saatiin nostettua sekä heinänurmen että apilanurmen satoa, mutta 1.. sadon N-lannoituksen nosto 50 kg:sta 100 kg:aan ei enää lisännyt satoa

Penerapan Cost Volume Profit analysis Sebagai Alat Bantu Dalam Perencanaan Penjualan Atas Target Laba Yang Ditetapkan, Jurnal Ilmiah Akuntansi No.3.. Penerapan Cost Volume

Dari hasil wawancara dengan guru biologi alat peraga tersebut tidak ada dikarenakan sekolah belum menetapkan secara keseluruhan standar sarana dan prasarana yang