commit to user
STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA
KOPERASI SIMPAN PINJAM SARANA ANEKA JASA
PROPOSAL PENELITIAN
Tugas Akhir
Disusun untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat –Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan dan Perbankan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DEWI TRI WAHYUNI F 3 6 0 8 0 8 4
PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
MOTTO
“Tak ada ilmu yang tak bisa ditakhlukan, karena yang ada hanya ketidakmauan” “Segala kenangan yg kita lalui, seburuk apapun itu janganlah disesali. Ambil hikmah
dan pelajaran yang terkandung didalamnya”
commit to user
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk :
1. Allah „Azza Wajalla
2. Kedua orang tuaku tercinta yang dengan sepenuh
jiwa dan raga serta kasih sayangnya untukku.
3. Semua teman-temanku yang selalu baik kepadaku.
4. Semua orang yang di sampingku yang membuatku
tersenyum dan menangis.
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul
“STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KSP SARANA
ANEKA JASA”.
Penyusunan Tugas Akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A,Md) DIII Keuangan dan Perbankan pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini penulis sangat dibantu
oleh beberapa pihak. Maka dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. DR.Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs.Kresno Sarosa Pribadi M.Si selaku Ketua Prodi Diploma III Keuangan dan
Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Johadi,S.E selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan berbagai arahan yang
berguna sehingga laporan kerja magang ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Luluk, Bapak Nur Wachid dan Seluruh Karyawan KSP Sarana Aneka Jasa
yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama magang.
5. Kedua orang tuaku yang selama ini membimbing, memberikan segala cinta dan
commit to user
6. Sahabat dan teman-teman Fakultas Ekonomi Diploma III Keuangan dan
Perbankan 2008.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun
penyajian, untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Semoga tugas laporan Magang Kerja ini menjadi awal kesuksesan penulis pada langkah
selanjutnya, Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Surakarta, Juni 2011
commit to user
A.Latar Belakang Masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian
E. Metodologi Penelitian
B.Asal Mula Koperasi
C.Tentang Koperasi
D.Perkembangan Koperasi di Indonesia
commit to user
F. Pinjaman Bermasalah 46
BAB III PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat Perkembangan KSP Sarana aneka Jasa
2. Visi dan Misi KSP Sarana aneka Jasa
3. Produk KSP Sarana Aneka Jasa
4. Struktur Organisasi KSP Sarana Aneka Jasa
5. Diskripsi Jabatan KSP Sarana aneka Jasa
6. Perkembangan Kredit Bermasalah
7. Pembahasan Perumusan Masalah pada KSP Sarana Aneka
Jasa
61
62
63
69
70
84
87
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
103
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Koperasi dan KUD
Tabel 2.2 Aspek Penilaian Terhadap Kesehatan Koperasi
Tabel 3.1 Tabel penerimaan arisan sistem gugur
Tabel 3.2 Jumlah karyawan pelaksana KSP Sarana Aneka Jasa
Tabel 3.3 Daftar Pinjaman KSP Sarana Aneka Jasa Bulan Januari-Desember 2010
Tabel 3.4 Laporan Pinjaman yang Diberikan KSP Sarana Aneka Jasa Cabang Kartasura,
commit to user
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lambang koperasi Indonesia
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan magang kerja mahasiswa
Lampiran 2 Surat pernyataan
Lampiran 3 Slip setoran pinjaman
commit to user
ABSTRAK
STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KSP SARANA ANEKA JASA
DEWI TRI WAHYUNI F 3 6 0 8 0 8 4
Lembaga keuangan merupakan hal penting dalam pertumbuhan ekonomi. Melalui lembaga keuangan, masyarakat dapat menyelesaikan masalah keuangan yang mereka hadapai. Lembaga keuangan menawarkan produk jasa kepada nasabahnya sebagai solusi berbagai macam masalah keuangan. Walaupun telah dibantu oleh lembaga keuangan, tidak menutup kemungkinan usaha yang dijalankan nasabah tersebut dapat selalu berjalan lancar. Ada kalanya usaha nasabah mengalami penurunan. Jika hal itu terjadi, maka berpengaruh pula pada kelancaran debitur dalam membayar pinjaman yang ia terima dari lembaga keuangan, khususnya dalam hal ini adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sarana Aneka Jasa. Faktor-faktor yang menyebabkan pinjaman bermasalah terdiri dari faktor intern dan ekstern. Untuk itu ada standar penanganan pinjaman bermasalah pada setiap KSP. Standar penanganan pinjaman bermasalah bertujuan untuk memecahkan permasalahan antara debitur dan pihak KSP Sarana Aneka Jasa dalam perihal pinjaman.
Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui prosedur yang dilakukan Sarana Aneka Jasa dalam penanganan pinjaman bermasalah. Ruang lingkup penelitian ini mencakup diskripsi umum profil KSP Sarana Aneka Jasa dan Standar penanganan pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara langsung dengan pengurus KSP Sarana Aneka Jasa, observasi dengan mengamati langsung kegiatan penanganan pinjaman bermasalah di tempat transaksi, studi pustaka yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber literatur dan buku yang berhubungan dengan pinjaman. Metode pembahasan yang digunakan oleh peneliti adalah analisis diskriptif kualitatif yaitu pembahasan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu objek yang diteliti.
Penelitian ini akan dibahas khusus tentang prosedur standar penanganan pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui standar penanganan pinjaman bermasalah sehingga debitur dapat segera memecahkan masalahnya. Dan sebagai saran, hendaknya KSP Sarana Aneka Jasa melakukan segala prosedur standar penanganan pinjaman bermasalah secara tepat agar debitur tidak merasa merugi dan tercapai kesepakatan antara 2 pihak.
commit to user
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan memegang peran penting dalam perekonomian dewasa
ini. Hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah
seiring perkembangan globalisasi. Lembaga keuangan terdiri dari lembaga
keuangan perbankan dan lembaga Keuangan non bank. Lembaga keuangan
menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang
bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut kehadiran lembaga keuangan inilah yang
memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari
investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor
ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut
dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Tujuan utama dari
lembaga penyimpanan dana adalah untuk menghasilkan pendapatan.
Koperasi adalah salah satu lembaga keuangan non perbankan. Dilihat dari
asal katanya istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti
usaha bersama. Menurut pengertian “koperasi” maka segala bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat disebut sebagai koperasi.
Namun yang dimaksud dengan koperasi dalam hal ini bukanlah dalam arti
sembarang bentuk kerjasama seperti itu. Arti dari koperasi disini adalah suatu
commit to user
2
kegiatan-kegiatan tertentu berdasarkan aturan-aturan dan tujuan tertentu pula.
Pengertian koperasi dalam ilmu ekonomi ialah suatu perkumpulan yang
memungkinkan beberapa orang dan atau badan (badan hukum) dengan jalan
bekerja sama atas dasar sukarela menyelenggarakan sesuatu pekerjaan untuk
memperbaiki kehidupan anggota-anggotanya, misalnya bersama-sama
menyelenggarakan produksi (koperasi produksi), bersama-sama
menyelenggarakan pembelian (koperasi pembelian), bersama-sama
menyelenggarakan penjualan (koperasi penjualan), bersama-sama
menyelenggarakan perkreditan (koperasi kredit), dan sebagainya.
Undang-undang republik Indonesia No.25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1
tentang Perkoperasian dirumuskan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Dalam garis besarnya, Koperasi
pada umumnya dipahami sebagai perkumpulan orang-orang yang secara sukarela
mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka, melalui pembentukan suatu perusahaan yang dikelola secara demokratis.
Terdapat berbagai macam koperasi di Indonesia. Pasal 16 Undang-undang
Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa ”Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan
ekonomi anggotanya, seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi
Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus
koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota
commit to user
3
jenis koperasi yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Koperasi Simpan Pinjam
termasuk dalam kelompok Lembaga Keuangan Mikro formal. KSP pada awalnya
dikembangkan di Jerman pada pertengahan abad 19, hal ini dilatarbelakangi
karena keperluan akan kebutuhan peminjaman uang tetapi dengan prosedur yang
mudah dan cepat. KSP tersebut berkembang di berbagai Negara karena
keberhasilannya. KSP mulai diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda
pada tahun 1895, yang berbentuk berbagai lembaga simpan pinjam. Peraturan
yang mendukung adanya KSP adalah Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1995
tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam, serta petunjuk pelaksanaannya di
lapangan.
Koperasi simpan pinjam tidak lepas dari masalah kredit, demikian juga
pada Koperasi Simpan Pinjam Sarana Aneka Jasa sebagai lembaga simpan pinjam
harus mampu mengelola, menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara
efektif dan efisien agar meningkatkan taraf hidup bagi anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Yang dimaksud kredit/pinjaman bermasalah disini
adalah keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau
seluruh kewajibannya kepada bank/KSP seperti yang telah diperjanjikan dalam
perjanjian kredit. Penyaluran kredit kepada nasabah besar resikonya, maka kredit
memerlukan suatu sistem pengelolaan agar resiko kredit macet atau kerugian
dapat diminimalisir. Untuk meminimalisir terjadinya kredit macet maka KSP
Sarana Aneka Jasa memerlukan adanya manajemen kredit yang efektif sehingga
dengan manajemen kredit tersebut dapat mencegah adanya kredit macet. Salah
satu caranya yaitu dengan analisis 5C yang terdiri dari Character,Capacity,
commit to user
4
sebelum pemberian kredit agar bagian Analisis Kredit dapat mengerti dan
memahami mengenai debiturnya. Analisis seperti itu dilakukan agar KSP dapat
meminimalisasi adanya pinjaman bermasalah. Walaupun begitu adanya pinjaman
bermasalah tak dapat dielakkan secara keseluruhan. Tiap tahun tetap ada
presentase nasabah yang mengalami Pinjaman Bermasalah. Oleh karena itu
penulis dalan menulis Tugas Akhir mengambil judul : STANDAR
PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SARANA ANEKA JASA.
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa?
2. Faktor apakah yang dominan
menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana
Aneka Jasa?
3. Bagaimana standar penanganan pinjaman
bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana
commit to user
5
2. Untuk mengetahui faktor yang dominan
menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana
Aneka Jasa.
3. Untuk mengetahui standar penanganan
pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penulisan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
bagi penulis sendiri, maupun bagi pembaca atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan, diantaranya:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini berhubungan erat dengan Program Diploma III
Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
yaitu untuk memenuhi syarat-syarat kelulusan akademik guna
mencapai gelar Diploma III. Disamping itu, dengan melakukan
penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang
berkepentingan mendapat tambahan informasi yang bermanfaat dan
salah satu sumber referensi bagi kepentingan keilmuan dalam
mengatasi masalah yang sama atau terkait dimasa yang akan datang.
2. Manfaat dalam implementasi atau praktik
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi bagi KSP yang diteliti agar dapat menjadi lembaga yang
berkelanjutan dan mampu menopang perekonomian masyarkat. Selain
commit to user
6
khasanah pengetahuan dan menjadi topik penulisan untuk menambah
informasi termasuk sebagai salah satu acuan bagi penulisan ilmiah
terkait.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Ruang Lingkup
Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dengan program
magang kerja mahasiswa pada KSP Sarana Aneka Jasa untuk
memperoleh data sesuai dengan materi yang ingin ditulis.
2. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penulisan TA ini adalah :
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, yang
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam pengumpulan
data ini penulis mengadakan pengamatan dan peninjauan langsung
di tempat KSP Sarana Aneka Jasa dan di lapangan.
b. Data Sekunder
Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
penulis. Data berasal dari beberapa pihak yang terkait dengan
penulisan ini. Data itu berupa :
1.) Sejarah singkat perkembangan KSP Sarana Aneka Jasa.
2.) Visi dan Misi KSP sarana Aneka Jasa.
3.) Produk KSP sarana Aneka Jasa.
4.) Struktur organisasi KSP sarana Aneka Jasa.
commit to user
7
3. Metode Pengumpulan Data
Pegumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik
wawancara dan observasi partisipasi serta dengan dokumen.
1. Wawancara
Dilakukan dalam bentuk wawancara tanya jawab dengan
objek penelitian. Sebagai obyeknya yaitu bagian kredit pada
KSP Sarana Aneka Jasa.
2. Observasi
Dilakukan dengan cara magang kerja secara langsung pada
obyek observasi. Dan penanganan pinjaman bermasalah di
lapangan tempat transaksi.
3. Studi Pustaka
Dilakukan dalam bentuk pengumpulan data-data dari
berbagai sumber literatur dan buku yang berhubungan dengan
topik pembahasan dalam penulisan ini untuk memperoleh dasar
teoritis yangn relevan.
Pedoman wawancara digunakan agar memudahkan penulis
memfokuskan perhatian dalam pengumpulan data. Sedangkan
alat-alat pemotret dan pencatat digunakan agar data yang
dikumpulkan tidak tercecer dan terlupakan.
4. Metode analisis
commit to user
8
commit to user
9 BAB 11
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Koperasi
Berbagai pengertian tentang koperasi telah diungkapkan dari
berbagai penulis, berbagai negara, dan tiap peraturan. Mereka
mendefinisikan dengan berbeda-beda, namun dari berbagai definisi itu ada
kesamaan sehingga gambaran tentang adanya kesatuan diantara
perbedaan-perbedaan tersebut akhirnya diperoleh juga. Beberapa definisi
dari berbagai sumber antara lain :
1. International Cooperative Alliance (ICA)
Dalam bukku The Cooperative Principles karangan P.E.Weeraman
memberikan definisi sebagai berikut “Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk memperbaiki
sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu
antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi
keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip
koperasi.”
2. Calvert dalam bukunya The Law and Principles of Cooperation
memberikan definisi “Koperasi adalah organisasi orang-orang yang
hasratnya dilakukan secara sukarela sebagai manusia atas dasar
commit to user
10
3. Undang-undang Koperasi India tahun 1904 yang diperbarui pada
tahun 1912 memberikan definisi koperasi sebagai berikut
“Koperasi adalah organisasi masyarakat atau kumpulan orang
-orang yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan atau
mengusahakan kebutuhan ekonomi para anggotanya sesuai dengan
prinsip-prinsip ekonomi.”
4. Drs.A.Chaniago dalam bukunya Perkoperasian Indonesia
memberikan definisi koperasi “koperasi adalah suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan
cara bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.”
5. Definisi koperasi yang diberikan oleh Undang-undang No.12 tahun
1967 tentang pokok-pokok perkoperasian yaitu
Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-oang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Definisi koperasi yang diambil dari berbagai sumber ini menunjukkan
bahwa koperasi berkembang dimana-mana dan tidak kehilangan
karakternya.
B. Asal Mula Koperasi
Dalam masyarakat kita koperasi bukanlah hal yang asing lagi,
karena kita sudah merasakan jasa koperasi dalam rangka keluar dari
commit to user
11
bahasa Inggris Coperation terdiri dari 2 kata yaitu co yang berarti bersama
dan operation yang berarti bekerja. Jadi koperasi berarti bekerja sama,
sehingga setiap bentuk kerjasama dapat disebut koperasi. Koperasi adalah
sebuah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional
dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah
manusia sampai pada awal “revolusi industri” di Eropa pada akhir abad 18
dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau
Koperasi Pra-industri. Koperasi modern didirikan pada akhir abad 18,
terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama
tahap awal Revolusi Industri.
Menurut bapak koperasi Indonesia, Drs. Muhammad Hatta
koperasi adalah lembaga ekonomi yang paling cocok jika diterapkan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan sifat masyarakat yang tinggi kolektifitas
dan kekurangannya. Tapi sayangnya lembaga ekonomi ini malah tidak
berkembang dengan pesat di negara Republik Indonesia ini. Kapitalisme
berkembang dengan pesat dan merusak sendi-sendi kepribadian bangsa
tanpa berusaha memperbaikinya. Sehingga jurang kesenjangan sosial
semakin lebar dan tidak tak teratasi lagi. Gerakan koperasi digagas oleh
Robert Owen (1771-1858) yang menetapkannya pertama kali pada usaha
pemintalan kapas di New Lanark, Scotlandia.
Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King
(1786–1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The
commit to user
12
mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi. Koperasi akhirnya
berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman, juga berdiri koperasi
yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan
Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles Foirer,
Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan
koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Koperasi
diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa
Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan
membantu rakyatnya yang menderita dikarenakan terjerat hutang dengan
rentenir.
C. Tentang Koperasi
1. Lambang koperasi Indonesia
Gambar 2.1 Lambang koperasi Indonesia
Keterangan:
a) Rantai melambangkan persatuan dan persahabatan yang
kokoh.
b) Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh
commit to user
13
c) Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran
rakyat yang diusahakan oleh koperasi.
d) Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar
koperasi.
e) Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan
landasan ideal koperasi.
f) Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan
kepribadian Indonesia yang kokoh berakar.
g) Koperasi Indonesia menandakan lambang kepribadian
koperasi rakyat Indonesia.
h) Warna merah dan putih menggambarkan sifat nasional
Indonesia.
2. Anggota koperasi
Ada 2 anggota koperasi, yaitu:
a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi
anggota koperasi
b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi
anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama
koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu
anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda
maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus
commit to user
14
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh
seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara
yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi.
Pembagian keuntungan koperasi biasa disebut Sisa Hasil Usaha
atau SHU biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut
dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen
berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh
anggota.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. (Wikipedia dalam Sito, Arifin.
Tamba, Halomoan Koprasi teori dan peraktek).
3. Tujuan koperasi
Dalam bab II pasal 3 UU RI No.25/1992 dikatakan bahwa :
“koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakta pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945”.
Dari bunyi pasal 3 di atas dijelaskan bahwa tujuan koperasi
commit to user
15
Kemudian apabila koperasi tersebut mempunyai kelebihan
kemampuan, maka usaha tersebut diperluas ke masyarakat
sekitarnya. Karena anggota juga merupakan bagian dari
masyarakat, maka dengan ini koperasi juga berperan untuk
meningkatkan taraf hidup masyrakat.
4. Koperasi Berlandaskan Hukum
Koperasi berbentuk badan hukum sesuai dengan
Undang-Undang No.12 tahun 1967 ialah: “Organisasi Ekonomi Rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai
usaha bersama, berdasarkan asas kekeluargaan. Kinerja koprasi
khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan
ketentuan undang-undang umum mengenai organisasi usaha
(perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang dan hukum
pajak. Organisasi koperasi yang khas dari suatu organisasi harus
diketahui dengan menetapkan anggaran dasar yang khusus. Secara
umum, Variabel kinerja koperasi yang di ukur untuk melihat
perkembangan atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia
terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per provinsi, jumlah
koperasi per jenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan
nonaktif). Keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa
hasil usaha. Variabel-variabel tersebut pada dasarnya belumlah
commit to user
16
pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Demikian pula dampak dari koperasi (cooperative effect) terhadap
peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum
tercermin dari variabel-variabel yang di sajikan.Dengan demikian
variabel kinerja koperasi cenderung hanya dijadikan sebagai salah
satu alat untuk melihat perkembangan koperasi sebagai badan
usaha.
5. Fungsi dan Peran Koperasi
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan
bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi
sebagai soko-gurunya.
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
commit to user
17
e) Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa
berorganisasi bagi para pelajar bangsa.
6. Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip
koperasi, yaitu:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi).
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e) Kemandirian.
f) Pendidikan perkoprasian.
g) Kerjasama antar koperasi.
7. Bentuk dan Jenis Koperasi
a. Bentuk koperasi
Dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992
tentang perkoperasian disebutkan bahwa koperasi dapat
berbentuk koperasi primer dan sekunder.
i. Koperasi primer merupakan koperasi yang
commit to user
18
ii. Koperasi sekunder merupakan koperasi yang
anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi.
Koperasi sekunder tidak hanya oleh
koperasi-koperasi yang sejenis tetapi juga koperasi-koperasi yang
berlainan jenis, karena terdapat kepentingan
aktivitas atau kebutuhan ekonomi yang sama.
b. Jenis-jenis koperasi
Dalam pasal 16 Undang-undang No.25 tahun 1992
disebutkan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan
kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.
berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan dan
kebutuhan akan ditetapkan fungsi-fungsi koperasi secara
tepat sesuai dengan keinginan anggota. Untuk itu jenis
koperasi ditetapkan menurut 2 kategori:
I. Menurut status keanggotaannya
a. Koperasi produsen
Yaitu koperasi yang anggotanya para
produsen barang/jasa dan memiliki rumah
tangga usaha.
b. Koperasi konsumen
Yaitu koperasi yang anggotanya para
konsumen akhir atau pemakai barang/jasa
commit to user
19
II. Menurut fungsi koperasi
i. Koperasi pembelian/konsumsi
Yaitu koperasi yang menjalankan fungsi
pembelian atau pengadaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan anggota secara
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
ii. Koperasi pemasaran
Yaitu koperasi yang menyelenggarakan
fungsi distribusi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di
tangan konsumen di pasar.
iii. Koperasi produksi
Yaitu koperasi yang menyelenggarakan
perusahaan yang menghasilkan barang dan
jasa, dimana anggotanya bekerja dalam
koperasi sebagai pegawai/karyawan.
iv. Koperasi jasa
Yaitu koperasi yang menyelenggarakan
pelayananjasa-jasa yang dibutuhkan oleh
anggotanya, misalnya jasa simpan pinjam,
commit to user
20
8. Sumber modal koperasi
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk
menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal.
Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
a) Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumah uang yang wajib
dibayarkan oleh anggota koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
b) Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu
yang harus dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam
waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan
jumlah simpanan yang sama untuk setiap bulannya.
Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
c) Simpanan khusus/lain-lain
Misalnya adalah simpanan sukarela (simpanan yang
dapat diambil kapan saja), simpanan Qurban, dan deposito
commit to user
21
d) Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang
diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksud
untuk pemupukan modal sendiri, pembagian kepada
anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
e) Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal
yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak
lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
Adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai
berikut:
i.Anggota dan calon anggota
ii.Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan
perjanjian kerjasama antarkoperasi
iii.Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga
keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perudang-undangan yang berlaku
iv.Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
commit to user
22
9. Mekanisme Pendirian Koperasi
Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap.
Pertama-tama adalah pengumpulan anggota, karena untuk
menjalankan koperasi membutuhkan minimal 20 anggota. Kedua,
Para anggota tersebut akan mengadakan rapat anggota, untuk
melakukan pemilihan pengurus koperasi (ketua, sekertaris, dan
bendahara). Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan
anggaran. dasar dan anggaran rumah tangga koperasi itu. Lalu
meminta perizinan dari negara. Barulah bisa menjalankan koperasi
dengan baik dan benar.
10.Pengurus koperasi
Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota
dalam suatu rapat anggota. Ada kalanya rapat anggota tersebut
tidak berhasil memilih seluruh anggota Pengurus dari kalangan
anggota sendiri.Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon
yang berasal dari kalangan-kalangan anggota sendiri tidak
memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin koperasi
yang bersangkutan, sedangkan ternyata bahwa yang dapat
memenuhi syarat-syarat ialah mereka yang bukan anggota atau
belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh
koperasi akan tetapi resminya belum meminta menjadi anggota).
Dalam hal dapatlah diterima pengecualian itu dimana yang bukan
commit to user
23
11.Struktur Organisasi Koperasi
Struktur organisasi koperasi tidak mencakup segi intern
koperasi , tetapi juga mencakup segi eksternnya. Sebagai sebuah
organisasi/badan usaha, maka kedua segi tersebut harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Yang dimaksud dengan segi intern adalah struktur organisasi
koperasi yang mencakup unsur-unsur kelengkapan yang ada di
dalam organisasi koperasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud segi
ekstern adalah hubungan serta kedudukan koperasi terhadap
organisasi koperasi lainnya, baik dengan koperasi yang sama
tingkatnya maupun dengan koperasi yang lebih tinggi.
1) Struktur intern organisasi koperasi
a) Unsur-unsur alat kelengkapan organisasi koperasi
I. Rapat anggota koperasi
Rapat anggota adalah wadah aspirasi
anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi
dalam koperasi. Sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi, maka segala kebijakan
yang berlaku dalam koperasi harus melewati
persetujuan rapat anggota terlebih dahulu,
termasuk pemilihan, pengangkatan dan
pemberhentian personalia pengurus dan
commit to user
24
II. Pengurus koperasi
Pengurus adalah badan yang
dibentuk oleh rapat anggota dan disertai dan
diserahi mandat untuk melaksanakan
kepemimpinan koperasi, baik dibidang
organisasi maupun usaha.Anggota pengurus
dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam
rapat anggota.Dalam menjalankan tugasnya,
pengurus bertanggung jawab terhadap rapat
anggota. Atas persetujuan rapat anggota
pengurus dapat mengangkat manajer untuk
mengelola koperasi. Namun pengurus tetap
bertanggung jawab pada rapat anggota.
III. Pengawas
Pengawas adalah suatu badan yang
dibentuk melaksanakan pengawasan
terhadap kinerja pengurus. Anggota
pengawas tetapi merahasiakannya kepada
pihak ketiga. Pengawas bertanggung jawab
kepada rapat anggota.
b) Unsur-unsur pelaksanaan teknis, yaitu manajer dan
karyawan koperasi lainnya.
commit to user
25
Pengurus koperasi memiliki wewenang untuk
mengangkat sejumlah karyawan sebagai pelaksana teknis
pengelolaan koperasi sehari-hari. Dengan dipekerjakannya
sejumlah karyawan, berarti terjadi pendelegasian
wewenang dari pengurus ke karyawan koperasi. Namun
karena status karyawan koperasi hanya sebagai pembantu
pengurus, maka pengangkatan karyawan tidak
menghilangkan tanggung jawab pengurus koperasi terhadap
Rapat Anggota Koperasi. Pada prinsipnya pengurus
koperasi tetap bertaggung jawab dengan Rapat Anggota
Koperasi dan karyawan tersebut bertanggung jawab secara
langsung kepada pengurus. Apabila suatu koperasi telah
berkembang cukup besar, maka dibutuhkan suatu Dewan
Penasihat untuk memberikan pertimbangan di dalam
pemecahan suatu masalah yang cenderung lebih kompleks.
Degan adanya Dewan Penasihat, maka tugas yang harus
ditanggung oleh pengurus koperasi secara umum akan
menjadi lebih ringan. Hal tersebut dikarenakan fungsi
Dewan Penasihat yang akan memberikan saran-saran atau
rekomendasi yang diperlukan dalam pemecahan suatu
masalah sehingga pengurus bisa memusatkan perhatiannya
terhadap masalah-masalah manajerial dan organisasi.
Sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, anggota Dewan
commit to user
26
latar belakang pendidikan yang memadai, mempunyai di
bidang tertentu serta mempunyai wawasan di bidang
manajerial. Dengan kata lain, anggota Dewan Penasihat
harus dapat diandalkan untuk membantu memberikan
pertimbangan dan rekomendasi atas seluruh permasalahan
yang dihadapi oleh pengurus koperasi.
2) Struktur ekstern organisasi koperasi
Struktur ekstern didasarkan pada tinjauan mengenai
hubungan antara suatu koperasi dengan koperasi yang
sejenis, hubungan dengan koperasi yang lebih tinggi dan
hubungan antara koperasi dengan induk gerakan koperasi
yang ada di Indonesia. Beberapa koperasi pusat dapat
mengadakan penggabungan dengan beberapa koperasi
pusat lainnya dalam lingkungan yang lebih luas sehingga
terbentuk suatu Gabungan Pusat Koperasi. Dengan
demikian struktur ekstern organisasi koperasi menunjukkan
kedudukan koperasi terhadap koperasi lainnya dalam upaya
memperluas jaringan koperasi, baik dengan koperasi
lainnya di wilayah tetentu maupun dalam lingkup nasional.
D. Perkembangan Koperasi di Indonesia
1) Zaman Belanda
Perkenalan bangsa Indonesia dengan Koperasi
commit to user
27
1895. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat Indonesia,
R.Aria Wiriaatmaja, seorang patih di Purwokerto,
mempelopori berdirinya sebuah bank yang bertujuan
menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat.
Usaha ini mendapat persetujuan dan dukungan dari
Residen Purwokerto E.Sieburg. Badan usaha yang dipilih
untuk bank yang diberi nama Bank Penolong dan Tabungan
(Hulp en Spaarbank), adalah koperasi.
Pelayanan bank itu semula masih terbatas untuk
kalangan pegawai pamong praja rendahan yang dipandang
memikul beban utang terlalu berat. Pada tahun 1898, atas
bantuan E.Sieburg dan De Wolff Van Westerrode
jangkauan pelayanan bank itu diperluas ke sektor pertanian
(Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet Bank), yaitu dengan
meniru pola Koperasi pertanian yang dikembangkan di
Jerman (Raiffeisen).
Akan tetapi, karena kondisi masyarakat yang hidup
di alam penjajahan tidak diperbolehkan berkembang lebih
jauh, upaya yang terakhir ini tidak mendapatkan dukungan
dari pemerintah kolonial. Akibatnya, setiap gerak gerik
Koperasi pertama Indonesia itu diawasi secara ketat dan
mendapat banyak rintangan pemerintah kolonial Belanda.
Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah
commit to user
28
yang dirintis oleh R.Arian Wiriaatmaja tersebut adalah
dengan mendirikan Algemene Volkscrediet Bank. Selain itu
pemerintah kolonial Belanda juga mendirikan rumah gadai,
bank desa, serta lumbung desa.
Dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia, maka para pelopor pergerakan
nasional semakin menggiatkan usahanya untuk
menggunakan Koperasi sebagai sarana perjuangan. Melalui
Budi Utomo (1908), Raden Sutomo berusaha
mengembangkan Koperasi rumah tangga. Tapi karena
kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi masih sangat
rendah, usaha ini kurang berhasil. Koperasi-koperasi rumah
tangga ini pada umummnya tidak mendapat dukungan yang
diharapkan dari warga masyarakat.
Kemudian sekitar tahun 1913, Serikat Dagang Islam
yang kemudian berubah menjadi Serikat Islam,
mempelopori pula berdirinya beberapa jenis koperasi
industri kecil dan kerajinan. Karena rendahnya tingkat
pendidikan, kurang penyuluhan terhadap masyarakat, dan
miskinnya pemimpin koperasi pada waktu itu,
koperasi-koperasi ini pun tidak bisa bertahan lama.
Hambatan formal dari pemerintah kolonial Belanda
tampak jelas dengan diterapkannya Peraturan Koperasi
commit to user
29
administratif yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang
ingin mendirikan koperasi baik yang menyangkut masalah
perizinan, pembiayaan maupun masalah-masalah teknis
saat pendirian dan selama koperasi menjalankan usahanya,
dibuat sangat berat.
Tetapi peraturan tersebut tidak bertahan lama.
Setelah dibentuk panitia koperasi yang diketuai oleh Dr.
J.H.Boeke pada tahun 1920, peraturan itu segera ditinjau
kembali. Hasil peninjauan itu adalah disusunnya peraturan
Koperasi No.91 tahun 1927. Peraturan terakhir ini
menetapkan persyaratan yang lebih longgar dari peraturan
sebelumnya, sehingga lebih mendorong masyarakat untuk
mendirikan koperasi.
Setelah itu, perkembangan koperasi di Indonesia mulai
menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Adalah
The Study Club 1928, sebagai kelompok kaum intelektual
Indonesia, yang kemudian sangat menyadari peranan
koperasi sebagai salah satu alat perjuangan bangsa.
Organisasi ini menganjurkan kepada para anggotanya untuk
ikut mempelopori berdirinya perkumpulan koperasi di
lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sampai
dengan tahun 1939, jumlah koperasi di Indonesia mencapai
1712 buah, dengan jumlah yang terdaftar sebanyak 172
commit to user
30
2) Zaman Jepang
Pada bulan maret 1942 Jepang merebut kendali
kekuasaan di Indonesia dari tangnan Belanda. Selama masa
pendudukan Jepang, antara tahun 1942-1945 dan sesuai
dengan sifat kemiliteran pemerintah penduduk Jepang,
usaha-usaha koperasi di Indonesia disesuaikan dengan
asas-asas kemiliteran. Usaha koperasi di Indonesia dibatasi
hanya untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang
dikobarkan oleh Jepang.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Militer Jepang
No.23 pasal 2, yang menyatakan bahwa pendirian
perkumpulan (termasuk koperasi), dan persidangan harus
mendapat persetujuan dari pemerintah setempat. Dengan
berlakunya peraturan tersebut maka peraturan koperasi yang
lama dinyatakan tidak berlaku lagi. Akibatnya,
perkumpulan koperasi yang berdiri berdasarkan peraturan
pemerintah Belanda harus mendapatkan persetujuan ulang
dari Suchokan.
Satu hal yang perlu dicatat, pada zaman Jepang ini
dikembangkan suatu model Koperasi yang terkenal dengan
sebutan Kumiai. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, ia
bertugas menyalurkan barang-barang kebutuhan pokok
rakyat. Propaganda yang dilakukan oleh pemerintah
commit to user
31
Kumiai didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka, sehingga mendapat simpati yang cukup luas dari
masyarakat.
Tetapi pada saat kepercayaan masyarakat tumbuh
terhadap Kumiai, Jepang milai melakukan siasat yang
sebenarnya. Siasat pemerintah pendudukan Jepang melalui
pembentukan Kumiai sebenarnya adalah untuk
menyelewengkan asas-asas koperasi yang sebenarnya untuk
memenuhi kepentingan perang. Akhirnya masyarakat
menyadari bahwa keberadaan Kumiai hanyalah untuk
dijadikan sebagai tempat pengumpulan bahan-bahan
kebutuhan pokok guna kepentingan perang Jepang melawan
Sekutu. Dengan tujuan seperti itu, keberadaan Kumiai jelas
sangat bertentangan dengan kepentingan ekonomi
masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap Koperasi
model pemerintahan pendudukan Jepang itupun surut
kembali. Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah
pendudukan Jepang menetapkan suatu kebijakan pemisahan
urusan perkoperasian dengan urusan perekonomian.
Akibatnya, pembinaan koperasi sebagai alat perjuangan
ekonomi masyarakat terabaikan sama sekali. Fungsi
koperasi dalam periode ini benar-benar hanya sebagai alat
untuk mendistribusikan bahan-bahan kebutuhan pokok
commit to user
32
rakyat. Kenyyataan ini telah menyebabkan sangat
melemahnya semangat berkoperasi di dalam masyarakat
Indonesia.
3) Periode 1945-1967
Setelah memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia
memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan
ekonominya. Suatu hal yang sangat jelas pada periode ini
menonjolkan tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk
mengubah tatanan perekonomian Indonesia yang
liberal-kapitalistik menjadi tatanan perekonomin yang sesuai
dengan semangat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagaimana diketahui, didalam pasal 33 UUD
1945, semangat koperasi ditempatkan sebagai semangat
dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal itu,
bangsa Indonesia bermaksud menyusun suatu sistem
perekonomian usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta,
yang dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 itu, tidak
lain dari Koperasi sebagaimana dikemukakan di dalam
penjelasan pasal tersebut. Karena itulah di dalam penjelasan
pasal 33 UUD 1945, koperasi dinyatakan sebagai bangun
perusahaan yang sesuai dengan sistem dengan sistem
commit to user
33
Agar perkembangan koperasi benar-benar sejalan
dengan semangat pasal 33 UUD 1945, maka pemerintah
Indonesia melakukan reorganisasi terhadap Jawatan
Koperasi dan perdagangan dalam negeri, menjadi 2 Jawatan
yang terpisah. Urusan pembinaan koperasi selanjutnya
dilimpahkan kepada Jawatan Koperasi. Jawatan terakhir
inilah yang kemudian yang menyusun program-program
pengembangan Koperasi.
Berkat hasil kerja keras Jawatan Koperasi ini, maka
perkembangan koperasi pada masa ini mendapat dukungan
penuh dari masyarakat. Secara keseluruhan,
setidak-tidaknya sampai dengan tahun 1959, perkembangan
Koperasi di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat. Namun
perkembangan yang menggembirakan ini tidak berlangsung
lama. Sebagai akibat dari diterapkannya sistem demokrasi
liberal, perkembangan Koperasi kemudian menjadi
terombang-ambing. Partai-partai politik yang ada
cenderung memanfaatkan Koperasi sebagai wadah untuk
memperluas pengaruhnya. Dengan kata lain, Koperasi pada
masa ini cenderung hanya dijadikan sebagai alat politik.
Hal ini menyebabkan rusaknya citra Koperasi dan
menghilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Koperasi
sebagai organisasi ekonomi yang memperjuangkan
commit to user
34
Sejalan dengan berkembangnya situasi politik
dalam negeri yang tidak begitu menggembirakan, antara
lain dengan dikeluarkannya dekrit presiden pada tanggal 5
juli 1959, maka keberadaan Koperasi terpaksa disesuaikan
dengan perkembangan kebijaksanaan politik pemerintah
pada masa itu. Undang-Undang Koperasi No.79/1958
misalnya, yang disahkan berdasarkan ketentuan UUDS
1950, menjadi tidak sesuai lagi dengan kebijakan politik
dan ekonomi pemerintah. Pemerintah kemudian
memberlakukan Peraturan Pemerintah No.60/1959 sebagai
pengganti UU No. 79/1958.
Di dalam Peraturan pemerintah No.60/1959
dinyatakan bahwa fungsi Koperasi dalam sistem
perekonomian Indonesia adalah sebagai alat untuk
melaksanakan praktik ekonomi terpimpin. Pada mulanya
setelah diberlakukan Peraturan Pemerintah No.60/1959,
perkembangan koperasi dilihat cukup pesat. Hal ini antara
lain disebabkan oleh banyaknya bantuan Pemerintah
kepada Koperasi, serta dipermudahnya persyaratan
pendirian Koperasi.
Namun situasi yang menggembirakan itu pun tidak
berlangsung lama. Pada tahun 1965 pemerintah mencabut
Peraturan Pemerintah No.60 tahun 1959 dan
commit to user
35
1965. Pengganti Undang-Undang ini menyebabkan
memburuknya kembali perkembangan Koperasi. Hal yang
sangat menonjol pada masa ini adalah sulitnya bagi
seseorang untuk menjadi anggota Koperasi tanpa
menggabungkan diri sebagai anggota kelompok politik
tertentu. Hal itu jelas menghancurkan citra Koperasi dan
menguatkan pendapat masyarakat bahwa Koperasi
hanyalah sekedar alat bagi kepentingan suatu kelompok
politik.
4) Periode 1967-1992
Untuk mengatasi situasi yang tidak
menggembirakan itu, maka menyusul jatuhnya
pemerintahan Soekarno pada tahun 1966, Pemerintah Orde
Baru memberlakukan Undang-Undang No.12/1967 sebagai
pengganti Undang-Undang No.14 tahun 1965.
Pemberlakuan UU No.12/1967 ini disusul oleh
pemerintahan Orde Baru dengan melakukan rehabilitasi
Koperasi. Akibatnya jumlah koperasi yang pada tahun 1966
berjumlah sebanyak 73.406 koperasi dengan anggota
sebanyak 11.775.930 orang, pada tahun 1967 mengalami
rasionalisasi besar-besaran. Koperasi-koperasi yang tak
dapat menyesuaikan diri dengan Undang-Undang
No.12/1967 terpaksa dibubarkan atau membubarkan diri.
commit to user
36
hanya 13.949 koperasi dengan jumlah anggota sebanyak
2.723.056 orang.
Tapi sebagaimana dapat disaksikan kemudian,
menyusul diberlakukannya Undang-Undang No.12/1967,
koperasi mulai berkembang kembali. Salah satu program
pengembangan Koperasi yang cukup menonjol pada masa
ini adalah pembentukan Kopersi Unit Desa (KUD).
Pembentukan KUD ini merupakan penyatuan (amalgamasi)
dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil dan banyak
jumlahnya di pedesaan. Disamping itu, dlam periode ini
pengembangan koperasi juga diintegrasikan dengan
pembangunan di bidang-bidang lain.
Hasil-hasil yang dicapai dari kebijakan
pengembangan Koperasi itu antara lain tampak pada Tabel
3.1, bila pada akhir Pelita I jumlah koperasi tinggal sekitar
13.523, maka pada akhir Pelita III jumlah koperasi telah
meningkat kembali menjadi sekitar 24.791 koperasi.
Sedangkan pada akhir Pelita V jumlah koperasi secara
keseluruhan telah mencapai sekitar 37.560 koperasi atau
meningkat sekitar 3 kali lipat dari keadaan akhir Pelita I.
Sejalan dengan peningkatan jumlah koperasi,
jumlah anggota, modal, volume usaha, dan sisa hasil usaha
koperasi juga turut meningkat. Jumlah anggota koperasi
commit to user
37
Pelita I, menjadi sekitar 19 juta orang pada akhir Pelita V.
Sedangkan volume usaha koperasi untuk periode yang
sama meningkat dari sekitar Rp 88,5 miliar rupiah menjadi
sekitar Rp 4,9 triliun.
5) Zaman sekarang
Sampai dengan bulan November 2008, jumlah
koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 117.600
unit lebih. Corak koperasi Indonesia adalah koperasi
dengan skala sangat kecil. Pengembangan koperasi di
Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat
program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman
tersebut. Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip
organisasi pemerintah/lembaga kemasyarakatan yang
terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah
menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder
dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi
instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah
pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus diubah
karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang
dengan globalisasi. Dengan adanya peningkatan teknologi
tersebut, apalagi di era globlisasi teknologi ini, kegiatan
kopersi semakin lebih mudah. Para anggotanya bisa
commit to user
38
berbagai software yg mendukun kegiatan transaksi itu
sendiri. Bukan itu saja, koperasi itu sendiri semakin mudah
saja untuk memperluas jaringannya. Dengan begitu
Perkembangan koperasi di Indonesia semakin pesat dan
menjalar sampai ke pedesaan. Dengan begitu akan tercapai
cita-cita Koperasi dan bangsa Indonesia, yakni
mensejahterahkan anggota pada khususnya dan
mensejahterakan masyarakat pada umumnya.
PELITA I-PELITA V No
.
Uraian Satuan PELITA
I II III IV V
1. Kop&KUD Unit 13.523 17.625 24.791 35.512 37.560
2. Anggota Orang 2.478.960 761.500 8.507.321 15.823.450 19.167.776
3. Modal Rp juta 38.917 102.197 480.147 583.511 727.943
4. Vol.Usaha Rp juta 88.401 421.981 1.490.112 4.260.190 4.918.474
5. SHU Rp juta 2.656 9.859 22.000 86.443 120.376
Sumber: Departemen Koperasi dalam Revrisond Baswir,1997)
Tabel 2.1
Perkembangan Koperasi dan KUD
Pemerintah mengambil langkah strategis untuk
memacu perkembangan koperasi secara kualitatif, yaitu
dengan menganti Undang-Undang Koperasi No.12/1967
commit to user
39
Melalui ini diharapkan ada perubahan yang cukup
mendasar, baik pada segi pengertian Koperasi maupun pada
berbagai aspek teknis pengelolaan.
E. Kesehatan koperasi
Dalam mencapai tujuannya, koperasi memiliki visi dan misi. Visi
adalah apa yang kita harapkan untuk diwujudkan, sedangkan misi
merupakan uraian harapan dan langkah untuk mewujudkan apa yang
diinginkan di masa depan. Visi koperasi jasa keuangan mikro secara
umum dapat digambarkan sebagai “terwujudnya koperasi yang tangguh
dan mandiri serta berdaya saing tinggi dan berperan dalam bidang
produksi serta mampu meraih peluang pasar”. Dari visi ini untuk masa
yang akan datang diharapkan sebagai penyangga dalam sistem
perekonomian nasional. Dengan kontribusi yang besar dalam pertumbuhan
ekonomi, pemerataan, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan
kesempatan kerja peningkatan pendapatan
Pemberdayaan seperti itu mencakup beberapa upaya pokok,seperti
peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta pengembangan
akses terdapat sumber-sumber bagi kemajuan ekonomi (modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja dan pasar). Pemberdayaan itu secara teknis
meliputi penguatan dan pembaharuan institusi-institusi sosial dan
pengintregasinya ke dalam kegiatan pembangunan secara menyeluruh.
Selain itu juga dilakukan penguatan potensi atau daya kekuatan yang telah
commit to user
40
langkah-langkah yang nyata, antara lain berkaitan dengan penyediaan
berbagai masukan (inputs) serta pembukaan akses ke dalam berbagai
peluang (opportunities).
Dalam melaksanakan peran dan merealisasikan potensinya yang
besar tersebut koperasi masih banyak dihambatkan pada berbagai
masalah contonya iklim usaha, persaingan tidak sehat, SDM, dll. Maka
dari itu koperasi memiliki standar kesehatan yang menyatakan bahwa
usaha koperasi di suatu instansi tersebut layak dikatakan sebagai koperasi
yang sehat atau tidak sehat. Ruang lingkup penilaian kesehatan KSP dan
USP terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia No.20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang
pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi yang menyatakan bahwa ruang lingkup penilaian
kesehatan KSP dan USP Koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa
aspek sebagai berikut:
a. Permodalan;
b. Kualitas aktiva produktif;
c. Manajemen;
d. Efisiensi;
e. Likuiditas;
f. Kemandirian dan pertumbuhan;
commit to user
41 No. Aspek yang
dinilai
Komponen Bobot
penilaian
1 Permodalan 15
a. Rasio Modal Sendiri terhadap
Total Asset
b. Rasio Modal Sendiri terhadap
Pinjaman diberikan yang berisiko
c. Rasio Kecukupan Modal
Sendiri
6
6
3
2 Kualitas
Aktiva
Produktif
commit to user
42
a. Rasio Volume Pinjaman pada
anggota terhadap volume pinjaman
diberikan
b. Rasio Risiko Pinjaman
Bermasalah Terhadap Volume
Pinjaman
c. Rasio Cadangan Risiko
Terhadap Pinjaman Bermasalah
d. BMPP terhadap calon anggota,
koperasi lain dan anggotanya
terhadap volume pinjaman
10
5
5
commit to user
43
3 Manajemen 15
a. Manajemen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen permodalan
d. Manajemen Aktiva
e. Manajemen Likuiditas.
3
3
3
3
3
4 Efisiensi 10
a. Rasio biaya operasional
pelayanan terhadap partisipasi bruto
b. Rasio aktiva tetap terhadap total
aset
c. Rasio efisiensi pelayanan
4
4
2
5 Liquiditas 15
commit to user
44
b. Rasio volume pinjaman
terhadap dana yang diterima 5
6 Kemandirian
dan
Pertumbuhan
10
a. Rentabilitas aset
b. Rentabilitas Modal Sendiri
c. Kemandirian Operasional Pelayanan
4
3
3
7 Jatidiri
Koperasi
10
commit to user
45
b. Rasio promosi ekonomi anggota
(PEA) 3
JUMLAH 100
Tabel 2.2
Aspek Penilaian Terhadap Kesehatan Koperasi
F. Pinjaman bermasalah
1. Pengertian pinjaman/kredit.
Pinjaman adalah sebutan yang dipakai dalam koperasi,
dalam dunia keuangan lainnya biasa disebut dengan “kredit”.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan atau dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antar pihak bank/koperasi
dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
sejumlah imbalan berupa bunga atau pembagian hasil
commit to user
46
artinya percaya, to believe, to trust. Tujuan dari pemberian
kredit adalah aman , terarah dan menghasilkan. Karakteristik
kredit adalah asset bank/koperasi yang pengelolaannya
dikuasai kepada pihak lain (debitur). Menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang
dimaksud dengan kredit adalah
Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara ban dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.
2. Unsur-unsur perkreditan.
Dalam kredit terdapat unsur-unsur yang menjadikannya
kepercayaan dari kreditur kepada debitur, bila rasa percaya
sudah muncul dan ketentuan-ketentuan yang ada sekaligus
waktu telah disepakati oleh kedua belah pihak, maka dapat
disimpulkan bahwa kredit memiliki beberapa unsur, yaitu:
a. Kepercayaan
Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau
jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka
waktu tertentu di masa yang akan datang.
b. Waktu
Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada
commit to user
47
pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada
sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima
pada masa yang akan datang.
c. Deegre of risk
Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan
diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan
semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh
kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka
masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat
diperhitungkan. timbulnya unsur risiko terdapat disini.
Adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam
pemberian kredit.
d. Prestasi atau objek kredit
Tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga
dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan
ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang maka
transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang
sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
commit to user
48
Kegiatan penyaluran pinjaman merupakan proses
pembentukan asset koperasi. Pinjaman merupakan risk asset
bagi koperasi karena asset koperasi itu dikuasai oleh pihak luar
koperasi yaitu para nasabah. Setiap koperasi menginginkan dan
berusaha keras agar kualitas risk asset ini selalu sehat dalam
arti produktif dan collectable. Namun pinjaman yang diberikan
kepada para nasabah selalu ada resiko berupa pinjaman
bermasalah atau dapat digolongkan sebagai pinjaman macet.
Berikut ini adalah penggolongan dari pinjaman bermasalah,
antara lain:
a. Pinjaman Kurang lancar
Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila
memenuhi kriteria dibawah ini:
i. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan
angsuran:
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai
berikut
a) tunggakan melampaui 1 (satu) bulan dan
belum melampaui 2 (dua) bulan bagi
pinjaman dengan angsuran harian dan/atau
mingguan; atau
b) melampaui 3 (tiga) bulan dan belum
commit to user
49
yang masa angsurannya ditetapkan bulanan,
2 (dua) bulan atau 3 (tiga) bulan; atau
c) melampaui 6 (enam) bulan tetapi belum
melampaui 12 (dua belas) bulan bagi
pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan
6 bulan atau lebih; atau
2) Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut:
a.) tunggakan melampaui 1 (satu) bulan tetapi
belum melampaui 3 (tiga) bulan bagi
pinjaman dengan masa angsuran kurang dari
1 (satu) bulan; atau
b.) melampaui 3 (tiga) bulan, tetapi belum
melampaui 6 (enam) bulan bagi pinjaman
yang masa angsurannya lebih dari 1 (satu)
bulan.
ii. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu :
1) Pinjaman belum jatuh tempo
Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3
(tiga) bulan tetapi belum melampaui 6 (enam)
bulan
2) Pinjaman telah jatuh tempo
Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar
tetapi belum melampaui 3 (tiga) bulan.
commit to user
50
Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman
yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar
tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa:
i. Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya
bernilai sekurang-kurangnya 75 % dari hutang
peminjam termasuk bunganya; atau
ii. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya
masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang
peminjam termasuk bunganya.
c. Pinjaman macet
Pinjaman digolongkan macet apabila:
i. Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan,
atau
ii. Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sejak digolongkan
diragukan belum ada pelunasan.
iii. Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan
kepada Pengadilan Negeri atau telah diajukan
penggantian kepada perusahaan asuransi pinjaman.
4. Faktor penyebab pinjaman bermasalah