DAYA ANTI-ATEROSKLEROSIS Zn-TURUNAN KLOROFIL
DARl DAUN SINGKONG
(Manihot esculenta
Crank)
PADA KELlNCl PERCOBAAN
OLEH : ALSUHENDRA
SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
"Diribut rundu Wah padi Dicupak Oatuk Tumenggung
Hidup kalau tidak berbudi Ouduk tegak kemari canggung
Tegak rumoh karena sendi Runtuh sendi rumoh binaso
Sendi bangso ialah budi Runtuh budi runtuhlah bangso"
(Hamko)
Oipersembahkan untuk r
Abak, Amok (alm.), Uni (alm.) dan saudcrra-saudora di Padcrng,
Apok, Amak don saudara-saudara di Solok,
ABSTRAK
ALSUHENDRA. Daya Anti-aterosklerosis ZnmTurunan Klorofil dari Daun Singkong (Manihot
esculenta
Crank) pada Kelinci Percobaan. Di bawah bimbingan Deddy Muahtadl sebagal ketua dan DJokowoerJo Sastradlpradja serta Tutik Wresdiyati sebagai anggota komlsl pembimbing.Klorofil yang banyak terdapat dalam sayuran hijau mempunyai potensi besar sebagai komponen fungsional pangan. Berbagai laporan memperlihatkan bahwa klorofil dapat berperan sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antigenotoksik, antiklastogenik, dan antimutagenik. Sampai saat ini belum ada laporan tentang efek toksik dari klotofil atau senyawa turunannya pada manusia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Menentukan kandungan klorofil beberapa janis sayuran hijau. (2) Mempelajari pembuatan kom leks Zn-turunan klorofil melalui
R
penggantian ion dalam klorofil asal dengan ion Zn pada beberapa konsentrasi ion
zn2+; (3) Mempelajari beberapa karaktaristik fisik kompleks Zn-turunan klorofil yang
dihasilkan; (4) Mempelajari manfaat Zn-turunan klorofil sebagai komponen fungsional
pangan dalam mencegah kejadian aterokslemsis pada kelinci percobaan; dan (5)
Mempelajari manfaat Zn-turunan klorofil sebagai kornponen fungsional pangan dalam mencegah kelainan histopatologis hati dan ginjal kelinci percobaan. Hipotesis penelitian adalah : (1) Penggantian ion ~ g " dengan ion zn2' menghasilkan pmduk dengan karaktetistik berbeda dengan klorofil asal; (2) Semakin banyak ion Zn2+ yang ditambahkan untuk menggantikan ion ~ g " , semakin stabil dan cerah wama kompleks Zn-turunan klorofil yang dihasilkan; (3) Pemberian kompleks Zn-turunan klorofil kepada kelinci percobaan dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol serum darah kelinci percobaan; (4) Kompleks Zn-turunan klorofil dapat mencegah pembentukan lesi aterosklerosis pada
aorta kelinci percobaan; dan (5) Kompleks Zn-turunan klorofil dapat mencegah te jadinya
perlemakan hati dan penumpukan protein pada ginjal kelinci percobaan.
Penelitian dilakukan dalam 4 tahap, yaitu : (1) Penentuan kandungan klorofil dari 10 jenis sayuran hijau dan 2 jenis rumput; (2) Ekstraksi klorofil, penyiapan turunan klorofil serta pembuatan kompleks Zn-turunan klorofil; (3) Pengamatan profil lipid darah kelinci percobaan setelah diberi ransum yang mengandung bubuk kompleks Zn-turunan klorofil; dan (4) Pengamatan kejadian aterosklerosis pada aorta dan keadaan histopatologis hati dan ginjal kelinci percobaan setelah diberi ransum yang mengandung bubuk kompleks Zn-turunan klorofil.
Pada tahap pertama ditentukan kandungan klorofil 10 jenis sayuran, yaitu bayam (Amaranthus tricolor), kangkung (Ipomoea aqualytica), daun singkong (Manihot esculenta), daun katuk (Sauropus andmgynus), caisin (Brassica chinensis), kacang panjang (Vigna anguiculata), buncis (Phaseolus vulgaris), poh-pohan (Pilea trinerivia), selada (Lactuca sativa), dan kemangi (Ocinum arnedcanum), serta 2 jenis rumput, yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan alang-alang (Imperata cylindrica). Hasil analisis memperlihatkan bahwa daun singkong memiliki kandungan klorofil paling tinggi (3967.5 pglg) dibandingkan dengan sayuran lain (224.6
-
2202.0 pglg) dan rumput(2326.3
-
2673.2 pglg). Oleh karena itu, daun singkong selanjutnya digunakan sebagaiPembuatan kompleks Zn-turunan klorofil dilakukan dengan menambahkan 0 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm ion zn2' dalam bentuk Zn-asetat dihidrat ((CH3C00)2Zn.2H20) kepada turunan klorofil. Agar dapat dibuat menjadi bubuk, ke dalam larutan Zn-turunan klorofil selanjutnya ditambahkan dekstrin. Bubuk Zn-turunan klorofil diperoleh setelah campuran tersebut dikeringkan dengan pengering semprot
(spmy d~yer). Penambahan 200 ppm ion zn2+ memberikan produk dengan karakteristik
terbaik dari wama, kadar air, kadar abu, kadar seng total, pH, dan kelarutan. Bubuk ini selanjutnya diberikan kepada kelinci untuk mempelajari pengaruhnya terhadap pembentukan lesi ateroslerosis serta keadaan histopatologis hati dan ginjal kelinci.
Pada penelitian ini digunakan 20 ekor kelinci jantan New Zealand White galur lokal yang berumur 5 6 bulan dengan bobot badan 2.0-3.0 kg. Kelinci dibagi menjadi 5 kelompok dan diberi 4 perlakuan berbeda selama 12 minggu. Keempat perlakuan tersebut adalah kontrol positif (K+), kontrol negatif (K-), perlakuan I (PI), dan perlakuan II
(P2). Kelinci P1 diberi ransum yang mengandung 16.7 mg Zn-turunan klorofil/kg/hari
(dosis 1) dan 0.1% kolesterol; kelinci P2 diberi ransum yang mengandung 50.1 mg Zn-
turunan klorofiVkg1hari (dosis 2) dan 0.1% kolesterol, kelinci K- diberi ransum standar
bebas kolesterol, dan kelinci K+ diberi ransum yang hanya mengandung 0.1 % kolesterol.
Pengamatan terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan LDL serum darah kelinci dilakukan pada minggu ke-0, 4, 8 dan 12. Pada akhir penelitian semua kelinci dimatikan dan diamati kejadian lesi aterosklerosis pada aorta, perlemakan hati dan pengendapan protein pada ginjal. Untuk keperluan ini digunakan pewamaan Verhoeff- von Gieson pada aorta dan Hematoxylin-Eosin pada hati dan ginjal.
Hasil penelitian memeperlihatkan bahwa perlakuan 2 (P2) secara nyata dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol total dan LDL serum darah kelinci. Kelinci K+ dan P I mengalami peningkatan kadar kolesterol dari 87.2 mgldl dan 8.1 mgldl menjadi 266.3 mgldl dan 361.8 mgldl secara berturut-turut. Kadar kolesterol kelinci P2 sedikit meningkat pada minggu ke4, tetapi turun kembali menjadi 78.3 mgldl setelah 12 minggu penelitian. Kadar trigliserida semua kelinci relatii rendah, yaitu berkisar antara 38.8 mgldl hingga to 70.1 mgldl. Namun, kadar LDL kelinci K+ (163.1 mg/dl) dan P1 (319.3 mgldl) lebih tinggi dibandingkan dengan kelinci K- (12.2 mgldl) dan P2 (43.9 mgldl). Rasio kolesterol totaVHDL kelinci P2 (1.9:1) tidak berbeda nyata dengan kelinci K-(1.6:1), tetapi kelinci K+ (5.2:l) dan P I (8.1:l) memiliki rasio > 5 (resiko tinggi terkena aterosklerosis).
Pada aorta kelinci K+ ditemukan lesi dengan luas 2.2% dari luas aorta, 6.6% pada kelinci P1 dan 0.6% pada kelinci P2. Sementara itu, perhitungan jumlah butiran lemak pada hati kelinci memperlihatkan bahwa hati kelinci K+ mengalami perlemakan yang paling berat dibandingkan dengan kelinci lainnya. Terdapat 25.52 butir lemak per bidang pandang pada hati kelinci K+, 23.46 butir per bidang pandang pada hati kelinci Pl, 4.40 butir per bidang pandang pada hati kelinci P2 dan 3.86 butir per bidang pandang pada
hati kelinci K-. Sebanyak 15.76% dari semua glomerolus yang ada pada ginjal kelinci K+
mengalami pengendapan protein, sedangkan pada kelinci K- adalah 2.84%, kelinci P1 2.92% dan kelinci P2 4.34%.
ABSTRACT
ALSUHENDRA. Antiatherosclerosis Capacity of Zn-Chlorophyll Derivatives from Cassava Leaves (Manihot esculenta Crank) on Experimental Rabbit Supervised by Deddy Muchtadi as chairman, Djokowoerjo Sastradipradja and Tutik Wresdiyati as members of the advisory committee.
Green vegetables contain much chlorophyll which has a potency as functional component of fwd. Previous studies showed that chlorophyll could act as antioxidant, anticancer, anti-inflammation, antigenotoxic, anticlastogenic, and antimutagenic. There are no reports on the toxic effect of chlorophyll or its derivatives in humans.
The objectives of this research were (1) to determine the chlorophyll content of some green vegetables; (2) to study the formation of zinc (Zn) complex of chlorophyll derivatives at 4 levels of ion Zn2'; (3) to study the physical characteristics of Znchlorophyll derivatives; (4) to study the effect of Znchlorophyll derivatives on atherosclerosis of experimental rabbits; and (5) to study the effect of Zn-chlorophyll derivatives on the histopathological change in the liver and kidney of experimental atherosclerotic rabbits. The hypothesis of the research were (1) the color of Zn-chlorophyll derivatives was more stable and bright than native chlorophyll; (2) Zn-chlorophyll derivatives could prevent increasing of serum cholesterol level of experimental rabbits; (3) Znchlorophyll derivatives could prevent the fomation of lession on aorta of experimental rabbits; and (4)
Znchlorophyll derivatives could prevent the development of fatty liver and protein precipitation on glomerular of experimental rabbit's kidney.
The research was divided into four stages, that were, (1) determination of chlorophyll content of 10 kinds of green vegetables and 2 kinds of grasses, (2) extraction of chlorophyll from cassava leaves, preparation of chlorophyll derivatives and production of complex of Zn-chlorophyll derivatives, (3) evaluation of serum lipid profile of experimental rabbits given feed containing complex powder of Zn-chlorophyll derivatives, and (4) evaluation of lession on aorta and histopathological evident in the liver and kidney of experimental rabbits given feed containing complex powder of Zn-chlorophyll derivatives.
The chlorophyll content of 10 kinds of green vegetables and 2 kinds of grasses (Amaranthus tricolor, lpomoea aqualytica, Manihot esculenta, Saumpus androgynus, Brassica chinensis, Vigna anguiculata, Phaseolus vulgaris, Pilea trinervia, Lactuca sativa, Ocinum americanum, Pennisetum purpureum and lmperata cylindrica) were analysed. The result of analysis showed that cassava leaves have highest chlorophyll content
(3967.5 pglg) than others green vegetables (224.6
-
2202.0 pglg) and grasses (2326.3-
2673.2 pglg). Therefore, chlorophyll was extracted from fresh cassava leaves usiqg ethanol 95%, and then a complex of Zn-chlorophyll derivatives was made.
Zn-chlomph~ll derivatives were made by adding 0 ppm, 100 ppm, 150 ppm and
200 ppm of ion Zn
'
as Zn-acetate dihydrate ((CH3C00)2Zn.2Hz0) to chlorophyll extract.After addition of dextrin, powder of Znchlorophyll derivatives were obtained by spray drying. Added 200 ppm of ion zn2' to chlorophyll extract yielded the best characteristics (color, water content, ash content, total zinc content, pH, and solubility) of Zn-chlorophyll derivatives.
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya penutis dapat menyelesaikan disertasi ini dalam rangka penyelesaian studi program
Doktor (S3). Disertasi dengan judul "Daya Anff-aterosklerosis Zn-Turunan Klorofii dari
Daun Singkong (Manihot esculenta Cmntr) pada Keiinci Percobaann ini ditulis untuk
memenuhi salah satu persyaratan bagi penulis dalam memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi llmu Pangan, Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.
Di dalam disertasi ini penulis menjelaskan latar belakang, tujuan, tahapan, tinjauan tentang berbagai aspek yang diteliti, khususnya tentang klorofil dan aterosklerosis, serta hasil penelitian dan kesimpulan yang diambil. Penulis melihat bahwa penelitian tentang
turunan klorofil ini penting dilakukan karena sampai saat ini informasi tentang klorofil dan
turunannya, terutama peranannya dalam bidang kesehatan serta efek toksiknya masih
relatif sedikit. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis memaparkan berbagai hasil yang
diperoleh, sehingga dapat melengkapi dan memperkaya informasi yang telah ada selama
ini.
Penelitian ini penulis selesaikan atas berbagai sumbangan pemikiran dan mqsukan
dari komisi pembimbing serta bantuan beibagai pihak. Untuk itu, sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Oeddy Muchtadi, M.S., selaku ketua komisi pembimbing, atas segala pengetahuan, masukan, saran, arahan dan nasehat yang telah diberikan kepada
penulis selama perkuliahan dan pembimbingan, sehingga penulis tidak hanya mendapatkan pengetahuan dalam bidang akademik, tetapi juga ilmu dan wawasan
tentang kehidupan.
2. Prof. Dr. dm. Djokowoerjo Sastradipradja, selaku anggota komisi pembimbing, atas
Zealand White rabbits age 5-6 month and 2.0-3.0 kg in weight were used for this study. Experimental rabbits were divided into 5 groups; group I was positive control (K+) that served as cholesterol-fed controls (received 0.1 % cholesterollday), group II was negative . control (K-) that received standard diet (cholesterol-free diet), group Ill was treatment I (Pl) that received 16.7 mglkgld (dose I) of Zn-chlorophyll derivatives and 0.1% cholesterol and group IV was treatment II (P2) that received 50.1 mglkgld (dose II) of Zn- chlorophyll derivatives and 0.1 % cholesterol. Level of serum total cholesterol, triglyceride, HDL-cholesterol and LDL-cholesterol were determined at week of 0, 4, 8, and 12. At the end of research (week 12), all experimental rabbits were sacrificed and the lession on aorta, fatty liver and protein precipitation on kidney were observed. The aorta tissue were stained by Verhoeff-von Gieson staining and the tissue of liver and kidney were stained by Hematoxylin-Eosin staining.
The results of the research showed that dose II (P2) treatment significantly prevented the increase of serum total cholesterol and LDLcholesterol levels. Positive control (K+) rabbits and dose I (PI) rabbits significantly increased serum total cholesterol from 87.2 mgldl and 82.1 mgldl to 266.3 mgldl and 361.8 mgldl, respectively. Cholesterol level of P2 slightly increased for 4 weeks, but decreased to 78.3 mgldl after 12 weeks. Triglyceride level of all rabbits were between 38.8 rngldl to 70.1 mgldl, but LDLcholesterol level of K+ (163.1 rngldl) and P1 (319.3 mgldl) was higher than K- (12.2 mgldl) and P2 (43.9 mgldl). Total cholesteroVHDL-cholesterol ratio of P2 (1.9:1) was not significantly difference with K- (1.6:1), but rabbits of K+ (5.2:1) and P1 (8.1:l) had ratio which was greater than 5 (high risk for atherosclerosis).
There was 2.2% lession area on aorta of K+, 6.6% of P I and slightly lession on aorta of P2 (0.6%). Rabbits consumed only 0.1% cholesterol (K+) had fatty liver, and so also with P1 rabbits. Meanwhile, there was no protein precipitation on the glomerolus of P1 and P2 kidneys, but a lot of proteins were found on the glomerolus of K+ kidney.
SURATPERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pemyataan dalam '
disertasi saya be judul :
"DAYA ANTI-ATEROSKLEROSIS Zn-TURUNAN KLOROFIL DARl DAUN SINBKONG
(Manihot esculenta Crantz) PADA KELINCI PERCOBMNn
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan pembimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. 'Disertasi ini belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguman tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juni 2004
"5
Judul Disertasi : Daya Anti-aterosklerosis Zn-Turunan Klorofil dari Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) pada Kelinci Percobaan Nama Mahasiswa : Alsuhendra
Nomor Pokok : 985057
Program Studi : llmu Pangan
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Deddv Muchtadi, M.S.
-
I / - L . .-nerua
Prof. Dr. Drh. Diokowoerio Sastradipradia Dr. Drh. Tutik ~ r e s d i y a t i
Anggota Anggota
2. Ketua Program Studi llmu Pangan 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
-V&L:
Prof. Dr. Ir. Bettv Sri Laksmi Jenie, M.S.
DAYA ANTI-ATEROSKLEROSIS Zn-TURUNAN KLOROFIL
DARl DAUN SINGKONG
(Manihot esculenta
Crantz)
PADA KELlNCl PERCOBAAN
OLEH :
ALSUHENDRA
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor pada
Program Studi llmu Pangan
SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
dikembangkan, sehingga dapat membuka wawasan dan cakrawala berpikir penulis
secara lebih integral.
3. Dr. drh. Tutik Wresdiyati, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan
masukan, arahan, bimbingan dan nasehat tentang keilmuan, sehingga dapat
memperkaya pengalaman penulis dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan
dihadapi di masa datang.
4. Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, selaku penguji luar komisi pada ujian tertutup dan
terbuka, atas segala masukan dan tambahan bagi kelengkapan disertasi penulis,
sehingga disertasi yang penulis buat menjadi lebih kaya dan fokus pada bidangnya.
5. Prof. Dr. Sjamsul Arifin Achmad, selaku penguji luar komisi pada ujian terbuka, atas segala masukan dan tambahan keilmuan yang telah memperkaya disertasi ini.
6. Bapak drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si dan adik-adik Hera, Sofi, Lusi, dan Vivi atas
bantuannya dalam pengambilan organ kelinci serta pelaksanaan pewarnaan dan
pemotretan slide.
7. Bapak drh. Endi Ridwan, Bapak Endang, Bapak Pandi dan rekan-rekan dari Puslitbang Gizi Bogor, atas bantuannya selama pemeliharaan kelinci dan analisis profil lipid
darah.
8. Para teknisi dan laboran di beberapa laboratorium PAU Pangan dan Gizi IPB, Balitbio
Bogor dan Pusat Studi Satwa Primata IPB atas bantuannya selama pelaksanaan
penelitian.
9. Bagian Program URGE DiMi, PT. lndofood Sukses Makmur, dan Yayasan Supersemar
atas bantuan dana perndidikan (beasiswa) dan dana penelitian selama penulis mengikuti S3 di Sekolah Pascasarjana IPB.
10. Teman-teman IPN senasib sepenanggungan selama mengikuti perkuliahan di PS llmu
1 1 .Ayahnda Juar, lbunda Jawaher (alm.) dan saudara-saudara di Padang serta Amak, Apak dan saudara-saudara di Solok, atas do'a dan dorongan kepada penulis untuk ,
dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.
12.lsteri dan anak-anak tersayang, atas do'a, dorongan, kesabaran dan kasih sgyang
yang diberikan, sehingga dapat menambah semangat penulis untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasa jana IPB.
Mudah-mudahan Allah S W membalas segala kebaikan yang telah dilakukan.
Bogor, Juni 2004
Penulis
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1971 di Padang, Sumatera Barat.
Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara, dari Bapak Juar St.
Bagindo dan Ibu Jawaher (almarhumah).
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar pada tahun 1984 di SD lnpres I PJKA Padang. Selanjutnya penulis memasuki SMP Negeri 5 Padang hingga selesai pada tahun
1987. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 3 Padang dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 1990. Pada tahun 1990 tersebut penulis
melanjutkan pendidikan ke lnstitut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB
(USMI), dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga (GMSK) Fakultas Pertanian IPB. Penulis menyelesaikan pendidikan di jurusan
GMSK pada tahun 1995 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa
Program Magister di Program Studi GMSK Program Pascasarjana IPB. Selama
pendidikan di Program Studi GMSK tersebut penulis mendapat bantuan dana pendidikan dari Proyek University Research for Graduate Education (URGE) Batch II Tahun Anggaran
199511996. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pehdidikan S2 dan pada tahun 1998
itu juga penulis melanjutkan pendidikan S3 (Doktor) pada Program Studi llmu Pangan,
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penulis juga
mendapatkan bantuan pendidikan dari URGE Batch V Tahun Anggaran 199811999.
Pada tahun 2001 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional dengan tugas sebagai Staf Pengajar di Program Studi
Tata Boga, Jurusan llmu Kesejahteraan Keluarga (IKK) Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Jakarta. Penulis menikah dengan Delvianti, SP pada tahun 1998 dan telah
dikaruniai dua orang putera, yaitu Akhdan Al-Anshari Suhendra dan Muhammad Al-Ghifari
Suhendra.
Selama mengikuti program S3, penulis menjadi anggota Persatuan Ahli Teknologi
Pangan lndonesia (PATPI) dan Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia (HKBAI). Karya
ilmiah berjudul "Daya Antihiperkolesterolemia Zinkofilin" yang meru pakan bag ian dari
disertasi ini telah disajikan dalam seminar nasional PATPl di Malang, tanggal 30-31 Juli
dan diterbitkan sebagai artikel ilmiah dalarn Jurnal Teknologi dan lndustri Pangan Tahun
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1
...
viDAFTAR TABEL
...
viiiDAFTAR GAMBAR
...
X...
DAFTAR LAMPIRAN
I
.
PENDAHULUAN...
Latar Belakang
...
...
Tujuan Penelitian
...
Hipotesis
...
Kegunaan PenelitianII
.
TINJAUAN PUSTAKA...
Sayuran Daun Hijau
...
Komposisi Kimia Sayuran
...
Manfaat Sayuran
...
...
Klorofil
Fungsi Klorofil dalam Transfer Elektron
...
Kompleks
Zn-Turunan
Klorofil...
Manfaat Klorofil dan Senyawa Turunannya
...
Manfaat Sebagai Pewama
...
Manfaat bagi Kesehatan
...
Manfaat Zn bagi Tubuh
...
Patogenesis Aterosklerosis
...
Hubungan Lipoprotein dengan Aterosklerosis
...
Kejadian Aterosklerosis
...
...
Sindroma Aterosklerosis pada Hati dan Ginjal
Faktor Resiko Aterosklerosis
...
Upaya Pencegahan dan Pengobatan Aterosklerosis
...
111
.
BAHAN DAN METODA PENELlTlAN...
.
.
Rancangan Penel~t~an
...
Analisis Statistika
...
.
.
...
IV
.
HASlL DAN PEMBAWASAN...
Penentuan Kandungan Klorofil 10 Jenis Sayuran Hijau dan 2 Jenis Rumput
Pembuatan Bubuk Zn-Turunan Klorofil dari Daun Singkong
...
Pengamatan Terhadap Profil Lipid Darah. Kejadian Aterosklerosis Pada Aorta Serta Keadaan Histopatologis Hati Dan Ginjal Kelinci Yang Diberi
...
Zn-Turunan Klorofil
...
V.
SIMPULAN DAN SARANSimpulan
...
Saran
...
DAFTAR TABEL
Teks Halaman '
Penggolongan Sayuran Menurut Bagian dari Tanaman
...
9Kandungan Klorofil Beberapa Jenis Sayuran
...
15Jenis-jenis Senyawa Turunan Klorofil
...
17Komposisi Lipoprotein Menurut Densitas
...
33Faktor Resiko Positif dan Negatif Aterosklerosis
...
44Susunan Ransum Standar per 200 Kg Bahan
...
74Kandungan Nutrisi Ransum Standar per 100 g Bahan
...
74Jenis-jenis Diet Menurut Perlakuan yang Diberikan pada Kelinci
...
77Kandungan Klorofil10 Jenis Sayuran dan 2 Jenis Rumput Sebagai Pembanding
...
84Karakteristik Wama Bubuk
Z
n-Turunan Klorofil Sebelum dan Setelah...
Dipanaskan...
.
.
90Wama Produk Zn-Turunan Klorofil Sebelum dan Setelah Dipanaskan
...
96...
Karakteristik Fisik dan Kimia Bubuk Zn-Turunan Klorofil 98 Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Kelinci...
106...
Rata-rata Konsumsi Ransum Kelinci 107 Rata-rata Kadar Kolesterol Total Serum Darah Kelinci...
.
.
.
...
108Rata-rata Kadar Trigliserida Serum Darah Kelinci
...
110...
Rata-rata Konsumsi Lemak dan Energi Kelinci 111 Rata-rata Kadar HDL Kolesterol Serum Darah Kelinci...
112Rata-rata Kadar LDL Kolesterol Serum Darah Kelinci
...
11420 . Rata-rata Rasio Kadar Kolesterol Total dan HDL
...
11622
.
Nilai Luas Aorta (IELA). Luas Lesi (IA). Luas Lumen (LA) dan Rasio Ketebalan Maksimum lntima terhadap Ketebalan Maksimum Media...
(MXITIMXMT) dari Aorta Kelinci 120
23
.
Jumlah Butiran Lemak pada Hati Kelinci...
12424
.
Persentase Penumpukan Protein pada Glomerolus Kelinci...
12825
.
Tmlox Equivalent Antioxidant Capacity (TEAC) Sen yawa Klorofil danDAFTAR GAMBAR
No
.
Te ks Halaman '1
.
Rumus Bangun Klorofil a dan b...
142
.
Perubahan Klorofil Menjadi Beberapa Senyawa Turunannya...
163
.
Jalur Perubahan Klorofil yang Umum dan Tidak Umum di Alam...
184
.
Kejadian Seluler dan Molekuler dalam Proses Aterosklerosis...
385
.
Tahapan Kejadian Atemsklerosis pada Manusia...
396
.
Pembentukan Radikal Hidroksil melalui Reaksi Fenton...
507
.
Skema Penelitian Tahap I...
658
.
Skema Penelitian Tahap II...
669
.
Skema Penelitian Tahap Ill dan IV...
:...
6610
.
Diagram Alir Prosedur Pembentukan Zn-Turunan Klorofil...
701 1
.
Tahap Penelitian Pemberian Bubuk Zn-Turunan Klorofil kepada Kelinci...
8112
.
Wama Produk Zn-Turunan Klorofil Sabelum Dipanaskan...
9513
.
Wama Produk Zn-Turunan Klorofil Setelah Dipanaskan...
9614
.
Pembentukan Kompleks Zn-Turunan Klorofil...
9715
.
lkatan Antara Zn-Turunan Klorofil dengan Molekul Air...
.
.
...
10316
.
Gambaran Histologis Aorta Kelinci...
11817
.
Gambaran Jaringan Hati Kelinci...
123DAFTAR LAMPIRAN
Te ks Halaman
...
Prosedur Pewarnaan Verhoeff-van Gieson 155
...
Prosedur Pewamaan Hematoxylin.Eosin 156
Prosedur Analisis Kolesterol Total Serum
...
157...
Prosedur Analisis Trigliserida Serum 158
...
Protiedur Analisis HDL Kolesterol Serum 159
...
Prosedur Analisis Kadar Air 161
...
Prosedur Analisis Kadar Abu 161
Perhitungan Rendemen
...
161Prosedur Analisis Kelarutan
...
162 Prosedur Pengukuran pH...
162Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Nilai Whiteness (L) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
.
.
...
163Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Nilai Greeness (a) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
163Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Nilai Yellowness (b) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
164Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Nilai Hue (h) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
164Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Nilai Saturatbn (C) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
165Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Nilai Total Color Difference (AE) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
165 Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk...
Rendemen Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
:
166Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
...
Hasil Analisis Ragam 'dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
...
Kadar Abu Bubuk Zn-Turunan Klorofil
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
...
Nilai pH Bubuk Zn-Turunan Klorofil
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Kadar Seng (Zn) Bubuk Zn-Turunan Klorofil
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untukKelarutan Bubuk Zn-Tunrnan Klorofil
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk...
Pertambahan Bobot Badan Kelinci
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Konsumsi Ransum Kelinci
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Kadar Kolesterol Total Serum Darah Kelinci Minggu ke-12
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Kadar Trigliserida Serum darah Minggu ke-12
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Kadar HDL Kolesterol Serum Darat'l Kelinci Minggu ke-12
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Kadar LDL Kolesterol Serum Darah Kelinci Minggu ke-12
...
Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
...
Luas Aorta Kelinci30. Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Luas Lumen Aorta Kelinci
...
17231. Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
Luas Lesi Aorta Kelinc~
...
173 32. Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untukJumlah Butiran Lemak pada Hati Kelinci per Bidang Pandang
...
17333. Hasil Analisis Ragam dan Uji Perbandingan Berganda Duncan untuk
...
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya pemenuhan gizi masyarakat lndonesia menghendaki peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan, baik di tingkat nasional maupun rumah tangga. Hal
ini dimaksudkan agar sumberdaya manusia yang berkualitas dapat diperoleh, sehingga kine ja pembangunan manusia Indonesia dapat lebih ditingkatkan. Beberapa penelitian
mutakhir telah memperlihatkan bahwa dari banyak faktor yang berperan dalam menentukan kualitas sumberdaya manusia, gizi merupakan salah satu faktor yang paling
penting (Syarief, 1997).
Berbagai jenis zat gizi dan atau metabolit sekunder yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari konsumsi beragam jenis pangan. Dalam susunan menu makanan
masyarakat Indonesia, jenis-jenis pangan yang diharapkan dapat memberikan
sumbangan zat gizi dan atau metabolit sekunder dapat dilihat dari pola 4 sehat 5
sempuma serta beberapa pesan dalam 13 Pedoman Umum Gizi Seirnbang. Salah satu
dari jenis pangan tersebut adalah sayuran.
Sayuran telah dikenal luas oleh masyarakat lndonesia karena harganya yang
murah serta mudah didapat. Jenis pangan ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk
masakan atau makanan olahan yang lezat (prepared dishes), meskipun pada beberapa
kelompok masyarakat sayuran lebih suka dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai
lalapan.
Telah diketahui bahwa sayuran dapat menyumbang bebempa zat gizi dan atau
metabolit sekunder, seperti vitamin, mineral, serat pangan dan antioksidan. Pada
umumnya sayuran mempunyai kadar air yang tinggi, tetapi mengandung protein dan
lemak dalam jumlah relatif rendah. Sayuran merupakan sumber karbohidrat yang dapat
Konsumsi sayuran telah dikaitkan dengan menurunnya insiden serta angka mortalitas akibat penyakit kanker. Sayuran juga dapat mencegah timbulnya penyakit
degeneratif, melengkapi zat gizi yang kurang, memelihara kesehatan tubuh secara umum,
memperlambat proses penuaan, memelihara sistem kekebalan tubuh, mengatasi stres serta membantu menghambat perkembangan penyakit (Karyadi, 1996).
Perlindungan terhadap berbagai penyakit seperti penyakit degeneratif dimungkinkan oleh adanya antioksidan dalam sayuran. Antioksidan merupakan substansi yang dapat menghambat atau mengurangi kerusakan oksidati suatu molekul. Di dalam tubuh manusia antioksidan berperan dalam manangkap atau menghancurkan radikal
bebas, sehingga tubuh terlindung dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas yang tidak terkontrol.
Sebagai molekul yang sangat labil radikal bebas dapat membentuk kompleks
dengan molekul lain untuk menghasilkan senyawa baru. Radikal bebas dibentuk melalui dua cara, yaitu secara endogen, sebagai respon normal dari rantai proses biokimia di
dalam tubuh, serta secara eksogen atau diperoleh dari lingkungan (Supari, 1996).
Beberapa radikal bebas di dalam tubuh, seperti anion superoksida
(023,
singlet oksigen('02)~ dan radikal bebas hidroksil ('OH), dapat digunakan oleh sel fagositik (phagocytic
cells) untuk membunuh mikroba, sel kanker dan virus (Roitt, 1991). Namun, radikal bebas tersebut dapat pula menyerang, menyebabkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel tubuh yang sehat jika terdapat dalam jumlah tidak terkontrol. Oksidasi lipoprotein densitas
rendah (Low Density LypoproteinlLDL) merupakan salah satu contoh akibat banyaknya
radikal bebas di dalam tubuh yang pada tahap selanjutnya dapat menimbulkan te rjadinya penyakit aterosklerosis.
Kerusakan karena serangan radikal bebas secara umum dapat menyebabkan
dan penyakit jantung, mengurangi umur harapan hidup dan menurunkan kualitas hidup (Setright, 1993). Penyakit-penyakit lain yang mungkin terjadi adalah aterosklerosis,
stroke, infark miokardiak, artritis, inflamasi, shock, traumatic injuv pada otak dan spinal
cord (Gutteridge & Halliwell, 1994), lesi iskhemik perfusi, lesi vaskuler serebral, parkinson, alzheimer, penuaan, emfisemia, dan diabetes (Nabet, 1996).
Pada kenyataannya radikal bebas dapat menimbulkan bahaya patologis bagi
tubuh. Oleh karena itu, antioksidan yang bertindak sebagai penangkap atau penghancur radikal bebas haws dikonsumsi setiap hari dalam jumlah cukup. Efektivitas antioksidan
dalam mencegah atau rnengurangi terjadinya reaksi oksidasi di dalam tubuh yang pada akhimya dapat berakibat pada terjadinya penyakit kardiovaskuler dan kanker telah dilaporkan oleh banyak peneliti. Penelitian di daerah Linxlian, China Tengah selama lebih
dari 5 tahun memperlihatkan bahwa orang-orang yang rnengkonsumsi formula antioksidan
mengandung p-karoten, vitamin El dan selenium organik setiap hari mempunyai resiko
terkena kanker lambung yang lebih rendah, turun sampai 21%, kanker oesofagus turun
sampai 4%, dan penurunan tingkat kematian dari penyebab lainnya turun sampai 9%
(Setright, 1993). Kadar antioksidan dalam darah yang rendah berhubungan dengan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler dan serangan jantung, tetapi resiko tersebut
dapat diturunkan dengan suplementasi vitamin E (Gey et el., 1993; Stocker, 1999) dan
likopen (Rissanen, 2000).
Antioksidan dapat diperoleh sebagai antioksidan alami atau sintesis dari pangan dan suplemen pangan. Mengkonsumsi pangan kaya antioksidan, terutama dari sayuran dan buah-buahan dapat meningkatkan kadar antioksidan di dalam jaringan tubuh.
Sayuran atau buah-buahan mengandung antioksidan, baik sebagai zat gizi maupun
metabolit sekunder. Beberapa zat gizi yang berperan sebagai antioksidan adalah vitamin
Sementara itu, antioksidan alamiah yang tidak dikategorikan sebagai zat gizi bagi manusia
antara lain amin biogenik, fenol, polifenol, tanin, dan komponen tetrapirolik (terutama
klorofil dan pirofeofitin) (Nabet, 1996).
Dari berbagai antioksidan yang terdapat dalam sayuran atau buah-buahan,
kemampuan klorofil sebagai antioksidan alami mulai banyak dipelajari peneliti. Pada
dasamya klorofil hampir seialu dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia melalui konsumsi sayuran hijau. Jika konsumsi sayuran hijau adalah sekitar 26.75 g sehari (Abuhendra,
1998), dan rata-rata terdapat 1.5 mg klorofillg sayuran hijau, maka dalam sehari konsumsi klorofil oleh masyarakat Indonesia adalah sekitar 40.1 mg. Nilai ini temyata jauh lebih rendah dibandingkan dengan anjuran konsumsi harian (Acceptable Daily Intake) klorofil
untuk orang dewasa dengan berat badan 60 kg menurut Komite Ahli Aditif Pangan
(JECFA) FAOMIHO, yaitu 450 mg/orang/hari (Chiu, Kong & Ooi, 2003).
Klorofil sebenamya merupakan pigmen tanaman yang paling penting karena
terlibat dalam proses fotosintesis serta transformasi cahaya matahari menjadi energi
kimia. Namun, sekarang telah diketahui bahwa klorofil dan beberapa senyawa turunannya
dapat memberikan manfaat bagi manusia, seperti sebagai pewama makanan dan sebagai bahan penghilang aroma yang kurang sedap pada tubuh. Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa klorofil dan turunannya memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antikanker (Breinholt et al., 1995; Hasegawa et al., 1995; Keller et el., 1996 & Tassetti
et a/., 1997). Klorofil juga telah ditemukan mempunyai aktivitas sebagai zat antiinflamasi (Okai & Okai, 1997) serta antigenotoksik (Nagishi, Rai & Hayatsu, 1997).
Penelitian Vlad et el. (1995) sacara in vivo menggunakan tikus perwbaan
memperlihatkan efek anti-aterosklerosis dari cuprofilin, yaitu suatu kompleks an.tara
secara nyata. Oleh karena itu, tampaknya klorofil atau senyawa turunannya mempunyai
potensi sebagai komponen anti-aterosklerosis pada hewan percobaan.
Meskipun telah terbukti mampu betperan sebagai komponen yang memberikan fungsi tertentu bagi tubuh %tau bersifat fungsional (functional food), seperti menurunkan
kadar kolesterol darah dan sebagai antioksidan, banyak penelitian yang masih mencoba
mempelajari efek biologis dan fisiologis klorofil, terutama dalam bentuk turunannya. Salah satu turunan klorofil yang belum banyak dipelajari efeknya bagi tubuh adalah seng-turunan klorofil (Zn-turunan klorofil). Seng-turunan klorofil merupakan suatu kompleks antara ion
zn2+ dengan turunan klorofil, seperti feofitin dan pirofeofitin, yang dibuat dengan cara mengganti ion ~ g ~ ' yang terdapat pada inti porfirin klorofil asal dengan ion zn2'.
Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa Zn-turunan klorofil merupakan salah satu senyawa turunan klorofil yang dianggap bertanggung jawab terhadap
pembentukan wama hijau yang lebih cerah pada sayuran. Garam Zn dengan sengaja ditambahkan ke dalam larutan blanching pada proses pengalengan sayuran komersial (di
Amerika Serikat dikenal sebagai Veri-Gmen) karena mampu mempertahankan dan
meningkatkan wama sayuran hijau yang dikalengkan, seperti kacang polong, buncis dan bayam. Wama yang dihasilkan bahkan lebih stabil dibandingkan dengan wama klorofil asal (von Elbe et al., 1986; Canjura et a/, 1999).
Walaupun kompleks Zn dengan turunan klorofil telah dimanfaatkan dalam proses
pengolahan pangan, pengaruh kompleks ini terhadap keadaan biokimia dan patologis
tubuh belum pemah dilaporkan. Untuk itu, pada penelitian ini dipelajari pengaruh tersebut
dengan menggunakan hewan percobaan.
Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilaporkan terlihat bahwa klorofil mempunyai potensi besar sebagai komponen fungsional pangan. Apalagi sampai saat ini
manusia (Benitez & Wens, 1996). Namun demikian, penelitian tentang aspek keamanan dan sifat menguntungkan dari klorofil perlu terus dilakukan, apalagi jika dilihat bahwa klorofil selama ini memang telah menjadi bagian dari susunan makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Hal penting yang juga haws dilakukan adalah
penentuan kandungan klorofil berbagai jenis sayuran Indonesia, sehingga dapat diketahui
potensi sayuran sebagai sumber klorofil utama bagi tubuh.
Pada penelitian ini dipelajari kandungan klorofil berbagai jenis sayuran, cara
pembuatan turunan klorofil dalam bentuk kompleks Zn-turunan klorofil, peranan klorofil sebagai senyawa anti-aterosklerosis, serta manfaat klorofil dalam mencegah tejadinya gangguan atau kelainan pada hati dan ginjal hewan percobaan. Hal ini didasarkan pada belum banyaknya inforrnasi tentang manfaat turunan klorofil tersebut, terutama yang berkaitan dengan daya anti-aterosklesosis.
Saat ini penyakit aterosklerosis telah menjadi perhatian besar para ilmuwan karena
penyakit ini merupakan penyebab kematian utama, baik di Indonesia maupun dunia.
Aterosklerosis dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakii seperti penyakit jantung
koroner (PJK) dan stroke. Gambaran global WHO (1993) menunjukkan bahwa pada
tahun 1990 tercatat sebanyak 10.9 juta kematian di negara berkembang, dan lebih dari 5.3
juta kematian disebabkan oleh PJK dan stroke. Sementara itu, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Indonesia tahun 1972 menunjukkan bahwa PJK menduduki peringkat ke- 11 sebagai penyebab kematian, tetapi meningkat menjadi peringkat ke-3 pada tahun 1980. Sejak tahun 1992 hingga sekarang PJK ternyata telah menjadi penyebab kematian
utama di Indonesia, terutama di wilayah kota besar (Tumbelaka, 2000). Tejadinya
keadaan ini diduga berkaitan dengan transisi pola makan masyarakat Indonesia, yaitu dari pola makan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan sayuran ke pola barat
karena itu, berbagai upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atemsklerosis ini harus terus dilakukan, sehingga derajat kesehatan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari daya anti-aterosklerosis dari
turunan klomfil dalam bentuk Zn-turunan klorofil, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
bahan dalam mencegah berbagai akibat yang ditimbulkan oleh aterosklerosis.
TuJuan Penelitian Tuluan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan Zn-turunan klorofil sebagai komponen fungsional pangan, melalui bentuk molekul utuh atau metabolitnya, dalam mencegah terjadinya aterosklerosis dan kelainan histologis hati dan
ginjal kelinci percobaan.
Tuluan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
1. Menentukan kandungan klorofil beberapa jenis sayuran hijau.
2. Mempelajari pembuatan kompleks Zn-turunan klorofil melalui penggantian ion
Mg2'
dalam klorofil asal dengan ion zn2' pada beberapa konsentrasi ion zn2'.
3. Mempelajari beberapa karakteristik fisik kompleks Zn-turunan klorofil yang dihasilkan.
4. Mempelajari manfaat Zn-turunan klorofil sebagai komponen fungsional pangan dalam
mencegah kejadian aterosklerosis pada kelinci percobaan yang diberi ransum mengandung Zn-turunan klorofil.
5. Mempelajari manfaat Zn-turunan klorofil sebagai komponen fungsional pangan dalam
mencegah kelainan histopatologis hati dan ginjal kelinci percobaan yang diberi
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Penggantian ion M ~ ~ ' dalam klorofil dengan ion zn2' menghasilkan kompleks Zn-
turunan klorofil yang mempunyai karakteristik berbeda dengan klorofil asal.
Perbedaan jumlah ion 2n2' yang ditambahkan untuk menggantikan ion ~ g ~ '
memberikan pengaruh berbeda pula terhadap stabilitas dan kecerahan warna
kompleks Zn-turunan klorofil yang dihasilkan.
Kompleks Zn-turunan klorofil mempunyai kemampuan dalam mencegah kenaikan kadar kolesterol darah kelinci percobaan.
Kompleks Zn-turunan klorofil dapat rrlencegah pembentukan lesi aterosklerosis pada aorta kelinci percobaan.
Kompleks Zn-turunan klorofil dapat mencegah terjadinya periemakan hati dan pengendapan protein pada ginjal kelinci percobaan.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
Memberikan informasi tentang kandungan klorofil dari beberapa jenis sayuran hijau, sehingga dapat memperkaya daftar komposisi bahan makanan yang ada di Indonesia.
Memberikan informasi tentang daya anti-aterosklerosis Zn-turunan klorofil, sehingga
dapat dikembangkan preparat kesehatan yang mengandung Zn-turunan klorofil
dengan khasiat sebagai pencegah penyakit aterosklerosis.
Memberikan inforrnasi tentang keamanan konsumsi Zn-turunan klorofil melalui pengaruhnya terhadap organ tubuh kelinci yang penting dan sensitif, yaitu hati dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Savuran Daun Hiiau
Sayuran merupakan salah satu jenis pangan yang berasal dari tanaman, meliputi
berbagai bagian dapat dimakan seperti daun, akar, batang, umbi, bunga, dan tangkai daun (Tabel 1). Pada sebagian besar masyarakat Indonesia, kebutuhan akan zat gizi, terutama vitamin dan mineral, umumnya dipenuhi dari konsumsi sayuran. Lebih dari itu,
[image:30.607.84.535.122.783.2]sayuran dianggap sebagai jenis pangan yang baik untuk diet karena mengandung sedlkit lemak dan protein, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh konsumen yang sedang melakukan diet rendah energi (Sediaoetama, 1989).
Tabel 1. Penggolongan Sayuran Menurut Bagian Tanaman (Muchtadi, 1992)
Masyarakat biasanya mengkonsumsi sayuran dalam bentuk segar karena
mengandung zat gizi dan atau metabolit sekunder lebih baik daripada sayuran yang tidak segar. Meskipun demikian, bukan berarti sayuran yang tidak =gar tidak mengandung zat
gizi dan atau metabolit sekunder yang dibutuhkan tubuh. Namun, setiap sayuran
mempunyai komposisi kimia berbeda; praktis tidak ada dua sayuran yang persis sama,
Penggolongan
Sayuran umbiumbian : Akar
Umbi akar (tube0 Umbi bunga (bulb)
Sayuran buah :
Polong-polongan Biji-bijian
Buah
Buah berbiji banyak
Buah dari tanaman merambat Sayuran daun (sayuran hijau)
Sayuran batang (muda) Sayuran bunga
Sayuran tangkai daun Sayuran kecambah
*
Contoh Sayuran
Ubi jalar, wortel Kentang, bit
Bawang merah, bawang putih
Buncis, kapri, kacang merah, kacang panjang
Jagung muda (baby corn)
Sukun, nangka muda, keluwih Tomat, cabe, terong
Gambas, labu, paria, ketimun, kecipir
Kubis, bayam, kangkung
,
sawi, selada, petsai, daun singkongAsparagus, rebung Kembang kol Seledri, sereh
sekalipun berasal dari sebuah tanaman yang sama. Perbedaan komposisi kimia sayuran dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, cara pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan pada waktu dipanen,
dan kondisi penyimpanan setelah dipanen (Muchtadi, 1992).
Di samping dibedakan berdasarkan bagian yang dapat dimakan, sayuran dapat
pula digolongkan berdasarkan wamanya, yaitu hijau tua, hijau muda, dan yang hampir
tidak berwama. Akan tetapi, sayuran yang berwama hijau relati lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan yang tidak betwama. Wama hijau pada sayuran disebabkan oleh
pigmen yang disebut klorofil, terdiri dari klorofil a dan b, yang tersimpan dalam kloroplas.
Sayur-sayuran daun yang berwama hijau tua, lebih banyak mengandung klorofil a, sebaliknya yang berwama hijau muda lebih banyak mengandung klorofil b. Di dalam kloroplas juga terdapat pigmen lain, yaitu karoten. Semakin tinggi kandungan klorofil
sayuran, semakin hijau wama daun, dan semakin tinggi pula kandungan karotennya (Anonymous, 2003a).
Komposisi Kimia Savuran
Sebagian besar jaringan sayuran disusun oleh air yang dapat mencapai 70-90% berat bahan segar, bahkan ada yang lebih besar dari 90°h, seperti pada tomat, seledri, waluh, dan ketimun. Pada tanaman (sayuran) yang masih hidup, banyaknya air di dalam
jaringan tergantung pada banyaknya air yang diabsorpsi melalui akar, serta jumlah air
yang menguap melalui proses transpirasi (Tranggono & Sutardi, 1990).
Zat padat yang terdapat dalam sayuran terutama terdiri atas karbohidrat.
Kandungan karbohidrat tersebut sangat bervariasi, mulal dari 0.2% berat bahan segar
pada bawang merah, hingga lebih dari 27% pada keluwih. Pada umumnya sekitar 60-
70% bahan kering sayuran merupakan karbohidrat, yang terdiri dari gula sederhana, pati,
Kandungan protein dalam jaringan tanaman relatif sedikit, yaitu kurang dari 1% berat bahan segar, tetapi mempunyai peranan penting sebagai unsur struktural membran
sel dan sebagai biokatalisator. Beberapa jenis sayuran daun mengandung protein yang
relatii tinggi, seperti pada daun singkong dan daun pepaya, yaitu sekitar 5.7-5.9%. Namun, secara umum peranan sayuran sebagai sumber protein diet relatif sangat kecil
bila dibandingkan dengan serealia dan bahan pangan hewani.
Sayuran bukan merupakan sumber lipid utama dalam diet karena kandungan
lipidnya relatii rendah, yaitu berkisar antara 0.1-1 % berat bahan segar. Beberapa sayuran mengandung lipid dalam kadar relatii tinggi, khususnya pada kacang-kacangan. Lipid
dalam sayuran terutama disusun oleh asam lemak tjdak jenuh serta beberapa sayuran mengandung asam lemak essensial dan asam lemak omega-3. Asam lemak ini berperan
penting dalam proses pertumbuhan sel otak.
Pigmen merupakan senyawa yang memberikan warna pada bahan makanan,
terrnasuk pada sayuran. Pigmen utama yang terdapat dalam jaringan sayuran adalah
klorofil, karotenoid, dan flavonoid yang terdiri dari antosianin, antoksantin dan tanin. Jenis
dan jumlah pigmen dalam jaringan tanarnan tergantung pada spesies, varietas, derajat
kematangan, tempat tumbuh, dan lain-lain. Sebagian besar pigmen ini mengalami perubahan selama penyimpanan dan pengolahan.
Manfaat Savuran
Sayuran merupakan sumber zat gizi dan metabolit sekunder yang penting bagi
. kesehatan tubuh. Sebagai sumber zat gizi, sayuran berperan dalam rnengatur
pertumbuhan, pemeliharaan dan penggantian set-set pada tubuh manusia. Belakangan
diketahui peranan zat-zat metabolit sekunder pada sayuran menjadi semakin penting
Beberapa jenis sayuran mampu menurunkan kadar kolesterol dan kadar gula,
mencegah penyebaran sel kanker, membantu menyembuhkan luka lambung, sebagai antibiotik, mengurangi serangan rematik, mencegah karies gigi, mencegah diare,
membantu menyembuhkan saki kepala, kanker perut, esofagus, kanker paw-paw, infeksi oral cavity dan faring, endometrium, serta pankreas (Steinmetz & Potter, 1996). Sayuran
juga mengandung serat pangan yang tinggi untuk mencegah sembelit, diabetes melitus,
dan tekanan darah tinggi (Anonymous, 2003a).
Para ilmuwan telah menemukan bahwa diet yang kaya akan sayuran berdaun hijau
sangat erat kaitannya dengan penurunan jumlah penderita kanker kolon secara nyata. Penelitian Rhodes et al. (Anonymous, 2003b) di Liverpool memperlihatkan bahwa
konsumsi sayuran seperti brokoli, kol, selada, dan kembang kol setiap hari dapat
menurunkan resiko terkena kanker kolon sebanyak 46%. Mengkonsumsi sayuran hijau
secara teratur juga dapat m e n ~ ~ n k a n resiko menderita penyakit kardiovaskuler, seperti stroke, jantung koroner, hipertensi.
Berbagai studi epidemiologis telah menunjukkan pula adanya kaitan antara peningkatan konsumsi sayuran dengan menurunnya resiko terkena penyakit kanker paru- paw dan epitelial lainnya. Hal ini disebabkan oleh kandungan antioksidan dan antikanker
yang banyak terdapat dalam sayuran. Di antara senyawa antioksidan dan antikanker yang terdapat dalam sayuran disamping klorofil, adalah ditioltion, isotiosianat, indol-3-
karbinol, senyawa allium, isoflavon, inhibitor protease, saponin, ftosterol, inositol
heksafosfat, vitamin C, D-limonen, lutein, asam folat, likopen, selenium, vitamin E, flavonoid, dan pigmen karotenoid (Steinmetz & Potter, 1096). Karotenoid, seperti 13-
karoten, likopen, reaxantin, dan lutein, diketahui mempunyai aktivitalr antioksidan mialui
kemampuan menangkap (scavenge) radikal bebas dan singlet oksigen
(loz)
(Oshima etDiet yang kaya akan sayuran kuning dan hijau memiliki aktivitas antikanker, terutama kanker paru-paw dan senriks, serta penyakit jantung, karena adanya korelasi antara kandungan karotenoid tubuh (refleksi dari diet kaya sayuran) dengan rendahnya
insiden penyakit-penyakit tersebut. Namun, ha1 ini mungkin tidak hanya karena karotenoid saja, tetapi juga karena kombinasi dengan bahan lain yang ada dalam sayuran (Gutteridge
& Halliwell, 1994).
Klorofil
Klorofil merupakan salah satu pigmen utama yang terdapat dalam jaringan sayuran di samping pigmen lainnya, seperti karotenoid dan flavonoid. Klorofil dapat memberikan
wama pada bahan pangan, termasuk sayuran. Jenis dan kandungan klorofil dalam
jaringan tanaman tergantung pada spesies, varietas, derajat kematangan, tempat tumbuh,
dan lain-lain. Sebagian besar pigmen ini mengalami pe~bahan selama penyimpanan dan
pengolahan.
Klorofil merupakan pigmen tanaman yang paling penting dan berpartisipasi dalam fotosintesis serta transformasi cahaya matahari menjadi energi kimia. Pada semua
tanaman hijau, sebagian besar klorofil berada dalam dua bentuk, yaitu klorofil a dan b
dengan perbandingan 3 : 1 (Robinson, 1991). Klorofil a bersifat kurang polar dan betwama biru-hijau, sedangkan klorofil b lebih polar dan berwama kuning-hijau (Gross, 1991).
Klorofil dapat ditemukan pada daun dan permukaan batang, yaitu di dalam lapisan
spongi di bawah kutikula. Karena itu, sayuran lebih banyak mengandung pigmen ini
dibandingkan dengan buah-buahan yang telah matang.
Klorofil a adalah suatu struktur tetrapirol melalui ikatan Mg, dengan substitusi metil
pada posisi 1, 3, 5 dan 8, vinil pada posisi 2, etil pada posisi 4, propionat yang diesterifikasi dengan fitil alkohol (fitol) pada posisi 7, keto pada posisi 9 dan karbometoksi
struktur yang sama dengan klorofil a, kecuali pada posisi 3 terdapat gugus formil, bukan gugus metil. Rumus empiris dari klorofil b adalah C55H7006N4Mg (Gambar 1) (Sofro,
Lestariana & Haryadi, 1992). .
Klorofil a dan b yang kadamya pada daun hijau dapat mencapai 0.1 % berat bahan
segar terdapat dalam kloroplas dan umumnya akan menurun pada permulaan
pematangan tanaman (Tranggono & Sutardi, 1990). Kloroplas kering mengandung
sekitar 10% klorofil dan 60% protein (Hutchings, 1994).
komP a, R
-
CH3 klmil b, R-
CHOGambar 1. Rumus Bangun Klorofil a dan b (Robinson, 1991)
Sayuran yang bewama hijau banyak mengandung klorofil. Beberapa jenis sayuran dan kandungan klorofilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Klomfil terdapat dalam
bentuk terikat secara kompleks dengan molekul protein. Jika sayuran yang mengandung
klorofil direbus, maka protein dari senyawa kompleks tersebut akan mengalami
denaturasi, sehingga klorofil akan dibebaskan. Klorofil yang bebas ini sangat tidak stabil, dan ion magnesium (~g*') yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah digantjkan
oleh ion hidrogen (H'). Akibatnya wama sayuran yang semula hijau berubah menjadi
[image:35.605.79.542.20.781.2]15
Tabel 2. Kandungan Klorofil Beberapa Jenis Sayuran (Gross, 1991)
Umumnya wama dari sayuran digunakan sebagai indeks kesegaran, karena setelah dipanen klotofil yang asalnya dominan akan terdegradasi. Namun, ha1 ini tidak
berlaku untuk semua jenis sayuran, misalnya pada wortel, tomat dan kentang, wama hijau
Sayuran Asparagus Kacang panjang Brokoli Brussels sprout Kembang kol Wortel Seledri Chinese cabbage Chinese chive Chinese mustard Coolards Cress Ketimun Bawang putih Kale Kidney bean Kohlrabi Selada Malabar spinach Mung beans Mustard Okra Bawang merah Parsley Pea Bayam Turnip Bagian Batang Batang atas Buah Bongkol Batang Pucuk Daun Bongkol Bong kol Daun Daun Tangkai Daun Daun Tangkai bunga Daun Daun Daun Buah Umbi Daun Daun Daun Batang Daun Tunas Daun Buah Daun Biji Daun Daun Kandungan Klorofil Segar)
Total ,
180-300 20-80 70.5 35.0 170.0 650 960 75-85 2185 (CcQlg a 139.0 90.0 47.0 75.3 504 1143 29.0 589 250.0 210.0 1009 261 0 56.4 90.0 1370 118.0 90.0 334.0 83.0 672 10.0 620
424.0 -
[image:36.600.79.532.70.576.2]tidak menunjukkan kesegaran, malahan pada kentang wama hijau tersebut merupakan indikasi adanya zat racun (Muchtadi, 1992).
Masalah utama yang timbul dalam pengolahan dan penyimpanan bahan makanan
yang mengandung klorofil, seperti sayuran, adalah tidak stabilnya klorofil akibat perubahan suasana penyimpanan, misalnya suhu, pH, aktivitas air (aw) dan cahaya.
Menurut Gross (1991), klorofil memiliki sifat kimia yang sensitif terhadap cahaya, panas, oksigen dan degradasi kimia. Oleh karena itu, untuk menjaga agar tidak te rjadi perubahan berarti pada klorofil sayuran, sehingga wama sayuran tetap menarik, maka berbagai faktor tersebut hams diperhatikan.
Degradasi molekul klorofil menjadi tu~nannya terjadi melalui salah satu proses,
yaitu feofitinisasi atau demetalasi (pelepasan ion Mg2'), pelepasan gugus fitol, oksidasi, dan alomerisasi (oksidasi cincin V) (Funikawa et at., 2000). Beberapa dari perubahan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan jenis-jenis senyawa yang terbentuk
disajikan pada Tabel 3.
-
FitolKlorofil
>
KlorofilidaFeofitin Feoforbida
-
CHzCHsI
-
CH2CH3-
FitolPirofeofitin
-
PirofeoforbidaGambar 2. Perubahan Klorofil Menjadi Beberapa Senyawa Tu~nannya
Ion Mg2' dad klorofil akan semakin banyak lepas dengan proses pemanasan serta
pengaruh keasaman. Peristiwa ini tejadi karena protein yang mengadakan ikatan kompleks dengan molekul klorofil mengalami denaturasi, sehingga sumbangan ikatan
Di dalam asam lemah ion ~ g * ' pada inti porfirin dari senyawa klorofil akan
disubstitusi oleh ion H' yang akan menyebabkan berubahnya wama hijau menjadi coklat,
yaitu wama feofitin. Di samping itu, pengaruh pemanasan akan menyebabkan denaturasi protein sehingga memudahkan te jadinya reaksi terhadap gugusan fitol, yang bila bereaksi
dengan asam akan mengakibatkan terlepasnya fiol dari molekul klorofil (Hutchings, 1994).
Muchtadi (1992) menyatakan bahwa jika sayuran hijau seperti bayam, kangkung, atau
sayuran lainnya dipanaskan dalam wadah tertutup, maka wamanya akan berubah menjadi coklat. Hal ini disebabkan karena pada awal pemanasan akan dikeluarkan asam-asam volatil dari sayuran. Bila wadahnya tertutup, maka asam yang dihasilkan tersebut tidak dapat keluar dan bereaksi dengan klorofil, sehingga terjadi perubahan klorofil menjadi feofiiin.
Tabel 3. Jenis-jenis Senyawa Turunan Klorofil (Robinson, 1991)
Klorofil dalam jaringan tanaman dilindungi dari getah tanaman yang asam melalui pembentukan ikatan dengan protein, tetapi ikatan ini dengan mudah dapat dipecah
selama pengolahan dan penyimpanan (Hutchings, 1994). Klorofil dapat dihidrolisis
dengan melarutkannya dalam alkali atau dengan menggunakan enzim klorofilase yang
biasa ditemukan dalam jaringan tanaman hijau. Hasil hidrolisis adalah turunan asam
Jenis Turunan
Klorin Rodin
Forbin Forbida Feoforbida Fitin Feofitin Filin
Klorofilin Klorofilida
Keterangan
Dihidroporfirin
Dihidroporfirin dengan karbonil berdampingan dengan cincin pirol
Dihidroporfirin dengan cincin karboksilik tambahan Ester dari forbin
Ester metil dari forbin Ester f&il dari forbin
Ester metil dan fitil dari forbin
Turunan magnesium dari salah satu senyawa di atas
[image:38.600.81.542.43.588.2]bebas klorofilida dan fitol (Gross, 1991). Perubahan wama karena proses pemanasan
dari hijau terang manjadi coklat (olive-brown) terjadi karena konversi klorofil menjadi
feofitin di bawah pengaruh asam selama pengolahan dengan panas. Hasil konversi
tersebut disajikan pada Gambar 3.
Klorofil atau Feoporfinat Mg II
WdaW tidak diketahui
*,#-
R ~ i b i d ~ i sFeoforbidao Mg I1 atau klorofilid Feof~tin
1
/
%'imdmn
Feoforb'i
Senyawa tidak
(KloroTil larut air bebas Cu) befwama densan BM
Dekahksideoks~topom
I
Pencemeen lambung rin dan AMiaparfirin4
Senvawa tidak Ni atau V=O bemama dengan BM
rendah
Geo- atau p e t r w r i n dmi minyak den coal
Dklehidrorodddorin (klorin (a pwpwln dan
Idmldn
I
NadidehiQorodoklainat
[image:39.600.77.519.134.665.2]Cu I1 (Wladil larut air)
Penghilangan gugus fitol dari klorofil akan menghasilkan molekul klorofilida yang bersifat polar dan larut dalam air. Hal ini terjadi akibat proses enzimatis dari enzim klorofilase. Klorofilida memiliki wama yang sama dengan klorofil, tetapi stabilitasnya lebih
rendah. Proses oksidasi dan alomerisasi sering terjadi pada saat penyimpanan yang mengakibatkan hilangnya wama hijau. Peristiwa ini umumnya dibantu oleh enzimsnzim
seperti katalase, peroksidase, lipoksigenase dan klorofil oksidase, tetapi mekanismenya masih belum banyak diketahui.
Sayuran yang mengandung klorofil dapat berubah wamanya setelah dibekukan
dan disimpan beberapa lama, tergantung pada lama waktu dan suhu blanching yang
dilakukan sebelum pembekuan. Klorofil dapat pula terdegradasi oleh oksigen dan sinar
matahari. Kerusakan terjadi pada cincin porfirin, sehingga sifat spektral klorofil yang dimiliki semula menjadi hilang. Aktivitas enzim lipoksigenase terhadap suatu senyawa
bukan klorofil dapat menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas ini selanjutnya dapat
memecah klorofil. lradiasi dengan sinar gamma yang dilanjutkan dengan penyimpanan
dapat mengubah klorofil melijadi feofiin (Sofro, Lestariana & Haryadi, 1992).
Hutchings (1994) menyatakan bahwa perlakuan panas dapat mengakibatkan
perubahan pada molekul klorofil. Pengukuran laju konversi klorofil menjadi feofitin pada
sayuran daun dalam sistem elektrolit bufer memperlihatkan bahwa konversi terjadi di atas
suhu ambang batas 50-60°C. Secara umum diketahui bahwa klorofil b lebih tahan panas
Funasi Klorofil dalam Transfer Elektron
Secara kimia klorofil merupakan makrosiklus klorin dengan simetri lipat empat dari porfirin. Magnesium dengan bilangan koordinasi 4 pada struktur klorofil berada dalam bentuk tidak jenuh terkoordinasi (coordinately unsaturated). Sedikitnya satu posisi aksial
(axial position) dikoordinasi dengan ligan donor elektron. Klorofil mempunyai beberapa
perbedaan spesifik dengan porfirin nonfotosintestik (Wong, 1989), yaitu :
1. Klorofil utama (klorofil a dan b) mempunyai cincin pirol tereduksi. Bentuk porfirin dengan mduksi pada perifer dari satu cincin pirol adalah dihidroporfin (atau klorin).
2. Klorofil mengandung cincin alisiklik dengan gugus ketokarbonil pada C-9 dan gugus karbometoksi pada C-10. Ciri struktural ini menjadi dasar untuk klasifikasi
senyawa sebagai klorofil. Bentuk porfin dengan cincin siklopentanon disebut piroporfin, dan bentuk klorinnya adalah piroklorin.
3. Baik klorofil a maupun b memiliki alkohol rantai panjang yang teresterifikasi dengan
asam propionat pada rantai samping C-7.
Ion ~ g * ' dalam inti klorofil berperan penting dalam menangkap energi cahaya.
Magnesium merupakan suatu kation divalen 'close shell' yang dapat mengalami
perubahan distribusi elektron dan eksitasi sangat kuat @oweflu1 excited state). Klorofil a
adalah donor elektron yang baik pada keadaan potensi negatif besar. Klorofil a yang tereksitasi pada pusat reaksi mNupakan substansi pengoksidasi (oksidator) sangat kuat
yang dapat menerima elektron (secara tidak langsung) dari air. Struktur cincin yang berukuran besar dan ekstensif, dengan 10 ikatan rangkap, memungkinkan elektron
didelokalisasi pada orbiial ~r pada "kepala" molekul, sehingga meningkatkan daerah
penangkapan energi foton. Hal ini memberikan berbagai tingkat reaksi mdoks yang penting untuk menangkap dan mentransfer energi secara efisien untuk menghasilkan
gugus metil (-CH3) pada cincin II, yang meningkatkan penyerapan rnaksimal wama biru dan menurunkan penyerapan maksimal wama merah serta mengubah kelarutan.
Penggantian gugus ini menyebabkan te rjadinya perubahan pada sistem ~t (Lawlor, 1987).
Klorofil dapat menyerap sekitar 45 foton per detik. Penyerapan maksimal cahaya
oleh klorofil berhubungan dengan perbdaan level energi di dalam molekul. Level energi tertinggi adalah singlet kedua yang tereksitasi pada 430 nm. Elektron tereksitasi kembali
dalam waktu 10'12 detik dari keadaan eksitasi kedua menuju pertama, dimana elektron tereksitasi oleh cahaya merah (Lawlor, 1987).
Elektron dari molekul klorofil yang tereksitasi dapat kembali ke tingkat dasar
(ground state) melalui sejumlah cam. Klorofil dapat mentransfer elektron tereksitasi ke molekul akseptor, seperti pada peristiwa fotosintesis. Klorofil dapat juga melepaskan sebagian energi yang diperoleh sebagai panas dan memancarkan foton kemball ke
angkasa. Fenomena ini disebut fluoresensi. Ekstrak klorofil a menyerap spektrum pada
daerah biru dan merah tetapi memancarkan energi pada daerah merah; intensitas
maksimum fluoresensi te Qadi pada 668 nm, sedangkan penyerapan spektium terjadi pada
663 nm (Hall & Rao, 1989).
Kompleks Mg-porfirin di dalam molekul klorofil bersifat tidak stabil secara biologis
karena pada keadaan elektronnya tereksitasi, metallopotfirin ini meiupakan agen
pereduksi yang kuat, sehingga mudah dioksidasi. Klorofil yang tereksitasi (Klo')
mengalami rangkaian penyusunan kembali elektron yang lebih jauh dapat menambah
eksitasi elektron atau molekul menjadi lebih tidak stabil. Jika kekurangan elektron tidak diseimbangkan dengan cepat, sebagaimana dalam fotosintesis, spesies klorofil akan
berkombinasi dengan oksigen. Produk yang dihasilkan adalah senyawa tidak bewama. Sejumlah intermediet pecahan oksidatii klorofil telah dideteksi oleh beberapa peneliti.
Kompleks Zn-Turunan Klorofil
Kompleks seng atau Zn-turunan klorofil merupakan salah satu bentuk khelat antara
ion zn2' dengan molekul porfirin. Porfirin dapat membentuk kompleks stabil 1 : 1 dengan berbagai ion logam seperti tembaga (Cu), besi (Fe), nikel (Ni) dan kobal (Co). Menurut
Cheng, Ueno dan lmamura (1982), stabilitas kompleks logam divalen dengan porfirin
berbeda-beda, tergantung pada karakteristik kimia logam tersebut. Dugaan tingkat
stabilitas kompleks logam dengan porfirin secara berumtan adalah : Pt > Pd > Ni > Co >
C u > F e > Z n > M n > M g > C d > S n > H g > P b > B a .
Kompleks cincin porfirin klorofil dengan Zn dan Cu membentuk suatu ikatan kuat
yang lebih tahan terhadap asam dan panas dibandingkan dengan klorofil asal (porfirin
berikatan dengan Mg). Beberapa penelitian menggunakan sayuran telah menunjukkan
ha1 tersebut (Canjura et a/., 1999). LaBorde dan von Elbe (1994a) menyatakan bahwa ion
logam bereaksi hanya dengan turunan klorofil dan tidak dengan klorofil alami. Feofitin a,
pirofeofitin a, dan feoforbida a dapat bereaksi dengan Zn. Namun, bentuk b dari turunan klorofil ini dilaporkan kurang reaktif dibandingkan dengan bentuk a (von Elbe et a/., 1086;
LaBorde & von Elbe, 1990).
Tonucci dan von Elbe (1992) telah mempelajari kinetika reaksi pembentukan
kompleks Zn dengan klorofil yang diekstraksi dari bayam. Hasil penelitiannya
memperlihatkan bahwa penurunan konsentrasi turunan klorofil a selama reaksi
berlangsung proporsional dengan peningkatan konsentrasi kompleks Zn-turunan klorofil
yang terbentuk. Reaksi dilangsungkan pada suhu 20, 25, 30 dan 35°C. Hanya kompleks
Zn yang te jadi selama reaksi, sedangkan reaksi samping (side reactions) tidak terjadi.
Pirofeoforbida a mempunyai laju reaksi dengan ion zn2+ paling cepat dibandingkan
dengan turunan klorofil lainnya. Waktu paruh reaksi (tin) tersebut yang dilangsungkan
adalah feoforbida a (90 i 1 menit), metil feoforbida a (166 & 1 menit), etil feoforbida a (171
& 1 menit), pirofeofitin a (174
*
1 menit) dan feofitin a (305 & 7 menit). Kecenderunganyang sama juga terlihat pada reaksi turunan klorofil a dengan ion 2n2* pada suhu 25, 30
dan 35OC. Laju masuknya Zn pada cincin tetrapirol menurun dengan semakin panjangnya
rantai alkil terestetifikasi pada propionat C-7. Hal ini menunjukkan bahwa steric hindmnce
mempunyai pengaruh terhadap laju reaksi ion zn2' dengan turunan klorofil a. Gugus
karbometoksi pada karbon C-10 di dalam cincin isosiklik berpengaruh terhadap laju reaksi
ion zn2' dengan turunan klorofil. Pirofeoforbida a dan pirofeofitin a, yang tidak mempunya