• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XISMA NEGERI 14 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XISMA NEGERI 14 SEMARANG"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING

CYCLE

BERORIENTASI

PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN

DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 14 SEMARANG

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh Waridi 4301410077

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

1. Berjalanlah walau habis terang

2. Sesungguhnya tidak ada usaha yang sia-sia

3. Optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah apapun.

PERSEMBAHAN

1. Bapak, ibu dan adek-adek tercinta, atas doa dan

dukungan yang selalu tercurah untukku

2. Sahabat-sahabatku Mas Wahyu, mbak Musa,

Dini, Nino, Ita, Fika, Lidia, Krisna, Ersa

Mastoni, yang selalu menyemangatiku dalam

pembuatan skripsi.

3. Teman-teman rombel 3 pendidikan kimia 2010

yang aku sayangi.

4. Dan semuanya yang telah memberikan motivasi

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Learning Cycle Berorientasi Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA NEGERI 14 Semarang”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,

2. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan kemudahan dalam penelitian,

3. Drs Soeprodjo, M.S dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi,

4. Drs. Subiyanyo Hadisaputro, M.Si dosen penguji I yang telah memberikan arahan, dan saran,

5. Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan dan saran,

6. Priyastuti Yulia, S.Pd guru mata pelajaran kimia SMA N 14 Semarang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,

7. Siswa-siswi kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, 28 Agustus 2014

(6)

vi

Waridi. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Berorientasi Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA NEGERI 14 Semarang. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Soeprodjo, M.S

Kata Kunci : Pengaruh, Learning Cycle, Problem Based Learning.

Pembelajaran kimia pada umumnya menuntut siswa mempelajari konsep-konsep dan hitungan matematis kimia. Hal ini yang menyebabkan beberapa siswa menganggap pelajaran kimia sulit. Namun, pembelajaran kimia akan menjadi mudah jika metode pembelajaran yang digunakan tepat. Pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan ialah model Learning Cycle berorientasi

Problem Based Learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA N 14 Semarang dan apabila ada perbedaan, berapa besar pengaruh model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4 SMA N 14 Semarang. Teknik sampling yang digunakan yaitu

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

PERNYATAAN………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... iv

PRAKATA………... v

ABSTRAK………... vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 3

1.3 Batasan Masalah………. 4

1.4 Tujuan Penelitian……… 1.5 Manfaat Penelitian……….. 1.6 Penegasan Istilah... 4 5 6 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....……… 8

2.2 Hasil Penelitian Terkait... 19

2.3 Kerangka Berfikir……… 2.4 Desain Pembelajaran... 20 22 2.5 Hipotesis………..………... 23

(8)

viii

3.5 Analisis Instrumen Penelitian………. 29

3.6 Metode Pengumpulan Data………....……… 3.7 Analisis Data... 34 35 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………. 43

4.2 Pembahasan……….. 51

5. PENUTUP 5.1 Simpulan………... 55

5.2 Saran………... 55

DAFTAR PUSTAKA………. 56

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian………... 26

3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal...……… 32

3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...………... 33

3.4 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba...………...…... 34

3.5 Ringkasan ANAVA satu jalur... 37

3.6 4.1 Pedoman Koefisien Korelasi Biserial...….……….... Hasil Analisi Validitas Soal... 41 43 4.2 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal………... 44

4.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal... 44

4.4 Data Analisis Kriteria Soal... ……...…………..………... 45

4.5 Data Awal Populasi...…….………... 46

4.6 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Awal..………...….………... Nilai Posttest... 46 48 4.8 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest...………... 48

(10)
(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Nilai UAS 5 Tahun ………... 58

2. Daftar Nama Siswa... 59

3. Silabus………... 60

4. RPP...………... 63

5. Kisi-Kisi Soal Uji Coba...………. 82

6. Soal Uji Coba………... 85

7. Analisis Soal Uji Coba………...………... 95

8. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...………... 99

9. 10. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ………... Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ……….... 102 103 11. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba …... 104

12. Daftar Nilai UAS Siswa ………... 105

13. Uji Normalitas Data Tahap Awal……... 106

14. Uji Homogenitas...………... 110

15. Uji Kesamaan Rata-rata... 111

16. 17. Daftar Nilai Post test…………..………... Uji Normalitas Tahap Akhir...………...……...…. 113 114 18. Uji Ketuntasan Hasil Belajar...…...….………... 116 19.

20. 21. 22. 23.

Uji Korelasi...…………... Pedoman Penilaian Aspek Afektif... Reliabilitas Aspek Afektif……..………...………….. Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol... Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik...

118 119 121 122 124 24. 25.

Reliabilitas Aspek Psikomotorik...……... Analisis Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kontrol...

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan di sekolah tidak terlepas dari proses kegiatan belajar mengajar yang direncanaan secara sistematis yang oleh guru dalam bentuk satuan pelajaran. Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang guru tentu memerlukan strategi penyampaian materi yang tepat. Keberhasilan suatu pendidikan di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, kemampuan siswa, kompetensi guru, sarana, dan metode pembelajaran yang diterapkan.

Pembelajaran kimia pada umumnya menuntut siswa mempelajari konsep-konsep dan hitungan matematis kimia. Hal ini yang menyebabkan beberapa siswa menganggap pelajaran kimia sulit. Namun, pembelajaran kimia akan menjadi mudah jika metode pembelajaran yang digunakan bervariasi. Pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(13)

2

2008/2009 dengan KKM 64, nilai rata-rata ulangan harian materi Ksp kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 berturut-turut adalah 59.71, 60.42, 58,25. Pada tahun pelajaran 2009/2010 dengan KKM 65, nilai rata-rata ulangan harian materi Ksp kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 berturut-turut adalah 54.62, 57.48, 62.78. Pada tahun pelajaran 2010/2011 dengan KKM 70, nilai rata-rata ulangan harian materi Ksp kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 berturut-turut adalah 65.77, 69.30, 66.24. Pada tahun pelajaran 2011/2012 dengan KKM 75, nilai rata-rata ulangan harian materi Ksp kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4 berturut-turut adalah 69.75, 67.93, 66.35, 70.22. Pada tahun pelajaran 2012/2013 dengan KKM 75, nilai rata-rata ulangan harian materi Ksp kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4 berturut-turut adalah 64.22, 66.42, 69.36, 66.77.( Sumber Administrasi Kesiswaan SMA NEGERI 14 SEMARANG)

Berdasarkan data diatas, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Adapun kendala dalam pembelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah kurangnya latihan soal dan penggunaan metode yang kurang bervariasi. Sehingga perlu diterapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada penelitian yang berjudul “ Learning Cycle Sebagai Upaya

Menciptakan Pembelajaran Sains Yang Bermakna” yang dilakukan oleh Purwanti

Widhy H, M.Pd pada tahun 2012, menyimpulkan bahwa Learning Cycle membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Penelitian lain yang berjudul

(14)

Pembelajaran Fisika Di SMP ” yang dilakukan oleh Frety Lutfiana Saputri

menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kita sering menjumpai peristiwa kimia yang ada disekitar kita, sebagai contoh dalam proses menghilangkan kesadahan yang berhubungan dengan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penerapan Learning Cycle

berorientasi Problem Based Learning dipandang cocok karena pada pembelajaran menggunakan Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning siswa akan dihadapkan langsung pada masalah sebagai langkah awal dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkatnya menjadi penelitian berjudul : “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERORIENTASI PROBLEM BASED

LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN

DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14 SEMARANG”

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Adakah pengaruh positif model pembelajaran Learning Cycle

(15)

4

2. Berapa besar pengaruh model pembelajaran Learning Cycle

berorientasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan ?

1.3.

Batasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut :

1. Materi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Kelarutan dan Hasil kali kelarutan.

2. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning sebagai kelompok eksperimen dan pembelajaran dengan metode ceramah sebagai kelompok kontrol.

3. Objek penelitian hanya dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 14 SEMARANG

1.4.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cycle

berorientasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.

(16)

1.5.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1.5.1. Bagi Siswa

a. Siswa dapat mengeksplorasi dan kemudian mengorganisir ide yang dimilikinya.

b. Siswa dapat belajar berkomunikasi melalui berbagi pendapat atau gagasan dengan baik

c. Siswa mudah dalam memahami materi ketika mengalami kesulitan. d. Siswa lebih termotivasi dalam belajar

1.5.2. Bagi Guru

a. Untuk memperkaya alternatif dan model atau strategi pembelajaran b. Sebagai motivasi agar dapat menciptakan suasana kelas yang aktif

secara fisik dan psikis 1.5.3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi sekolah sebagai masukan dan perbaikan proses pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran pada khususnya dan memperbaiki kualitas sekolah tersebut pada umumnya.

1.5.4. Bagi Peneliti

(17)

6

1.6.

Penegasan Istilah

Suatu istilah sering menimbulkan penafsiran yang berbeda – beda. Hal ini dapat menyebabkan kekaburan pengertian jika istilah yang digunakan tidak tepat. Untuk menghindari perbedaan penafsiran maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut :

1.6.1. Pengaruh

Berdasarkan software aplikasi KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Offline versi 1.3 pengaruh diartikan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu (benda, orang) yang ikut membentuk watak kepercayaan perbuatan seseorang. Pengaruh dalam konteks penelitian ini mengandung pengertian bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning yang diperbandingkan terhadap pembelajaran dengan hanya menggunakan model Learning Cycle serta pembelajaran melalui metode ceramah akan berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.

1.6.2. Learning Cycle

Learning Cycle adalah model pembelajaran yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya engage, exploration, explain, expand, evaluation (Lorsbach, 2002).

(18)

1.6.3. Problem Based Learning

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang diperoleh melalui proses pemahaman akan suatu masalah ( Miftahul Huda, 2013:271).

Pemberian masalah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sebelum diberikan soal- soal latihan. Siswa terlebih dulu dibimbing oleh guru, kemudian mengerjakan soal-soal latihan.

1.6.4. Learning Cycle Berorientasi Problem Based Learning

Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning merupakan pembelajaran siklus yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya engage, exploration, explain, expand, evaluation. Pada tahapan exploration siswa melakukan pembelajaran yang berbasis masalah atau Problem Based Learning. 1.6.5. Hasil Belajar

(19)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. (Rusman,2012:85)

Sedangkan menurut Hamdani (2011:71), belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Skinner dalam Dimyati & Mudjiono (2009:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku.Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya menurun. Selanjutnya ditemukan adanya hal berikut :

1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons, 2) Respons, dan

3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. 2.1.2. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Rifa’i & Anni (2010:85) merupakan perubahan

(20)

dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik memperoleh pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam peserta didik, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didikan. Tujuan peserta didik merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar.

Benjamin Bloom, sebagaimana dikutip oleh Dimyati & Mudjiono (2006:26-29), membagi hasil belajar menjadi tiga ranah:

1) ranah kognitif, yaitu aspek yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.

2) ranah afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan sikap yang terdiri atas penerimaan jawaban atau reaksi dan penilaian.

3) ranah psikomotorik, yaitu aspek yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

2.1.3. Learning Cycle

(21)

10

1) melakukan sesuatu yang konkret atau memiliki pengalaman tertentu yang bisa menjadi dasar bagi:

2) observasi dan refleksi mereka atas pengalaman tersebutdan responsnya terhadappengalaman itu sendiri.Obsevasi ini kemudian:

3) diasimilasikan kedalam kerangka konseptual atau dihubungkan dengan konsep-konsep lain dalam pengalaman atau pengetahuan sebelumnya yang dimiliki siswa yang implikasi-implikasinya tampak dalam tindakan-tindakan konkret,dan kemudian

4) diuji dan diterapkan dalam situasi-situasi berbeda.

(Miftahul Huda, 2013:265-266) Dengan demikian,LC memiliki sintak dengan empat tahap sebagai berikut: 1) Mengalami

Mengalami atau menenggelamkan diri sendiri dalam “mengerjakan” tugas

merupakantahap pertama yang didalamnya seorang siswa, sekelompok siswa, atau sebuah organisasi menyelesaikan tugas yang diberikan.

2) Refleksi

Refleksi meliputi usaha kembali menghayati tugas dan mereview apa yang sudah dilakukan dan dialami.

3) Interpretasi

(22)

4) Prediksi

Perencanaan memungkinkan individu untuk memperoleh pemahaman baru dan menerjemahkannya kedalam prediksi-prediksi tentang apa yang terjadi selanjutnya atau tindakan apa yang seharusnya diambil untuk mengerjakan tugas dengan baik.(Miftahul Huda, 2013:266-268)

Pada perkembangannya Learning Cycle yang terdiri 4 tahap pembelajaran berubah menjadi 5 tahap pembelajaran yaitu:

1) Melibatkan ( Engagement )

Fase ini merupakan pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar.

2) Eksplorasi ( Exploration )

Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator.

3) Menjelaskan ( Explanation )

(23)

12

4) Elaborasi ( Elaboration )

Fase yang tujuannya ingin membawa siswa untuk menggunakan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum dan problem solving. 5) Evaluasi ( Evaluation )

Fase penilaian terhadap seluruh pembelajaran dan pengajaran. 2.1.4. Problem Based Learning

Pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berikir tingkat tinggi.(Jarot ,2011:118)

Barrow mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai ”pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju

pemahaman akan resolusi suatu masalah.Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran.”(1980:1). PBL merupakan salah satu bentuk

peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran.(Miftahul Huda, 2013:271-272)

Sintak operasional PBL menurut Miftahul Huda (2013:272-273) bisa mencakup antara lain sebagai berikut:

a. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah.

(24)

c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru.

d. Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing informasi melalui

peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu. e. Siswa menyajikan solusi atas masalah.

f. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini

2.1.5. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil kali kelarutan

Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi pokok yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI pada semester genap yang meliputi pengertian kelarutan dan hasil kali kelarutan, pengaruh ion senama, kelarutan dan pH, serta reaksi pengendapan.

4.1.2.1Materi Kelarutan dan Hasil kali kelarutan

a. Kelarutan

Kelarutan zat dalam air sangat beragam, ada zat yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Kelarutan (solubility) suatu zat dalam pelarut menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan dinyatakan dalam gram/liter atau mol/liter. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Jenis Pelarut

(25)

14

Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa non-polar yang lebih mudah larut di pelarut non-polar.

2) Temperatur/Suhu

Kelarutan suatu zat akan semakin besar jika suhu dinaikkan. Adanya panas mengakibatkan makin renggangnya jarak antarmolekul zat padat tersebut, sehingga mengakibatkan kekuatan gaya antarmolekul tersebut menjadi lemah, sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul – molekul air.

b. Hasil Kali Kelarutan

Kita lihat larutan jenuh perak klorida yang bersentuhan dengan perak klorida padat. Kesetimbangan larutannya dapat dinyatakan sebagai

AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Karena garam seperti AgCl dianggap sebagai elektrolit kuat, semua AgCl yang larut dalam air dianggap terurai sempurna menjadi ion Ag+ dan Cl-. Kita mengetahui bahwa untuk reaksi heterogen, konsentrasi padatan adalah konstanta. Jadi, kita dapat menuliskan konstanta kesetimbangan untuk pelarutan AgCl sebagai

Ksp = [Ag+] [ Cl-]

Dimana Ksp disebut konstanta hasil kali kelarutan atau ringkasnya hasil kali kelarutan. Secara umum, hasil kali kelarutan suatu senyawa ialah hasil kali

(26)

c. Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga Ksp zat tersebut. Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi ion-ion zat terlarut diketahui.

Kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag2CrO4adalah sebagai

berikut:

Ag2CrO4 2 Ag+ (aq) + CrO42- (aq)

Konsentrasi kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam larutan jenuh

dapat dikaitkan dengan kelarutan Ag2CrO4 yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi

(perbandingan koefisien reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4dinyatakan dengan s

maka konsentrasi ion Ag+ dalam larutan itu sama dengan 2s dan konsentrasi CrO42- sama dengan s. Dengan demikian nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp)

Ag2CrO4dapat dikaitkan dengan nilai kelarutannya (s), sebagai berikut:

Ksp = [Ag+]2[CrO42-]

= (2s)2 (s) = 4s3

Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut:

AxBy x Ay+ (aq) + y Bx- (aq)

s x s y s

(27)

16

d. Pengaruh Ion Senama dalam Kelarutan

Pengaruh penambahan ion senama mengakibatkan kelarutan zat akan berkurang. Akan tetapi, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan, asalkan suhu tidak berubah.

Data suatu percobaan kelarutan CaC2O4 dalam air dan dalam larutan CaCl2

0,15 M adalah sebagai berikut.

Kelarutan CaC2O4 dalam air = 4,8.10-5 Kelarutan CaCl2 dalam air 0,15 =

1,5.10-8 CaC2O4 lebih kecil kelarutannya dalam CaCl2, sebab di dalam larutan ada

ion Ca2+ yang berasal dari CaCl2. Reaksi yang terjadi pada larutan CaCl2 adalah:

Berdasarkan azas Le Chatelier, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan. Adanya ion Ca2+ dari CaCl2

akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah CaC2O4(s), maka

kelarutan CaC2O4berkurang. Adanya ion Cl– tidak mempengaruhi berarti hanya

ion yang sama saja yang mempengaruhi. e. Pengaruh pH terhadap Kelarutan

(28)

Perhatikan kesetimbangan antara CaCO3 padat dengan ion-ionnya dalam

suatu larutan.

Jika pH larutan kita perkecil dengan menambahkan asam, maka H+ dari asam akan mengikat ion karbonat membentuk ion HCO32–.

Berdasarkan azas Le Chatelier, pengurangan [CO32–] mengakibatkan

kesetimbangan bergeser ke kanan, CaCO3 padat lebih banyak larut, maka pada

reaksi tersebut penurunan pH akan menambah kelarutan.

Contoh pengaruh pH terhadap kelarutan Mg(OH)2 dapat diihat pada Tabel

2.1.

Tabel 2.1. Data kelarutan Mg(OH)2 dalam berbagai pH

Derajat Keasaman (pH) Kelarutan 9

10 11 12

1,5 x 10-1 1,5 x 10-3 1,5 x 10-5 1,5 x 10-7

f. Reaksi Pengendapan

Reaksi pengendapan berfungsi memperoleh endapan senyawa yang diinginkan dengan mengeluarkan ion yang ada dalam suatu zat terlebih dahulu. Misal kita akan mengendapkan ion Cl- dari air laut dengan menambahkan larutan AgNO3.

(29)

18

Dapat disimpulkan, terjadi tidaknya endapan berdasarkan hasil kali ion-ion yang dihasilkan dengan Ksp nya adalah sebagai berikut.

Qc = [A+][B–]

Qc < Ksp tidak terjadi endapan (larutan belum jenuh) Qc = Ksp tidak terjadi endapan (larutan tepat jenuh) Qc > Ksp terjadi endapan (larutan lewat jenuh) A+ dan B- adalah reaktan.

g. Kegunaan Ksp dalam kehidupan sehari-hari

1) Menghilangkan kesadahan air

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pengaruh penambahan ion senama. Karena untuk menghilangkan garam sulfat atau garam klorida dari air sadah adalah dengan menambahkan ion senama.

2) Digunakan untuk mendeteksi sidik jari seseorang

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian kelarutan. Sewaktu tangan memegang suatu benda, salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan larutan AgNO3. AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl

(30)

2.2.

Hasil penelitian Terkait

Pada jurnal yang berjudul “ Learning Cycle-7E Model to Increase

Student’s Critical Thinking on Science” yang dilaksanakan oleh Hartono. Peneliti

menggunakan tujuh siklus pembelajaran, diperoleh hasil peningkatan pola berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan Learning Cycle membuat siswa belajar secara bertahap sehingga materi dapat dipahami dengan lebih mudah.

Penelitian yang berjudul “Learning Cycle Sebagai Upaya Menciptakan

Pembelajaran Sains Yang Bermakna” dilakukan oleh Purwanti Widhy H, M.Pd

pada tahun 2012. Learning Cycle membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan guru berperan sebagai fasilitator.

Jurnal lain yang berjudul “ Pembelajaran Berbasis Masalah Berorientasi

Ketrampilan Proses Pada Pembelajaran Fisika Di Smp” yang dilakukan oleh

(31)

20

2.3.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran menuntut siswa untuk memahami konsep dan penerapannya dalam soal. Jika siswa mampu memahami konsep dalam pelajaran kimia maka akan diperoleh hasil belajar yang baik. Namun, pada kenyataannya masih dijumpai hasil belajar siswa yang berada dibawah kriteria ketuntasan. Hal ini dapat disebabkan oleh penyampaian materi dan penggunaan model pembelajaran yang bervariasi.

Pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak peristiwa yang ada disekitar kita yang berhubungan dengan kelarutan dan hasil kali kelarutan, contohnya pada peristiwa pengendapan kesadahan. Pembelajaran Learning Cycle berorientasi

Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang berangkat dari masalah. Penerapan Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning akan membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam menghubungkan peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep pembelajaran didalam kelas sekaligus sebagai variasi pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. Berdasarkan pemaparan diatas akan dilakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran

(32)
[image:32.595.106.486.84.635.2]

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Siswa Pasif

Kurang Memahami Materi

Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan textbook

Pendalaman materi menggunakan model Learning

Cycle berorientasi Problem Based Learning

Hasil Belajar

Ada pengaruh positif penggunaan model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning

Nilai rendah

Dibandingkan

Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan textbook

Pendalaman materi menggunakan metode

ceramah

(33)

22

2.4.

Desain Pembelajaran

Pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning

merupakan modifikasi pembelajaran Learning Cycle dan Problem Based Learning. Pembelajaran ini terdiri dari lima langkah yang dalam pembelajarannya berangkat dari masalah. Adapun langkah-langkah pembelajaran Learning Cycle

berorientasi Problem Based Learning antara lain sebagai berikut : 1) Melibatkan ( Engagement )

Fase ini merupakan pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Siswa dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan konsep dasar materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2) Eksplorasi ( Exploration )

Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan langsung dengan berdiskusi secara kelompok membahas permasalahan mengenai kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diberikan oleh guru.

3) Menjelaskan ( Explanation )

(34)

4) Elaborasi ( Elaboration )

Setelah siswa memahami konsep dasar dari pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan permasalahan kepada siswa sebagai tugas untuk mengembangkan konsep yang sudah dimiliki siswa pada hal baru

5) Evaluasi ( Evaluation )

Fase penilaian terhadap seluruh pembelajaran dan pengajaran.

2.5.

Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis bahwa :

1. Ada pengaruh positif model pembelajaran Learning Cycle berorientasi

(35)

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Subyek Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014.

Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini adalah:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA SMA Negeri 14 Semarang

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester 2. c. Siswa diajar dengan kurikulum, media, dan jumlah jam pelajaran yang sama. 3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi, 2006: 109). Pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan teknik klaster random sampling. Syarat agar dapat digunakan teknik cluster random sampling adalah kelas yang digunakan sebagai sampel mempunyai kualitas yang sama.

(36)

Uji homogenitas dan uji rata-rata merupakan uji statistika parametrik, dalam uji statistika parametrik populasi yang akan diuji harus berdistribusi normal. Sehingga terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas terhadap populasi.

Penelitian ini akan mengambil dua kelas anggota populasi sebagai sampel.

3.2.

Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang dalam penelitian ini adalah: 3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning.

3.2.2 Variabel Terikat

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014 pokok bahasan Kelarutan dan Hasil kali kelarutan.

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar, materi pelajaran, kurikulum yang digunakan, waktu tatap muka.

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui harga parameter dari sebuah variabel penelitian.

(37)
[image:37.595.160.466.121.175.2]

26

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Tes Akhir

E P1 T

K P2 T

Keterangan:

K : Kelas kontrol E2 : Kelas eksperimen

P1 : Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning

P2 : Ceramah T : Tes akhir

3.4

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) silabus, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran, (3) textbook, (4) power point, (5) lembar pengamatan aspek afektif, (6) lembar pengamatan aspek psikomotorik, dan (7) tes

hasil belajar kognitif. 3.4.1 Silabus

Silabus yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu silabus KTSP. Silabus untuk kelas eksperimen dan kontrol secara terperinci pada lampiran 3. 3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(38)

3.4.3 Textbook

Textbook yang digunakan yaitu buku paket kimia SMA kelas XI IPA semester 2 materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku.

3.4.4 Power point

Media power point yang digunakan merujuk pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan power point yang berbeda sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.

3.4.5 Lembar Pengamatan Ranah Afektif

Lembar pengamatan ranah afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan ranah afektif ini dilakukan oleh dua observer. Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan ranah afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 4.

3.4.6 Lembar Pengamatan Ranah Psikomotorik

(39)

28

(empat). Penyusunan kriteria penskoran sama dengan penskoran pada lembar pengamatan afektif.

3.4.7 Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes hasil belajar kognitif atau post test digunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan penerapan) dan soal C4 ( jenjang kemampuan analisis) . Soal berjumlah 50 butir soal dengan waktu pengerjaan tes 90 menit.

Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif yaitu: (1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah

butir soal yang diujicobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.

(2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan lima buah jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat.

(3) Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang dari perangkat tes yang akan diuji cobakan terdiri atas 50 butir soal yaitu:

(40)

(4) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal (5) Menyusun butir-butir soal

(6) Mengujicobakan soal

(7) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan.

3.5

Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian harus dianalisis terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sudah baik atau masih memerlukan perbaikan.

3.5.1 Analisis Lembar Observasi

3.5.1.1Validitas Lembar Observasi

Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar observasi afektif dan psikomotorik. Pengujian validitas instrumen lembar observasi yaitu dengan menggunakan uji validitas konstruk. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008: 352). Dalam penelitian ini adalah dosen yang membimbing penelitian. Lembar observasi yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen tersebut dikatakan valid.

3.5.1.2Reliabilitas Lembar Observasi

Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus intereters reliability

r11 =

(41)

30

(Mardapi, 2012: 88 – 89)

Keterangan :

11 = reliabilitas instrumen Vp = varian person

Ve = varian error K = jumlah observer

Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 > 0,7. 3.5.2 Analisis Instrumen Kognitif

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) validitas, (2) daya pembeda, (3) tingkat kesukaran, dan (4) reliabilitas.

3.5.2.1Validitas

Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

(1) Validitas Isi Soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen pembimbing.

(2) Validitas Butir Soal

(42)

rp bis = Mp −Mt St

p q

Keterangan:

rp bis = koefisien korelasi point biserial

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah = 1-p

Mp = rata-rata skor siswa menjawab benar pada butir soal

Mt = rata-rata skor seluruh siswa St = standar deviasi skor total

(Arikunto, 2006: 283-284) Hasil perhitungan rpbis kemudian digunakan untuk mencari signifikansi

(thitung) dengan rumus:

thitung =

r n−2 1−r2

(Sudjana, 2005: 380) Dengan taraf signifikansi 5%, jika thitung > t(1- α) dengan dk (n-2) dan n

jumlah siswa, maka butir soal tersebut valid. 3.5.2.2Daya Pembeda

Butir soal dikatakan memiliki daya beda yang baik apabila digunakan dalam tes bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda soal adalah sebagai berikut:

DB =BA JA −

(43)

32

Keterangan: DB : daya beda

BA : banyaknya jawaban benar kelompok atas BB : banyaknya jawaban benar kelompok bawah JA : banyaknya siswa kelompok atas

JB : banyaknya siswa kelompok bawah

[image:43.595.139.508.350.452.2]

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval Kriteria

0,00 Sangat jelek (very poor) 0,00< 0,20 Jelek (poor) 0,20< 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40< 0,70 Baik (good)

0,70< 1,00 Sangat baik (excellent)

(Arikunto 2006: 218) Pada penelitian ini daya pembeda soal yang dipakai adalah baik dan sangat baik.

3.5.2.3Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang digunakan adalah:

IK =

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar Js = Jumlah seluruh peserta tes

(44)
[image:44.595.157.472.143.242.2]

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Interval Kriteria

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

(Arikunto, 2006: 210) 3.5.2.4Reliabilitas

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus:

r11 = k

k−1 1−

M(k−M) kVt

Jika r11 > rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel

Keterangan:

r11 = reliabilitas soal

M = rata-rata skor total k = banyaknya butir soal

Vt = varians skor total (Arikunto, 2006:189)

(45)
[image:45.595.153.470.114.213.2]

34

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba Interval Kriteria

r ≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Metode Dokumentasi

Data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas XI IPA dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA Negeri 14 semarang tahun ajaran 2013/2014. Data ini diperlukan untuk analisis tahap awal.

3.6.2 Metode Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik. Pengamatan afektif dan psikomotorik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan yang digunakan memuat aspek-aspek yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kedua aspek hasil belajar.

3.6.3 Metode Tes

(46)

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Data Tahap awal

Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi. Pada analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi.

3.7.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:

�2 = (��− �)2

� �=1 Keterangan:

�2= chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H diterima jika (1 )( 3) 2

2

 

k

hitung  

 dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005:273). 3.7.1.2Uji Homogenitas Populasi

(47)

36

digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dan uji kesamaan rata-rata. Uji kesamaan homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut:

�2 = ( �−1)�� 2

( −1)

= ( ��2) ( −1)

] log ) 1 ( )[

10

(ln 2

2  

i

i S

n B

Keterangan:

Si2 = variansi masing-masing kelas

S = variansi gabungan

ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas

B = koefisien Bartlett χ2

= harga konsultasi homogenitas sampel (Sudjana 2005: 263)

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (χ12= χ22= ... = χn2)

H diterima jika χ2

hitung < χ2tabel (1-α)(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti

[image:47.595.136.513.157.638.2]
(48)

3.7.1.3Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata (kualitas) dari kelas-kelas dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:

H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μn)

A : terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (μ1 ≠ μ2 =….= μn)

Pengujiannya dilakukan dengan uji F dengan bantuan tabel F dengan analisis varians sebagai berikut:

= � � � �

� � � � �

Tabel 3.5 Ringkasan ANAVA Satu Jalur

Sumber Variasi Dk JK KT F

Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1

Antar kelompok k-1 Ay A = Ay / (k-1)

Dalam kelompok ∑(ni-1) Dy D = Dy / ∑(ni-1)

Total ∑ni ∑Y2 - -

Keterangan:

(1) Ry = jumlah kuadrat rata-rata Ry = ( X)2

n

(2) Ay = jumlah kuadrat antar kelompok Ay =( Xi )2

ni − RY (3) JKtot = jumlah kuadrat total  JKtot = Xi2

(4) Dy = Jumlah kuadrat dalam kelompok Dy = Jktot – RY – AY (5) R = Kuadrat tengah ratarata

(6) A = Kuadrat tengah antar kelompok (7) D = Kuadrat tengah dalam kelompok

(49)

38

3.7.2 Analisis Data Tahap Akhir

Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diadakan tes akhir (post-test) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. 3.8.2.1Uji normalitas data

Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat.

Keterangan :

2

= chi kuadrat

i

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas

Membandingkan harga chi kuadrat data dengan tabel chi kuadrat dengan

taraf signifikan 5% kemudian menarik kesimpulan, jika

2hitung<

2tabel(1-α)(k-3)

maka data berdistribusi normal. 3.8.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui kesamaan varians dari populasi agar menaksir dan menguji bisa berlangsung. Hipotesis yang diajukan yaitu :

i i i

E E O X

(50)

Ho :

1

 2

=

22

Ha :

1

 2 2 2

Ho diterima apabila Fhitung F1/2

F =

terkecil terbesar ians

ians var var

Kriteria pengujian; jika harga Fhitung< Ftabel(nb-1): (nk-1), maka kedua kelompok

mempunyai varians yang sama (Sudjana, 2005 : 250). 3.8.2.3Uji Ketuntasan Hasil Belajar

Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan nilai kelompok eksperimen dan kontrol. Ketuntasan belajar individu dalam penelitian ini dilihat dari nilai postes. Hasil belajar dikatakan tuntas jika nilai postes lebih dari sama dengan 75. Ketuntasan belajar diuji dengan uji t (Sudjana, 2004: 239) sebagai berikut:

t = ×−µ0

�/ Keterangan :

x = rata-rata hasil belajar s = simpangan baku n = banyaknya siswa Hipotesis:

Ho : µ < 75 Ha : µ ≥ 75

(51)

40

Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas).Menurut Djamarah (2010:108) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal ialah sebagai berikut:

% = �× 100%

Keterangan:

n = jumlah seluruh siswa

� = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 3.8.2.4Analisis terhadap pengaruh antar variabel

Rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel adalah :

Sy u

pq Y Y rb

. ) ( 12

Keterangan :

rb = koefisien biserial

Y1 = rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen

Y2 = rata-rata hasil belajar kelompok kontrol

(52)

u = Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q Sy = Simpangan baku dari kedua kelompok

(Sudjana, 2005: 390)

[image:52.595.171.469.255.354.2]

Tingkat hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.6 Pedoman Koefisien Korelasi Biserial (Rb)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

(Sugiyono, 2010 : 216)

3.8.2.5Penentuan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat, dalam hal ini pengaruh penggunaan metode pembelajaran eksperimenterhadap hasil belajar siswa

Rumus yang digunakan adalah : KD = rb2 x 100%

dimana,

KD : koefisien determinasi

rb : indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb koefisien

(53)

42

3.8.2.6Analisis Deskriptif Untuk Data Ranah Afektif Dan Psikomotorik

(54)

43

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Untuk mengetahui hasil penelitian, maka dilakukan analisis data yang diperoleh dari data hasil penelitian. Analisis soal uji coba, analisis data tahap awal dan analisis data akhir. Analisis data tersebut akan menghasilkan simpulan apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.

Hasil Analisis Soal Uji Coba

Analisis soal uji coba yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelayakan soal untuk digunakan dalam penelitian. Analisis untuk soal uji coba tersebut meliputi (1) validitas soal, (2) daya pembeda, (3) tingkat kesukaran dan (4) reliabilitas soal.

4.1.1.1Validitas

[image:54.595.131.491.594.692.2]

Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh data untuk validitas soal seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Uji coba soal Kriteria Nomor Soal Uji Coba

Valid 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 20, 21, 23, 24, 26, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 50

(55)

44

Perhitungan untuk validitas soal uji coba selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 8.

4.1.1.2Daya Pembeda

[image:55.595.135.492.262.381.2]

Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh data untuk validitas soal seperti pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil analisis daya pembeda butir soal

Kriteria Nomor Soal

Sangat Jelek Jelek

Cukup

Baik Sangat Baik

12, 27, 32, 46

17, 18, 19, 20, 25, 28, 29, 49

1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 22, 23, 26, 30, 31, 33, 34, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48

6, 7, 8, 9, 21, 24, 35, 37, 38 50

Perhitungan untuk validitas soal uji coba selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 9.

4.1.1.3Tingkat Kesukaran

Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh data untuk validitas soal seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil analisis Tingkat Kesukaran.

Kriteria Nomor Soal

Sangat Mudah Mudah

Sedang Sukar

Sangat Sukar

-

1, 3, 4, 5, 11, 14, 15, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 31, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 49

2, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 21, 27, 32, 35, 46, 48, 50

[image:55.595.140.482.550.684.2]
(56)

lampiran 10.

Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai kriteria valid yaitu apabila dalam perhitungan didapat thitung > ttabel, selain itu soal

[image:56.595.134.490.279.379.2]

yang digunakan juga harus memenuhi daya beda lebih besar dari 0,2. Data hasil analisis kriteria soal disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Analisis Kriteria Soal Kriteria Nomor Soal Uji Coba

Dipakai 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 20, 22, 24, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 50

Dibuang 1, 3, 10, 12, 14, 17, 18, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 30, 39, 41, 46, 49

4.1.1.4Reliabilitas

Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh reliabilitas soal uji coba sebesar 0,710. Perhitungan untuk reliabilitas soal uji coba selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 11.

Hasil Analisis Tahap Awal

(57)
[image:57.595.117.505.121.213.2]

46

Tabel 4.5 Data Awal Populasi Kelas N Rata-rata SD Skor

Tertinggi

Skor Terendah

XI IPA 1 30 73,20 9,43 88 51

XI IPA 2 30 74,73 8,03 86 53

XI IPA 3 XI IPA 4

28 28 74,21 74,93 7,01 7,28 85 88 57 57

(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 14 Semarang tahun pelajaran 2013/2014)

4.1.1.5Hasil Uji Normalitas

[image:57.595.116.503.408.489.2]

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data tahap awal disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Awal No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria

1 XI IPA 1 7,3968 7,815 Berdistribusi normal 2 XI IPA 2 6,7547 7,815 Berdistribusi normal 3

4

XI IPA 3 XI IPA 4

1,9047 4,2238 7,815 7,815 Berdistribusi normal Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan uji normalitas data populasi diperoleh χ2hitung ≤ χ2tabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua kelas telah berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat dalam menentukan uji statistika yang digunakan yaitu menggunakan uji statistik parametrik.. Perhitungan uji normalitas data tahap awal terdapat pada lampiran 13.

4.1.1.6Hasil Uji Homogenitas Populasi

Teknik cluster random sampling dapat digunakan apabila data memiliki kualitas yang sama, salah satunya memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh χ2

(58)

sama sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14. 4.1.1.7Hasil Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji Anava)

Uji kesamaan rata-rata antar kelas dalam populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari populasi yang ada. Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh Fhitung = 0,225 dan

Ftabel = 2,704 sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikaian dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga anggota populasi tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.

Analisis Data Tahap Akhir

Tujuan dari analisis tahap akhir adalah untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan. Data yang digunakan untuk analisis tahap ini adalah data nilai post test, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Analisis Nilai Posttest

Analisis nilai posttest dilakukan dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji ketuntasan hasil belajar, analisis pengaruh antar variabel, penentuan koefisien determinasi, analisis nilai afektif, psikomotorik, dan analisis angket. Adapun hasil analisis posttest yaitu sebagai berikut :

4.1.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian

(59)
[image:59.595.109.524.125.185.2]

48

Tabel 4.7 Data Nilai Posttest

Kelas N

Rata-rata SD

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Eksperimen 30 77,93 9,42 90 53

Kontrol 30 70,77 8,57 83 53

4.1.1.2 Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data nilai posttest terdapat padaTabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil uji Normalitas data Nilai Posttest

Kelas ��hitung DK ��table Kriteria

Eksperimen 7,26 3 7,81 Normal

Kontrol 5,33 3 7,81 Normal

Data yang dianalisis adalah nilai posttest materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil untuk �2hitung

setiap data<�2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi

normal, sehingga uji selanjutnya memakai statistika parametrik. 4.1.1.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cycle

berorientasi Problem Bassed Learning pada pembelajaran kimia. Data posttest

dianalisis menggunakan uji terhadap pengaruh antar variabel, penentuan koefisien determinasi dan uji ketuntasan hasil belajar.

4.1.1.4.1 Analisis Terhadap Pengaruh Antar Variabel

Untuk menentukan besarnya pengaruh penerapan model pembelajaran

(60)

0,50; q = 0,50 dan u = 0.3988, sehingga perhitungan selanjutnya pada lampiran 20, menghasilkan koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,498.

4.1.1.4.2 Penentuan Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar (rb) sebesar 0,498, sehingga besarnya koefisien determinasi (KD)

adalah 24,84%. Jadi, besarnya pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa materi pokok larutan kelarutann dan hasil kali kelarutan adalah sebesar 24,84%.

4.1.1.4.3 Uji Ketuntasan Hasil Belajar

[image:60.595.148.475.564.630.2]

Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat mencapai ketuntasan belajar atau tidak. Untuk mengetahui ketuntasan belajar individu dapat dilihat dari data hasil belajar siswa. Siswa dikatakan belajar jika hasil belajarnya mandapat nilai 75 atau lebih. Hasil uji ketuntasan dimuat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Uji Ketuntasan Belajar kelas Eksperimen dan kontrol Kelas thitung T(0,95)(n-1) Kriteria

Eksperimen 1,704 1,700 Tuntas

kontrol -2,703 1,700 Belum

Tuntas

Hasil perhitungan uji ketuntasan belajar untuk kelas eksperimen diperoleh thitung < t(0,95)(n-1), dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas

(61)

50

Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh thitung > t(0,95)(n-1), dapat dinyatakan bahwa

kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar.

4.1.1.4.4 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif

[image:61.595.110.522.357.547.2]

Penilaian dilakukan dengan penilaian afektif selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Tiap aspek dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa dan aspek mana yang perlu dibina dan dikembangkan lagi. Rata-rata nilai afektif kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4. 10 Rata-rata Nilai Afektif pada Kelas Eksperimen dan kontrol

No Aspek

Kelas eksperimen Kelas kontrol Nilai

rerata

Kriteria Nilai rerata

Kriteria 1 Kehadiran siswa di kelas 3,73 Sangat baik 3,5 Sangat baik 2 a. Perhatian dalam

mengikuti pelajaran

3,73 Sangat baik 3,1 Baik 3 Tanggung jawab dalam

mengerjakan tugas

3,43 Baik 3,4 Baik

4 Keaktifan dikelas 3,7 Sangat baik 3,33 Baik 5 Menjadi pendengar yang

baik

3,46 Baik 3,36 Baik

6 Kerjasama dalam kelomok

3,73 Sangat baik 3,1 Baik

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan rata-rata nilai ranah afektif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

4.1.1.4.5 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik

(62)
[image:62.595.112.520.173.450.2]

kelas kesperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4. 11 Rata-rata Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Aspek

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai

rata-rata

Kriteria Nilai rata-rata

Kriteria 1 b. Kehadiran siswa 3,7 Sangat baik 3,33 Baik 2 Persiapan siswa

dalam melaksanakan praktikum

3,83 Sangat baik 3,3 Baik

3 Kemampuan siswa dalam bekerjasama dalam kelompok

3,86 Sangat baik 3,33 Baik

4 Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan

3,46 Baik 3,56 Baik

5 Kebersihan dan kerapian tempat serta alat percobaan

3,2 Baik 3,2 Baik

6 Kemampuan siswa dalam membuat laporan

3,06 Baik 3,06 Baik

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan rata-rata nilai ranah psikomotorik praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa SMA N 14 Semarang pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

(63)

52

sebanyak 118 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random samplingyaitu pengambilan sampel secara acak dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi terhadap UAS 1 kimia kelas XI IPA.

Berdasarkan perhitungan menggunakan uji anava, diperoleh harga Fhitung =

0,225 sedangkan Ftabel =2,704. Harga Fhitung< Ftabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa masing-masing kelas berdistribusi normal, mempunyai varians yang sama (homogen) serta tidak terdapat perbedaan rata-rata kelas sehingga dapat dilakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil pengundian terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2014 di SMA N 14 Semarang. Alokasi Waktu pembelajaran pada kedua kelas relatif sama yakni 10 jam pelajaran dalam 4 kali pertemuan untuk pembelajaran di kelas termasuk praktikum, dan 1 kali pertemuan untuk posttest.

Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa rerata nilai post test kelompok eksperimen (77,93) lebih baik dibandingkan rerata nila

post test kelas kontrol (70,77).

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis maka perlu dilakukan uji pengaruh antar variabel. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,498. Tanda positif pada harga rb menunjukkan bahwa

(64)

berarti bahwa pembelajaran yang menerapkan Learning Cycle berorientasi

Problem Based Learning membuat siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik. Menurut pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi pada Sugiyono (2005: 215), nilai rb sebesar 0,498 berada diantara 0,40 – 0,599, yang menyatakan

bahwa hubungan antara penerapan model pembelajaran Learning Cycle

berorientasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah hubungan yang sedang. Koefisien korelasi biserial (rb) yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung

koefisien determinasi (KD) dengan rumus rb2 x 100%. Perhitungan menghasilkan

koefisien determinasi (KD) sebesar 24,84%. Artinya metode pembelajaran

Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning memberikan pengaruh terhadap hasil belajar kimia materi larutan penyangga dan hidrolisis sebesar 24,84%. Hal ini berarti faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar sebesar 75,16%. Faktor-faktor tersebut seperti tingkat kesulitan materi, media pembelajaran, serta sarana dan prasarana.

(65)

54

berdasarkan kebijakan yang digunakan di SMA Negeri 14 Semarang yaitu dengan batas nilai tuntas 75.

Selain penilaian ranah kognitif, dilakukan juga penilaian pada ranah afektif dan psikomotori. Berdasarkan data analisis ranah afektif pada tabel 4.7, kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi pada tiga aspek yaitu perhatian dalam mengikuti pelajaran, keaktifan dikelas dan kerjasama dalam kelompok. Perbedaan hasil ketiga aspek tersebut dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen. Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning

merupakan pembelajaran yang merupakan pembelajaran dengan berpusat pada masalah, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar maupun diskusi kelompok.Ranah psikomotorik ditunjukkan pada tabel 4.8, kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol pada tiga aspek yaitu kehadiran siswa, persiapan sebelum praktikum dan kemampuan dalam kerja kelompok. Penerapan Learning Cycle

(66)

55

PENUTUP

5.1

Simpulan

Simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle berorientasi Problem Based Learning memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa SMA N 14 Semarang kelas XI semester 2 materi pokok Kela

Gambar

Tabel
Tabel 2.1. Data kelarutan Mg(OH)2 dalam berbagai pH
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir pembelajaran Learning Cycle
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

KONSERVASI FURNITUR BERLANGGAM GOTHIC PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF.

• ELECTRO PLANKTON a blog about design, technology, music and fashion.. Sadjiman

organizations) mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen dan mereka yang berada dibawah arahannya

[r]

Sebagaian besar guru menyatakan bahwa problem based learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dirasa efektif selaras dengan pendekatan saintifik dalam

Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang

Application Letter merupakan surat bisnis atau sebuah surat yang berfungsi untuk melamar sebuah pekerjaan disebuah perusahaan atau di sebuah institusi.. Application

Hasil Kuliah Kerja Media (KKM) ini adalah kliping di Melia Purosani Hotel Jogjakarta berfungsi sebagai sumber informasi untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan