• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015 2016"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

(Auditory, Intellectualy, Repetition)

Terhadap Hasil Belajar

Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal

Tahun Pelajaran 2015/2016

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh:

Diyan Intan Mutlikha NIM 3101411153

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Bersyukurlah maka Tuhan akan memperbaiki hidupmu.

Jangan berputus asa, sesungguhnya bersama kesabaran pasti ada

keberhasilan.

PERSEMBAHAN:

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, karya

kecilku ini kupersembahkan untuk :

Ibu & Bapak yang senantiasa memberikan dukungan, baik secara

materi maupun doa.

Dosen-dosen dan guru-guru yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat.

Keluarga besar SMA Negeri2 kota Tegal atas kesempatan dan

pengalamannya.

Bebeh-bebeh : beh fu, beh lam, beh ay, beh kem, beh sil, beh fit.

semoga persahabatan kita tidak hanya berhenti disini.

Teman-temankos Melati & KSG-SAC, terimakasih untuk kekeluargaan

yang begitu hangat, Without us i’m nothing.

(6)

vi

PRAKATA

Pujisyukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judulEfektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016” dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oeh karena itu, izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan pada penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah menerimauntuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

3. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd., Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan penulis selama menimba ilmu di Jurusan Sejarah.

(7)

vii

5. Keluarga besar Jurusan Sejarah Fakutas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah mendidik penulis selama belajar di Jurusan Sejarah. 6. Dra. Nur Azizah, selaku petugas perpustakaan sejarah yang telah memberikan

inspirasi dan bantuannya dalam pencarian buku-buku yang bermanfaat.

7. Wartimah S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Kota Tegal atas bimbingan dan kesempatan yang diberikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan (jauh dari sempurna). Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Semarang, September 2015

(8)

viii

SARI

Mutlikha, Diyan Intan. 2015Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Mukhammad Sokheh S.Pd., M.A.

Kata kunci : Efektivitas, AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition), Hasil Belajar

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Kota Tegal menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran, masih menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru. Peserta didik cenderung bersikap tidak aktif, peserta didik lebih banyak mendengarkan guru berbicara tanpa berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri maupun dengan peserta didik yang lain. Selain itu peserta didik juga seringkali lupa dengan materi pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya oleh guru. Dimana sebenarnya hal tersebut dapat berdampak pada peningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efektif dengan digunakannya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Iuntuk meningkatkan hasil belajar, sebagai salah satu inovasi model pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XI, semsester ganjil SMA Negeri 2 Kota Tegal.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI. Sampel penelitian menggunakan kelas XI IIS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IIS 3 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive samplingdengan desain nonequivalent control group design.

Varibel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectually, Repetition), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

SKRIPSI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN KELULUSAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB IPENDAHULUAN ... 15

A. Latar Belakang Masalah ... 15

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 9

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Kajian Pustaka ... 14

B. Landasan Teori ... 17

1. Efektivitas ... 17

2. Pembelajaran Sejarah ... 21

3. Model Pembelajaran ... 24

(10)

x

5. Hasil Belajar... 29

C. Kerangka Berfikir ... 31

D. Hipotesis ... 35

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 36

A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Populasi Penelitian... 38

D. Sampel Penelitian ... 39

E. Variabel Penelitian... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitan ... 56

2. Pelakanaan Penelitian ... 60

3. Hasil Analisis Data ... 66

4. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik ... 77

5. Uji Ketuntasan Hasil Belajar ... 78

6. Aspek–Aspek yang Dicapai Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam Meningkatkan Hasil Belajar ... 78

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ... 34 Gambar 4.1 Kurva Distribusi Normal Hasil Pretest Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 69 Gambar 4.2 Kurva Distribusi Normal Hasil Post test Kelas Kontrol dan

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 37

Tabel 3.2 Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 tegal Semester satu tahun Pelajaran 2015/2016... 38

Tabel 4.1 Fasilitas SMA Negeri 2 Kota Tegal ... 58

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 60

Tabel 4.3 Gambaran Umum Hasil Skor Pre Test ... 67

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test ... 68

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Independent Sample Test PreTest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 70

Tabel 4.6 Gambaran Umum Hasil Skor Post Test ... 71

Tabel 4.7 Gambaran Umum Lembar Aktivitas Peserta Didik ... 72

Tabel 4.8 Gambaran Umum Hasil Lembar Pengamatan Sikap ... 73

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Post Test ... 74

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas dan Uji Independent Sample Test Post Test ... 76

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 93

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 98

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 112

Lampiran 4. Materi Ajar ... 125

Lampiran 5. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 154

Lampiran 6. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 155

Lampiran 7. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 156

Lampiran 8. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 157

Lampiran 9. Soal Uji Coba... 159

Lampiran 10. Penghitungan Validitas dan Reliabilitas ... 163

Lampiran 11. Penghitungan Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal ... 164

Lampiran 12. Kisi-Kisi SoalPre Test ... 165

Lampiran 13. Soal Pre Test ... 166

Lampiran 14. Hasil Soal Pre Test Kelas Eksperimen ... 169

Lampiran 15. Hasil Soal Pre Test Kelas Kontrol ... 170

Lampiran 16. Tabel Pre Test Kelas Eksperimen ... 171

Lampiran 17. Tabel Pre Test Kelas Kontrol ... 172

Lampiran 18. Kisi-Kisi Soal Post Test ... 173

Lampiran 19. SoalPost Test ... 174

Lampiran 20. Hasil Lembar Soal Post Test Kelas Eksperimen ... 177

Lampiran 21. Hasil Lembar SoalPost Test Kelas Kontrol ... 179

Lampiran 22. Tabel Post Test Kelas Eksperimen ... 180

Lampiran 23. Tabel Post Test Kelas Kontrol ... 181

Lampiran 24. Perhitungan SPSS Pre Test ... 182

Lampiran 25. Perhitungan SPSS Post Tes ... 184

Lampiran 26. Lembar Penilaian Aktivitas Peserta Didik5 ... 186

Lampiran 27. Hasil Lembar Penilaian Aktivitas Peserta Didik Eksperimen ... 188

(14)

xiv

Lampiran 29. Tabel Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 190

Lampiran 30. Tabel Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 191

Lampiran 31. Tabel Hasil Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 192

Lampiran 32. Tabel Hasil Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol ... 193

Lampiran 33. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen ... 194

Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ... 197

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang dipelajari di semua jenjang pendidikan baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas. Sejarah mempelajari tentang masa lalu yang mempunyai nilai-nilai karakter untuk mendidik tiap individu. Sejarah merupakan dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa depan. Adanya pembelajaran sejarah memungkinkan peserta didik mengetahui keadaan di masa lampau, sehingga dapat mengambil pelajaran yang berarti untuk menjalani kehidupannya dan sangat penting dalam upaya membangun karakter bangsa (Kochhar, 2008:5).

(16)

2

dengan masa kini. Sejalan dengan hal tersebut menurut Widya (1989:23) sejarah merupakan dialog berkesinambungan antara masa sekarang dan masa lampau yang mencerminkan nilai kemasakinian dalam sejarah.

Pembelajaran sejarah bertujuan untuk 1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar; 3) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia; dan 5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. Tujuan tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menangah. Selain itu pembelajaran sejarah juga memiliki tujuan akademik yang hendak dicapai yaitu berupa hasil belajar.

(17)

dan dapat menjadi refleksi diri untuk tiap individu. Dengan demikian proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Guru harus yakin dan tahu apa tujuan yang akan dicapai dalam pengajarannya (Kochhar, 2008:27).

Seiring perkembangan zaman, seperti yang diungkapkan Aman (2011:7) bahwa selama ini pembelajaran sejarah di sekolah kurang diminati oleh peserta didik. pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena cenderung bersifat hapalan, bahkan ada peserta didik menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lalu. Selain itu pelajaran sejarah juga hanya dianggap sebagai pelajaran pelengkap saja, apalagi mata pelajaran sejarah tidak diuji nasionalkan. Kondisi ini lama-kelamaan mengakibatkan hasil belajar rendah dan tujuan pembelajaran sejarah tidak akan tercapai.

(18)

4

Oleh karena itu dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan penting untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar sehingga tujuan yang seharusnya dapat tercapai dengan baik.

Kondisi yang sama masih ditemukan di SMA Negeri 2 Kota Tegal. Peserta didik cenderung bersikap tidak aktif dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah. Peserta didik lebih banyak mendengarkan guru berbicara tanpa berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri maupun dengan peserta didik yang lain. Peserta didik perlu pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru, dan penggunaan model pembelajaran yang bervariasi. Selain itu peserta didik juga seringkali lupa dengan materi pelajaran yang sudah diajarkan. Jika kondisi yang sama terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan rendahnya hasil belajar yang ditandai dengan bosannya peserta didik terhadap pelajaran sejarah yang kemudian timbulnya sikap apatis dari peserta didik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang membantu peserta didik untuk dapat memperoleh pengetahuan secara optimal.

(19)

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition). Model pembelajaran ini dipilih sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar sejarah peserta didik terutama dalam pencapaian hasil belajar sejarah yang optimal. Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectualy, Repetition. Dengan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) peserta didik dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran sehingga tercipta proses pembelajaran yang hidup dan tidak hanya berpusat pada guru. Selain itu model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) menerapkan jika belajar juga harus dengan pengulangan (repetition). Pengulangan yang bertujuan untuk lebih mengingat kembali materi pelajaran yang telah diajarkan.

Model pembelajaran AIR menuntut peserta didik untuk belajar melalui mendengarkan, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, menanggapi, berkonsentrasi dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah. Belajar juga harus dilakukan dengan pengulangan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman peserta didik melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, maupun kuis.

(20)

6

(2013) membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually Repetition. Widiastuti, dkk (2014) dengan judul pengaruh model auditory intellectualy repetition berbantuan tape recorder terhadap keterampilan berbicara. Hasil penelitiannya membuktikan adanya perbedaan yang signifikan dari hasil analisis data. Diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 75,43 dan nilai rata-rata kelas kontrol 69,81. Keberhasilan peneliti-peneliti terdahulu yang menggunakan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran yang dilakukannya, membuktikan model pembelajaran tersebut mempunyai potensi yang baik untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya terutama dalam pembelajaran sejarah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran sejarah di SMA

Negeri 2 Kota Tegal. Peneliti mengangkat judul penelitian “Efektivitas

Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal?

2. Apakah dengan digunakannya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal?

3. Bagaimanakah keefektifan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran sejarah di siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal.

2. Untuk mengetahui apakah dengan digunakannya model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) terdapat peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal.

(22)

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoretis

Penelitian ini mampu memberikan pengetahuan tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

sebagai model yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini mampu memberikan manfaat berupa: a. Bagi Siswa

Mengubah cara pandang peserta didik tentang mata pelajaran sejarah yang membosankan dan membantu peserta didik dalam memahami materi sejarah secara lebih baik. Serta memberikan rangsangan dan dorongan kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) diharapkan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar sejarah.

b. Manfaat bagi Guru

(23)

c. Manfaat bagi Sekolah

Hasil penelitian di dapat memberikan masukan untuk sekolah dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar sejarah. Serta memberikan motivasi sekolah untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sejarah.

d. Manfaat bagi Peneliti Lain

Hasil pelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

E. Batasan Istilah

1. Efektivitas

(24)

10

Efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 2 kota Tegal tahun pelajaran 2015/2016. Peningkatan hasil belajar tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil belajar yang lebih baik setelah penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectually, Repetition). 2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum (Suprijono, 2012:45-46). Sedangkan menurut Winataputra (2005:3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

(25)

3. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectually, Repetition. Auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sedangkan intellectualy

bermakna belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menemukan, mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, atau kuis (Shoimin, 2014:29).

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek saja (Suprijono, 2012:7). Sedangkan menurut Rifa’i

dan Tri Anni, (2012:69) hasil belajar adalah sebagai sebuah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Jadi hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari suatu proses belajar yang ditandai dengan perubahan perilaku yang oleh tiap individu, dan perubahan nilai ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

(26)

12

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, bab I merupakan bab pendahuluan, di dalamnya terdiri dari antara lain latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah (meliputi efektivitas, model pembelajaran, model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, dan Repetition), dan hasil belajar).

(27)
(28)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Penelitian ini merupakan penelitian tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Kota Tegal. Pustaka yang mendasari penelitian ini yaitu hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013), Nailul Farich (2013), Widiastuti, dkk (2014), Mustaghfiri, dkk (2013), Rahman (2014), Wulandari (2013).

Handayani (2013) melakukan penelitian berjudul “Keefektifan Model

Auditory Intellectually Repetition (AIR) Berbantuan LKPD Terhadap

Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik SMP” hasil penelitian

(29)

yang sesuai dengan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy Repetition) sehingga sulit untuk dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Penelitian relevan juga dilakukan oleh Nailul (2013) dalam skripsinya

yang berjudul “Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition

(AIR) pada Pembelajaran Biologi Materi Pokok Plantae Kelas X MA Wahid Hasyim Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy Repetition)

dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, pengingkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari beberapa aspek. Penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory Intellectualy Repetition) juga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Nailul (2013) memiliki kekurangan yaitu alokasi waktu yang digunakan kurang dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellecrualy, Repetition).

Penelitian yang selanjutnya yaitu Widiastuti, dkk (2014) berjudul

”Pengaruh Model Auditory Intellectualy Repetition Berbantuan Tape

Recorder Terhadap Keterampilan Berbicara” hasil penelitian menunjukan

(30)

16

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Mustaghfiri, dkk (2013)

berjudul “Komparasi Model Pembelajaran AIR dan Ekspositori Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Ligkungan” dalam jurnal

menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy Repetition) guru lebih menyediakan pengalaman belajar yang dirancang dalam bentuk kelompok guna membantu siswa dalam memahami materi dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru, sehingga siswa lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari. Selain itu, dengan model pembelajaran AIR, pembelajaran menjadi lebih menarik dikarenakan ada kaitannya dengan hal-hal disekitar, sehingga siswa menjadi semangat dan termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar. Indikator meningkatnya semangat siswa ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat, hasil diskusi, dan menanggapi pendapat temannya.

Rahman (2014) melakukan penelitian tentang efektifitas yaitu dengan

judul “Efektifitas Media Pembelajaran Visual Tiga Dimensi (Sketchup)

Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Menggambar Atap Kelas XI Teknik

Gambar Bangunan SMK N 1 Rembang Tahun Ajaran 2013/2014” pada

penelitian ini terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga pada penggunaan media pembelajaran visual tiga dimensi pada pembelajaran dengan materi tentang teknik gambar bangunan dikatakan efektif. Penelitian selanjutnya tentang

efektifitas juga dilakukan oleh Wulandari dengan judul “Keefektifan Model

(31)

Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika” menyimpulkan bahwa

rata-rata nilai motivasi kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol dan rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol, sehingga dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament pada pembelajaran penelitian ini dikatakan efektif.

Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ada sebelumnya seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini belum ditemukan penelitian efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory Intellectualy Repetition) terhadap hasil belajar sejarah peserta didik, yang ada hanyalah pengunaan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy Repetition) terhadap mata pelajaran lainnya. Selain itu dalam penelitian-penelitian yang disebutkan di atas tidak menerapkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) yang sesuai dengan sintaknya.

B. Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang pengertian efektivitas, pembelajaran sejarah, model pembelajaran, model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), dan hasil belajar. 1. Efektivitas

(32)

18

upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat. Sedangkan menurut Budimansyah, Suparlan dan Meirawan (2009:70) keefektifan yaitu proses pembelajaran yang menghasilkan apa yang seharusnya dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran tersebut berlangsung. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2009:82). Beberapa pandangan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa keefektifan dalam proses pembelajaran merupakan tingkatan seberapa jauh proses pembelajaran tersebut dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(33)

belajar-mengajar berjalan efektif. Efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan (Mulyasa, 2004:83). Untuk mengetahui keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran (Trianto, 2011:20). Kondisi belajar-mengajar yang efektif dapat tercipta karena dipengaruhi beberapa variabel, Menurut Usman (2011:21-31) ada empat jenis variabel yang menentukannya, yaitu:

a. Peserta didik aktif

Aktivitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga peserta didiklah yang seharusnya banyak aktif. Hal ini dikarenakan peserta didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

b. Minat dan perhatian peserta didik

(34)

20

c. Motivasi peserta didik

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mancapai tujuan. Sementara itu, motif diartikan sebagai daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Motivasi dapat pula diartikan sebagai tingkah laku dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas guru salah satunya membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau untuk belajar.

d. Individualitas

(35)

melainkan ditujukan kepada sekelompok peserta didik atau kelas. Pengajaran yang sedang dilakukan oleh guru dapat memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal, apabila guru dapat mengakui dan melayani perbedaan peserta didiknya.

Selain hasil belajar, yang membuat pengajaran menjadi efektif adalah bagaimana guru berusaha menjadi panutan (modelling) dengan memperlihatkan kepribadian dan sikapnya yang positif, berpengalaman dalam mengajar, cakap dalam menyampaikan informasi, reflektif, motivatoris, dan bersemangat juga untuk belajar Borish (dalam Huda, 2013:7).

2. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang dilakukan guru dengan menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2012:13). Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan cara yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan (Trianto, 2011:17). Jadi dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan antara guru dan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

(36)

22

geografis dan lingkungan sosial mereka (kochhar, 2008:46). Istilah history

(sejarah) diambil dari kata historia dalam bahasa Yunani yang berarti informasi atau penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran (Kochhar, 2008:1). Sejarah juga di definisikan sebagai segala sesuatu yang pernah terjadi, setiap peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi, dapat berupa politik, ekonomi, sosial, atau budaya (kochhar, 2008:23).

Johnson (dalam Kochhar, 2008:2) berpendapat bahwa sejarah dalam pengertian yang paling luas adalah segala sesuatu yang pernah terjadi. Materi yang dipelajari adalah jejak-jejak yang ditinggalkan dari keberadaan manusia di dunia, gagasan, tradisi dan lembaga sosial, bahasa, kitab-kitab, barang produksi manusia, fisik manusia itu sendiri, sisa-sisa fisik manusia, pemikirannya, perasaannya, dan tindakannya. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis pada pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.Jadi pembelajaran sejarah merupakan cara atau proses yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yang dapat membentuk individu menjadi pribadi yang lebih baik dengan belajar tentang masa lalu.

a. Tujuan Pembelajaran Sejarah

(37)

tahap perkembangan yang sekarang ini; 2) meningkatkan pemahaman peserta didik tentang peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia; 3) menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan; 4) memperkokoh pemahaman peserta didik bahwa interaksi antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia; dan 5) memberikan kemudahan kepada peserta didik yang berminat mempelajari sejarah suatu negara.

Pembelajaran sejarah juga mempunyai tujuan yang harus dicapai. Tujuan tersebut tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 mengenai setandar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yaitu untuk 1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar; 3) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia; dan 5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air.

(38)

24

negara yang baik, dan menyadarkan peserta didik untuk mengenal lingkungan diri dan lingkungannya, serta memberikan pandangan kesejarahan. Sedangkan secara spesifik tujuan pembelajaran sejarah ada tiga yaitu, mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan intelektual, dan memberikan informasi kepada peserta didik.

3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang dirancang berdasarkan implementasi kurikulum (Suprijono, 2012:45-46). Sedangkan menurut Winataputra (2005:3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah sebuah pola kegiatan terstruktur yang merancang proses pembelajaran dari awal hingga akhir untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

(39)

pembelajaran agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai Kardi dan Nur (dalam Trianto 2011:23). Sebuah model pembelajaran memiliki struktur yang jelas. Seperti model yang dikembangkan oleh Joyce dan Weil (2009) memiliki empat aspek struktur umum yang jelas. Struktur tersebut antara lain: Sintak, System sosial, Tugas/peran guru, pengaruh model (Huda, 2013:75).

Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses pembelajaran secara efektif. Tujuan dari pembelajaran akan tercapai baik dalam ranah afektif, kognitif, maupun psikomotorik dengan model pembelajaran yang efektif. Menurut Sudjana (2009:22) ada empat unsur utama proses belajar-mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar yang diharapkan dapat dimiliki setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangakat pengetahuan yang disampaikan pada proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan pembelajaran. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan penilaian adalah upaya untuk mengukur sejauh mana tujuan dapat tercapai.

4. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

(40)

26

pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Perbedaanya hanya terletak pada pada pengulangan (Repetisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis (Huda, 2013:289).

Belajar bermodel auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan (Shoimin, 2014:29). Gaya belajar auditorial adalah gaya yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun diingat. Maka guru sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini, seperti: (1) melakukan diskusi kelas atau debat, (2) meminta siswa untuk presentasi, (3) meminta siswa untuk membaca teks dengan keras, (4) meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal, (5) melaksanakan belajar kelompok (Huda, 2013:290). Meier (2013:95) mengatakan bahwa pikiran auditory kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi Auditory, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting otak kita menjadi aktif.

Menurut Meier (2003:99) intelektual adalah penciptaan makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Intellectually

(41)

Repetition merupakan pengulangan dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis (Huda, 2013:291). Pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Melalui pemberian tugas diharapkan peserta didik lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat untuk menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar peserta didik siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat dari peserta didik (Shoimin, 2014:30).

Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, guru harus mengulangnya dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan peserta didik tidak selalu stabil, karena itu peserta didik mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan. Untuk itulah guru membantu mereka dengan pengulangan pelajaran yang sedang atau sudah dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah mengingat materi pelajaran yang diajarkan. Pengulangan bisa diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setiap kali materi pelajaran selesai diberikan maupun pada saat-saat tertentu jika dianggap perlu (Slamet dalam Huda, 2013:291-292).

(42)

28

a) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok.

b) Peserta didik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. c) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari

dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (Auditory).

d) Saat diskusi berlangsung siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.

e) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (Intellectually).

f) Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetition).

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan seperti halnya pada model pembelajaran AIR. Beberapa kelebihan model pembelajaran AIR menurut Shoimin (2014:30-31) adalah sebagai berikut: a) Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering

mengemukakan pendapatnya.

b) Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara baik.

c) Peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.

(43)

e) Peserta didik memilki pengetahuan banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) sangat tepat dan efektif diterapkan pada pelajaran sejarah di kelas XI. Karena model pembelajaran AIR merangsang peserta didik untuk belajar secara efektif melalui proses auditory, membantu peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan membangun pengetahuannya, selain itu melalui model AIR peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran secara lebih mendalam melalui kuis maupun pengerjaan soal sebagai proses pengulangan.

5. Hasil Belajar

(44)

30

setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Seseorang dikatakan telah belajar apabila terjadi perubahan perilaku, antara perilaku sebelum dan setelah mengalami kegiatan belajar.

Syarat keberhasilan belajar yaitu: 1) belajar juga memerlukan sarana yang cukup, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang; 2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian, keterampilan maupun sikap pada peserta didik dapat mendalam (Slameto, 2010:28). Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domian), ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf (Tri Anni dan Rifa’i, 2012:70-72).

Menurut Slameto (2010:54-72) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain:

a. Faktor-faktor intern

Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi:

1) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh.

(45)

3) Faktor kelelahan, kelelahan ada dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan juga sangat mempengaruhi belajar, jadi haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan.

b. Faktor –faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi:

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

C. Kerangka Berfikir

(46)

32

apabila dalam pemilihan dan penggunaan model pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik maupun lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang berupa pencapaian hasil belajar yang optimal yang ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual pada peserta didik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan intelektual serta kemampuan mengingat materi pembelajaran dengan baik untuk peserta didik adalah model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). Model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) yaitu model pembelajaran yang belajar dilakukan dengan berbicara dan mendengarkan (auditory), berfikir, menyatakan gagasan, menemukan, menjawab permasalahan (intellectually), serta belajar dengan melakukan pengulangan (repetition).

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif dalam serangkaian proses pembelajaran. Aktif yang dimaksudkan adalah aktif dalam berdiskusi, menemukan jawaban, mengemukakan pendapat, menanggapi, maupun aktif mendengarkan. Selain itu model pembelajaran AIR merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik berfikir untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran AIR juga menekankan pada pengulangan sehingga peserta didik akan lebih mengingat materi dengan baik, hal itu bisa dilakukan dengan kuis maupun pengerjaan soal.

(47)
(48)

34

Bagan 2.1. Skema kerangka berfikir Pembelajaran

Tujuan bagi peserta didik:

1. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

2. Siswa memahami materi secara lebih mendalam

3. Siswa dapat berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat maupun menanggapi tanpa ragu.

guru siswa

Pembelajaran Model AIR

- Pembelajaran secara aktif

- Memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan

- Pembelajaran secara berkelompok

- Melakukan pengulangan untuk memperdalam materi.

Psikomotorik Ketrampilan

Kognitif Hasil belajar Afektif

Aktivitas

(49)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho

Rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) tidak terdapat perbedaan yang lebih baik dari pada kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) tersebut.

2. Ha

(50)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian “Efektivitas Penggunaan Model

Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Terhadap Hasil Belajar

Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal” ini menggunakan

pendekatan kuantitatif jenis eksperimen. Menurut sugiyono (2012:109) penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang membandingkan antara kelompok yang diberikan perlakuan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan.

Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012:114). Ciri utama dari quasi eksperimental design adalah bahwa sampel yang digunakan untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak diambil secara acak dari populasi tertentu.

(51)

kontrol. Adapun jenis quasi eksperimental design yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control grup design. Nonequivalent control grup design hampir sama dengan Pretest-Posttes Control Grup Design adalah desain yang di dalamnya baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrolnya tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012:116). Jadi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan yang berbeda, antara kelas eksperimen diberi perlakuan khusus dan kelas kontrol tidak diberi perlakuan khusus. Mekanisme penelitian dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol tersebut digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Pre test Treatment Post test

Experimen Tes Model pembelajaran AIR Tes

Kontrol Tes _ Tes

(Sugiyono. 2012 :116)

Pada Nonequivalent control grup design terdapat dua kelompok, dengan kelompok pertama yaitu sebagai kelompok eksperimen, dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol. Masing-masing kelompok baik eksperimen maupun kontrol diberikan pre test. Setelah itu kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan

(52)

38

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Juli sampai agustus 2015 yang bertempat di SMA Negeri 2 kota Tegal, jalan lumba-lumba nomor 24 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 9 kelas. Meskipun terdiri atas beberapa kelas yang berbeda, seluruh kelas sebagai kelas populasi tersebut merupakan satu kesatuan, karena keseluruhannya mempunyai kesamaan, yaitu siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat yang sama, yaitu kelas XI SMA, siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester ganjil kelas XI SMA, siswa-siswa tersebut mendapat pelajaran sejarah wajib yang sama dan mendapatkan pengajaran yang sama dengan kurikulum SMA Negeri 2 tegal yaitu kurikulum 2013 dan dengan guru pengajar yang sama.

Tabel 3.2. Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 tegal Semester satu tahun pelajaran 2015/2016.

No. Kelas Nama kelas Jumlah siswa 1.

XI

XI MIA 1 32

2. XI MIA 2 32

3. XI MIA 3 32

(53)

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 D. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi (Margono 2000:121). Sedangkan menurut Sugiyono (2012:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sejalan dengan hal itu Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian diambil 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling tipe purposive sampling. Teknik ini setiap unsur (anggota) populasi tidak diberikan peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan penentuan tertentu. Salah satu cara dalam purposive sampling adalah memilih sampel dengan rekomendasi dari seseorang yang berpengalaman, dalam hal ini adalah guru. Guru dapat mempertimbangkan rata-rata nilai ulangan semester siswa yang homogen antara kelas XI MIA dan XI IIS.

5. XI IIS 1 30

6. XI IIS 2 28

7. XI IIS 3 30

8. XI IIS 4 30

9. XI IIS 5 28

(54)

40

Berdasarkan pertimbangan tersebut terdapat selisih nilai rata-rata ulangan kelas XI IIS 1 dan XI IIS 3 mempunyai selisih yang lebih rendah. Selanjutnya penentuan sampel diambil dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen yakni peserta didik kelas XI IIS 1 yang menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dan peserta didik kelas XI IIS 3 sebagai kelas kontrol yangtidak menggunakan model pembelajaran.

E. Variabel Penelitian

Menurut Margono (2000:82) variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:61) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sejalan yang diungkapkan Arikunto (2006:118) bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian yang oleh peneliti dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian berfungsi sebagai pembeda antara variabel yang satu dengan yang lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat, sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

(55)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar sejarah peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:148). Instrumen berguna sebagai alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data sehingga lebih memudahkan peneliti untuk mengolah hasilnya.

Perangkat tes berupa soal yang telah disusun dan akan di uji cobakan dikelas XI IIS 4. Analisis hasil uji coba bertujuan untuk mengetahui apakah soal sudah memenuhi syarat yang baik atau tidak. Analisis yang akan digunakan meliputi validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. 1. Validitas

(56)

42

penelitian, yang diberikan oleh peneliti kepada responden atau sampel kelas yang lain sebelum melakukan pengujian langsung pada kelas kontrol dan kelas ekperimen.

Pengujian validitas interal dapat menggunakan dua cara, yaitu analisis faktor dan analisis butir. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis butir dengan menskor aktivitas siswa yang kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam korelasi product moment, dengan rumus:

= ∑ ∑ ∑

√⌊ ∑ ∑ ⌋{ ∑ } ∑

Keterangan: (Arikunto, 2010: 317)

= validitas angket

N = jumlah responden X = jumlah skor butir soal Y = Jumlah skor total

Hasil perhitungan rXY dikonsentrasikan dengan taraf signifikansi

5% atau taraf kepercayaan 95%. Jika didapatkan harga rXY>rtabel maka

butir instrumen dapat dikatakan valid, akan tetapi sebaliknya jika harga rXY< rtabel maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid.

(57)

soal yang tergolong valid yaitu soal nomor: 1, 2, 5, 7, dan 8, Sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 3 soal yaitu nomor: 3, 4, dan 6.

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat pengukur menunjukan ketegakan hasil pengukuran sekiranya alat pengukur yang sama itu digunakan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam waktu yang bersamaan atau dalam waktu yang berlainan (Margono, 2000:85). Dalam menentukan apakah tes yang telah disusun telah memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas), pada umumnya untuk tes bentuk uraian digunakan dengan rumus alpha dari Cronbach, sebagai berikut:

Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

n = jumlah butir item

= jumlah varian skor dari setiap butir

= varian total (Purnomo, 2012: 41).

Setelah r diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel.

Apabila r > rtabel maka dikatakan instrumen tersebut reliabel. Dari hasil

(58)

44

Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif reliabel.

3. Daya Beda

Keterangan:

DP = daya pembeda

X KA = rata-rata kelompok atas

X KB = rata-rata kelompok bawah Skor maks = skor maksimum

Untuk mengetahui soal-soal yang akan dipakai berdasarkan daya pembeda soal, digunakan klasifikasi sebagai berikut:

D = negatif adalah soal sangat jelek D = 0, 00 – 0, 20 adalah soal jelek D = 0, 21 – 0, 40 adalah soal cukup D = 0, 41 – 0, 70 adalah soal baik

D = 0, 71 – 1, 00 adalah soal sangat baik (Arifin, 2012: 133)

(59)

4. Tingkat Kesukaran Soal

Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: IK = 0, 00 adalah soal terlalu sukar

0, 00 < IK ≤ 0, 30 adalah soal sukar

0, 30 < IK ≤ 0, 70 adalah soal sedang

0, 70 < IK ≤ 1, 00 adalah soal mudah

(Arifin, 2012: 134-135).

Dari 8 butir soal yang di ujicobakan, klasifikasi indeks kesukaran dapat diketahui bahwa soal yang tergolong dalam kriteria mudah adalah soal nomor 5. Soal yang tergolong dalam kriteria sedang adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 8.

G. Teknik Pengumpulan Data

(60)

46

1. Observasi

Menurut Margono (2000:158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk untuk mengambil data aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mendapatkan data kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara memperoleh data dari barang-barang tertulis seperti buku, majalah, peraturan dan lain-lain (Arikunto, 2006 :158). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai alamat, daftar nama peserta didik kelas XI IIS SMA Negeri 2 kota Tegal, daftar nilai pelajaran sejarah, foto-foto proses belajar mengajar dikelas.

3. Tes

(61)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif. Tes subjektif adalah tes yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah jenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata (Arikunto, 2007:162). Sedangkan menurut Margono (2000:170) tes subjektif sama dengan tes

essey, tes essey adalah suatu tes yang menghendaki agar testee

memberikan jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri. Tes ini dipilih, karena dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam rangka mencari pemecahan yang terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan skripsi ini. Tes digunakan untuk peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas kontrol yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peserta didik kelas XI IIS 3, sedangkan kelas eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peserta didik kelas XI IIS 1. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Pre Tes

(62)

48

b. Post Tes

Post tes merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu tes yang dilaksanakan setelah eksperimen. Tujuan post tes ini adalah untuk mendapatkan bukti efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah di kelas experimen. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai nilai post test yaitu hasil post test dari peserta didik kelas XI IIS 3 yang merupakan kelas kontrol dan kelas XI IIS 1 yang merupakan kelas eksperimen yang diberikannya perlakuan.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan analisis data terbagi menjadi dua tahap yaitu analisis tahap awal dan tahap akhir

1. Analisis Tahap Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk menguji data pre tes dari masing-masing kelas, baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata dari kelas kontol dan kelas eksperimen bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan atau kedua kelompok berawal dari titik tolak yang sama. Hal-hal yang dianalisis pada tahap ini adalah:

a. Uji Normalitas

(63)

ini menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 16 for windows. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu data penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili suatu populasi. Hipotesis dalam pengujian ini adalah :

: data berdistribusi normal : data tidak berdistribusi normal. Kaidah pengambilan keputusan:

Jika Sig > 0,05, maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi normal,

Jika Sig < 0,05, makaHo ditolak yang berarti data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas dan Uji Independent Samples T Test

(64)

langkah-50

langkah untuk menguji homogenitas kedua kelompok (eksperimen dan kontrol), sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis uji homogen

H0 : = (varian sama = ke dua kelompok homogen)

H1 : ≠ (varian tidak sama ≠ ke duakelompok tidak homogen)

2) Menganalisis hasil

Pada penggunaan SPSS 16 sudah difasilitasi nilai signifikansi yang dapat digunakan untuk menolak dan menerima hipotesis nol. Terima H0 jika sig > 5% sebaliknya tolak H0.

3) Menginterpretasikan hasil

Jika menerima H0 varian sama atau kedua kelompok homogen.

Apabila uji homogen sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan uji

Independen Samples T Test. Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan uji Independen Samples T Test, sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis uji Independen Samples T Test

H0 : μ1≤μ2 (H0 diterima jika rata-rata kelas eksperimen kurang dari

atau sama dengan rata-rata kelas kontrol)

H1:μ1>μ2 (H0 ditolak jika rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi

daripada rata-rata kelas kontrol) 2) Menentukan t hitung

(65)

3) Menganalisis hasil

Pada penggunaan SPSS 16 sudah menfasilitasi nilai signifikan yang dapat digunakan untuk menolak dan menerima H0. H0diterima jika

sig > 5% atau sebaliknya H0 ditolak jika sig < 5%.

4) Menginterpretasikan hasil

Jika H0 diterima berarti rata ke dua kelas adalah sama atau

rata-rata kelas eksperimen kurang dari rata-rata-rata-rata kelas kontrol. Perlakuan yang berbeda pada ke dua kelas tersebut menghasilkan hal yang sama atau justru rata-rata kelas eksperimen kurang dari rata-rata kelas kontrol, seakan-akan perlakuan eksperimen tidak memberi pengaruh. Sebaliknya jika H0 ditolak dan H1 diterima berarti rata-rata

ke dua kelas adalah berbeda. Apabila rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kelompok kontrol maka perlakuan pada kelas eksperimen memberi pengaruh terhadap hasil belajar. 2. Analisis Tahap Akhir

(66)

52

a. Normalitas

Sebelum data yang diperoleh dari lapangan dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu di uji normalitas. Langkah-langkah pengujian normalitas pada tahap akhir sama dengan pengujian normalitas tahap awal. Hanya saja pengujian normalitas tahap akhir digunakan untuk hasil dari post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS

16 for windows. Hipotesis dalam pengujian ini adalah : : data berdistribusi normal

: data tidak berdistribusi normal. Kaidah pengambilan keputusan:

Jika Sig > 0,05, maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi normal,

Jika Sig < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas dan Uji Independent Samples T-Test

(67)

homogenitas. Hal ini digunakan untuk menentukan penggunaan Equal Variance Assumed (diasumsikan jika varian sama) dan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan jika varian berbeda). Berikut ini langkah-langkah untuk menguji homogenitas kedua kelompok (eksperimen dan kontrol), sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis uji homogen

H0 : = (varian sama = ke dua kelompok homogen)

H1 : ≠ (varian tidak sama ≠ ke duakelompok tidak homogen)

2) Menganalisis hasil

Pada penggunaan SPSS 16 sudah difasilitasi nilai signifikansi yang dapat digunakan untuk menolak dan menerima hipotesis nol. Terima H0 jika sig > 5% sebaliknya tolak H0.

3) Menginterpretasikan hasil

Jika menerima H0 varian sama atau kedua kelompok homogen.

Apabila uji homogen sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan uji

Independen Samples T Test. Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan uji Independen Samples T Test, sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis uji Independen Samples T Test

H0 : μ1≤μ2 (H0 diterima jika rata-rata kelas eksperimen kurang dari

atau sama dengan rata-rata kelas kontrol)

H1:μ1>μ2 (H0 ditolak jika rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi

(68)

54

2) Menentukan t hitung

Output dari Equal Variance Assumed didapatkan nilai t hitung. 3) Menganalisis hasil

Pada penggunaan SPSS 16 sudah menfasilitasi nilai signifikan yang dapat digunakan untuk menolak dan menerima H0. H0diterima jika

sig > 5% atau sebaliknya H0 ditolak jika sig < 5%.

4) Menginterpretasikan hasil

Jika H0 diterima berarti rata ke dua kelas adalah sama atau

rata-rata kelas eksperimen kurang dari rata-rata-rata-rata kelas kontrol. Perlakuan yang berbeda pada ke dua kelas tersebut menghasilkan hal yang sama atau justru rata-rata kelas eksperimen kurang dari rata-rata kelas kontrol, seakan-akan perlakuan eksperimen tidak memberi pengaruh. Sebaliknya jika H0 ditolak dan H1 diterima berarti rata-rata

(69)

86

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Selama proses pembelajaran, peserta didik sangat antusias dalam kegiatan pembelajaran. karena proses pembelajaran model AIR (Auditory, Intellecualy, Repetition) menekankan belajar sambil berbicara dan mendengarkan yang kemudian membuat peserta didik ikut terlibat secara aktif dalam proses pencarian jawaban dari rumusan masalah, serta peserta didik boleh berpendapat sesuai dengan pendapatnya masing-masing yang kemudian terjalin hubungan interaksi yang baik antara peserta didik dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan guru. Pengulangan yang terdapat pada model pembelajaran AIR (Auditory, Intellecualy, Repetition) juga membantu peserta didik dalam mengingat materi pembelajaran.

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen
Tabel 3.2. Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 tegal
gambar peta
Gambar 1. Peta penjelajahan samudra.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal

Pengaruh tingkat umur terhadap produktivitas Wilayah Bantul Lampiran 6 Variabel umur terhadap produktivitas secara logaritmic dan. quadratic

mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu

Menunjuk surat Direktur Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi nomor: 362/B3.4/KM/2018

Dalam e- commerce dikenal adanya B2B dan B2C yang bisa digunakan para pelanggan untuk turun langsung apabila ingin melakukan transaksi pembelian pada e-commerce atau

&#34;Tidak sering memang, hanya sesekali, tapi itu ibarat sudah menjadi kebutuhan, ketika kita sama-sama mau, kenapa tidak, kita juga lihat budget karena kita tidak mau sembarang

Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2015/2016, dan data tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Pengaruh Tanah Lempung Montmorillonite pada Komposit Kanji yang Diplastisasi dengan Polyethylene Glycol