• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA: PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT VALUATION METHOD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA: PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT VALUATION METHOD"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA:

Pendekatan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method

DETERMINANTS OF WILLINGNESS TO PAY FOR ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT OF GEMBIRA LOKA BOTANICAL GARDENS AND ZOO

YOGYAKARTA

Travel Cost Method and Contingent Valuation Method Approach

Oleh :

ERY DWI PANTARI 20110430060

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN

KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA: Pendekatan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method

DETERMINANTS OF WILLINGNESS TO PAY FOR ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT OF GEMBIRA LOKA BOTANICAL GARDENS

AND ZOO YOGYAKARTA

Travel Cost Method and Contingent Valuation Method Approach

Oleh :

ERY DWI PANTARI 20110430060

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

(3)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN

KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA: PendekatanTravel Cost Method dan Contingent Valuation Method

DETERMINANTS OF WILLINGNESS TO PAY FOR ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT OF GEMBIRA LOKA BOTANICAL GARDENS

AND ZOO YOGYAKARTA

Travel Cost Method and Contingent Valuation Method Approach

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Oleh :

ERY DWI PANTARI 20110430060

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

(4)

v

Denganinisaya,

Nama :Ery Dwi Pantari NIM : 20110430060

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA:Pendekatan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method

merupakan hasil karya sendiri, di dalamnya tidak terdapatkarya yang

pernahdiajukanuntukmemperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi dan atau pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan

bertanggung jawab dan menerima konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 6 Juni 2016 Yang membuat pernyataan

(5)

vi

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah : 6-8)

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 153)

“Sekali atau dua kali harus ada orang yang bersikap lebih tegas kepada kita, agar kita tersadarkan dari ketidak-tegasan yang berlarut-larut. Ketegasan untuk bertindak adalah penyelesai dari kegelisahan dan rasa minder di dalam keraguan dan penundaan.” (Anonim)

(6)

vii

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari

orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan

terimakasih saya kepada:

Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang

meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

Skripsi ini aku persembahkan kepada:

Pardiyo, SH dan Purwati (kedua orang tuaku), yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah

lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.

Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku. Lope Lope dah ^^

Dosen Pembimbingku, Ibu Endah Saptutiningsihyang telah sabar, tulus dan ikhlas

meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, serta memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih Bu

Endah.

Doddy Afrianto, S.IP dan Helpitha Khaira, SE (Abang dan Kakak Iparku), yang senantiasa

memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk

(7)

viii

Zulfah, Jejen, Mba Efti, Mba Ayu, Mba Arin, Mas Lutfi, Mas Rifqi, Jazuli, Mas Kamal, Mas

Arif, Alia, Bambang, Beta, Nurul sahabat dan teman serta kakakku tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan

terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!!

Teruntuk teman-teman Ilmu Ekonomi (IE) 2011 dan International Program for Islamic Economic dan Finance (IPIEF) 2011 yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati

setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. "Tiada hari yang indah tanpa kalian semua"

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan

skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang,

(8)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

INTISARI ... ix

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Batasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Landasan Teori ... 17

1. Pariwisata... 17

a. Pengertian Pariwisata ... 17

b. Jenis Pariwisata ... 18

c. Bentuk Pariwisata ... 21

d. Unsur Pariwisata... 23

e. Peran Sektor Pariwisata... 25

2. Sumber Daya Alam... 29

a. Pengertian Sumber Daya Alam... 29

b. Macam-macam Sumber Daya Alam... 31

3. Wllingness To Pay... 33

a. Pengertian Willingness to Pay... 33

b. Konsep Willingness to Pay... 33

4. Valuasi Ekonomi ... 36

a. Benefit Based Valuation ... 37

1) Effect on Production ... 37

2) Loss of Earning ... 37

3) Travel Cost... 37

4) Ince Differential ... 40

5) Contingent Valuation Method ... 40

b. Cost Based Valuation ... 46

1) Replacement Cost ... 46

2) Preventive Expenditure ... 46

(9)

xiv

C. Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN... 56

A. Subjek Penelitian ... 56

B. Jenis Data... 56

C. Teknik Pengambilan Sampel ...57

D. Teknik Pengambilan Data ... 58

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 58

1. Willingness to Pay (WTP)... 58

2. Frekuensi Kunjungan... 59

3. Biaya Perjalanan...59

4. Tingkat Penghasilan... 60

5. Usia... 60

6. Lama Pendidikan... 60

7. Fasilitas... 60

F. Alat Analisis ... 61

G. Pengujian Asumsi Klasik... 63

1. Uji Multikolinearitas... 63

2. Uji Heteroskedastisitas... 64

H. Uji Hipotesis ... 65

1. Uji t ... 65

2. Uji F ... 65

3. Uji Kolerasi Determinasi (R2)... 66

BAB IV GAMBARAN UMUM... 68

A. Letak Geografis Kota Yogyakarta... 68

B. Objek Wisata Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 70

C. Karakteristik Responden... 82

D. Persepsi Responden Pengunjung... 94

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 98

A. Deskripsi Statistik Variabel...98

B. Pengujian Asumsi Klasik... 100

1. Uji Multikolinearitas... 100

2. Uji Heteroskedastisitas... 102

C. Hasil Estimasi Regresi... 104

1. Travel Cost Method... 104

2. Contingent Valuation Method... 107

D. Pengujian Hipotesis ... 109

1. Uji Parsial (Uji t) ... 109

a. Travel Cost Method... 109

1) Uji Hipotesis Variabel Biaya Perjalanan... 109

2) Uji Hipotesis Variabel Usia ... 111

3) Uji Hipotesis Variabel Fasilitas... 112

b. Contingent Valuation Method... 114

1) Uji Hipotesis Variabel Tingkat Penghasilan... 114

(10)

xv

3. Uji Koefisien Simultan (R )... 119

E. Pembahasan ... 120

1. Pengaruh Biaya Perjalanan terhadap Frekuensi Kunjungan... 120

2. Pengaruh Usia terhadap Frekuensi Kunjungan... 121

3. Pengaruh fasilitas terhadap Frekuensi Kunjungan... 122

4. Pengaruh Tingkat Penghasilan terhadap Willingness to Pay... 122

5. Pengaruh Frekuensi Kunjungan terhadap Willingness to Pay... 123

6. Willingness to Paydan Surplus Konsumen... 123

7. Pembahasan secara Makroekonomi... 125

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ………... 128

A. Kesimpulan………..………….…... 128

B. Saran ………...………... 130

C. KeterbatasanPenelitian ………... 132

(11)

xvi

Tabel 1.1. Data WisatawanKebun Raya danKebunBinatangGembira

Loka Zoo... 4

Table 1.2. Data WisatawanPurawisata, KebunBinatangGembiraLoka, dan Museum BentengVredeburg... 6

Table 1.3. Data WisatawandanLajuPertumbuhanWisatawan di Purawisata, KebunBinatangGembiraLoka, dan Museum BentengVredeburg... 7

Tabel 3.1. Model Ekonometrika Travel Cost Method (TCM)... 62

Tabel 3.2. Deskripsi Variabel Penelitian TCM... 62

Tabel 3.3. Model Ekonometrika Contingent Valuation Method (CVM)... 63

Tabel 3.4. Deskripsi Variabel Penelitian CVM... 63

Tabel 4.1. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanRentangUsia... 82

Tabel 4.2. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanJenisKelamin... 83

Tabel 4.3. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta Berdasarkan Status Pernikahan... 83

Tabel 4.4. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanPendidikanTerakhir... 84

Tabel 4.5. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanJenisPekerjaan... 85

Tabel 4.6. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Tingkat Penghasilan... 86

Tabel 4.7. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Jarak... 87

(12)

xvii

Tabel 4.10. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta

Berdasarkan Biaya Perjalanan... 89

Tabel 4.11. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Waktu Tempuh... 90

Tabel 4.12. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Biaya Rekreasi... 91

Tabel 4.13. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Hari Kunjungan... 92

Tabel 4.14. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Jumlah Tanggungan Anak... 93

Tabel 5.1. Deskripsi Statistik Variabel TCM... 98

Tabel 5.2. Uji Korelasi pada metode Travel Cost... 100

Tabel 5.3. Uji Korelasi pada metode Contingent Valuation... 101

Tabel 5.4 Hasil Estimasi Regresi TCM... 104

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Regresi CVM... 107

Tabel 5.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) TCM... 120

(13)

xviii

Gambar 2.1. Surplus Konsumendan Surplus Produsen... 35

Gambar 2.2. Metode Valuasi Ekonomi... 36

Gambar 5.1. Grafik Scatterplot TCM... 102

Gambar 5.2. Grafik Scatterplot CVM... 103

Gambar 5.3. Uji Hipotesis Variabel Biaya Perjalanna Terhadap Frekuensi Kunjungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 111

Gambar 5.4. Uji Hipotesis Variabel Usia Terhadap Frekuensi Kunjungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 112

Gambar 5.5. Uji Hipotesis Variabel Fasilitas Terhadap Frekuensi Kunjungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 114

Gambar 5.6. Uji Hipotesis Variabel Tingkat Penghasilan Terhadap Willingness to Pay Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 115

Gambar 5.7. Uji Hipotesis Variabel Frekuensi Kunjungan Terhadap Willingness to Pay Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 117

Gambar 5.8. Distribusi F : LnBP, LnAge, Fac terhadap Frekuensi Kunjungan... 118

(14)
(15)

ix

untuk perbaikan kualitas lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah travel cost method (TCM) dan contingent valuation method (CVM). Responden pada penelitian ini adalah pengunjung Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebanyak 110 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan travel cost method (TCM), biaya perjalanan dan fasilitas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap frekuensi kunjungan. Sedangkan usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap frekuensi kunjungan. Dengan menggunakan contingent valuation method (CVM), tingkat penghasilan secara signifikan berpengaruh positif terhadap willingness to pay (WTP) untuk perbaikan kualitas lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Sedangkan frekuensi kunjungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap willingness to pay (WTP) untuk perbaikan kualitas lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

(16)

x

quality Gembira Loka Botanical Gardens and Zoo Yogyakarta. The research employs the travel cost method (TCM) and contingent valuation method (CVM). The respondents of this research are visitor Gembira Loka Botanical Gardens and Zoo Yogyakarta as many as 110 people.

The results showed that by using the travel cost method (TCM), travel cost and the facility have significantly negative effect on the frequency of visits, respectively. While age has significantly positive effect on the frequency of visits. By using the contingent valuation method (CVM), income has significantly positive effect on willingness to pay (WTP) for improving environmental quality Gembira Loka botanical gardens and zoo Yogyakarta. For while the frequency of visits has significantly negative effect on willingness to pay (WTP) for improving environmental quality Gembira Loka botanical gardens and zoo Yogyakarta.

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan

purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan

dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan rakyat (Nandi, 2008).

Berdasarkan pada data World Tourism Organization (WTO), akibat dari

krisis global bulan Oktober tahun 2008 menyebabkan penurunan pertumbuhan pariwisata dunia. Pada bulan Januari–April 2009, pariwisata global turun sebesar 8,4 persen. Untuk kawasan ASEAN, beberapa negara juga mengalami penurunan.

Singapura turun 9,2 persen, Thailand turun 15 persen, serta Vietnam juga merosot 17,7 persen. Sedangkan untuk negara ASEAN yang mengalami kenaikan adalah

Malaysia tumbuh sebesar 4,4 persen, Fillipina 0,18 persen, serta Indonesia yang mampu tumbuh hingga 1,38 persen. Pada tahun 2012, sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa negara terbesar kelima untuk negara Indonesia. Di Triwulan

(18)

cukup progresif. Peningkatan ini bisa dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai angka 1,29 juta orang pada bulan Januari–Februari 2013, naik

sebesar 3,28 persen apabila dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga bulan September 2013,

untuk ketiga kalinya, Indonesia mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara lebih dari 750 ribu orang setiap bulannya. Bahkan pada bulan Juni dan Agustus, kunjungan wisatawna mencapai 789.594 dan 771.009

wisatawan.

Menurut UU No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Menurut Pitana (2008), suatu kegiatan yang secara tidak langsung menyentuh dan melibatkan

masyarakat, yang berdampak terhadap masyarakat setempat disebut dengan pariwisata. Bahkan pariwisata merupakan pendobrak energi yang luar biasa,

sehingga dapat membuat masyarakat mengalami perkembangan dalam berbagai aspek.

Perkembangan sektor pariwisata memiliki hubungan timbal balik terhadap

sumber daya manusia dan sumber daya alam. Hal tersebut menjadi salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan objek-objek wisata yang dimiliki oleh

suatu daerah, sehingga sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang berkontribusi dalam membangun aktifitas ekonomi pariwisata daerah. Di sisi lain, sumber daya alam juga merupakan sumber daya yang berhubungan dekat dengan

(19)

yang tersebar di seluruh nusantara, dimana objek-objek wisata tersebut tidak kalah menarik dengan objek wisata buatan. Sumber daya alam dan lingkungan

menyediakan satu set kompleks nilai untuk individu dan manfaat untuk masyarakat. Kawasan lindung, misalnya, menawarkan panorama indah, serta

memberikan nilai pendidikan dan nilai spiritual. Ada berbagai jenis kawasan lindung yang dirancang untuk memberikan layanan yang berbeda kepada masyarakat, seperti: taman nasional, taman zoo, taman budaya dan sejarah, wisata

alam atau taman, taman hiburan, taman anak-anak, taman sport, kebun raya dan pembibitan. Taman Zoological berguna dalam melindungi satwa liar dari bahaya,

dan meningkatkan jumlah mereka melalui pemuliaan. Selain itu, kebun binatang juga penting untuk penelitian dan tujuan pendidikan dan menciptakan kesadaran konservasi satwa liar kepada publik (Mekonnen, 2011).

Pemangku kepentingan di bidang Pariwisata Yogyakarta menyadari bahwa mempertahankan dan mengembangkan tempat wisata merupakan sumber devisa

yang baik untuk pembangunan. Yogyakarta yang memiliki sebutan sebagai “kota pelajar” ini pun semakin giat dalam mengeksiskan sarana dan prasarana yang

edukatif bagi masyarakat dalam maupun luar Yogyakarta. Berikut ini adalah data

(20)

Tabel 1.1. Data Wisatawan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Zoo

Sumber: Humas dan Diklat KRKB Gembira Loka Zoo, 2003 – 2014

Termasuk dalam mengembangkan berbagai tempat hiburan dan rekreasi yang menarik serta edukatif salah satunya yakni Kebun Binatang dan Kebun Raya

Gembira Loka Yogyakarta. Tempat wisata kebun binatang yang hanya satu-satunya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini, merupakan alternatif hiburan yang dapat dikunjungi masyarakat Yogyakarta ataupun masyarakat luar

Yogyakarta baik bersama keluarga ataupun teman-teman. Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta. Tempat wisata tersebut

memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat terutama anak-anak, yang juga merupakan tempat rekreasi keluarga serta taman belajar.

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penurunan wisatawan yang terjadi pada

tahun 2006, disebabkan adanya gempa dahsyat yang melanda Yogyakarta. Faktor

Jumlah Wisatawan

Tahun Jumlah

2003 638,782

2004 673,098

2005 574,473

2006 354,354

2007 507,188

2008 670,079

2009 944,880

2010 885,376

2011 1,198,800

2012 1,440,816

2013 1,547,496

(21)

bencana alam di suatu daerah dapat mempengaruhi faktor perekonomian di daerah tersebut menjadi menurun. Akan tetapi, penurunan wisatawan di Gembira Loka

setelah gempa berangsur membaik. Hal tersebut dapat dilihat mulai tahun 2007 hingga 2009 dan kembali mengalami penurunan wisatawan pada tahun 2010

dimana pada tahun tersebut Kota Yogyakarta kembali dilanda musibah dengan terjadinya erupsi gunung Merapi yang berakibat menurunnya jumlah kunjungan wisata ke Kota Yogyakarta. Pada tahun 2011, pihak Gembira Loka berupaya

untuk menaikan target sekitar 1.000.000 wisatawan, tentunya pihak Gembira Loka melakukan upaya-upaya dalam menarik minat wisatawan sehingga jumlah

wisatawan hingga akhir tahun mengalami kenaikan yang drastis. Pada tahun 2012, 2013, dan 2014, jumlah wisatawan yang mendatangi Gembira Loka terus mengalami kenaikan, dimana jumlah wisatawan pada tahun 2014 adalah sebesar

1.796.865 wisatawan. Kenaikan jumlah wisatawan tersebut dapat terjadi karena upaya-upaya yang dilakukan pihak pengelola Gembira Loka seperti dengan

memperbaiki fasilitas-fasilitas, sarana pra sarana, serta penambahan jumlah satwa yang terdapat di kebun binatang Gembira Loka sehingga mampu memberikan kenyamanan terhadap wisatawan dan meningkatkan minat wisatawan dalam

berkunjung ke kebun binatang tersebut.

Sementara itu, di kota Yogyakarta terdapat objek wisata yang sejenis

(22)

demikian, jumlah wisatawan dari kedua objek wisata tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan.

Table 1.2. Data Wisatawan Purawisata, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg

Jumlah Wisatawan

Tahun Purawisata Gembira Loka Museum Benteng Vredeburg

2008 148.602 670,079 59.729

2009 123.502 944,880 103.762

2010 194.227 885,376 200.210

2011 35.930 1,198,800 139.280

2012 36.960 1,440,816 240.794

Sumber: Statistik Kepariwisataan 2012, BPS Kota Yogyakarta, 2008-2012

Tabel 1.2 menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara ketiga jumlah

wisatawan objek wisata, yaitu Purawisata, Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg. Perbedaan tersebut sudah terlihat dari tahun 2008, dimana jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purawisata sebanyak 148.602 wisatawan, dan

jumlah wisatawan Museum Benteng Vredeburg 59.729 wisatawan, sedangkan jumlah wisatawan di Gembira Loka mencapai angka 670,079 wisatawan.

Perbedaan jumlah wisatawan tersebut terjadi pada tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2009, jumlah wisatawan Gembira Loka sebesar 944.880 wisatawan,

sementara itu jumlah wisatawan di Purawisata dan Museum Benteng Vredeburg masing-masing sebanyak 123.502 wisatawan dan 103.762 wisatawan.

Jumlah perbedaan yang sangat signifikan diantara ketiga obyek wisata

tersebut tidak hanya terhenti di tahun 2009. Pada tahun 2010, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purawisata adalah sebanyak 194.227 wisatawan, dan jumlah

(23)

Loka. Pada tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 dan tahun 2012, jumlah wisatawan paling banyak diantara ketiga objek wisata tersebut adalah jumlah

wisatawan yang berkunjung ke Gembira Loka, dengan nilai perbandingan yang sangat drastis dan terlihat signifikan.

Table 1.3. Data Wisatawan dan Laju Pertumbuhan Wisatawan di Purawisata, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg

Tahun Purawisata Gembira Loka

Benteng Vredeburg

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

2008 148.602 - 670,079 - 59.729 -

2009 123.502 - 20,32 944,880 29,08

103.762 73,72 2010 194.227 36,41 885.376 -6,72 200.210 48,17 2011 35.930 - 440,5 1.198.800 26,14 139.280 -30,43 2012 36.960 2,78 1.440.816 16,79 240.794 42,15 Sumber: Statistik Kepariwisataan 2012, BPS Kota Yogyakarta

Ditinjau dari laju pertumbuhan yang terdapat pada Tabel 1.3, jumlah

wisatawan Purawisata mengalami penurunan sebesar 20,32 persen dari tahun 2008 ke tahun 2009. Tahun selanjutnya, jumlah wisatawan pada objek wisata

tersebut mengalami kenaikan yaitu sebesar 36,41 persen. Namun jumlah tersebut kembali menurun pada tahun 2011, bahkan terbilang penurunan yang sangat drastis hingga mencapai angka 440,5 persen, dan meningkat kembali sebesar 2,78

persen di tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Purawisata yang sangat fluktuatif dari tahun ke tahun.

(24)

Purawisata yang sangat fluktuatif dari tahun ke tahun, kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gembira Loka kembali terjadi pada tahun 2011 dengan laju

pertumbuhan sebesar 26,14 persen. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2012, laju pertumbuhan wisatawan Gembira Loka mencapai angka 16,79 persen.

Laju pertumbuhan jumlah wisatawan objek wisata Museum Benteng Vredeburg dari tahun 2008 ke 2009 sebesar 73,72 persen dan 48,17 persen pada tahun 2010. Lain halnya dengan objek wisata Purawisata dan Gembira Loka yang

mengalami penurunan jumlah wisatawan di tahun 2010, Museum Benteng Vredeburg justru mengalami penurunan jumlah wisatawan di tahun 2011 dengan

nilai persentase sebesar -30,43 persen serta mengalami kenaikan jumlah wisatawan kembali sebesar 42,15 persen pada tahun 2012.

Dengan melihat data-data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan jumlah wisatawan yang sangat signifikan antara Museum Vredeburg, Purawisata dan Gembira Loka. Dari ketiga objek wisata tersebut terlihat bahwa

Gembira Loka menjadi objek wisata dengan jumlah wisatawan tertinggi. Melihat perbandingan dari ketiga objek wisata tersebut Gembira Loka menjadi batasan masalah dalam penelitian ini.

Kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan

penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

(25)

Dalam perkembangannya Gembira Loka terus melakukan perbaikan terhadap kualitas lingkungan serta fasilitas lainnya. Pada tahun 2010, Gembira

Loka mengalami masa yang memprihatinkan dimulai dari kandang yang tak memenuhi syarat, hingga jumlah satwa yang tak disesuaikan dengan kapasitas

lahan yang tersedia. Sehingga jika terlalu banyak satwa sejenis dalam satu tempat sempit, akan berakibat fatal pada kelangsungan hidup satwa itu sendiri (Radar Jogja, 2010). Saat ini Gembira Loka Zoo terus melakukan perbaikan demi

kenyamanan para pengunjung. Berbagai fasilitas yang disediakan, baik

pengunjung maupun binatang penghuni Gembira Loka Zoo

(www.jogja.tribunnews.com diakses tanggal 15 september 2015).

Beberapa studi mengaitkan hubungan antara karakteristik sosial demografi dengan frekuensi kunjungan terhadap kebun binatang itu sendiri serta kaitan

frekuensi kunjungan dengan willingness to pay. Fitriani (2008) menyatakan bahwa tingkat pendapatan, biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin,

jarak tempat tinggal, berapa lama mengetahui Taman Wisata Mekarsari (TWM), jumlah tanggungan keluarga, hari kunjungan, jumlah rombongan, kesediaan membayar,lama berada dilokasi dan waktu tempuh berpengaruh terhadap

frekuensi kunjungan Agrowisata Taman Wisata Mekarsari. Penelitian tersebut menemukan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap

frekuensi kunjungan Agrowisata Taman Wisata Mekarsari. Sedangkan menurut hasil penelitian Rukmana (2014) dimana salah satu variabel yang diuji menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan

(26)

Menurut Kartika (2014) variabel tingkat pendapatan, biaya rekreasi, dan frekuensi berkunjung berpengaruh terhadap willingness to pay (WTP) pengunjung

keraton Yogyakarta untuk pelestarian objek wisata heritage di kota Yogyakarta. Sedangkan menurut penelitian Prasetyo (2011), yang mempengaruhi willingness to pay (WTP) hanya usia dan tingkat pendapatan dimana usia dan tingkat

pendapatan berpengaruh positif terhadap willingness to pay (WTP) perbaikan kualitas lingkungan desa-desa wisata di kabupaten Sleman paska erupsi merapi.

Sejalan dengan beberapa penelitian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya

perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM). Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu metodologi

berdasarkan survei untuk mengestimasi besarnya penilaian masyarakat terhadap barang dan jasa serta kenyamanan. Tujuan Contingent Valuation Method adalah

untuk mengetahui kerelaan membayar (willingness to pay) dari masyarakat dan keinginan menerima (willingness to accept). Teknik ini didasarkan pada asumsi tentang hak kepemilikan, karena itu apabila individu yang ditanya tidak memiliki

hak atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam, maka pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum untuk

memperoleh barang dan jasa tersebut. Sebaliknya, jika individu yang ditanya berhak atas sumber daya alam tersebut, maka pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima kompensasi paling minimal atas hilang atau rusaknya sumber

(27)

Contingent Valuation Method (CVM) digunakan karena dapat (1) memperkirakan willingness to pay individu terhadap perubahan kualitas kegiatan

pariwisata; (2) dapat menilai perjalanan dengan banyak tujuan wisata; (3) mampu menilai kenikmatan menggunakan lingkungan baik pengguna maupun bukan

pengguna sumberdaya alam tersebut; (4) barang yang nilainya terlalu rendah dapat dinilai dengan metode ini (Mitchell dan Carson, 1989; Lee dkk., 1998 dalam Nugroho, 2012).

Dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan di kawasan Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta menggunakan teknik

non-market valuation karena objek wisata ini termasuk objek wisata yang tidak mempunyai nilai pasar. Teknik non-market valuation merupakan teknik yang didasarkan pada konsep willingness to pay (WTP) untuk mengukur manfaat

dengan memberikan penilaian ekonomis terhadap barang-barang lingkungan yang juga memiliki sifat-sifat khas barang-barang publik (Turner dkk, 1994). Teknik

non-market valuation ini menggunakan metode TCM (Travel Cost Method) sehingga nantinya akan bisa diketahui nilai guna langsung dari wisatawan terhadap objek wisata Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.

Ide-ide di balik Travel Cost Method (TCM) yang pertama kali diusulkan oleh Harold Hotelling pada tahun 1949 dan kemudian diperpanjang untuk rekreasi

oleh Marion Clawson. Model ini mengakui bahwa situs rekreasi, bahkan ketika orang tidak membayar biaya masuk, memiliki harga implisit yang berasal dari biaya yang terlibat dengan mengunjungi situs. Biaya perjalanan ini mencakup

(28)

harga implisit bertugas untuk mengembangkan model berbasis permintaan (analog yang biasanya dipakai dalam permintaan barang biasa) yang dapat digunakan

untuk menilai penggunaan rekreasi dari lingkungan (Parsons, 2003).

Berdasarkan teknik penilaian non-market valuation di atas, revealed preference dengan travel cost method (TCM) menjadi pilihan untuk menghitung

nilai preferensi individu terhadap barang non pasar (non market goods) namun travel cost method (TCM) juga memiliki keterbatasan-keterbatasan utama.

Keterbatasan-keterbatasan utama tersebut diungkapkan oleh Ready dan Navrud (2002) yaitu travel cost method (TCM) belum dapat terbebas dari sebuah

perjalanan dengan multi-tujuan (multi-purpose trip), adanya kunjungan dari individu yang bertempat tinggal di sekitar situs, dan fungsi biaya perjalanan (travel cost) yang tidak mengukur nilai keberadaan dari barang tersebut (non-use

value), tetapi hanya mengukur nilai penggunaan langsung pengunjung (Poor dan Smith, 2004).

Pengembangan kawasan wisata di Indonesia muncul sebagai industri baru yang diharapkan dapat mendongkrak pendapatan nasional maupun daerah, sehingga pemerintah berupaya keras untuk mengembangkan sektor pariwisata

dalam rangka untuk mensejahterakan rakyat. Upaya perbaikan kualitas lingkungan di Gembira Loka sangat perlu dilakukan, agar Kebun Binatang Gembira loka tetap

(29)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi hanya

dilakukan di Yogyakarta pada objek wisata Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, masalah yang dirumuskan

pada penelitian ini adalah diperlukannya upaya perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka agar kebun binatang tersebut

dapat terus dinikmati masyarakat. Oleh karena itu, timbul pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah biaya perjalanan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

2. Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan

ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

3. Apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

4. Apakah usia berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

(30)

6. Berapa besarnnya willingness to pay untuk perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka

Yogyakarta?

7. Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap Willingness to Pay

(WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta? 8. Apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

9. Apakah usia berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

10.Apakah frekuensi kunjungan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta? 11.Apakah fasilitas berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang berkaitan dengan frekuensi berkunjung dan willingness to pay untuk perbaikan kualitas lingkungan ke Kebun Raya dan

Kebun Binatang Gembira Lokaadalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah biaya perjalanan berpengaruh terhadap frekuensi

(31)

2. Mengetahui apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta.

3. Mengetahui apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap frekuensi

kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

4. Mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

5. Mengetahui apakah fasilitas berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan

ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

6. Mengukur willingness to pay untuk perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta.

7. Mengetahui apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira

Loka Yogyakarta.

8. Mengetahui apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta.

9. Mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap Willingness to Pay

(WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. 10.Mengetahui apakah frekuensi kunjungan berpengaruh terhadap

Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira

(32)

11.Mengetahui apakah fasilitas berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Empiris

Studi sebelumnya telah meneliti tentang kebun binatang dan

konservasi, namun belum banyak yang meneliti tentang perbaikan kualitas lingkungan khususnya di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

2. Manfaat Metodologis

Penelitian ini menggunakan contingent valuation method dan travel cost method yang belum banyak digunakan di objek wisata Kebun Raya dan

Kebun Binatang. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.

3. Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan informasi dalam melakukan kebijakan pengembangan dan perbaikan kualitas

(33)

17

A. Landasan Teori 1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata “pari“ yang

berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata

yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar,

menikmati dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi.

Secara sederhana, Soekadijo (2000) merumuskan pengertian

pariwisata sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang berkaitan dengan wisatawan. Sementara wisatawan sendiri dirumuskan sebagai

orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya tersebut. Menurut Mathieson dan Wall dalam Gunn (1994) serta Institut of Tourism in Britain dalam

Kusmayadi dan Sugiarto (2000) pariwisata adalah sebuah perjalanan sementara yang dilakukan orang pada suatu tujuan tertentu, dalam

(34)

fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk di dalamnya kunjungan sehari dan darmawisata.

Sementara itu Pendit dalam Sinardi (2009) memberikan definisi pariwisata sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari

interkasi wisatawan, bisnis pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta pengunjung lainnya. Kusmayadi dan Sugiarto (2000) sendiri

memberikan penjelasan tentang pariwisata sebagai kegiatan yang mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya,

dan perusahaan-perusahaan yang melayani mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atau membuatnya lebih menyenangkan, dengan maksud melakukan perjalanan tersebut

bukan untuk usaha melainkan bersantai (Prasetyo, 2012).

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan dijelaskan pengertian pariwisata yaitu:

“berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah“.

b. Jenis-Jenis Pariwisata

Pendit (1999) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis, yaitu:

(35)

atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.

2) Wisata Kesehatan, adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari

dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam artinya jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat

menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3) Wisata Olahraga, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif sebagai peserta olahraga di satu tempat atau Negara seperti

Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa juga olahraga seperti memancing, berburu, berenang.

4) Wisata Komersial, yakni perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5) Wisata Industri, yakni perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks

atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya, rombongan pelajar yang

(36)

6) Wisata Politik, yakni perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik,

misalnya, ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris, perayaan kemerdekaan, kongres

atau konvensi politik disertai dengan darwawisata.

7) Wisata Konvensi, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan konvensi atau konferensi, misalnya APEC, KTT Non Blok.

8) Wisata Sosial, merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan

masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya. 9) Wisata Pertanian merupakan perorganisasian perjalanan yang

dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembiitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan

kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmaati segarnya tanaman beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan ditempat yang dikunjunginya.

10)Wisata Maritim (Marin) atau Bahari adalah wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk

atau laut, seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayung dan lainnya.

11)Wisata Cagar Alam adalah wisata ini biasanya diselenggarakan oleh

(37)

jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan derah pegunungan dan sebagainya.

12)Wisata Buru adalah wisata untuk berburu ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai

daerah perburuan seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.

13)Wisata Pilgrim adalah wisata yang berkaitan dengan agama, sejarah,

adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat ini banyak dilakukan rombongan atau perorangan ke tempat-tempat

suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tampat pemakaman tokoh atau pemimpin yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar, Makam

Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur, Pura Besakihdi Bali, Sendang Solodi Jawa Tengah dan sebagainya.

14)Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan

perjalanan dan kunjungan mereka.

c. Bentuk Pariwisata

(38)

1) Menurut asal wisatawan

Jika wisatawan berasal dari dalam negeri berarti wisatawan

tersebut hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri selama melakukan perjalanan dinamakan

wisatawan domestik. Sedangkan jika wisatawan datang dari luar negeri disebut dengan wisatawan internasional.

2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri akan membawa mata uang asing. Dimana pemasukan valuta asing ini memberikan efek

positif pada neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan, hal ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan perjalanan seorang warga negara ke luar negeri akan berdampak

negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negaranya dinamakan pariwisata pasif.

3) Menurut jangka waktu

Kedatangan wisatawan di suatu daerah atau negara diperhitungkan juga menurut lama tinggal di daerah atau negara yang

bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah yang disebut dengan pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang. Istilah

(39)

4) Menurut Jumlah Wisatawan

Bentuk pariwisata ini dibedakan berdasarkan jumlah wisatawan

yang datang, apakah wisatawan itu datang sendiri atau bersama rombongan. Sehingga muncul istilah yang disebut pariwisata tunggal

dan pariwisata rombongan.

5) Menurut alat angkut yang digunakan

Pariwisata ini dibedakan menjadi pariwisata udara, pariwisata

laut, pariwisata kereta api dan mobil, tergantung wisatawan menggunakan kendaraan apa.

d. Unsur Pariwisata

Terdapat lima unsur industri pariwisata yang sangat penting yaitu

(Spillane, 1987):

1) Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site atractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di

daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung

sementara dan lokasinya dapat diubah/dipindah dengan mudah seperti festival, pameran, atau pertunjukan kesenian daerah.

(40)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan lokasi tersebut. Selama tinggal di

tempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum. Oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan dan Support Industries (toko souvenir, laundry, pemandu, daerah festival,

dll).

3)Infrastructure (infrastruktur)

Jika semakin lama suatu tempat tujuan menarik semakin banyak wisatawan, maka dengan sendirinya akan mendorong perkembangan

infrastruktur. Infrastruktur ini termasuk semua konstruksi dibawah dan diatas tanah dari daerah, termasuk: sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, sumber listrik dan energi, sistem

pembuangan kotoran/air, jalan-jalan/jalan raya. 4) Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata, kemajuan transportasi sangat dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata, baik transportasi darat, udara, maupun laut.

5)Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada di lingkungan yang tidak mereka kenal

(41)

e. Peran Sektor Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks,

yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis,

aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek lainnya. Dari sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hamper merupakan satu-satunya aspek

yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya.

Pengembangan didalam sektor pariwisata akan berhasil dengan

baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman

tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga

harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut.

Pembangunan di sektor kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan

cara mengembangan dan mendayagunakan sumber-sumber serta potensi kepariwisataan nasional maupun daerah agar dapat menjadi kegiatan

ekonomi yang dapat diandalkan dalam rangka memperbesar penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat

(42)

Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi yaitu, sebagai sumber devisa negara;

kedua, peranan sosial yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir adalah peranan kebudayaan yaitu, memperkenalkan

kebudayaan dan kesenian.

Ketiga point diatas dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut: a. Peran Ekonomi

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah

Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal

dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya.

Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas

pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dari terkait dengan bisang pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan

dan pertumbuhan bisang pembangunan lainnya.

2. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan

peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan

(43)

membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan

dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan

sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.

b. Peran Sosial

1. Semakin luasnya lapangan kerja

Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang “padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja

dan makin banyak wisatawan yang berknjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan

tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil.

Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang kontruksi dan jalan.

c. Peran Kebudayaan

(44)

Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga

menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar

modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan dikembangkan.

2. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup

Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik

wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata.

3. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang

khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.

Ciri-ciri pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat tinggalnya.

b. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya semula.

c. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan

(45)

d. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bias melebihi waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh.

e. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan rekreasi, atau usaha menyenangkan dirinya.

f. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

g. Selama dalam perjalanan tinggal disuatu tempat/akomodasi.

h. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat transportasi laut, darat atau udara.

2. Sumberdaya Alam

a. Pengertian Sumberdaya Alam

Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan

hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya kesediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa udara dan air misalnya manusia tidak

dapat hidup. Demikian pula, sumber daya alam yang lain seperti hutan, ikan dan lain sebagainya merupakan sumber daya yang tidak saja

mencukupi kebutuhan manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa (wealth of nation). Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan

(46)

alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber

daya alam adalah bagaimana sumber daya tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan

kelestarian sumber daya alam itu sendiri (Fauzi, 2006).

Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi

lingkungan hidupnya. Dengan demikian sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based

economy) dan sekaligus sebagai penompang system kehidupan (life support system). Hingga saat ini, sumber daya alam sangat berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, dan masih akan

diandalkan dalam jangka menengah (RPJM 2010-2014).

Sumber daya alam seperti hutan dan perikanan dieksploitasi secara

komersial dan atribut lingkungan seperti kualitas udara adalah aset berharga bahwa mereka menghasilkan arus jasa kepada orang-orang. Sumber daya lingkungan dapat memproduksi empat jenis layanan

mengalir ke perekonomian. Pertama, sistem sumber daya lingkungan berfungsi sebagai sumber bahan masukan bagi perekonomian seperti

bahan bakar fosil, produk kayu, mineral, air dan ikan. Kedua, beberapa komponen dari sistem sumber daya lingkungan menyediakan layanan pendukung kehidupan dalam bentuk suasana bernapas dan rezim iklim

(47)

yang dihasilkan sebagai produk dari aktivitas ekonomi. Akhirnya, sistem sumber daya lingkungan menyediakan berbagai macam layanan

kemudahan, termasuk kesempatan untuk rekreasi, pengamatan satwa, kesenangan karena pemandangannya indah, dan layanan bahkan mungkin

yang tidak berhubungan dengan penggunaan langsung dari lingkungan (Freeman III, 1993).

b. Macam-macam Sumber Daya Alam

Menurut Jupri (2010), sumber daya alam dapat dibedakan

berdasarkan sifat, potensi dan jenisnya, yaitu: 1) Berdasarkan sifat

Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3 yaitu sebagai

berikut:

a) Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya hewan,

tumbuhan, mikroba, air dan tanah. Disebut terbarukan karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).

b) Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah, gas bumi, batu tiara, dan bahan tambang

lainnya.

c) Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi pasang surut, dan energi laut.

(48)

Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam antara lain sebagai berikut:

a) Sumber daya alam materi merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya batu, besi, emas,

kayu, serat kapas, rosella, dan sebagainya.

b) Sumber daya alam energi merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas

bumi, air terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.

c) Sumber daya alam ruang merupakan sumber daya alam yang berupa ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.

3) Berdasarkan jenis

Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut:

a) Sumber daya alam nonhayati (abiotik) disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya: bahan tambang, tanah, air dan kincir angin.

b) Sumber daya alam hayati (biotik) merupakan sumber daya alam yang berupa makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan,

(49)

3. Willingness to Pay

a. Pengertian Willingness to Pay

Willingness to pay (WTP) adalah kesediaan untuk membayar sejumlah uang kepada konsumen untuk memperoleh barang atau jasa.

Zhao and Kling (2004) menyatakan bahwa WTP adalah harga maksimum dari suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu. Horowith and McConnell (2001) menekankan pengertian WTP pada

berapa kesanggupan konsumen untuk membeli suatu barang . WTP adalah harga pada tingkat konsumen yang merefleksikan nilai barang atau

jasa dan pengorbanan untuk memperolehnya (Simonsin and Drolet, 2003). Di sisi lain, WTP ditujukan untuk mengetahui daya beli konsumen berdasarkan persepsi konsumen (Dinauli, 2001).

Kesediaan untuk membayar (willingness to pay) memiliki pengertian lain yakni kesediaan masyarakat untuk menerima beban

pembayaran, sesuai dengan besarnya jumlah yang telah ditetapkan. WTP penting untuk melindungi konsumen dari penyalahgunaan kekuasaan monopoli yang dimiliki perusahaan dalam penyediaan produk berkualitas

dan harga (Finesta, 2014). b. Konsep Willingness to Pay

Willingness To Pay (WTP) atau keinginan untuk membayar didefinisikan sebagai jumlah yang dapat dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu barang dan jasa. menyebutkan bahwa Zhao dan

(50)

barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu. Sedangkan Horowith dan McConnell (2001) menekankan pengertian WTP pada

berapa kesanggupan konsumen untuk membeli suatu barang. WTP itu sebenarnya adalah harga pada tingkat konsumen yang merefleksikan nilai

barang atau jasa dan pengorbanan untuk memperolehnya (Simonson dan Drolet, 2003). Di sisi lain, WTP ditujukan untuk mengetahui daya beli konsumen berdasarkan persepsi konsumen (Dinauli, 1999).

Erry dkk (2011) menyebutkan bahwa Willingness to Pay (WTP) adalah harga maksimum yang konsumen ingin bayarkan terhadap barang

dan jasa dan mengukur berapa nilai konsumen ingin bayarkan terhadap barang dan jasa atau dengan kata lain mengukur manfaat marjinal dari konsumen. Secara grafis WTP adalah area di bawah kurva permintaan.

Surplus konsumen adalah WTP dikurangi jumlah yang dibayarkan atau jumlah yang ingin dibayarkan oleh konsumen dikurangi dengan jumlah

yang secara aktual dibayarkan oleh konsumen.

Adapun surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh produsen dikurangi biaya produksi. Surplus produsen terlibat di pasar.

Suplai pasar menggambarkan biaya marjinal untuk memproduksi barang dan jasa, sedangkan permintaan pasar menggambarkan marginal benefit

dari mengkonsumsi barang dan jasa.

Net Social Benefit atau surplus pasar adalah selisih antara manfaat yang diperoleh masyarakat dari memproduksi sumber daya alam dan

(51)

yaitu ketika kesempatan yang membuat seseorang menjadi lebih sejahtera tidak membuat orang lain berkurang kesejahteraannya dan dikenal

dengan Pareto efficiency. Titik optimal terjadi pada saat manfaat sosial bersih (Net Social Benefit/NSB) maksimum yaitu MC=MB.

[image:51.595.176.487.227.442.2]

Sumber : Besanko dkk.,2000

Gambar 2.1. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Keterangan:

0PZQ1 adalah WTP

PZ0 adalah manfaat sosial bersih PZP1 adalah surplus konsumen

P1 Z0 adalah surplus produsen.

Pada gambar 2.1 di atas permintaan pasar menunjukkan WTP

(52)

kondisi yang efisien. Pada kasus terjadi eksternalitas dimana aktivitas pelaku pasar mempengaruhi kesejahteraan pihak lain tidak dapat

dicerminkan oleh harga pasar maka akan menyebabkan pasar tidak efisien.

4. Valuasi Ekonomi

Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang

dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Berikut skema dari penilaian

ekonomi.

[image:52.595.139.555.407.697.2]

Sumber : Pearce dan Turner, 1990

Gambar 2.2 Metode Valuasi Ekonomi

Economic Valuation

Benefit-Based Valuation Cost-Based Valuation

Actual Market Price Surrogate Market

(Pasar Pengganti)  Replacement Cost

Preventive Expenditure

Relocation Cost

Contingent Valuation Method (CVM)

Travel Cost

Wage Differential

Property Value

Contingent Valuation Method (CVM)

Effect on

Production (EOP) / Pendekatan Produktivitas

(53)

a. Benefit-Based Valuation (valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan berdasarkan manfaat):

1) Effect on Production (EOP) / Pendekatan Produktivitas

Metode ini menggunakan perubahan produktivitas dengan

menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu komoditi. Dengan mengetahui berapa kuantitas dan harga komoditi yang diperoleh dari sumber daya alam, maka bisa diketahui nilai dari sumberdaya

alam tersebut. Teknik ini juga dapat digunakan untuk melakukan valuasi dari dampak lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari

suatu kejadian (Nugroho, 2012).

2) Loss of Earning (LOE) / Human Capital Approach (HCA)

Pendekatan ini mendasarkan pada pemikiran bahwa

perubahan pada kualitas lingkungan bisa menyebabkan perubahan pada kesehatan manusia. Penurunan kesehatan manusia akibat dari

penurunan kualitas lingkungan ini, akan menyebabkan kerugian moneter, misalnya berupa : 1) penghasilan yang hilang karena mati lebih awal atau karena sakit; 2) bertambahnya biaya perawatan

dokter rumah sakit.

3) Travel Cost (Biaya Perjalanan)

Teknik ini biasa digunakan untuk menilai suatu kawasan konservasi ataupun tempat wisata dengan cara melihat kesediaan membayar (willingness to pay) para pengunjung. Pendekatan ini

(54)

dilihat dari tiket masuknya saja, namun juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan pengunjung menuju lokasi kawasan

konservasi dan hilangnya pendapatan potensial mereka karena waktu yang digunakannya untuk kunjungan tersebut (Nugroho,

2012).

Logika sederhana metode ini yaitu nilai manfaat dari suatu situs atau kawasan akan setara dengan biaya perjalanan yang

dilakukan oleh masyarakat untuk mengunjungi situs tersebut (Turner dkk, 1994). Metode ini dapat mengestimasi

manfaat-manfaat ekonomi atau biaya-biaya sebagai hasil dari:

a) Perubahan-perubahan biaya masuk dari sebuah situs rekreasi. b) Pengeluaran terhadap sebuah situs rekreasi yang ada.

c) Tambahan sebuah tempat rekreasi baru.

d) Perubahankualitas lingkungan pada sebuah situs rekreasi.

Travel Cost Method (TCM) memiliki tiga pendekatan, yaitu: (1) Zonal Travel Cost, dapat dilakukan hanya dengan menggunakan

data sekunder dan beberapa data sederhana yang dikumpulkan

dari para pengunjung.

(2) Individual travel cost, menggunakan sebuah survey yang lebih

terperinci terhadap para pengunjung.

(55)

TCM merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya perjalanan

yang dikeluarkan para pengunjung. Akan tetapi, pada prakteknya terdapat beberapa masalah dengan penggunaan metode ini (Turner

dkk, 1994), yaitu:

(1) Time costs. Sebuah TCM sederhana mengasumsikan bahwa travel cost hanya berkaitan dengan pengeluaran untuk bahan

bakar. Seharusnya, sebuah time cost dimasukkan ke dalam travel cost sebagai sebuah refleksi dari nilai rekreasi

sesungguhnya dari para pengunjung.

(2) Multiple visit journeys. Tak jarang para pengunjung dapat mengunjungi lebih dari satu tempat rekreasi dalam satu hari

sehingga mengakibatkan travel cost memiliki margin for error yang tidak pasti terhadap maslaah ini.

(3) Substitute sites. Para pengunjung seringkali mengunjungi sebuah situs yang diukur nilainya dengan TCM hanya sebagai situs pengganti dikarenakan tidak adanya lagi situs yang dekat

dengan rumah mereka.

(4) House purchase decision. Sebagian pengunjung akan

(56)

(5) Non-paying visitors. TCM seringkali mengabaikan sebagian pengunjung yang tidak mengeluarkan biaya perjalanan untuk

mencapai suatu situs.

Secara ringkas, TCM merupakan sebuah metode sederhana

dalam mengestimasi keinginan membayar para pengunjung terhadap suatu situs rekreasi yang didasarkan pada kuantitas permintaan dengan perbedaan harga. Bagaimanapun, terdapat

bebrapa masalah yang harus diperhatikan sebelum menggunakan metode ini (Mochamad Adrianto, 2010).

4) Ince differential

Pendekatan ini secara prinsip serupa dengan pendekatan property value. Ince differential menggunakan tingkat upah yang

dijadikan tolak ukur untuk mengukur kualitas lingkungan. Sehingga perbedaan upah antara pekerja yang bekerja di daerah terpapar

polusi dan yang tidak dapat dianggap sebagai indikasi kerusakan lingkungan.

5) Contingent Valuation Method (CVM)

Pendekatan Contingent Valuation Method merupakan suatu metodologi yang berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar

penilaian masyarakat terhadap barang, jasa, serta kenyamanan. Metode ini banyak digunakan untuk mengestimasi suatu nilai yang tidak diperjualbelikan di pasar, sementara metode preferensi

(57)

Patunru, 2004). Metode ini dapat mengetahui tingkat maksimum kerelaan membayar (willingness to pay) cukup memberikan

informasi yang jelas tentang barang atau jasa tersebut kepada penerima manfaat.

Contingent Valuation Method bertujuan untuk mengetahui

keinginan membayar (Willingness to Pay) dari masyarakat dan keinginan menerima (Willingness to Accept). Teknik ini didasarkan

pada asumsi dasar mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis, 1999), karena itu jika individu yang ditanya tidak memiliki hak

atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, maka pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum untuk memperoleh barang tersebut. Begitu juga

sebaliknya, apabila individu yang ditanya memiliki hak atas sumberdaya alam, maka pengukuran yang relevan digunakan

adalah keinginan menerima kompensasi yang paling minimal atas hilang

Gambar

Tabel 1.1. Data Wisatawan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Zoo
Table 1.2. Data Wisatawan Purawisata, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg
Table 1.3. Data Wisatawan dan Laju Pertumbuhan Wisatawan di
Gambar 2.1. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang

Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap besarnya WTP pengunjung Telaga Ngebel dalam upaya pelestarian obyek wisata alam di Kota Ponorogo yaitu

: Keterkaitan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pengelolaan Kebun Cam pur dalam Hutan Kemasyarakatan Berbasis Fungsi Lingkungan (Studi Kasus di Taman Hutan Raya Wan

Empat kebijakan untuk polusi sumber tidak bergerak diranking dengan analisis AHP dengan urutan perbaikan infra- struktur, penghijauan, penggantian kendaraan bermesin tua,