GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA:
Pendekatan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
DETERMINANTS OF WILLINGNESS TO PAY FOR ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT OF GEMBIRA LOKA BOTANICAL GARDENS AND ZOO
YOGYAKARTA
Travel Cost Method and Contingent Valuation Method Approach
Oleh :
ERY DWI PANTARI 20110430060
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN
KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA: Pendekatan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
DETERMINANTS OF WILLINGNESS TO PAY FOR ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT OF GEMBIRA LOKA BOTANICAL GARDENS
AND ZOO YOGYAKARTA
Travel Cost Method and Contingent Valuation Method Approach
Oleh :
ERY DWI PANTARI 20110430060
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN
KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA: PendekatanTravel Cost Method dan Contingent Valuation Method
DETERMINANTS OF WILLINGNESS TO PAY FOR ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT OF GEMBIRA LOKA BOTANICAL GARDENS
AND ZOO YOGYAKARTA
Travel Cost Method and Contingent Valuation Method Approach
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Oleh :
ERY DWI PANTARI 20110430060
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
v
Denganinisaya,
Nama :Ery Dwi Pantari NIM : 20110430060
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA:Pendekatan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
merupakan hasil karya sendiri, di dalamnya tidak terdapatkarya yang
pernahdiajukanuntukmemperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi dan atau pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan
bertanggung jawab dan menerima konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, 6 Juni 2016 Yang membuat pernyataan
vi
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah : 6-8)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 153)
“Sekali atau dua kali harus ada orang yang bersikap lebih tegas kepada kita, agar kita tersadarkan dari ketidak-tegasan yang berlarut-larut. Ketegasan untuk bertindak adalah penyelesai dari kegelisahan dan rasa minder di dalam keraguan dan penundaan.” (Anonim)
vii
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari
orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan
terimakasih saya kepada:
Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang
meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
Skripsi ini aku persembahkan kepada:
Pardiyo, SH dan Purwati (kedua orang tuaku), yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah
lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.
Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku. Lope Lope dah ^^
Dosen Pembimbingku, Ibu Endah Saptutiningsihyang telah sabar, tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, serta memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih Bu
Endah.
Doddy Afrianto, S.IP dan Helpitha Khaira, SE (Abang dan Kakak Iparku), yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk
viii
Zulfah, Jejen, Mba Efti, Mba Ayu, Mba Arin, Mas Lutfi, Mas Rifqi, Jazuli, Mas Kamal, Mas
Arif, Alia, Bambang, Beta, Nurul sahabat dan teman serta kakakku tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan
terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!!
Teruntuk teman-teman Ilmu Ekonomi (IE) 2011 dan International Program for Islamic Economic dan Finance (IPIEF) 2011 yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati
setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. "Tiada hari yang indah tanpa kalian semua"
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan
skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang,
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
INTISARI ... ix
ABSTRACT... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Batasan Masalah ... 13
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Tujuan Penelitian ... 14
E. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17
A. Landasan Teori ... 17
1. Pariwisata... 17
a. Pengertian Pariwisata ... 17
b. Jenis Pariwisata ... 18
c. Bentuk Pariwisata ... 21
d. Unsur Pariwisata... 23
e. Peran Sektor Pariwisata... 25
2. Sumber Daya Alam... 29
a. Pengertian Sumber Daya Alam... 29
b. Macam-macam Sumber Daya Alam... 31
3. Wllingness To Pay... 33
a. Pengertian Willingness to Pay... 33
b. Konsep Willingness to Pay... 33
4. Valuasi Ekonomi ... 36
a. Benefit Based Valuation ... 37
1) Effect on Production ... 37
2) Loss of Earning ... 37
3) Travel Cost... 37
4) Ince Differential ... 40
5) Contingent Valuation Method ... 40
b. Cost Based Valuation ... 46
1) Replacement Cost ... 46
2) Preventive Expenditure ... 46
xiv
C. Hipotesis ... 54
BAB III METODE PENELITIAN... 56
A. Subjek Penelitian ... 56
B. Jenis Data... 56
C. Teknik Pengambilan Sampel ...57
D. Teknik Pengambilan Data ... 58
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 58
1. Willingness to Pay (WTP)... 58
2. Frekuensi Kunjungan... 59
3. Biaya Perjalanan...59
4. Tingkat Penghasilan... 60
5. Usia... 60
6. Lama Pendidikan... 60
7. Fasilitas... 60
F. Alat Analisis ... 61
G. Pengujian Asumsi Klasik... 63
1. Uji Multikolinearitas... 63
2. Uji Heteroskedastisitas... 64
H. Uji Hipotesis ... 65
1. Uji t ... 65
2. Uji F ... 65
3. Uji Kolerasi Determinasi (R2)... 66
BAB IV GAMBARAN UMUM... 68
A. Letak Geografis Kota Yogyakarta... 68
B. Objek Wisata Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 70
C. Karakteristik Responden... 82
D. Persepsi Responden Pengunjung... 94
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 98
A. Deskripsi Statistik Variabel...98
B. Pengujian Asumsi Klasik... 100
1. Uji Multikolinearitas... 100
2. Uji Heteroskedastisitas... 102
C. Hasil Estimasi Regresi... 104
1. Travel Cost Method... 104
2. Contingent Valuation Method... 107
D. Pengujian Hipotesis ... 109
1. Uji Parsial (Uji t) ... 109
a. Travel Cost Method... 109
1) Uji Hipotesis Variabel Biaya Perjalanan... 109
2) Uji Hipotesis Variabel Usia ... 111
3) Uji Hipotesis Variabel Fasilitas... 112
b. Contingent Valuation Method... 114
1) Uji Hipotesis Variabel Tingkat Penghasilan... 114
xv
3. Uji Koefisien Simultan (R )... 119
E. Pembahasan ... 120
1. Pengaruh Biaya Perjalanan terhadap Frekuensi Kunjungan... 120
2. Pengaruh Usia terhadap Frekuensi Kunjungan... 121
3. Pengaruh fasilitas terhadap Frekuensi Kunjungan... 122
4. Pengaruh Tingkat Penghasilan terhadap Willingness to Pay... 122
5. Pengaruh Frekuensi Kunjungan terhadap Willingness to Pay... 123
6. Willingness to Paydan Surplus Konsumen... 123
7. Pembahasan secara Makroekonomi... 125
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ………... 128
A. Kesimpulan………..………….…... 128
B. Saran ………...………... 130
C. KeterbatasanPenelitian ………... 132
xvi
Tabel 1.1. Data WisatawanKebun Raya danKebunBinatangGembira
Loka Zoo... 4
Table 1.2. Data WisatawanPurawisata, KebunBinatangGembiraLoka, dan Museum BentengVredeburg... 6
Table 1.3. Data WisatawandanLajuPertumbuhanWisatawan di Purawisata, KebunBinatangGembiraLoka, dan Museum BentengVredeburg... 7
Tabel 3.1. Model Ekonometrika Travel Cost Method (TCM)... 62
Tabel 3.2. Deskripsi Variabel Penelitian TCM... 62
Tabel 3.3. Model Ekonometrika Contingent Valuation Method (CVM)... 63
Tabel 3.4. Deskripsi Variabel Penelitian CVM... 63
Tabel 4.1. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanRentangUsia... 82
Tabel 4.2. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanJenisKelamin... 83
Tabel 4.3. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta Berdasarkan Status Pernikahan... 83
Tabel 4.4. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanPendidikanTerakhir... 84
Tabel 4.5. JumlahResponden KRKB GembiraLoka Yogyakarta BerdasarkanJenisPekerjaan... 85
Tabel 4.6. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Tingkat Penghasilan... 86
Tabel 4.7. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Jarak... 87
xvii
Tabel 4.10. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta
Berdasarkan Biaya Perjalanan... 89
Tabel 4.11. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Waktu Tempuh... 90
Tabel 4.12. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Biaya Rekreasi... 91
Tabel 4.13. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Hari Kunjungan... 92
Tabel 4.14. Jumlah Responden KRKB Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan Jumlah Tanggungan Anak... 93
Tabel 5.1. Deskripsi Statistik Variabel TCM... 98
Tabel 5.2. Uji Korelasi pada metode Travel Cost... 100
Tabel 5.3. Uji Korelasi pada metode Contingent Valuation... 101
Tabel 5.4 Hasil Estimasi Regresi TCM... 104
Tabel 5.5 Hasil Estimasi Regresi CVM... 107
Tabel 5.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) TCM... 120
xviii
Gambar 2.1. Surplus Konsumendan Surplus Produsen... 35
Gambar 2.2. Metode Valuasi Ekonomi... 36
Gambar 5.1. Grafik Scatterplot TCM... 102
Gambar 5.2. Grafik Scatterplot CVM... 103
Gambar 5.3. Uji Hipotesis Variabel Biaya Perjalanna Terhadap Frekuensi Kunjungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 111
Gambar 5.4. Uji Hipotesis Variabel Usia Terhadap Frekuensi Kunjungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 112
Gambar 5.5. Uji Hipotesis Variabel Fasilitas Terhadap Frekuensi Kunjungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 114
Gambar 5.6. Uji Hipotesis Variabel Tingkat Penghasilan Terhadap Willingness to Pay Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 115
Gambar 5.7. Uji Hipotesis Variabel Frekuensi Kunjungan Terhadap Willingness to Pay Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta... 117
Gambar 5.8. Distribusi F : LnBP, LnAge, Fac terhadap Frekuensi Kunjungan... 118
ix
untuk perbaikan kualitas lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah travel cost method (TCM) dan contingent valuation method (CVM). Responden pada penelitian ini adalah pengunjung Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebanyak 110 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan travel cost method (TCM), biaya perjalanan dan fasilitas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap frekuensi kunjungan. Sedangkan usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap frekuensi kunjungan. Dengan menggunakan contingent valuation method (CVM), tingkat penghasilan secara signifikan berpengaruh positif terhadap willingness to pay (WTP) untuk perbaikan kualitas lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Sedangkan frekuensi kunjungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap willingness to pay (WTP) untuk perbaikan kualitas lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
x
quality Gembira Loka Botanical Gardens and Zoo Yogyakarta. The research employs the travel cost method (TCM) and contingent valuation method (CVM). The respondents of this research are visitor Gembira Loka Botanical Gardens and Zoo Yogyakarta as many as 110 people.
The results showed that by using the travel cost method (TCM), travel cost and the facility have significantly negative effect on the frequency of visits, respectively. While age has significantly positive effect on the frequency of visits. By using the contingent valuation method (CVM), income has significantly positive effect on willingness to pay (WTP) for improving environmental quality Gembira Loka botanical gardens and zoo Yogyakarta. For while the frequency of visits has significantly negative effect on willingness to pay (WTP) for improving environmental quality Gembira Loka botanical gardens and zoo Yogyakarta.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan
dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat (Nandi, 2008).
Berdasarkan pada data World Tourism Organization (WTO), akibat dari
krisis global bulan Oktober tahun 2008 menyebabkan penurunan pertumbuhan pariwisata dunia. Pada bulan Januari–April 2009, pariwisata global turun sebesar 8,4 persen. Untuk kawasan ASEAN, beberapa negara juga mengalami penurunan.
Singapura turun 9,2 persen, Thailand turun 15 persen, serta Vietnam juga merosot 17,7 persen. Sedangkan untuk negara ASEAN yang mengalami kenaikan adalah
Malaysia tumbuh sebesar 4,4 persen, Fillipina 0,18 persen, serta Indonesia yang mampu tumbuh hingga 1,38 persen. Pada tahun 2012, sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa negara terbesar kelima untuk negara Indonesia. Di Triwulan
cukup progresif. Peningkatan ini bisa dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai angka 1,29 juta orang pada bulan Januari–Februari 2013, naik
sebesar 3,28 persen apabila dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga bulan September 2013,
untuk ketiga kalinya, Indonesia mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara lebih dari 750 ribu orang setiap bulannya. Bahkan pada bulan Juni dan Agustus, kunjungan wisatawna mencapai 789.594 dan 771.009
wisatawan.
Menurut UU No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Menurut Pitana (2008), suatu kegiatan yang secara tidak langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat, yang berdampak terhadap masyarakat setempat disebut dengan pariwisata. Bahkan pariwisata merupakan pendobrak energi yang luar biasa,
sehingga dapat membuat masyarakat mengalami perkembangan dalam berbagai aspek.
Perkembangan sektor pariwisata memiliki hubungan timbal balik terhadap
sumber daya manusia dan sumber daya alam. Hal tersebut menjadi salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan objek-objek wisata yang dimiliki oleh
suatu daerah, sehingga sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang berkontribusi dalam membangun aktifitas ekonomi pariwisata daerah. Di sisi lain, sumber daya alam juga merupakan sumber daya yang berhubungan dekat dengan
yang tersebar di seluruh nusantara, dimana objek-objek wisata tersebut tidak kalah menarik dengan objek wisata buatan. Sumber daya alam dan lingkungan
menyediakan satu set kompleks nilai untuk individu dan manfaat untuk masyarakat. Kawasan lindung, misalnya, menawarkan panorama indah, serta
memberikan nilai pendidikan dan nilai spiritual. Ada berbagai jenis kawasan lindung yang dirancang untuk memberikan layanan yang berbeda kepada masyarakat, seperti: taman nasional, taman zoo, taman budaya dan sejarah, wisata
alam atau taman, taman hiburan, taman anak-anak, taman sport, kebun raya dan pembibitan. Taman Zoological berguna dalam melindungi satwa liar dari bahaya,
dan meningkatkan jumlah mereka melalui pemuliaan. Selain itu, kebun binatang juga penting untuk penelitian dan tujuan pendidikan dan menciptakan kesadaran konservasi satwa liar kepada publik (Mekonnen, 2011).
Pemangku kepentingan di bidang Pariwisata Yogyakarta menyadari bahwa mempertahankan dan mengembangkan tempat wisata merupakan sumber devisa
yang baik untuk pembangunan. Yogyakarta yang memiliki sebutan sebagai “kota pelajar” ini pun semakin giat dalam mengeksiskan sarana dan prasarana yang
edukatif bagi masyarakat dalam maupun luar Yogyakarta. Berikut ini adalah data
Tabel 1.1. Data Wisatawan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Zoo
Sumber: Humas dan Diklat KRKB Gembira Loka Zoo, 2003 – 2014
Termasuk dalam mengembangkan berbagai tempat hiburan dan rekreasi yang menarik serta edukatif salah satunya yakni Kebun Binatang dan Kebun Raya
Gembira Loka Yogyakarta. Tempat wisata kebun binatang yang hanya satu-satunya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini, merupakan alternatif hiburan yang dapat dikunjungi masyarakat Yogyakarta ataupun masyarakat luar
Yogyakarta baik bersama keluarga ataupun teman-teman. Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta. Tempat wisata tersebut
memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat terutama anak-anak, yang juga merupakan tempat rekreasi keluarga serta taman belajar.
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penurunan wisatawan yang terjadi pada
tahun 2006, disebabkan adanya gempa dahsyat yang melanda Yogyakarta. Faktor
Jumlah Wisatawan
Tahun Jumlah
2003 638,782
2004 673,098
2005 574,473
2006 354,354
2007 507,188
2008 670,079
2009 944,880
2010 885,376
2011 1,198,800
2012 1,440,816
2013 1,547,496
bencana alam di suatu daerah dapat mempengaruhi faktor perekonomian di daerah tersebut menjadi menurun. Akan tetapi, penurunan wisatawan di Gembira Loka
setelah gempa berangsur membaik. Hal tersebut dapat dilihat mulai tahun 2007 hingga 2009 dan kembali mengalami penurunan wisatawan pada tahun 2010
dimana pada tahun tersebut Kota Yogyakarta kembali dilanda musibah dengan terjadinya erupsi gunung Merapi yang berakibat menurunnya jumlah kunjungan wisata ke Kota Yogyakarta. Pada tahun 2011, pihak Gembira Loka berupaya
untuk menaikan target sekitar 1.000.000 wisatawan, tentunya pihak Gembira Loka melakukan upaya-upaya dalam menarik minat wisatawan sehingga jumlah
wisatawan hingga akhir tahun mengalami kenaikan yang drastis. Pada tahun 2012, 2013, dan 2014, jumlah wisatawan yang mendatangi Gembira Loka terus mengalami kenaikan, dimana jumlah wisatawan pada tahun 2014 adalah sebesar
1.796.865 wisatawan. Kenaikan jumlah wisatawan tersebut dapat terjadi karena upaya-upaya yang dilakukan pihak pengelola Gembira Loka seperti dengan
memperbaiki fasilitas-fasilitas, sarana pra sarana, serta penambahan jumlah satwa yang terdapat di kebun binatang Gembira Loka sehingga mampu memberikan kenyamanan terhadap wisatawan dan meningkatkan minat wisatawan dalam
berkunjung ke kebun binatang tersebut.
Sementara itu, di kota Yogyakarta terdapat objek wisata yang sejenis
demikian, jumlah wisatawan dari kedua objek wisata tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Table 1.2. Data Wisatawan Purawisata, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg
Jumlah Wisatawan
Tahun Purawisata Gembira Loka Museum Benteng Vredeburg
2008 148.602 670,079 59.729
2009 123.502 944,880 103.762
2010 194.227 885,376 200.210
2011 35.930 1,198,800 139.280
2012 36.960 1,440,816 240.794
Sumber: Statistik Kepariwisataan 2012, BPS Kota Yogyakarta, 2008-2012
Tabel 1.2 menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara ketiga jumlah
wisatawan objek wisata, yaitu Purawisata, Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg. Perbedaan tersebut sudah terlihat dari tahun 2008, dimana jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purawisata sebanyak 148.602 wisatawan, dan
jumlah wisatawan Museum Benteng Vredeburg 59.729 wisatawan, sedangkan jumlah wisatawan di Gembira Loka mencapai angka 670,079 wisatawan.
Perbedaan jumlah wisatawan tersebut terjadi pada tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2009, jumlah wisatawan Gembira Loka sebesar 944.880 wisatawan,
sementara itu jumlah wisatawan di Purawisata dan Museum Benteng Vredeburg masing-masing sebanyak 123.502 wisatawan dan 103.762 wisatawan.
Jumlah perbedaan yang sangat signifikan diantara ketiga obyek wisata
tersebut tidak hanya terhenti di tahun 2009. Pada tahun 2010, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purawisata adalah sebanyak 194.227 wisatawan, dan jumlah
Loka. Pada tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 dan tahun 2012, jumlah wisatawan paling banyak diantara ketiga objek wisata tersebut adalah jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Gembira Loka, dengan nilai perbandingan yang sangat drastis dan terlihat signifikan.
Table 1.3. Data Wisatawan dan Laju Pertumbuhan Wisatawan di Purawisata, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Museum Benteng Vredeburg
Tahun Purawisata Gembira Loka
Benteng Vredeburg
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2008 148.602 - 670,079 - 59.729 -
2009 123.502 - 20,32 944,880 29,08
103.762 73,72 2010 194.227 36,41 885.376 -6,72 200.210 48,17 2011 35.930 - 440,5 1.198.800 26,14 139.280 -30,43 2012 36.960 2,78 1.440.816 16,79 240.794 42,15 Sumber: Statistik Kepariwisataan 2012, BPS Kota Yogyakarta
Ditinjau dari laju pertumbuhan yang terdapat pada Tabel 1.3, jumlah
wisatawan Purawisata mengalami penurunan sebesar 20,32 persen dari tahun 2008 ke tahun 2009. Tahun selanjutnya, jumlah wisatawan pada objek wisata
tersebut mengalami kenaikan yaitu sebesar 36,41 persen. Namun jumlah tersebut kembali menurun pada tahun 2011, bahkan terbilang penurunan yang sangat drastis hingga mencapai angka 440,5 persen, dan meningkat kembali sebesar 2,78
persen di tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Purawisata yang sangat fluktuatif dari tahun ke tahun.
Purawisata yang sangat fluktuatif dari tahun ke tahun, kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gembira Loka kembali terjadi pada tahun 2011 dengan laju
pertumbuhan sebesar 26,14 persen. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2012, laju pertumbuhan wisatawan Gembira Loka mencapai angka 16,79 persen.
Laju pertumbuhan jumlah wisatawan objek wisata Museum Benteng Vredeburg dari tahun 2008 ke 2009 sebesar 73,72 persen dan 48,17 persen pada tahun 2010. Lain halnya dengan objek wisata Purawisata dan Gembira Loka yang
mengalami penurunan jumlah wisatawan di tahun 2010, Museum Benteng Vredeburg justru mengalami penurunan jumlah wisatawan di tahun 2011 dengan
nilai persentase sebesar -30,43 persen serta mengalami kenaikan jumlah wisatawan kembali sebesar 42,15 persen pada tahun 2012.
Dengan melihat data-data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan jumlah wisatawan yang sangat signifikan antara Museum Vredeburg, Purawisata dan Gembira Loka. Dari ketiga objek wisata tersebut terlihat bahwa
Gembira Loka menjadi objek wisata dengan jumlah wisatawan tertinggi. Melihat perbandingan dari ketiga objek wisata tersebut Gembira Loka menjadi batasan masalah dalam penelitian ini.
Kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan
penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
Dalam perkembangannya Gembira Loka terus melakukan perbaikan terhadap kualitas lingkungan serta fasilitas lainnya. Pada tahun 2010, Gembira
Loka mengalami masa yang memprihatinkan dimulai dari kandang yang tak memenuhi syarat, hingga jumlah satwa yang tak disesuaikan dengan kapasitas
lahan yang tersedia. Sehingga jika terlalu banyak satwa sejenis dalam satu tempat sempit, akan berakibat fatal pada kelangsungan hidup satwa itu sendiri (Radar Jogja, 2010). Saat ini Gembira Loka Zoo terus melakukan perbaikan demi
kenyamanan para pengunjung. Berbagai fasilitas yang disediakan, baik
pengunjung maupun binatang penghuni Gembira Loka Zoo
(www.jogja.tribunnews.com diakses tanggal 15 september 2015).
Beberapa studi mengaitkan hubungan antara karakteristik sosial demografi dengan frekuensi kunjungan terhadap kebun binatang itu sendiri serta kaitan
frekuensi kunjungan dengan willingness to pay. Fitriani (2008) menyatakan bahwa tingkat pendapatan, biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin,
jarak tempat tinggal, berapa lama mengetahui Taman Wisata Mekarsari (TWM), jumlah tanggungan keluarga, hari kunjungan, jumlah rombongan, kesediaan membayar,lama berada dilokasi dan waktu tempuh berpengaruh terhadap
frekuensi kunjungan Agrowisata Taman Wisata Mekarsari. Penelitian tersebut menemukan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap
frekuensi kunjungan Agrowisata Taman Wisata Mekarsari. Sedangkan menurut hasil penelitian Rukmana (2014) dimana salah satu variabel yang diuji menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan
Menurut Kartika (2014) variabel tingkat pendapatan, biaya rekreasi, dan frekuensi berkunjung berpengaruh terhadap willingness to pay (WTP) pengunjung
keraton Yogyakarta untuk pelestarian objek wisata heritage di kota Yogyakarta. Sedangkan menurut penelitian Prasetyo (2011), yang mempengaruhi willingness to pay (WTP) hanya usia dan tingkat pendapatan dimana usia dan tingkat
pendapatan berpengaruh positif terhadap willingness to pay (WTP) perbaikan kualitas lingkungan desa-desa wisata di kabupaten Sleman paska erupsi merapi.
Sejalan dengan beberapa penelitian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya
perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM). Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu metodologi
berdasarkan survei untuk mengestimasi besarnya penilaian masyarakat terhadap barang dan jasa serta kenyamanan. Tujuan Contingent Valuation Method adalah
untuk mengetahui kerelaan membayar (willingness to pay) dari masyarakat dan keinginan menerima (willingness to accept). Teknik ini didasarkan pada asumsi tentang hak kepemilikan, karena itu apabila individu yang ditanya tidak memiliki
hak atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam, maka pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum untuk
memperoleh barang dan jasa tersebut. Sebaliknya, jika individu yang ditanya berhak atas sumber daya alam tersebut, maka pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima kompensasi paling minimal atas hilang atau rusaknya sumber
Contingent Valuation Method (CVM) digunakan karena dapat (1) memperkirakan willingness to pay individu terhadap perubahan kualitas kegiatan
pariwisata; (2) dapat menilai perjalanan dengan banyak tujuan wisata; (3) mampu menilai kenikmatan menggunakan lingkungan baik pengguna maupun bukan
pengguna sumberdaya alam tersebut; (4) barang yang nilainya terlalu rendah dapat dinilai dengan metode ini (Mitchell dan Carson, 1989; Lee dkk., 1998 dalam Nugroho, 2012).
Dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan di kawasan Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta menggunakan teknik
non-market valuation karena objek wisata ini termasuk objek wisata yang tidak mempunyai nilai pasar. Teknik non-market valuation merupakan teknik yang didasarkan pada konsep willingness to pay (WTP) untuk mengukur manfaat
dengan memberikan penilaian ekonomis terhadap barang-barang lingkungan yang juga memiliki sifat-sifat khas barang-barang publik (Turner dkk, 1994). Teknik
non-market valuation ini menggunakan metode TCM (Travel Cost Method) sehingga nantinya akan bisa diketahui nilai guna langsung dari wisatawan terhadap objek wisata Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.
Ide-ide di balik Travel Cost Method (TCM) yang pertama kali diusulkan oleh Harold Hotelling pada tahun 1949 dan kemudian diperpanjang untuk rekreasi
oleh Marion Clawson. Model ini mengakui bahwa situs rekreasi, bahkan ketika orang tidak membayar biaya masuk, memiliki harga implisit yang berasal dari biaya yang terlibat dengan mengunjungi situs. Biaya perjalanan ini mencakup
harga implisit bertugas untuk mengembangkan model berbasis permintaan (analog yang biasanya dipakai dalam permintaan barang biasa) yang dapat digunakan
untuk menilai penggunaan rekreasi dari lingkungan (Parsons, 2003).
Berdasarkan teknik penilaian non-market valuation di atas, revealed preference dengan travel cost method (TCM) menjadi pilihan untuk menghitung
nilai preferensi individu terhadap barang non pasar (non market goods) namun travel cost method (TCM) juga memiliki keterbatasan-keterbatasan utama.
Keterbatasan-keterbatasan utama tersebut diungkapkan oleh Ready dan Navrud (2002) yaitu travel cost method (TCM) belum dapat terbebas dari sebuah
perjalanan dengan multi-tujuan (multi-purpose trip), adanya kunjungan dari individu yang bertempat tinggal di sekitar situs, dan fungsi biaya perjalanan (travel cost) yang tidak mengukur nilai keberadaan dari barang tersebut (non-use
value), tetapi hanya mengukur nilai penggunaan langsung pengunjung (Poor dan Smith, 2004).
Pengembangan kawasan wisata di Indonesia muncul sebagai industri baru yang diharapkan dapat mendongkrak pendapatan nasional maupun daerah, sehingga pemerintah berupaya keras untuk mengembangkan sektor pariwisata
dalam rangka untuk mensejahterakan rakyat. Upaya perbaikan kualitas lingkungan di Gembira Loka sangat perlu dilakukan, agar Kebun Binatang Gembira loka tetap
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi hanya
dilakukan di Yogyakarta pada objek wisata Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, masalah yang dirumuskan
pada penelitian ini adalah diperlukannya upaya perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka agar kebun binatang tersebut
dapat terus dinikmati masyarakat. Oleh karena itu, timbul pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah biaya perjalanan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke
Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
2. Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan
ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
3. Apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
4. Apakah usia berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
6. Berapa besarnnya willingness to pay untuk perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka
Yogyakarta?
7. Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap Willingness to Pay
(WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta? 8. Apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
9. Apakah usia berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
10.Apakah frekuensi kunjungan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta? 11.Apakah fasilitas berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke
Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang berkaitan dengan frekuensi berkunjung dan willingness to pay untuk perbaikan kualitas lingkungan ke Kebun Raya dan
Kebun Binatang Gembira Lokaadalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah biaya perjalanan berpengaruh terhadap frekuensi
2. Mengetahui apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
Yogyakarta.
3. Mengetahui apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap frekuensi
kunjungan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
4. Mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan ke
Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
5. Mengetahui apakah fasilitas berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan
ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
6. Mengukur willingness to pay untuk perbaikan kualitas lingkungan di Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta.
7. Mengetahui apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira
Loka Yogyakarta.
8. Mengetahui apakah lama pendidikan berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
Yogyakarta.
9. Mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap Willingness to Pay
(WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. 10.Mengetahui apakah frekuensi kunjungan berpengaruh terhadap
Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira
11.Mengetahui apakah fasilitas berpengaruh terhadap Willingness to Pay (WTP) ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Empiris
Studi sebelumnya telah meneliti tentang kebun binatang dan
konservasi, namun belum banyak yang meneliti tentang perbaikan kualitas lingkungan khususnya di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
2. Manfaat Metodologis
Penelitian ini menggunakan contingent valuation method dan travel cost method yang belum banyak digunakan di objek wisata Kebun Raya dan
Kebun Binatang. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan informasi dalam melakukan kebijakan pengembangan dan perbaikan kualitas
17
A. Landasan Teori 1. Pariwisata
a. Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata “pari“ yang
berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata“
yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar,
menikmati dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi.
Secara sederhana, Soekadijo (2000) merumuskan pengertian
pariwisata sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang berkaitan dengan wisatawan. Sementara wisatawan sendiri dirumuskan sebagai
orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya tersebut. Menurut Mathieson dan Wall dalam Gunn (1994) serta Institut of Tourism in Britain dalam
Kusmayadi dan Sugiarto (2000) pariwisata adalah sebuah perjalanan sementara yang dilakukan orang pada suatu tujuan tertentu, dalam
fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk di dalamnya kunjungan sehari dan darmawisata.
Sementara itu Pendit dalam Sinardi (2009) memberikan definisi pariwisata sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari
interkasi wisatawan, bisnis pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta pengunjung lainnya. Kusmayadi dan Sugiarto (2000) sendiri
memberikan penjelasan tentang pariwisata sebagai kegiatan yang mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya,
dan perusahaan-perusahaan yang melayani mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atau membuatnya lebih menyenangkan, dengan maksud melakukan perjalanan tersebut
bukan untuk usaha melainkan bersantai (Prasetyo, 2012).
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan dijelaskan pengertian pariwisata yaitu:
“berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah“.
b. Jenis-Jenis Pariwisata
Pendit (1999) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis, yaitu:
atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.
2) Wisata Kesehatan, adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari
dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam artinya jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat
menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
3) Wisata Olahraga, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif sebagai peserta olahraga di satu tempat atau Negara seperti
Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa juga olahraga seperti memancing, berburu, berenang.
4) Wisata Komersial, yakni perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.
5) Wisata Industri, yakni perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks
atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya, rombongan pelajar yang
6) Wisata Politik, yakni perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik,
misalnya, ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris, perayaan kemerdekaan, kongres
atau konvensi politik disertai dengan darwawisata.
7) Wisata Konvensi, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan konvensi atau konferensi, misalnya APEC, KTT Non Blok.
8) Wisata Sosial, merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan
masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya. 9) Wisata Pertanian merupakan perorganisasian perjalanan yang
dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembiitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan
kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmaati segarnya tanaman beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan ditempat yang dikunjunginya.
10)Wisata Maritim (Marin) atau Bahari adalah wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk
atau laut, seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayung dan lainnya.
11)Wisata Cagar Alam adalah wisata ini biasanya diselenggarakan oleh
jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan derah pegunungan dan sebagainya.
12)Wisata Buru adalah wisata untuk berburu ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai
daerah perburuan seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.
13)Wisata Pilgrim adalah wisata yang berkaitan dengan agama, sejarah,
adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat ini banyak dilakukan rombongan atau perorangan ke tempat-tempat
suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tampat pemakaman tokoh atau pemimpin yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar, Makam
Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur, Pura Besakihdi Bali, Sendang Solodi Jawa Tengah dan sebagainya.
14)Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan
perjalanan dan kunjungan mereka.
c. Bentuk Pariwisata
1) Menurut asal wisatawan
Jika wisatawan berasal dari dalam negeri berarti wisatawan
tersebut hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri selama melakukan perjalanan dinamakan
wisatawan domestik. Sedangkan jika wisatawan datang dari luar negeri disebut dengan wisatawan internasional.
2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri akan membawa mata uang asing. Dimana pemasukan valuta asing ini memberikan efek
positif pada neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan, hal ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan perjalanan seorang warga negara ke luar negeri akan berdampak
negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negaranya dinamakan pariwisata pasif.
3) Menurut jangka waktu
Kedatangan wisatawan di suatu daerah atau negara diperhitungkan juga menurut lama tinggal di daerah atau negara yang
bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah yang disebut dengan pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang. Istilah
4) Menurut Jumlah Wisatawan
Bentuk pariwisata ini dibedakan berdasarkan jumlah wisatawan
yang datang, apakah wisatawan itu datang sendiri atau bersama rombongan. Sehingga muncul istilah yang disebut pariwisata tunggal
dan pariwisata rombongan.
5) Menurut alat angkut yang digunakan
Pariwisata ini dibedakan menjadi pariwisata udara, pariwisata
laut, pariwisata kereta api dan mobil, tergantung wisatawan menggunakan kendaraan apa.
d. Unsur Pariwisata
Terdapat lima unsur industri pariwisata yang sangat penting yaitu
(Spillane, 1987):
1) Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site atractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di
daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung
sementara dan lokasinya dapat diubah/dipindah dengan mudah seperti festival, pameran, atau pertunjukan kesenian daerah.
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan lokasi tersebut. Selama tinggal di
tempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum. Oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan dan Support Industries (toko souvenir, laundry, pemandu, daerah festival,
dll).
3)Infrastructure (infrastruktur)
Jika semakin lama suatu tempat tujuan menarik semakin banyak wisatawan, maka dengan sendirinya akan mendorong perkembangan
infrastruktur. Infrastruktur ini termasuk semua konstruksi dibawah dan diatas tanah dari daerah, termasuk: sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, sumber listrik dan energi, sistem
pembuangan kotoran/air, jalan-jalan/jalan raya. 4) Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata, kemajuan transportasi sangat dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata, baik transportasi darat, udara, maupun laut.
5)Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada di lingkungan yang tidak mereka kenal
e. Peran Sektor Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks,
yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis,
aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek lainnya. Dari sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hamper merupakan satu-satunya aspek
yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya.
Pengembangan didalam sektor pariwisata akan berhasil dengan
baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman
tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga
harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut.
Pembangunan di sektor kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan
cara mengembangan dan mendayagunakan sumber-sumber serta potensi kepariwisataan nasional maupun daerah agar dapat menjadi kegiatan
ekonomi yang dapat diandalkan dalam rangka memperbesar penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat
Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi yaitu, sebagai sumber devisa negara;
kedua, peranan sosial yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir adalah peranan kebudayaan yaitu, memperkenalkan
kebudayaan dan kesenian.
Ketiga point diatas dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut: a. Peran Ekonomi
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah
Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal
dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya.
Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas
pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dari terkait dengan bisang pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan
dan pertumbuhan bisang pembangunan lainnya.
2. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan
peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan
membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan
dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan
sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.
b. Peran Sosial
1. Semakin luasnya lapangan kerja
Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang “padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja
dan makin banyak wisatawan yang berknjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan
tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil.
Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang kontruksi dan jalan.
c. Peran Kebudayaan
Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga
menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar
modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan dikembangkan.
2. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup
Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik
wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata.
3. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang
khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.
Ciri-ciri pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat tinggalnya.
b. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya semula.
c. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan
d. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bias melebihi waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh.
e. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan rekreasi, atau usaha menyenangkan dirinya.
f. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.
g. Selama dalam perjalanan tinggal disuatu tempat/akomodasi.
h. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat transportasi laut, darat atau udara.
2. Sumberdaya Alam
a. Pengertian Sumberdaya Alam
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan
hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya kesediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa udara dan air misalnya manusia tidak
dapat hidup. Demikian pula, sumber daya alam yang lain seperti hutan, ikan dan lain sebagainya merupakan sumber daya yang tidak saja
mencukupi kebutuhan manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa (wealth of nation). Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan
alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber
daya alam adalah bagaimana sumber daya tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan
kelestarian sumber daya alam itu sendiri (Fauzi, 2006).
Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan hidupnya. Dengan demikian sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based
economy) dan sekaligus sebagai penompang system kehidupan (life support system). Hingga saat ini, sumber daya alam sangat berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, dan masih akan
diandalkan dalam jangka menengah (RPJM 2010-2014).
Sumber daya alam seperti hutan dan perikanan dieksploitasi secara
komersial dan atribut lingkungan seperti kualitas udara adalah aset berharga bahwa mereka menghasilkan arus jasa kepada orang-orang. Sumber daya lingkungan dapat memproduksi empat jenis layanan
mengalir ke perekonomian. Pertama, sistem sumber daya lingkungan berfungsi sebagai sumber bahan masukan bagi perekonomian seperti
bahan bakar fosil, produk kayu, mineral, air dan ikan. Kedua, beberapa komponen dari sistem sumber daya lingkungan menyediakan layanan pendukung kehidupan dalam bentuk suasana bernapas dan rezim iklim
yang dihasilkan sebagai produk dari aktivitas ekonomi. Akhirnya, sistem sumber daya lingkungan menyediakan berbagai macam layanan
kemudahan, termasuk kesempatan untuk rekreasi, pengamatan satwa, kesenangan karena pemandangannya indah, dan layanan bahkan mungkin
yang tidak berhubungan dengan penggunaan langsung dari lingkungan (Freeman III, 1993).
b. Macam-macam Sumber Daya Alam
Menurut Jupri (2010), sumber daya alam dapat dibedakan
berdasarkan sifat, potensi dan jenisnya, yaitu: 1) Berdasarkan sifat
Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3 yaitu sebagai
berikut:
a) Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya hewan,
tumbuhan, mikroba, air dan tanah. Disebut terbarukan karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).
b) Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah, gas bumi, batu tiara, dan bahan tambang
lainnya.
c) Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi pasang surut, dan energi laut.
Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam antara lain sebagai berikut:
a) Sumber daya alam materi merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya batu, besi, emas,
kayu, serat kapas, rosella, dan sebagainya.
b) Sumber daya alam energi merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas
bumi, air terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.
c) Sumber daya alam ruang merupakan sumber daya alam yang berupa ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.
3) Berdasarkan jenis
Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut:
a) Sumber daya alam nonhayati (abiotik) disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya: bahan tambang, tanah, air dan kincir angin.
b) Sumber daya alam hayati (biotik) merupakan sumber daya alam yang berupa makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan,
3. Willingness to Pay
a. Pengertian Willingness to Pay
Willingness to pay (WTP) adalah kesediaan untuk membayar sejumlah uang kepada konsumen untuk memperoleh barang atau jasa.
Zhao and Kling (2004) menyatakan bahwa WTP adalah harga maksimum dari suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu. Horowith and McConnell (2001) menekankan pengertian WTP pada
berapa kesanggupan konsumen untuk membeli suatu barang . WTP adalah harga pada tingkat konsumen yang merefleksikan nilai barang atau
jasa dan pengorbanan untuk memperolehnya (Simonsin and Drolet, 2003). Di sisi lain, WTP ditujukan untuk mengetahui daya beli konsumen berdasarkan persepsi konsumen (Dinauli, 2001).
Kesediaan untuk membayar (willingness to pay) memiliki pengertian lain yakni kesediaan masyarakat untuk menerima beban
pembayaran, sesuai dengan besarnya jumlah yang telah ditetapkan. WTP penting untuk melindungi konsumen dari penyalahgunaan kekuasaan monopoli yang dimiliki perusahaan dalam penyediaan produk berkualitas
dan harga (Finesta, 2014). b. Konsep Willingness to Pay
Willingness To Pay (WTP) atau keinginan untuk membayar didefinisikan sebagai jumlah yang dapat dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu barang dan jasa. menyebutkan bahwa Zhao dan
barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu. Sedangkan Horowith dan McConnell (2001) menekankan pengertian WTP pada
berapa kesanggupan konsumen untuk membeli suatu barang. WTP itu sebenarnya adalah harga pada tingkat konsumen yang merefleksikan nilai
barang atau jasa dan pengorbanan untuk memperolehnya (Simonson dan Drolet, 2003). Di sisi lain, WTP ditujukan untuk mengetahui daya beli konsumen berdasarkan persepsi konsumen (Dinauli, 1999).
Erry dkk (2011) menyebutkan bahwa Willingness to Pay (WTP) adalah harga maksimum yang konsumen ingin bayarkan terhadap barang
dan jasa dan mengukur berapa nilai konsumen ingin bayarkan terhadap barang dan jasa atau dengan kata lain mengukur manfaat marjinal dari konsumen. Secara grafis WTP adalah area di bawah kurva permintaan.
Surplus konsumen adalah WTP dikurangi jumlah yang dibayarkan atau jumlah yang ingin dibayarkan oleh konsumen dikurangi dengan jumlah
yang secara aktual dibayarkan oleh konsumen.
Adapun surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh produsen dikurangi biaya produksi. Surplus produsen terlibat di pasar.
Suplai pasar menggambarkan biaya marjinal untuk memproduksi barang dan jasa, sedangkan permintaan pasar menggambarkan marginal benefit
dari mengkonsumsi barang dan jasa.
Net Social Benefit atau surplus pasar adalah selisih antara manfaat yang diperoleh masyarakat dari memproduksi sumber daya alam dan
yaitu ketika kesempatan yang membuat seseorang menjadi lebih sejahtera tidak membuat orang lain berkurang kesejahteraannya dan dikenal
dengan Pareto efficiency. Titik optimal terjadi pada saat manfaat sosial bersih (Net Social Benefit/NSB) maksimum yaitu MC=MB.
[image:51.595.176.487.227.442.2]Sumber : Besanko dkk.,2000
Gambar 2.1. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Keterangan:
0PZQ1 adalah WTP
PZ0 adalah manfaat sosial bersih PZP1 adalah surplus konsumen
P1 Z0 adalah surplus produsen.
Pada gambar 2.1 di atas permintaan pasar menunjukkan WTP
kondisi yang efisien. Pada kasus terjadi eksternalitas dimana aktivitas pelaku pasar mempengaruhi kesejahteraan pihak lain tidak dapat
dicerminkan oleh harga pasar maka akan menyebabkan pasar tidak efisien.
4. Valuasi Ekonomi
Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Berikut skema dari penilaian
ekonomi.
[image:52.595.139.555.407.697.2]Sumber : Pearce dan Turner, 1990
Gambar 2.2 Metode Valuasi Ekonomi
Economic Valuation
Benefit-Based Valuation Cost-Based Valuation
Actual Market Price Surrogate Market
(Pasar Pengganti) Replacement Cost
Preventive Expenditure
Relocation Cost
Contingent Valuation Method (CVM)
Travel Cost
Wage Differential
Property Value
Contingent Valuation Method (CVM)
Effect on
Production (EOP) / Pendekatan Produktivitas
a. Benefit-Based Valuation (valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan berdasarkan manfaat):
1) Effect on Production (EOP) / Pendekatan Produktivitas
Metode ini menggunakan perubahan produktivitas dengan
menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu komoditi. Dengan mengetahui berapa kuantitas dan harga komoditi yang diperoleh dari sumber daya alam, maka bisa diketahui nilai dari sumberdaya
alam tersebut. Teknik ini juga dapat digunakan untuk melakukan valuasi dari dampak lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari
suatu kejadian (Nugroho, 2012).
2) Loss of Earning (LOE) / Human Capital Approach (HCA)
Pendekatan ini mendasarkan pada pemikiran bahwa
perubahan pada kualitas lingkungan bisa menyebabkan perubahan pada kesehatan manusia. Penurunan kesehatan manusia akibat dari
penurunan kualitas lingkungan ini, akan menyebabkan kerugian moneter, misalnya berupa : 1) penghasilan yang hilang karena mati lebih awal atau karena sakit; 2) bertambahnya biaya perawatan
dokter rumah sakit.
3) Travel Cost (Biaya Perjalanan)
Teknik ini biasa digunakan untuk menilai suatu kawasan konservasi ataupun tempat wisata dengan cara melihat kesediaan membayar (willingness to pay) para pengunjung. Pendekatan ini
dilihat dari tiket masuknya saja, namun juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan pengunjung menuju lokasi kawasan
konservasi dan hilangnya pendapatan potensial mereka karena waktu yang digunakannya untuk kunjungan tersebut (Nugroho,
2012).
Logika sederhana metode ini yaitu nilai manfaat dari suatu situs atau kawasan akan setara dengan biaya perjalanan yang
dilakukan oleh masyarakat untuk mengunjungi situs tersebut (Turner dkk, 1994). Metode ini dapat mengestimasi
manfaat-manfaat ekonomi atau biaya-biaya sebagai hasil dari:
a) Perubahan-perubahan biaya masuk dari sebuah situs rekreasi. b) Pengeluaran terhadap sebuah situs rekreasi yang ada.
c) Tambahan sebuah tempat rekreasi baru.
d) Perubahankualitas lingkungan pada sebuah situs rekreasi.
Travel Cost Method (TCM) memiliki tiga pendekatan, yaitu: (1) Zonal Travel Cost, dapat dilakukan hanya dengan menggunakan
data sekunder dan beberapa data sederhana yang dikumpulkan
dari para pengunjung.
(2) Individual travel cost, menggunakan sebuah survey yang lebih
terperinci terhadap para pengunjung.
TCM merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya perjalanan
yang dikeluarkan para pengunjung. Akan tetapi, pada prakteknya terdapat beberapa masalah dengan penggunaan metode ini (Turner
dkk, 1994), yaitu:
(1) Time costs. Sebuah TCM sederhana mengasumsikan bahwa travel cost hanya berkaitan dengan pengeluaran untuk bahan
bakar. Seharusnya, sebuah time cost dimasukkan ke dalam travel cost sebagai sebuah refleksi dari nilai rekreasi
sesungguhnya dari para pengunjung.
(2) Multiple visit journeys. Tak jarang para pengunjung dapat mengunjungi lebih dari satu tempat rekreasi dalam satu hari
sehingga mengakibatkan travel cost memiliki margin for error yang tidak pasti terhadap maslaah ini.
(3) Substitute sites. Para pengunjung seringkali mengunjungi sebuah situs yang diukur nilainya dengan TCM hanya sebagai situs pengganti dikarenakan tidak adanya lagi situs yang dekat
dengan rumah mereka.
(4) House purchase decision. Sebagian pengunjung akan
(5) Non-paying visitors. TCM seringkali mengabaikan sebagian pengunjung yang tidak mengeluarkan biaya perjalanan untuk
mencapai suatu situs.
Secara ringkas, TCM merupakan sebuah metode sederhana
dalam mengestimasi keinginan membayar para pengunjung terhadap suatu situs rekreasi yang didasarkan pada kuantitas permintaan dengan perbedaan harga. Bagaimanapun, terdapat
bebrapa masalah yang harus diperhatikan sebelum menggunakan metode ini (Mochamad Adrianto, 2010).
4) Ince differential
Pendekatan ini secara prinsip serupa dengan pendekatan property value. Ince differential menggunakan tingkat upah yang
dijadikan tolak ukur untuk mengukur kualitas lingkungan. Sehingga perbedaan upah antara pekerja yang bekerja di daerah terpapar
polusi dan yang tidak dapat dianggap sebagai indikasi kerusakan lingkungan.
5) Contingent Valuation Method (CVM)
Pendekatan Contingent Valuation Method merupakan suatu metodologi yang berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar
penilaian masyarakat terhadap barang, jasa, serta kenyamanan. Metode ini banyak digunakan untuk mengestimasi suatu nilai yang tidak diperjualbelikan di pasar, sementara metode preferensi
Patunru, 2004). Metode ini dapat mengetahui tingkat maksimum kerelaan membayar (willingness to pay) cukup memberikan
informasi yang jelas tentang barang atau jasa tersebut kepada penerima manfaat.
Contingent Valuation Method bertujuan untuk mengetahui
keinginan membayar (Willingness to Pay) dari masyarakat dan keinginan menerima (Willingness to Accept). Teknik ini didasarkan
pada asumsi dasar mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis, 1999), karena itu jika individu yang ditanya tidak memiliki hak
atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, maka pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum untuk memperoleh barang tersebut. Begitu juga
sebaliknya, apabila individu yang ditanya memiliki hak atas sumberdaya alam, maka pengukuran yang relevan digunakan
adalah keinginan menerima kompensasi yang paling minimal atas hilang