• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Glaukoma Di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Glaukoma Di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Latar belakang: Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di seluruh dunia dan karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala , banyak individu yang terkena tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit yang menyebabkan kebutaan .

Lokasi:Lokasi penelitian adalah di puskesmas Sei Agul, Medan Barat.

Objektif: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat pengetahuan tentang glaukoma di antara masyarakat di Puskesmas Sei Agul Medan Barat.

Metode: Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional, dilakukan pada masyarakat di Puskesmas Sei Agul Medan Barat . Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara accidental sampling dengan sampel sebanyak 96 responden, dimana data diambil dengan menggunakan instrument kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 responden, 9 responden (9,4%) memiliki pengetahuan baik, 32 responden (33,3%) memiliki pengetahuan sedang, dan 55 responden (57,3%) memiliki pengetahuan kurang tentang glaukoma. Sebanyak 43 responden (44,8%) mengetahui definisi glaukoma, sebanyak 7 responden (7,3%) mengetahui gejala yang paling umum dari glaukoma, dan sebanyak 92 responden (95,8%) mengetahui bahwa dokter mata adalah professional perawatan yang tebaik dan dapat mendiagnosa dan mengobati glaukoma.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat di Puskesmas Sei Agul Medan Barat tentang glaukoma tergolong kedalam tingkat pengetahuan kurang. Oleh karena itu, diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih memberikan informasi tentang glaukoma.

(3)

ABSTRACT

Background: Glaucoma is the second leading cause of blindness worldwide and

because most cases are asymptomatic, many affected individuals are unaware that they have the disease leading to avoidable blindness.

Location:The location of this study is in Puskesmas Sei Agul, Medan Barat.

Objective: The purpose of the study was to assess the level of knowledge about glaucoma among people in Puskesmas Sei Agul Medan Barat.

Method: This research used the cross -sectional design. Sampling method that

used is accidental sampling, with 96 respondents from Puskesmas Sei Agul Medan Barat. The instrument of this research is a questionnaire with 20 questions.

Result : Result showed that out of 96 respondens, 9 respondents (9,4% ) have a

good knowledge, 32 respondents (33,3%) had moderate knowledge, and 55 respondents (57,3%) have less knowledge about glaucoma. 43 respondents (44,8%) knew about the definition of glaucoma, 7 respondents (7,3%) knew about the most common symptom of glaucoma, and 92 respondents knew about eye care professionals can best diagnose and treat glaucoma.

Conclusion In conclusion, mostly of people in Puskesmas Sei Agul Medan Barat

have less knowledge about glaucoma. Therefore, health workers are expected to give information about glaucoma.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit Glaukoma di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat”. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Di dalam penulisan Karya T ulis Ilmiah ini ternyata penulis mendapatkan banyak bantuan baik dari segi moral, material dan spiritual dari berbagi pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, dan arahan kepada :

1) Dekan Fakultas Kedokteran Universita s Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A.Siregar,Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2) Dr.dr. Masitha DewiSari, M.Ked (Oph), Sp.M selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama meny elesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3) dr. Alya Amila Fitrie, M. Kes dandr.NellyRosdiana, Sp.A, selaku dosen penguji saya yang banyak memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

4) Kedua orang tua saya, Ir. Jonna edi dan Eli Kesmi, S.pd serta Willy Bima Al- Fajri sebagai adik atas doa dan dukungannya.

(5)

banyak mendukung dalam doa, memberi semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini dan persahabatan yang selama ini terjalin.

Penulis menyadari masih memiliki banyak terdapat kekurangan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca .

Medan, Desember 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... ... ... i

Abstrak ... ... ... ... ii

Abstrak ... ... ... ... iii

Kata Pengantar ... ... ... iv

Daftar Isi ... ... ... ... vi

Daftar Tabel ... ... ... ... ix

Daftar Gambar ... ... ... . x

Daftar Singkatan ... ... ... xi

Daftar Lampiran ... ... ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... ... ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... ... ... 3

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN ... ... ... 5

2.1 Pengetahuan... ... ... 5

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... ... .. 5

2.1.2 Tingkat Pengetahuan... ... ... 5

2.1.3 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

2.2 Anatomi Mata ... ... ... 7

2.3 Fisiologi cairan mata dan tekanan i ntra okular ... ... 8

2.4 Glaukoma ... ... ... 9

2.4.1 Definisi ... ... ... 9

(7)

2.4.3 Patofisiologi... ... ... 10

2.4.4 Klasifikasi... ... ... 11

2.4.5 Diagnosis ... ... ... 15

2.4.6 Penatalaksanaan ... ... ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19

3.1 Kerangka Kongsep Penelitian ... ... 19

3.2 Definisi Operasional ... ... ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... ... 21

4.1 Jenis Penelitian ... ... ... 21

4.2 Waktu Dan Penelitian ... ... ... 21

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... ... 21

4.3.1 Populasi ... ... ... 21

4.3.2 Sampel ... ... ... 21

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... .. 23

4.5 Metode Analisa Data ... ... ... 23

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... ... 23

4.7. Metode Analisis Data ... ... ... 24

4.8. Ethical Clearance ... ... ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... .... 25

5.1 Hasil Penelitian ... ... ... 25

5.1.1 Deskripsi lokasi Penelitian ... ... 25

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... ... 25

(8)

5.2 Pembahasan ... ... ... 27

5.2.1 Analisis Karakteristik Responden ... ... 27

5.2.2 Gambaran Pengetahuan ... ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... ... 30

6.1 Kesimpulan ... ... ... 30

6.2 Saran... ... ... ... 30

DAFTAR PUSTAKA... ... ... 31

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... ... 24

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelami n... 26

Tabel 5.2Distribusi Pengetahuan Responden tentang Glaukoma ... 27

Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Glaukoma Berdasarkan Pendidikan ... ... ... ... 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR SINGKATAN

ICE : Iridocorneal Endothelial PAS :Perifer Anterior Sinekia POAG :Primary open-angle glaucoma TIO : Tekanan Intra Okuli

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 3 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 4 Lembar Persetujuan

LAMPIRAN 5 Output SPSSUji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Penelitian

LAMPIRAN 6 Ethical Clearence

LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 8 Data Induk Penelitian

(13)

ABSTRAK

Latar belakang: Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di seluruh dunia dan karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala , banyak individu yang terkena tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit yang menyebabkan kebutaan .

Lokasi:Lokasi penelitian adalah di puskesmas Sei Agul, Medan Barat.

Objektif: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat pengetahuan tentang glaukoma di antara masyarakat di Puskesmas Sei Agul Medan Barat.

Metode: Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional, dilakukan pada masyarakat di Puskesmas Sei Agul Medan Barat . Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara accidental sampling dengan sampel sebanyak 96 responden, dimana data diambil dengan menggunakan instrument kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 responden, 9 responden (9,4%) memiliki pengetahuan baik, 32 responden (33,3%) memiliki pengetahuan sedang, dan 55 responden (57,3%) memiliki pengetahuan kurang tentang glaukoma. Sebanyak 43 responden (44,8%) mengetahui definisi glaukoma, sebanyak 7 responden (7,3%) mengetahui gejala yang paling umum dari glaukoma, dan sebanyak 92 responden (95,8%) mengetahui bahwa dokter mata adalah professional perawatan yang tebaik dan dapat mendiagnosa dan mengobati glaukoma.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat di Puskesmas Sei Agul Medan Barat tentang glaukoma tergolong kedalam tingkat pengetahuan kurang. Oleh karena itu, diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih memberikan informasi tentang glaukoma.

(14)

ABSTRACT

Background: Glaucoma is the second leading cause of blindness worldwide and

because most cases are asymptomatic, many affected individuals are unaware that they have the disease leading to avoidable blindness.

Location:The location of this study is in Puskesmas Sei Agul, Medan Barat.

Objective: The purpose of the study was to assess the level of knowledge about glaucoma among people in Puskesmas Sei Agul Medan Barat.

Method: This research used the cross -sectional design. Sampling method that

used is accidental sampling, with 96 respondents from Puskesmas Sei Agul Medan Barat. The instrument of this research is a questionnaire with 20 questions.

Result : Result showed that out of 96 respondens, 9 respondents (9,4% ) have a

good knowledge, 32 respondents (33,3%) had moderate knowledge, and 55 respondents (57,3%) have less knowledge about glaucoma. 43 respondents (44,8%) knew about the definition of glaucoma, 7 respondents (7,3%) knew about the most common symptom of glaucoma, and 92 respondents knew about eye care professionals can best diagnose and treat glaucoma.

Conclusion In conclusion, mostly of people in Puskesmas Sei Agul Medan Barat

have less knowledge about glaucoma. Therefore, health workers are expected to give information about glaucoma.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi dengan baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf optik yang mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau buta. Kerusakan saraf optik ini dapat berupa penyakit glaukoma (Mahrani, 2009).

WHO memperkirakan bahwa lebih dari 50 juta orang buta di seluruh dunia saat ini, dan sedikitnya terdapat 135 juta orang yang mengalami disabilitas penglihatan yang signifikan. 90% orang buta hidup di negara -negara yang sedang berkembang, umumnya As ia (sekitar 20 juta) dan Afrika (sekitar 6 juta), sebagian besar berkumpul di daerah yang kurang berkembang di desa dan bagian kumuh perkotaan. Risiko kebutaan di komunitas yang terabaikan ini 10 -40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan risiko di daerah -daerah industri maju di Amerika dan Eropa (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), penyebab utama kebutaan tahun 2002 adalah katarak (47,9 %), glaukoma (12,3%), penyakit yang berhubungan dengan degeneratif (8 ,7%), corneal opacities (5,1%), diabetes retinopathy (4,8%), trachoma (3,6%), dan onchocerciasis (0,8%) (WHO, 2008).

Glaukoma merupakan suatu neuropati optik kronik didapat, yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pa ndang, biasanya disertai dengan peningkatan tekanan intra okular (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

(16)

Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat terkena glaukoma, dan diantara kasus -kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Seki tar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika, sehingga menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009)..

Pada banyak negara berkembang, glaukoma merupakan penyebab kedua terbanyak kebutaan setelah katarak. Glaukoma menyebabkan kebutaan 6 juta individu di seluruh dunia, dan masih belum ada cara sederhana yang mudah dilakukan untuk mendeteksi pasien -pasien beresiko. Terapi glaukoma juga merupakan masalah yang besar karena rendahnya kepatuhan sebagian besar pasien untuk memakai obat tetes mata setiap hari (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

Adapun Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1996, dari 0.2% kebutaan akibat glaukoma, terdapat 0. 16% kebutaan pada kedua mata, dan 0.04% kebutaan pada satu mata (Ilyas,2007). Berdasarkan laporan bulanan pelayanan kesehatan mata tahun 2012, Puskesmas Sei Agul merupakan Puskesmas di Kota Medan yang banyak mendapatkan pasien glaukoma (Dinkes Kota Medan, 2012).

Biasanya dari mereka yang menderita glaukoma pada awalnya tidak banyak mengetahui bahwa mereka menderita glaukoma. Beberapa dari mereka akan mengalami kebutaan pada usia 40, 50 atau 60 tahun. Setelah mereka buta akibat glaukoma, penglihatan dan fung si penglihatannya tidak dapat diperbaiki lagi (Ilyas, 2001). Masih banyak diantara pasien mata yang menderita glaukoma tetapi tidak tahu penyakit ini, hal ini disebabkan karena penyakit ini kurang dikenal oleh masyarakat awam.

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui: Sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat tentang peny akit glaukoma?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit glaukoma.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang definisi glaukoma. 2. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko glaukoma. 3. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang gejala yang paling umum dari

glaukoma.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi masyarakat tentang glaukoma dan memberi masukan dalam mencegah terjadinya glaukoma. 3. Bagi institusi kesehatan

Diharapkan dapat menjadi sumber data mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang gla ukoma dan diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kesehatan pada penderita glaukoma untuk menurunkan angka prevalensi. 4. Bagi dunia kedokteran

(18)

5. Bagi peneliti lain

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi se telah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Adapun kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari an tara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi terse but secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan.

(20)

Menerapkan (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang t elah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum -hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.

d. Analisa (analysis)

Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesa (Synthesis)

Sintesa (Synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kem ampuan untuk menyusun formulasi–formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian–penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria y ang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

(21)

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan m empunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun -temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

Fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpenga ruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Akan tetapi bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan s ikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2 Anatomi mata

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata belakang,aqueous humormelalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

(22)

anterior, dan satu lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan epitel pigmen retina. Processus ciliares dan epitel siliaris pembungku snya berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor(Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium tidak berpori dan lapisan tipis jaringan ikat. Pada bagian dalam dinding kanalis terdapat vakuola -vakuola berukuran besar, yang di duga bertanggung jawab terhadap pembentukan gradien tekanan intra okular (Cibis et al, 2007). Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera untuk selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior. Selain it u, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus superior atau vena fasialis. Pada akhirnya,aqueous humorakan bermuara ke sinus kavernosus (Solomon, 2002).

2.3 Fisiologi cairan mata dan tekanan intra okular

Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 μ L, dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal adalah 25 μ L/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi sedangkan konsentrasi protein, urea dan glukosa lebih rendah (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultra-filtrat plasma yang dihasilkan di stroma processus ciliares dimodifikasi oleh fungsi sawar dan processus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous humormengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Sela ma itu, terjadi pertukaran diferensial komponen -komponenaqueousdengan darah di iris (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

(23)

konstan antara kornea dengan lensa dan lensa dengan retina. Homeostasis tekanan intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi setempat atau sentral yang berlangsung dengan sendiri nya (Hollwich, 1992). Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya mata. Tekanan mata yang normal berkisar antara 10 -22 mmHg (Simmons et al, 2007). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi teka nan intra okular, antara lain keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi permeabilitas kapiler, keseimbangan tekanan osmotik, posisi tubuh (Solomon, 2002), irama sirkadian tubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air, dan obat-obatan (Simmons et al, 2007).

2.4 Glaukoma

2.4.1. Definisi

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas dan Yulianti, 2012). Glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai suatu karakteristik umum optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walau pun kenaikan tekanan intra okular (TIO) adalah satu dari faktor risiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tida k merubah definisi penyakit (American Academy of Ophthalmology, 2008 -2009).

2.4.2. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat mengarah pada kerusakan glaukoma :

 Gangguan aliran darah.

 Fenomena autoimun.

 Degenerasi primer sel ganglion.

 Usia di atas 45 tahun.

 Keluarga mempunyai riwayat glaukoma.

 Myopia berbakat untuk terjadi glaukoma sudut terbuka.

(24)

 Pascabedah dengan hifema atau infeksi.

 Tekanan bola mata, semakin tinggi akan semaki n berat.

 Risiko kulit hitam 7 kali dibanding kulit putih (Ilyas, 2001).

2.4.3. Patofisiologi

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti-dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cawan optik.

Efek peningkatan tekanan intra okular dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intra okular. Pada glaukoma sudu t tertutup akut, tekanan intra okular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema k ornea dan kerusakan nervus optik us. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intra okular biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang lama, sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel -sel ganglion retina mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan intra okular dalam kisaran normal, atau mekanisme kerusakannya ya ng utama mungkin iskemia caput nervi optici (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

2.4.4. Klasifikasi

Menurut American Academy of Ophtalmology (2008-2009) glaukoma dibagi atas:

1. Glaukoma sudut terbuka

Penyebabnya secara umum adalah sebagai suatu ketidaknormalan pada matriks ekstraseluler trabekular meshwork dan pada sel trabekular pada daerah jukstakanalikuler, meskipun juga ada di tempat lain.

(25)

Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma tipe terbanyak dan umumnya mengenai umur 40 tahun ke atas. POAG dikarakteristikkan sebagai suatu yang kronik, progresif lambat, optik neuropati dengan pola kar akteristik kerusakan saraf optik dan hilangnya lapangan pandang. POAG didiagnosa dengan suatu kombinasi penemuan termasuk ti ngkat TIO, gambaran diskus optik , dan hilangnya lapangan pandang.

B. Glaukoma dengan Tensi Normal

Penelitian memperkirakan bahwa pasien dengan tensi normal memperlihatkan prevalensi kelainan vasospastik yang lebih tinggi seperti sakit k epala migraine dan fenomena Raynaund, penyakit iskemik vask ular dan lain-lain dibanding pasien dengan glaukoma tensi tinggi, penemuan ini belum tetap. Penelitian lain mengatakan adanya defek autoregular pembuluh darah m erupakan bagian dari glaukoma primer sudut terbuka, tanpa diserta i peninggian tekanan intra okular . C. Glaukoma Suspek

Glaukoma suspek diartikan sebagai suatu keadaan pada orang dewasa yang mempunyai satu dari penemuan berikut paling sedikit pada satu mata, yaitu : - Suatu defek nerve fiber layer atau nervus optikus perkiraan glaukoma

(perluasan cup-disc ratio, asimetris cup-disc ratio, nothing neural rim, perdarahan diskus, ketidaknormalan lokal atau difus pada nerve fiber layer). - Ketidaknormalan lapangan pandang sesuai dengan glaukoma.

- Peningkatan TIO lebih besar dari 21 mmHg.

Biasanya, jika terdapat 2 atau lebih tanda di ata s, maka dapat mendukung diagnosa untuk POAG, khususnya bila terdapat faktor -faktor risiko lain seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat keluarga glaukoma, ras hitam, dan sudu t bilik mata terbuka pada pemeriksaan gonioskopi.

D. Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka

Bila terjadi peningkatan tekanan bola mata sebagai akibat manifestasi penyakit lain di mata, maka glaukoma ini disebut sebagai glaukoma sekunder. Contoh glaukoma jenis ini adalah:

(26)

- Glaukoma pigmenter (Pigmentary Glaucoma). - Glaukoma akibat kelainan lensa.

- Glaukoma akibat tumor inta okular. - Glaukoma akibat inflamasi inta okular.

Pada glaukoma pseudoeksfoliasi dijumpai endapan -endapan bahan berserat mirip serpihan pada kapsul dan epitel lensa, pinggir pupil, epitel siliar, epitel pigmen iris, stroma iris, pembuluh darah iris, dan jaringan subkonjungtiva. Pada glaukoma ini, material serpihan tersebut akan mengakibatkan obstruksi trabekulum dan mengganggu aliran aqueous humor. Glaukoma pigmenter adalah glaukoma yang diakibatkan tertimbunnya deposit pigmen akibat degenerasi epitel pigmen iris dan korpus siliaris.

Glaukoma akibat kelainan lensa dapat dalam berbagai bentuk yaitu fakoliti k, fakoantigenik dan akibat partikel lensa. Glaukoma fakolitik terjadi sebagai akibat kebocoran protein lensa pada katarak matur dan hipermatur. Kebocoran ini disertai pada awalnya dengan rasa nyeri dan inflamasi segmen anterior. Glaukoma fakoantigenik terjadi sebagai akibat tindakan bedah atau karena trauma yang menyebabkan lensa pecah. Penderita akan tersensitisasi oleh protein lensanya sendiri, dan selanjutnya terjadi reaksi inflamasi. Bila inflamasi mengenai jaringan trabekulum maka dapat menyebabkan gl aukoma. Glaukoma akibat partikel lensa terjadi bila partikel korteks lensa menyumbat trabekular meshwork setelah operasi ekstraksi katarak, kapsulotomi atau trauma okuli.

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma sudut tertutup didefinisikan sebagai aposisi iris pe rifer terhadap trabekular meshwork dan menghasilkan penurunan aliran aqueous humor melalui sudut bilik mata.

A. Glaukoma Primer Sudut Tertutup dengan Blok Pupil Relatif

(27)

dengan lensa, lensa intraokuli, capsular remnants,anterior hyaloids, atauvitreous space-occupying substance (udara, minyak silikon).

B. Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Timbul ketika tekanan intra okular meningkat dengan cepat sebagai akibat bendungan yang tiba-tiba dari trabekular meshwork oleh iris.

C. Glaukoma Sudut Tertutup Subakut (intermitten)

Glaukoma sudut tertutup akut yang berulang dengan gejala lebih ringan dan sering didahului dengan peningkatan tekanan intra okular. Gejala yang timbul dapat hilang secara spontan, terutama pada waktu tidur - menginduksi miosis. D. Glaukoma Sudut Tertutup Kronik

Tekanan intraokuli meningkat disebabkan bentuk ruang anterior yang bervariasi dan menjadi tertutup secara perm anen oleh sinekia anterior. Penyakit ini cenderung terdiagnosa pada stadium akhir, sehingga menjadi penyebab kebutaan terbanyak di Asia Tenggara.

E. Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup dengan Blok Pupil

Dapat disebabkan oleh fakomorfik glaukoma (disebabkan oleh lensa membengkak/intumensasi lensa), ektopia lentis (perubahan letak lensa dari posisi anatomisnya), blok pupil juga dapat terjadi pada mata afakia dan pseudokafia. F. Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup tanpa Blok Pupil

Glaukoma sekunder ini dapat terjadi oleh karena 1 dari 2 mekanisme berikut: - Kontraksi dari inflamasi, perdarahan, membran pembuluh darah, band,

eksudat pada sudut yang menyebabkan perifer anterior sinekia (PAS).

- Perubahan tempat ke depan dari diafragma lensa -iris, sering disertai pembengkakan dan rotasi ke depan badan siliar.

Yang termasuk glaukoma ini seperti glaukoma neovaskular, sindrom iridocorneal endothelial (ICE),tumor, inflamasi, aquos misdirection,dan lain-lain.

G. Sindrom Iris Plateau

(28)

tertutup primer dengan atau tanpa komponen blok pupil, tetapi lebih sering terjadi blok pupil.

3. Glaukoma pada Anak

Glaukoma infantil atau kongenital primer ini tim bul pada saat lahir atau dalam 1 tahun kehidupannya. Kondisi ini disebabkan kelainan perkembangan sudut bilik depan yang menghambat aliran aqueous humor.

Patofisiologi terjadinya ada dua, yang pertama bahwa ketidaknormalan membran atau sel pada trabekular meshwork adalah mekanisme patologik primer, yang kedua adalah anomali segmen anterior luas, termasuk insersi abnormal muskulus siliaris.

A. Glaukoma kongenital primer

Glaukoma primer yang dijumpai pada saat baru lahir hingga usia 1 tahun. B. Glaukoma disertai dengan kelainan kongenital

Disertai dengan penyakit mata (misal dysgenesissegmen anterior,anridia) dan juga dengan penyakit sistemik (misal rubella,sindrom Lowe).

C. Glaukoma Sekunder pada bayi dan anak

Misalnya glaukoma sekunder akibat retino blastoma atau trauma.

2.4.5. Diagnosis

(29)

Diagnosis pasti glaukoma baru dapat dibuat bila peninggian tekanan intra okular telah memberikan kerusakan pada papil saraf optik. Salah satu atau semua tanda-tanda klinik dapat ditemukan pada pemeriksaan (Ilyas et al, 2003).

Penilaian glaukoma secara klinis: a. Penilaian diskus optikus

Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian te ngahnya (depresi sentral)-cawan fisiologik-yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat penyusun nervus opticus terhadap ukuran lubang sclera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut.

Pada glaukoma, mungkin terdapat pembesaran konsentrik cawan optik atau pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus optikus.

b. Pemeriksaan lapangan pandang

Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentr al. Ketajaman penglihatan sentral bukan merupakan petunjuk perkembangan penyakit yang dapat diandalkan.

c. Tonometri

Tonometri merupakan pengukuran tekanan intraokular. Rentang tekanan intra okular normal adalah 10-21 mmHg. Apabila tekanan intra okular terus-menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma. d. Gonioskopi

Gonioskopi merupakan metode pemeriksaan anatomi sudut bilik mata depan dengan pembesaran binokular dan sebuah lensa-gonio khusus (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009).

2.4.6. Penatalaksanaan Medikamentosa

(30)

- Penyekat adrenergic-beta dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Larutan timolol m aleat 0,25% dan 0,5%, betaxolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, metipranolol 0,3%, serta carteolo 1% dan gel timolol maleate 0,1%, 0,25%, dan 0,5%. Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas kronik -terutama asma-dan defek hantaran jantung.

- Apraclonidine (larutan 0,5% tiga kali sehari dan 1% sebelum dan sesudah terapi laser) adalah suatu agonis adrenergic -α2yang menurunkan pembentukan aqueous humor tanpa menimbulkan efek pada aliran keluar. Ini terutama berguna untuk mencegah peningkatan tekanan intraok ular pascaterapi laser segmen anterior dan dapat diberikan sebagai terapi jangka pendek pada kasus -kasus yang sukar disembuhkan.

- Brimonidine (larutan 0,2% dua kali sehari) adalah suatu agonis adrenergic -α yang terutama menghambat pembentukan aqueous humor dan juga meningkatkan pengaliran aqueouskeluar.

- Dorzolamide hydrochloride larutan 2% dan brinzolamide 1% (dua atau tiga kali sehari) adalah penghambat anhidrasi karbonat topik al yang terutama efektif bila diberikan sebagai tambahan, walaupun tidak seefektif penghambat anhidrase karbonat sistemik.

- Penghambat anhidrase karbonat sistemik -acetazolamide adalah yang paling banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif, yaitu dichlorphenamide dan methazolamide-digunakan pada glaukoma kronik bila terapi topikal kuran g memuaskan serta pada glaukoma akut dengan tekan intra okular yang sangat tinggi dan perlu segera dikontrol.

B. Fasilitasi aliran keluar aqueous humor

(31)

- Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar aqueous humor dengan bekerja pada anyaman trabekular melalui kontraksi otot sili aris.

- Epinephrine, 0,25%-2% diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan aliran keluar aqueous humor disertai penurunan pembentukan aqueous humor. Dipivefrin adalah suatu prodrug epinephrine yang dimetabolisme secara intraokular menjadi bentuk akti fnya. Baikepinephrine maupun dipivefrin tidak boleh digunakan untuk mata dengan sudut bilik mata depan yang sempit. Kedua obat tersebut menimbulkan efek samping pada hasil bedah drainase glaukoma sesudahnya.

C. Penurunan volume vitreus

- Obat-obat hiperosmotik mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari vitreus dan menyebabkan penciutan vitreus. Selain itu juga terjadi penurunan produksi aqueous humor.

- Glycerin (glycerol) oral, 1 ml/kg berat badan dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan jus lemon, adalah obat yang paling sering digunakan .

D. Miotik, midriatik, dan sikloplegik

Konstriksi pupil sangat pe nting dalam penatalaksanaan glau koma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior.

Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, digunakan sikloplegik (cyclopentolate dan atropine) untuk merelaksasi otot siliaris sehingga apparatus zonular menjadi kencang dalam upaya menarik lensa ke belakang.

Terapi Bedah dan Laser

A. Iridoplasti, iridektomi, dan irdotomi perifer

(32)

B. Trabekuloplasti laser

Trabekuloplasti laser dapat digunakan dal am terapi awal glaukoma sudut terbuka primer. Pada sebagian besar kasus, tekanan intraokular perlahan -lahan akan kembali ke tingkat praterapi dalam 2 -5 tahun.

C. Bedah drainase glaukoma

- Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung aqueous humordari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita. - Viskokanalostomi dan sklerektomi dalam dengan implant kolagen

menghindarkan dilakukannya insisi ketebalan penuh (full-thickness) ke dalam mata. Penurunan tekanan intra okular yang dihasilkan tidak sebaik trabekulektomi, tetapi komplikasi yang timbul mungkin lebih sedikit.

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFI NISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

[image:33.612.150.528.243.317.2]

Kerangka konsep penelitian ini mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit glaukoma yang di uraikan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep penelitian .

3.2. Definisi Operasional

 Definisi :

Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawa b pertanyaan tentang penyakit glaukoma.

Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik didapat yang

ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang, biasanya disertai de ngan peningkatan tekanan intra ok ular.

 Alat ukur dengan menggunakan kuesioner , pertanyaan yang diajukan

sebanyak 20 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Setelah seluruh kuesioner dinilai, maka tingkat pengetahuan dikelompokkan berdasarkan kategori berik ut (Arikunto, 2007) :

1. Baik, bila menjawab pertanyaan benar >75% dari nilai tertinggi.

2. Cukup, bila menjawab pertanyaan benar 40% - 75% dari nilai tertinggi. 3. Kurang, bila menjawab pertanyaan benar <40% dari nilai tertinggi.

(34)

Dengan demikian, penilaian terhad ap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring adalah:

a. Skor 15 hingga 20 : Baik b. Skor 8 hingga 14 : Sedang c. Skor 0 hingga 7 : Kurang

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tert entu. Penelitian ini di desain dengan desain cross sectional di mana tiap subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 hingga Desember 2013.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat, karena di Puskesmas ini yang terdapat banyak penderita glaukoma di Puskesmas Kota Medan (Di nkes Kota Medan, 2012).

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang datang ke Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sostroasmoro, 2008).

(36)

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah s ebagai berikut. Kriteria inklusi

- Masyarakat yang datang ke Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat. - Usia≥ 18tahun.

- Memahami bahasa Indonesia dan dapat membaca menulis. - Bersedia mengisi kuesioner dan mendapatkan informed consent.

Kriteria eksklusi

- Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.

Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara accidental sampling.Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Adapun besar sampel untuk penelitian ini diambil berdasarkan rumus di bawah ini :

Z1

2 ²

Dimana:

n = besar sampel minimum.

Z1 -α/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%= 1,96). E = 0,20 (error of estimate)

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian adalah:

Z1

2 ²

E² 1 ,96 ² 0,20 ² 96 ,04

(37)

4.4. Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Data primer diperoleh dari responden dengan membagikan kuesioner yang diisi oleh responden.

4.5. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul dicatat dan diolah dengan menggunakan teknik statistik.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasi kan dengan skor total untuk tiap variabel.setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai -nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Dari hasil perhitungan menggunakan 20 sampel menunjukkan bahwa dari 20 pertanyaan kuesioner yang diuji cobakan semuanya valid.

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner dengan

menggunakan ujiCronbach(Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS, pada lampiran menunjukkan bahwa dari 20 pertanyaan kuesioner

(38)

4.7. Metode Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara -cara tertentu (Wahyuni, 2007).

1. Editing

Suatu metode untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. 2. Coding

Data yang telah terkumpul diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data untuk menghin dari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk dianalisis. 6. Analisis data

Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer SPSS.

4.8.Ethical Clearance

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Sumatera Utara. Puskesmas Sei Agul berlokasi di Jl. Karya II No. 54, Kecamatan Medan Barat.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:39.612.125.511.443.523.2]

Dari hasil penelitian yang telah d ilakukan pada masyarakat di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat, diperoleh data-data yang dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel seperti yang diuraikan dibawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Perempuan Laki- laki

69 27

71,9 28,1

Total 96 100,0

(40)
[image:40.612.126.514.155.247.2]

5.1.3. Hasil Analisis Data

Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang glaukoma

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik Sedang Kurang

9 32 55

9,4 33,3 57,3

Total 96 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok re sponden tertinggi memiliki gambaran pengetahuan kurang yaitu sebanyak 55 orang (57,3 %), dan kelompok responden terendah de ngan kategori pengetahuan baik sebanyak 9 orang (9,4%).

Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Glaukoma

Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Baik Sedang Kurang

n % n % n %

SD 0 0 1 1,0 7 7,3

SMP 0 0 4 4,2 25 26

SMA/SMK 2 2,1 11 11,5 23 24

PT 7 7,3 16 16,7 0 0

Total 9 9,4 32 33,3 55 57,3

[image:40.612.126.514.411.553.2]
(41)

Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Glaukoma Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Baik Sedang Kurang

n % n % n %

Swasta 2 2,1 6 6,25 7 7,3

Wiraswasta 2 2,1 9 9,4 28 29,2

PNS 5 5,2 11 11,5 0 0

Tidak bekerja 0 0 6 6,25 20 20,8

Total 9 9,4 32 33,3 55 57,3

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang glaukoma berdasarkan pekerjaan didapati mayoritas mempunyai pengetahuan kurang dari pekerjaan wiraswasta sebanyak 28 responden (29,2%) dan mayoritas mempunyai pengetahuan baik dari pekerjaan PNS sebanyak 5 responden (5,2 %).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan . Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kel amin perempuan yaitu sebanyak 69 responden (71,9%) (Tabel 5.1).

5.2.2. Gambaran Pengetahuan

[image:41.612.126.512.141.291.2]
(42)

Literatur yang diterbitkan menunjukkan berbagai tingkat pengetahuan masyarakat yang bervariasi. Onunk wor, Christopher (2010) dalam penelitiannya dari pasien yang menghadiri klinik mata staf CBN di Afrika Selatan melaporkan tingkat pengetahuan glaukoma yang baik yaitu 19,4%. Dalam penelitian ini, hanya 9 responden (9,4%) yang memiliki pengetahuan baik tent ang glaukoma. Artinya jumlah responden yang me miliki tingkat pengetahuan baik pada penelitian ini lebih sedikit daripada penelitian Onunkwor, Christopher (2010). Menurut Notoatmodjo (2003), semakin banyak seseorang melakukan penginderaan, apakah melalui melihat maupun mendengar suatu objek semakin bertambah pula pengetahuan seseorang terhadap objek tersebut.

Tingkat pengetahuan responden tentang glaukoma berdasarkan pendidikan didapati mayoritas mempunyai pengetahuan kurang dari tingkat pendidikan SMP sebanyak 25 responden (26%) dan mayoritas mempunyai pengetahuan baik dari tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 7 responden (7,3 %) (Tabel 5.3). Hal tersebut sesuai menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseor ang. Secara umum, seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan masyarakat di Puskesmas Sei Agul tentang penyakit glaukoma paling banyak dalam kategori kurang 57,3%, diikut i kategori sedang 33,3%, dan hanya 9,4% dalam kategori baik.

2. Masyarakat di Puskesmas Sei Agul memiliki pengetahuan baik (95,8%) mengenai professional perawatan mata yang paling dapat mendiagnosa dan mengobati glaukoma.

3. Masyarakat di Puskesmas Sei Agul memi liki pengetahuan kurang (7,3%) mengenai gejala yang paling umum dari glaukoma.

4. Masyarakat di Puskesmas Sei Agul memiliki pengetahuan sedang (40,6%) mengenai penyakit glaukoma dapat diturunkan.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Tenaga kesehatan di Puskesmas Sei Agul agar memberikan i nformasi kepada masyarakat yang datang ke Puskesmas Sei Agul tentang penyakit glaukoma dan menggunakan poster agar lebih menarik perhatian masyarakat.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2007.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Cibis, G.H., et al, 2007. Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals and Principles of Ophthalmology. Singapore: American Academy of Ophthalmology.

Dinkes Kota Medan, 2012. Laporan Bulanan Pelayanan Kesehatan Mata. Medan: Bina Pelayanan Kesehatan Kota Medan.

Ilyas, S., Yulianti, Sri Rahayu, 2012. Ilmu Penyakit Mata, edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, 2001. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi), edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, et al, 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, 2007. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi), edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.

Mahrani, Henny, 2009. Karakteristik Penderita Glaukoma. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14694 [accessed : Mei 2013].

Notoatmodjo, S., 2003.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Onunkwor, Christopher Ifeanyi, 2010. Assessment of Knowledge about Glaucoma Amongst Patient s Attending an Eye Clinic in Abuja, Nigeria.

(45)

http://uir.unisa.ac.za/bitstream/handle/10500/4924/thesis_onunkwor_c.pdf ?sequence=1 [accessed : September 2013].

Riordan-Eva, Paul & Whitcher, John P, 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum,edisi 17. Jakarta: EGC.

Simmons, S.T., et al, 2007. Introduction to Glaucoma: Terminology, Epidemiology, and Heredity. In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology.

Solomon, I.S., 2002. Aqueous Humor Dynamics. Available from: http://www.nyee.edu/pdf/solomonaqhumor.pdf [accessed : Mei 2013].

Sostroasmoro, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedea Communication.

WHO, 2008. Cause of Blindness and Visual Impairment. Available from: http://www.who.int/blindness/causes/en/ [accessed : Mei 2013].

(46)

Nama

Tempat / Tanggal Lahir Agama

Alamat

Riwayat Pendidikan 1. TK Dharm 2. SD Negeri 3. MTsN Lan 4. SMA Nege 5. Fakultas K

Pas Photo

3x4 cm

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

: Handalia Elmazane

hir : Pasaman / 18 Maret 1992 : Islam

: Jln. DR. Sumarsono No.38 Medan :

rma Wanita Rao Pasaman (1996 -1998) eri 1 Tarung-tarung Pasaman (1998-2004)

angsat Kadap Rao Pasaman (2004 -2007) egeri 1 Rao Pasaman (2007 -2010)

Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2010 -Se

Pas Photo

3x4 cm

-Sekarang)

Pas Photo

(47)

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT GLAUKOMA DI PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN MEDAN

BARAT KOTA MEDAN A. IDENTITAS RESPONDE N

Nama Lengkap :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

B. PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT GLAUKOMA

Pilihlah satu jawaban yang paling benar . Jika terdapat pertanyaan yang tidak dimengerti, silakan tanya kepada pewawancara.

1. Apa itu glaukoma?

a. Ini adalah infeksi mata.

b. Sebuah pemutih yang tumbuh di seluruh mata mengaburkan penglihatan. c. Peningkatan tekanan dalam mata yang menyebabkan kehilangan

penglihatan.

2. Bisakah pasien dengan glaukoma mengatakan bahwa mereka memiliki masalah pada mata?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah gejala yang paling umum dari glaukoma ? a. Gatal pada mata

(48)

4. Menurut anda, manakah faktor risiko penting untuk glaukoma? a. Usia

b. Pekerjaan c. Jenis Kelamin

5. Manakah berikut ini yang beresiko menderita penyakit glaukoma? a. Riwayat glaukoma dari pasangan

b. Riwayat glaukoma dari teman dekat c. Riwayat glaukoma dari keluarga

6. Jika penyakit glaukoma tidak diobati, maka akan menyebabkan: a. Pembengkakan mata

b. Kehilangan penglihatan c. Sakit parah pada mata

7. Pengobatan glaukoma diarahkan un tuk: a. Menghentikan sakit kepala

b. Meningkatkan mata tekanan c. Menurunkan tekanan mata

8. Pilihan pengobatan mencakup semua hal berikut kecuali satu: a. Tetes mata / obat-obatan

b. Tidak ada pengobatan c. Laser

9. Pengobatan glaukoma biasanya : a. Untuk satu bulan

b. Untuk jangka waktu satu tahun c. Seumur hidup

10. Manakah dari profesional perawatan mata berikut ini yang paling dapat mendiagnosa dan mengobati glaukoma?

(49)

11. Apakah kehilangan penglihatan karena glaukoma itu menetap? a. Ya

b. Tidak

12. Seberapa sering harus dilakukan pemeriksaan mata? a. Sekali seminggu

b. Sekali sebulan c. Sekali setahun

13. Apa penyebab paling umum kebutaan di seluruh dunia? a. Katarak

b. Glaukoma c. Infeksi mata

14. Glaukoma ditandai dengan kerusakan pada lensa mata. a. Benar

b. Salah

15. Glaukoma biasanya berhubungan dengan tekanan bola mata yang tinggi. a. Ya

b. Tidak

16. Glaukoma dapat dikaitkan dengan tekanan mata rendah. a. Ya

b. Tidak

17. Glaukoma bukan penyebab umum kebutaan. a. Ya

b. Tidak

18. Kebanyakan pasien dengan glaukoma tidak memiliki gejala. a. Ya

b. Tidak

19. Apakah glaukoma dapat diturunkan? a. Ya

b. Tidak

20. Apakah penyakit glaukoma dapat menular?

(50)

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Handalia Elmazane, adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2010 . Saat ini, saya sedang menjalankan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit Glaukoma di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas kedokteran USU.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengeta huan masyarakat tentang penyakit glaukoma di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi kuesioner. Jika Bapak/ Ibu bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan Bapak/ Ibu.

Identitas pribadi Bapak/ Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Bapak/ Ibu dapat bertanya langsung pada saya atau dapat menghubungi saya di nomor 085 761311149. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(51)

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

nama :

tempat/tanggal lahir :

alamat :

no. telpon/HP :

telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit Glaukoma di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela da n tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2013

Hormat Saya,

(52)

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 Total P1 Pearson

Correlatio n

.208 -.150 1 .168 .132 .168 .150 .281 .254 .096 .397 -.150

.350 .688 **

.132 -.096

.229 .313 .208 .132 .448*

Sig. (2-tailed)

.380 .527 .478 .578 .478 .527 .230 .281 .686 .083 .527 .130 .001 .578 .686 .331 .180 .380 .578 .047

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p2 Pearson

Correlatio n

.471*

.179 .419 1 .367 .242 .367 .179 .279 .a .811**

.105 .435 .681 **

.245 .061 .257 .734**

.314 .015 .884**

Sig. (2-tailed)

.036 .450 .066 .112 .303 .112 .450 .234 . .000 .660 .055 .001 .299 .800 .274 .000 .177 .951 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p3 Pearson

Correlatio n

.208 -.132 1 .187 .132 .168 .150 .281 .229 .096 .459* -.150 .313 1.00 0** .132 -.115

.254 .281 .208 .132 .447*

Sig. (2-tailed)

.380 .578 .429 .578 .478 .527 .230 .331 .686 .042 .527 .180 .000 .578 .630 .281 .230 .380 .578 .048

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p4 Pearson

Correlatio n

-.032 -.206 .168 1 -.182 .560* .435 .599 ** .242 -.015

.424 .252 .480* -.105 -.182 .015 -.314 .538* .601 ** -.182 .494* Sig. (2-tailed)

.895 .384 .478 .444 .010 .055 .005 .303 .951 .063 .285 .032 .660 .444 .951 .177 .014 .005 .444 .027

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p5 Pearson

Correlatio n

.408 -.050 .250 .367 1 .050 .063 .452 *

.210 .a

.201 .167 .055 .250 .667 **

-.289

.153 .500* .250

-.210

.527*

Sig. (2-tailed)

.074 .833 .288 .112 .833 .794 .045 .374 . .395 .482 .819 .288 .001 .217 .519 .025 .288 .374 .017

(53)

p6 Pearson Correlatio n

-.242 -.061 .168 .471*

.061 1 .435 .385 .524 *

.279 .367 .252 .319 .168 .061 .105 -.179

.385 .179 .061 .533*

Sig. (2-tailed)

.303 .800 .478 .036 .800 .055 .094 .018 .234 .112 .285 .171 .478 .800 .660 .450 .094 .450 .800 .015

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p7 Pearson

Correlatio n

-.343 .183 .140 .279 .210 .099 .210 .464 *

1 .a

.183 -.140

.336 .140 .140 .081 .514 *

.420 .140 -.216

.468*

Sig. (2-tailed)

.139 .440 .556 .234 .374 .679 .374 .039 . .440 .556 .147 .556 .556 .735 .020 .065 .556 .361 .038

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p8 Pearson

Correlatio n

-.082 .236 .281 .458*

.000 .385 .312 1 .408 .057 .612**

.134 .471*

.281 .000 .357 .082 .792**

.328 .236 .713**

Sig. (2-tailed)

.731 .317 .230 .042 1.00 0

.094 .181 .074 .811 .004 .574 .036 .230 1.00 0

.122 .731 .000 .158 .317 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p9 Pearson

Correlatio n

-.101 -.115 .229 .204 .346 .524*

.218 .408 1 .420 .500*

.218 .314 .229 .346 .250 .302 .612**

.302 .577 **

.759**

Sig. (2-tailed)

.673 .628 .331 .388 .135 .018 .355 .074 .065 .025 .355 .177 .331 .135 .288 .196 .004 .196 .008 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p10 Pearson

Correlatio n

-.099 -.081 .096 -.057 .728 **

.279 -.275

.057 .420 1 .210 -.031

.308 .096 .728 **

-.140

.099 .343 -.099 .728 ** .457* Sig. (2-tailed)

.679 .735 .686 .811 .000 .234 .241 .811 .065 .374 .898 .186 .686 .000 .556 .679 .139 .679 .000 .043

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p11 Pearson

Correlatio n

.201 .289 .459 *

.153 .000 .367 .327 .612 **

.500 *

.210 1 .218 .419 .459 *

.000 .375 .553 *

.612** .452

*

.289 .816**

Sig. (2-tailed)

.395 .217 .042 .519 1.00 0

.112 .159 .004 .025 .374 .355 .066 .042 1.00 0

(54)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p12 Pearson

Correlatio n

.050 .302 .a

1 .289 .302 .452 *

.302 .250 .a

.000 .000 .063 .a

.000 .218 .050 .459* .577

**

.115 .679**

Sig. (2-tailed)

.833 .196 . .217 .196 .045 .196 .288 . 1.000 1.00 0

.794 . 1.00 0

.355 .833 .042 .008 .630 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p13 Pearson

Correlatio n

-.179 .061 .313 .385 -.061

.319 .023 .471 *

.314 .308 .419 -.252

1 .313 -.061

.419 -.032

.685**

.242 .182 .528*

Sig. (2-tailed)

.450 .800 .180 .094 .800 .171 .924 .036 .177 .186 .066 .285 .180 .800 .066 .895 .001 .303 .444 .017

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p14 Pearson

Correlatio n

.208 -.132 1.00 0**

.187 .132 .168 .150 .281 .229 .096 .459* -.150

.313 1 .132 -.115

.254 .281 .208 .132 .447*

Sig. (2-tailed)

.380 .578 .000 .429 .578 .478 .527 .230 .331 .686 .042 .527 .180 .578 .630 .281 .230 .380 .578 .048

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p15 .471*

.390 .a .681

**

.023 .341 .171 .032 .105 .a .560 * .157 -.308 .313 -.206

.303 .105 .454 *

1 .a .679

**

.471*

.036 .089 . .001 .924 .142 .471 .895 .660 . .010 .508 .186 .180 .384 .195 .660 .044 . .001 .036 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p16 Pearson

Correlatio n

.153 .218 -.115

.105 -.289

.105 .327 .357 .050 -.140 .577** -.055 .419 .490 * -.289 1 .500 *

.357 .201 .000 .445*

Sig. (2-tailed)

.519 .355 .630 .660 .217 .660 .159 .122 .833 .556 .008 .819 .066 .028 .217 .025 .122 .395 1.00 0

.049

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p16 Pearson

Correlatio n

.068 .369 .a .667**

.218 .454*

.272 .302 .444 *

.a .454*

.250 -.140 -.076

.218 .192 .333 1 .454 *

.a

.796**

Sig. (2-tailed)

.776 .110 . .001 .355 .044 .246 .196 .050 . .044 .288 .556 .749 .355 .416 .151 .044 . .000

(55)

p17 Pearson Correlatio n

.034 .369 .a

.250 .192 .034 .302 .034 1 .a .577**

.577 **

-.167 .a

.192 .145 .369 .688** .577 ** -.688 ** .701** Sig. (2-tailed)

.888 .110 . .288 .416 .888 .196 .888 . .008 .008 .482 . .416 .541 .110 .001 .008 .001 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p18 Pearson

Correlatio n

-.082 .000 .281 .458*

.236 .385 .312 .792 **

.612 **

.343 .612**

.134 .685**

.281 .236 .357 .082 1 .533 * .471 * .868** Sig. (2-tailed)

.731 1.000 .230 .042 .317 .094 .181 .000 .004 .139 .004 .574 .001 .230 .317 .122 .731 .015 .036 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p19 Pearson

Correlatio n

.192 -.174 .208 .492* -.058

.179 .504 *

.328 .302 -.099

.452*

.373 .242 .208 -.058

.201 .010 .533* 1

-.058

.552*

Sig. (2-tailed)

.418 .463 .380 .027 .808 .450 .023 .158 .196 .679 .045 .105 .303 .380 .808 .395 .966 .015 .808 .012

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p20 Pearson

Correlatio n

-.290 .067 .132 -.236 .733 ** .061 -.126 .236 .577 ** .728 **

.289 .126 .182 .132 .733 **

.000 .290 .471* -.058

1 .541*

Sig. (2-tailed)

.215 .780 .578 .317 .000 .800 .597 .317 .008 .000 .217 .597 .444 .578 .000 1.00 0

.215 .036 .808 .014

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 tota

l

Pearson Correlatio n

.043 .073 .447 *

.372 .336 .533* .409 .713 ** .759 ** .457 * .816**

.254 .528* .447

*

.307 .342 .287 .868** .552 * .541 * 1 Sig. (2-tailed)

.856 .760 .048 .106 .147 .015 .074 .000 .000 .043 .000 .280 .017 .048 .188 .140 .219 .000 .012 .014

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2 -tailed).

(56)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(57)

DATA INDUK PENELITIAN

nama JK umur P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 TOTAL Pengetahuan

1 PR

58-67 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 12 sedang

2 PR

18-27 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8 sedang

3 PR

48-57 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 15 baik

4 PR

28-37 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 7 kurang

5 PR

18-27 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 13 sedang

6 PR

38-47 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5 kurang

7 LK

18-27 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 kurang

8 LK

48-57 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16 baik

9 LK

38-47 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 10 sedang

10 PR

48-57 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 6 kurang

11 PR

28-37 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7 kurang

12 PR

48-57 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 11 sedang

13 PR

38-47 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6 kurang

14 PR

18-27 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 baik

15 PR

48-57 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 17 baik

16 PR

38-47 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 7 kurang

17 LK

28-37 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 9 sedang

18 LK

38-47 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5 kurang

19 PR

18-27 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 kurang

20 PR

48-57 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 7 kurang

21 LK

48-57 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 10 sedang

22 PR

48-57 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 11 sedang

23 LK

38-47 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 kurang

24 PR

28-37 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5 kurang

25 PR

18-27 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 13 sedang

26 PR

38-47 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 9 sedang

27 PR

48-57 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 10 sedang

28 LK

48-57 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 12 sedang

29 PR

28-37 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 6 kurang

30 PR

38-47 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 10 sedang

31 LK

48-57 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 16 baik

32 PR

48-57 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 7 kurang

33 LK

38-47 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 7 kurang

34 PR

48-57 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 13 sedang

35 PR

18-27 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 kurang

36 PR

38-47 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 12 sedang

37 PR

(58)

38 LK

48-57 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 6 kurang

39 LK

18-27 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 7 kurang

40 PR

38-47 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 7 kurang

41 PR

48-57 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 6 kurang

42 PR

28-37 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8 sedang

43 LK

48-57 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 12 sedang

44 PR

38-47 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 15 baik

45 PR

28-37 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 14 sedang

46 PR

48-57 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6 kurang

47 LK

38-47 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 kurang

48 PR

18-27 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 kurang

49 LK

38-47 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 11 sedang

50 PR

38-47 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 13 sedang

51 PR

28-37 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 16 baik

52 PR

58-67 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 7 kurang

53 LK

48-57 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 7 kurang

54 PR

58-67 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 5 kurang

55 PR

18-27 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15 baik

56 PR

38-47 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 6 kurang

57 PR

48-57 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 14 sedang

58 LK

38-47 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7 kurang

59 PR

48-57 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 10 sedang

60 PR

18-27 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 6 kurang

61 LK

48-57 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 11 sedang

62 PR

28-37 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 9 sedang

63 LK

48-57 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 7 kurang

Gambar

Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep penelitian .
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3
Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

This OGC ® document introduces a set of conventions and mechanisms that extend and qualify the netCDF3 data model and format to model uncertain information: the NetCDF

Pada pertemuan pertama metode pembelajaran adalah dalam bentuk ceramah dan diskusi kelas, sedangkan untuk pertemuan lainnya metode pembelajaran adalah dengan

[r]

The study further concludes the effect of the concentration of nonionic surfactant and the salinity of the formation water linearly correlate to the increase of oil recovery in

Sistem Informasi jadi lebih baik laki- laki dan perempuan, Terlatihnya Para Pengelola dan Pelaksana Irigasi laki-laki dan perempuan, Peningkatan D.I.Partisipatif dan

Tentu yang diharapkan dari suatu penggunaan lumpur adalah pengeluaran yang rendah dan melakukan pemboran dengan hasil yang optimal.Sedangkan sistem lumpur yang dimaksud disini

Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambaran kinerja ekonomi Sulawesi Selatan Tahun 2012, Tahun 2013 serta perkiraan kondisi Tahun 2014, dimana pada Tahun 2014 kebijakan ekonomi

“Pelaksanaan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) dalam Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) Medan Selatan