• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWAPADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SMA NEGERI 4 KISARAN T.P 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWAPADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SMA NEGERI 4 KISARAN T.P 2015/2016."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA

MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SMA NEGERI 4 KISARAN T.P 2015/2016

Oleh:

Afrina Sari Br Rambe 4123321002

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA

MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SMA NEGERI 4 KISARAN T.P 2015/2016

AFRINA SARI BR RAMBE (4123321002) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Fluida Statis di Kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Semester genap SMA Negeri 4 Kisaran yang terdiri dari empat kelas. Sampel penelitian ini diambil dua kelas yang ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI-IPA2 sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran Inquiry Training dan XI-IPA3 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan tes kemampuan berpikir kritis yakni tes uraian yang terdiri dari 10 item yang telah divalidkan oleh validator. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians satu jalur.

Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran Inquiry Training dan kelas kontrol dengan pembelajaran Konvensional, diperoleh hasil postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 86,48 dan kelas kontrol 81,63. Hasil penelitian diperoleh αhitung<αtabel = 0,012<0,05. Dengan demikian, adanya pengaruh yang signifikan kemampuan berfikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran pembelajaran Inquiry Training lebih baik dari pada kemampuan berfikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran Konvensional pada materi pokok fluida statis di kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, skripsi

berjudul “Pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok fluida statis di kelas XI SMA Negeri 4

Kisaran T.P 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di

jurusan fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak

Winsyahputra Ritonga, S.Pd, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai

dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga di sampaikan

kepada bapak Drs. Juniar Hutahaean, M.Si, bapak Drs. Pintor Simamora, M.Si,

dan Ibu Dr. Rita Juliani, M.Si, selaku dosen pembanding yang telah memberikan

masukan dan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dr. Rita Juliani, M. Si selaku

dosen pembimbing Akademik dan Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku ketua

jurusan Fisika dan bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd selaku ketua prodi

pendidikan Fisika, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan

pegawai jurusan fisika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.

Ucapan terima kasih di sampaikan juga kepada Bapak Dr.Asrin Lubis, M.Pd

selaku dekan FMIPA Unimed. Terima kasih juga kepada ibu Kurnia Sari, S.Pd

selaku guru bidang studi fisika SMA Negeri 4 Kisaran yang telah banyak

membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan terima kasih kepada

ibu Nellinasari Daulay, S.Pd, MM selaku Wakil Kepala sekolah bidang akademik

dan bapak Drs. Wini, MM selaku kepala sekolah SMA Negeri 4 Kisaran atas ijin

penelitian yang diberikan.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Saiful

Wahid Rambe, dan Ibunda Rosmaniar Siregar yang selalu memberikan kasih

(5)

v

menyelesaikan studi di Unimed, juga teristimewa kepada adik – adikku Fitri Sarah

Aryani Rambe, Annis Ade Khairani Rambe dan Zavira Cahya Ningtyas Rambe

yang selalu memberi semangat kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan

skripsi ini. Juga teristimewa saya ucapkan terima kasih kepada teman terdekat

dikelas Adel (di panggil emak sekaligus sekretaris dikelas), Eyak, Nisa (ibu

bendahara dikelas), Ipeh, Dina, Anju, Gea, Felisa, Dulas (bapak dan komting

dikelas), yang telah memberikan kesan terindah dan terburuk selama perkuliahan,

semua teman-teman kelas Fisika Pendidikan Ekstensi A 2012 yaitu Aisyah, Andi,

Astrid, Dahniati, Desi, Dewi Ratna, Dewi Sartika, Dewi Novita, Evi, Edi, Hana,

Laina, Irma, Irene, Joan, Juni dan Fadli yang selalu memberi semangat serta

masukan kepada saya mulai dari penyusunan sampai dengan selesainya skripsi ini

dan telah berjuang bersama dalam menyelesaikan pendidikan di UNIMED.

Ucapan terima kasih kepada teman – teman sebimbingan skripsi Fitrah

Yani Pasaribu, Meutia Sandra Deanika, dan Hariadi yang sama – sama berjuang

menyelesaikan skripsi kita. Terima kasih juga untuk Ria (teman sekamar dikosan

selama 4 tahun di Medan), Ringgit, Topik, Rosita, Nisa Girsang (teman gila,

teman jalan, teman yang hobbinya makan) kak Mita (kakak sepupu terkece).

Terima kasih juga semua teman-teman seperjuangan PPLT SMAN 4 Kisaran dan

khususnya kamar 03 yang terdiri dari Melinda, Nisrina, Eyak, dan Sri dan

teman-teman yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata

bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi

sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini memperkaya khasanah ilmu

pendidikan kita.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 9

1.6 Manfaat Penelitian 9

1.7 Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 11

2.1.1 Pengertian Belajar 11

2.1.2 Pengertian Mengajar 13

2.1.3 Aktivitas Belajar 13

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran 15

2.1.5 Model Pembelajaran Inquiry Training 16

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training 16 2.1.5.2 Teori Belajar yang Mendukung Materi Pembelajaran 19

Inquiry Training

2.1.5.3 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 21 2.1.5.4 Hasil Belajar Model Inquiry Training 23 2.1.5.5 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran 24

Inquiry Training

2.1.6 Pembelajaran Konvensional 25

2.1.6.1 Pengertian Pembelajaran Konvensional 25

2.1.7 Kemampuan Berpikir Kritis 25

2.1.7.1 Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis 30

2.1.8 Materi Pembelajaran 30

2.1.8.1 Fluida 30

2.1.8.2 Fluida Statik 31

2.1.8.3 Massa Jenis 31

2.1.8.4 Tekanan 32

2.1.8.5 Tekanan Hidrostatik 32

(7)

vii

2.1.8.7 Hukum Archimedes 34

2.1.8.8 Keadaan Benda 35

2.1.8.9 Penerapan Hukum Archimedes 36

2.1.8.10 Viskositas Dan Hukum Stokes 36

2.1.8.11 Tegangan Permukaan 37

2.1.8.12 Gejala Kapilaritas 38

2.1.9 Peneleti Terdahulu 40

2.2 Kerangka Konseptual 42

2.3 Hipotesis Penelitian 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan 44

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian 44

3.2.1 Populasi Penelitian 44

3.2.2 Sampel Penelitian 44

3.3 Variabel Penelitian 44

3.4 Jenis Dan Rancangan Penelitian 45

3.5 Prosedur Penelitian 46

3.6 Instrumen Penelitian 49

3.6.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis 49

3.6.2 Lembar Angket Siswa 51

3.6.3 Lembar Wawancara Guru 51

3.7 Validitas Isi 51

3.8 Teknik Analisis Data 52

3.8.1 Menghitung Nilai Rata – Rata Dan Simpangan Baku 52

3.8.2 Uji Normalitas Data 53

3.8.3 Uji Homogenitas 54

3.8.4 Uji Hipotesis 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 57

4.1.1 Deskripsi Data 57

4.1.1.1 Data Pretes KBK Kelas Eksperimen dan Kontrol 57 4.1.1.2 Data Postes KBK Kelas Eksperimen dan Kontrol 58 4.1.1.3 Data Hasil KBK Siswa Melalui Butir Soal 60 4.1.1.4 Data Tahapan KBK Siswa Masing-masing Kelas 68

4.1.2 Pengujian Analisa Data 74

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes 74 4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes 75

4.1.2.3 Pengujian Hipotesis 75

4.1.3 Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian 77

(8)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 83

5.2 Saran 83

DAFTAR PUSTAKA 85

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis Dan Perinciannya 28

Tabel 2.2 Massa Jenis Beberapa Zat 31

Tabel 2.3 Viskositas Beberapa Fluida 37

Tabel 2.4 Nilai Tegangan Permukaan Beberapa Zat Cair 38

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu 40

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Hasil Belajar siswa 45

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ANAVA 1 Jalur 46

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kemampuan Tes Berpikir Kritis 50 Tabel 3.4 Kriteria Persentase Rating Scale Kemampuan Berpikir Kritis 51

Tabel 3.5 Ringkasan Anava Satu Jalur 56

Tabel 4.1 Data Pretes KBK Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57 Tabel 4.2 Data Postes KBK Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58

Tabel 4.3 Kemampuan Menganalisis Argumen 69

Tabel 4.4 Kemampuan Bertanya dn Menjawab Pertanyaan 70

Tabel 4.5 Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan 71

Tabel 4.6 Kemampuan Mengobservasi dan Mempertimbangkan Laporan 72 Observasi

Tabel 4.7 Kemampuan Mempertimbangkan Kredibilitas (Kriteria) 72 Suatu Sumber

Tabel 4.8 Kemampuan Membuat Induksi dan Mempertimbangkan Induksi 73 Tabel 4.9 Kemampuan Mengidentifikasi Asumsi-Asumsi 73 Tabel 4.10 Kemampuan Berinteraksi Dengan Orang Lain Untuk 74

Menentukan Hasil Tindakan

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes 75 Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes 75 Tabel 4.13 Ringkasan Perhitungan Uji t dua pihak Pretes 76 Tabel 4.14 Ringkasan Perhitungan Uji Anava 1 Jalur 77

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Sintaks pembelajaran Inquiry Training 21 Gambar 2.2 Langkah – Langkah Pembelajaran Inquiry Training 23

Gambar 2.3 Tekanan Pada Fluida 32

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Pengangkat Hidrolik 33

Gambar 2.5 Benda Terapung 35

Gambar 2.6 Benda Melayang 35

Gambar 2.7 Benda Tenggelam 36

Gambar 2.8 38

a. Seekor serangga yang mengapung di atas permukaan air b. Penjepit kertas yangmengapung di permukaan air c. Tegangan permukaan

Gambar 2.9 39

a. Cairan pada pipa kapiler yang memiliki gaya adesi lebih besar dari kohesi membentuk kelengkungan cekung dan sudut kontak yang terbentuk berupa sudut lancip

b. Cairan yang memiliki gaya kohesi lebih besar dari adesi

membentuk kelengkungan cembung dan sudut kontaknya berupa sudut tumpul.

Gambar 2.10 Sifat Kapilaritas Fluida Pada Pipa Kapiler 39

Gambar 3.1 Skema Pelaksanaan Penelitian 48

Gambar 4.1 Diagram Batang Data Pretes KBK Kelas Eksperimen 57 Gambar 4.2 Diagram Batang Data Pretes KBK Kelas Kontrol 58 Gambar 4.3 Diagram Batang Data Postes KBK Kelas Eksperimen 59 Gambar 4.4 Diagram Batang Data Postes KBK Kelas Kontrol 59

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 87 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 97 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 107

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa I 116

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa II 119

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa III 122

Lampiran 7 Kisi – Kisi Tes Berpikir Kritis siswa 125 Lampiran 8 Instrumen Tes Berpikir Kritis Siswa 138 Lampiran 9 Pedoman Penskoran Berfikir Kritis 142 Lampiran 10 Distribusi Nilai Pretes Kelas Eksperimen 145 Lampiran 11 Distribusi Nilai Postes Kelas Eksperimen 148 Lampiran 12 Distribusi Nilai Pretes Kelas Kontrol 151 Lampiran 13 Distribusi Nilai Postes Kelas Kontrol 154 Lampiran 14 Normalitas Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 157 Lampiran 15 Normalitas Pretes dan Postes Kelas Kontrol 161 Lampiran 16 Perhitungan Nilai Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi 165

Lampiran 17 Uji Normalitas 169

Lampiran 18 Uji Homogenitas 173

Lampiran 19 Uji Hipotesis 176

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian 179

Lampiran 21 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 182 Lampiran 22 Daftar Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 183 Lampiran 23 Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi F 184 Lampiran 24 Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi t 186

Lampiran 25 Validasi Soal 187

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika

sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah

terutama untuk hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan hasil

survey keyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertingal bila

dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan data peringkat pendidikan dunia

yang dikeluarkan oleh Global School Rangkings 2015, pendidikan Indonesia

berada di peringkat ke-69 dari 76 negara. Hal ini di karenakan sistem pendidikan

di Indonesia masih bersifat teacher center artinya pendidikan yang masih

berorientasi pada guru dan bukan kepada siswanya.

Fisika sebagai ilmu bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran

yang berhubungan dengan alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan

penyelidikan berupa pecobaan terhadap pengetahuan tersebut. Proses

pengembangan suatu bidang ilmu fisika diperlukan sarana dan prasarana yang

mendukung seperti laboratorium dengan peralatan dan alat-bahan percobaan yang

lengkap, perpustakaan yang cukup mengembangkan dasar berpikir siswa, dan

penunjang pembelajaran lainnya disekolah.

Proses pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) cenderung

memposisikan ilmu fisika sebagai informasi yang harus disampaikan dan

dihafalkan siswa. Guru merupakan pusat informasi yang bertugas

menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika kepada para siswanya.

Oleh karena itu proses pembelajaran yang seharusnya lebih menekankan pada

pentingnya belajar bermakna (meaningfull) dan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran tidak tercapai. Kebanyakan pelajaran fisika yang disampaikan guru

berupa rumus-rumus seringkali hanya dihafal siswa tanpa mengetahui makna dan

tujuan rumus-rumus fisika tersebut, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa

(13)

2

Hasil pengalaman mengajar saat peneliti melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) tahun 2015 di SMA Negeri 4 Kisaran

Kabupaten Asahan, peneliti menemukan banyak siswa yang masih kurang aktif

selama proses pembelajaran, mereka tidak menyukai pelajaran fisika bahkan tidak

tertarik untuk belajar fisika, karena menurut mereka fisika itu pelajaran yang

serius dan sulit untuk di pahami, membutuhkan pemahaman konsep, penyelesaian

soal-soal dengan angka-angka yang cukup rumit. Maka siswa selalu beranggapan

bahwa hanya siswa yang pintarlah yang mampu mengerjakan soal fisika. Selain

itu, dalam proses belajar mengajar guru lebih dominan hanya menjelaskan materi

kemudian langsung memberikan contoh soal dan di tutup dengan memberikan

latihan atau tugas yang di kerjakan dirumah, tidak ada variasi dalam proses

mengajar yang membuat siswa jenuh dan bosan. Keterbatasan waktu juga

menjadi kendala dalam melakukan pratikum, sehingga siswa jarang sekali

melakukan pratikum oleh karena itu siswa kurang mampu memahami,

menerapkan dan menganalisis konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 23

Desember 2015 dengan cara menyebarkan menggunakan instrumen angket

kepada 38 orang siswa di SMA Negeri 4 Kisaran Kelas XI Semester I diperoleh

data sebagai berikut: 42% (16 siswa) menganggap bahwa pelajaran fisika biasa

saja, 50% (19 siswa) menyatakan suka dengan pelajaran fisika, 5,3% (2 siswa)

menyatakan tidak suka pelajaran fisika, dan 2,6% (1 siswa) menganggap tidak

suka sekali pelajaran fisika. Berdasarkan angket juga diperoleh 39,5% (15 siswa)

memilih mengerjakan soal dan diskusi kelompok, 39,5% (15 siswa) memilih

praktikum dan demostrasi, 13% (5 siswa) memilih belajar dan bermain, dan 8% (3

siswa) memilih hanya mendengarkan penjelasan dari guru. 68% (26 siswa)

menyatakan guru hanya mencatat dan mengerjakan soal dikelas, 24% (9

siswa)menyatakan guru hanya berdiskusi dan tanya jawab saat dikelas, 7,9% (3

siswa) menyatakan guru berceramah saat pembelajaran dikelas. Siswa juga jarang

menggunakan laboratorium hal ini terbukti dari data yakni 68% (26 siswa)

menyatakan tidak pernah menggunakan laboratorium saat pembelaran, 24% (9

(14)

3

sisiwa) menyatakan sering menggunakan laboratoium, dan 2,6% (1 siswa)

menyatakan kadang-kadang mengunakan laboratorium.

Hasil analisis terhadap angket siswa pengajaran fisika disajikan dengan

menonjolkan persaman-persamaan matematik dalam bentuk yang kurang menarik

dan terkesan sulit bagi siswa, sehingga siswa akan merasa jenuh saat

mempelajarinya. Selain faktor yang berhubungan dengan rendahnya hasil belajar

fisika yang diperoleh siswa, ternyata didapatkan infomasi mengenai rendahnya

kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika dikelas. Hal ini

disebabkan karna guru kurang mampu mengelola kelas dan menciptakan proses

pembelajaran yang kondusif. Kurangnya rasa ingin tahu, minat dan perhatian

siswa dalam belajar khususnya fisika serta tidak percaya diri, mudah putus asa

dalam belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari hanya beberapa orang siswa yang

mengikuti les tambahan pelajaran di luar kegiatan sekolah, hal tersebut mungkin

dikarenakan keterbatasan biaya mengingat siswa berasal dari keluarga yang

bermacam–macam, sedangkan yang lainnya lebih memilih mengembangkan bakat

dalam bidang seni seperti paduan suara atau melakukan latihan dalam bidang

olahraga seperti karate, basket, futsal dan sebagian lainnya tidak memiliki

kegiatan lain di luar sekolah.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru fisika di SMA Negeri 4

Kisaran, Ibu Kurnia Sari, S.Pd. mengemukakan bahwa hasil belajar fisika masih

kurang memuaskan, hanya 50% siswa yang berhasil mendapatkan nilai di atas

KKM. Terbukti dari nilai Ulangan Harian para siswa yang diperoleh dengan nilai

rata-rata hanya mencapai 68. Ibu Kurnia Sari, S.Pd. juga mengatakan bahwa bila

siswa diajarkan secara teori, maka minat siswa terhadap pelajaran fisika masih

kurang. Ditandai dengan adanya sebagian siswa bersemangat dan sebagian

lainnya kurang bersemangat. Adanya keterbatasan penyediaan alat-alat

laboratorium di sekolah membuat guru sulit untuk menciptakan pembelajaran

yang menarik dan menyenangkan. Model pembelajaran yang paling sering

digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Menurut guru karena kurangnya

minat dan perhatian siswa serta kurangnya penyediaan media pendukung

(15)

4

guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dilakukan dengan

demonstrasi di kelas dengan menggunakan media sederhana pada materi–materi

tertentu, mengaitkan dengan kehidupan sehari–hari, berdiskusi serta

memanfaatkan teknologi internet untuk mencari bahan atau menyelesaikan

permasalahan dalam diskusi namun hal tersebut tetap kurang menarik minat dan

perhatian siswa. Siswa masih cenderung pasif di kelas hal tersebut dapat diketahui

dari kurangnya keingintahuan siswa untuk bertanya mengenai hal yang tidak

dimengerti kepada guru, siswa lebih suka bertanya pada teman. Alasannya karna

takut dimarahi guru dan lebih memilih teman yang juga belum tentu paham serta

siswa jarang mengemukakan pendapat.

Selain fisika termasuk pelajaran yang sulit dan membosankan peneliti juga

menemukan bahwa guru kurang menggunakan model-model pembelajaran dalam

proses pembelajaran serta metode pembelajaran yang digunakan guru kurang

bervariasi pada saat proses belajar-mengajar. Padahal kita ketahui bahwa

penggunaan metode yang bervariasi sangatlah diperlukan dalam meningkatkan

hasil proses pembelajaran. Penggunaan model dan metode dikelas yang bervariasi

merupakan salah satu cara untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Setelah peneliti melakukan observasi di Sekolah SMA Negeri 4 Kisaran,

kenyataan yang dijumpai peneliti dilapangan siswa hanya dijadikan objek oleh

guru sebagai orang yang hanya disuruh untuk mengerjakan segala aktifitas

didalam pembelajaran dikelas, siswa hanya mencatat, mengerjakan soal dan

bertanya apabila ada perintah dari guru. Hal inilah yang menyebabkan

kemampuan berpikir kritis siswa tidak ada peningkatan, seharusnya siswa didalam

pembelajaran dikelas dijadikan subjek oleh guru yakni sebagai pelaku yang

bekerja sama dengan guru untuk menghidupkan proses pembelajaran didalam

kelas, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, mengutarakan pendapat pada

suatu masalah dan dapat mengerjakan soal tanpa adanya perintah dari guru mata

pelajaran sehingga kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dan rasa

(16)

5

Berdasarkan permasalahan diatas, maka untuk mengatasinya diperlukan

suatu model dan metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk mau

mempelajari fisika dan membuat siswa paham mengenai konsep fisika. Model dan

metode tersebut juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi

pelajaran yang diajarkan.

Proses belajar juga dapat terjadi atau menjadi bertambah kuat apabila

didorong oleh lingkungan siswa. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan

beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar dan hasil

belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah : 1) Guru sebagai pembina siswa,

2) Prasarana dan sarana pembelajaran seperti ; Gedung sekolah, ruang belajar,

buku pelajaran, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, 3) Lingkungan sosial siswa

di sekolah, dan 4) Kurikulum Sekolah (Dimyati. 2009: 247-253).

Salah satu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi agar siswa

dapat memahami konsep fisika dengan metode eksperimen. Dalam metode

eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan

sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan

dan menarik sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. (Sagala,

2012: 220)

Model pembelajaran yang juga dapat mengatasi permasalahan diatas

adalah model pembelajaran inquiry training. Inquiry training merupakan suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri. Pembelajaran inquiry training dirancang untuk mengajak siswa secara

langsung ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam

Joice dan Weil menunjukkan bahwa latihan inquiry training dapat meningkatkan

pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif , dan siswa menjadi terampil

dalam memperoleh dan menganalisis informasi (Trianto, 2011: 166 – 167).

Dalam inquiry training, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan

(scientist), melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental

(17)

6

berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan

pengumpulan data yang berkaitan dengan kelompok hipotesis. (Hamalik, 2010:

219 – 220).

Penjelasan diatas menerangkan bahwa model pembelajaran inquiry

training yang menerapkan metode eksperimen dapat membuat siswa dapat

berpikir kreatif dan logis. Fisher (2009: 10) mengatakan bahwa berpikir kritis

adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan

komunikasi, informasi dan argumentasi. Sehingga berpikir kritis sejalan dengan

model pembelajaran inquiry training dan metode eksperimen yang dapat

meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep – konsep fisika dan aktivitas

belajar siswa.

Penelitian mengenai model pembelajaran inquiry training sudah pernah

diteliti oleh peneliti sebelumnya. Peneliti sebelumnya Umami (2013)

memperoleh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan SETS

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan Fluida

Statis mendapat respon yang positif dari siswa pada pokok bahasan Fluida Statis

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis siswa Kelas XI SMA Negeri 1

Gedangan.

Simamora (2014) menggunakan inquiry training pada Materi Pokok

Fluida Statis di SMA Panca Budi Medan semester II di kelas X T.P. 2013/2014

diperoleh hasil rata-rata postes kelas P sebagai kelas eksperimen memperoleh nilai

rata-rata 76,7 dengan standar deviasi 10,9 dan variansnya 118,3. Sedangkan nilai

rata-rata postes kelas Q sebagai kelas kontrol 64,14 dengan standar deviasi 14,2

dan variansnya 201,9. Hasil uji normalitas untuk kedua sampel diperoleh bahwa

nilai pretes berdistribusi normal dimana Lhitung tidak melebihi Llabel dan berasal

dari populasi yang homogen. Hasil uji hipotesis untuk postes menggunakan uji t

satu pihak pada taraf signifikan = 0,05 diperoleh thitung > ttabel (3,357>1,676) yang

berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran inquiry training

terhadap hasil belajar siswa dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

(18)

7

Kemampuan berpikir kritis dengan model pembelajaran inquiry training

juga sudah pernah diterapkan sebelumnya oleh Riyadi (2008) diperoleh hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa setelah proses belajar mengajar berlangsung,

kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan kegiatan laboratorium

inquiry traning memiliki kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran dengan kegiaan laboratorium verifikasi. Hasil perhitungan statistik

diperoleh peningkatan penguasaan konsep pada kelas kontrol dengan N-gain

sebesar 0,14 dan pada kelas eksperimen 0,36.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tempat

penelitian, sampel penelitian, materi penelitian, waktu pelaksanaan penelitian,

kombinasi model pembelajaran inquiry training dengan metode eksperimen dan

berpikir kritis siswa. Dimana pada penelitian ini menggunakan materi Fluida

Statis di SMA Negeri 4 Kisaran.

Dari uraian permasalahan diatas, penulis berkeinginan melakukan

penelitian untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat

ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dan

bagaimana kaitannya dengan eksperimen didalam pembelajaran. Untuk dapat

mengetahui hal tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok fluida statis di kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P 2015/2016”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan

masalah yang ada di sekolah tersebut yaitu :

1. Hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika masih rendah

2. Pembelajaran yang digunakan cenderung masih berpusat pada guru (Teacher

Centered)

(19)

8

4. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang jarang digunakan guru

dikelas

5. Penggunaan fasilitas sekolah seperti laboratorium yang kurang maksimal

dalam menunjang proses pembelajaran

1.3 Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu

dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry

Training untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Konvensional untuk

kelas kontrol

2. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI semester genap T.P 2015/2016 di

SMA Negeri 4 Kisaran

3. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi kelas XI semester II

yaitu materi pokok Fluida Statis

4. Hasil belajar yang akan diteliti yaitu kemampuan berpikir kritis siswa

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan

penerapan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok fluida

statis di kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016?

2. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan

penerapan model pembelajaran Konvensional pada materi pokok fluida statis

di kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016?

3. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran Inquiry Training terhadap

tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok fluida statis di

(20)

9

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini dilihat dari rumusan

masalah, adalah :

1. Mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan

penerapan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok fluida

statis di kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016

2. Mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan

penerapan model pembelajaran Konvensional pada materi pokok fluida statis

di kelas XI SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016

3. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Inquiry Training

terhadap tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok fluida

statis di kelas XI di SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini

adalah:

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar fisika menggunakan model pembelajaran

inquiry training pada materi fluida statis kelas XI semester II di SMA Negeri 4

Kisaran T.P. 2015/2016

2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran

1.7 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi yang diberikan kepada

suatu variabel dengan cara memberikan arti atau memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel. Dalam penelitian ini, digunakan

istilah-istilah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran inquiry training adalah rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2011:

(21)

10

2. Model pembelajaran konvensional (klasikal) adalah suatu model pengajaran

yang mencerminkan kemampuan utama guru (Sagala, 2012: 185).

3. Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif

terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher, 2009:

10).

4. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental

(Sardiman, 2011-100).

5. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian – pengertian,

(22)

83 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Kemampuan berfikir kritis siswa yang diajarkan dengan model Pembelajaran

Inquiry Training pada materi pokok Fluida Statis Kelas XI Semester II SMA

Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016 diperoleh nilai pretes dengan tingkat kategori “cukup” dan nilai postes dengan tingkat kategori “sangat baik”.

2. Kemampuan berfikir kritis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

Konvensional pada materi pokok Fluida Statis Kelas XI Semester II SMA

Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016 diperoleh nilai pretes dengan tingkat kategori “cukup” dan nilai postesdengan tingkat kategori “baik”.

3. Berdasarkan hasil perhitungan uji anava 1 jalur, kemampuan berfikir kritis

siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari kemampuan berfikir kritis siswa

kelas kontrol, berarti ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training

terhadap kemampuan berfikir kritis siswa kelas XI semester II pada materi

pokok fluida statis di SMA Negeri 4 Kisaran T.P. 2015/2016.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak

lanjut dari penelitian ini disarankan bagi peneliti selanjutnya beberapa hal sebagai

berikut :

1. Jika ingin meneliti dengan model pembelajaran yang sama dan juga

menggunakan kemampuan berpikir kritis, ada baiknya bagi peneliti selanjutnya

menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi sebelum memulai

pembelajaran dan bereksperimen.

2. Peneliti selanjutnya hendaknya pandai mengatur posisi duduk siswa dengan

tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif dan lancar.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan simulasi cara penggunaan alat

(23)

84

menguasai semua dan mengatur waktu untuk melaksanakan sintaks tersebut

(24)

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2007), Prosedur Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Arisa, Yeni., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Fluida Statis, Jurnal Inpafi Vol. 2, No. 4 hal: 54 - 60

Dimayati dan Mudjiono., (2013), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Fisher, A., (2009), Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Erlangga, Jakarta

Giancoli, D.C., (2001), Fisika Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Handayani, S., (2009), Fisika 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Harahap, A.R., dan Sinuraya, J., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Di Kelas X SMA Swasta Al Ulum Medan T.P. 2013/2014, Jurnal Inpafi, Vol. 2, No. 3 hal: 1 10

Hassaubah, Z.I., (2004), Developing Creative and Critical Thingking Skils Cara Berpikir Kreatif dan Kritis, Nuansa, Bandung

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E., (2011), Models Of Teaching: (terjemahan) Model-Model Pengajaran Fisika edisi Kedelapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Juliani, R., dan Ginting, M.F., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 8 Medan T.P 2012/2013, Jurnal Inpafi Vol. 2 No. 1 hal: 122 – 131

Nurachmandani, S., (2009), Fisika 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Palupi, D.S., (2009), Fisika : untuk SMA dan MA Kelas XI, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Pujianto, (2013), Fisika Untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika Dam Ilmu Alam, Yudhistira, Jakarta

(25)

86

Riyadi, U., (2008), Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Kegiatan Laboraturium Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pokok Bahasan Fluida Statis, Tesis, Semarang

Sagala, S., (2012), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung

Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran, Kencana, Bandung

Sardiman, A.M., (2011), Intraksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press, Jakarta

Slameto, (2010), Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta Jakarta

Slavin, R.E., (2006), Educational Psycologi: Theory And Practice Eight Edition, Johns HopkinsUniversity, United States of America

Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung

Suprijono, A., (2010), Kumpulan Model Pembelajaran: Teori Dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT Rhineka Cipta, Jakarta

Syah, M., (2010), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan, Kencana, Jakarta

(26)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Afrina Sari Br Rambe dilahirkan di Pulo

Jantan, Labuhan Batu Utara pada tanggal 18 April 1994. Ayah bernama Saiful

Wahid Rambe dan Ibu bernama Rosmaniar Siregar. Penulis merupakan anak

pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Swasta 047

Kebun Balam Kab. Rokan Hilir, Riau dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun

2006, penulis melanjutkan ke SMP Swasta Tunas Bangsa Kebun Sei. Dua Kab.

Rokan Hilir, Riau dan lulus tahun 2009. Pada 2009, penulis melanjutkan sekolah

ke SMA Swasta Muhammadiyah 1 Pekanbaru, Riau dan lulus pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, penulis di terima di program studi pendidikan Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan dan lulus

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kandungan formaldehid pada piring melamine yang diperjualbelikan di masyarakat.Piring melamine merupakan peralatan

Tesis yang berjudul : “ PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG

Stres adalah merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan, atau tuntunan sesuai dengan harapan dari hasil yang ingin dia capai

kuantitas kalori pangan sekali konsumsi, dapat memperbaiki respons glikemik dan/atau menurunkan kadar glukosa darah pada siang atau sore hari dan menurunkan nafsu makan

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

Format basisdata yang digunakan dalam Sistem lnforrnasi DAS Citanduy adalah sistem basisdata relasional yaitu sistem basisdata yang didaiamnya terdiri dari kumpulan tabel

Selain sebagai langkah pengurangan penggunaan plastik, pelaku bisnis laundry dapat menggunakan tas Lacaca ini sebagai media promosi untuk menarik pelanggan

[r]