• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN

Oleh: Syafari

Penelitian ini dilaksanakan karena rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA yang hasilnya dibawah KKM yaitu 65, dengan nilai rata-rata 60,00. Siswa belum tuntas mencapai 52% dan siswa tuntas hanya 48% dari 29 siswa kelas IV SDN 2

Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model pembelajaran kooperatif yang bertujuan: (1)

meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif, (2) menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dengan subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam empat langkah kegiatan, meliputi kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Selanjutnya pada siklus ke dua jenis kegiatan yang dilaksanakan bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah perangkat tes, lembar observasi dan catatan lapangan yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru serta hasil prestasi belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa mencapai 47,6% (cukup) mengalami peningkatan aktivitas pada siklus II menjadi 70,4% (baik) dan pada siklus III mencapai 80,8% (sangat baik). Begitu pula dengan kinerja guru. Pada siklus I aktivitas guru mencapai 50% (cukup) pada siklus II mencapai 72,22% (baik) dan pada siklus III mencapai 80,6% (sangat baik). Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada siklus I prosentase ketuntasan mencapai 48,27%, siklus II mencapai 65,51% dan pada siklus III prosentase ketuntasan mencapai 89,66%.

(2)

siklus ke siklus, (2) prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif menunjukkan kemajuan yang signifikan, secara keseluruhan siswa yang telah mencapai skor ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sebanyak 25 orang atau sekitar 86,21%. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan

melandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam meningkatkan kamampuan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru sebagai langkah persiapan untuk dapat hidup dan berkembang dalam masyarakat secaramandiri kelak dikemudian hari.

Proses pembelajaran di kelas diharapkan dapat mendorong siswa sebagai pembelajar untuk dapat berpartisipasi aktif melalui kegiatan yang menyenangkan dengan bantuan strategi, model dan media belajar yang bersifat kelompk sehingga siswa mampu meng konstrusi sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi,fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu,relevan dengan kebutuhan masarakat,dan berdaya saing dalam kehidupan global. Sehubungan hal sebagaimana tersebut diatas perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan. Pendidikan merupakan bentuk upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan, Pemerintah mengupayakan sistem standarisasi profesi tenaga kependidikan secara implisit terkait didalamnya standar kompetensi guru pada setiap satuan pendidikan termasuk sekolah dasar.

(4)

Dalam pembelajaran IPA perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang abstrak menuju konkret. Namun demikian pembelajaran IPA mengingat kemampuan berpikir siswa sekolah dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman yang matang melalui obyek kongkrit. (Karnadi, 2003:5).

Pada sekolah dasar, perlu adanya kerja keras guru sebagai agen pembelajaran dalam membimbing dan membungun kemampuan siswa dalam belajar. Hal ini karena pada tingkat sekolah dasar sebagai tahapan perkembangan psikologis anak secara umum masih ketergantungan tehadap manusia dewasa. Nilai siswa sekolah dasar khususnya mata pelajaran IPA kebanyakan siswa belum menguasai sehingga akan mengalami kesulitan khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh yang berakibat kompleks, siswa tidak mengikuti belajar IPA dengan baik, aktivitas siswa rendah, siswa pasif dan bosan belajar, nilainya rendah dibawah KKM yaitu 65, penyebab permasalahan tersebut: guru kurang inovitif dan kreatif, guru menggunakan metode ceramah saja, guru belum kreatif memilih metode, guru belum menggunakan metode yang tepat, guru belum memberi kasempatan pada siswa untuk bertanya jawab pada teman sebaya.

(5)

ingatan siswa, sehingga diharapkan kegiatan pembelajaran bersifat kelompok tidak membosankan.

Teknik pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan antara lain: (1) mengatasi kejenuhan siswa dalam menghafal, menambah kreativitas belajar, (2) mendorong berkambangnya daya analisis siswa dalam mengkontruksi sebuah konsep atau nama berdasarkan pengalamannya, (3) model kooperatif sangat cocok diterapkan pada usia dini karena menuntut pelibatan aktivitas siswa begerak emosional.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan dapat diidentifikasi sebagai:

1. Siswa tidak mengikuti belajar IPA dengan baik. 2. Aktivitas siswa masih rendah.

3. Siswa pasif dan bosan belajar.

4. Nilainya rendah di bawah KKM yaitu nilai 65.

1.3. Perumusan Masalah

Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran.

2. Menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: Bagi Siswa:

a) Memperbaiki atau meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran.

b) Meningkatkan motifasi belajar agar dapat melaksanakan pembelajaran Aktif, Inofatif, Afektif dan Menyenangkan.

Bagi Guru:

a) Memperbaiki atau menemukan tindakan menggunakan model kooperatif yang tepat dalam pembelajaran IPA.

Bagi Sekolah:

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Dimiati,

2006:16).

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun

jenisnya karena itu sudah tentu, tidak setiap perubahan dalam diri seseorang

merupakan perubahan dalam arti belajar. perubahan yang terjadi dalam

aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan

dalam pengertian belajar. (Slameto, 2009:2)

Pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pengertian ini

secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode. Untuk pengembangan metode didasarkan pada kondisi

pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan

pembelajaran. (Hamzah, 2010:2)

2.2.Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola

secara sengaja untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu,

(8)

tertentu juga. Sedangkan menurut konsep pembelajaran merupakan sistem

lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta

didik dan guru sebagai pendidik dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan

sehingga terjadi pembelajaran.

Jadi dalam pembelajaran kegiatan semua guru diarahkan untuk

membantu siswa mempelajari suatu materi tertentu baik berupa pelajaran,

keterampilan, sikap kerohanian dan sebagainya. Untuk membantu siswa secara

baik, guru harus benar-benar merencanakan pelajaran dengan matang dan untuk

ini guru perlu mengetahui latar belakang serta kemampuan dasar siswa. Latar

belakang siswa yang dimaksud disini bukan sekedar latar belakang ekonomi,

lingkungan asal sekolah/ prasekolah, orang tua dan sebagainya, berbagai juga

keberadaan siswa di kelas. Corey (dalam Ruminiati, 2007:14)

2.3.Pengertian Kreativitas

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan

sudut pandang masing-masing. Perbedaan sudut pandang ini menghasilkan

berbagai difinisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Kreativitas

merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, meskipun tidak

baru sama sekali. Kreativitas berupakan gabungan dari gagasan atau prodok lama

ke dalam bentuk baru. Dengan demikian, yang lama menjadi dasar untuk

(9)

2.4.Belajar Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (Joyful Instruction) merupakan suatu proses

pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan

siswa tanpa ada perasaan terpaksa atau dengan kata lain, pembelajaran

menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa

dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa,

bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari

siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana demokratis dan tidak ada beban,

baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Mulyasa (dalam

Agus Suyatna, 2011:17)

2.5.Hasil Belajar

Hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) Peserta

didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas

perilaku yang dimilikinya; (2) Mereka mendapatkan bahwa prilaku yang

diinginkan itu sudah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi

kesenjangan antara penampilan prilaku yang sekarang dengan prilaku yang

diinginkan memahami penjelasan tersebut di atas, hasil belajar merupakan ukuran

keberhasilan dari sebuah pembelajaran yang memberikan pandangan bagi siswa

mengenai perubahan kemampuan darinya terhadap prilaku yang diinginkan. Salah

satu kemampuan yang mengalami perubahan yaitu kemampuan kognitif siswa

yang meliputi kemampuan siswa dalam mengunakan konsep untuk menyelesaikan

(10)

2.6.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

dikembangkan oleh Liman (1985). Menurut Lyman (Arends, 1997:122) terdapat

tiga tahap dalam tipe TPS.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif (TPS):

(1) Guru mengetengahkan suatu permasalahan secara garis besar dan siswa akan

menjawab dengan jawaban yang beragam.

(2) Guru memberikan waktu berpikir untuk memikirkan mengenai pertanyaan.

(3) Kemudian siswa berdiskusi dengan pasanganya, berbagi pendapat,

mengklarifikasi dan membandingkan kedua pendapatnya untuk memilih yang

terbaik.

(4) Tiap pasangan kemudian berbagi gagasan dengan pasangan lain atau dengan

seluruh kelas.

Tipe TPS memberikan peluang pada siswa untuk dapat mendiskusikan

ide-ide yang mereka miliki dalam rangka menyelesaikan masalah yang disajikan

guru dengan teman dalam satu kelompok serta berbagi informasi dengan

teman-teman dalam satu kelas. Hal ini sesuai dengan tujuan tipe TPS menurut Lyman

(dalam Jones, 2002) yaitu memproses informasi, komunikasi dan

mengembangkan cara berfikir. Dengan demikian berarti siswa diberikan waktu

untuk berfikir dan merespons serta saling membantu satu sama lain. Lyman

(11)

a) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Model TPS

(1)Meningkatkan kemandirian siswa.

(2)Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena

merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.

(3)Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat.

(4)Melatih kecepatan berpikir siswa.

b) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Model TPS

(1)Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir

sistematik.

(2)Lebih sedikit ide yang masuk.

(3)Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang

bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses

pembelajaran juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa.

Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat

berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi

informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih mempertahankan

pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.

Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota

(12)

Pendekatan pembelajaran dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk

bekerjasama menyelasaikan tugas-tugas belajar dengan teman-teman sebaya, yang

membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang ide-ide yang terdapat dapat

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajar kepada siswa

keterampilan kerjasama kolaborasi. Pembelajaran kooperatif merupakan salah

satu strategi pembelajaran dengan meggunakan sistem pengelompokan atau tim

kecil, yaitu empat sampai enam orang perkelompok .

2.7.Sumber Belajar

Pengertian yang sederhana, (hingga dewasa ini dunia pengajaran praktis

masih berpandangan) sumber belajar (learning resources) adalah guru dan

bahan-bahan pelajaran/ bahan-bahan pengajaran baik buku bacaan atau semacamnya dalam

desain pengajaran yang bisa disusun, guru terdapat salah satu kompetensi

pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar/ pengajaran yang umumnya

diisi buku-buku rujukan. Sumber belajar sesungguhnya tidak sempit.

Bahwa segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/

aktivitas baik secara langsung maupun tak langsung, diluar dari diri peserta didik

(lingkungan) yang melengkapi diri mereka disebut sumber belajar. (Rohani,

2009:161)

Macam-macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan

yang menginginkan/ memudahkan terjadinya proses belajar disebut berubah dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil

menjadi terampil, dan menjadi individu dapat membedakan mana yang baik dan

(13)

kata lain sesungguhnya ada bahan yang jelas mengenai sumber belajar sebab

segala apa yang bisa mendatangkan manfaat mendukung dan menunjang individu

untuk berubah kearah yang lebih positif, dinamis (belajar) atau menuju

perkembangan dapat disebut sumber belajar. Bahkan proses/ aktivitas itu sendiri

dapat disebut sebagai sumber belajar. (Sardiman, 2008:233).

2.8.Pengukuran dan Penilaian

Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi

obsservasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu

standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes, pengukuran pendidikan

bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka

sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan

kualitatif, misalnya: sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai

deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Guilford (dalam Edy Purnomo,

2011:6)

2.9.Kerangka Pikir

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitanya dengan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Model pembelajaran yang

digunakan tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model pembelajaran sebagai salah

satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran

penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan

(14)

terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Selama ini guru

belum memanfaatkan model pembelajaran yang ada sehingga berpengaruh pada

hasil belajar siswa untuk mengetahui bagaimanakah model pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2

Bumiratu maka dilakukan penelitian terhadap kelas tersebut dengan diterapkan

model pembelajaran kooperatif.

2.10. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dilakukan tindakan ini adalah:

1. “Jika pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu diterapkan model

pembelajaran kooperatif dengan langkah yang tepat maka dapat meningkatkan

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksakan di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Penelilitian dilakukan pada semester II dari April s/d Mei tahun pelajaran 2011/2012.

3.3.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.4.Prosedur Penelitian

(16)

Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diuraikan sebagai

Bagan siklus tindakan dalam penelitian

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

DST

Cerr dan Kemmis, (dalam Suyono, 2011:16)

(17)

1) Perencanaan

Pemilihan matari /pokok bahasan yang akan disampaikan a) Pemetaan

b) Membuat silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

d) Merencanakan pembelejaran kooperatif

e) Menetukan indikator yang akan dijadikan acuan keberhasilan f) Mepersiapkan media pembelajaran

g) Membuat lembar evaluasi/ tes h) Membuat lembar observasi

2) Pelaksanaan / Tindakan

Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah: a. Kegiatan awal

Apersepsi

Guru memotivasi siswa dengan memberi tanya jawab tentang mata pelajaran sebelumnya.

b. Kegiatan inti

1. Guru meminta siswa dibagi menjadi lima kelompok.

2. Guru membimbing siswa untuk melakukan kerja kelompok,sambil mengawasi,mempresentasi siswa terbaik.

3. Siswa berdiskusi tentang materi pembelajaran.

4. Siswa diminta maju untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil kinerja kelompoknya.

(18)

6. Siswa melakukan tanya jawab dengan teman sebaya. c. Kegiatan akhir

1. Pemberian tugas (mengerjakan latihan).

3) Observasi

a) Mengamati dan mencatat tindakan pembelajaran.

b) Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, interaksi belajar dan lain-lain. c) Mencatat hasil belajar siswa.

d) Mencatat kondisi kelas yang terkait dengan pembelajaran yang diteliti. e) Mencatat data pendukung lain yang ada hubungannya dengan teliti.

4) Refleksi

a) Refleksi dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari hasil kegiatan dan akhirnya komentar dari observer tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-masing atau topik yang berbeda.

b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan analisis hasil tindakan. c) Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

(19)

mengenai Gaya. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran (siklus). Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) dan juga isian.

2. Non Tes

Penggumpulan data dengan teknik non tes menggunakan lembar observasi. Dalam hal ini yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan juga lembar observasi aktivitas guru. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

3.6.Analisis Data

Untuk pengambilan data aktivitas digunakan lembar observasi berisi 5 aktivitas yaitu, keaktifan dalam pembelajaran kelompok, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan dari temen, menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan sebagainya. Sedangkan untuk data persentasi siswa ditentukan dari nilai tes pada setiap siklus. Adapun perhitungan data menggunakan rumus yang dijelaskam dalam Sudjana (2001) sebagai berikut: a. Aktivitas Belajar Siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Aktivitas Siswa (%) = Jumlah Siswa dengan Aktivitas x 100 % Jumlah Siswa yang Diamati

Keterangan :

(20)

b. Aktivitas Guru

Untuk menghitung aktivitas guru digunakan rumus sebagai berikut:

Aktivitas Guru (%) = jumlah hasil pengamatan x 100%

Jumlah maksimum

c. Nilai Ketuntasan Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar (%) = Jumlah Siswa Yang Tuntas x 100

Jumlah Siswa

3.7.Indikator Keberhasilan

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan aktivitas guru yang ditandai dengan

peningkatan aktivitas guru dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(50,00%), siklus II (72,22%) dan siklus III (86,11%).

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan aktivitas siswa yang ditandai dengan

peningkatan aktivitas siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(47,6), siklus II (70,04%), siklus III (80,08%).

3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus,

yaitu siklus I (60,00%), siklus II (63,79%), siklus III (78,29%).

5.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka

peneliti dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan model

(22)

1. Diharapkan kepada siswa agar dapat menumbuhkan komunitas belajar

dalam bentuk kerja kelompok, untuk itu diperlukan keakraban,

toleransi dan keterbukaan sehingga menimbulkan hubungan baik

dengan teman maupun guru agar ilmu pengetahuan yang didapat lebih

banyak lagi.

2. Kemampuan guru dalam melaksanakan variasi mengajar merupakan

salah satu cara dalam mengatasi kejenuhan bagi siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif.

3. Guru sebaiknya dapat meningkatkan kinerja dan profesioanalisme

melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan seperti KKG,

workshop atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan

Referensi

Dokumen terkait

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa, serta KPS siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok gaya magnet dengan menggunakan metode eksperimen.

“Peningkatan Keaktifan dan Hasil belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Giving Question and Getting Answer Pada Pokok Bahasan Matriks (PTK Pembelajaran

JAKARTA (11/5) – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) secara resmi menutup Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2016 dalam

Kota Cirebon, Kota Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kota Tasikmalaya, Kota Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kota Cimahi, Kota Banjar, Kabupaten Indramayu, dan

Untuk mengetahui dan menganalisis sehat atau tidaknya kinerja keuangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perlakuan molase dan suhu penyimpanan terhadap viabilitas bakteri asam laktat serta menentukan perlakuan yang paling

Perbedaan antar varietas dalam kaitannya dengan kapasitas dan aktivitas source dan sink serta translokasi asimilat yang mempengaruhi produksi tanaman dan pengisian biji.. Aktivitas

Dari hasil penelitihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara manajemen kelas dengan tingkat prestasi belajar siswa pada mata