PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA TERHADAP
PERAWATAN DIRI DI DESA NARUMONDA V
KECAMATAN SIANTAR NARUMONDA
SKRIPSI
Oleh
TIKA KARLINA MARPAUNG 101101087
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA TERHADAP
PERAWATAN DIRI DI DESA NARUMONDA V
KECAMATAN SIANTAR NARUMONDA
SKRIPSI
Oleh
TIKA KARLINA MARPAUNG 101101087
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama :Tika Karlina Marpaung
Judul :Pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda v kecamatan siantar narumonda
Jurusan :S1 Keperawatan
Tahun :2014
Abstrak
Perawatan diri merupakan aktivitas yang dilakukan oleh diri sendiri guna untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan diri. Pada lansia terjadi proses penurunan atau perubahan dalam keefektifan sistem imun, sehingga mengakibatkan mudah terserang infeksi. Sehingga diperlukan perawatan diri dalam mempertahankan kesehatan, karena perawatan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan lansia. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda v kecamatan siantar narumonda. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampling adalah 60 orang. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dengan menggunakan skala guttman. Pengumpulan data dilakukan pada 3 pebruari sampai 17 maret 2010. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas lansia berusia 60-74 tahun 80% dan 100% responden memiliki suku bangsa batak dan agama 100% kristen protestan. Sebagian besar responden memiliki pekerjaaan sebagai petani 78,3%. Tingkat pengetahuan lansia terhadap perawatan diri mempunyai kategori baik 81,7% sebanyak 49 responden. Dan perilaku sebagian besar pada kategori cukup 58,3% atau sebanyak 35 responden.Tingkat pengetahuan baik didapatkan dari usia responden yang mencapi kedewasaaan, dan dipengaruhi oleh pendidikan informal. Perilaku dipengaruhi oleh status perekonomian khususnya pekerjaan, penurunan kondisi fisik dan kurangnya motivasi.
Name :Tika Karlina Marpaung
Title :Knowledge andattitudes of elderly toward personal
hygiene in district v narumonda village siantar narumonda
Departement :Faculty of nursing
Academic year :2014
Abstrack
A self care activities undertaken by yourself to preserve and maintain personal hygiene. Elderly experience some changes in the effectiveness of the immune system, thus they are prone to infection. It is necessary in maintaining health care as personal hygiene is the first step of elderly health. A clean body minimizes the risk of the possibility of contracting a disease, especially diseases associated with poor personal hygiene. This study aims to find out the Knowledge andattitudes of elderly toward personal hygiene in district v narumonda village siantar narumonda. This type of research used in this study is descriptive. Sampling technique is 60 people. Data were collected by using a questionnaire using a guttman scale. Data collection was conducted on february 3 until march 17,2014. The result showed the majority of elderly people aged 60 to 74 years is 80%, 100%of respondens are bataknese and 100% are protestant. There are 78,3% respondents work as farmers. The level of knowledge of the elderly about personal hygiene is 81,7% or 49 respondents. In suficient category, behavior towards personal hygiene is 58,3% or 35 respondents. Good level knowledge are obtained from respondents who reach the age of maturity and are influenced by informal education. It can be concluded that elderly views to a personal hygiene is influenced by status of the economy especially job, physical deterioration, and lack of motivation.
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih karunianNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Pengetahuan dan Perilaku Lansia terhadap Perawatan Diri di Desa
Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda”.
Dalam menyusun skripsi ini peneliti telah banyak mendapat bantuan dan
dukungan yang berharga dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr.Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara
2. Ibu Erniyati,S.Kp.,MNS selaku Dosen Dembantu Dekan I
3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp,MNS. Selaku Dosen Pembimbing saya,
4. Ibu Evi Karota,S.Kp.,MNS. Bukit selaku Dosen Penguji I
5. Bapak Mula Tarigan,S.Kep.,M.Kes selaku Dosen Penguji II
6. Kedua Orang Tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik materi
maupun spritual, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga peneliti yang turut serta dalam mendukung peneliti dalam menyusun
skripsi ini terkhusus untuk Abang Paulus Marpaung, kakak Reni Marpaung,
8. Kepada teman satu Bimbingan Astika, Mekar dan Yusri yang selalu saling
mendukung dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Kepada teman satu KTB Senova, Fajar dan PKK penulis kak Adventina
10. Kepada sahabat setia saya Nora Rosetia Purba.
11. Teman-teman Fakultas Keperawatan Stambuk 2010 yang sama-sama saling
mendukung dan berbagi suka duka.
Dengan rendah hati, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Medan, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul ... i
Halaman pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
1.3Pertanyaan penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1Pengetahuan ... 5
2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 5
2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 5
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi tingkat pengetahuan ... 7
2.2Lansia ... 10
2.2.1 Pengertian lansia ... 10
2.2.2 Batasan lansia ... 11
2.2.3 Proses menua ... 12
2.2.4 Teori-Teori penuaan ... 12
2.3Perawatan diri... 14
2.3.1 Pengertian Perawatan diri ... 14
2.3.2 Teori Self care ... 15
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi pemenuhan perawtan diri .. 16
2.3.4 Jenis-jenis Perawatan diri ... 17
2.3.5 Jenis perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaannya 21 2.3.6 Tujuan perawatan diri ... 23
BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 24
3.1 Kerangka konsep ... 24
3.2 Defenisi Konseptual ... 24
3.3 Defenisi Operasional ... 25
4.1 Desain penelitian ... 27
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik Responden ... 33-35 5.1.2 Pengetahuan lansia tentang perawatan diri didesa narumonda V kecamatan siantar narumonda ... 36-38 5.1.3 Perilaku lansia tentang perawatan diri didesa narumonda V kecamatan siantar narumonda ... 38-39 5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan ... 39-41 5.2.2 Perilaku ... 41-44 5.2.3 Keterbatasan penelitian ... 44-45 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 46 6.2 Rekomendasi ... 46-47
DAFTAR PUSTAKA ... 47-49
LAMPIRAN
1. Surat persetujuan setelah penjelasan (PSP) 2. Instrument penelitian
3. Jadwal tentatif penelitian 4. Biaya Penelitian
5. Daftar riwayat hidup 6. Uji realib
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi dan frekwensi persentasi karakteristik responden ... 34
Tabel.1 (lanjutan) ... 35
Tabel 2 Pengetahuan lansia terhadap perawatan diri ... 36
Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan lansia ... 36
Tabel 3 (Lanjutan) ... 37
Tabel 4 perilaku lansia terhadap perawatan diri ... 38
Nama :Tika Karlina Marpaung
Judul :Pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda v kecamatan siantar narumonda
Jurusan :S1 Keperawatan
Tahun :2014
Abstrak
Perawatan diri merupakan aktivitas yang dilakukan oleh diri sendiri guna untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan diri. Pada lansia terjadi proses penurunan atau perubahan dalam keefektifan sistem imun, sehingga mengakibatkan mudah terserang infeksi. Sehingga diperlukan perawatan diri dalam mempertahankan kesehatan, karena perawatan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan lansia. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda v kecamatan siantar narumonda. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampling adalah 60 orang. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dengan menggunakan skala guttman. Pengumpulan data dilakukan pada 3 pebruari sampai 17 maret 2010. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas lansia berusia 60-74 tahun 80% dan 100% responden memiliki suku bangsa batak dan agama 100% kristen protestan. Sebagian besar responden memiliki pekerjaaan sebagai petani 78,3%. Tingkat pengetahuan lansia terhadap perawatan diri mempunyai kategori baik 81,7% sebanyak 49 responden. Dan perilaku sebagian besar pada kategori cukup 58,3% atau sebanyak 35 responden.Tingkat pengetahuan baik didapatkan dari usia responden yang mencapi kedewasaaan, dan dipengaruhi oleh pendidikan informal. Perilaku dipengaruhi oleh status perekonomian khususnya pekerjaan, penurunan kondisi fisik dan kurangnya motivasi.
Name :Tika Karlina Marpaung
Title :Knowledge andattitudes of elderly toward personal
hygiene in district v narumonda village siantar narumonda
Departement :Faculty of nursing
Academic year :2014
Abstrack
A self care activities undertaken by yourself to preserve and maintain personal hygiene. Elderly experience some changes in the effectiveness of the immune system, thus they are prone to infection. It is necessary in maintaining health care as personal hygiene is the first step of elderly health. A clean body minimizes the risk of the possibility of contracting a disease, especially diseases associated with poor personal hygiene. This study aims to find out the Knowledge andattitudes of elderly toward personal hygiene in district v narumonda village siantar narumonda. This type of research used in this study is descriptive. Sampling technique is 60 people. Data were collected by using a questionnaire using a guttman scale. Data collection was conducted on february 3 until march 17,2014. The result showed the majority of elderly people aged 60 to 74 years is 80%, 100%of respondens are bataknese and 100% are protestant. There are 78,3% respondents work as farmers. The level of knowledge of the elderly about personal hygiene is 81,7% or 49 respondents. In suficient category, behavior towards personal hygiene is 58,3% or 35 respondents. Good level knowledge are obtained from respondents who reach the age of maturity and are influenced by informal education. It can be concluded that elderly views to a personal hygiene is influenced by status of the economy especially job, physical deterioration, and lack of motivation.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Setiap manusia pasti akan mengalami suatu proses yang dinamakan proses
menua (menjadi tua). Proses menua pada seseorang merupakan proses yang
terus-menerus (berlanjut) secara alamiah, yang dimulai sejak lahir sampai pada saat
kematian. Panjangnya umur harapan hidup merupakan suatu kebanggaan, tetapi
dipihak lain merupakan suatu tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit
masalah yang timbul akibat dampak menua. Tanda-tanda proses itu semakin jelas
sejak usia 30-60 tahun ke atas. Dalam proses menua ini terjadi proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri dan mempertahankan fungsi normalnya, Kemunduran kondisi fisik akibat
proses menua, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau
serangan infeksi dari luar (Azizah, 2011).
Pada masa penuaan terjadi proses penurunan atau perubahan dalam
keefektifan sistem imun. Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan
proteinnya sendiri dengan protein asing, sistem imun menyerang dan
menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara
bertahap. Dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk
menghancurkan bakteri, virus, dan jamur melemah, sehingga mudah terserang
penyakit infeksi (Potter & Perry, 2005).
Saat ini Jumlah lansia ( Dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
berdasarkan hasil BPS 2010 sebanyak 18,04 juta orang lansia atau 7,59% dari
seluruh jumlah kependudukan. Jumlah penduduk lansia diperkotaan yang
menamatkan hasil jenjang pendidikan SD/sederajat ke atas sebesar 64,03%,
sedangkan didaerah pedesaan 39,63%. Lansia yang belum tamat SD atau yang
belum pernah sekolah di daerah perkotaan sebanyak 35,97% dan pedesaaan
60.37% (BPS, 2010).
Menurut dr. Heriawan Soejono dari Devisi Geriatri Departemen penyakit
Dalam FKUI, salah satu masalah yang penting yang dihadapi para lansia adalah
kesehatan. Masalah kesehatan populasi lansia bukan hanya saja terletak pada
aspek penyakit kronis atau degeneratif, melainkan kerentanan terhadap infeksi
yang cukup tinggi (Siti, dkk,. 2008).
Infeksi memiliki gejala kurang khas, sering didapati, bahkan asimtomatik
yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosa dan pengobatan. Dalam
disease pattern of people >55 years (houshold survey on health, dept. Of health,1996) menyatakan terdapat infeksi kulit sebanyak 5,2 % pada 100 pasien (Nugroho, 2000). Dan dalam penelitian yang dijalankan pada lansia di UPTD
Abdi Dharma Asih binjai oleh lubis (2005), sebanyak 30 % lansia menderita
penyakit kulit akibat dari kurangnya personal hygiene (perawatan kebersihan diri). Sehingga untuk mempertahankan kesehatan perlu dilakukan perawatan diri
sesuai dengan teori selft care Orem bahwa perawatan diri adalah asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
yang dilakukan adalah kebersihan yang meliputi: Perawatan pada kulit, Perawatan
mulut dan Gigi, Perawatan pada rambut, Perawatan kaki dan kuku, dan Perawatan
genitalia atau alat kelamin (Aziz, 2009).
Faktor penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia diakibatkan
kurangnya pengetahuan atau deficit kognitif (Azizah, 2011). Di Indonesia, belum didukung oleh adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada lansia.
Pengetahuan perawatan lansia, baik oleh keluarga, lansia itu sendiri maupun
lembaga sosial lainnya masih sangat kurang memadai (Mubarak, 2006). Penelitian
yang dilakukan oleh irvinda h.k (2009) dengan judul gambaran peranan keluarga
terhadap perilaku hidup sehat lanjut usia di wilayah kerja puskesmas darussalam
medan petisah, terdapat sebanyak 6,6% lansia berperilaku kurang baik terhadap
perawatan diri.
Dari data yang saya dapatkan dari sekretaris Desa Kelurahan Narumonda
V Kecamatan Siantar Narumonda terdapat 60 jiwa lansia sehingga cukup sampel
untuk melakukan penelitian. Dan dari kondisi diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian bagaimana pengetahuan dan perillaku lansia terhadap
perawatan diri di desa narumonda V kecamatan siantar narumonda.
1.2 Tujuan Penelitian
1.Mengidentifikasi gambaran pengetahuan lansia terhadap perawatan diri di desa
Narumonda V kecamatan siantar narumonda.
2. Mengidentifikasi gambaran perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengetahuan lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda V
kecamatan siantar narumonda?
2. Bagaimana perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda V
kecamatan siantar narumonda.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berharga dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan pendidikan, di bagian keperawatan komunitas gerontik.
1.4.2 Praktek Keperawatan
Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
menjadi tambahan informasi.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Dapat memberikan tambahan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, dan dapat
digunakan menjadi data ilmiah untuk penelitian selanjutnya.
1.4.4 Lansia
Berguna untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku lansia tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam pemikiran manusia sebagai hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu orang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pada wakru yang tepat dengan sendirinya mengasilkan pengetahuan dan sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan orang terhadap objek mempunyai tingkatan atau intensitas
yang berbeda-beda. Secara garis besar tingkat Pengetahuan mencakup dalam 6
tingkat dalam Notoatmodjo 2010 yaitu :
2.1.2.1 Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya setelah mengamati sesuatu atau hanya mengingat (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
2.1.2.2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menginterprestasikan
secara benar tentang objek yang di ketahui, bukan hanya sekedar tahu atau
menyebutkan objek. Individu yang telah memahami objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
sebagai objek yang dipelajari.
2.1.2.3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau
mengaplikasikan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang lain.
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus,
metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
2.1.2.4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan atau menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata- kata kerja : menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
2.1.2.5.Sintesis (syntesis)
Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumus- rumus yang telah
ada.
2.1.2.6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Misalnya dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan
dan sebagainya (Notoadmodjo, 2010).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
2.1.3.1 Pendidikan.
Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2.1.3.2 Mass media / informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
2.1.3.3 Sosial budaya dan ekonomi.
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
2.1.3.4 Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2.1.3.5 Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
2.1.3.6 Usia.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Ada dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup: Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
2.2 Perilaku
2.2.1 Pengertian perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makluk hidup yang bersangkutanSk iner (1938), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: stimulus...> organisme....> respon, sehingga teori skinner ini disebut teori “S-O-R”(stimulus-organisme-respon). Selanjutnya teori skinner ini menjelaskan adanya dua jenis responden, yaitu:
2.2.1.1 Respondent respon atau reflektif
emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira, atau menimbulkan rasa suka cita.
2.2.1.2 Operant respon atau instrumental respons
Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau ransangan yang lain.perangsang yang terkahir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya, apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respon terhadap gaji yang cukup, misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan (Notoatmodjo,2010).
2.2.2 Determinan perilaku
Menurut Snehandu B. Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku.
1.Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. 2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social suport). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku oarang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat disekitarnya. 3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. 4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. 5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat (Notoatmodjo, 2010).
Tindakan atau praktik merupakan domain dari perilaku, praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu
1. Praktik terpimpin (guided response), apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih terganggu pada tuntunan atau menggunakan panduan. 2. Praktik secara mekanisme (mechanism), apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. 3. Adopsi (adoption) suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan bukan sekedar rutinitas atau mekanisme kerja saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas (Notoatmodjo, 2010).
2.3. Lansia
2.3.1 Pengertian lansia
Lansia merupakan suatu proses yang alami yang ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa semua oarang akan mengalami proses menjadi tua dan mas tua
merupakan masa hidup yang paling terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap.
Menurut undang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut surini dan utomo (2003), lanjut usia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Menurut Reimer et al (1999) dan stanley and Beare (2007), mendefinisikan
orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit,
dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi
peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi
produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria
simbolik seseorang dianggap tua etika cucu pertamanya lahir (Azizah, 2011).
2.3.2 Batasan lanjut usia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis
lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia
pertengahan(middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikeompokan
menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood) 18 atau 29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi, 25-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi denga 70-75 tahun (young old), 75-80 (old), lebih dari 80(very old).
Menurut UU No.4 tahun1956 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai
seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak dapat berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas (Azizah, 2011).
Proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindarkan, yang akan dialami setiap orang. Menua adalah proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduail) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara
normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi ( paris constantinides, 1994 ). proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan
lain sehingga tubuh matisedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang
tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang,
fungsi fisiologis alat tubhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencpaian puncak
maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai
puncaknya pad umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh
akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit
demi sedikit sesuai bertambahnya umur (Wahit, 2006).
2.3.4 Teori-Teori Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu : teori
biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual (Azizah, 2011).
2.3.4.1 Teori biologis.
Teori biologi mencakup teori selular, teoti genetik Clock, sintesis protein
(kolagen dan elastin), keracunan oksigen, sistem imun, mutasi somatik (teori
Error Catastrophe), teori menua akibat metabolisme, dan kerusakan akibat radikal
bebas. Teori selular menyebutkan pada sel lansia mangalami pembelahan sel yang
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sam sekali untuk
tumbuh dan memperbaiki diri. Dalam teori “Genetik Clock” menyatakan bahwa
menua ini telah di program secara genetik untuk species-apesies tertentu. Teori
protein menyatakan terjadinya kehilangan elastisitas yang dihubungkan dengan
adnya perubahan kimia pada komponen protein dalan jaringan tersebut. Teori
keracunan oksigen menyatakan bahwa adanya penurunan sejumlah kemampuan
sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung
zat racun dengan kadar yang tinggi, dan adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlh sel anak di semua jaringan dan organ
berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh. Teori
imun, sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Teori mutasi
somatik menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somstik
akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
Dalam teori menua akibat metabolisme menyatakan terjadinya menurunya salah
satu atau bebrapa proses metabolisme sehingga mengakibatkan penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel. Pada teori kerusakan akibat
radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
2.3.4.2 Teori psikologis.
Teori terdiri dari tiga teori yaitu aktivitas atau kegiatan, kepribadian
menyatakan bahwa seeorang dimasa muda memelihara keefektifan dalm kegiatan
sosial sampai tua. Dapat mempertahankan hubungan antar sistem sosial dan
individu tetap stabil. Kepribadian berlanjut pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimilkinya. Paada teori pembebasan teori ini menyatakan bahwa dengan pertambahan usia, seseorang secara perlahan tapi pasti mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini menyebabkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas.
2.4. Perawatan diri
2.4.1 Pengertian Perawatan Diri
Perawatan diri merupakan perawatan diri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam teori self
care, Orem mengemukakan bahwa Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas atau
inisiatif yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta
mempertahankan kehidupannya (Aziz, 2008).
Perawatan diri merupakan perawatan yang dilakukan oleh diri sendiri
terkait dengan perawatan kulit, rambut, kuku, gigi dan mulut, hidung mata telinga
dan area perineum atau genital (Kozier, 2010).
2.4.2 Faktor yang mempengaruhi pemenuhan perawatan diri
Budaya. Amerika utara memiliki nilai kebersihan yang tinggi. Banyak amerika
pancuran 2 kali dalam sehari. Sedangkan orang dari budaya lain mandi sekali
dalam seminggu. Bau badan dianggap sebagai sesuatu yang menjijikan pada
beberapa budaya dan diterima sebagai sesuatu yang normal pada budaya lain.
Agama. Seremoni pembersihan dipraktekkan oleh beberapa agama
Lingkungan. Kondisi lngkungan dapat mempengaruhi ketersediaan fasilitas
untuk mandi. Sebagai contoh para tunawisma mungkin tidak memiliki
ketersediaan air hangat; sabun, shampo, losion pencukur, dan deodoran mungkin
terlalu mahal untuk orang-orang yang memiliki keterbatsan sumber dana.
Tahap perkembangan. Anak-anak belajar hygiene di rumah. Praktik hygiene
bervariasi sesuai dengan usia individu
Kesehatan dan energi. Orang sakit mungkin tidak memiliki motivasi atau tenaga
untuk melakukan praktek higiene.
Pilihan personal. Beberapa orang memilih untuk mandi menggunan bak mandi
atau memilih menggunakan pancuran (kozier,2011).
2.4.3 Jenis-jenis perawatan diri
Jenis- jenis perawatan diri dalam Aziz, 2009 yaitu:
2.4.3.1Perawatan diri pada kulit.
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai
kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit
memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Fungsi kulit
secara umum memiliki beberapa fungsi, yaitu
bagian dalam yang dapat juga menjaga keutuhan kulit.
b. Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu produksi keringat
serta penguapan.
c. Sebagai alat peraba yang dpat membantu tubuh menerima rangsangan dari
luar melalui rasa sakit, sentuhan ,tekanan, atau suhu.
d. Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan
nitrogen.
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
f. Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi
vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.
Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan
menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan
maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase luka dapat
mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan kerusakan kulit
dan infeksi. pada lansia perawat dapat menggunakn dan mengintruksikan lansia
tentang penggunaan sabun yang mengandung kelembaban (Potter 2005). Tujuan
perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan,
pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta
dapat berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit. Usaha untuk
membersihkan kulit dapat dilakukn dengan cara mandi tiap hari 2 kali sehari
secara teratur (Aziz, 2009).
Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
Kebersihanmulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi,
dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak,
bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari
bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat
perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan
sariawan. Kebersihanmulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan mulut pasien adalah pasien akan
memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis),
mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai
rasa nyaman, mempertahankan kebersihan mulut dan gigi (Aziz, 2009).
Pada hasil penelitian yang dilakukan diSlovenia tahun 2001. Usia yang
paling banyak tidak pernah melakukan sikat gigi adalah kelompok lansia berusia
60 sampai 64 tahun (Artnik, 2008).
2.4.3.3 Perawatan diri pada rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagia
proteksi serta pengaturan suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri
dapat diidentifikasi. penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali
tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut
rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan
penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut.
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta
pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat
diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat
memelihara perawatan rambut sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya
cenderung terlihat kusut. Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar
perawatanrambut untuk semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila
kondisi mengizinkan. masalah yang terjadi pada rambut yaitu kutu, ketombe,
botak (alopecia), radang pada kuli di rambut (Potter dan Perry, 2005). Tujuan
perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang
bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien
dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik perawatan rambut (Aziz, 2009).
2.4.3.4 Perawatan kaki dan kuku.
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah
infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan
masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga
kebersihan kuku penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai
kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku
seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri
atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantong kuku, akar kuku, dan lunula.
transparan, dasra kuku berwarana merah muda. Perawatan dapat digabungkan
selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku
adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien
merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode
perawatan kaki dan kuku dengan benar (Aziz, 2009).
2.4.3.5 Perawatan diri pada alat kelamin.
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pada alat kelamin perempuan, perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri dari atas
mons veneris, terletak di depan simpisis pubis; labia mayora, yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva; labia minora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk dua lipatan kecil di antara atas labia mayora;
klitoris (sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki) kemudian bagian yang terkait di sekitarnya, seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.
Tujuan perawatan perawatan diri pada alat kelamin ini adalah untuk mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan
kenyamanan (Aziz, 2009).
2.4.4 Jenis perawatan diriberdasarkan waktu pelaksanaannya
Perawatan dini hari. Perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur,
untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan
bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan seperti
menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi ,
mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan
kebersihan mulut, .
Perawatan pagi hari. Perawatan diriyang dilakukan setelah melakukan sarapan
atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,
melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut,kuku, rambut, serta
merapikan tempat tidur.
Perawatan siang hari. Perawatan diriyang dilakukan setelah melakukan berbagai
tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai
tindakan perawatan diriyang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan
tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan
pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
Perawatan menjelang tidur. Perawatan diriyang dilakukan pada saat menjelang
tidur agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan
memijat daerah punggung.
2.4.5 Tujuan perawatan diri.
Tujuan perawatan diri secara umum adalah untuk mempertahankan
perawatan diri, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat
melatih hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi
terhadap kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai
dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat
gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Alimul,
2009).
2.4.6 Dampak kurang perawatan diri
2.4.6.1 Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Ganguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, serta gangguan fisik
kuku dan pada rambut.
2.4.6.2 Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan kurang perawatan diri adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian ini menggunakan teori secara sistematis, dimana
fokus penelitian ini adalah tingkat pengetahuan lansia terhadap perawatan diri
lansia di kecamatan siantar narumonda.
Skema 3.1 Kerangka konsep Pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan
diri
Perawatan diri:
1. Perawatan pada kulit, 2. Perawatan mulut dan Gigi 3. Perawatan pada rambut, 4. Perawatan kaki dan kuku, 5. Perawatan genitalia atau alat
kelamin PENGETAHUAN
LANSIA
- Baik
- Cukup
- kurang
PERILAKU LANSIA
- Baik
- Cukup
3.2Defenisi konseptual
3.2.1 Lansia
Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas menurut
Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 (Azizah, 2011).
3.2.2 Pengetahuan
Hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya (Notoadmodjo, 2010).
3.2.3 Perilaku
Respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
(Notoatmodjo, 2010).
3.3Defenisi operasional
3.3.1 Lansia
Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
3.3.2 Pengetahuan
Segala sesuatu yang di ketahui lansia terhadap perawatan diri untuk
mempertahankan kesehatan meliputi perawatan diri pada kulit, mulut dan gigi,
rambut, kuku dan genitalia.
3.3.3 Perilaku
Tindakan atau Respon stimulus yang dilakukan terhadap perawatan diri untuk
mempertahankan kesehatan meliputi perawatan diri pada kulit, mulut dan gigi,
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui Pengetahuan dan Perilaku lansia terhadap perawatan diri di
desa narumonda V kecamatan siantar narumonda.
4.2 Populasi, Sample dan Teknik sampling
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2010). Populasi
Dalam penelitian ini adalah para lanjut usia yang berusia lebih dari 60 tahun yang
berjumlah 60 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2010).
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah semua populasi yaitu lansia yang
berusia 60 tahun keatas berjumlah 60 orang.
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representif dari populasi (Riduwan, 2005).Teknik
pengambilan sampling yang digunakan adalah total sampling. Total sampling
dilakukan jika jumlah sampel yang diambil kurang dari 100 orang, dan dalam
pengumpulan data menggunakan angket (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini
dilakukan teknik total sampling dengan mengambil semua populasi menjadi
belum mengalami disorientasi orang, tempat, dan waktu, bersedia menjadi
responden penelitian.
4.3 Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Narumonda V Kecamatan Siantar
Narumonda. Alasan pemilihan lokasi karna belum pernah dilakukan penelitian
pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri, dan belum pernah
dilakukan penyuluhan kesehatan pada lansia dan mayoritas pekerjaan lansia di
desa ini adalah bertani. Penelitian ini dilakukan mulai bulan 2 pebruari sampai 17
maret 2014.
4.4Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan pembagian kuesioner, peneliti terlebih dahulu
menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur kepada responden. Bila responden
bersedia, responden dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan),
kemudian responden menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Responden berhak menolak ataupun
mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa ada tekanan, dan peneliti tidak
akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden. Kerahasiaan
informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian
4.5Instumen penelitian dan pengkuran validitas-reabilitas
4.5.1 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner
yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang ada
pada tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu mengenai data
demografi, mengenai kuesioner pengetahuan dan kuesioner perilaku. Cara
pengisian lembar kuesioner adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia dan isian singkat .
Kuesioner data demografi mencakup data mengenai nama, usia, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, masalah kesehatan saat ini,
riwayat pengobatan, dan lama sakit.
Kuesioner tentang tingkat pengetahuan lansia yang terdiri dari 15
pertanyaan dengan menggunakan skala guttman, skala guttman ialah skala yang
digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) konsisten (Riduwan, 2005).
Sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 0 dan nilai
tertinggi adalah 15. Dalam menentukan kategori tingkat pengetahuan responden
digunakan rumus menurut sudjana (2005) yaitu:
Rentang kelas Panjang kelas =
Banyak kelas
Berdasarkan persentase diatas, pengetahuan lansia terhadap perawatan diri yang
dikatakan baik jika mampu menjawab soal dengan skor 10-15, cukup dengan skor
Kuesioner perilaku lansia terdiri dari 15 pertanyaan dengan menggunakan
skala guttman. Sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden
adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 15. Dalam menentukan kategori tingkat
pengetahuan responden digunakan rumus menurut sudjana (2005) yaitu:
Rentang kelas Panjang kelas =
Banyak kelas
Berdasarkan persentase diatas, perilaku lansia terhadap perawatan diri yang
dikatakan baik jika jumlah skor 10-15, cukup dengan skor 5-9, dan perilaku
kurang baik dengan jumlah skor 0-4.
4.5.2. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahilan sesuai instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secar tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas
yang dimaksud (Arikunto 2010). Instrumen dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh
karena itu perlu dilakukan uji validitas isi. Uji validitas instrumen dilakukan oleh
Sumatera Utara yaitu Evi karota Bukit,SKp,MNS dan sudah dinyatakan valid.
4.5.3. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen di lakukan uji
reliabilitas instrumen yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau di andalkan untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data, suatu alat ukur disebut pempunyai reliabilitas tinggi atau dapat
dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut
stabil, dan dapat di handalkan.
Untuk melihat reliabilitas suatu instrument, maka pertama-tama harus
mempunyai alat ukur yang standar, dalam penelitian ini menggunakan uji
reliabilitas internal yang dapat diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu
kali hasil pengetesan. Pada penelitian ini Uji reliabilitas yang digunakan adalah
menggunakan rumus K-R20. Untuk instrumen yang baru dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai 0,707 (Arikunto,2010). Hasil Uji reabilitas variabel
pengetahuan yang telah dilakukan adalah 0,73 dan hasil uji reabilitas variabel
perilaku yang telah dilakukan adalah 0,83. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahawa kusioner pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah reliabel
4.6 Pengumpulan Data
Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti
Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonanan izin yang diterima di kirim
ke kepala Desa Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda. Setelah
mendapatkan izin, barulah peneliti melakukan penelitian. Peneliti memberi
penjelasan terlebih dahulu kepada responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian serta menanyakan kesediaan menjadi calon responden dengan
menyetujui secara lisan kemudian menandatangani surat persetujuan setelah
penjelasan (PSP). Responden yang bersedia untuk menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan (PSP) diminta untuk mengisi koesioner dengan
cara dicontreng (cehklist). Peneliti memberikan waktu lebih kurang 20 menit dan diberikan kesempatan untuk bertanya kepada peneliti bila ada pertanyaan yang
tidak dimengerti, kemudian peneliti memastikan bahwa semua pertanyaan pada
kusioner sudah terjawab selanjutnya semua data dikumpulkan dan dilakukan
analisa data.
4.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan
editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data dengan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka, selanjutnya processing yaitu memasukkan data ke program komputer dan cleaning memeriksa kembali keseluruhan proses yang telah dilakukan.
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tinggal bersama, lama sakit, riwayat pengobatan,
dan masalah kesehatan saat ini. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran distribusi data tetapi tidak dianalisis. Pengolahan data tentang tingkat
pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri akan dilakukan dengan
menggunakan teknik komputerisasi yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri didesa narumonda v
kecamatan siantar narumonda pada tanggal 3 pebruari 2014 sampai 17 maret
2014. Jumlah responden dalam penelitan ini berjumlah 60 orang. Desain
deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi
pengetahuan dan perilaku lansia terhadap perawatan diri.
5.1.1 Karakteristik responden
Pada penelitian ini data demografi responden mencakup usia, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, tinggal bersama, masalah
kesehatan saat ini, lama sakit, dan riwayat pengobatan. Hasil distribusi frekwensi
dan persentasi karakteristik responden lansia di desa narumonda v kecamatan
siantar narumonda.Didapatkan mayoritas responden berada pada usia 60-74 tahun
(80%), dan mayoritas berjenis kelamin perempuan 70% . Berdasarkan suku
bangsa dan agama 100% adalah batak, kristen. Tingkat pendidikan responden
pada umumnya adalah sekolah dasar 56,7% dan mayoritas pekerjaan petani
78,3%. Mayoritas responden tinggal bersama keluarga 83,3% sebagian besar
lansia sehat 46,7% dengan masalah sakit pada kaki 10% mayoritas responden
sakit dan kebanyakan melakukan pengobatan bidan atau tradisional 11,7% dari
10 % lansia yang sakit.
Tabel.1 Distribusi frekwensi dan persentasi karakteristik responden lansia di desa narumonda v kecamatan siantar narumonda.
Karakteristik Frekuensi Persentase
5.1.2 Pengetahuan lansia tentang perawatan diri didesa narumonda v kecamatan
siantar narumonda.
Hasil penelitian menjukkan bahwa pengetahuan lansia terhadap perawatan
diri di desa Narumonda v kecamatan Siantar narumonda yang terdiri dari
komponen perawatan diri padapada kulit, gigi, rambut, kaki dan kuku, dan
perawatan pada genitalia mayoritas termasuk pada kategori pengetahuan baik
yaitu sebanyak 81,7%, mean 9,08 dan standart deviasi 1,951. Hal ini dapat dilihat
pada tabel.2 berikut:
Tabel.2 Pengetahuan responden tentang perawatan diri didesa narumonda v kecamatan siantar narumonda.
Kategori Frekwensi Persentase Mean Standart
deviasi
Tabel.3 Distribusi frekuensi pengetahuan lansia terhadap perawatan diri (n=60)
Pernyataan Benar Salah
Frekuensi % Frekuensi %
1. Perawatan diri merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan.
60 100 -
2. Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman.
50 83,3 10 16,7
3. Tujuan dari perawatan pada kulit adalah supaya memiliki kulit yang utuh, terhindar dari bau badan.
59 98,3 1 1,7
4. Tujuan dari perawatan gigi adalah supaya gigi bersih dan tidak berlubang.
59 98,3 1 1,7
5. Kebersihan mulut harus tetap dijaga supaya mulut tidak bau dan lidah
Tabel.3 Lanjutan
6. Gigi yang tidak lengkap atau sudah ompong tidak perlu dilakukan perawatan, seperti menggosok gigi atau kumur-kumur karna tidak penting lagi.
27 45 33 55
7. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai pelindung kepala dari infeksi.
31 51,7 29 48,3
8. Ketombe atau kutu pada kepala
merupakan dampak dari kurangnya perawatan pada rambut.
60 100
9. Tujuan dari perawatan rambut supaya memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, mempunyai rasa nyaman dan harga diri.
59 98,7 1 1,7
10.Perawatan kaki dan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan kesehatan.
54 90 6 10
11.Perawatan kuku merupakan hal yang sederhana, salah satu perawatan yang dilakukan adalah dengan memotong kuku.
60 100
12.Kuku yang panjang menyebabkan berkumpulnya kotoran atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
57 95 3 5
13.Kebersihan alat kelamin penting untuk mencegah penyakit dan infeksi.
40 66,7 20 33,3
14.Perawatan diri pada alat kelamin tidak perlu dilakukan karena merupakan hal yang tidak penting pada orang tua.
18 30 42 70
15.Buang air kecil sedikit-sedikit atau ayang-anyangan dapat menyebabakan infeksi kalau tidak diperhatikan kebersihan kelamin.
5.1.3 Perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda v kecamatan
siantar narumonda
Perilaku lansia terhadap perawatan diri dalam penelitian ini berdasarkan
kuisioner dan didapatkan mayoritas lansia di desa narumonda V kecamatan siantar
narumonda adalah berperilaku cukup sebanyak 58,3% dengan jumlah responden
sebanyak 35 orang dengan mean 4,75 dan standart deviasi 3,245.
Tabel.4 Perilaku lansia terhadap perawatan diri di desa narumonda v kecamatan siantar narumonda
Kategori Frekwensi Persentase Mean Standart
deviasi
Tabel.5 Distribusi frekuensi perilaku lansia terhadap perawatan diri (n=60)
Pernyataan Ya Tidak
Frekuensi % Frekuensi %
1. Saya melakukan Perawatan pada kulit dengan cara mandi 2 kali dalam sehari.
13 21,7 47 78,3
2. Saya menggunakan sabun setiap saya mandi.
59 98,3 1 1,7
3. Jika badan saya kering saya
menggunakan lotion atau pelembab.
6 10 54 90
4. Saya Menggosok gigi setelah
makan dan sebelum tidur.
10 16,7 50 83,3
5. Saya menggunakan sikat gigi dan odol setiap menyikat gigi
55 91,7 5 8,3
6. Saya menggunakan sikat gigi yang lembut untuk mencegah perdarahan.
35 58,3 25 41,7
7. Saya mengganti sikat gigi minimal 1 kali dalam 3 bulan.
Tabel.5 (Lanjutan)
8. Untuk menjaga kebersihan rambut saya mencuci rambut dengan menggunakan shampo.
40 66,7 20 33,3
9. Saya mencuci rambut 2 atau 3 kali dalam seminggu.
35 58,3 25 41,7
10. Saya menyisir rambut setelah saya selesai mandi
28 46,7 32 53,3
11. Jika saya keluar rumah saya
menggunakan sendal.
51 85 9 15
12. Saya membersihkan kuku dan
memotong kuku apabila sudah kelihatan kotor dan panjang.
39 65 21 35
13. Saya mencuci tangan sesudah
BAB/BAK dengan menggunakan sabun.
11 18,3 49 81,7
14. Selesai buang air besar atau buang air kecil daerah kelamin saya bersihkan dengan sabun.
1 1,7 59 98,3
15. Saya menjaga daerah kelamin
supaya tetap kering.
6 10 54 90
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan lansia
mempunyai pengetahuan baik yaitu 81,7% dengan jumlah responden sebanyak 49
responden. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Etty
Rekawati dalam penelitiannya Gambaran Kemampuan (Pengetahuan, Sikap Dan
Praktek) Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri Di Panti Tresna Wredha
Budi Mulya Jakarta Timur didapatkan bahwa tingkat pengetahuan lansia berada
pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 72,22% (n=36) responden.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Pada lansia terjadi perubahan kognitif
(Mubarak,2006). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan (Notoatmodjo
2007). Akan tetapi pendidikan pada dasarnya tidak hanya dapat diperoleh dari
bangku sekolah (formal) tetapi juga di lingkungan keluarga, masyarakat, dan dari
media lainnya seperti majalah, berita, dll (Fahrun 2009). Menurut Friedman
(1998) fungsi keluarga sebagai fungsi pendidikan yaitu bahwa keluarga
mempunyai peran dan tanggung jawab besar untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga sesuai dengan penelitian ini didapatkan bahwa lansia
mayoritas tinggal bersama dengan keluarga sebanyak 83,3%.
Menurut undang-undang no 13 tahun 1998 berbunyi bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang mencapai 60 tahun ke atas. Dalam penelitian ini seluruh
responden berada diatas 60 tahun keaatas dan mayoritas 60-74 dan usia ini
menurut WHO dapat dikategorikan dalam lanjut usia elderly .
Menurut Siagiaan (1995) Pengetahuan dipengaruhi oleh umur dilihat dari
kedewasan psikologis dalam penelitian ini didapatkan bahwa lansia 60-74 tahun
sebanyak 80%, dalam WHO usia 60-74 masuk pada kategori elderly dan pernyataan ini dukung oleh notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang
bertumbuh sesuai dengan pertumbuhan usia.
Pengetahuan perawatan diri pada genitalia memiliki persentasi benar paling
rendah bahwa mayoritas responden menyetujui pernyataan perawatan diri pada
orang tua sebanyak 30% dengan jumlah responden 18 orang hal ini dilihat dari
nomor pertanyaan 14.
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan. Praktik hygiene seseorang
dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan budaya. Jika seseorang sakit, biasanya
masalah kebersihan kurang diperhatikan terutama pada lansia. Hal ini terjadi
karena biasanya menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal
jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan (Isro’in &
Andarmoyo, 2012).
Pada lansia terjadi perubahan fisik terkhususnya pada sistem
genitourinaria. Perkemihan Hipertropi kelenjar prostate dapat terjadi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanannya terletak pada leher
kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius, sering berkemih inkontinensia,
dan terjadi retensi urin (wahjudi,2000). Pada keluarga membicarakan bagian alat
kelamin merupakan sesuatu yang sangat tabu, segan untuk memberitahukan atau
mengingatkan kembali saat dilakukan penelitian.
5.2.2 Perilaku
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa mayoritas lansia memiliki
perilaku dengan kategori cukup sebanyak 58,3% dengan jumlah responden 35
orang. Perilaku merupakan suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus,
adanya suatu kondisi dan situasi yang memungkinkan. Dari hasil-hasil studi yang
dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan para ahli pendidikan
kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan sudah tinggi, tetapi praktek mereka masih rendah (Notoadmodjo,2010).
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa mayoritas lansia memiliki
perilaku dengan kategori cukup sebanyak 58,3% dengan jumlah responden 35
orang. Hal ini kemungkinan berhubungan juga dengan status pekerjaan yang
mayoritas sebagai petani 78,3%. Faktor yang mempengaruhi praktik perawatan
diri adalah adalah status sosioekonomi, sumberdaya sosioekonomi mempengaruhi
jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan (Potter,2005). Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari
nafkah sebagaimana kodrat manusia. Tingginya partisipasi kerja pada penduduk
lanjut usia ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain proses penuaan,
struktur penduduk, tingkat sosial ekonomi masyarakat yang membaik, umur
harapan hidup penduduk lanjut usia yang bertambah panjang, jangkauan
pelayanan kesehatan, serta status kesehatan penduduk lanjut usia yang bertambah
baik. Alasan penduduk lanjut usia masih bekerja antara lain disebabkan oleh
jaminan sosial dan kesehatan yang masih kurang (Setiabudhi, 2005.).
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah kebiasaan di usia
muda serta kelemahan dan ketidakmampuan fisik (Mubarak, 2006), sesuai
dengan hasil penelitian bahwa 78,3% memiliki pekerjaan sebagai petani sehingga
berpengaruh pada perilaku, hasil penelitian menunjukkan lansia berperilaku
semakin tidak memperhatikan perawatan diri. Aktivitas di sawah merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan sehingga memakan waktu yang pada akhirnya juga
mereka meninggalkan kewajiban melakukan perawatan diri. Kuntjoro (2002)
yang menyatakan bahwa proses menua (aging process) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum seperti kurangnya kemampuan responden dalam
melakukan personal hygiene. Pada penelitian ini di dapatkan lansia mayoritas tidak melakukan mandi 2 kali dalam sehari 78,3% lansia ini sulit melakukan
mandi pada pagi hari.
Rachman (2000) menyatakan umumnya kelompok lansia kurang
memperhatikan estetika penampilan dirinya terutama perawatan kebersihan diri
tubuh secara fisik, hal ini sesuai hasil penelitian sebanyak 98,3% respoden
menjawab tidak melakukan pertanyaan terkait dengan selesai buang air besar atau
buang air kecil daerah kelamin tidakdibersihkan dengan sabun. Hal ini juga
didukung oleh kurangnnya motivasi dari lansia itu sendiri yang kebanyakan
menyatakan bahwa kalau sudah tua sudah tua tidak seharusnya mandi 2 kali
dalam sehari apa lagi dengan melakukan kebersihan pada daerah genitalia hal ini
dapat dilihat pada tabel 5 dengan no pertanyaan 1 bahwa lansia tidak melakukan
mandi 2 kali dalam 1 hari.
Menurut tarwoto (2004) bahwa pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk
meningkatkan personal hygiene. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa mayoritas responden memiliki kesehatan yang baik sebanyak 46,7%.
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan. Praktik hygiene seseorang
dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan budaya. Jika seseorang sakit, biasanya
masalah kebersihan kurang diperhatikan terutama pada lansia. Hal ini terjadi
karena biasanya menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal
jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan (Isro’in &
Andarmoyo, 2012).
5.2.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan bahwa penelitian ini menggunakan
kusioner tertutup sehingga kurang luas menggali bagaimana informasi bisa
didapatkan dan faktor-faktor apa mempengaruhi perilaku lansia terhadap
perawatan diri sehingga perlu dilakukan penelitian faktor yang mempengaruhi
perilaku perawatan diri. Dan dalam penelitian ini peneliti tidak membuat kriteria
inklusi terkait dengan penyakit yang di derita pada lansia.Dalam penelitian ini
didapatkan bahwa 36,7% mengalami penyakit kronis. Dalam Miller (1995)
kondisi penyakit kronis dapat membuat pada perilaku konsekuensi yang positif
maupun yang konsekuensi negatif sehingga lansia dapat belajar beradaptasi.