• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di Sman 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di Sman 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEGIATAN PENYULUHAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMAN 1 LUBUK DALAM

KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

NUZULIA RAHAYU NIM. 101000368

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KEGIATAN PENYULUHAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMAN 1 LUBUK DALAM

KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA TAHUN 2013

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 10100368 NUZULIA RAHAYU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGARUH KEGIATAN PENYULUHAN

DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMAN 1 LUBUK DALAM KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Nuzulia Rahayu

Nomor Induk Mahasiswa : 101000368

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi

Tanggal Lulus : 3 Mei 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 19510520 198713 2 001 NIP. 19531018 198203 2 001

Medan, Juni 2013

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Seks pranikah merupakan salah satu persoalan remaja yang mengkhawatirkan saat ini. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang salah menjadi salah satu penyebab seks pranikah pada remaja. PKPR merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan pendekatan one group pretest-posttest dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dianalisa dengan Uji t-test dan wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah kearah yang lebih baik setelah kegiatan penyuluhan. Hasil uji diperoleh adanya pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah dengan nilai p= 0,001 < α= 0,05.

Diharapkan agar pihak Puskesmas menjadikan kegiatan penyuluhan dalam PKPR sebagai kegiatan rutin di sekolah minimal 6 bulan sekali dan pihak sekolah diharapkan bisa menambahkan pendidikan kesehatan reproduksi kedalam mata pelajaran.

(5)

ABSTRACT

Teenager are a large population of the world population. Adolenscent health is largely determined by their behavior. Premarital sex is one of the alarming teen issues today. Lack of knowledge and misinformation to be one of the causes of premarital sex among adolescent. PKPR is one of the activities undertaken by government to address youth issues.

This research aimed to see the effect of the counseling in PKPR on knowledge and attitudes teens about premarital sex. This study adopted a quasi experiment method with the approach pretest-posttest one group with sampling techniques using simple random sampling. The data analyzed by t-test and wilcoxon.

The result showed an increase in knowledge and attitudes about premarital sex teens toward better after counseling activities . The test result obtained on the effect of counseling activities for adolescent knowledge and attitudes about premarital sex with p value = 0,001 < α= 0,05.

It is expected that the health center care of performing routine PKPR activities such as counseling at school for at least sixth month and the school is expected to adding the productive health education in the subject.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuzulia Rahayu

Tempat/Tanggal Lahir : Rawang Kao/ 4 Mei 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang Tua : Zamzami dan Ihktiarti, SPd

Alamat Rumah : Jl. Dharmais Desa Rawangkao, Kecamatan Lubuk

Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-2000 : SDN 001 Rawang Kao

2. Tahun 2000-20023 : SLTP Negeri 1 Lubuk Dalam

3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 4 Pekanbaru

4. Tahun 2006-2009 : DIII Kebidanan Stikes Hangtuah Pekanbaru

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMAN 1 Lubuk Dalam Siak Sri Indrapura Tahun 2013”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan

hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak

akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum

sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan

demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi dapat bermanfaat dan

berguna untuk menambah pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, P.hD selaku Ketua Departemen Kependudukan

(8)

3. Ibu Drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama masa perkuliahan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Suatera Utara.

4. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi. Selaku dosen pembimbing 1 yang telah

bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, kritik dan saran positif

bagi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Ria Masniari Lubis, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, kritik dan saran positif bagi

kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Afriyati, SKM, M.Kes selaku penguji dosen penguji I yang telah bersedia

meluangkan waktu dan memberikan saran positif bagi kesempurnaan skripsi

ini.

7. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan saran positif bagi

kesempurnan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan staff di Departemen Kependudukan dan Biostatistik

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang turut

mendukung persiapan penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Kepala Sekolah SMAN 1 Lubuk Dalam berserta Staff yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan pihak petugas

kesehatan Puskesmas Lubuk Dalam yang bersedia membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

(9)

1. Ayahanda Bapak Zamzami dan Ibunda Ibu Ikhtiarti, SPd yang ananda sangat

cintai dan sayangi yang tak terkira, sembah sujud ananda, yang telah

memberikan dukungan, motivasi, dorongan dan doa yang tiada hentinya tak

dalam menyelesaikan skripsi ini. Adik-adikku tercinta Yulian Fazly dan

Gagas Safarul Rohman dan Bunga Listia Dewi atas dukungan dan

semangatnya.

2. Sahabat terbaik Dian Ginastra yang selalu ada, terima kasih untuk dukungan

dan motivasi, segera selesaikan juga D4 nya dan Cikgu Afni Andini sahabat

binti tetanggaku, bersyukur bisa kenal sama kamu.

3. Buat rekan-rekan mahasiswa/i seperjuangan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU Ekstensi tahun 2010 khususnya peminatan Kesehatan

Reproduksi dan ekstensi A yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas

dukungannya buat penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan

karuniaNYA kepada kita semua. amin

Medan, Mei 2013

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Dasar Hukum ... 8

2.1.3 Kriteria Puskemas Mampu Tatalaksana PKPR ... 10

2.1.4 Manfaat PKPR ... 10

2.1.5 Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR ... 11

2.1.6 Strategi Keberhasilan PKPR ... 11

(11)

2.3 Sikap ... 15

2.4. Seks Pranikah ... 19

2.4.1 Pengertian ... 19

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Seks Pranikah ... 20

2.4.3 Dampak Seks Pranikah ... 22

2.4.4 Upaya Pencegahan Seks Pranikah ... 22

2.5 Remaja ... 24

2.5.1 Pengertian ... 24

2.5.2 Perkembangan Seksual Remaja ... 27

2.6 Gambaran Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

2.7 Kerangka Konsep ... 29

(12)

3.7 Aspek Pengukuran ... 35

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 36

3.9 Tahapan Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Pelaksanaan Kegiatan PKPR... 41

4.3 Analisis Univariat ... 42

4.3.1 Karakteristik Responden ... 42

4.3.2 Gambaran Sumber Informasi Kesehatan Responden ... 43

4.3.3 Gambaran Riwayat Berpacaran Responden ... 43

4.3.4 Gambaran Status Berpacaran Responden ... 43

4.3.5 Gambaran Pengetahuan Responden ... 44

4.3.6 Gambaran Sikap Responden ... 44

4.3.7 Normalitas Data ... 45

4.4 Analisis Bivariat ... 46

4.4.1 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap Pengetahuan Responden 46 4.4.2 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap Sikap Responden ... 46

BAB V PEMBAHASAN ... 48

5.1 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah ... 48

5.2 Pengaruh Kegiatan PKPR Terhadap SikapRemaja Tentang Seks Pranikah ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN – LAMPIRAN Kuesioner Penelitian ... 56

Satuan Acara Penyuluhan ... 61

Materi Penyuluhan ... 63

Master Tabel ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sumber Informasi Kesehatan ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Berpacaran ... 43

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Berpacaran ... 43

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 44

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 44

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data ... 45

Tabel 4.8 Perbedaan Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR ... 46

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

ABSTRAK

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Seks pranikah merupakan salah satu persoalan remaja yang mengkhawatirkan saat ini. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang salah menjadi salah satu penyebab seks pranikah pada remaja. PKPR merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan pendekatan one group pretest-posttest dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dianalisa dengan Uji t-test dan wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah kearah yang lebih baik setelah kegiatan penyuluhan. Hasil uji diperoleh adanya pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah dengan nilai p= 0,001 < α= 0,05.

Diharapkan agar pihak Puskesmas menjadikan kegiatan penyuluhan dalam PKPR sebagai kegiatan rutin di sekolah minimal 6 bulan sekali dan pihak sekolah diharapkan bisa menambahkan pendidikan kesehatan reproduksi kedalam mata pelajaran.

(17)

ABSTRACT

Teenager are a large population of the world population. Adolenscent health is largely determined by their behavior. Premarital sex is one of the alarming teen issues today. Lack of knowledge and misinformation to be one of the causes of premarital sex among adolescent. PKPR is one of the activities undertaken by government to address youth issues.

This research aimed to see the effect of the counseling in PKPR on knowledge and attitudes teens about premarital sex. This study adopted a quasi experiment method with the approach pretest-posttest one group with sampling techniques using simple random sampling. The data analyzed by t-test and wilcoxon.

The result showed an increase in knowledge and attitudes about premarital sex teens toward better after counseling activities . The test result obtained on the effect of counseling activities for adolescent knowledge and attitudes about premarital sex with p value = 0,001 < α= 0,05.

It is expected that the health center care of performing routine PKPR activities such as counseling at school for at least sixth month and the school is expected to adding the productive health education in the subject.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja

berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara berkembang. Di Indonesia

pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64%

dari jumlah penduduk Indonesia (Muadz, dkk, 2008).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma,

nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh

perilaku mereka. Hal terpenting dan kompleks menyangkut perilaku kesehatan remaja

adalah masalah seksual (Suryoputro,dkk, 2006).

Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas

pilihannya sendiri. Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan

remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap

tahunnya 50.000 remaja diseluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi

persalinan (Centers for Disease Control, 2008). Secara global kasus HIV/AIDS

terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000

remaja terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang

dilaporkan hingga Juni 2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS mencapai 32.103

(19)

1.134 jiwa dan jumlah penderita dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak 18.680

jiwa. (Ditjen PP & PL RI, 2012).

Hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 yang dilakukan oleh

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63% remaja di

Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual

pranikah, ironisnya 21% diantaranya dilaporkan melakukan aborsi. Persentase remaja

yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan

dibanding tahun-tahun sebelumnya (Kapan Lagi, 2008).

Hasil penelitian Yayasan DKT (D.K Tyagi) Indonesia (2005) menunjukkan

perilaku seksual remaja di 4 kota Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Medan.

Berdasarkan norma yang dianut 89% remaja tidak setuju seks pranikah, namun secara

terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%,

Surabaya 47% dan Medan 52%. Data PKBI tahun 2006 didapatkan bahwa umur

pertama kali hubungan seks kisaran 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat

kontrasepsi dan 85% dilakukan dirumah (Wijaya, 2012).

Menurut survei lain yang dilakukan Yayasan Kesehatan Perempuan tahun

2010 menemukan sebanyak 1.446 kasus aborsi di Kota Medan dan delapan kota besar

lainnya, yaitu Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram

dan Manado. Lebih kurang secara nasional ditemukan 2,5 juta pertahun. Persentase

pada tahun 2010, usia melakukan aborsi yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30

tahun sebesar 39% dan usia dibawah 20 tahun sebesar 3%.

Menurut Survei Kesehatan Remaja Republik Indonesia (2007) remaja usia

(20)

mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki sebanyak 21%,

hanya 10% remaja pria yang tahu masa subur wanita dan baru 63% remaja yang

mengetahui jika melakukan hubungan seksual sekali beresiko kehamilan. Sedangkan

remaja yang memiliki teman untuk melakukan hubungan seks pranikah mencapai

82% dan remaja mempunyai teman seks dan hamil sebelum menikah mencapai 66%.

Hasil penelitian lain yang dilakukan Harmaini tahun 2010 pada siswa-siswi

SMA-SMK di Kota Pekanbaru dari 329 subjek penelitian tentang sejauh mana

perilaku seks remaja dalam berpacaran diantara hasil penelitiannya didapatkan

pelukan sebanyak 53%, berciuman 55%, meraba payudara 19%, memegang alat

kelamin 12% dan yang sudah melalukan hubungan seksual sebanyak 8% (Riau Pos,

2011).

Tingginya persentase remaja melakukan hubungan seksual pranikah yang

berakibat terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta aborsi dan berujung pada

kematian ibu menjadi persoalan serius yang harus diperhatikan. Hal ini berkaitan

semakin tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) akibat aborsi yang dilakukan oleh

remaja yang merupakan satu indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam

munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan hormonal yang

dapat meningkatkan hasrat seksual, penyebaran informasi yang salah misalkan dari

buku dan VCD porno, rasa ingin tahu yang sangat besar serta kurangnya pengetahuan

yang didapat dari orang tua maupun sekolah. Terdapat juga beberapa alasan lain yang

(21)

sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, takut mengecewakan pacar dan

takut diputusin pacar.

Untuk mengatasi permasalahan remaja, Departemen Kesehatan RI telah

memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang diadopsi dari

WHO sejak tahun 2003 yang berbasis di Puskesmas . Pada akhir 2008 tercatat 22,3%

Puskesmas diseluruh Indonesia telah melaksanakan PKPR. Jenis kegiatan dalam

PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi, pelayanan klinis medis termasuk

pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat, pelatihan

Peer Counselor/Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis (Fadhlina,

2012).

SMAN 1 Lubuk Dalam merupakan salah satu penyelenggara pendidikan yang

terletak di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura provinsi Riau.

Lokasi sekolah tepat ditengah perkebunan sawit milik warga sekitar dan akses untuk

pencarian informasi mengenai kesehatan reproduksi yang masih kurang memadai.

Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang sudah dibina oleh Puskesmas

setempat dalam pengembangan PKPR sejak tahun 2010 dan sudah memiliki kader

PKPR yaitu siswa dan siswi yang dipilih oleh pihak sekolah yang di bina langsung

oleh petugas kesehatan dari puskesmas. Kader PKPR diberikan pembinaan tentang

kesehatan reproduksi mencakup tentang organ dan fungsi reproduksi, infeksi menular

seksual, bahaya seks pranikah dan yang lainnya. Kader PKPR diharapkan mampu

menjadi fasilitator teman sebayanya dalam mencari informasi yang tepat atau pun

(22)

Kegiatan PKPR di SMAN 1 Lubuk Dalam masih terbatas pada penyuluhan

dan pembinaan kader PKPR. Kurangnya kegiatan yang dilaksanakan dikarenakan

minimnya biaya yang dianggarkan oleh pemerintah. Selama tahun 2011 tercatat

sudah 3x dilakukan penyuluhan oleh pihak Puskesmas tentang kespro remaja, gigi

dan narkoba, namun belum menampakkan hasil yang optimal ini terlihat dari hasil

survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan agustus dari 10 orang siswa 6

diantaranya tingkat pengetahuan sedang tentang seks pranikah dan 4 orang siswa

dengan tingkat pengetahuan rendah serta 10 orang siswa memiliki sikap tidak setuju

terhadap hubungan seks pranikah. Namun faktanya masih ditemukan kasus siswi

yang hamil akibat hubungan seks pranikah.

Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian Pengaruh Kegiatan

Penyuluhan Dalam PKPR Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seks

Pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013.

1.2Perumusan Masalah

Banyaknya remaja siswa-siswi di Kab. Siak Sri Indrapura yang melakukan

seks pranikah dan adanya PKPR yang dikembangkan disekolah-sekolah sebagai salah

satu layanan bagi remaja tetapi belum memperlihatkan hasil yang optimal.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Kegiatan Penyuluhan

Dalam PKPR Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di

(23)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks pranikah di SMAN 1

Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013 sebelum dan setelah

kegiatan penyuluhan dalam PKPR.

2. Untuk mengetahui sikap remaja remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk

Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013 sebelum dan setelah kegiatan

penyuluhan dalam PKPR.

3. Untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap peningkatan

pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam

Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah

Menjadi bahan referensi sejauh mana pengetahuan dan sikap murid terhadap seks

pranikah dan menjadi acuan dalam pencegahan dan mengatasi masalah remaja.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya yang berkaitan

langsung dengan program kesehatan remaja dalam upaya meningkatkan

pengetahuan remaja dan mengatasi berbagai masalah remaja yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 2.1.1 Pengertian

Untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang bersekolah maupun tidak

bersekolah, Kementrian Kesehatan RI telah mengembangkan Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja,

menerima remaja dengan tangan terbuka dan menyenangkan, lokasi pelayanan yang

mudah dijangkau, aman, menjaga kerahasiaan, kenyamanan dan privasi serta tidak

ada stigma. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan

peduli remaja yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal

yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan

khawatir untuk berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk

berbagai hal yang perlu diketahui remaja (Fadhlina, 2012).

PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh

remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai

remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,

serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan kesehatan

peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR (Puskesmas yang menerapkan

PKPR) (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011).

2.1.2 Dasar Hukum

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

(25)

a. Pasal 131 ayat

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan

berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak.

(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam

kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun.

(3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada

ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang

tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Pasal 136 Ayat

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk

mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif baik sosial

maupun ekonomi.

(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada

ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari

berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan

menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.

(3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

c. Pasal 137 Ayat

(1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh

edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehaatan remaja agar mampu

(26)

(2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja

memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan

moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan.

2.1.3 Kriteria Puskesmas Mampu Tatalaksana PKPR

1. Memberi pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling.

2. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah dengan melakukan kegiatan

KIE kesehatan reproduksi min 2x setahun.

3. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10% dari jumlah murid di

sekolah binaan.

2.1.4 Manfaat PKPR

Ada beberapa manfaat dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

menurut Fadhlina (2012) diantaranya:

1. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog

interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll.

2. Konseling/berbagi masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan

kerahasiaannya dijamin).

3. Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut

(27)

2.1.5 Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR

Sasaran dari PKPR ini adalah semua remaja dimana saja berada baik di

sekolah atau di luar sekolah seperti karang taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura,

pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.

Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi,

pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan

Keterampilan hidup sehat (PKHS), penyuluhan kesehatan, pelatihan Peer Counselor/

Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis. Pelayanan kesehatan

sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan perkembangan kecerdasan,

pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan

sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat

ditanggulangi di sekolah.

2.1.6 Strategi Keberhasilan PKPR

Demi keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR digunakan

strategi sebagai berikut:

1) Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.

2) Penyertaan remaja secara aktif.

3) Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.

4) Dilaksanakan kegiatan minimal Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta

pelayanan klinis medis termasuk rujukan. Tanpa konseling pelayanan tidak akan

disebut PKPR.

5) Ketepatan penentuan prioritas sasaran. Misalnya Pelayanan Kesehatan Peduli

(28)

6) Ketepatan pengembangan jenis kegiatan. Perluasan kegiatan minimal PKPR

ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan

kemampuan puskesmas.

7) Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring dan evaluasi secara

berkala dilakukan oleh tim dari puskesmas dan tim dari Dinas Kesehatan Kota/

Kabupaten.

Pendidikan kesehatan dapat berupa mata pelajaran ilmu kesehatan atau

upaya-upaya lain yang disisipkan dalam ilmu-ilmu lain seperti olahraga dan

kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Selain melalui pelajaran,

pendidikan kesehatan juga dapat diperkenalkan melalui pendidikan kesehatan yang

disisipkan pada kegiatan ekstrakurikuler untuk menanamkan perilaku sehat peserta

didik. Dengan adanya dukungan dari pihak sekolah atau pendidikan diharapkan dapat

meminimalisir kejadian atau masalah yang berhubungan dengan remaja.

Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang untuk menciptakan

generasi penerus bangsa yang berkualitas. Kualitas generasi yang akan datang

ditentukan oleh peran semua sektor pemerhati remaja pada saat ini dengan intervensi

yang tepat. Dengan melakukan Upaya Pelayanan Kesehatan Remaja kita telah

berinvestasi terhadap aset bangsa.

2.2 Pengetahuan

Dalam pemahaman umum pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran,

gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya

(29)

sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari dan

hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. (Tafsir, 2004).

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007)

adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seorang maka

semakin mudah dalam mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

2. Informasi/Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedianya bermacam-macam

media massa mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

(30)

surat kabar, majalah dan lainnya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang

juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis dan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu. Hal ini karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

(31)

Pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pengetahuan remaja

terhadap pentingnya kesehatan reproduksi, sehingga remaja dapat bertanggung jawab

atas keputusannya mengenai perilaku seksualnya. United Nations Educational

Scientific and Cultural Organization (2009) mengemukakan pendidikan seksual

dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai untuk membuat keputusan

yang bertanggung jawab terhadap perilaku seksual remaja (Fadhlina, 2012).

2.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2007).

Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagau suatu penghayatan terhadap objek.

Allen, Guy and Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku,

tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi

sosial atau secara sederhana, sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang

telah terkondisikan (Azwar, 2005).

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponan pokok yaitu:

(32)

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar

(2009) adalah:

1) Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan

dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

obyek psikologis.

2) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang

mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita

akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan

heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan

kehidupan berkelompok, akan sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif

(33)

3) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut

mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi

kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua,

orang yang satatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman

kerja, istri tau suami dan lain-lain.

4) Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5) Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian

dan konsep moral dalam diri ndividu.

Pemahaman akan baik-dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan

yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan

(34)

6) Faktor emosi dalam diri individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi

dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah ada dua arah kesetujuan yaitu

setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif

dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif.

Menurut Dianawati (2006) mengatakan bahwa remaja yang mendapatkan

cukup informasi mengenai seks diharapkan akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak

melakukan seks pranikah, sedang remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai

seks mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks pranikah dan akibat

yang dap at ditimbulkan dari hal tersebut.

Menurut Kusmiran (2011) tingkah laku yang menunjukkan sikap positif

terhadap seksualitas adalah sebagai berikut:

1) Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan.

2) Tidak menganggap seks itu jijik, tabu dan jorok.

3) Tidak dijadian candaan dan bahan obrolan murahan.

(35)

5) Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami diri dan

orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujan

sakralnya.

2.4 Seks Pranikah 2.4.1 Pengertian

Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena

adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini

disebut juga koitus, tetapi ada jga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus

secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak

ada satu agama pun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan pernikahan.

Hubungan seks pranikah terutama pada remaja sangat merugikan remaja (Aryani,

2010).

Seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja

sebelum menikah (BKKBN, 2007).

2.4.2 Faktor – faktor Penyebab Seks Pranikah

Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual

pranikah menurut Aryani (2010) yaitu:

1) Adanya dorongan biologis.

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting

alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan

dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau

(36)

2) Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral

dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan

melakukan hubungan seks pranikah, karena mengingat ini merupakan dosa besar

yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Mahakuasa. Namun

keimanan ini dapat sirna bila remaja dipengaruhi oeh obat-obatan misalnya

psikotropika.

3) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan

reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja

tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai

hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan

anak remaja. Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi

menjadi sangat kurang.

4) Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pranikah sangat penting untuk

dipertimbangkan. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan

hubungan seks didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurang perhatian pada remaja.

Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar

rumah dan menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-masing,

(37)

b) Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya

ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas,

misalnya menginap di hote/motel atau ke night club sampai larut malam.

Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah.

c) Pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat dapat membuka peluang

yang mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa

ini pasangan remaja yang menginap di hotel/motel adalah hal yang wajar dan

biasa sehingga tidak ditanyakan/diisyaratkan untuk menunjukkan akte nikah.

d) Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya

wanita untuk melakukan hubungan seks pranikah. Karena kemiskinan remaja

putri terpaksa bekerja. Namun, sering kali mereka menjadi korban eksploitasi

dan mengalami kekerasan seksual.

2.4.3 Dampak Seks Pranikah

Hubungan seks pranikah menimbulkan banyak kerugian dan dampak bagi

remaja menurut Aryani (2010) diantaranya:

1. Risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya Gonore, Sifilis, HIV/AIDS,

herpes simpleks, herpes genitalis dan lain sebagainya.

2. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini

terjadi, maka berisiko terhadap tindakan bila aborsi yang tidak aman dan risiko

infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka

berisiko melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.

(38)

4. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan.

2.4.4 Upaya Pencegahan Seks Pranikah

Banyaknya variabel yang memberikan kontribusi remaja melakukan

hubungan seks pranikah mengindikasikan bahwa upaya untuk mencegah hal tersebut

tidak terjadi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa

alternatif upaya pencegahan hubungan seks pranikah pada remaja menurut Aryani

(2010):

1. Mengurangi besarnya dorongan biologis dengan cara menghindari membaca

buku atau melihat film/majalah yang menampilkan gambar yang merangsang

nafsu birahi, membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak

merangsang serta membuat kelompok-kelompok kegiatan positif dan bermanfaat

untuk mengembangkan diri, misalnya: teater, musik, olahraga, bahasa, pramuka,

menjahit dan sebagainya.

2. Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis dengan cara

pendidikan agama dan budi pekerti, penerapan hukum- hukum agama dalam

kehidupan sehari-hari, menghindari penggunaan narkoba dan orang tua atau guru

menjadi model dalam kehidupan sehari-hari, artinya orang tua tidak melakukan

hubungan di luar pernikahan, selalu setia pada pasangan dan tidak melakukan

perselingkuhan.

3. Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. Pendidikan kesehatan

reproduksi jangan dilihat secara sempit sebagai sekedar hubungan seksual saja.

(39)

Penyampaian materi pendidian seks di rumah sebaiknya dilakukan oleh kedua

orang tua dan sebelum usia 10 tahun pendidikan seks bisa diberikan secara

bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih berperan. Sementara itu, di sekolah

juga harus dibuka informasi kesehatan reproduksi melalui penyuluhan secara

klasikal dan bimbingan secara individual oleh guru bimbingan dan konseling

(BK) sewaktu-waktu bila remaja membutuhkan.

4. Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seks pranikah dengan

beberapa upaya dari orang tua dan masyarakat di antaranya sebagai berikut:

a) Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang

remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali. Misalnya, bila remaja

mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut: pesta

tidak dilakukan sampai larut malam dan tidak menggunakan cahaya yang

remang-remang.

b) Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan.

Penggunaan uang harus termonitor oleh orang tua. Orang tua mengarahkan

dan memfasilitasi kegiatan yang positif melalui kelompok sebaya sebagai

wahana bagi pengembangan talenta remaja.

c) Dukungan dari pemerintah juga diperlukan, misalkan melalui pengawasan

pasangan-pasangan remaja di tempat wisata: persyaratan menunjukkan surat

nikah bagi pasangan yang menginap di hotel/motel; penegakan hukum dalam

memberantas narkoba serta pemberian bebas biaya SPP kepada remaja tidak

(40)

Bila setiap orang tua, keluarga dan pemerintah masing-masing memberian

perhatian yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya

nilai-nilai moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja.

2.5Remaja 2.5.1 Pengertian

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti

“tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescnce berasal dari bahasa

Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental,

emosional, sosial dan fisik. Sedangkan menurut Piaget mengatakan bahwa masa

remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa.

Individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan

berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak

(Proverawati, 2009).

Menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak,

remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

Namun menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila

mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja

apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan

19 tahun untuk anak laki-laki (Proverawati, 2009).

Menurut WHO, remaja adalah periode usia 10 sampai dengan 19 tahun,

sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk

(41)

Services Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah

11-21 tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah

(15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam

terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran,

2011).

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal

perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri

perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tida tahap, yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

2. Tampak dan merasa ingin bebas.

3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubunya dan

mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1. Tampak dan ingin mencari identitas diri.

2. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

3. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.

5. Berkhayal berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

(42)

4. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

5. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

2.5.2 Perkembangan Seksual Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan secara cepat, yang tidak seimbang dengan

perubahan psikis. Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja

yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian dan bimbingan dan

lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa

yang sehat baik jasmani, maupun mental dan psikososial.

Perubahan-perubahan tersebut dapat dibedakan antara lain: (Syarbini dkk,

2012).

a. Perubahan fisik pada masa remaja

Terjadi perubahan fisik yang cepat pada masa remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga

mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya

tanda-tanda sebagai berikut:

1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berlangsung dengan organ seks:

a. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)

b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki

2. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu:

a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan

buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar,

badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan

(43)

b. Pada remaja putri terjadi perubahan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan

vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar

kemaluan (pubis).

b. Perubahan psikis pada masa remaja

Proses perubahan psikis berlangsung lebih lambat dibanding perubahan fisik,

yang meliputi:

1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :

a. Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)

b. Aresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,

misalnya mudah berkelahi.

2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:

a. Mampu berfikir abstrak, senang memberi kritik,

b. Ingin mencoba hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Perilaku ingin mencoba-coba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh

rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan pranikah.

2.6Gambaran Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Hasil penelitian oleh Ardiani, S, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta meninjau pengaruh penyuluhan seks terhadap pengetahuan dan

sikap remaja tentang seks pranikah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyoali Tahun

2010 dengan hasil penelitian diperoleh penyuluhan mempunyai pengaruh

terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.

2. Hasil penelitian Noor Mahyudin tahun 2007, Program Pasca Sarjana Universitas

(44)

seks pranikah antara SMU yang di bina dan tidak dibina PKPR dengan hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi yang dibina

PKPR sebagian besar baik (54,1%) sedangkan yang tidak dibina PKPR sebagian

besar cukup (88,5%). Untuk sikap siswa tentang seks pranikah baik yang dibina

maupun yang tidak dibina PKPR sebagian besar baik (89,2% dan 57,7%). Dan

dari hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi

dan sikap seks pranikah antara SMU yang dibina dan tidak dibina PKPR.

2.7Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen

dan dependen (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kegiatan PKPR berupa penyuluhan kesehatan dan variabel dependennya adalah

pengetahuan dan sikap remaja tentang hubungan seks pranikah.

Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap

(Pretest)

Pengetahuan dan Sikap (Posttest)

(45)

2.8 Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan

dan sikap remaja tentang seks pranikah.

Ha: Ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap pengetahuan dan sikap

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu), dengan

pendekatan one group pretest- posttest yaitu sebuah kelompok sampel dengan subjek

yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Dalam

rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan. Perbedaan antara O1 dan O2

diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen (Notoatmodjo, 2005).

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Ket: O1 : Pengetahuan dan Sikap siswa kelas X yang diukur sebelum kegiatan

penyuluhan tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam

tx : Kegiatan PKPR berupa penyuluhan kesehatan reproduksi tentang seks

pranikah yang dilakukan petugas puskesmas di SMAN 1 Lubuk Dalam.

O2 : Pengetahuan dan Sikap siswa kelas X yang diukur setelah kegiatan

penyuluhan tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam.

O1 dan O2 adalah sampel penelitian dan merupakan siswa yang sama sebelum

penyuluhan dan setelah penyuluhan.

(47)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lubuk Dalam

Kabupaten Siak Sri Indrapura Provinsi Riau.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Mei tahun

2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini

adalah murid kelas X SMAN 1 Lubuk Dalam Siak Sri Indrapura yang berjumlah 141

siswa dan siswi dengan alasan murid kelas XI dan XII sudah mendapatkan

penyuluhan pada tahun 2011 maka dari itu murid kelas X dijadikan populasi.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Besar

sampel dapat ditentukan dengan rumus. Berdasarkan penelitian sebelumnya besar

sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel satu

populasi untuk uji hipotesis data proporsi (Hidayat, 2010), yaitu:

�=��1−�/2���(1− ��) +�1−����(1− ��)� 2

(�− �)2

Keterangan :

(48)

�1−�/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada (α) 5% sebesar 1,96

�1−� = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada (β) 20% sebesar 0,842

�� = Proporsi remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang seks

pranikah sebelum dilakukan kegiatan PKPR sebesar 0,54

�� =Proporsi remaja yang diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang

seks pranikah sesudah dilakukan kegiatan PKPR sebesar 0,74

��− �� = Perkiraan selisih proporsi sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan PKPR

Maka:

Berdasarkan perhitungan besar sampel, maka besar sampel minimal yang

dibutuhkan adalah 47 orang namun pada saat pelaksanaan diambil sampel sebanyak

56 orang untuk mengantisipasi kesalahan dan hal yang mungkin terjadi. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.

Pengambilannya dilakukan dengan cara undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden yang menjadi sampel

penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan dan responden

(49)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Lubuk Dalam dan SMAN 1 Lubuk

Dalam bagian tata usaha mengenai gambaran data remaja serta permasalahan yang

ada seperti berapa jumlah siswa, jumlah kelas dan berapa kali penyuluhan dilakukan

dalam satu tahun terakhir.

3.5Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka definisi operasional dari

variabel-variabel penelitian ini adalah:

1. Kegiatan Penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan Petugas Puskesmas yang

merupakan salah satu kegiatan dalam PKPR di SMAN 1 Lubuk dalam berupa

penyuluhan kesehatan reproduksi tentang seks pranikah yang meliputi pengertian,

penyebab, dampak dan upaya pencegahan seks pranikah.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh murid SMAN 1 Lubuk

Dalam tentang seks pranikah.

3. Sikap adalah pendapat atau anggapan murid SMAN 1 Lubuk Dalam tentang seks

pranikah.

3.6. Instrumen/Alat Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja terdiri atas 15 pertanyaan dengan tiga

item pilihan jawaban sedangkan sikap diukur dengan menjawab 10 pertanyaan

dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak

(50)

3.7 Aspek Pengukuran 1. Tingkat pengetahuan

Kuesioner pengetahuan tentang seks pranikah berisi 15 pertanyaan dengan

tipe pilihan jawaban skala Thurstone yaitu benar, hampir benar, dan salah. Diberi

skor 2 untuk jawaban benar, skor 1 untuk jawaban hampir benar, dan skor 0 untuk

jawaban tidak tahu. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 30 dan terendah adalah 0.

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden

dengan kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2008) :

a. Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan skor 21-30

b. Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh

pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor 11-20

c. Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh pertanyaan

tentang pengetahuan, dengan skor 0-10

2. Sikap

Kuesioner pengukuran sikap berisi 10 pertanyaan yang terdiri dari 5

pertanyaan positif dan 5 pertanyaan negatif. Skala sikap seks pranikah remaja

diadopsi dari Suhartin (2007). Pengukuran menggunakan skala Likert yaitu dengan

alternatif jawaban sebagai berikut:

Pernyatan positif diberi nilai sebagai berikut:

Jawaban sangat setuju : nilai 5

(51)

Jawab netral : nilai 3

Jawaban tidak setuju : nilai 2

Jawaban sangat tidak setuju : nilai 1

Pernyatan negatif diberi nilai sebagai berikut:

Jawaban sangat setuju : nilai 1

Jawaban setuju : nilai 2

Jawab netral : nilai 3

Jawaban tidak setuju : nilai 4

Jawaban sangat tidak setuju : nilai 5

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai

berikut :

a. Baik, jika total skor jawaban > 75% atau dalam interval 38-50

b. Cukup baik, jika total skor jawaban 40%-75% atau dalam interval 20-37

c. Kurang baik, jika total skor jawaban < 40% atau dalam interval 0-19

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hidayat (2010), kegiatan pengolahan dilakukan setelah semua data

dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan

komputer. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

(52)

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan

dan analisis data menggunakan komputer.

3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase. Analisis data dilakukan dengan cara bertahap yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan

karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan

untuk melihat pengaruh kegiatan penyuluhan dalam PKPR terhadap peningkatan

(53)

t-test dengan asumsi jika data berdistribusi normal dan jika data berdistribusi tidak

normal menggunakan alternatif uji wilcoxon dengan taraf signifikan α= 5%.

3.9 Tahapan Penelitian 1. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan

untuk melaksanakan penelitian yang dilaksanakan di SMAN 1 Lubuk Dalam

Kabupaten Siak Sri Indrapura tahun 2013.

2. Menyusun rencana intervensi

Penyusunan rencana intervensi berupa penyusunan proposal penelitian dan

instrument penelitian (kuesioner, bahan penyuluhan, flip chart dan leaflet tentang

seks pranikah.

3. Pengumpulan data tahap pertama (pretest)

Pretest dilakukan pada hari yang sama sebelum dilakukan penyuluhan tentang

pemeriksaan seks pranikah dengan membagikan kuesioner yang telah

dipersiapkan kepada 56 siswa kelas X yang berada dalam satu ruangan.

4. Pelaksanaan intervensi

Intervensi pada penelitian ini berupa penyuluhan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan puskesmas tentang seks pranikah selama lebih kurang 55 menit dan

sudah termasuk dengan sesi tanya jawab dengan siswa.

5. Pengumpulan data tahap kedua

Pengumpulan data tahap kedua dilakukan satu minggu setelah penyuluhan.

Pengumpulan data tahap kedua ini sama dengan pengumpulan data pada tahap

(54)

Kuesioner yang diberikan saat posttest adalah kuesioner yang sama dengan

pretest.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

SMAN 1 Lubuk Dalam terletak di Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak

Sri Indrapura tepatnya di Afdeling II desa Rawang Kao. Sekolah ini berdiri sejak

tahun 2001 dan sampai saat ini merupakan satu-satunya sekolah negeri yang ada di

Kecamatan Lubuk Dalam dan masih merupakan tujuan utama para siswa lulusan

SMP setempat.

SMAN 1 Lubuk Dalam saat ini terdiri dari 12 Kelas, yaitu 4 kelas X, XI dan

XII. Jumlah siswa kelas X berjumlah 141 orang, kelas XI berjumlah 128 orang dan

kelas XII berjumlah 117 orang. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang telah

dibina oleh Puskesmas setempat. Hal ini dapat terlihat bahwa kegiatan PKPR telah

dilaksananakan meskipun baru sebatas penyuluhan dan pelatihan kader / konselor

sebaya.

Kegiatan PKPR berupa penyuluhan sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu

3 kali pada tahun 2011 dengan materi yang diberikan kesehatan gigi, kesehatan

reproduksi dan narkoba, sedangkan pada tahun 2012 tidak dilaksanakan sama sekali

dan tahun 2013 dilaksanakan satu kali pada bulan Januari dengan materi seks

pranikah. Sedangkan untuk pembinaan kader remaja sampai saat ini baru sekali

dilakukan yaitu pada tahun 2011 dan sudah memiliki 8 orang kader yang terdiri dari

(56)

4.2 Pelaksanaan Kegiatan PKPR

Kegiatan PKPR yang dilaksanakan berupa penyuluhan tentang seks pranikah.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2013 di SMAN 1 Lubuk Dalam.

Kegiatan penyuluhan berlangsung di ruang serba guna yang terletak didalam

kompleks sekolah yang diikuti oleh 64 peserta. Penyuluhan berlangsung mulai pukul

09.00 WIB – 10.30 WIB. Sebelum penyuluhan dimulai, dilakukan pretest terlebih

dahulu selama ± 20 menit dengan membagikan kuesioner yang telah tersedia.

Penyuluhan dengan materi seks pranikah disampaikan oleh petugas kesehatan dalam

hal ini bidan yang bertugas.

Penyampaian materi berlangsung lebih kurang 45 menit dan kemudian

dilanjutkan dengan tanya jawab. Selama penyampaian materi berlangsung suasana

cukup kondusif walaupun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan seperti

mengobrol dengan teman atau bermain handphone. Namun keadaan ini masih bisa

teratasi. Pada saat tanya jawab ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa

siswa seperti bagaimana menolak seorang pacar yang mengajak untuk melakukan

seks pranikah dan apakah berhubungan seksual sekali saja menyebabkan kehamilan.

Untuk melihat apakah ada pengaruh kegiatan PKPR terhadap pengetahuan

dan sikap remaja tentang seks pranikah, maka dilakukan posttest dengan kuesioner

yang sama dan responden yang sama. Posttest dilakukan pada tanggal 29 Januari

2013 yaitu dengan rentang waktu selama 5 hari dari kegiatan penyuluhan

(57)

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel-variabel penelitian yang meliputi: karakteristik responden, sumber informasi

kesehatan, riwayat berpacaran, status berpacaran, pengetahuan dan sikap.

4.3.1 Karateristik Responden

Pada penelitian ini respond adalah remaja kelas X yang belum pernah

mendapatkan penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari kegiatan PKPR.

Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden n %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berumur 15 tahun

yaitu sebanyak 31 orang (55,4%) dengan berjenis kelamin mayoritas perempuan

sebanyak 34 orang (60,7%) dan beragama islam mayoritas sebanyak 42 orang

(58)

4.3.2 Gambaran Sumber Informasi Kesehatan Responden Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan

No Sumber Informasi Kesehatan Jumlah

n %

Dari table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mendapatkan

informasi kesehatan tidak dari satu sumber tapi dari beberapa sumber yang ada yaitu

sebanyak 24 orang (42,9%)

4.3.3 Gambaran Riwayat Berpacaran Responden Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Berpacaran

No Riwayat Berpacaran Jumlah

n %

1. Pernah 46 82,1

2. Tidak Pernah 10 17,9

Total 56 100,0

Dari table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden pernah berpacaran

yaitu sebanyak 46 orang (82,1%).

4.3.4 Gambaran Status Berpacaran Responden Tabel 4.4

Distribusi Frekuansi Responden Menurut Status Berpacaran

No Status Pacaran Jumlah

n %

1. Punya Pacar 30 53,6

2. Tidak Punya Pacar 26 46,4

(59)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa saat ini mayoritas responden memliki

pacar yaitu sebanyak 30 orang (53,6%)

4.3.5 Gambaran Pengetahuan Responden Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum kegiatan penyuluhan PKPR

mayoritas responden tingkat pengetahuannya cukup yaitu sebanyak 29 orang (51,8%)

dan setelah kegiatan penyuluhan PKPR mayoritas responden berpengetahuan baik

yaitu sebanyak 45 orang (80,4%).

4.3.6 Gambaran Sikap Responden

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Sebelum dan Setelah Kegiatan Penyuluhan Dalam PKPR

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 4.1
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang alih fungsi Tempat Pelelagan Ikan di Pelabuhan Nusantara Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek adalah karena faktor alam dan faktor

The high differences of birth, weaning and yearling weight may be caused by genetic factors where Boerawa goat is a result of female Etawah grade and male Boer crossbreeding,

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa padat tebar ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus 150, 200, 250 dan 300 ekor/m 3 tidak memberikan pengaruh pada

(2) Rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat. (1), menjadi dasar bagi Perangkat

Studi yang dilakukan oleh Wisdyana dan Tri S di kota Cimahi didapatkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan remaja mengenai kesehatan

Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran bahwa tangga darurat di dapatkan bahwa untuk gedung SMK (2), dan gedung SMK (3) ada kesesuaian dengan peraturan yang ada

Saya melakukan hubungan seksual untuk menjaga keawetan hubungan

Gambar 3.53 Sequence untuk hitung rute dengan Dual Genetic Algorithm 131 Gambar 3.54 Sequence untuk hitung rute dengan Hybrid Savings-Dual Genetic Algorithm 132 Gambar 3.55