i
MORFOLOGI EKSTERNAL DAN INTERNAL AKAR
GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN
KIRI DAN KANAN USIA 13-24 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh :
Sri Fitria Sibagariang
NIM :090600053
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Biologi Oral
Tahun 2014
Sri Fitria Sibagariang
Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun
ix+54 halaman
Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat
penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu
seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi
morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan
endodonti dan exodonti dengan baik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
distribusi persentase dan perbedaan morfologi eksternal akar menurut klasifikasi Loh
HS (1998) dan morfologi internal akar menurut klasifikasi Vertucci (1974) pada gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel yang
digunakan adalah 34 gigi premolar satu maksila permanen (13-24 tahun). Morfologi
eksternal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan langsung pada gigi.
Morfologi internal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan menggunakan
stereo mikroskop setelah gigi dijadikan transparan dengan menggunakan teknik
iii
Hasil penelitian menunjukkan morfologi eksternal akar gigi yang paling
banyak dijumpai pada premolar satu maksila permanen kiri adalah tipe 1 (72,22%)
sedangkan pada premolar satu maksila permanen kanan adalah tipe 3 (43,75%).
Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila yang paling banyak dijumpai
pada laki-laki dan perempuan adalah tipe 1 (perempuan 66,67%, laki-laki 43,75%).
Morfologi internal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada gigi premolar satu
maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin adalah tipe IV ( kiri
55,56%, kanan 75%, perempuan 61,11%, laki-laki 68,75%).
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
morfologi eksternal akar yang signifikan antara premolar satu maksila permanen
berdasarkan regio gigi tetapi terdapat perbedaan morfologi eksternal akar yang
signifikan berdasarkan jenis kelamin. Tidak terdapat perbedaan morfologi internal
akar premolar satu maksila permanen yang signifikan berdasarkan regio gigi dan jenis
kelamin. Tidak terdapat hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi
premolar satu maksila permanen.
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 13 Februari 2014
Pembimbing: Tanda tangan
1. Yendriwati, drg., M.Kes
v
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
TIM PENGUJI
KETUA : Yendriwati, drg.,M.Kes
ANGGOTA : 1. Minasari, drg., MM
2. Dr. Ameta Primasari, drg., M.DSc, M.Kes
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kasih banyak kepada Yendriwati,
drg., M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam
memberikan masukan, bimbingan, arahan yang sangat berguna dalam meningkatkan
semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Juga tidak lupa ucapan
terima kasih kepada Rehulina Ginting, drg., M.Si., selaku kepala Departemen
Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan pembimbing
skripsi yang juga telah membimbing dan membantu penulis serta memberikan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan rendah hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Wandania Farahanny,drg selaku penasehat akademik yang selama ini telah
banyak memberikan nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di fakultas
kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU Lisna
Unita, drg., M.Kes, Minasari, drg. MM, Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes.,
dan Yumi Lindawati, drg., selaku para staf pengajar Departemen Biologi Oral.
Ngaisah dan Dani Irma Suryani selaku staf pegawai yang telah membantu dalam
penelitian, memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayah Fajar M Sibagariang dan
Ibu Rondang Simatupang yang selalu memberikan semangat, nasehat, kesabaran,
doa, kasih sayang dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
vii
nenek tercinta Madin Simatupang dan Tiara Ritonga, untuk semua doa, semangat,
dukungan dan kasih sayangnya.
5. Teman dekat dan sahabat-sahabat penulis Dewi, Yohana, Febby, Feni,
Debora, Roma, Ruth, Bekka, Talent, Handini, rachel yang telah banyak memberikan
masukan dalam pembuatan skripsi ini. Femy Rilinda, Shalini Jagadisen, Dwi
Desmiana, Novelya, Sherly, Anita, Tellia, Yulisha yang telah memberi semangat
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan mahasiswa.
Medan, 13 Februari 2014
Penulis,
(...)
Sri Fitria Sibagariang
Nim. 090600053
viii
2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar ... 16
ix
4.1 Karakteristik Umum Sampel yang Diteliti ... 32
4.2 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 33
4.3 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 35
4.4 Hubungan Morfologi Eksternal dan Internal Akar Pada Gigi Premolar Satu Maksila Permanen ... 39
BAB 5 PEMBAHASAN ... 41
5.1 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 43
5.2 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 45
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Variasi tipe saluran akar gigi premolar satu maksila pada populasi Asia
dan non-Asia ... 8
2. Klasifikasi dan persentase tipt saluran akar gigi permanen rahang atas .... 14
3. Klasifikasi dan persentase tipe saluran akar gigi permanen rahang bawah 15
4. Distribusi frekuensi karakteristik umum sampel gigi premolar satu
permanen kiri dan kanan ... 32
5. Distribusi frekuensi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar
satu maksila permanen berdasarkan regio gigi ... 33
6. Distribusi frekuensi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar
satu maksila permanen berdasarkan jenis kelamin ... 34
7. Distribusi prekuensi persentase morfologi internal akar gigi premolar
satu maksila permanen berdasarkan regio gigi ... 35
8. Distribusi frekuensi persentase morfologi internal akar gigi premolar
satu maksila permanen berdasarkan jenis kelamin ... 37
9. Hubungan morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Tipe akar gigi premolar satu maksila ... 6
2 Morfologi saluran akar pada Gigi premolar satu maksila ... 9
3 Bentuk orifisi premolar satu maksila ... 9
4 Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci ... 11
5 Klasifikasi saluran akar menurut Weine ... 12
6 Klasifikasi saluran akar menurut Gulabivala ... 13
7 Tampilan saluran akar menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ... 17
8 Tampilan saluran akar menggunakan radiografi ... 17
9 Tampilan saluran akar menggunakan CBCT ... 18
10 Cone Beam Computed Tomography (CBCT)... 18
11 K-file, micromotor, spuit,wadah perendaman, stereo mikroskop ... 27
12 Prosedur penelitian ... 31
13 Morfologi eksternal akar yang ditemukan dalam penelitian ... 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema alur pikir
2. Skema alur penelitian
3. Lembar pemeriksaan sampel
4. Jadwal penelitian
5. Hasil pengamatan morfologi eksternal dan internal gigi premolar satu maksila permanen
ii
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Biologi Oral
Tahun 2014
Sri Fitria Sibagariang
Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun
ix+54 halaman
Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat
penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu
seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi
morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan
endodonti dan exodonti dengan baik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
distribusi persentase dan perbedaan morfologi eksternal akar menurut klasifikasi Loh
HS (1998) dan morfologi internal akar menurut klasifikasi Vertucci (1974) pada gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel yang
digunakan adalah 34 gigi premolar satu maksila permanen (13-24 tahun). Morfologi
eksternal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan langsung pada gigi.
Morfologi internal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan menggunakan
stereo mikroskop setelah gigi dijadikan transparan dengan menggunakan teknik
iii
Hasil penelitian menunjukkan morfologi eksternal akar gigi yang paling
banyak dijumpai pada premolar satu maksila permanen kiri adalah tipe 1 (72,22%)
sedangkan pada premolar satu maksila permanen kanan adalah tipe 3 (43,75%).
Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila yang paling banyak dijumpai
pada laki-laki dan perempuan adalah tipe 1 (perempuan 66,67%, laki-laki 43,75%).
Morfologi internal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada gigi premolar satu
maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin adalah tipe IV ( kiri
55,56%, kanan 75%, perempuan 61,11%, laki-laki 68,75%).
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
morfologi eksternal akar yang signifikan antara premolar satu maksila permanen
berdasarkan regio gigi tetapi terdapat perbedaan morfologi eksternal akar yang
signifikan berdasarkan jenis kelamin. Tidak terdapat perbedaan morfologi internal
akar premolar satu maksila permanen yang signifikan berdasarkan regio gigi dan jenis
kelamin. Tidak terdapat hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi
premolar satu maksila permanen.
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat
penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu
seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi
morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan
endodonti dan exodonti dengan baik.1 Ada beberapa hal yang mempengaruhi bentuk morfologi eksternal dan internal akar gigi diantaranya adalah etnik, umur dan jenis
kelamin.2-4
Gigi premolar satu maksila permanen merupakan gigi yang memiliki banyak
variasi morfologi akar baik morfologi eksternal maupun internal.3,5 Variasi morfologi eksternal akar pada gigi premolar satu maksila permanen ditunjukkan dengan jumlah
akar yang bervariasi. Insiden gigi premolar satu maksila permanen dengan satu akar
adalah sekitar 22%-55,8%, gigi dengan dua akar sekitar 50,6%-72% dan gigi dengan
tiga akar sekitar 0%-6%.3,5 Ozan E (2012) melakukan penelitian jumlah akar gigi premolar satu maksila permanen dan mengklasifikasikan menurut klasifikasi Loh HS
(1998) mendapatkan gigi dengan satu akar sebanyak 45,2%, gigi dengan dua akar
yang terpisah sebanyak 43,3%, gigi dengan dua akar yang bersatu sebanyak 10,4%
dan gigi dengan tiga akar sebanyak 1,1%.6
Gigi premolar satu maksila permanen juga merupakan gigi yang memiliki
banyak variasi morfologi internal akar salah satunya adalah bentuk saluran akar.
Morfologi saluran akar gigi merupakan morfologi yang sangat kompleks karena pada
saluran akar sering terdapat suatu penyempitan, percabangan dan pembengkokan
saluran akar.7,8 Penelitian tentang morfologi saluran akar yang dilakukan oleh Ozcan E (2012) pada populasi Turki menggunakan 653 gigi premolar satu maksila
permanen menunjukkan 7,8% mempunyai satu saluran akar, 90,7% mempunyai dua
xiv
maksila permanen ditemukan gigi dengan satu saluran akar tunggal sebanyak 8,9%,
gigi dengan dua saluran sebanyak 89,8% dan gigi dengan tiga saluran akar sebanyak
1,2%.3
Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari
morfologi internal akar. Beberapa diantaranya adalah dengan metode radiografi,
cone-beam computed tomografi (CBCT) serta metode dekalsifikasi dan
pewarnaan.2,9,10 Meskipun banyak teknik yang dapat digunakan untuk observasi morfologi internal akar, teknik dekalsifikasi dan pewarnaan merupakan teknik yang
paling baik secara in vitro karena memberikan informasi tentang morfologi saluran
akar dalam bentuk 3 dimensi.4,8-10 Dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar ini, Vertucci dkk (1974) melakukan penelitian terhadap
morfologi internal akar dan mengklasifikasikannya kedalam delapan tipe saluran
akar.1,7
Banyaknya variasi morfologi eksternal dan internal akar pada gigi premolar
satu maksila permanen membuat peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk
mendapatkan informasi morfologi eksternal akar yang dilakukan dengan pemeriksaan
visual dan mengklasifikasikannya berdasarkan klasifikasi Loh HS (1998) serta variasi
morfologi internal akar gigi yang dilakukan dengan menggunakan teknik
dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar serta mengklasifikasikan bentuk saluran
akar berdasarkan klasifikasi Vertucci (1974). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gigi premolar satu maksila permanen dengan usia kronologis
13-24 tahun yang diekstraksi pada perawatan ortodonti dengan alasan pada usia 13 tahun
pembentukan dan perkembangan akar gigi premolar satu maksila sudah selesai
xv
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Berapakah distribusi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu
maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?
2. Apakah terdapat perbedaan morfologi eksternal gigi premolar satu maksila
permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?
3. Berapakah distribusi persentase morfologi internal akar pada gigi premolar
satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?
4. Apakah terdapat perbedaan morfologi internal akar pada gigi premolar satu
maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?
5. Apakah terdapat hubungan antara morfologi eksternal dengan morfologi
internal akar gigi premolar satu maksila permanen?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui distribusi persentase morfologi eksternal akar gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
2. Untuk mengetahui perbedaan persentase morfologi eksternal akar gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui distribusi persentase morfologi internal akar pada gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin
4. Untuk mengetahui perbedaan persentase morfologi internal akar pada gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
5. Untuk mengetahui hubungan antara morfologi eksternal dengan morfologi
xvi
1.4 Hipotesa Penelitian
1. Ada perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila
permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
2. Ada perbedaan morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila
permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
3. Ada hubungan morfologi eksternal dengan morfologi internal akar pada
gigi premolar satu maksila permanen.
1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai data dan informasi mengenai morfologi eksternal dan internal gigi
premolar satu maksila permanen di Indonesia.
2. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
Biologi Oral.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi dokter gigi, penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman dalam
melakukan perawatan saluran akar gigi premolar satu maksila permanen.
2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat menambah pengetahuan dan
xvii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembentukan Akar Gigi
Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai
dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi
sel epitel enamel luar dan dalam (inner and outer enamel epithelia) pada cervical
loop dan membentuk hertwig’s epithelial root sheath (HERS). Fungsi dari HERS ini
adalah untuk membentuk akar dan menginduksi pembentukan dentin pada akar gigi.
Proliferasi dan diferensiasi sel pada HERS ditentukan polanya secara genetik dan
akan mengatur apakah akar akan menjadi panjang atau pendek, tunggal atau jamak.
Pada pembentukan akar tunggal, HERS akan berdiferensiasi membentuk odontoblas
yang akan membentuk dentin akar dan kemudian membentuk satu akar. Pada
pembentukan akar jamak, terjadi perbedaan arah pertumbuhan HERS pada root trunk
(bagian mulai dari servikal hingga furkasi gigi). HERS berdiferensiasi membentuk
odontoblas kearah horizontal dan apikal sehingga membentuk dua atau tiga akar.13 Selama proses pembentukan akar gigi berlangsung HERS terus berproliferasi
ke arah apikal dan mulai membungkus papila dentis. Papila dentis inilah yang
kemudian akan berkembang menjadi pulpa. Pada pembentukan dentin akar, sel
odontoblas akar akan mensintesis matriks organik dentin dan menseksresikannya
keluar dari sel-sel odontoblas dan akan mengalami kalsifikasi membentuk dentin
pada akar. Sebelum proses pembentukan akar selesai, aktivitas proliferasi sel pada
HERS akan berkurang sehingga akar yang terbentuk akan meruncing pada bagian
apikal. Setelah dentin akar selesai terbentuk, sel mesenkim yang berasal dari dental
sac akan berkontak dengan dentin yang baru saja terbentuk dan merangsang sel-sel
mesenkim tersebut berdiferensiasi membentuk sementoblas yang nantinya akan
xviii
2.2 Morfologi Eksternal Akar Gigi
Akar gigi adalah bagian yang ditutupi sementum dan tertanam dalam tulang
alveolar.15Akar gigi dapat berupa akar tunggal dengan satu apeks pada gigi anterior atau akar ganda pada gigi premolar dan molar. Pada gigi anterior maksila dan
mandibula hanya terdapat satu akar. Gigi premolar satu maksila memiliki dua akar,
yaitu pada bagian bukal dan palatal sedangkan gigi premolar dua maksila memiliki
akar tunggal. Gigi molar maksila memiliki tiga akar yaitu pada bagian mesiobukal,
distobukal dan palatal. Gigi premolar mandibula memiliki satu akar sedangkan gigi
molar mandibula memiliki dua akar yaitu pada bagian mesial dan distal.11,16 Berdasarkan jumlah akar, Loh HS (1998) mengklasifikasikan gigi kedalam empat
tipe.5 :
i. Tipe 1 : Satu akar
ii. Tipe 2 : Dua akar yang terpisah
iii. Tipe 3 : Dua akar yang bersatu (Fused-root)
iv. Tipe 4 : Tiga akar
Gambar 1. Gigi premolar satu maksila. Tipe 1 (a), Tipe 2 (b), tipe 3 (c) dan tipe 4 (c).5
Gigi premolar satu maksila permanen memiliki dua cups yaitu cups bukal dan
palatal. Cups bukal biasanya lebih tinggi 1 mm dibandingkan cups palatal. Bagian
mesial dari premolar satu maksila permanen lebih konkaf dari sisi distalnya.11 Dalam beberapa literatur, premolar satu maksila dideskripsikan sebagai gigi yang memiliki
xix
permanen dapat memiliki satu akar, dua akar bahkan tiga akar.15 Insiden gigi premolar satu maksila berakar satu adalah sekitar 22%-55,8%, berakar dua
50,6%-72% dan berakar tiga 0%-6%.3 Jumlah akar gigi dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan ras. Blaine M (2007) dalam penelitiannya terhadap gigi premolar
menyimpulkan bahwa insiden premolar pertama mempunyai dua akar lebih tinggi
pada laki-laki dibandingkan perempuan.17 Perbedaan variasi bentuk akar pada laki-laki dan perempuan seperti yang telah dikemukakan di atas dipengaruhi oleh
kromosom sex yaitu kromosom X dan Y. Kromosom Y diketahui mempengaruhi
pembentukan enamel dan dentin, sedangkan kromosom X berpengaruh terhadap
pembentukan enamel.18,19 Menurut Alvesalo dan Lahdesmaki kromosom Y lebih berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan akar.19 Penelitian yang dilakukan antara populasi Asia dan non-Asia pada 6241 gigi menyimpulkan bahwa
pada populasi Asia ditemukan 31,2% premolar satu maksila memiliki satu akar,
66,6% memiliki dua akar dan 2,1% memiliki tiga akar, sedangkan pada populasi
non-Asia diperoleh sekitar 61,9% memiliki satu akar, 37,5% memiliki dua akar dan 0,6%
memiliki tiga akar. Hal ini menunjukkan bahwa pada populasi Asia premolar satu
maksila cenderung memiliki dua akar sedangkan pada populasi non-Asia cenderung
memiliki satu akar.15
2.3 Morfologi Internal Akar Gigi
Morfologi saluran akar merupakan suatu morfologi yang sangat
kompleks.1,8,20 Pada saluran akar sering terdapat suatu penyempitan, percabangan dan pembengkokan saluran akar. Pada kebanyakan kasus jumlah saluran akar sesuai
dengan jumlah akar, tetapi sering juga ditemukan bahwa dalam satu akar terdapat dua
atau lebih saluran akar.8 Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi morfologi saluran akar yaitu ras, jenis kelamin dan umur.2-5 Penelitian tentang morfologi saluran akar berdasarkan jenis kelamin di Turki juga telah dilakukan oleh Sert dan Bayirli.
Sert dan Bayirli (2004) menemukan insiden gigi dengan dua saluran akar atau lebih
pada perempuan adalah 44% sedangan pada laki-laki sebesar 35% pada semua gigi
xx
Amerika adalah sebesar 32%, sedangkan insiden gigi dengan dua saluran akar atau
lebih pada ras Caucasoid adalah sebesar 13,7%.17 Penelitian lain tentang morfologi saluran akar juga telah dilakukan antara berbagai etnik seperti pada etnik Asia dan
non-Asia. Penelitian dengan menggunakan gigi premolar satu maksila tersebut juga
menunjukkan adanya perbedaan morfologi saluran akar yang signifikan (tabel 1).15
Tabel 1.VARIASI SALURAN AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN PADA POPULASI ASIA DAN NON-ASIA15
Jumlah
Ruangan berisi pulpa yang terdapat didalam dentin disebut ruang pulpa.
Bentuk ruang pulpa ini dipengaruhi oleh bentuk eksternal gigi. Meskipun demikian,
faktor penuaan, keadaan patologis, pembentukan dentin sekunder dan tersier juga
turut mempengaruhi bentuk dari ruang pulpa tersebut. Ruang pulpa dibagi menjadi
dua bagian yaitu kamar pulpa yang terletak didalam dentin pada bagian mahkota dan
saluran pulpa yang terdapat didalam akar (gambar 2).1,7,8,20 Kamar pulpa terdiri dari beberapa bagian yaitu atap pulpa, tanduk pulpa, dasar kamar pulpa dan orifisi saluran. Atap pulpa terdiri dari dentin yang menutup kamar pulpa sebelah insisal atau oklusal.
Orifisi saluran adalah lubang pada dasar kamar pulpa yang berhubungan dengan
xxi
Gambar 2. Komponen morfologi saluran akar pada gigi premolar satu maksila.7
Gambar 3. Bentuk orifisi premolar satu maksila21
Saluran pulpa dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu sepertiga koronal,
sepertiga tengah dan sepertiga apikal. Saluran pulpa terdiri dari saluran pulpa
lateral/aksesori, foramen apikal dan foramen aksesori. Saluran pulpa lateral/aksesori
xxii
sepertiga tengah atau sepertiga servikal. Dilaporkan bahwa saluran pulpa
lateral/aksesori yang terdapat pada sepertiga apikal adalah sebesar 75%, saluran pulpa
lateral/aksesori yang terdapat pada sepertiga tengah adalah sebesar 11% dan yang
terletak pada sepertiga servikal adalah sebesar 15%. Foramen apikal adalah suatu
lubang atau celah pada atau dekat apeks akar dimana pembuluh darah dan saraf pulpa
masuk dan keluar meninggalkan kavitas pulpa. Foramen aksesori adalah
lubang-lubang saluran aksesori/ lateral pada permukaan akar. 1,7,8,20
2.4 Klasifikasi Bentuk Saluran Akar
Ada beberapa klasifikasi bentuk saluran akar yaitu kasifikasi Weine,
Gulabivala dan Vertucci. Dari beberapa klasifikasi tersebut, Klasifikasi Vertucci
merupakan klasifikasi yang paling standart dan paling sering digunakan dalam
penelitian. Salah satu dari penelitian tentang variasi saluran akar yang dilakukan oleh
Vertucci ditunjukkan pada tabel 2 dan 3.1,20
A. Klasifikasi Vertucci
Vertucci (1974) dengan menggunakan teknik pewarnaan saluran akar
mengkategorikan saluran akar kedalam delapan tipe (gambar 4) :1,19
i. Tipe I : Saluran tunggal mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).
ii. Tipe II : Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu
membentuk satu saluran menuju apeks (2-1).
iii. Tipe III : Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan
bersatu kembali menuju apeks (1-2-1).
iv. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2).
v. Tipe V : Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi
dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2).
vi. Tipe VI : Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian
bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal
xxiii
vii. Tipe VII : Satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu
dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2).
viii. Tipe VIII : Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga
apeks (3).
Gambar 4. Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci.19
B. Klasifikasi Weine
Wiene (1999) mengkategorikan saluran akar kedalam empat tipe dasar
(gambar 5)21:
Tipe I : Satu saluran mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).
Tipe II : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu pada apeks
(2-1).
Tipe III : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2).
Tipe IV : satu saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa dan terpisah pada
xxiv
Gambar 5.Tipe saluran akar menurut Weine (1999). Tipe I, tipe II, tipe III, tipe IV (dari kiri-kanan).21
C. Klasifikasi Gulabivala
Gulabivala (2001) melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan
mengklasifikasikan tipe saluran akar kedalam tujuh tipe (gambar 6):7
i. Tipe I : Tiga saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa kemudian
bersatu membentuk satu saluran pada apeks (3-1).
ii. Tipe II : Tiga saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian
bergabung membentuk dua saluran pada apeks (3-2).
iii. Tipe III : Dua saluran yang terpisah dari kamar pula kemudian berpisah
membentuk tiga saluran pada apeks (2-3).
iv. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa, bersatu pada
bagian tengah akar, kemudian berpisah dan bersatu kembali membentuk satu
saluran pada apeks (2-1-2-1).
v. Tipe V : Empat saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu
membentuk dua saluran pada apeks (4-2).
vi. Tipe VI : Empat saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga
apeks (4).
vii. Tipe VII : Lima saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa tetapi
xxv
26
Tabel 2: KLASIFIKASI DAN PERSENTASE SALURAN AKAR GIGI PERMANEN RAHANG ATAS (%).1
27
Tabel 3: KLASIFIKASI DAN PERSENTASE SALURAN AKAR GIGI PERMANEN RAHANG BAWAH (%).1
28
2.5 Metode Mengobservasi Morfologi Internal Akar
Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari
morfologi internal akar. Beberapa diantaranya adalah dengan metode radiografi,
cone-beam computed tomografi (CBCT) serta metode dekalsifikasi dan
pewarnaan.2,9,10
2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar
Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar ini memiliki nilai yang
cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar. Tidak seperti gambar
radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga
memungkinkan untuk memberikan tampilan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran
akar.23,24 Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ini merupakan suatu teknik yang menjadikan gigi transparan dengan mengunakan proses fisika dan kimia. Langkah
pertama dari metode ini adalah mendemineralisasi komponen anorganik gigi dengan
menggunakan larutan demineralisasi seperti asam nitrat, asam etilen diamin tetra,
asam hidroklorik, urea, chelating agent dan electrophoretic decalcification. Dari
berbagai larutan demineralisasi tersebut, asam nitrat merupakan larutan yang paling
baik digunakan karena tidak menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada jaringan
gigi. Setelah dilakukan proses demeneralisasi, tahap kedua adalah melakukan proses
dehidrasi menggunakan alkohol untuk membersihkan lemak, air dan udara pada gigi.
Tahap selanjutnya adalah melakukan pewarnaan pada saluran akar gigi dengan
menyuntikkan tinta kedalam saluran akar. Tahap terakhir dari metode ini adalah
merendam gigi pada larutan yang dapat menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi
akan menjadi transparan.4,10,24 Ada berbagai macam larutan yang dapat digunakan untuk menaikkan indeks refraktif gigi diantaranya methylsalicylate, chloroform,
benzene, xylene, toluene, carbon tetrachoride, cedar wood oil dan silicon 710. Dari
beberapa larutan tersebut, methylsalicylate merupakan larutan yang paling baik
digunakan karena tidak berbahaya dan harganya relatif lebih murah dibandingkan
29
Gambar 7. Tampilan saluran akar menggunakan teknik Dekalsifikasi dan pewarnaan.23
2.5.2 Radiografi
Radiografi konvensional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mengobservasi bentuk saluran akar dan dapat digunakan baik secara in vitro
dan in vivo. Radiografi merupakan alat yang paling umum dan mudah digunakan,
walaupun demikian, radiografi memiliki kekurangan dalam hal menampilkan bentuk
saluran akar secara baik karena hanya menampilkan gambaran dua dimensi.
Penelitian menunjukkan bahwa radiografi tidak dapat diandalkan dalam mendeteksi
saluran akar ganda, saluran akar lateral dan letak foramen apikal.2,25
30
2.5.3 Cone-beam Computed Tomography (CBCT)
Cone-beam computed tomography (CBCT) mulai diperkenalkan di bidang
endodontik pada tahun 1990. CBCT merupakan teknik non-invasif dan memiliki
pencitraan tiga dimensi. Beberapa penelitian tentang variasi morfologi saluran akar
gigi menggunakan CBCT telah dilakukan dan dilaporkan bahwa penerapan CBCT
menguntungkan dalam hal mengidentifikasi variasi konfigurasi saluran akar.2 Tidak seperti radiografi, CBCT memiliki resolusi gambar yang tinggi dan dapat mencegah
superimposisi obyek sehingga gambaran yang ditampilkan lebih jelas. Tidak hanya
untuk mengobservasi saluran akar, namun alat ini juga dapat digunakan untuk
pemeriksaan jaringan periodontal, lesi periapikal dan trauma dentoalveolar.27
Gambar 8. Tampilan gambaran CBCT.28
Gambar 9. Cone Beam Computed Tomography
31
2.6 Kerangka Teori
GIGI
Morfologi Akar Gigi
- Genetik - Usia
- Jenis Kelamin - Ras
Eksternal Internal
- Tipe 1
Klasifikasi Tipe Saluran Akar
Klasifikasi Weine Klasifikasi Gulabivala
• Tipe I (1)
32
2.7 Kerangka Konsep
Metode dekalsifikasi dan Pewaraan Saluran + Stereo mikroskop Premolar Satu Maksila
- Genetik
- Umur
- Jenis Kelamin
- Ras Morfologi Akar Gigi
Morfologi Eksternal (Tipe Akar)
Morfologi Internal (Tipe Saluran Akar)
Klasifikasi Loh HS (1998)
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
Klasifikasi Vertucci (1974)
> Tipe I (1) > Tipe V (1-2)
33
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitian yang diarahkan
untuk menampilkan distribusi persentase morfologi eksternal dan internal akar gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin serta untuk
menunjukkan hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar
satu maksila permanen.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas
Kedokteran Gigi USU dan Laboratorium Ilmu Dasar Biologi USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah tiga
bulan yaitu bulan April sampai Juli 2013.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah gigi premolar satu maksila permanen yang
sudah diekstraksi dengan usia kronologis 13-24 tahun karena pada usia 13 tahun akar
gigi sudah terbentuk sempurna dan pada usia 24 tahun belum terjadi perubahan
bentuk saluran pulpa.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah premolar satu maksila
34
gigi di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
consecutivesampling yang dikumpulkan selama dua bulan.
3.3.3 Besar Sampel
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya sampel pada
penelitian ini adalah:29
Banyak sampel
=
�������� +��������² (��−��)²Zα = Derajat kepercayaan penelitian sebelumnya (95% = 1 96)
Zβ = Derajat kepercayaan penelitian yang diharapkan (10% = 1,28)
Po = Proporsi penelitian sebelumnya (8,9 % = 0,089)
Qo = 1- Po (1-0,089 = 0,911)
Pa = Proporsi penelitian yang diharapkan (28,9 % = 0,289)
Qa = 1-Pa ( 1- 0,289= 0,711)
Maka, banyak sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
n= �1.96 √0.089 � 0.911 +1.28 √0.289 � 0.711�² (0.289−0.089)²
= (0.5580 +0.58022 )² (0.2)²
= 1.295 0.04
= 32.38 ≈ 34
35
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Usia kronologis 13-24 tahun yang diekstraksi pada perawatan ortodonti.
2. Morfologi gigi normal.
3.4.2 Kriteria Eksklusi :
1. Gigi dengan karies media dan karies pulpa.
2. Gigi sudah dilakukan perawatan endodonti.
3. Resopsi akar mencapai saluran pulpa.
4. Anomali gigi seperti twin teeth,microdonti dan macrodonti.
Pengelompokan Sampel :
1. Berdasarkan regio gigi :
a. Kiri : 18 sampel
b. Kanan : 16 sampel
2. Berdasarkan jenis kelamin:
a. Laki-laki : 16 Sampel
36
3.5 Variabel Penelitian
3.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu :
1. Gigi Premolar satu maksila adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada
urutan keempat dihitung dari garis tengah wajah pada rahang atas baik kiri
maupun kanan, memiliki dua cups yaitu cups bukal dan cups palatal.
2. Regio gigi adalah letak gigi dalam lengkung rahang yang terbagi menjadi kiri dan
kanan.
3. Morfologi eksternal akar adalah banyaknya akar yang terlihat dengan pemeriksaan
visual pada morfologi eksternal gigi premolar satu maksila permanen setelah gigi
dibersihkan dan diklasifikasikan menurut klasifikasi Loh HS (1998): Variabel Bebas :
1. Morfologi Eksternal Akar
2. Morfologi Internal Akar
Variabel Terkendali:
1. Umur 13-24 tahun
2. Konsentrasi Larutan Saline,
Natrium hipoklorit, asam nitrat,
alkohol, dan metil salisilat
3. -waktu perendaman
4. Keterampilan Operator
5. Prosedur Laboratorium
Variabel Tidak Terkendali :
1. Genetik
2. Ras
37
a. Tipe 1 : Satu akar
b. Tipe 2 : Dua akar yang terpisah
c. Tipe 3 : Dua akar yang bersatu hingga hampir mencapai apeks
d. Tipe 4 : Tiga akar
4. Morfologi internal akar adalah bentuk saluran akar utama yang terlihat mulai dari
kamar pulpa hingga apeks yang dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop
setelah gigi dijadikan transparan dan diklasifikasikan menurut Vertucci (1974):
a. Tipe I : Saluran tunggal mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).
b. Tipe II : Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu
membentuk satu saluran menuju apeks (2-1).
c. Tipe III : Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan
bersatu kembali menuju apeks (1-2-1).
d. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2).
e. Tipe V : Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi
dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2).
f. Tipe VI : Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian
bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal
yang berbeda (2-1-2).
g. Tipe VII : Satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu
dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2).
h. Tipe VIII : Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga
apeks (3).
4. Umur adalah usia yang diperoleh dengan mencatat tahun kelahiran seseorang yang
berhubungan dengan lama hidupnya seseorang.
5. Stereo mikroskop adalah mikroskop yang digunakan untuk melihat benda dengan
ukuran yang relatif besar dengan perbesaran delapan hingga tiga puluh kali dan
menampilkan benda yang diamati secara tiga dimensi sehingga memungkinkan
dilakukan pengamatan yang lebih detail.
6. Resopsi akar adalah hilangnya (lisis) bagian akar gigi seperti sementum dan dentin
38
7. Karies media adalah karies yang sudah mencapai dentin.
9. Karies pulpa adalah karies yang sudah mencapai pulpa.
3.7 Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Bahan Penelitian
a. Gigi premolar satu maksila kiri dan kanan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
b. Larutan saline (NaCl) 0.9%
c. Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine
Product, Indonesia)
d. Asam Nitrat (HNO3) 5%
e. Alkohol (C2H5OH)70%, 96% dan Alkohol Absolut
f. Methyl Salisilat (C8H8O3)
g. Tinta Printer (Data Print, Indonesia)
h. Tissue
3.7.2 Alat Penelitan a. Bur bulat
b. Masker
c. Sarung tangan
d. Pinset
e. Jarum Eksirpasi (Thomas, Prancis)
f. Micromotor (strong,Korea)
g. Spuit 1,5cc (York, Indonesia)
h. Wadah perendaman
39
Gambar 10: Micromotor, strong- korea (A), Jarum ekstirpasi (Nerve Broach),
Thomas-Prancis (B), wadah perendaman (C), spuit, york-Indonesia (D), Stereo
mikroskop, zeizz stemi DV4 (E)
A B
C D
40
3.8 Prosedur Penelitian
Setelah semua gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan terkumpul,
sampel dimasukkan ke dalam wadah perendaman dan diberi label, kemudian
dilakukan prosedur penelitian dengan tahap sebagai berikut :
I. Tahap pembersihan gigi
• Sampel direndam dengan larutan saline (NaCl) 0,9%.
• Scaling sampel secara manual untuk membersihkan kalkulus dan sisa jaringan
lunak yang menempel pada sampel.
• Cuci dengan air.
• Rendam seluruh permukaan sampel dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl)
5,25% (Baycline, PT. Johnson Home Hygine Product, Indonesia) selama 1 jam
untuk membersihkan sampel dari debris.
II. Tahap pemeriksaan visual
• Lakukan pemeriksaan morfologi eksternal gigi secara visual dan catat
klasifikasikan tipe akar gigi menurut Loh HS (1998).
III. Tahap dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar
• Buka atap pulpa sampel dengan menggunakan bur bulat. Bur bulat diletakkan di tengah permukaan oklusal gigi dan diarahkan sejajar dengan sumbu panjang
gigi dan lakukan pengeburan sampai menembus atap pulpa sehingga orifisi
saluran akan terlihat.
• Lakukan ekstirpasi saluran akar dengan menggunakan jarum ekstirpasi (nerve
broach, ekstirpasi saluran akar dilakukan melalui setiap orifisi. Setelah itu cuci
dengan air.
• Rendam seluruh permukaan gigi dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl)
5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine Product, Indonesia) selama 12
41
saluran akar. Perendaman dimulai pada pukul 19.00-07.00 WIB pada hari
pertama.
• Sampel dicuci dengan air mengalir selama 2 jam (pukul 07.00-09.00 hari
pertama) untuk melarutkan sisa larutan natrium hipoklorit ( NaOCl) kemudian
keringkan dengan tissue.
• Sampel didekalsifikasi dengan cara merendam seluruh permukaan gigi dengan asam nitrat (HNO3) 5% selama 4 hari pada suhu ruangan, setiap 24 jam larutan
asam nitrat 5% diganti dengan larutan yang baru. Perendaman mulai dilakukan
pada pukul 09.00 WIB dan penggantian larutan asam nitrat 5% dilakukan setiap
hari pada pukul 09.00 WIB hingga hari keempat. Larutan asam nitrat ini
berfungsi untuk melarutkan komponen anorganik gigi (mineral). Larutan asam
nitrat 5% ini bekerja dalam waktu yang cepat dan hanya sedikit menyebabkan
kerusakan jaringan pada gigi.
• Gigi dicuci dengan air mengalir selama 4 jam (pukul 09.00-12.00 WIB hari
keempat) untuk membersihkan asam nitrat kemudian dikeringkan dengan
tissue.
• Gigi didehidrasi dengan cara merendam seluruh permukaan gigi dalam alkohol
(C2H5OH) 70% selama 12 jam kemudian merendam kembali pada alkohol
96% selama 12 jam dan terakhir merendamnya pada alkohol absolut (99%)
selama 12 jam. Perendaman pada alkohol 70% dilakukan pada pukul 12.00
WIB hari keempat , alkohol 96% pada pukul 24.00 WIB hari keempat dan
alkohol absolut pada pukul 12.00 WIB hari kelima. Hal ini dilakukan untuk
menarik kandungan air, lemak dan udara yang terdapat pada gigi. Proses
dehidrasi ini dilakukan secara bertahap mulai dari alkohol berkonsentrasi
rendah hingga tinggi bertujuan agar tidak terjadi penyusutan yang terlalu besar
pada gigi.
• Suntikkan tinta printer (Data Print,Indonesia) ke dalam saluran akar melalui orifisi dengan menggunakan spuit (York, Indonesia). Tinta ini akan mewarnai
42
dengan jaringan disekitarnya sehingga dapat terlihat bentuk dan jumlah saluran
akar pada gigi.
• Rendam seluruh permukaan gigi pada larutan methyl salisilat (C8H8O3)
selama 2 jam hingga gigi menjadi transparan karena methyl salisilat ini akan
menaikkan index refraktif gigi. Perendaman pada larutan methyl salisilat ini
dilakukan mulai pukul 12.00-14.00 WIB pada hari kelima.
IV. Tahap pemeriksaan mikroskopis
• Sampel yang sudah menjadi transparan kemudian dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop. Pada penelitian ini, yang dilihat adalah bentuk saluran akar
utama, saluran akar lateral/aksesori tidak dilihat.
• Klasifikasikan tipe saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci.
V. Tahap pengolahan dan analisa data • Hasil
• Analisa Data
43
Gambar 11: Pembukaan atap pulpa (A), ekstirpasi pulpa (B)
pencucian gigi dengan air mengalir (C), penyuntikan tinta kedalam saluran akar (D).
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dan
analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15. Adapun uji
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji chi-square untuk:
1. Mengetahui perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila
permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
2. Mengetahui perbedaan morfologi internal akar pada gigi premolar satu
maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
3. Mengetahui hubungan morfologi eksternal dengan morfologi internal akar
pada gigi premolar satu maksila permanen.
A B
44
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar satu
maksila permanen kiri dan kanan dengan jumlah sampel sebanyak 34 gigi. Sampel
dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.
Usia kronologis sampel pada penelitian ini adalah 13-24 tahun. Sampel dikumpulkan
dari beberapa praktek gigi ortodonti selama 4 bulan yaitu mulai bulan Januari 2013
sampai April 2013.
4.1 Karakteristik Umum Sampel Yang Diteliti
Sampel yang diteliti diambil datanya dengan menggunakan lembar
pemeriksaan sampel. Data yang diambil yaitu regio gigi dan jenis kelamin sampel.
Tabel 4.DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK UMUM SAMPEL GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN KIRI DAN KANAN.
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Regio Gigi
Tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik umum sampel gigi
premolar satu maksila permanen kiri dan kanan yang digunakan dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini terdapat 18 sampel gigi premolar satu maksila permanen kiri dan
16 sampel gigi premolar satu maksila kanan. Berdasarkan jenis kelamin terdapat
sampel dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 gigi, sampel berjenis kelamin
45
4.2 Distribusi Frekuensi Persentase Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin.
Distribusi frekuensi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu
maksila permanen kiri dan kanan ditunjukkan tabel 5. Dari 18 sampel gigi premolar
satu maksila permanen kiri terdapat 72,22% gigi dengan akar tipe 1, 16,67% gigi
dengan akar tipe 2, 11,11% gigi dengan akar tipe 3 dan tidak ditemukan gigi dengan
akar tipe 4. Dari 16 sampel gigi premolar satu maksila permanen kanan terdapat
37,5% gigi dengan akar tipe 1, 18,75% gigi dengan akar tipe 2, 43,75% gigi dengan
akar tipe 3 dan tidak ditemukan gigi dengan akar tipe 4. Hasil uji chi-square
menunjukkan nilai p=0,072 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan morfologi
eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen yang signifikan pada gigi
premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.
Tabel 5.DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI EKSTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN REGIO GIGI.
Kelompok
Sampel
Morfologi Eksternal Akar Gigi Total Asymp.
Sig
(2-Tabel 6 menunjukkan distribusi persentase morfologi eksternal akar gigi
premolar satu maksila permanen berdasarkan jenis kelamin. Dari 18 sampel gigi
perempuan ditemukan gigi premolar satu maksila permanen memiliki akar tipe 1
sebanyak 66,67% , tipe 2 tidak ditemukan (0%), tipe 3 sebanyak 33,33% dan tipe 4
tidak ditemukan (0%). Dari 16 sampel gigi laki-laki, gigi premolar permanen dengan
akar tipe 1 ditemukan sebanyak 43,75%, tipe 2 sebanyak 37,5%, tipe 3 sebanyak
chi-46
square tipe akar terhadap jenis kelamin menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan (derajat signifikansi 5%) antara tipe akar gigi dan jenis kelamin, hal ini
ditunjukkan dari nilai p = 0.016 atau p<0,05.
Tabel 6.DISTRIBUSI PERSENTASE MORFOLOGI EKSTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Kelompok Sampel
Morfologi Eksternal Akar Gigi Total Asymp. Sig. (2-Keterangan : * secara statistik signifikan (bermakna p<0,05)
4.3 Distribusi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin.
Tabel 7 menunjukkan distribusi frekuensi persentase morfologi internal akar
gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan. Pada tabel terlihat dari 18
sampel gigi premolar satu maksila permanen kiri terdapat 16,66% gigi dengan saluran
akar tipe I (1), 5,56% gigi dengan saluran akar tipe III (1-2-1), 55,56% gigi dengan
saluran akar tipe IV (2), 22,22% gigi dengan saluran akar tipe VII (1-2-1-2) serta
tidak ditemukan saluran akar tipe (2-1), tipe V (1-2), tipe VI ( 2-1-2), dan tipe VIII
(3). Dari 16 sampel gigi premolar satu maksila permanen kanan terdapat 75% gigi
dengan saluran akar tipe IV (2), 6,25% gigi dengan saluran akar tipe V (1-2), 18,75%
gigi dengan saluran akar tipe VII (1-2-1-2) serta tidak ditemukan gigi dengan saluran
akar tipe I (1), tipe II (2-1), tipe III (1-2-1), tipe VI ( 2-1-2), dan tipe VIII (3). Hasil
uji chi-square menunjukkan nilai p=0,265 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat
perbedaan tipe saluran akar yang signifikan pada gigi premolar satu maksila
47
Tabel 7.DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI INTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA
PERMANEN BERDASARKAN REGIO GIGI.
Kelompok Sampel
Morfologi Internal Akar Gigi Total Asymp.
Sig (2-sided)
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI Tipe VII Tipe VIII
n % n % n % n % n % n % n % n % n % 0,265
Kiri 3 16,66 0 0 1 5,56 10 55,56 0 0 0 0 4 22,22 0 0 18 100
48
Tabel 8 menunjukkan distribusi frekuensi persentase morfologi internal akar
gigi premolar satu maksila permanen berdasarkankan jenis kelamin. Dari 18 gigi
premolar satu maksila permanen kiri dan kanan pada perempuan, gigi dengan tipe
saluran akar I (1) ditemukan sebanyak 1 gigi (5,55%), tipe III (1-2-1) sebanyak 1 gigi
(5,55%), tipe IV (2) sebanyak 11 gigi (61,11%), tipe V (1-2) tidak ditemukan (0%),
tipe VI (2-1-2) tidak ditemukan (0%), tipe VII (1-2-1-2) sebanyak 5 gigi (27,8%).
Dari 16 gigi premolar satu maksila permanen pada laki-laki, gigi dengan tipe saluran
akar I (1) ditemukan sebanyak 2 gigi (12,5%), tipe III (1-2-1) tidak ditemukan (0%),
tipe IV (2) sebanyak 11 gigi (68,75%), tipe V (1-2) sebanyak 1 gigi (6,25%), tipe VI
(2-1-2) tidak ditemukan (0%), tipe VII (1-2-1-2) sebanyak 2 gigi (12,5%). Pada hasil
penelitian baik pada laki-laki maupun perempuan tidak ditemukan gigi premolar satu
maksila permanen dengan saluran akar tipe II (2-1) dan VIII (3). Hasil analisa data
menggunakan uji chi-square tipe saluran akar terhadap jenis kelamin menunjukkan
p= 0,299 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan tipe saluran akar yang signifikan
49
Tabel 8. DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI INTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Kelompok Sampel
Morfologi Internal Akar Gigi Total Asymp.
Sig. (2-sided) Tipe I
(1)
Tipe II (2-1)
Tipe III (1-2-1)
Tipe IV (2)
Tipe V (1-2)
Tipe VI (2-1-2)
Tipe VII (1-2-1-2)
Tipe VIII (3)
n % n % n % n % n % n % n % n % n % 0,476 Perempuan 1 5,55 0 0 1 5,55 11 61,11 0 0 0 0 5 27,8 0 0 18 100
Laki-Laki 2 12,5 0 0 0 0 11 68,75 1 6,25 0 0 2 12,5 0 0 16 100
50
4.4 Hubungan Morfologi Eksternal Dengan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen
Distribusi persentase morfologi eksternal dan morfologi internal gigi premolar
satu maksila permanen terlihat pada tabel 9. Pada tabel terlihat bahwa gigi dengan
akar tipe 1 (19 gigi) memiliki saluran akar dengan persentase sebagai berikut : tipe I
(1) sebanyak 15,8%, tipe II (2-1) tidak ditemukan (0%), tipe III (1-2-1) sebanyak
5,3%, tipe IV (2) sebanyak 36,84%, tipe V (1-2) sebanyak 5,3%, tipe VI (2-1-2) tidak
ditemukan, tipe VII (1-2-1-2) 36,8%, tipe VIII (3) tidak ditemukan (0%). Akar tipe 2
(6 gigi) seluruhnya memiliki saluran akar tipe IV (2). Akar tipe 3 (9 gigi) seluruhnya
memiliki saluran akar tipe IV sedangkan akar tipe 4 tidak ditemukan sama sekali.
Hubungan antara jumlah akar dengan tipe saluran akar pada gigi premolar satu
maksila permanen dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil pengujian
tersebut menunjukkan nilai p=0,067 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan
51
Tabel 9. DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI EKSTERNAL DENGAN MORFOLOGI INTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN KIRI DAN KANAN
52
Gambar 12. Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen ditemukan dalam penelitian
Gambar 13. Morfologi internal akar gigi premolar maksila permanen yang ditemukan dalam penelitian.
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
Tipe I Tipe III Tipe IV
53
BAB 5 PEMBAHASAN
Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat
penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu
seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi
morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan
endodonti dan exodonti dengan baik.1 Ada beberapa hal yang mempengaruhi bentuk morfologi eksternal dan internal akar gigi diantaranya adalah etnik, umur dan jenis
kelamin.2-4
Premolar satu maksila permanen merupakan gigi yang memiliki banyak
variasi bentuk akar maupun saluran akar.3,6,20 Dari beberapa literatur diketahui premolar satu maksila memiliki empat variasi morfologi eksternal akar dan delapan
variasi tipe morfologi internal akar. Penelitian mengenai variasi akar dan saluran akar
ini masih jarang dilakukan di Indonesia sehingga belum didapatkan informasi yang
cukup mengenai variasi akar dan saluran akar gigi premolar satu maksila permanen
yang mewakili populasi Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi persentase
dan perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen
menurut klasifikasi Loh HS (1998) dan morfologi internal akar gigi premolar satu
maksila permanen menurut klasifikasi Vertucci (1974) berdasarkan regio gigi dan
jenis kelamin. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 gigi premolar satu maksila
permanen yang diekstraksi pada perawatan ortodonti dengan usia kronologis 13-24
tahun. Pemilihan usia dengan rentang 13-24 tahun dilakukan dengan alasan bahwa
pada usia 13 tahun merupakan usia dimana pada umumnya pembentukan gigi
premolar maksila baik mahkota maupun akar sudah sempurna.14 Selain itu usia 13-24 tahun merupakan rentang usia dimana gigi belum mengalami perubahan saluran
pulpa.
Pengambilan sampel sebanyak 34 gigi diambil berdasarkan teknik
54
teknik non-probability sampling yang paling baik dan mudah dilakukan. Pada
consecutive sampling, semua sampel (dalam hal ini gigi premolar satu maksila
permanen) yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan kedalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.30 Pengumpulan sampel dilakukan selama 4 bulan yaitu mulai Januari – April
2013. Adapun yang menjadi kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah : usia
kronologis 13-24 tahun yang diekstraksi pada perawatan ortodonti, gigi karies
superfisial, anatomi gigi normal. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah: gigi
dengan karies media dan karies pulpa, gigi sudah dilakukan perawatan endodonti,
resopsi akar dan anomali gigi seperti twin teeth, makrodonti dan mikrodonti.
Pengambilan data morfologi eksternal akar pada penelitian ini dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan visual terhadap semua gigi premolar satu maksila
permanen yang sebelumnya telah dibersihkan kemudian diklasifikasikan berdasarkan
klasifikasi Loh HS (1998). Pengambilan data morfologi internal akar dilakukan
dengan melakukan observasi menggunakan stereo mikroskop setelah sebelumnya gigi
dijadikan transparan dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan
saluran akar kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Vertucci (1974). Data
dianalisis dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat perbedaan morfologi
eksternal dan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen
berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin serta untuk melihat hubungan antara
55
5.1 Distribusi Persentase dan Perbedaan Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin
Hasil pengamatan terhadap morfologi eksternal akar gigi premolar satu
maksila permanen berdasarkan regio gigi ditunjukkan oleh tabel 5. Dari tabel
diketahui pada gigi premolar satu maksila permanen kiri lebih banyak ditemukan gigi
dengan akar tipe 1 (72,22%) dan tipe 2 (16,67%) sedangkan gigi premolar satu
permanen kanan lebih banyak ditemukan gigi dengan akar tipe 3 (43,75%) dan tipe 1
(37,5%). Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat perbedaan morfologi
eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.
Hasil pengamatan terhadap morfologi eksternal akar gigi (gambar 1) premolar
satu maksila permanen terhadap jenis kelamin ditunjukkan oleh tabel 6. Dari 34
sampel gigi premolar satu maksila (18 perempuan dan 16 laki-laki), pada perempuan
tipe akar gigi premolar satu permanen maksila yang paling banyak ditemukan adalah
tipe 1 (berakar satu) yaitu 66,67%, dan tipe 3 (dua akar yang bersatu) 33,33%. Pada
laki-laki lebih banyak ditemukan gigi premolar satu maksila dengan akar tipe 1 (satu
akar) yaitu 43,75%, dan akar tipe 2 (dua akar yang berpisah ) 37,5%. Hasil uji
chi-square menunjukkan terdapat perbedaan jumlah akar yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh R.N. Ng’ang’a, Masiga M,a dan
W.Maina (2009) di Kenyan Africans pada 155 gigi premolar satu maksila (77
laki-laki, 78 perempuan) mendapatkan pada perempuan tipe akar gigi premolar satu
maksila yang paling banyak ditemukan adalah tipe 1 (satu akar) yaitu 50% dan tipe 3
(dua akar yang bersatu) 32,1%. Pada laki-laki, tipe akar yang paling banyak dijumpai
adalah tipe 2 (dua akar yang terpisah) yaitu 72,7% dan tipe 3 (dua akar yang bersatu)
11,7%. Penelitian tersebut juga menunjukkan terdapat perbedaan tipe akar yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan.31 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cheng XL dan Weng YL (2008) di Shanghai, China terhadap 442 gigi premolar satu
maksila (134 laki-laki dan 228 perempuan) juga mendapatkan pada perempuan tipe
akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe 1 (satu akar) yaitu 62,68%. Pada
56
yaitu 62,68%. Penelitian tersebut juga menunjukkan terdapat perbedaan tipe akar
yang signifikan anatara laki-laki dan perempuan.32 Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki akar tipe 1 (berakar
satu) dan tipe 3 (dua akar tetapi bersatu), sedangkan laki-laki cenderung memiliki
akar tipe 2 (dua akar yang terpisah) dan terdapat perbedaan tipe akar yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan.31,32 Perbedaan variasi bentuk akar pada laki-laki dan perempuan seperti yang telah dikemukakan di atas dipengaruhi oleh kromosom sex
yaitu kromosom X dan Y. Kromosom Y diketahui mempengaruhi pembentukan
enamel dan dentin, sedangkan kromosom X berpengaruh terhadap pembentukan
enamel dan juga menghambat pembentukan dentin.17,18 Menurut Alvesalo dan Lahdesmaki (2009), kromosom Y lebih berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan akar karena pada akar hanya terdapat dentin.18
Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi premolar satu maksila dengan akar
tipe 4 (berakar 3), sedangkan pada penelitian R.N. Ng’ang’a, Masiga M,a dan
W.Maina (2009) di Kenyan Africans mendapatkan gigi dengan akar tipe 4 (berakar 3)
pada laki-laki sebanyak 11,7% dan pada perempuan ditemukan sebanyak 1,3%.29 Penelitian yang dilakukan Cheng XL dan Weng YL (2008) di Shanghai, China
mendapatkan gigi premolar satu maksila dengan akar tipe 4 pada laki-laki sebanyak
3,73% dan pada perempuan tidak ditemukan (0%).32 Perbedaan hasil yang didapat pada penelitian ini dengan dua penelitian di atas kemungkinan disebabkan jumlah
sampel yang digunakan pada penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dua penelitian
di atas. Selain daripada itu beberapa literatur menyatakan bahwa insiden gigi
premolar satu maksila berakar 3 (akar tipe 4) umumnya hanya sebesar 0-6%,
sehingga dengan sampel yang sedikit kecil kemungkinan menemukan gigi dengan
berakar 3 (akar tipe 4).12 Dalam beberapa literatur, gigi premolar satu maksila berakar dua (tipe 2 dan 3) adalah gigi yang paling banyak ditemukan pada premolar satu
maksila permanen (50,6-72%). Namun dalam penelitian ini gigi premolar satu
maksila permanen yang paling banyak ditemukan adalah gigi premolar maksila
berakar satu (tipe 1) yaitu 55,89%. Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh
57
5.2 Distribusi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Gigi Premolar Satu Maksila Permanen berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin
Hasil pengamatan terhadap morfologi internal akar gigi premolar satu maksila
permanen berdasarkan regio gigi ditunjukkan oleh tabel 7. Dari tabel diketahui pada
gigi premolar satu maksila permanen kiri lebih banyak ditemukan gigi dengan saluran
akar tipe IV (55,56%%) dan tipe VII (22,22%). Pada gigi premolar satu permanen
kanan juga lebih banyak ditemukan gigi dengan saluran akar tipe IV (75%) dan tipe
VII (18,75%). Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat perbedaan morfologi
internal akar gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.
Penelitian morfologi internal akar (gambar 4) berdasarkan jenis kelamin (tabel
8) menunjukkan pada perempuan lebih banyak ditemukan saluran akar tipe IV (2)
yaitu 61,11% dan tipe VII (1-2-1-2) 27,8% serta tidak ditemukan saluran akar tipe II
(2-1), V (1-2), VI (2-1-2) dan VIII (3). Pada laki-laki tipe saluran akar yang paling
banyak ditemukan adalah tipe IV (2) yaitu 68,75% dan tipe VII (1-2-1-2) 12,5% serta
tidak ditemukan saluran akar tipe II (2-1), III (1-2-1), VI (2-1-2) dan VIII (3). Uji
chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan morfologi internal
akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Penelitian tipe saluran akar juga dilakukan oleh R.N. Ng’ang’a, M asiga M,a
dan W.Maina (2010) di Kenya Afrika menggunakan 77 gigi premolar satu maksila
laki-laki dan 78 gigi premolar satu maksila perempuan menunjukkan bahwa pada
perempuan tipe saluran akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe IV (2) yaitu
74,4% dan tipe V (1-2) 11,5%. Pada laki-laki tipe saluran akar yang paling banyak
ditemukan adalah tipe IV (2) yaitu 68,8% dan tipe V (1-2) 14,3%. Hasil penelitian
tersebut juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tipe saluran akar yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan.33
Penelitian tipe saluran akar yang dilakukan oleh Sert dan Bayirli (2004) cit
Vertucci (2005) pada populasi Turki terhadap 2800 sampel gigi permanen maksila
dan mandibula menemukan adanya perbedaan tipe saluran akar yang signifikan
58
yang digunakan pada penelitian tersebut tidak terbatas pada gigi premolar satu
maksila saja tetapi menggunakan semua gigi permanen.
Menurut Vertucci (1984) cit. R.N. Ng’ang’a, M asiga M,a dan W.Maina
(2010) tipe saluran akar yang paling banyak dijumpai pada premolar satu maksila
adalah tipe IV (2).33 Hal itu sama dengan hasil yang didapat pada penelitian ini, dimana baik pada laki-laki maupun perempuan tipe saluran akar yang paling banyak
dijumpai adalah tipe IV (2). Pada penelitian ini ditemukan lima dari delapan variasi
tipe saluran akar pada gigi premolar satu maksila, pada penelitian lain yang dilakukan
oleh R.N. Ng’ang’a, M asiga M,a dan W.Maina (2010) menemukan delapan variasi
tipe saluran akar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini lebih sedikit dibandingkan penelitian tersebut.
5.3 Hubungan Morfologi eksternal akar dengan morfologi internal akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen
Hubungan morfologi eksternal dengan morfologi internal akar gigi premolar
satu maksila permanen (tabel 9) menunjukkan bahwa pada akar tipe 1 lebih banyak
ditemukan saluran akar tipe VII (1-2-1-2) sebanyak 36,8%, kemudian diikuti saluran
akar tipe IV (2) sebanyak 36,84%, saluran akar tipe IV (2) sebanyak 36,84%, saluran
akar tipe I (1) sebanyak 15,8% dan saluran akar tipe III (1-2-1) dan tipe V (2-1-2)
masing-masing sebanyak 5,3% serta tidak ditemukan saluran akar tipe II (2-1), tipe
VI (2-1-2) dan tipe VIII (3). Pada akar tipe 2 seluruhnya memiliki saluran akar tipe
IV (2). Akar tipe 3 seluruhnya memiliki saluran akar tipe IV (2) sedangkan akar tipe
4 tidak ditemukan sama sekali. Hal ini menjelaskan bahwa gigi dengan akar tipe 1
merupakan gigi yang memiliki variasi bentuk saluran akar yang paling banyak
dibandingkan gigi dengan akar tipe 2 dan 3. Hasil uji chi-square yang dilakukan
menunjukkan tidak adanya hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar,
kemungkinan bahwa morfologi eksternal akar tidak mencerminkan morfologi internal
akar gigi. Hal ini kemungkinan disebabkan perubahan pada saluran akar dapat terjadi
sepanjang gigi masih ada, sedangkan bentuk akar gigi tidak berubah setelah gigi