• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG

PENYIARAN

(Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana ( S-1 )

Oleh:

Randy Wisnu Permana 06220378

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Randy Wisnu permana Tempat. Tanggal lahir : Banyuwangi, 9 maret 1988

NIM : 06220378

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2002

TENTANG PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya) Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupaun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan namanya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan seben

ar-benarnya dan apabila pernyataan tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang. 11 Januari 2013 Yang menyatakan,

(5)

ABSTRAKSI Randy Wisnu Permana, 06220378

KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)

Pembimbing : Nasrullah, M.Si dan Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

Kata Kunci : Televisi, UU Nomor 32 Tahun 2002, Manajemen Penyiaran, Televisi Berjaringan, Sakti Televisi, Sakti Madiun

Salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran adalah terselenggaranya sistem televisi berjaringan. Oleh karena itu, Sakti TV hadir sebagai salah satu televisi berjaringan di Indonesia. Menjadi hal yang menarik ketika Sakti Televisi sebagai stasiun televisi yang baru terbentuk berusaha menjalankan amanat dari UU tersebut dengan sistem berjaringannya. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep serta manajemen penyiaran Sakti TV sebagai stasiun televisi berjaringan sesuai UU penyiaran Nomor 32 tahun 2002. Penelitian ini juga menjelaskan tentang persiapan, kendala, dan halangan yang menyertai Sakti TV sebagai televisi berjaringan.

Televisi merupakan salah satu media massa paling populer. Di Indonesia, terdapat sepuluh televisi yang jangkauan siarnya mencakup seluruh wilayah Indonesia. Sesuai amanat UU Nomor 32 Tentang Penyiaran yang mengharuskan terselenggaranya sistem siaran berjaringan, televisi-televisi berdaya siar nasional tersebut diharuskan melepaskan frekuensi terhadap daerah-daerah siaran mereka pada orang/lembaga/organisasi daerah yang ingin menggunakannya untuk dikembangkan, sehingga sistem penyiaran yang tercipta lebih demokratis dan tidak tersentralisasi.

Pendekatan dari penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menjelaskan gambaran dan pemahaman mengenai sistem televisi berjaringan yang dilaksanakan oleh Sakti TV. Metode penelitian dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan informan-informan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti di dalam struktur organisasi Sakti TV, pengamatan langsung dan terlibat, serta dokumentasi demi mendukung kekayaan sumber data yang didapat. Jenis penelitian ini akan menyajikan pembahasan yang mendalam mengenai konsep dan manajemen penyiaran yang dilaksanakan oleh Sakti TV sebagai televisi berjaringan.

(6)

mengudara. Sakti TV sebagai host station akan beroperasi setelah Sakti Televisi menyelesaikan tahap berjaringan dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur selain Surabaya, yakni Malang dan Jember. Sakti Tv membuat Sakti Broadcaster Trainee di tiap jaringannya dengan tujuan agar kualitas program yang dihasilkan di tiap jaringan sama dengan kualitas stasiun induk.

Manajemen Sakti televisi dalam menyiapkan struktur organisasi di stasiun jaringan menempatkan seorang Kepala yang bertugas memastikan semua operasional stasiun jaringan berjalan dengan semestinya, memberikan masukan-masukan guna terjalinnya kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan stasiun induk. Namun dalam perjalanannya, posisi dan peran Kepala Stasiun menjadi tidak efektif karena beberapa departemen langsung di bawah komando stasiun induk, sehingga sering terjadioverlapping decision. Kendati Sakti Televisi saat ini hanya mempunyai satu televisi jaringan yakni Sakti Madiun dan bertindak sebagai penyedia konten, namun manajemen Sakti televisi siap melaksanakan secara konsisten amanat UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan menjadi contoh bagi sistem siaran televisi berjaringan.

Peneliti

Randy Wisnu Permana Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan, kasih sayang-Nya serta yang terbaik kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul Konsep dan Manajemen Siaran Televisi Berjaringan Sebagai Implementasi Undang-Undan Penyiaran No.32 Tahun 2002 (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya), sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Berbicara mengenai televisi sebagai salah satu media massa, perkembangan dan isi siaran sebuah stasiun televisi mengalami perkembangan dai zaman ke zaman. Di Indonesia sendiri, perkembangan media televisi yang dimulai di masa Orde Baru juga mengalami perubahan dan aturan ketika menginjak masa Reformasi. Dan di waktu sekarang terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang masalah penyiaran di Indonesia yang diharuskan untuk berjaringan, agar semua konten yang disiarkan bisa merata diterima oleh seluruh wilayah di Indonesia.

(8)

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammdiyah Malang.

2. Bapak Nasrullah, M.Si selaku dosen pembimbing pertama atas saran, arahan, dukungan, serta kepercayaan selama proses bimbingan sampai skripsi ini bisa diselesaikan.

3. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si selaku dosen pembimbing kedua atas kesabaran dan koreksi-koreksi di karya ilmiah ini, terima kasih sudah menjadi ayah bagi saya selama kuliah. 4. Segenap informan yang bersedia meluangkan waktu untuk

berbincang : Bapak Teguh. S Usis selaku Direktur Utama Sakti TV (Anda guru yang terbaik, Bang), Bapak Rahmat Mulia selaku GM News And Production Sakti TV, Bapak Leon Harita selaku Kadiv Teknik (terima kasih atas ilmu lapangannya, Mas), Bapak Asep Rohimat selaku Kadiv Programming, dan Bapak Rasyadian Putra selaku Kepala Stasiun sakti Madiun.

5. Keluarga kecil saya : Mamaku Ny. Suprihatin yang sangat kuat dalam membesarkan saya serta kakakku Radhita yang tak henti-hentinya menyemangati dalam hidup saya.

6. Ayu Lidya Rahmawati atas segala cinta, pengorbanan, doa, tawa, dan kesabarannya yang menemani hidup saya.

(9)

8. Teman-teman kos Gang 9 yang selalu sedia waktu dan peralatan untuk saya

9. Emas cepod, Eliza Kholifa, Rizky F. Setyo, Denny S, Rarasing Tyas, Panji Mas Agam, Lukmanul Hakim, Briansyah Setyo, Rahne Putri, kalian adalah inspirasi saya. Terima atas dukungan morilnya kepada saya.

Penulis berharap semoga kita semua dalam lindungan dan berkah-Nya dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 11 Januari 2013

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

ABSTRAKSI... ... v

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR FOTO... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Konsep dan Teori D.1 Konsep... 6

D.1.1Televisi Berjaringan... 7

D.2 Teori... 8

(11)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Televisi, Media Massa Paling Populer... 12

B. Sistem Penyiaran Televisi Di Indonesia... 16

B.1 Sejarah dan Perkembangan Penyiaran Televisi Di Indonesia... 19

B.2 Lembaga Penyiaran Televisi Di Indonesia... 24

C. Televisi Berjaringan Sebagai Amanah Undang-Undang Penyiaran.... 19

C.1 Syarat Mendirikan Stasiun Televisi Berjaringan... 27

C.2 Keuntungan dan Kekurangan Televisi Berjaringan... 31

D. Sistem Berjaringan Sakti TV Sebagai Implementasi Kebjakan UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran... 33

D. Manajemen Penyiaran Televisi... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 43

B. Teknik Pengumpulan Data... 43

C. Sumber Data Penelitian... 44

C.1 Karakteristik Informan... 45

D. Teknik Analisis Data... 47

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 49

(12)

A.2 Visi, Misi, Serta Konsep dan Strategi Sakti Televisi... 51

A.3 Konsep Berjaringan dan Materi Siar Sakti Televisi... 53

A.3.1 Konsep Berjaringan Sakti Televisi... 53

A.3.1.1 KonsepStand AlonePada Stasiun Jaringan... 55

A.3.2 Materi Siar Sakti Televisi... 56

A.4 Sakti Madiun... 58

B. Manajemen Siaran Sakti Televisi... 62

B.1 Perencanaan... 62

B.1.1 Perencanaan Struktur Organisasi... 62

B.1.2 Perencanaan Keuangan dan Pembiayaan... 65

B.1.3 Perencanaan Materi Siar... 67

B.1.3.1 Departemen Programming... 67

B.1.3.2 Departemen News... 68

B.1.3.3 Departemen Produksi... 70

B.1.4 Perencanaan Peralatan Siar... 72

B.2 Pengorganisasian... 76

B.2.1 Departemen News... 76

B.2.2 Departemen Produksi... 87

B.2.3 Departemen Teknik dan Fasilitas... 94

B.2.4 Kepala Stasiun Jaringan... 98

C. Penggerakan... 100

(13)

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 105 B. Saran

B.1 Akademis... 107 B.2 Praktis... 107

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Wilayah Tahapan Pertama Sakti Tv Di Jawa Timur... 54

Gambar 4.2 : Tayangan-tayangan Sakti TV... 58

Gambar 4.3 : Logo lama dan logo baru Sakti Madiun... 59

Gambar 4.4 : Grafik pertumbuhan PDRB Kota dan Kab. Madiun Th.2011... 60

Gambar 4.5 : Hasil Riset Media di Madiun Raya th.2012... 60

Gambar 4.6 : Program Acara Omahku... 71

Gambar 4.7 : Program Acara Ben Waras... 71

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Jaringan-jaringan Sakti TV... 53

Tabel 4.2 : Tahap Berjaringan sakti TV... 54

Tabel 4.3 : Struktur Organisasi Sakti Madiun... 63

Tabel 4.4 : Struktur Divisi Operasional Sakti Madiun... 64

Tabel 4.5 : Struktur Divisi Teknik Sakti Madiun... 64

Tabel 4.6: Struktur Commercial and Services Sakti Madiun... 65

Tabel 4.7 : Struktur News Departement Sakti TV... 77

Tabel 4.8 : Struktur Production Departement Sakti TV... 88

(16)

DAFTAR FOTO

Foto 4.1 : Kantor Sakti Madiun Sebelum Renovasi... .61

Foto 4.2 : Kantor Sakti Madiun Setelah Renovasi... 61

Foto 4.3 : Ruang Editing lama Sakti Madiun... .61

Foto 4.4 : Ruang Editing baru Sakti Madiun... 61

Foto 4.5 : Ruang Master control Sakti Madiun... 61

Foto 4.6 : Studio Produksi program... 61

Foto 4.7 : Launching Sakti Madiun... 62

Foto 4.8 : Tampak depan kantor Sakti Madiun... 73

Foto 4.9 : Ruang lobby... 73

Foto 4.10 : Ruang marketing... 73

Foto 4.11 : Ruang meeting... 73

Foto 4.12 : Ruang Direktur... 74

Foto 4.13 : Ruang Kepala Stasiun... 74

Foto 4.14 : Ruang News... 74

Foto 4.15 : Studio Produksi... 74

Foto 4.16 : Ruang editing... 74

Foto 4.17 : Ruang Logistik danServer... 74

Foto 4.18 : Ruang Produksi... 74

Foto 4.19 : Studio News... 74

Foto 4.20 : Master Control Room... 75

Foto 4.21 : Kamera HD Panasonic AGHMC... 75

(17)

Foto 4.23 : Editing Edius System... 76

Foto 4.24 : Peserta Sakti Broadcster Training Sakti Surabaya... 102

Foto 4.25 : Program Jejak SMBT... 102

Foto 4. 26 : Kegiatan SMBT... 102

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

a. Pedoman wawancara... 111 b. PP NO. 50 TH. 2005 BAB VI Ps. 34... 115 c. PP NO. 52 TH. 2005 Ps. 4... 117 d. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NO. 28

TAHUN 2008... 119 e. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI NO. 43

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ade Armando. 2011.Televisi Jakarta Di Atas Indonesia. Yogyakarta : Bentang Heru Effendi. 2008.Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga JB. Rahyudi. 1986.Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung : Alumni __________. 1994.Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta : Gramedia J. Lexy Moeleong. 2001. Metodologi Penelitianj Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosda Karya

Morissan. 2011. Manajemen Media Penyiaran : Starategi Mengelola Radio Dan Televisi Edisi Revisi. Jakarta : Kencana Media Group

Muhammad Mufid. 2007. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta : Kencana Media Group

Nurudin. 2007.Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers

Samodra Wibawa. 1994. Kebijakan Publik Proses Dan Analisis. Jakarta : Intermedia

Sutisno. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Naskah TV dan Video. Jakarta : Gramedia Widya Sarana Indonesia

(20)

Sumber Non Buku

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No. 43 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Melalui Sistem jaringan Oleh Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No.28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran

http://adearmando.wordpress.com/2010/01/29/mengapa-sistem-tv-berjaringan-harus-dijalankan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi-Republik-Indonesia

(21)

1

digunakan, khususnya di Indonesia. Pemakaian televisi sudah menjadi budaya dan

menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Tak heran, meskipun saat ini

beberapa program televisi sudah tidak menarik lagi, eksistensi media ini tetap

bertahan. Sebagai salah satu sesepuh media massa, televisi masih tetap tetap

eksis dan tidak kehilangan penonton setianya. Televisi merupakan media massa

yang dalam perkembangannya cukup rumit dan signifikan. Televisi menyajikan

banyak aspek yang dapat dinikmati oleh manusia, selain suara dan gambar,

televisi juga memberikan kemudahan manusia dalam melihat informasi secara

nyata lewat gambar, sehingga membawa manusia dalam pengetahuan baru di

sebuah program tertentu.

Di Indonesia, televisi pertama hadir sekitar tahun 1960-an yang dipelopori

oleh TVRI. Keran bisnis industri pertelevisian Indonesia dibuka oleh pemerintah

pada akhir tahun 1980-an melalui berdirinya RCTI (Rajawali Citra Televisi

Indonesia), sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Setelah

mengudaranya RCTI, kemudian disusul oleh televisi-televisi swasta lainnya,

(22)

2 reformasi, muncul hampir serempak televisi swasta lainnya, yaitu Metro Tv, Tv7

(sekarang Trans7), Trans Tv, Lativi (sekarang Tv One), dan Global TV.

Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah

televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah. Hal ini

dimungkinkan dengan munculnya televisi-televisi lokal di tiap daerah di

Indonesia. Salah satu amanat Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002

adalah tentang siaran berjaringan. Sistem siaran jaringan adalah sistem televisi di

Indonesia yang mengharuskan televisi- televisi yang memiliki daya frekuensi

siaran nasional (RCTI, SCTV, MNCTV, Indosiar, antv, Metro TV, Trans TV,

tvOne, Trans7, dan Global TV), agar melepaskan frekuensi terhadap

daerah-daerah siaran mereka dan menyerahkan pada orang / lembaga/ organisasi daerah-daerah

yang ingin menggunakannya untuk dikembangkan. Bila televisi-televisi yang

berlokasi di Jakarta menginginkan siarannya dapat diterima di daerah tertentu,

maka ia harus bekerjasama dengan televisi yang ada di daerah bersangkutan.

UU Penyiaran 2002 telah mengeluarkan amanat bagi berlangsungnya

sistem penyiaran berjaringan di Indonesia. Namun, sepuluh tahun setelah

dikeluarkannya UU, sistem pertelevisian Indonesia sama sekali belum berubah.

Kewajiban pembangunan jaringan diabaikan begitu saja. Padahal sistem televisi

berjaringan adalah sebuah sistem yang jauh lebih demokratis, adil dan lebih

membawa manfaat bagi seluruh daerah di Indonesia.

Sistem penyiaran tersentralisasi yang selama ini berlangsung di Indonesia

(23)

3 bersiaran secara nasional dengan hanya menggunakan stasiun-stasiun relai/

transmitter di setiap daerah. Dalam sistem ini, siaran sepenuhnya disiapkan,

dibuat, dan dipancarkan dari Jakarta menuju rumah-rumah penduduk di seluruh

Indonesia dengan hanya diperantarai stasiun relai di setiap daerah tersebut.

Dengan demikian, apa yang disaksikan oleh warga perumahan di Jakarta, sampai

ke Bangkalan, Madura, sampai ke Palangkaraya, Lubukpakam, Aceh, Ujung

Pandang, sampai ke Manokwari sepenuhnya ditentukan oleh segenap stasiun yang

berlokasi di Jakarta.

Mengingat bahwa setiap masyarakat yang menetap di berbagai daerah

berbeda akan memiliki konteks budaya, politik dan ekonomi berbeda,

penunggalan siaran yang datang dari sebuah pusat pada dasarnya mengingkari

keberagaman tersebut. Karena itu, dalam sistem jaringan ini, setiap stasiun televisi

yang menjadi bagian dari jaringan nasional harus memuat program-program lokal,

misalnya program berita lokal atau program pendidikan lokal, dan sebagainya.

Namun yang terpenting dengan Sistem Siaran Jaringan bukan hanya soal muatan

lokal. Yang sama penting atau lebih penting lagi adalah manfaat ekonominya.

Dengan sistem siaran yang tersentralisasi, uang iklan hanya mengalir ke Jakarta.

Segenap keuntungan ekonomi hanya terpusat di Jakarta. Di daerah di luar Jakarta,

masyarakat hanya menjadi penonton. Dalam sistem pertelevisian terpusat seperti

sekarang ini, tak mungkin ada stasiun televisi di luar Jakarta yang dapat

berkembang dengan sehat. Akibatnya tak ada lapangan pekerjaan yang terkait

dengan industri pertelevisian terbuka. Tak ada dorongan untuk menumbuhkan

(24)

4 penyiaran di daerah-daerah. Masyarakat daerah tidak memperoleh manfaat

ekonomi apa-apa dari sistem sentralistik ini. Puluhan triliun rupiah belanja iklan

televisi setiap tahunnya hanya terserap di Jakarta. Bahkan pengusaha daerah yang

ingin beriklan di daerahnya melalui televisi harus mengirimkan uang ke Jakarta.

Segenap rumah produksi, biro iklan, dan industri pendukung pertelevisian lainnya

hanya tumbuh di Jakarta. Lapangan pekerjaan pertelevisian hanya ada di Jakarta.

Mahasiswa yang belajar disiplin ilmu komunikasi dan penyiaran di perguruan

tinggi luar Jakarta tidak akan memperoleh peluang bekerja cukup luas di

pertelevisian di daerahnya, dan harus pindah ke Jakarta bila tetap ingin bekerja di

dunia pertelevisian.

UU Penyiaran memang tidak harus dijalankan segera sesudah UU itu

diluncurkan. Karena kesadaran akan rangkaian kesulitan yang mungkin dihadapi

oleh pelaku industri, UU Penyiaran 2002 sebenarnya memberi tenggang waktu

lima tahun bagi stasiun televisi untuk melakukan penyesuaian. Para pembuat UU

nampaknya percaya bahwa dalam waktu yang cukup lama tersebut,

stasiun-stasiun televisi komersial dapat membangun sistem jaringan yang diamanatkan

UU secara perlahan-lahan.

Namun amanat ini terus menerus ditolak industri penyiaran. Sejak

kelahiran UU Penyiaran 2002, secara kolektif, stasiun-stasiun tersebut berupaya

agar UU tersebut tidak dapat dijalankan. Mereka misalnya berkampanye dengan

menuduh UU tersebut sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan

(25)

5 permohonan ke Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan UU tersebut. Namun,

bahkan ketika MK menolak permintaan tersebut, stasiun-stasiun televisi komersial

tetap menolak untuk menjalankan kewajiban untuk menghentikan siaran nasional

dan kewajiban mengembangkan jaringan stasiun televisi di berbagai kota. (dikutip

darihttp://adearmando.wordpress.com/2010/01/29).

Dalam perjalanannya, pemerintah sendiri nampak mudah sekali disetir

oleh kepentingan industri pertelevisian tersebut. Ade Armando (2011:62)

mencontohkan pada tahun 2005, Menkominfo mengeluarkan peraturan

pemerintah tentang lembaga penyiaran swasta yang tidak mewajibkan

berlangsungnya perubahan mendasar tersebut. Pemerintah seperti membiarkan

saja perkembangan tersebut. Ketika pada 2007 disadari bahwa sebenarnya amanat

UU tersebut sudah harus diterapkan, pemerintah kembali mengeluarkan keputusan

yang menyatakan menunda kewajiban pelaksanaan sistem televisi bejaringan

sampai Desember 2009. Akhirnya, di akhir 2009, Menkominfo Tifatul Sembiring

menyatakan, amanat itu harus segera dijalankan. Masalahnya, kerangka waktunya

juga tak ditetapkan secara tegas.

Setelah sepuluh tahun Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002

disahkan, implementasi siaran berjaringan belum sepenuhnya dilaksanakan. Oleh

karena itu, Sakti TV hadir sebagai salah satu televisi berjaringan di Indonesia.

Dengan konsep berjaringan lokal Jawa timur pada awalnya, cukup menarik untuk

dilihat konsep dan strategi manajemen penyiarannya. Bekerja sama dengan

(26)

6 Jember, Sakti TV sebagai stasiun jaringan menyediakan program-program siaran

yang berkualitas nasional dengan tetap mengedepankan aspek kearifan budaya

lokal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, masalah

yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah konsep dan manajemen

penyiaran pada persiapan Sakti TV sebagai stasiun televisi berjaringan sesuai UU

Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran ?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep serta

manajemen penyiaran Sakti TV sebagai stasiun televisi berjaringan sesuai UU

penyiaran Nomor 32 tahun 2002 .

D. Konsep dan Teori D.1 Konsep

Konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang

biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam contoh

nyata, sehingga seseorang dapat mengerti suatu ide dengan jelas. Menurut A.F

Stoner,✔✕ ✖✕ ✗✘✔ ✘✖adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

(27)

7 Menurut J.B Wahyudi (1994:39), ✙✚✛ ✚✜✢✙✢✛✣✢✛ ✤✦ ✚✧ ✚✛ dalah manajemen

yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola

siaran, yang juga berarti motor penggerak organisasi penyiaran dalam usaha

pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran.

Yang dimaksud dengan konsep dan manajemen siaran dalam penelitian ini

dapat diartikan sebagai suatu ide yang dikemukakan untuk dikerjakan secara

sistematis agar siaran dapat berjalan dengan lancar sehingga bisa dinikmati oleh

khalayak umum. Dalam penelitian ini, implementasi dari konsep dan manajemen

siaran yang dibicarakan berupa bagaiamana konsep dan manajemen yang diusung

oleh Sakti TV melalui kegiatan program yang dijalankannya serta struktur

keorganisasiannya sekaligus juga berbicara langkah-langkah atau strategi lain

yang dilakukan Sakti TV guna mendukung kegiatan penyiaran sebagai televisi

berjaringan.

D.1.1 Televisi Berjaringan

Sistem televisi berjaringan di Indonesia adalah sistem televisi berjaringan

yang mengharuskan televisi- televisi yang memiliki daya frekuensi siaran nasional

(SCTV, RCTI, MNCTV, Indosiar, antv, Metro TV, Trans TV, tvOne, Trans7, dan

Global TV) agar melepaskan frekuensi terhadap daerah- daerah siaran mereka dan

menyerahkan pada orang/lembaga/organisasi daerah yang ingin menggunakannya

untuk dikembangkan. Bila televisi-televisi yang berlokasi di Jakarta

menginginkan siarannya dapat diterima di daerah tertentu, maka ia harus

(28)

8 Dalam telaah lebih lanjut, Undang-Undang No.32 Tahun 2002 lahir

dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas

dari berbagai kepentingan karena merupakan ranah publik dan digunakan

sebesar-besarnya untuk kepentingan publik. Kedua, semangat untuk menguatkan entitas

lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem berjaringan.

Hal ini berarti,setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya

di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan dengan lembaga

peniaran lokal yang ada di daerah tersebut. Ini untuk menjamin tidak terjadinya

sentralisasi dan monopoli informasi. Padahal masyarakat lokal berhak untuk

memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan publik, sosial ,dan

budayanya. Selain itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah

mapan dan beskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-lembaga

penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih maksimal.

D.2 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka untuk berpikir dalam

pembahsan. Untuk itu penulis menggunakan salah satu teori dalam komunikasi

massa, yakni teori Uses anda Gratifications Theory. Teori yang dikembangkan

oleh Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran

aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Pengguna media berusaha

untuk mencari sumber media mana yang paling baik dalam memenuhi

(29)

9 Katz dan Blumer (dalam Baran dan Davis, 2000) menguaraikan lima

elemen atau asumsi-asumsi dasar dariUses and Gratifications Theory:

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan

2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan

media spesifik terletak di tangan audiens

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan

kebutuhan audiens

4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan

penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi

peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media massa

spesifik atau harus dibentuk (dikutip dari

http://adiprakosa.blogspot.com/2007/11/uses-gratification.html)

Penulis menggunakan teori ini untuk mendukung alasan mengapa Sakti

TV Surabaya memilih sistem berjaringan dalam konsep penyiarannya serta teori

ini mendukung semangat UU No.32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, yakni

pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan

karena merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kepentingan publik. Kedua, semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam

semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem berjaringan.

Sesuai dengan teoriUses and Gratification, masyarakat lokal berhak untuk

(30)

10 Oleh karena itu Sakti TV yang berjaringan dengan televisi-televisi lokal mencoba

menghadirkan program-program yang memungkinkan masyarakat untuk memilih

apa yang sesuai dengan kebutuhannya.

E. Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai konsep

dan manajemen penyiaran Sakti TV sebagai stasiun televisi

berjaringan sebagai implementasi UU Penyiaran Nomor 32 tahun

2002 .

b. Sebagai bahan acuan dan bahan pendukung dalam penelitian yang

lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Televisi, penelitian ini juga memberikan manfaat bagi stasiun

televisi sebagai bahan acuan dan memberikan motivasi untuk lebih

mengembangkan jaringannya.

b. Bagi peneliti, penelitian dapat memperkaya wawasan mengenai

manajemen siaran televisi berbasis sistem berjaringan

c. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, hasil penelitian dapat

(31)

11 manajeman penyiaran televisi, sehingga dapat dijadikan referensi

Referensi

Dokumen terkait

Peran, fungsi dan kewenangan perawat telah diatur secara lengkap dan komprehensif berdasarkan peraturan perundang- undangan.Perawat dalam memberikan pelayanan, dapat

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Dengan segala puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kasih sayang dan nikmat-Nya serta rahmat hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

Dengan demikian diketahui bahwa tanah dibawah steel pile masih mampu mendukung beban maksimum yang terjadi.. 4.9.3

Kalau kemampuan mengamati hama terbatas, aplikasi insektisida dapat berpedoman pada kondisi tanaman dalam periode kritis, yaitu ketika tanaman berumur 5-7 hari untuk lalat

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan, kasih sayang-Nya serta yang terbaik kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ADUM LAKI-LAKI ISLAM 49 THN 2 BLN 99 KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN PADA DINAS PERKEBUNAN DAERAH III.. III LAKI-LAKI ISLAM 44 THN 5 BLN 100 KEPALA BAGIAN