• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KUTOARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KUTOARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IV SDN 1 KUTOARJO

TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Oleh

TUTIK WIDIYASTUTI

Berdasarkan penilaian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kutoarjo, bahwa pembelajaran Matematika di kelas IV masih rendah, yakni peserta didik yang mendapat nilai 65 atau lebih hanya 30,77 persen (8 orang) sisanya 69,23 persen (20 orang) di bawah KKM.Hal ini disebabkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan jarang atau tidak pernah menggunakan pembelajaran secara kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe numbered model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi selama tindakan dan dokumen hasil belajar peserta didik.

Hasil penelitian tindakan menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar siswa siklus I mencapai 54,73 persen kategori aktif dan mengalami peningkatan sebesar 21,58 persen, pada siklus II menjadi 76,31 persen kategori sangat aktif. Sedangkah hasil belajar siswa yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh peserta didik pada siklus I mencapai 30,95 persen, dan pada siklus II meningkat tajam menjadi 88,69 persen, dengan peningkatan sebesar 57,74 persen.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tutik widiyas tuti, penulis dilahirkan di Sinar seputih pada tanggal 08 maret 1988, merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara pasangan dari Bapak wakidi Hs dan Ibu wagiyem.

Pendidikan yang dilalui penulis, menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 sinar seputih tahun 1994 sampai 2000,sekolah dilanjutkan ketingkat pertama di SMP NEGERI 1 Bangun rejo pada tahun 2000 sampai 2003, kemudian sekolah dilanjutkan ketingkat atas di SMANegeri 1 pulau panggung,pada tahun 2003 sampai 2006. Kemudian melanjutkan Kuliah D1dian cipta cendikia dcc bandar lampung, dan selesai tahun 2007.dan DII PGTK Di STKIP PGRI METRO,dan selesai 2010.

Pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas keguruan Universitas Lampung dan selesai pada tahun 2014

Pengalaman Kerja Penulis Pada tahun 2007 menjadi Tenaga Sukarela/Honor di SDNegeri1 Kutoarjo kecamatan Negerikaton kabupaten Pesawaran sampai sekarang.

Penulis

(7)

PERSEMBAHAN

Hasilkarya laporan penelitian tindakan kelas ini kupersembahkan kepada:

Ibuku dan ayahku tercinta yang telah banyak membantu dalam hal materi serta mendidikku sehingga aku dapat mandiri seperti saat ini.

Suamiku yang selalu memotivasi dan semangat dalam menempuh pendidikan ini dan selalu mendoakan kelancaran dalam segala hal.

Saudara-saudaraku yang selalu memberikan masukan dan nasehat yang akan selalu kuingat dan memotivasiku dalam menyelesaikan kuliah.

Kepala Sekolah dan Dewan Guru dan Staf Tata Usaha di SD Negeri 1 Kutoarjo Kecamatan Gedong tataan Kabupaten Pesawaran.

Dosen pembimbing dan pembahas dalam penyusunan skripsi ini yang telah memberikan ilmu dan arahan dalam Pembelajaran.

Sahabat-sahabatku yang setia mendampingiku dan membantuku dalam pengerjaan skripsi ini.

(8)

MOTO

Banyakkegagalandalamhidupini

dikarenakan orang-orang tidakmenyadari

betapadekatnyamerekadengankeberhasilan

saatmerekamenyerah.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pada waktu yang telah di tentukan. Penelitian ini dilaksanakan utuk memenuhi tugas menyelesaikan kuliah pada program S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan tugas saya ini, saya dibimbing dan diarahkan oleh beberapa pihak karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila yang telah memberikan arahan dan berbagai urusan kepada peneliti selama menempuh studi pada program S1 PGSD hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Loliyana M.Pd Selaku Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.

4. Drs. SarengatM.Pd Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian laporan ini. 5. Staf Administrasi FKIP UNILA yang memberikan kemudahan dalam

mengurus administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

Pesawaran yang telah memeberikan saran, kritik yang bersifat membangun serta telah memberikan waktu dan tempat guna penyusunan skripsi ini.

7. Dosen Program S-1 PGSD Universitas Lampung yang banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan selama masa kuliah.

8. Teman-teman seprofesi di SD Negeri 1 Kutoarjo Kecamatan Gedong tataan Kabupaten Pesawaran yang telah memberikan motivasi.

9. Teman-teman seperjuangan program S1 PGSD Universitas Lampung. 10.Semua pihak yang telah banyak membatu saya dalam penyelesaian tugas ini

Saya menyadari sepenuhnya banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya kepada semua pihak yang telah peduli akan perbaikan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatnya kepada kita semua. Pesawaran, 28 Agustus 2014

Penulis

(11)

i

1.2. Identifikasi Masalah .………...…………. 1.3. Pembatasan Masalah………..…... 2.1PengertianBelajar ………..……….. 8

2.2 TeoriBelajar……….………..9

2.2.1 TeoriBelajarBehaviorisme……….……….. 9

2.2.2 TeoriBelajarKognitivisme…... 10

2.2.3 TeoriBelajarKonstruktivisme……….. 11

2.3 HasilBelajar…….……….. 11

2.4 PembelajaranMatematika………..………..12

2.5 PembelajaranKooperatif ……….….. 14

(12)

ii 3.6 IndikatorKeberhasilan ……….………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 4.1 Gambaranumum……….………...43

4.2Hasil penelitian………..43

4.2.1Hasil Penelitian Siklus I……….43

4.2.1.1Tahap Perencanaan………43

4.2.1.2TahapPelaksanaan……….43

4.1.1.3TahapObservasi……….47

4.1.1.4HasilRefleksiSiklus I ………. ..51

4.1.1HasilPenelitianSiklus II……… ….52

4.1.2.1TahapPerencanaan………. .52

4.1.2.2TahapPelaksanaan………. .52

4.1.2.3TahapObservasi………...56

4.1.2.4HasilRefleksiSiklus II………59

4.3 Pembahasan………..60

4.4.1 AktivitasSiswaDalamPembelajaran………...60

4.4.2 HasilBelajarSiswaDalam Proses Pembelajaran……… 61

(13)

iii

5.2Saran……….64

DAFTAR PUSTAKA………70

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Nilai Formatif mata pelajaran Matematika ... 3

3.1 ContohLembarHasilBelajarSiswaTiapSiklus ... 29

3.2 ContohLembarObservasiAktivitasSiswa ... 30

3.3 ContohRekapitulasiHasilTesFormatifSiswa ... 32

4.1 KategoriAktivitasSiswa ... 47

4.2 AktivitasBelajarMatematikaSiklus I TP 2013-2014 ... 48

4.3 HasilObservasiKinerja Guru DalamPembelajaranSiklus I ... 49

4.4 KlafikasiHasilBelajarDalamSiklus I TP 2013-2014 ... 50

4.5 PresentaseAktivitasBelajarMatematikaSiklus II TP 2013-2014 ... 58

4.6 HasilObservikasiKinerja Guru DalamPembelajaranSiklus II ... 58

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. SuratIzinPenelitiandariPembantuDekan I ... 66

2. Daftar Hadir Seminar ... 67

3. SuratIzinPenelitiandariKepala SDN I Kutoarjo... 68

4. SilabusSiklus I ... 69

5. SilabusSiklus II ... 70

6. RencanaPelaksanaanPembelajaranSiklus I ... 71

7. RencanaPelaksanaanPembelajarSiklus II ... 72

8. LembarObservasiAktivitasPesertadidikSiklus I Pertemuan I ... 73

9. Lembar ObservasiAktivitasPesertadidikSiklus I Pertemuan 2 ... 74

10. LembarObservasiAktivitasPesertadidik II Pertemuan 1 ... 75

11. LembarObservasiAktivitasPesertadidik II Pertemuan 2 ... 76

12. NilaiSiklus I ... 77

13. NilaiSiklus II ... 78

14. LembarObservasi Guru DalamPembelajaranSiklus I Pertemuan I ... 79

15. LembarObservasi Guru DalamPembelajaranSiklus I Pertemuan ... 80

16. LembarObservasi Guru DalamPembelajaranSiklus II Pertemuan I ... 81

17. LembarObservasi Guru DalamPembelajaranSiklus II Pertemuan 2 .... 82

18. FotoPembelajaranSiklus I ... 83

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat

1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah” usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sekolah merupakan lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensi seseorang secara optimal melelui pembelajaran. Kemajuan bangsa dihasilkan dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan pada sekolah dasar sangat menentukan langkah kedepan seseorang dalam melanjutkan jenjang pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerjasama secara maksimal, penuh tanggung jawab, dan loyalitas yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang.

(18)

2

kritis, logis dan sistematis dan memiliki sikap objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain atau kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dengan belajar matematika peserta didik dapat memanfaatkan matematika untuk mengungkapkan gagasan dan berkomunikasi (Depdiknas, 2006: 1).

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan perlu didukung kesiapan tenaga pendidik. Guru dituntut kreatif dan mampu menciptakan dan menentukan model pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang efektif menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar, hal ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah sehingga hasilnya menurun.Tugas guru untuk menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang sesuai dan lengkap,urutan penyajian yang tepat tidak kalah pentingnya dalam pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi kelas.

(19)

3

Tabel 1.1 Data Nilai Formatif Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN 1 Kutoajo yang belum mencapai KKM 50% sebelum diadakan perbaikan.

Tabel 1.2 Data Aktifitas Siswa Mengikuti Proses Pembelajaran Matematika Kelas IV SDN 1 Kutoarjo

No Aktifitas Siswa Jumlah Siswa Presentase(%)

1 Aktif dan Kreatif 10 50,00

2 Pasif 10 50,00

Jumlah 20 100,00

(20)

4

Penelitian ini ingin mengubah proses pembelajaran menjadi lebih baik, siswa aktif terlibat langsung dalam proses pembelajaran.Permasalahan yang ada di kelas saat proses pembelajaran berlangsung disebabkan oleh pembelajaran yang masih berorientasi pada guru, serta siswa sebagai pendengar dengan guru memerankan diri sebagai pengisi informasi materi pembelajaran, sehingga menyebabkan aktivitas belajar siswa menurun.

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Melalui pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan guru dalam pembelajarannya, menurut Rusman (2012: 133)

(21)

5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat

rendah.

2. Hasil evaluasi pelajaran matematika masih dibawah KKM.

3. Hasil belajar matematika masih tergolong rendah, sehingga tidak tercapai KKM.

4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran atau cenderung pasif. 5. Sistem pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah dan selalu

monoton.

6. Banyak siswa yang kurang aktif dalam kegiatan bertanya dan menyampaikan pendapatnya

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, diajukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan faktor dan kelipatan di kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

(22)

6

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, diajukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model tipe NHT dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan faktor dan kelipatan di kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah pembelajaran model tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika faktor dan kelipatan di kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo melalui penggunaan model Cooperative Learning Tipe NumberedHeads Together (NHT) sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

(23)

7

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Siswa

Sebagai perangsang minat belajar siswa agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa itu sendiri.

b. Guru

(24)

8

c. Sekolah

Penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar, khususnya pelajaran Matematika, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan sekolah.

d. Peneliti

Sebagai pengembangan penelitian selajutnya yang lebih mendalam tentang

penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Number Heads Together pada

(25)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang (Nasution, 1995: 35).

Belajar pada manusia merupakan suatu proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap/ konstan (Winkel, 1989: 15).

Selain itu belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan lain sebagainya (Sardiman, 1992: 22).

Berdasarkan uraian di atas belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

(26)

10

2.2Teori Belajar

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh sutau perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengelamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

(Slameto, 2010: 2).

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku yang baru tersebut merupakan hasil dari proses belajar yang telah dilakukan (Ahmadi dan Widodo, 2008: 128).

Belajar adalah the process of acquiring knowledge. Bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan, menurut Reber dalam (Suprijono, Agus, 2012: 3)

Beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman dan diharapkan setelah belajar diharapkan akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

2.2.1 Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984).

(27)

11

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik denganmodel hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yangbelajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakanmodel pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2.2.2 Teori Belajar Kognitif

(28)

12

2.2.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. (Slavin dalam Nur, 2002: 8).

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam kontek filsafat pendidikan dapat diartikanKonstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

2.3 HasilBelajar

(29)

13

peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain (Fajar, 2009: 10).

Menurut belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu(Fathurrohman & Sutikno, 2010: 6). Belajar adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun sengaja dirancang(Winataputra, dkk. 2008: 1.14).

Belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki(Bruner dalam Trianto, 2010: 15).

Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor (Hernawan, dkk.2007: 2).

Secara filosofis, dalam teori konstuktivisme belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukan seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata(Baharudi, 2007:35).

(30)

14

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan, atau dengan kata lain hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemanusiaan saja. (Suprijono, 2012: 6)

2.4Pembelajaran Matematika

Mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal menurut Russel dalam Uno, B Hamzah (2009: 108).

Istilah “matematika” berasal dari kata Yunani “mathein” atau

manthenein”yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga kata itu erat

hubungannya dengankata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya

ialah “kepandaian”,“ketahuan”, atau “inteligensi” (Andi Hakim Nasution,

1978: 12).

Di bagianlain beliau berpendapat istilah “matematika” lebih tepat digunakan

daripada“ilmu pasti” karena memang benarlah, bahwa dengan menguasai

matematikaorang akan belajar mengatur jalan pikirannya dan sekaligus belajar menambahkepandaiannya (Andi Hakim Nasution, 1987: 12).

(31)

15

dalammatematika bersifat universal sehingga dipahami oleh bangsa–bangsa di dunia.

2.5Pembelajaran Kooperatif

2.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Istilah pembelajaran Kooperatif sama dengan cooperativelearning. Cooperativelearning adalah “suatu pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar” (Slavin dalam Isjoni, 2011:15).

Cooperativelearning dengan istilah “pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswalain dalam tugas-tugas yang terstruktur”(Anita Lee dalam Isjoni, 2011:16).

Cooperativelearning hanya berjalan ketika sudah terbentuk kelompok yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok 4-6 orang saja.

Berdasarkan pada uraian diatas maka pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok kecil yang bekerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas secara optimal.

2.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif

1) Numbered Heads Together (NHT)

(32)

16

Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (dalam Trianto, 2010: 48-49) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam memahami atau menelaah materi yang telah disampaikan dalam suatu mata pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap mata pelajaran tersebut.

2) Student Teams Acihevement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.

3) Jigsaw 1

Model pembelajaran tipe jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok yang disebutkelompok asal. Kemudian siswa juga menyusun kelompok ahli yang terdiri dari perwakilan kelompok asal untuk belajar memecahkan masalah yang spesifik.

(33)

17

Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw.Jigsaw2dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asa mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topic itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami.Seperti Jigsaw, di tipeJigsaw 2 ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.

5) Reverse Jigsaw (kebalikanJigsaw)

Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahlihanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompokasal, maka siswa-siswadari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepadaseluruhkelas.

2.6Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT

(34)

18

dibentukn yakelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.

Dalam hal ini sebagian besaraktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalahIbrahim(2000: 28)mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengantipe NHT,yaitu :

1. Hasil belajar akademikstuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latarbelakang.

3. Pengembangan keterampilan social, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan social siswa.

Keterampilan yang dimaksudantara lain berbagitugas, aktifbertanya, menghargai pendapat orang lain, maumenjelas kan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu : a) pembentukan kelompok, b) diskusi masalah, dan c) tukar jawaban antar kelompok.

(35)

19

pelajaran tersebut.Tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh Nurhadi (2004:121) dalam 4 langkah sebagai berikut: 1. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan member merekano mor yang berbeda.Pemberian nomor pada siswa disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok itu.

2. PengajuanPertanyaan (Questiening)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.Pertanyaan yang dapat bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dan dalam bentuk kalimat Tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang

dewasa?”Atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di pulau sumatra. 3. BerfikirBersama (Heads Together)

Para siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwatiap orang mengetahui jawaban tersebut.

4. PemberianJawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswadari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untukseluruh kelas.

(36)

20

2.7Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Cooperative Tipe NHT

Menurut Hamdani (2011: 89) model Numbered Heads Together mempunyai kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan model Numbered Heads Together 1) Setiap siswa menjadi siap semua.

2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan model Numbered Heads Together:

Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Dalam Isjoni (2007: 27) dituliskan model Cooperativ Learning tipe Numbered Heads Together (Kepalabernomor) dikembangkan spencer kagan. Teknik ini member kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan merekadalam menguasai materi.

(37)

21

Fase 1 Penomoran

Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

Fase 2 Mengaju kanpertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan guru memberikan tugas serta masing-masing kelompok mengerjakan.

Fase 3 Berfikirb ersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadapj awaban-jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

Fase 4 Menjawab

(38)

22

2.8Hipotesis

(39)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Mei sampai dengan Juli 2014 di kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah ssiwa kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo dengan jumlah siswa 20 orang, yang memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi, dengan guru mengajar/melakukan tindakan yaitu sedangkan yang menjadi obyek penelitian adalah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dan hasil belajar siswa.

3.2Metode Penelitian

(40)

24

berdaur terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan merefleksi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Alasan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yaitu dengan mengunakan metode ini dapat memberikan informasi yang lebih dalam tentang masalah yang diangkat oleh peneliti karena dengan cara melakukan tindakan langsung sesuai dengan masalah dilapangan.

Penelitian ini direncanakandua siklus. Subjek penelitian yaitu aspek-aspek yang dijadikan untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV SD Negeri 1 Kutoarjo Pesawaran. Adapun untuk teknik pengumpulan data menggunakan test, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.3 Prosedur Penelitian Tindakan

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kutoarjo Pesawaran. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja penelitian tindakan kelas. Satu siklus penelitian meliputi beberapa tahap kerja berikut

(41)

25

Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas (Hopkins dalam Aqip, 2006: 31)

1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah pertama yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran ‘Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan

(42)

26

b. Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang dilakukan dalam siklus I disesuaikan dengan rencana pembelajaran Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalahyang telah dipersiapkan. Secara garis besar rencana kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).Tindakan ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

c. Observasi

(43)

27

d. Refleksi

Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam tahap refleksi, peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum memenuhi nilai target yang ditentukan maka akan dilakukan tindakan siklus II yang tatacara pelaksanaannya sama seperti siklus I. Masalah-masalah yang muncul pada siklus I, dicari pemecahannya yang diharapkan mampu untuk mengatasi hal tersebut

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan yang akan dilakukan pada siklus kedua yaitu bertolak dari siklus I. Pada siklus II kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun Silabus untuk kelas IV SD, mempersiapkan instrumen penelitian, mempersiapkan buku referensi yang digunakan dalam pembelajaran, dan kolaborasi dengan guru mata pelajaran untuk mengkonsultasikan rencana pembelajaran.

b. Tindakan

(44)

28

seperti siklus I, tindakan pada siklus IIini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan bantuan guru mata pelajaran pendidikan Matematika. Melalui observasi ini, diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran, baik aktivitas siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran maupun respon siswa terhadap metode pembelajaran yaitu model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

d. Refleksi

Seluruh data yang didapat selama kegiatan berlangsung dianalisis dan diolah. Hasil refleksi pada siklus I dan kemudian dibandingkan dengan siklus II. Dari sinilah dapat dilihat apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa atau mengalami penurunan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

(45)

29

Tabel 3.1 Formatlembar hasil belajar siswa tiap siklus

No Nama siswa KKM Nilai Keterangan

Jumlah siswa tuntas dan persentase Jumlah siswa tidak tuntas dan persentase

2. Non Tes (Observasi)

Teknik ini dilakukan untuk mengamati hasil belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi dalam kelompok dengan menggunakanlembar observasi.Berikut instrument penilaian aktivitas siswa. Jika siswa melakukan kegiatan sesuai dengan indikator yang ada pada tabel 3.2 maka siswa akan diberi skor 1 atau (√ ) dan jika siswa tidak

melakukan kegitan sesuai indikator maka skor 0 ( - ). Tabel 3.2 Format lembar observasi aktivitas siswa

(46)

30

Keterangan 1:

A: Bertanya pada guru mengenai materi B: Memberi pendapat dalam diskusi C: Menjawab pertanyaan

D: Tidak berbicara hal-hal diluar materi

Keterangan 2:

A : Aktif (Jika melaksanakan ≥3 aktivitas)

KA: Kurang aktif (jika melaksanakan <3 aktivitas)

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis dataKualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri data aktivitas siswaselama pembelajaran berlangsung.Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Berikut penilaian hasil belajar siswa:

a. Persentase hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

(47)

31

3.5.2 Analisis DataKuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individual

s =

x 100%

Keterangan :

S : Nilai yang dicari/diharapkan

R :Jumlah skor / item yang dijawab benar N: Skor maksimum dari tes

(sumber: Adopsi Purwanto, 2008:112)

b. Ketuntasan klasikal

S =

X 100%

(48)

32

Tabel 3.3 FormatRekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa

No Nama Siswa KKM Tes 1 Tes 2 Rata-rata Keterangan 1

2 3

4 ……….

Jumlah Persentase

3.6Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan penerapan tipe NHT dikatakan berhasil apabila :

1. Indikatorkeberhasilan yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa minimal 75% siswa telah memperoleh nilai minimal 6,0 (ketetapan sekolah yang bersangkutan).

(49)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri1 Kutoarjo Kabupaten Pesawaran pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan model NHT dapat disimpulkan:

1. Penggunaan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis pada setiap siklusnya yang mengalami peningkatan aktivitas belajar siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai rata-rata yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Matematika yang mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.

(50)

64

5.2. Saran

1. Bagipesertadidik, agar

senantiasamembiasakanuntukbelajardanbekerjasamadenganpesertadidiklain, gunamemperkayailmupengetahuandaninformasi yang maksimal agar memperolehhasilbelajar yang lebihbaik.

2. Bagiguru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerim ilmu, karena dengan adanya variasi atau hal baru yang tepat maka peserta di dikakanlebihantusiasdanterpancinguntukaktifdalammengikutipembelajaran. 3. BagiSekolah, agar dapatmelengkapisaranadanprasarana yang dapat

(51)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2011). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research-Car). Jakarta : Bumi Aksara.

Budiardjo, Lily. (2008). Keterampilan Belajar. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. Ibrahim, M, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.

Ismail, (2002). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning. Jakarta : PT Grasindo. Nazir, M. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Afandi, I. 2006. KTSP dan Penguatan Otonomi Sekolah, (Online), (http//www.pikiran rakyat.com, diakses 28 Agustus 2006).

Sardiman, A. M. (1992). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta : Rajawali Press.

Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Suhardjono. (2011). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1.2 Data Aktifitas Siswa Mengikuti Proses Pembelajaran
Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas (Hopkins dalam Aqip, 2006: 31)
Tabel 3.2 Format lembar observasi aktivitas siswa
Tabel 3.3 FormatRekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 4-6

Sehubungan dengan penaw aran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penaw aran paket pekerjaan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

a. Memahami pengendalian internal-penjualan: auditor mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner, dan pengujian penelusuran. Mengukur resiko pengendalian

Rute ditempuh lewat jalan air yang merupakan rawa dataran rendah ditumbuhi vegetasi rawa, dengan kerapatan cukup tinggi.. Rute ini terdapat padang alang-alang

Hasil pungutan retribusi masuk pintu gerbang disetor Kaliurang atau retribusi masuk Candi Gebang, Candi Kalasan, Candi Sambisari, Candi Sari dan Komplek Keraton Ratu Boko ke

Lampiran 16 Instrumen Lembar Observasi Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus 1 Pertemuan kedua...165. Lampiran 17 Instrumen Lembar Observasi