SKRIPSI
PENGARUH GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, PROFITABILITY, DAN TANGIBILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH :
ARTIKA HEMDI HARAHAP 090503043
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Growth Opportunity,
Liquidity, Profitability, dan Tangibility terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 19 Juli 2013
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, PROFITABILITY, DAN
TANGIBILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komponen growth opportunity, liquidity, profitability, dan tangibility terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komponen growth opportunity, liquidity, profitability, dan tangibility terhadap struktur modal.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah komponen growth opportunity,
liquidity, profitability, dan tangibility berpengaruh terhadap struktur modal.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdapatdi BEI selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh 33 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini
menganalisis hubungan antara komponen growth opportunity, liquidity,
profitability, dan tangibility dengan struktur modal. Analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan komponen growth opportunity, liquidity, profitability, dan tangibility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Uji parsial menunjukkan bahwa komponen growth opportunity, liquidity, dan profitability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal, dan komponen tangibility secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
ABSTRACT
THE EFFECT OF GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, PROFITABILITY, AND TANGIBILITY ON CAPITAL STRUCTURE LISTED
MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Formulation of the problem in this research is the extent to which the influence of components growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure listed manufacturing company in Indonesia stock exchange (idx). The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure.
The hypothesis of this research is components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure.
This research is a kind of causal research and are replicating the previous study with the study population are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2009-2011. Sample selection is done by purposive sampling method and acquired 33 companies sampled. The data used are secondary data. This study analyzes the relationship between the effects of components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure. The statistical method used was multiple linear regression with the classic assumption test first.
The results of this study indicate that simultaneous components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility have not significant effect on capital structure of manufacturing company on BEI. Results of examination obtained that there are not significant influenced among growth opportunity, liquidity, and profitability to capital structure by partial, and component tangibility have significant influence to capital sttructure by partial.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, serta tidak lupa penulis mengucapkan shalawat beriring
salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke
alam yang berpengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh growth opportunity, liquidity, profitability dan tangibility
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia” tepat waktu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Sepanjang penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan
semangat, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Yang teristimewa kedua
orangtua saya, Hemdi Syah Harahap, S.E. dan Chairunnisa. Terima kasih banyak
untuk cinta, kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa doa, nasehat, dan materi
yang diberikan kepada penulis. Terima kasih kepada adik-adik saya Sutan Indra
Hasan Harahap dan Malika Aliya Putri yang selalu menjadi motivasi dan
semangat. Semoga penulis dapat menjadi kebanggaan bagi keluarga. Terima kasih
juga kepada teman, sahabat, sekaligus orang terdekat Febriwando Zulhadifka
Gunawan atas nasehat, perhatian, pengertian, dan telah berbagi banyak
pengalaman kepada saya.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak. selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Risanty, S.E, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
arahan, bimbingan, serta semangat yang telah Ibu berikan sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan tepat waktu.
5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak. selaku Dosen Pembaca. Terima kasih
atas masukan dan arahan yang Bapak berikan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat tersayang: Dewi Yani, Fa’atih Natasha Putri, Novia Rezky
Rianda Siregar, dan Nur Amalia Azzahra yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, bantuan, semangat, dan telah berbagi banyak pengalaman kepada
penulis selama ini.
Sahabat-sahabat terbaikku selama kuliah: Annisa Melliza, Annissa Hubby,
Cut Putri Maulidya, Fanny Arizka Andini, Indita Utania, dan Irma Syafitri
yang selalu memberikan dukungan, motivasi, bantuan, semangat, dan telah
Teman-teman Akuntansi 2009 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik.
Semoga Allah SWT membalas segala amal dan budi baik yang telah
diberikan untuk penulis selama ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.
Medan, 19 Juli 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ...1
1.2. Perumusan Masalah ...7
1.3. Tujuan dan ManfaatPenelitian ...7
1.3.1. Tujuan Penelitian ...7
1.3.2. Manfaat Penelitian ...7
1.4. Sistematika Penulisan...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ...9
2.1.1. Struktur Modal ...9
... 2.1.1.1. Pe 2.1.1.2. Teori Struktur Modal...10
2.1.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal...14
2.1.1.4. Debt to Equity Ratio ...18
2.1.2. Growth Opportunity ...18
2.1.3. Liquidity...19
2.1.3.1. Pengertian Liquidity ...19
2.1.3.3. Pengukuran Liquidity ...21
2.1.4. Profitability ...22
2.1.4.1. Pengertian Profitability ...22
2.1.4.2. Pengukuran Profitability ...24
... 2.1.5. Tangibility 27 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...29
2.3. Kerangka Konseptual ...31
2.4. Hipotesis Penelitian ...34
BAB III METODE PENELITIAN
... 3.1. Jenis P ... 3.2. Defini
... 3.3. Popula
3.4. Jenis Data ...40
3.5. Teknik Pengumpulan Data ...41
... 3.6. Teknik 3.6.1. PengujianAsumsiKlasik ...41
3.6.1.1. Uji Normalitas Data ...41
3.6.1.2. Uji Multikolinieritas...42
3.6.1.3. Uji Autokrelasi ...43
3.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas...44
3.7. Pengujian Hipotesis ...44
3.7.1. Analisis Data ...44
3.7.2. Koefisien Determinasi ...45
3.7.3. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ...46
3.7.4. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ...47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Penelitian ...48
4.2. Analisis Hasil Penelitian ...48
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ...48 4.3.1. Analisis Regresi Berganda ...61
4.3.2. Analisis Koefisien Determinasi...63
4.3.3. Pengujian Secara Parsial (uji t) ...65
4.3.4. Hasil Uji Secara Simultan (uji f) ...68
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ...70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...73
5.2. Keterbatasan Penelitian ...74
5.3. Saran ...75
DAFTAR PUSTAKA ...77
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 31
Gambar 4.1 Uji Normalitas data (1) ... 51
Gambar 4.2 Uji Normalitas data (2) ... 52
Gambar 4.3 Uji Normalitas data (4) ... 54
Gambar 4.4 Uji Normalitas data (5) ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran xii ... Tabel t 96
Halaman
Lampiran i ... Daftar Perusahaan Manufaktur yang menjadi Sampel 81
Lampiran ii Daftar Sampel Perusahaan yang memenuhi Kriteria ...82
Lampiran iii Data Variabel Penelitian ...83
Lampiran iv Statistik Deskriptif ...88
Lampiran v Hasil Uji Normalitas ...88
Lampiran vi Hasil Uji Multikolineritas ...91
Lampiran vii Hasil Uji Autokorelasi...92
Lampiran viii Hasil Uji Heterokedastisitas ...92
Lampiran ix Hasil Uji Hipotesis Uji-t...93
Lampiran x Hasil Uji Hipotesis Uji-F ...93
ABSTRAK
PENGARUH GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, PROFITABILITY, DAN
TANGIBILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komponen growth opportunity, liquidity, profitability, dan tangibility terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komponen growth opportunity, liquidity, profitability, dan tangibility terhadap struktur modal.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah komponen growth opportunity,
liquidity, profitability, dan tangibility berpengaruh terhadap struktur modal.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdapatdi BEI selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh 33 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini
menganalisis hubungan antara komponen growth opportunity, liquidity,
profitability, dan tangibility dengan struktur modal. Analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan komponen growth opportunity, liquidity, profitability, dan tangibility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Uji parsial menunjukkan bahwa komponen growth opportunity, liquidity, dan profitability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal, dan komponen tangibility secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
ABSTRACT
THE EFFECT OF GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, PROFITABILITY, AND TANGIBILITY ON CAPITAL STRUCTURE LISTED
MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Formulation of the problem in this research is the extent to which the influence of components growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure listed manufacturing company in Indonesia stock exchange (idx). The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure.
The hypothesis of this research is components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure.
This research is a kind of causal research and are replicating the previous study with the study population are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2009-2011. Sample selection is done by purposive sampling method and acquired 33 companies sampled. The data used are secondary data. This study analyzes the relationship between the effects of components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility to capital structure. The statistical method used was multiple linear regression with the classic assumption test first.
The results of this study indicate that simultaneous components of growth opportunity, liquidity, profitability, and tangibility have not significant effect on capital structure of manufacturing company on BEI. Results of examination obtained that there are not significant influenced among growth opportunity, liquidity, and profitability to capital structure by partial, and component tangibility have significant influence to capital sttructure by partial.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi di masa sekarang
menuntut kemampuan perusahaan bersaing dalam industri yang sangat kompetitif.
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan laba. Bagi perusahaan
yang masuk dalam Bursa Efek, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
merupakan salah satu indikator penting bagi investor untuk dapat melakukan
investasi. Tujuan investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh return
atas investasi yang dilakukannya. Sehingga kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dapat menjadi suatu pertimbangan bagi investor dalam
melakukan investasi.
Perusahaan mempunyai kepentingan untuk meyakinkan para investor agar
tertarik melakukan investasi. Hal ini disebabkan dalam kegiatan operasional
perusahaan, perusahaan memerlukan dana ataupun modal dengan jumlah yang
tidak sedikit. Menurut Riyanto (2001:209), bahwa pemenuhan dana tersebut
berasal dari sumber intern (internal source) maupun dari sumber ekstern (external
source). Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana yang terbentuk atau
dihasilkan oleh perusahaan sendiri yaitu laba ditahan (retained earnings) dan
adalah dana yang berasal dari kreditur, pemilik dan pengambil bagian dalam
perusahaan.
Struktur modal menurut Fahmi (2012:184) yaitu gambaran dari bentuk
proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber
dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s
equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Masalah struktur
modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena tinggi
rendahnya struktur modal suatu perusahaan akan mencerminkan bagaimana posisi
keuangan perusahaan tersebut. Manajer keuangan dituntut untuk mampu
menciptakan kebijakan keuangan perusahaan yang biasa dikenal dengan kebijakan
struktur modal. Menurut Keown (2010:4), kebijakan keuangan perusahaan yakni
kebijakan yang menyangkut sumber keuangan yang direncanakan untuk
digunakan serta campuran (proporsi) penggunaannya mengatur penggunaan uang
dan pendanaan. Campuran dari hutang dan ekuitas yang digunakan perusahaan
dapat mempengaruhi biaya modal perusahaan.
Menurut Agus Sartono (1998:217), biaya modal adalah biaya yang harus
dikeluarkan atau harus dibayar untuk mendapatkan modal baik yang berasal dari
hutang, saham preferen, saham biasa maupun laba ditahan untuk membiayai
investasi perusahaan. Ketika manajer menggunakan hutang maka akan timbul
biaya modal sebesar beban bunga yang disyaratkan oleh kredit. Namun apabila
manajer menggunakan dana internal maka akan timbul opportunity cost dari dana
yang dikeluarkan. Keputusan pendanaan atau struktur modal yang tidak cermat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal pada suatu
perusahaan, Brigham dan Weston (2005:475) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat pertumbuhan, penjualan,
struktur aktiva, sikap manajemen, sikap kreditur, pajak, profitabilitas, kondisi
pasar dan internal perusahaan.
Dalam penelitian ini, struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio.
Menurut Suad Husnan (2006:70), Debt to Equity Ratio adalah menunjukkan
perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Diah
Andarini (2007:20), Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.
Kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mengembangkan
dirinya di pasar disebut dengan growth opportunity. Menurut Brigham dan
Weston (2005:457), growth opportunity adalah kesempatan yang dimiliki
perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakup untuk melakukan investasi di
masa yang akan datang. Perusahaan dengan tingkat growth opportunity tinggi
cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan
growth opportunity yang rendah. Perusahaan yang memiliki investasi yang
banyak akan semakin banyak kebutuhan modal yang diperlukan sehingga
kesempatan perusahaan semakin besar untuk dapat tumbuh. Penelitian Azlan
Hafitz (2007) menunjukkan bahwa growth opportunity tidak berpengaruh
(2011) menunjukan bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap sturuktur
modal.
Menurut Bambang Riyanto (2001), likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Menurut Pecking Order Theory, perusahaan akan mengunakan pendanaan internal
jika tersedia (Brealey dan Myers, 2004:516). Oleh karena itu perusahaan dengan
tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar sehingga perusahaan
tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk
membiayai investasinya sebelum mengunakan pembiayaan eksternal melalui
hutang. Penelitian Azlan Hafitz (2007) menunjukkan bahwa liquidity
berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan hasil penelitian Seftianne dan
Handayani (2011) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap
struktur modal.
Menurut Agus Sartono (2002:64), profitabilitas adalah kegiatan dari
manajemen yang secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang didapat dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva maupun
investasi. Perusahaan dengan tingkat profitability yang tinggi mencerminkan
semakin rendah tingkat penggunaan hutang dalam struktur modalnya. Kreditor
menggunakan profitability untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar utang kepada kreditor. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang
mempunyai profitability yang tinggi akan menghasilkan laba ditahan yang lebih
yang tinggi, maka perusahaan dapat menggunakan dana internal perusahaan
dalam struktur modal perusahaan. Pada penelitian Manatap Situmorang (2006)
dan penelitian Seftianne dan Handayani (2011) menyatakan bahwa profitabilitas
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan pada penelitian Azlan Hafitz (2007), Imelda Sinaga (2008), Lidia
Simanjuntak (2008) menunjukkan hasil yang berbeda, profitability memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Menurut Brigham dan Weston (2005:175), struktur aktiva adalah
perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Untuk
memenuhi kebutuhan dana dalam operasional perusahaan, maka perusahan akan
mengutamakan menggunakan modal sendiri daripada menggunakan sumber
pendanaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap akan
menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost, sehingga jika
perusahaan menggunakan sumber pendanaan lainnya dalam membelanjakan
aktiva tetapnya akan menyebabkan fixed cost yang akan ditanggung perusahaan
akan menjadi lebih besar. Pada penelitian Manatap Situmorang (2006), struktur
aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, namun pada
penelitian Seftianne dan Handayani (2011) struktur aktiva berpengaruh positif
terhadap struktur modal.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Manatap Situmorang (2006), Azlan Hafitz (2007), Imelda Sinaga
(2008), Lidia Simanjuntak (2008), Seftianne dan Handayani (2011). Berdasarkan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Dilatarbelakangi oleh
hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut dan juga fenomena-fenomena bisnis
yang selama ini terjadi pada perusahaan manufaktur, maka penulis terdorong
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap struktur modal.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya meliputi jenis
variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini juga ditambahkan jumlah
sampel pengamatan dan tahun terbaru serta menggunakan perusahaan-perusahaan
manufaktur yang menjadi objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur, karena
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang produksinya digunakan untuk
orang banyak dan mampu bertahan dalam kondisi kebijakan model apapun
sehingga seburuk apapun kebijakan yang dibuat hampir pasti produk perusahaan
ini tetap dibeli dan diminati oleh konsumen. Jadi, dapat dikatakan bahwa produk
tersebut sangat dibutuhkan oleh konsumen sehingga prospeknya akan
menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Pada beberapa
tahun terakhir pertumbuhan usaha di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Banyaknya pendirian industri manufaktur membuktikan bahwa
masyarakat membutuhkan hasil pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
untuk dikonsumsi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
yang jadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah growth
opportunity, liquidity, profitability dan liquidity berpengaruh secara parsial
maupun simultan terhadap struktur modal yang diukur dengan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menguji dan menganalisis pengaruh growth opportunity, liquidity,
profitability dan tangibility berpengaruh secara parsial maupun
simultanterhadap sturuktur modal pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3.2. Manfaat Penelitian
- Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila peneliti diminta
pendapat mengenai pengaruh growth opportunity, liquidity,
profitability dan tangibility berpengaruh secara parsial maupun
simultan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011
- Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya
khususnya penelitian yang berhubungan dengan keputusan struktur
- Bagi para investor, meskipun peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, namun peneliti berharap semoga
penelitian ini memberi manfaat bagi perusahaan manufaktur sebagai
masukan yang dapat dijadikan tolak ukur pemikiran dalam menyusun
suatu struktur modal yang optimum dengan harapan melalui
pembentukan struktur modal yang maksimum, nilai perusahaan dapat
ditingkatkan.
1.4. Sistematika Penulisan
1. Bab I merupakan pendahuluan yang akan menguraikan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
2. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang akan menjelaskan mengenai
struktur modal, growth opportunity, liquidity, profitability, tangibility
,kerangka konseptual dan pengembangan hipotesis.
3. Bab III menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi
variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel penelitian,
jenis data, metode pengumpulan datadan teknik analisis data.
4. Bab IV memaparkan analisis data dan pembahasan, bab ini akan
menguraikan statistik deskriptif, analisis data dan pembahasan.
5. Bab V merupakan penutup, bab ini berisi simpulan, keterbatasan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Struktur Modal
2.1.1.1. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal yaitu pembelanjaan permanent dimana
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian
saja dari struktur finansial. (Bambang Riyanto, 2001:15). Sumber
pendanaan pada suatu perusahaan dapat dilihat pada sisi pasiva dari neraca
perusahaan, sedangkan penggunaan dana yang dilakukan oleh perusahaan
dapat di lihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Keseimbangan
finansial dapat dicapai, apabila perusahaan tersebut selama menjalankan
fungsinya tidak menghadapi gangguan – gangguan finansial yang
disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia
dengan modal yang dibutuhkan. (Bambang Riyanto, 2001:14)
Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proposi
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana
yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal
dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang
Struktur modal menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002:240)
ialah “perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan
yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal
sendiri.”
Struktur modal menurut menurut Brealey et.al (2007 : 6) ialah
”pilihan antara pendanaan utang atau ekuitas”.
Struktur modal menurut Martin et.al (1999 : 385) ialah “bauran
segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan”
Hutang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena umumnya bersifat berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan sementara itu hutang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari hutang jangka panjang dan modal atau ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang (Mardiyanto, 2009).
Dalam menentukan alokasi struktur modal yang digunakan pada
suatu perusahaan,manajemen harus mengutamakan stabilitas finansial serta
kelangsungan hidup perusahaan agar dapat menghasilkan laba yang terus
meningkat setiap tahunnya sehingga perusahaan kelangsungan hidup
perusahaan dapat terjamin dan adanya keseimbangan antara penggunaan
hutang dengan modal yang dimiliki perusahaan.
2.1.1.2. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal Menurut Sjahrial (2008 : 179) dibagi menjadi
1) Teori struktur modal tradisional yang terdiri dari:
a. Pendekatan laba bersih (net income approach)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar, nilai perusahaan akan meningkat.
b. Pendekatan laba operasi (net operating income approach)
Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekwensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
c. Pendekatan tradisional (traditional approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat.
Ketiga pendekatan struktur modal tradisional ini pada mulanya
dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. Teori tradisional
tersebut menjelaskan pendekatan pada struktur modal berdasarkan
2) Teori struktur modal modern yang terdiri dari:
a.Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:
1.Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes).
2.Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT
perusahaan di masa mendatang.
3.Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang
sempurna.
4.Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap
periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
b.Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
c.Model Miller
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak untuk pengasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah pajak penghasilan dari saham dan pajak pengasilan dari obligasi.
d.Financial distress dan agency costs
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.
e.Model trade off
f. Teori informasi tidak simetris
Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal.
Didalam teori modern lebih banyak mempertimbangkan
faktor-faktor lain dalam menentukan struktur modalnya. Terlepas dari pendekatan
mana yang akan diambil untuk menentukan struktur modal yang optimal,
para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting
menurut Sjahrial (2008: 204) sebagai berikut
1. Tingkat penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil
berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
2. Struktur aktiva, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin cepat pertumbuhan
perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4. Kemampuan menghasilkan laba periode sebelumnya merupakan
faktor penting dalam menentukan struktur modal.
5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak, perusahaan dengan
variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap yang berasal dari hutang.
6. Skala perusahaan, perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih
mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro, perusahaan perlu
Struktur modal yang optimal menurut Martono (2002) ialah
“struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal
keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai
perusahaan.”
2.1.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modalmenurut
Brigham (2001 : 16) , yaitu:
1. Risiko bisnis, atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi
perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang.
2. Posisi Pajak perusahaan. Alasan utama menggunakan utang adalah
karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam penghitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak,karena penghitungan penyusutan, bunga yang beredar saat ini, atau kerugian pajak yang dikompensasi kemuka, maka tambahan utang tidakbanyak memberi manfaat sebagaimana yang dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif yang lebih tinggi.
3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan jangka panjang. Dalam keadaaan perekonomian yang sulit, atau bila perusahaan menghadapi kesuitan operasi, para pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik .
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Sebagian manajer lebih
agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba.
Sementara itu, menurut Brigham (2001 : 39) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya
stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage
keuangan daripada perusahaan industri. Penjelasan tersebut memperlihatkan stabilitas penjualan sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Jika perusahaan telah stabil maka pemilihan sumber pendanaan melalui utang akan menjadi lebih baik.
2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu, perusahaan
real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan
perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak demikian. Penjelasan tersebut memperlihatkan struktur aktiva mempengaruhi struktur modal yang dimiliki perusahaan.
3. Tingkat Pertumbuhan
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi,biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang. Tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung memperlihatkan pemilihan bagaimana modal yang ada di perusahaan di diperoleh.
4. Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
5. Profitabilitas
lebih baik daripada menggunakan sumber dana melalui hutang
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang. Semakin tinggi sumber penggunaan dana melalui hutang maka pajak yang dibayar oleh perusahaan akan semakin kecil sehingga beban pajak menjadi lebih rendah. Hal tersebut jelas akan sangat menguntungkan bagi perusahaan.
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut,para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Penjelasan tersebut mempertegas bagaimana pengendalian menentukan struktur modal yang akan digunakan oleh perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya dengan lebih baik.
8. Sikap Manajemen
Karena tak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur pendanaan yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah utang yang lebih kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industry yang bersangkutan,sementara manajemen lainnya lebih cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi. Sikap manajemen yang berbeda akan membentuk struktur modal yang berbeda juga
9. Sikap Pemberi Jaminan dan Lembaga Penilai Peringkat
obligasi. Ini mempengaruhi keputusannya untuk membiayai perluasan usahanya dengan saham biasa. Penjelasan tersebut melihatkan jaminan memiliki pengaruh khusus terhadap pemilihan sumber dana perushaan tersebut.
10. Kondisi Pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur pendanaan perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya kredit di AS, pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds) kosong, dan tidak adanya pasar dengan tingkat suku bunga yang “wajar” untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah 3B. penjelasan memperlihatkan bahwa perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur pendanaan yang ditargetkan. Tetapi,setelah keadaan membaik, perusahaan ini dapat menjual obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaan yang ditargetkan semula. Kondisi pasar perusahaan yang berubah-ubah harus selalui diikuti dengan perubahan struktur modalnya
11. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur pendanaan yang ditargetkan. Misalnya, andaikan suatu perusahaan baru saja menyelesaikan program litbangnya dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum tercermin dalam harga saham. Ia lebih menyukai pembiayaan dengan utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham. Kemudian, pada saat itu perusahaan akan menerbitkan saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur pendanaan yang ditargetkan. Seperti halnya kondisi pasar, perusahaan juga harus mengikuti kondisi internal perusahaan mereka tersebut.
12. Fleksibilitas Keuangan
2.1.1.4. Debt to Equity Ratio
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur struktur
modal yaitu rasio hutang pada modal (Debt to Equity Ratio).
Menurut Lukman Syamsudin (2007), Debt to Equity Ratio adalah
rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah hutang yang diberikan
oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan.
Menurut Agnes Sawir (2003:13), Debt to Equity Ratio adalah rasio
yang menunjukkan perbandingan hutang dan modal sendiri dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Menurut Joel dalam buku Fahmi (2012:73), Debt to Equity Ratio
adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk
memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor . Adapun
rumus dari Debt to Equity Ratio adalah:
Debt to Equity Ratio =
2.1.2. Growth Opportunity
Growth opportunity merupakan kesempatan perusahaan untuk
melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan untuk berkembang
sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan
Perusahaan dengan growth opportunity yang tinggi akan cenderung
pertumbuhan tersebut pada masa yang akan datang, oleh karenanya perusahaan
akan mempertahankan earning untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan
dan pada waktu bersamaan perusahaan diharapkan akan tetap mengandalkan
pendanaan melalui utang yang lebih besar (Baskin, 1989).
Perusahaan yang mempunyai growth opportunity yang tinggi lebih
banyak menggunakan dana eksternal guna untuk menambah modal yang
dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi dan memperluas pangsa
pasar. Perusahaan dengan rencana investasi yang besar akan memiliki hutang
yang besar pula. Sehingga dibutuhkan informasi yang akurat antara investor dan
manajer bagaimana penggunaan dana optimal dalam melakukan proyek
investasi, sehingga resikopenggunaan hutang berlebihan dapat dihindari.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur growth
opportunity yaitu:
Growth Opportunity =
2.1.3. Liquidity
2.1.3.1. Pengertian Liquidity
Menurut Toto Prihadi (2008:13), “likuiditas adalah kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka
pendek atau utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam waktu satu
Menurut Sartono (2002:116), “likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendeknya tepat
waktu”
Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih” .
Menurut Subramanyam dan Wild (2010:239), “likuiditas (liquidity)
adalah mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek”.
Dalam hal ini jumlah harta lancar harus lebih besar daripada jumlah
seluruh kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam jangka waktu
yang singkat. Perusahaan yang lebih banyak menggunakan aktiva lancar
berarti perusahaan tersebut mampu menghasilkan aliran kas yang dapat
digunakan untuk membiyai aktifitas operasional perusahaan dan investasi,
sehingga perusahaan relatif lebih kecil menggunakan hutang.
Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk membayar
segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa
perusahaan tersebut adalah liquid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai
kemampuan membayar kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi
Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen
yang dibayarkan sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan
terhadap prospek kebutuhan dana di waktu mendatang, makin tinggi dividen
tunai yang dibayarkan. Berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan,
maka kemampuannya untuk membayar dividen akan semakin besar pula
(Riyanto, 2001 : 267).
Ada pula suatu perusahaan yang keadaan likuiditasnya sangat baik
tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh
perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan
dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai.
2.1.3.2. Pengukuran Liquidity
Menurut Lukman Syamsuddin (2007:43) terdapat tiga cara untuk
mengukur likuiditas yaitu :
1. Net working capital atau modal kerja bersih
Net working capital to sales mengukur peranan sumber jangka panjang yang terikat pada aktiva lancar sehubungan dengan pelaksanaan penjualan.
Net working capital merupakan selisih antara aset lancar dengan utang lancar. Perhitungan net working capital adalah sebagai berikut :
2. Current ratio atau rasio lancar
Current ratio merupakan salah satu rasio finansial yang sering
digunakan. Current ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar seluruh kewajiban lancarnya dengan menggunakan seluruh aktiva lancarnya. Perhitungannya adalah sebagi berikut :
3. Acid-test-ratio (quick ratio) atau rasio cepat
lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan adalah merupakan komponen aset lancar yang paling tidak likuid, sementara dengan acid-test ratio dimaksudkan untuk
membandingkan aset yang lebih lancar (quick assets) dengan utang
lancar. Perhitungannya sebagai berikut :
Adapun dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah current
ratio (rasio lancar). Rasio lancar menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban
lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas
dalam waktu dekat (Brigham, 2010:134).
Menurut Subramanyam dalam buku Fahmi (2012:66) alasan
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup
kemampuan untuk mengukur :
a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar
Semakin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
b. Penyangga kerugian
Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuiditasi.
c. Cadangan dana lancar
Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas sementara dan tidak terduga.
2.1.4. Profitability
2.1.4.1. Pengertian Profitability
Brigham dan Houston (2001:197), “Profitabilitas adalah hasil bersih
Sartono (2001:119), “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri”.
Menurut Greuning (2005:29), “Profitabilitas adalah suatu indikasi
atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan
penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata.”
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:304), “Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”
Rasio profitabilitas biasanya digunakan untuk mengukur seberapa
jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektivitas
manajemen meliputi kegiatan-kegiatan fungsional manajemen, seperti
keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan operasional. Dengan
demikian sangat penting bagi investor jangka panjang untuk melakukan
analisa profitabilitas ini.
Keputusan pendanaan atau struktur modal sangat berpengaruh
terhadap tinggi dan rendahnya profitabilitas suatu perusahaan.Keputusan
pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya
tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat
berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan (Kartini dan
Apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka
perusahaan akan lebih banyak menggunakan pendanaan dari dalam
perusahaan. Karena jika profitabilitas semakin tinggi, maka perusahaan
dapat menyediakan laba ditahan dalam jumlah yang lebih besar sehingga
penggunaan hutang dapat ditekan.
2.1.4.2. Pengukuran Profitability
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitability suatu
perusahaan. Menurut Wild, et al (2005:42) penilaian profitabilitas yang akan
dikemukakan adalah dengan menghubungkan antara keutungan dengan
tingkat penjualan yang dicapai oleh suatu perusahaan dan jumlah aktiva
dalam periode tertentu, yaitu:
a. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin merupakan persentase dari laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi gross profit margin,
maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal itu
menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif rendah dibandingkan
dengan penjualan. Sebaliknya, semakin rendah gross profit margin,
semakin kurang baik operasi perusahaan. Gross profit margin dapat
b. Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba operasi. Pengukuran ini adalah ukuran persentase
dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran
lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. Operating profit margin dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:
c. Return On Assets (ROA)
Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba
dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini, dapat dikatakan
semakin baik pula keadaan perusahaan. Return On Assets (ROA)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
d. Return On Equity (ROE)
Retum on equity (ROE) adalah suatu rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya tingkat pendapatan yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan
semakin tinggi tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang
saham/pemilik perusahaan. Return on equity (ROE) dapat dihitung
e. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio antara laba bersih (net profit)
dengan penjualan (sales). Net profit di sini adalah sisa dari hasil
penjualan setelah seluruh biaya-biaya dikurangi termasuk bunga dan
pajak. Rasio ini mengukur besarnya laba bersih yang dicapai oleh
perusahaan dari penjualan yang telah dilakukan. Net profit margin dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rasio laba bersih ini akan semakin baik jika semakin tinggi.
Tetapi hal ini belum dapat dijadikan ukuran yang representatif untuk
menilai sukses tidaknya perusahaan, sebab laba yang diperoleh itu harus
dibandingkan dengan besarnya jumlah dana yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan
adalah Net profit margin.
Menurut Bambang Riyanto ( 2001:39) besar kecilnya Profit
Margin ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1. Dengan menambah biaya usaha ( operating expenses) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Perubahan besarnya sales dapat dapat disebabkan karena perubahan harga per unit apabila volume sales dalam unit sudah tertentu (tetap), atau disebabkan karena bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga penjualan per unit produk sudah tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini dapat berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan:
a. Memperbesar volume sales perunit pada tingkat harga penjualan tertentu atau,
b. Menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas sales
dalam unit tertentu.
2. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu
diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang
sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari sales. Meskipun jumlah sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai dengan berkurangnya operating expenses yang lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.
2.1.5. Tangibility (Struktur Aktiva)
Menurut Lukman Syamsuddin (2007:9), “Struktur aktiva merupakan
susunan penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan yang
nampak pada neraca sebelah debet yang menggolongkan aktiva dalam
perbandingan tertentu untuk mengetahui berapa besarnya aktiva tertentu
dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki”.
Menurut Bambang Riyanto (2008:19), “Struktur aktiva terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali
berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (2005:175), struktur
aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total
aktiva.
Perusahaan yang memiliki jaminan atas hutang dalam jumlah besar lebih
dipercaya oleh investor karena apabila perusahaan mengalami kebangkrutan,
maka aktiva tetap yang tersedia dapat digunakan untuk melunasi hutang yang
dimiliki perusahaan.
Aktiva tetap merupakan aktiva yang masa manfaat lebih dari satu tahun,
sehingga penanam modal dalam aktiva tetap merupakan investasi jangka
panjang. Dalam menentukan alokasi struktur aktiva yang tepat bagi perusahaan
dibutuhkan kemampuan manajer dalam menganalisa keadaan-keadaan pada
masa lalu, serta estimasi-estimasi keadaan perusahaan di masa mendatang, serta
dihubungkan dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Penentuan berapa
besarnya jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva akan
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menjamin besarnya aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan atas pinjaman yang dilakukannya.
Kebanyakan perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam
aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang
permanent yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap.
Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan
mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Dalam penelitian ini rasio
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya, sehingga terdapat beberapa point penting hasil dari
penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini
akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti dan tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Manatap - Profitabilitas dan
Md. Faruk Hossaain dan Prof. Dr. Md. Ayub Ali melakukan penelitian
dalam jurnalnya yang berjudul “Impact of Firm Specific Factors on Capital
Structure Decision: An Empirical Study of Bangladeshi Companies”. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu: profitability,
tangibility, non-debt tax shield, growth opportunity, liquidity, size, earning
volatility, dividen payment, managerial ownership, industry classification.
Variabel dependennya adalah struktur modal yang diukur dengan leverage. Hasil
penelitian menunjukkan profitability, tangibility, non-debt tax shield, growth
opportunity, liquidity, size, earning volatility, dividen payment, managerial
ownership, industry classification simultan berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap struktur modal yang diukur dengan leverage. Sedangkan secara parsial,
masing-masing variabel profitability, tangibility, growth opportunity, liquidity
berpengaruh terhadapstruktur modal yang diukur dengan leverage
2.3. Kerangka Konseptual
Menurut Indriyantoro dan Supomo (2002), kerangka konseptual
merupakan dasar pemikiran peneliti untuk dikomunikasikan dengan orang lain
sehingga hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk
direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain. Berdasarkan penjelasan diatas
maka pengaruh growth opportunity, liquidity, profitability, tangibility terhadap
Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) dapat
Sumber : diolah oleh peneliti (2013)
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterikatan antara variabel
yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta
merumuskan hipotesis. Dalam penelitian ini variabel independen adalah growth
opportunity, liquidity, profitability dan tangibility sedangkan variabel
dependennya adalah struktur modal perusahaan manufaktur.
Growth opportunity digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan
di masa yang akan datang. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi akan
mengalami pertumbuhan tinggi di masa yang akan datang lebih memilih
memperoleh dana untuk mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan
saham. Sebaliknya perusahaan yang diprediksi akan mengalami peluang
pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang.
STRUKTUR
MODAL
Growth Opportunity
Liquidity
H1
H2
H3
H4
Profitability
Tangibility
Oleh karena itu growth opportunity akan mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam menentukan alokasi struktur modal yang tepat bagi perusahaan.
Liquidity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang harus segera
diselesaikan. Tingkat kepercayaan kreditur akan semakin besar terhadap
perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang jangka pendeknyasehingga
semakin mudah bagi perusahaan untuk menentukan struktur modalmenggunakan
hutang yang diperoleh dari kreditur atau dengan menggunakan dana internal
perusahaan.
Profitability menjelaskan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
memperoleh pengembalian (return) yang didapat dari investasi yang ditanamkan
oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang didapat dari investasi
yang ditanamkan maka penggunaan hutang relatif kecil (Brigham dan Weston,
2005). Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang ditanamkan
perusahaan menyebabkan perusahaan lebih memilih menggunakan dana internal
perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaannya dibandingkan
memperoleh dana dengan menggunakan hutang yang diperoleh dari pihak lain.
Sehingga seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh return akan
mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menentukan struktur modal.
Tangibility mmerupakan rasio yang menjelaskan perbandingan antara
jumlah aktiva tertentu dengan total aktiva yang dimiliki. Sebuah perusahaan yang
memiliki aktiva tetap jangka panjang yang tinggi akan lebih memprioritaskan
terhadap aktiva lancarnya misalnya persediaan barang dagang sebagai komponen
penting dalam operasional perusahaan, tidak bergantung terhadap hutang jangka
panjang dan akan lebih memilih menggunakan hutang jangka pendek. Oleh karena
itu, struktur aktiva yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi keputusan
perusahaan dalam menggunakan jenis hutang yang digunakan pada struktur modal
perusahaan.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kesimpulan awal yang bersifat sementara dari
penelitian yang masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan tinjauan teori di
atas, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1: Growth Opportunity mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Struktur modal suatu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
H2: Profitability mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Struktur modal suatu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H3: Liquidity mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Struktur modal suatu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H4: Tangibility mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Struktur modal suatu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H5: Growth opportunity, profitability, liquidity, dan tangibility mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Struktur modal suatu perusahaan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara empat variabel independen, terhadap satu
variabel dependen.
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1. Dependent variable (variabel terikat)
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel
tidak bebas, variabel output, kriteria atau konsekuen, dan menjadi perhatian
utama dalam sebuah pengamatan. Variabel dependen ini merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
sebab atau variabel bebas. Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari
variabel independen (Erlina, 2011).
Variabel dependen sebagai variabel Y, variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal (debt to equity ratio)
yang merupakan ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang
3.2.2. Independent variable (variabel bebas)
Variabel independen disebut juga dengan variabel bebas, variabel
stimulus, dan predictor. Variabel yang dapat mempengaruhi perubahan
dalam variabel dependen, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi
variabel tak bebas dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif
bagi variabel dependen lainnya (Erlina, 2011).Variabel independen dalam
penelitian ini adalah :
1. Growth Opportunity
Merupakan kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk berkembang
dan melakukan investasi, yang dirumuskan sebagai berikut :
Growth Opportunity =
2. Liquidity
Merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya pada saat ditagih, yang dirumuskan sebagai berikut :
Liquidity (current ratio) =
3. Profitability
Merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
upaya meningkatkan nilai pemegang saham, yang dirumuskan sebagai
berikut :